SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________ IDENTIFIKASI TANAH UNTUK MEDIA TUMBUH PENGUJIAN PUPUK UREA LEPAS TERKENDALI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS SIDENUK Siva1, Wijiono2 1) STTN BATAN 2) PSTA BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI TANAH UNTUK MEDIA TUMBUH PENGUJIAN PUPUK UREA LEPAS TERKENDALI (CRF) TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS SIDENUK. Telah dilakukan identifikasi tanah untuk media tumbuh pengujian pupuk urea lepas terkendali (CRF) terhadap produktifitas padi varietas sidenuk. Identifikasi dilakukan dengan menentukan letak tanah (topografi) datar, ancaman erosi kecil, jeluk efektif dalam, berpengatusan baik, mudah diolah, kapasitas menahan air dan tanggap terhadap pemupukan, serta tidak ada ancaman banjir. Pengujian dilapangan dilakukan dengan mengambil sampel 1 sendok tanah, lalu ditetesi dengan air sedikit demi sedikit sampai tanah mendekati batas lekat lalu kemudian menguji tekstur tanah dengan cara meraba lalu dibentuk. Adapun hasil uji lapangan jenis tanah Latosol dari Argorejo, Sedayu, Bantul masuk dalam klasifikasi Geluh Lempungan karena hasilnya seperti Geluh tapi bentuk Sosis dapat dibengkokkan seperti huruf U, untuk jenis tanah Regosol dari Wonosari, Gunung Kidul masuk dalam klasifikasi Pasir Geluhan karena tanah cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak. untuk jenis tanah lahan kritis dari Wonosari, Gunung Kidul, masuk dalam klasifikasi lempung ringan dimana tanah dapat dibuat bentuk cacing tapi ada retakan untuk jenis Grumosol yang berasal dari Argomulyo, Cangkringan, Sleman, masuk dalam klasifikasi Geluh karena tanah mudah dibuat Sosis dengan panjang 14 cm namun akan retak bila dibengkokan. ABSTRACT IDENTIFICATION OF SOIL GROWING MEDIA CONTROLLED RELEASE FERTILIZER UREA (CRF) PRODUCTIVITY OF RICE VARIETY SIDENUK Identification (CRF) Productivity of Rice Varieties Against Sidenuk. The identification is done by determining the lay of the land (topography) flat, small erosion threat, effective recessesin, absorbsi good, easily processed , water holding capacity and responsive to fertilization there is no threat of flooding, field testing was conducted by taking samples of 1 table spoon of soil, and then drops to water little by little until the soil approaching the limits of adhesion then test the soil texture touch by then formed. The results of field tests of Latosol soil, Argorejo, Sedayu, Bantul included in the classification because the result is like a clay Loam but the form of sausages can be bent like U form, for the type of soil Regosol of Wonosari include din the classification of Sand Geluhan because the soil contains enough dust and clay soil is to create cohesion and balls can be formed easily cracked. To the type of soil critical area of Wonosari, was classified as mild loam soil which can be made as a worm but there are crack son the type grumosol derived from Argomulyo, Cangkringan, Sleman, was classified as soil Loam easily made sausages with a length of 14 cm but will crack when bent. PENDAHULUAN Untuk menindaklanjuti program Insentif Riset SINAS 2015 tentang Pengembangan Desain Produk Controlled Release Fertilizer dan Soil Conditioning Berbasis Matrik Hidrogel Kitosan Akrilamida dan Implementasinya Untuk Peningkatan Produktifitas Tanaman Pangan Padi, dengan metode grafting simultan menggunakan radiasi gamma. