1 perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur di

advertisement
PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI PADA WANITA USIA SUBUR
DI DESA PELANG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN
LAMONGAN
LAILATUN NI’MAH ZAHROTUN NISA
1212010018
SUBJECT:
Perilaku, Anemia Gizi Besi, Wanita Usia Subur
DESCRIPTION:
Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin
(Hb) lebih rendah dari nilai normal karena kekurangan zat besi. wanita usia subur sebagai
kelompok yang rawan anemia gizi besi dan membutuhkan perhatian dalam penanganannya.
Apabila anemia gizi besi pada wanita usia subur tidak segera dicegah akan mengakibatkan
risiko kematian maternal, resiko kematian prenatal dan perinatal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancang bangun survey.
Variabel penelitian adalah perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur.
Populasi adalah 69 wanita usia subur dengan sampel sebanyak 69 responden. Teknik
sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan data dilakukan di Desa
Pelang Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan pada tanggal 4 Mei-4 Juni 2015.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan distribusi
frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai perilaku negatif
tentang pencegahan anemia gizi besi yaitu sebanyak 38 responden (55,1%). Perilaku
negatif ditunjukkan dengan jarang mengkonsumsi makanan berprotein tinggi seperti
daging, ikan, ayam, tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dan tidak melakukan cek
kadar hemoglobin di pusat pelayanan kesehatan atau puskesmas
Analisa hasil dari perilaku negatif tentang pencegahan anemia gizi besi disebabkan
karena wanita usia subur kurang pengetahuan tentang cara melakukan pencegahan anemia
gizi besi, dimana sebagian besar responden tidak pernah mendapat informasi tentang
anemia dan cara pencegahan anemia.
Perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur adalah negatif. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan peluang oleh tenaga kesehatan untuk melakukan pengabdian
kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang pencegahan anemia pada wanita usia subur.
ABSTRACT
Iron Deficiency Anemia is a condition in which red blood substance levels or
hemoglobin (Hb) is lower than the normal value due to iron deficiency. Women of
childbearing age is a group vulnerable to iron anemia and require attention in addressing
them. If the iron anemia in women of childbearing age is not immediately prevented, it
may lead to maternal mortality, prenatal and perinatal mortality risk. This study was
conducted to determine the behavior of iron anemia prevention in women of childbearing
age.
This research is a descriptive study with survey design. Research variable is the
behavior of iron anemia prevention in women of childbearing age. The population was 69
1
women of childbearing age with a sample of 69 respondents. The sampling technique used
is total sampling. Data was collected in Pelang Kembangbahu village District of
Lamongan from May 4 to June 4, 2015. Data was collected by using a questionnaire. Data
was then analyzed by using frequency distribution.
The results suggest that most had negative behavior regarding the prevention of
iron deficiency anemia, i.e 38 respondents (55.1%). Negative behaviors are shown with
rarity in consuming high protein foods such as meat, fish, chicken, absence in consuming
iron tablet and rarity in checking hemoglobin levels in health care centers or puskesmas.
Analysis of the results of negative behavior on the prevention of iron deficiency
anemia due to women of childbearing age is due to lacking of knowledge on how to
prevent iron deficiency anemia, of which most respondents were never informed about
how to prevent anemia.
Prevention behaviors of iron anemia in women of childbearing age is negative. The
results could be used as an opportunity by health workers to perform community service
through counseling regarding prevention of anemia in women of childbearing age.
Keywords: Behavior, Nutrition Anemia Iron, Woman of Childbearing Age
Contributor
: 1. Vonny Nurmalya M, S.Kep.Ns., M.Kep
2. Sulis Diana, SST.,M.Kes
Date
: 2 Juli 2015
Type Material : Laporan Penelitian
Identifier
:Right
: Open Document
SUMMARY :
Latar Belakang
Anemia gizi besi adalah keadaan dengan kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb)
lebih rendah dari nilai normal karena kekurangan zat besi. Kelompok wanita usia subur
rentan terhadap anemia gizi besi karena beberapa permasalahan yang dialami wanita usia
subur seperti mengalami menstruasi tiap bulan, mengalami kehamilan, kurang asupan zat
besi makanan, infeksi parasit seperti malaria dan kecacingan serta mayoritas wanita usia
subur menjadi angkatan kerja. Kondisi-kondisi inilah yang dapat memperberat anemia gizi
besi pada wanita usia subur sehingga tidaklah dipungkiri bahwa wanita usia subur sebagai
kelompok yang rawan anemia gizi besi dan membutuhkan perhatian dalam penanganannya.
