faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS RUPIAH
PERIODE 1986-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Sarniati Dapaole
NIM : 121324030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Segala pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna selama penulis
menyelesaikan skripsi.
Karya ini kupersembahkan untuk :
Ayahanda Alm. Daniel Dapaole yang selalu memberikan kasih sayang,
motivasi, dan dukungan kepada penulis dalam menjalani proses
pendidikan selama masa hidupnya.
Ibunda Agustina Pihu yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi,
serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus bagi
penulis.
Kakak-kakakku Yacob Dapaole, Marlince Dapaole, Amelia Dapaole, dan
Kurniawati Dapaole yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
Oktavia Hani Dina Sinaga dan Erlin Purumbawa, serta seluruh tim GKKI
International Blessing Community Yogyakarta yang selalu mendoakan
penulis selama penulis menjalani kuliah di Yogyakarta.
Sahabat-sahabtku Hilaria Mitri, Harini Triana Silalahi, dan Olivia yang
selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis selama
kuliah dan menyelesaiakn skripsi.
Seluruh temana-teman angkatan Pendidikan Ekonomi angakatan 2012.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :
Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi
orang bodoh menghina hikmat dan didikan
(Amsal 1:7)
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu
berarti bagiku bekerja memberi buah
(Filipi 1:21-22a)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2016
Penulis
Sarniati Dapaole
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Sarniati Dapaole
Nomor Mahasiswa
: 121324030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS RUPIAH PERIODE
1986-2015
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2016
Yang menyatakan
Sarniati Dapaole
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS RUPIAH
PERIODE 1986-2015
Sarniati Dapaole
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kurs rupiah periode 1986-2015. Penelitian ini merupakan
penelitan eksplanatif. Data diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat
Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis data dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data yang digunakan berupa data runtut waktu (time series)
dengan rentang waktu 30 tahun. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) cadangan devisa berpengaruh
negatif terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (2) suku bunga tidak
berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (3) inflasi tidak
berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (4) neraca pembayaran
berpengaruh positif terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; (5) rasio ekspor
terhadap impor berpengaruh negatif terhadap kurs rupiah periode 1986-2015; dan
(6) cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor
terhadap impor secara bersama-sama berpengaruh sebesar 84,1% terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
Kata kunci: kurs rupiah, cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca
pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
FACTORS WHICH AFFECT EXCHANGE RATE OF RUPIAH
IN THE PERIOD OF 1986-2015
Sarniati Dapaole
Sanata Dharma University
2016
The research aims to examine and analyze the factors which affect
exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015. This research is an
explanatory research. Data obtained from Indonesia Bank and central Bureau of
Statistics of Yogyakarta province. The type of data is secondary data in the format
time series in 30 years span of time. Multiple linear regression analysis was used
as a technique of data analysis.
The result shows that: (1) foreign exchange reserves has negative
influence on the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; (2) interest
rate does not influence to the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015;
(3) inflation does not influence to the exchange rate of rupiah in the period of
1986-2015; (4) balance of payments has positive influence on the exchange rate of
rupiah in the period of 1986-2015; (5) ratio of exports to imports has negative
influence on the exchange rate of rupiah in the period of 1986-2015; and (6)
foreign exchange reserves, interest rate, inflation, balance of payments, and ratio
of exports to imports are simultaneously affecting 84,1% to the exchange rate of
rupiah in the period of 1986-2015.
Keywords: exchange rate of rupiah, foreign exchange reserves, interest rate,
inflation, balance of payments, and ratio of exports to imports.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
kasih, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan hikmat, kekuatan, dan
anugerah-Nya bagi penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan dukungan dan pengarahan
kepada penulis selama kuliah.
4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan dukungan, dan meluangkan banyak waktu untuk
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
membimbing penulis selama proses revisi untuk penyempurnaan skripsi.
6. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji dan juga dosen
pengampu mata kuliah selama penulis menempuh pendidikan di Universitas
Sanata Dharma.