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut dapat dilakukan Pengujian Pupuk Urea Lepas Terkendali (CRF) Terhadap Produktivitas Padi Varietas Sidenuk. Pengujian dilakukan pada Jenis tanah Latosol, Grumosol Regosol, Lahan kritis dan jenis tanah Gambut bila memungkinkan, dan sistem pengairan pada _______________________ ________________________________________________ _____________________ 118 SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________ skala laboratorium. Agar dalam memilih jenis tanah sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan identifikasi jenis tanah dilapangan. Sebagai langkah awal tentu saja harus mengenal dulu apa yang dimaksud dengan tanah. Tanah adalah tubuh alam yang bebas, yang merupakan hasil interaksi antara iklim, organism, bahan induk, relief dan waktu (Glenka, 1927) Sedangkan komponen tanah terdiri dari mineral, air, organism dan udara yang tersusun antara yang satu dengan yang lain membentuk tubuh tanah. Sementara fase pembentuk tanah antara lain Fase padat (mineral dan bahan organik), fase cair (lengas tanah dan air tanah) dan Gas (udara dalam tanah). Sebelum melakukan identifikasi tanah yang cocok untuk media tumbuh pada pengujian pupuk urea lepas terkendali (CRF) terhadap produktivitas padi varietas Sidenuk perlu memahami klasifikasi tanah di lapangan. Tingkat kelas pengelompokan kemampuan tanah didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Tanah dikelompokkan kedalam kelas I sampai dengan kelas VIII dengan resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah dengan semakin tinggi kelasnya. Tanah kelas I – IV relatif lebih cocok untuk usaha pertanian, tetapi cocok untuk padang rumput, tanaman pepohonan, atau vegetasi alami. Tanah kelas VIII sebaiknya dibiarkan begitu saja sesuai dengan kondisi aslinya. Pengelompokkan kedalam sub kelas didasarkan atas jenis faktor penghambat Ada empat jenis penghambat utama yang dikenal yaitu ancaman erosi, ancaman kelebihan air, pembatas perkembangan perakaran tanaman, dan pembatas iklim. Tanah kelas I cocok untuk berbagai penggunaan pertanian (tanaman pertanian pada umumnya), mempunyai sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Tanah-tanah kelas I mempunyai salah satu atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut topografi datar, ancaman erosi kecil, jeluk efektif dalam, berpengatusan baik, mudah diolah, kapasitas menahan air, subur dan tanggap terhadap pemupukan, tidak ada ancaman banjir, dan kondisi iklim sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Tanah kelas II memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi sedang. Pengelolaan harus dilakukan dengan berhatihati, termasuk tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Hambatan yang ada pada tanah kelas II hanya sedikit sehingga tindakan yang diperlukan mudah diterapkan. Tanah kelas II cocok untuk tanaman semusim, rerumputan, penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan cagar alam. Hambatan atau ancaman kerusakan pada tanah kelas II adalah salah satu atau kombinasi antara lain lereng landai, peka terhadap erosi atau ancaman erosi sedang atau telah mengalami erosi sedang, jeluk mempan dalam, struktur dan daya olah agak kurang baik, salinitas ringan sampai sedang. Kadang-kadang terkena banjir yang merusak. Air yang berlebihan dapat diatasi dengan pengatusan, dan keadaan iklim kurang sesuai untuk tanaman dan pengelolaan. Tanah Kelas III mempunyai hambatan yang berat sehingga mengurangi penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Tanah kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari pada tanah-tanah kelas II. Apabila tanah tersebut ditanami dengan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan memerlukan pemeliharaan. Tanah kelas III dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, rerumputan, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan suaka marga satwa. Hambatan atau ancaman kerusakan mungkin disebabkan oleh salah satu dari beberapa hal misalnya lereng agak miring