Apabila anemia gizi besi pada wanita usia subur tidak segera dicegah akan mengakibatkan
risiko kematian maternal, resiko kematian prenatal dan perinatal, rendahnya aktivitas dan
produktifitas kerja serta meningkatnya morbiditas (Almatsier, 2009).
Zat besi sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencegah terjadinya anemia dan
menjaga pertumbuhan janin secara optimal. Saat ini, kecenderungan dari perilaku
masyarakat mengkonsumsi makanan instan yang kandungan besinya sangat rendah
(Riskesdas, 2013). Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk
kondisi anemia di kalangan perempuan di Indonesia. Contohnya kurang mengkonsumsi
bahan makanan hewani, kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan, budaya atau
kebiasaan dikeluarga sering dinomorduakan perempuan dalam hal makanan, kemiskinan
yang menyebabkan mereka tidak mampu mengkondumsi makanan bergizi (Istiany, 2013).
Anemia terjadi pada kelompok penduduk dewasa ternyata berdampak pada kurangnya
produktivitas kerjanya. Anemia kurang zat besi juga dapat meningkatkan resiko bayi yang
dilahirkan menderita kurang zat besi, dan berdampak buruk pada pertumbuhan sel-sel otak
anak, sehingga secara konsisten dapat mengurangi kecerdasan anak (Dinkes Jatim, 2011).
2
Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off points anemia berbeda-beda
antar kelompok umur, wanita usia subur 15-49 tahun mengalami anemia bila kadar Hb
<12,0 g/dl. Anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia,
dengan prevalensi pada wanita usia subur 15-49 tahun masing-masing sebesar 22,7 persen
(Riskesdas, 2013). Angka kejadian anemia gizi besi di Jawa Timur pada tahun 2010 cukup
tinggi yaitu sebanyak 33%. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2011,
menunjukkan bahwa sebanyak 1.785 wanita usia subur yang mengalami anemia yaitu
dengan kadar Hb < 12g% (Priyanti, 2013).
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 4 Februari 2015 di Desa Pelang Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan pada 6 wanita usia subur yang dilakukan
pemeriksaan kadar Hb oleh bidan setempat didapatkan 4 orang (60%) yang mengalami
anemia dikarenakan ibu jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi
seperti daging, ikan, ayam dan ibu tidak pernah mengkonsumsi tablet tambah darah,
sedangkan 2 orang (40%) yang tidak mengalami anemia, hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak yang mengalami anemia dibandingkan dengan yang tidak mengalami anemia.
Perilaku terdiri dari 3 domain, yaitu pengetahuan (knowlegde), sikap (attitude),
praktik atau tindakan (practice). Perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan termasuk status anemia
(Khumaidi, 2009). Kekurangan zat besi pada wanita usia subur dapat berdampak pada
besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan
kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah. Anemi gizi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti status gizi dan pola makan, fasilitas
kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi. Pemenuhan kebutuhan zat besi
pada wanita usia subur dipengaruhi oleh perilaku dalam mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi (Arisman, 2007). Program yang ditargetkan kepada wanita usia
reproduktif merupakan intervensi yang sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber
daya manusia Indonesia (Endang, 2007).
Peran perawat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia Gizi Besi
adalah dengan memberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan anemia diharapkan
dapat membawa dampak keberhasilan untuk upaya pencegahan bertambahnya penderita
anemia terutama pada wanita usia subur, mengingat wanita usia subur mempunyai multi
peran yaitu sebagai remaja yang sekolah, calon ibu, ibu, maupun sebagai wanita pekerja.
Keterlibatan masyarakat sebenarnya sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
program penanggulangan anemia demikian juga pada wanita usia subur (Khumaidi, 2009).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti ingin melakukan pengkajian mengenai
perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur di Desa Pelang Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survey.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan anemia gizi besi
pada wanita usia subur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur di
Dusun Kedung Anyar dan Dusun Sungai Geneng Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan
yaitu sebanyak 69 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.