7. Kedua orang tuaku, Alm. Daniel Dapaole dan Ibu Agustina Pihu yang selalu
mendoakan, memberikan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis selama
kuliah.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Saudara-saudaraku, Yacob Dapaole, Marlince Dapaole, Amelia Dapaole, dan
Kurniawati Dapaole yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada
penulis selama kuliah.
9. Bapak Lukas Edy Srihastomo, Bapak Andrew Hendro, dan Ibu Great selaku
bapak dan ibu rohani penulis yang telah mendoakan dan membimbing penulis
selama kuliah.
10. Erlin Mbitu Atadjawa, Oktavia Hani Dina Sinaga, dan Susan Purumbawa
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis selama
kuliah.
11. Seluruh team GKKI International Blessing Community dan rekan-rekan
pelayanan yang telah membimbing, mendukung, dan mendoakan penulis
selama kuliah.
12. Hilaria Mitri, Harini Triana Silalahi, Olivia, Riwan Sigalingging, dan Albertus
Bima Sulistya yang telah mendukung dan membantu penulis, baik secara
langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan skripsi.
13. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 yang selalu kompak dan
saling memberikan dukungan satu sama lain.
Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati, penulis memohon kritik
dan saran untuk karya yang lebih baik.
Yogyakarta, 25 Juli 2016
Sarniati Dapaole
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..
Ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………
iii
PERSEMBAHAN………………………………………………………………...
iv
MOTTO…………………………………………………………………………..
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………
vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………………………..
vii
ABSTRAK………………………………………………………………………..
viii
ABSTRACT………………………………………………………………………
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
xvi
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………………
xvii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..
xviii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...
1
A. Latar Belakang……………………………………………………………..
1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………………………………………...
8
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………...
10
D. Tujuan penelitian…………………………………………………………...
11
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………............
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
13
A. Kurs………………………………………………………………………...
13
1. Pengertian Kurs………………………………………………………...
13
2. Penentuan Nilai Tukar………………………………………….............
14
3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang…………………………………………
14
4. Perkembangan Sistem Nilai Tukar Mata Uang Di Indonesia…….........
17
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah…………………..
19
1. Cadangan Devisa……………………………………………………….
19
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Suku Bunga……………………………………………………….........
20
3. Inflasi…………………………………………………………………...
21
4. Neraca Pembayaran………………………………………………….....
23
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor………………………………………….
23
C. Cadangan Devisa…………………………………………………………...
31
1. Pengertian Cadangan Devisa…………………………………………...
31
2. Fungsi Cadangan Devisa………………………………………….........
31
3. Sumber Cadangan Devisa……………………………………………...
32
D. Suku Bunga………………………………………………………………...
33
1. Pengertian Suku Bunga………………………………………………...
33
2. Jenis suku Bunga………………………………………………….........
33
3. Unsur-Unsur Dalam Tingkat Suku Bunga……………………………..
34
4. Fungsi Suku Bunga……………………………………………….........
36
E. Inflasi………………………………………………………………….........
37
1. Pengertian Inflasi……………………………………………………….
37
2. Cara menghitung Laju Inflasi……………………………………..........
38
3. Penggolongan Inflasi…………………………………………………...
39
4. Dampak Inflasi…………………………………………………………
41
5. Kebijakan Mengatasi Inflasi………………………………………........
42
F. Neraca Pembayaran………………………………………………………...
43
1. Pengertian Neraca Pembayaran………………………………………...
43
2. Fungsi Neraca Pembayaran……………………………………….........
43
3. Komponen Neraca Pembayaran………………………………………..
44
G. Rasio Ekspor Terhadap Impor……………………………………………...
46
1. Pengertian Ekspor-Impor………………………………………………
46
2. Penentu Ekspor-Impor………………………………………………….
47
3. Teori Ekspor-Impor…………………………………………………….
47
H. Hasil Penelitian Sebelumnya………………………………………….........
48
I. Kerangka Berpikir dan Hipotesis………………………………………......
49
1. Kerangka Berpikir……………………………………………………...
49
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Hipotesis…………………………………………………………..........