atau topografi bergelombang; peka terhadap erosi atau telah mengalami erosi agak berat sering kali mengalami banjir yang merusak tanaman permeabilitas tanah bagian bawah lambat jeluk mempan dangkal karena adanya batuan, lapisan cadas keras, atau lapisan cadas rapuh sehingga membatasi perakaran terlalu basah atau masih jenuh air meskipun telah dilakukan tindakan pengatusan buatan kapasitas menahan air rendah tingkat salinitas sedang; dan iklim merupakan hambatan yang cukup besar. Hambatan dan ancaman tanah kelas IV lebih besar dari pada tanah kelas III dan pilihan tanaman terbatas Jika akan digunakan untuk tanaman semusim, diperlukan pengelolaan secara hati-hati dan tindakan konservasi lebih _______________________ ________________________________________________ _____________________ 119 SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________ sulit diterapkan, demikian juga pemeliharaannya. Tanah kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan pertanian pada umumnya, rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung, dan suaka alam. Hambatan dan ancaman penggunaannya adalah lereng agak curam dan topografi berbukit; peka terhadap erosi terdapat bekas erosi yang cukup berat tanah dangkal kapasitas menahan air rendah sering tergenang menimbulkan kerusakan pada tanaman kelebihan air dan ancaman air berlebihan sering terjadi meskipun telah dilakukan tindakan pengatusan buatan; salinitas tinggi, dan iklim kurang menguntungkan. Tanah kelas V tidak terancam erosi, tetapi terdapat hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga membatasi pilihan penggunaannya. Tanah kelas V hanya cocok untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan suaka alam. Tanah kelas V mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan pilihan tanaman, serta menghambat pengolahan tanah untuk tanaman semusim. Faktor penghambat tanah kelas V adalah terletak pada topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang sering dilanda banjir yang merusak berbatu-batu di permukaan atau lapisan olah dan iklim kurang sesuai. Tanah kelas VI mempunyai hambatan yang berat sehingga tidak cocok untuk lahan pertanian. Penggunaan tanah kelas VI terbatas untuk tanaman rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutang lindung, atau cagar alam. Hambatan yang dimiliki tanah kelas VI tidak dapat dihilangkan, yakni berupa salah satu atau kombinasi lereng agak curam ancaman erosi berat atau telah tererosi berat mengandung garam laut tinggi berbatu-batu perakaran sangat dangkal dan iklim tidak sesuai. Tanah kelas VII tidak cocok untuk budidaya pertanian. Jika akan digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi, tanah kelas VII masih memerlukan usaha konservasi yang cukup keras. Tanah kelas VII yang dalam tidak peka erosi, harus dibuat teras bangku jika akan digunakan untuk tanaman pertanian, ditunjang cara vegetatif dan pemupukan berat. Berdasarkan pertimbangan kelas tanah yang paling memenuhi syarat untuk media tumbuh untuk pengujian terkait dengan budidaya tanaman padi adalah tanah kelas I cocok untuk berbagai penggunaan pertanian (tanaman pertanian pada umumnya), karena tanah-tanah kelas I mempunyai salah satu atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut topografi datar, ancaman erosi kecil, jeluk efektif dalam, berpengatusan baik, mudah diolah, kapasitas menahan air, subur dan tanggap terhadap pemupukan, tidak ada ancaman banjir, dan kondisi iklim sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Untuk mengidentifikasi jenis tanah dilapangan secara sederhana dapat dilakukakan berdasarkan tektur dari tanah tersebut. Karena tektur tanah dapat diamati dilapangan dengan cara perabaan. Sifat umum tanah sangat