Pengambilan data dilakukan di Desa Pelang Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan pada
tanggal 4 Mei-4 Juni 2015. Peneliti menggunakan teknik angket yang dilakukan dengan
membagikan kuesioner untuk memperoleh data perilaku pencegahan anemia gizi besi pada
wanita usia subur. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
3
adalah lembar kuesioner. Analisa data menggunakan deskriptif statistik tipe distribusi
frekuensi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 69 responden sebagian besar mempunyai
perilaku negatif tentang pencegahan anemia gizi besi yaitu sebanyak 38 responden (55,1%).
Perilaku negatif ditunjukkan dengan jarang mengkonsumsi makanan berprotein tinggi
seperti daging, ikan, ayam, tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dan tidak melakukan
cek kadar hemoglobin di pusat pelayanan kesehatan atau puskesmas.
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar) (Notoatmodjo, 2012). Anemia Gizi Besi adalah berkurangnya kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah. Hb adalah komponen di dalam sel darah merah (eritrosit) yang
berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen (Sinsin, 2008). Berikut adalah cara untuk mencegah terjadinya anemia
sekaligus meningkatkan kesehatan secara keseluruhan antara lain: meningkatkan asupan
zat besi, mengkonsumsi makanan yang dapat menyerap zat besi, menghindari minuman
yang menghambat penyerapan zat besi, membuat pilihan menu makanan seimbang,
lakukan penanganan dan pengobatan jika menderita fybroids, lakukan konseling kepada
petugas kesehatan atau ahli gizi, kunjungi dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat,
membaca artikel tentang anemia dan pencegahan anemia (Amazine, 2014).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siti Aisah (2008) yang
menjelaskan bahwa rata-rata 63,07 wanita usia subur mempunyai sikap negatif dalam
pencegahan keputihan. Penelitian Shobha Rao (2014) juga menjelaskan bahwa partisipasi
tinggi dalam upaya pencegahan anemia pada wanita usia subur di pedesaan India dapat
meningkatkan Hb sebesar 61,5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai perilaku negatif
tentang pencegahan anemia gizi besi, hal ini kemungkinan dikarenakan responden di Desa
Pelang kurang pengetahuan tentang cara melakukan pencegahan anemia gizi besi, dimana
sebagian besar responden tidak pernah mendapat informasi tentang anemia dan cara
pencegahan anemia. Hasil penelitian juga didapatkan sebagian kecil responden sudah
melakukan upaya pencegahan anemia dengan positif, hal ini disebabkan responden telah
memahami bagaimana cara melakukan pencegahan anemia dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi setiap hari.
Berdasarkan parameter meningkatkan asupan zat besi hampir setengah responden
mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu sebanyak 28 responden
(40,6%). Salah satu cara untuk mencegah anemia defisiensi zat besi adalah dengan
meningkatkan asupan zat besi melalui diet. Seseorang bisa mendapatkan zat besi dari
berbagai macam makanan, seperti daging, ikan, ayam, hati, telur, kacang-kacangan, biji
labu, dan sayuran berdaun hijau (Amazine, 2014). Kebutuhan zat besi pada wanita juga
meningkat saat hamil dan melahirkan. Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut
memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat
besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain itu perdarahan saat melahirkan juga dapat
menyebabkan seorang ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut,
setiap ibu hamil disarankan mengonsumsi tablet zat besi (Sandjaja, dkk, 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2103) yang
menerangkan bahwa sebagian besar asupan zat besi wanita usia subur termasuk kategori
kurang (98,4%). Wanita usia subur yang mempunyai cakupan zat besi rendah dalam tubuh
dapat menyebabkan sumber energi yang masuk ke dalam tubuh menjadi rendah. Sehingga
tidak memberikan sumbangan zat besi dalam jumlah yang banyak. Kekurangan konsumsi
4
energi dapat menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi
ditujukan untuk pembentukan sel darah merah dengan sendirinya menjadi kurang.