51
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………...
53
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………..
53
B. Jenis Data dan Sumber Data…………………………………………..........
53
1. Jenis Data………………………………………………………….........
53
2. Sumber Data………………………………………………………........
54
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran…………………………………..........
54
1. Cadangan Devisa………………………………………………….........
54
2. Suku Bunga……………………………………………………..............
55
3. Inflasi…………………………………………………………………...
55
4. Neraca Pembayaran……………………………………………….........
55
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor………………………………………….
56
6. Kurs Rupiah………………………………………….............................
56
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………
56
E. Teknik Analisis Data………………………………………………….........
57
1. Uji Prasyarat……………………………………………………………
58
a. Uji Normalitas……………………………………………………...
58
b. Uji Linieritas…………………………………………………..........
58
2. Uji Asumsi Klasik………………………………………………….......
59
a. Uji Multikolinieritas………………………………………………..
59
b. Uji Heteroskedastisitas……………………………………………..
60
c. Uji Autokorelasi……………………………………………………
61
3. Pengujian Hipotesis……………………………………………….........
62
a. Uji Hipotesis Simultan …………………………………..................
62
b. Uji Hipotesis Parsial ………………………………….....................
63
c. Koefisien Determinasi……………………………………………...
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………......
67
A. Deskripsi Data……………………………………………………………..
67
B. Analisis Data………………………………………………………………
78
1. Uji Prasyarat……………………………………………………………
78
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Uji Normalitas……………………………………………………...
78
b. Uji Linieritas………………………………………………………..
79
2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………………...
80
a. Uji Multikolinieritas………………………………………………..
80
b. Uji Heteroskedastisitas……………………………………………..
83
c. Uji Autokorelasi……………………………………………………
84
3. Pengujian Hipotesis…………………………………………………….
85
a. Uji Hipotesis Simultan……………………………………………...
85
b. Uji Hipotesis Parsial………………………………………………..
86
c. Koefisien Determinasi……………………………………………...
90
C. Pembahasan………………………………………………………………..
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
101
A. Kesimpulan………………………………………………………………..
101
B. Keterbatasan Penelitian……………………………………………………
103
C. Saran……………………………………………………………………….
104
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
105
LAMPIRAN………………………………………………………………………
109
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Deskripsi Data Penelitian……………………………………….. 67
Tabel IV.2 Hasil Pengujian Normalitas……………………………………..
79
Tabel IV.3 Hasil Pengujian Linieritas………………………………………. 80
Tabel IV.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas……………………………….
81
Tabel IV.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas…………………………….
83
Tabel IV.6 Hasil Pengujian Autokorelasi…………………………………...
84
Tabel IV.7 Pengujian Hipotesis Simultan…………………………...............
85
Tabel IV.8 Hasil Regresi Berganda…………………………………………
86
Tabel IV.9 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi…………………………
91
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode
68
1986-2015………………………………………………………
Grafik IV.2
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Periode 1986-
70
2015……………………………………………………………
Garfik IV.3
Perkembangan Suku Bunga Periode 1986-2015…………….
72
Grafik IV.4
Perkembangan Inflasi Indonesia Periode 1986-2015………….. 73
Grafik IV.5
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Periode 1986-
75
2015…………………………………………………………….
Grafik IV.6
Rasio Ekspor Terhadap Impor…………………………………. 77
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Data Penelitian……………………………………………………………….. 109
Hasil Uji Prasyarat Regresi…………………………………………………... 110
Uji Normalitas dan Linieritas…………………………………………..
110
Hasil Uji Asumsi Klasik……………………………………………………...
112
1. Uji Multikolinieritas…………………………………………………....
112
2. Uji Heteroskedastisitas…………………………………………………
114
3. Uji Autokorelasi………………………………………………………..
116
Pengujian Hipotesis…………………………………………………………..