dipengaruhi tektur tanah seperti tanah pasiran mempunyai laju peresapan air buruk, kapasitas menahan air rendah, kandungan hara rendah, kapasitas adsorbsi rendah, tapi baik untuk system perakaran dan mudah diolah. Sementara tanah lempungan mempunyai draenase buruk, kapasitas pengikatan air tinggi, aerasi kurang baik, kandungan hara tinggi, penyerapan tinggi, tapi kurang baik untuk system perakaran dan sukar diolah. Sedangkan tanah debuan mempunyai sifat antara lempungan dan debuan. Tekstur tanah dapat diamati dilapangan dengan cara diraba pada tanah dalam keadaan lembab/ basah yaitu dengan mengambil sampel 1 sendok tanah, lalu ditetesi dengan air sedikitdemi sedikit sampai dengan tanah mendekati batas lekat. Seperti tanah pasir yang ditandai dalam keadaan lepas-lepas tampak butiran tunggal dan hanya dapat dibentuk seperti pyramid dan agak beda dengan pasir geluhan biasanya tanah cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak. Sedangkan kalau Geluh debuan seperti Pasir Geluhan tapi dapat dibentuk dengan cara digulung membentuk silinder yang pendek dan tebal. Berbeda dengan Geluh dimana kandungan pasir, debu dan lempung hampir sama maka tanah mudah dibuat Sosis dengan panjang 14 cm dan akan retak bila dibengkokan. Kemudian untuk Geluh Lempungan seperti Geluh tapi bentuk Sosis dapat dibengkokkan seperti huruf U. Sementara Lempung ringan tanah dapat dibuat bentuk cacing tapi ada retakan. Beda dengan _______________________ ________________________________________________ _____________________ 120 SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________ Lempung berat tanah dapat dibentuk seperti Cacing tanpa menunjukkan retakan. II. TATA KERJA 1. Bahan 1. Jenis tanah Latosol dari Sedayu, Argorejo, Bantul 2. Jenis Tanah Grumosol dari Argomulyo, Cangkringan, Sleman 3. Jenis tanah Lahan kritis dari Wonosari, Gunung Kidul 4. Jenis tanah Regosol dari Wonosari, Gunung Kidul 5. Jenis tanah Gambut dari Kalimatan, Riau atau Jambi 2. Alat 1. Camera 2. Karung goni/kantong plastik 3. Cangkul 4. pH meter 5. Temperatur 6. Jps 7. Spidol/label 8. Sendok 3. Pelaksanaan Pengujian sederhana berdasarkan tektur tanah dapat dilakukan dengan cara sbb : 1. Identifikasi jenis tanah Latosol dari Argorejo, Sedayu, Bantul. Sampel diambil pada lokasi terbuka dan dan posisi datar, lalu bersihkan dari berbagai herba kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak 1 sendok tanah. Kemudian tetesi air sedikit-demi sedikit sampai dengan tanah mendekati batas lekat. Kemudian ujilah tektur tanah dengan cara meraba lalu dibentuk. Hasil uji masuk dalam klasifikasi Geluh Lempungan. 2. Identifikasi jenis tanah Regosol dari Wonosari, Gunung Kidul Sampel diambil pada lokasi terbuka dan letak tanah datar lalu bersihkan dari berbagai herba kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak 1 sendok tanah. Kemudian tetesi air sedikit-demi sedikit sampai dengan tanah mendekati batas lekat. Kemudian ujilah tektur tanah dengan cara meraba lalu dibentuk. Hasil uji masuk dalam klasifikasi Pasir Geluhan. 3. Identifikasi jenis tanah lahan kering dari Wonosari, Gunung Kidul Sampel diambil pada lokasi terbuka dan letak tanah datar lalu bersihkan dari berbagai herba kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak 1 sendok tanah. Kemudian tetesi air sedikit-demi sedikit sampai dengan tanah mendekati batas lekat. Kemudian ujilah tektur tanah dengan cara meraba lalu dibentuk. Hasil uji masuk dalam klasifikasi Lempung ringan. 4. Identifikasi jenis tanah Grumosol dari Wukirsari, Cangkringan, Sleman Sampel diambil pada lokasi terbuka dan letak tanah datar lalu bersihkan dari berbagai herba kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak 1 sendok tanah. Kemudian tetesi air sedikit-demi sedikit sampai dengan tanah mendekati batas lekat. Kemudian ujilah tektur tanah dengan cara meraba lalu dibentuk . Hasil uji masuk dalam klasifikasi Geluh. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil Identifikasi tanah Latosol yang berasal dari Argorejo, Sedayu, Bantul dari hasil uji lapangan , masuk dalam klasifikasi Grluh Lempungan karena hasilnya seperti Geluh tapi bentuk Sosis dapat dibengkokkan seperti huruf U seperti pada gambar 1 dibawah ini Gambar. 1. Gb. 1. Klasifikasi Geluh Lempungan hasil uji lapangan tanah Latosol Dari Argorejo, Sedayu, Bantul Sedangkan hasil Identifikasi tanah Regosol yang berasal dari Wonosari, Gunung Kidul dari hasil uji lapangan, masuk dalam klasifikasi Pasir Geluhan karena tanah cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak seperti disajikan pada Gambar 2 _______________________ ________________________________________________ _____________________ 121 SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________ Gambar. 2. Klasifikasi Pasir Geluhan hasil uji lapangan jenis tanah Regosol dari, Wonosari, Gunung Kidul Lalu hasil Identifikasi tanah Lahan Kritis yang berasal dari Wonosari, Gunung Kidul dari hasil uji lapangan, masuk dalam klasifikasi Geluh debuahan seperti Pasir Geluhan tapi dapat dibentuk dengan cara digulung membentuk silinder yang pendek dan tebal seperti disajikan pada Gambar 3. Gambar. 3. Klasifikasi Geluh debuan hasil uji lapangan jenis tanah lahan kering dari Wonosari, Gunung Kidul Sementara hasil Identifikasi tanah Grumosol yang berasal dari Argomulyo, Cangkringan, Sleman dari hasil uji lapangan, masuk dalam klasifikasi Geluh dimana tanah mudah dibuat Sosis dengan panjang 14 cm dan akan retak bila dibengkokan. Seperti disajikan pada Gambar 4 varietas Sidenuk dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil uji lapangan jenis tanah Latosol dari Argorejo, Sedayu, Bantul, masuk dalam klasifikasi Geluh Lempungan karena hasilnya seperti Geluh tapi bentuk Sosis dapat dibengkokkan seperti huruf U. Hasil uji jenis tanah Regosol dari Wonosari, Gunung Kidul masuk dalam klasifikasi Pasir Geluhan karena tanah cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak. Hasil uji jenis tanah lahan kritis dari Wonosari, Gunung Kidul, masuk dalam klasifikasi Geluh debuahan seperti Pasir Geluhan tapi dapat dibentuk dengan cara digulung membentuk silinder yang pendek dan tebal. Hasi uji lapangan jenis Grumosol yang berasal dari Argomulyo, Cangkringan, Sleman, masuk dalam klasifikasi Geluh dimana kandungan pasir, debu dan lempung hampir sama maka tanah mudah dibuat sosis dengan panjang 14 cm dan akan retak bila dibengkokan. DAFTAR ACUAN 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Buku Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 1998 2. Badan Pengendali Bimas. Wereng dan Virus. 1997. 3. Departemen Pertanian. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Polowijo dan Sayur-sayuran Jakarta. Badan Pengendalian Beras. 1983 TANYA JAWAB Pertanyaan Gambar. 4. Klasifikasi Geluh hasil uji lapangan jenis tanah Grumosol dari Argomulyo, Cangkringan, Sleman. 1. Apakah hasil pengujian tanah dapat di pertanggungjawabkan hasilnya? 2. Kelas-kelas tanah 1 sampai 7 berdasarkan apa? IV. KESIMPULAN Jawaban Berdasarkan hasil Identifikasi berbagai jenis tanah yang akan digunakan sebagai media tumbuh Pengujian Pupuk Urea Lepas Terkendali (CRF) Terhadap Produktifitas padi 1. Ya, tentu saja bisa. 2. Kelas tanah dibedakan atas dasar intensitas faktor penghambat. Bertambah besarnya resiko kerusakan dan faktor penghambat maka semikin tinggi kelas tanahnya. _______________________ ________________________________________________ _____________________ 122