Berdasarkan parameter mengkonsumsi makanan yang dapat menyerap zat besi
hampir setengah responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu
sebanyak 27 responden (39,1%). Menambah asupan makanan yang dapat membantu tubuh
dalam menyerap zat besi. Beberapa makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi diantaranya adalah buah-buahan, sayuran, dan anggur putih (white wine) (Amazine,
2014). Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu kita perhatikan bahwa zat
besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran
atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi (Lubis, 2008).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Patimah (2007) yang
menerangkan bahwa faktor penyebab terjadinya anemia salah satunya adalah pola
konsumsi makanan merupakan faktor yang paling dominan (50%) pengaruhnya terhadap
anemia defisiensi besi. Jamu yang merupakan minuman tradisional yang banyak dijangkau
oleh masyarakat khususnya perempuan yang rentan terhadap anemia defisiensi zat besi,
karena jamu diproduksi secara komersial dapat mengandung zat substansi non-natural atau
zat kimia yang dapat menyerap zat besi.
Berdasarkan parameter menghindari minuman yang menghambat penyerapan zat
besi sebagian besar responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia
yaitu sebanyak 37 responden (53,6%). Menurut Lubis dan Harry (2008), untuk
meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi,
teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung
phosphate dan kalsium. Menghindari minuman seperti kopi, teh, dan anggur merah saat
makan. Hal ini karena minuman tersebut dapat menghambat kemampuan tubuh dalam
menyerap zat besi (Amazine, 2014).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis Indahswari (2013)
yang menerangkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengkonsumsi
zat penghambat absorbsi zat besi dengan kejadian anemia pada wanita prakonsepsi.
Responden yang sering minum kopi dapat meningkatkan resiko anemia gizi besi, karena
kopi dan teh merupakan minuman yang dapat menghambar penyerapan Fe dalam tubuh.
Berdasarkan parameter membuat pilihan menu makanan seimbang hampir setengah
responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu sebanyak 23
responden (33,3%). Sebagian besar orang yang membuat pilihan makanan yang seimbang
dan sehat memperoleh zat besi dan vitamin yang dibutuhkan tubuhnya dari makanan yang
mereka makan. Diet dapat menyebabkan anemia. Kalsium juga dapat menyebabkan
sulitnya tubuh menyerap zat besi. Konsultasikan pada dokter bagaimana cara terbaik agar
tubuh mendapatkan kalsium dan zat besi dalam jumlah yang cukup. Pastikan mengonsumsi
cukup asam folat dan vitamin B12. Membiasakan pola makan sehat dan mengurangi
konsumsi makanan siap saji (fastfood) karena mengandung lemak jenuh, kolesterol dan
natrium tinggi (Taringan, 2014).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis Indahswari (2013)
yang menerangkan bahwa wanita yang mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang
yang mengandung sumber zat besi dalam frekuensi sering dimana sebanyak 7 (1,6%)
responden dari ketegori anemia dan 52 (81,2%) dari kategori normal. Responden yang
selalu menjaga pola makan akan tidak mengalami anemia karena makan dengan teratur
dapat mempengaruhi kandungan zat besi dalam bahan makanan, cara pencucian misalnya
dapat melarutkan zat besi dalam air. Selain itu proses pemanasan bahan makanan juga
dapat mempengaruhi kandungan zat besi didalam bahan makanan.
5
Berdasarkan parameter lakukan penanganan dan pengobatan jika menderita fybroids
hampir setengah responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu
sebanyak 23 responden (33,3%). Jika sering mengalami kehilangan banyak darah saat
menstruasi, yang biasanya dikaitkan dengan fybroids, maka klien harus segera mencari
penanganan atau pengobatan. Jika tidak segera ditangani maka kondisi ini dapat
menyebabkan anemia (Amazine, 2014).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nadimin (2011) menstruasi
merupakan faktor resiko anemia gizi besi yaitu sebesar (21,7%). Wanita yang mengalami
menstruasi menyebabkan wanita mengalami kekurangan zat besi karena banyaknya darah
yang keluar pada saat menstruasi dan zati-zat gizi mikro lain seperti vitamin C, vitamin E
dan Zeng (Zn).