118
1. Uji Hipotesis Simultan………………………………………………..... 118
2. Uji Hipotesis Parsial……………………………………………………
119
3. Koefisien Determinasi………………………………………………….
120
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini, setiap negara semakin tidak bisa
mengabaikan interaksi ekonominya dengan
luar negeri. Sekalipun proses
globalisasi seringkali menimbulkan korban dan memunculkan dampak
sampingan yang merugikan, sementara proses liberalisasi perdagangan dunia
sering berubah menjadi kancah pertarungan kepentingan negara besar saja,
namun kesadaran akan pentingnya perdagangan lintas negara yang bebas terus
merebak di segenap penjuru dunia (Basri, 2010:1).
Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan
utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka
berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan
melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan
perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of
scale) dalam produksi (Basri, 2010:33).
Negara-negara
berkembang
seringkali
menggantungkan
perekonomiannya melalui perdagangan lintas negara tersebut. Ketergantungan
negara-negara berkembang terutama terhadap negara-negara yang memiliki
kondisi perekonomian yang cenderung kuat dan stabil dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah keterbatasan
faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut, seperti sumber daya
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
alam, sumber daya manusia, maupun teknologi yang kurang memadai untuk
mengelola sumber daya alam yang ada, seperti yang dialami oleh Indonesia.
Untuk mempermudah transaksi yang dilakukan dalam perdagangan
internasional tersebut, penggunaan uang dalam perekonomian terbuka
ditetapkan dengan menggunakan mata uang yang telah disepakati. Hal ini
dikarenakan setiap negara mempunyai mata uang atau valutanya sendiri yang
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di dalam batas-batas negara itu
sendiri, tetapi belum tentu mau diterima di negara lain. Oleh karena itu,
diperlukan valuta asing atau devisa (foreign exchange), yaitu valuta (mata
uang) yang mau diterima oleh dunia internasional (Gilarso, 2004:298).
Mata uang yang seringkali digunakan sebagai standar dalam
pembayaran internasional adalah Dollar Amerika Serikat (US$ Dollar). Hal ini
dikarenakan Amerika merupakan negara yang memiliki kondisi perekonomian
yang cenderung kuat dan stabil. Selain itu, selama beratus tahun Amerika
Serikat tidak begitu bergantung kepada perdagangan luar negeri karena ia
praktis memiliki semua sumber daya, faktor produksi, dan komoditas sehingga
perekonomiannya cukup mengandalkan pasar domestik (Basri, 2010:1). Di
Indonesia sendiri, Amerika Serikat menjadi partner dagang dominan,
sehingga ketika rupiah terhadap dollar AS tidak stabil, maka akan
mengganggu perdagangan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena
perdagangan
dinilai
dengan
Puspitaningrum, dkk, 2014).
dollar
(Ulfia
dan
Aliasaddin
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penetapan mata uang tersebut dapat menyebabkan terjadinya risiko
perubahan nilai tukar mata uang yang timbul karena adanya ketidakpastian
nilai tukar itu sendiri. Perubahan nilai tukar ini berpengaruh langsung terhadap
perkembangan harga barang dan jasa di dalam negeri (Puspitaningrum,
Suhadak dan Zahroh, 2014). Ketidakstabilan nilai tukar ini akan
mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional
(Triyono, 2008:156). Selain itu, dampak krisis nilai tukar terhadap
perekonomian Indonesia yang terjadi pada tahun 1997/1998 tidak saja telah
merusak kegiatan ekonomi, tetapi juga telah merusak kehidupan sosial
masyarakat. Depresiasi nilai tukar yang sangat tinggi pada saat terjadi krisis
nilai tukar mengakibatkan harga-harga barang impor meningkat tajam.
Dengan melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi
goyah dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang
dalam negeri (Triyono, 2008).
Pada tahun 1997, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar
mengambang bebas. Penerapan sistem nilai tukar mengambang ini membawa
dampak yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika, di mana nilai tukar rupiah terus mengalami kemerosotan. Pada bulan
Agustus 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp 3.035/US$ dan
pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp 4.650/
US$. Memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah kembali melemah sebesar Rp
10.375/US$ dan bahkan pada bulan Juni 1998, nilai tukar rupiah terus
mengalami tekanan, hingga mencapai Rp 14.900/US$. Tahun 1999, nilai tukar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
rupiah terhadap US$ melakukan recovery menjadi sebesar Rp 7.810/US$.
Akan tetapi, tahun 2000, nilai tukar rupiah kembali melemah menjadi Rp
8.530/US$ dan tahun 2001, nilai tukar rupiah terhadap US$ terus melemah Rp
10.265/US$. Pada tahun 2002, nilai tukar rupiah terhadap US$ menguat
sebesar Rp 9.260/US$ dan tahun 2003 kembali menguat menjadi Rp 8.570/
US$. Tahun 2004 nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp 8.985/US$. Pada
tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia sebesar US$ 70/barel
membawa dampak yang cukup signifikan terhadap permintaan valuta asing.
Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap US$ melemah dan
berada di kisaran Rp 9.200 sampai Rp 10.200/ US$ (Wibowo dan Amir,
2005).
UU No.24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai
tukar memperbolehkan Indonesia untuk menggunakan tiga sistem nilai tukar,
yang meliputi sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang, dan
sistem nilai tukar mengambang terkendali. Saat ini, Bank Indonesia sebagai
pemegang otoritas moneter memilih untuk menggunakan sistem nilai tukar
mengambang terkendali (managed floating exchange rate system), di mana
penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi di pasar valuta. Dalam pasar ini,
masih ada campur tangan pemerintah yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran valas melalui berbagai kebijakannya di bidang moneter, fiskal, dan
perdagangan luar negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya
ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi,
1996:129). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar, tidak terlepas
dari pengaruh ekonomi global, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor dari
dalam negeri, diantaranya cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca
pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor. Berdasarkan sudut pandang
teori makro ekonomi, ada empat faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar,
yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang, dan neraca
pembayaran.
Cadangan
devisa
menunjukkan
pada
sejumlah
valas
yang
dicadangkan oleh Bank Sentral. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan
Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, posisi cadangan devisa
Indonesia (dalam juta USD) pada tahun tahun 2010 sebesar 96.207. Pada
tahun 2011, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 110.123. Pada tahun
2012, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 112.781. Pada tahun 2013,
posisi cadangan devisa Indonesia sebesar 99.387. Pada tahun 2014, posisi
cadangan devisa Indonesia sebesar 111.862. Pada tahun 2015, posisi cadangan
devisa Indonesia sebesar 100.240 (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia,
Bank Indonesia. 2015).
Faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah suku bunga
(BI rate). Menaikkan atau menurunkan suku bunga (BI rate) merupakan salah
satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatur
jumlah uang beredar dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
suku bunga (BI rate) akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar
negeri. Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan
tingkat suku bunga yang menguntungkan (Situmeang, 2010:51). Menurut
Imamudin dalam Oktavia (2013), peningkatan suku bunga domestik, maka
akan menyebabkan mata uang domestik mengalami apresiasi. Sebaliknya, jika
tingkat suku bunga domestik turun, maka mata uang domestik atau kurs
mengalami depresiasi. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, BI Rate Indonesia pada tahun 2010
sebesar 6,50%, 2011 sebesar 6,00%, 2012 sebesar 5,75%, 2013 sebesar
7,50%, 2014 sebesar 7,75%, dan 2015 sebesar 7,50% (Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015).
Faktor berikutnya yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah
inflasi. Inflasi merupakan kondisi meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus menerus sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara
(Purnomo dkk, 2013:98). Adapun salah satu penyebab inflasi adalah karena
adanya kenaikan permintaan. Kenaikan permintaan ini akan mengakibatkan
harga-harga naik karena penawaran tetap, yang mana faktor lain dianggap
tetap (ceteris paribus). Tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai
tukar mata uang suatu negara. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi dapat
memicu bertambahnya nilai impor. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan
Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tingkat inflasi Indonesia
pada tahun 2010 sebesar 6,96%, 2011 sebesar 3,80%, 2012 sebesar 4,30%,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2013 sebesar 8,40%, 2014 sebesar 8,40%, dan 2015 sebesar 6,80% (Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015).