Berdasarkan parameter lakukan konseling kepada petugas kesehatan atau ahli gizi
hampir setengah responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu
sebanyak 26 responden (37,7%). Konseling untuk membantu memilih bahan makanan
dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja. Bila merasakan adanya tanda
dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan
pengobatan (Lubis, 2008).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hapzah (2013) yang menerangkan bahwa ada
hubungan pemberian konseling dengan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan nilai
p (0.001). Konseling gizi dapat membantu wanita usia subur untuk meningkatkan asupan
makan hingga memiliki asupan makan yang lebih besar, khususnya makanan dengan yang
mengandung zat besi tinggi sehingga dapat meminimalkan resiko anemia.
Berdasarkan parameter kunjungi dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat hampir
setengah responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu sebanyak
31 responden (44,9%). Mengunjungi dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat jika
mengalami gejala anemia. Petugas kesehatan akan memantau jumlah sel darah merah dan
mungkin akan memberikan suplemen penambah zat besi. Untuk kasus anemia yang parah
mungkin diperlukan transfusi darah segera. Tenaga kesehatan juga dapat melakukan
pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia
defisiensi besi (Amazine, 2014).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan masrizal (2007) yang
menjelaskan bahwa pencegahan anemia dapat dilakukan dengan cara diagnosis anemia zat
gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht),
volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan
batasan terendah 95% acuan. Responden tidak banyak yang mengunjungi dokter atau pusat
layanan kesehatan untuk memeriksaakan kadar Hb atau melakukan konsultasi dapat
meningkatkan upaya pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur.
Berdasarkan parameter membaca artikel tentang anemia dan pencegahan anemia
hampir setengah responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan anemia yaitu
sebanyak 20 responden (28,9%). Pengetahuan merupakan salah satu domain untuk
membentuk perilaku manusia, dengan pengetahuan seseorang dapat lebih termotivasi
untuk melakukan dari apa yang mereka peroleh. Meningkatkan pengetahuan tentang
anemia dan pencegahan anemia melalui membaca artikel tentang anemia bertujuan untuk
adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal ini akan membuat seseorang lebih mudah
mengetahui tentang apa itu anemia, dampak anemia dan tindakan pencehan untuk anemia
(Amazine, 2014). Membaca artikel dapat menambah pengetahuan khususnya tentang cara
pencegahan anemia sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan anemia gizi besi pada
wanita usia subur.
Penelitian sesuai dengan penelitian Wahyu Tri Utami (2013) salah satu upaya untuk
mencegah anemia yaitu dengan mencari informasi tentang pencegahan anemia, sumber
6
informasi paling sedikit informasi diperoleh dari sumber media cetak 8 responden (15,1%)
dan paling banyak diperoleh dari tenaga kesehatan sebanyak 35 responden (66%).
Informasi dapat menambah pengetahuan dan pemahaman responden tentang anemia
gizi besi dan pencegahan anemia. Informasi yang lebih baik dan dapat dipercaya adalah
informasi yang berasal dari tenaga kesehatan langsung seperti dokter atau tenaga medis
lainnya. Responden banyak yang mendapatkan informasi pada saat responden periksa atau
pada saat responden datang ke posyandu.
Simpulan
Perilaku pencegahan anemia gizi besi pada wanita usia subur di Desa Pelang Kec.
Kembangbahu Kab. Lamongan adalah negatif (85,5%).
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang bisa diberikan peneliti antara lain:
dapat dijadikan peluang oleh tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang
pencegahan anemia pada wanita usia subur. Wanita usia subur hendaknya mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi dan menghindari minuman yang menghambat
penyerapan zat besi untuk mencegah anemia gizi besi. Dapat menjadi peluang dalam
pelaksanaan pembelajaran pada perguruan tinggi khususnya tentang perilaku pencegahan
anemia gizi besi pada wanita usia subur. Sebagai bahan masukan untuk pembuatan karya
tulis dalam ilmu keperawatan berikutnya tentang karakteristik wanita usia subur yang
mengalami anemia gizi besi.
Alamat Correspondensi :
- Alamat rumah : Kreteranggon Sambeng Lamongan
- Email
: [email protected]
- No. HP
: 085748222190
7
Download