Faktor selanjutnya yang turut mempengaruhi nilai tukar rupiah
adalah neraca pembayaran. Neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang
nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo
pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar
mata uang nasional. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar
ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Berdasarkan Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, neraca
pembayaran Indonesia (dalam juta USD) pada tahun 2010 sebesar 31.670.
Tahun 2011 sebesar 15.321. Tahun 2012 sebesar 491. Tahun 2013 sebesar
4.356. Tahun 2014 sebesar 3.663. Tahun 2015 sebesar -2.857 (Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia. 2015).
Selain cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran,
faktor berikutnya yang turut mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah rasio
ekspor terhadap impor. Rasio ekspor terhadap impor menunjukkan
perbandingan nilai ekspor terhadap impor. Jika nilai ekspor meningkat lebih
cepat dibandingkan dengan nilai impor, maka nilai tukar rupiah akan menguat
atau apresiasi, sedangkan apabila nilai impor meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan nilai ekspor, maka nilai tukar rupiah akan melemah atau
terdepresiasi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
dan Bank Indonesia, rasio ekspor terhadap impor pada tahun 2010 adalah
1,16, tahun 2011 adalah 1,15, tahun 2012 adalah 1,00, tahun 2013 adalah 1,03,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tahun 2014 adalah 1,06, dan tahun 2015 adalah 1,13 (Badan Pusat Statistik.
2014 dan Bank Indonesia. 2015).
Gejolak nilai tukar yang berlebihan tidak sesuai dengan sasaran
kepentingan jangka panjang karena kestabilan nilai tukar dapat mendistorsi
tingkat daya saing ekonomi, mengurangi efisiensi alokasi sumber daya dan
meningkatkan ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi.
Penelitian ini perlu dilakukan karena melihat kondisi nilai tukar
rupiah terhadap US dollar yang cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun
yang pada akhirnya turut mengganggu kestabilan perekonomian dalam negeri.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, penulis memilih
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Rupiah Periode 19862015”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Stabilitas mata uang merupakan persoalan yang penting untuk
mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu
negara. Peranan kurs baik bagi negara maju maupun negara berkembang
mendorong untuk menjaga posisi kurs mata uang dalam keadaan yang relatif
stabil. Menurut Salvator dalam Triyono (2008:156), nilai mata uang yang
stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik atau stabil. Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
terhadap negara lain menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki
perekonomian yang lebih baik daripada negara lain.
Permasalahan timbul ketika nilai tukar mata uang suatu negara
cenderung tidak stabil sehingga menyebabkan stabilitas ekonomi nasional
akan terganggu, di mana ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus
modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008:156).
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah seperti yang
sudah dijelaskan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah cadangan devisa berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 19862015?
2. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015?
3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015?
4. Apakah neraca pembayaran berpengaruh terhadap kurs rupiah periode
1986-2015?
5. Apakah rasio ekspor terhadap impor berpengaruh terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38).
Variabel-variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Cadangan Devisa (X1) adalah total aktiva luar negeri yang dimiliki dan
disimpan oleh Bank Indonesia yang digunakan untuk stabilitas moneter
maupun transaksi internasional dalam kurun waktu satu tahun yang
dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat.
2. Suku Bunga (X2) adalah tingkat suku bunga jangka pendek yang ditetapkan
dan diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik guna menjaga
stabilitas nilai mata uang rupiah yang dinyatakan dalam persen dalam kurun
waktu satu tahun.
3. Inflasi (X3) adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah jumlah uang beredar
(JUB), demand pull inflation atau adanya kenaikan permintaan masyarakat
dan cost pull inflation atau adanya kenaikan biaya produksi. Dengan kata
lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
continue dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam persen.
4. Neraca Pembayaran (X4) adalah nilai keseluruhan dari transaksi berjalan,
transaksi modal dan finansial, dan selisih perhitungan bersih dalam kurun
waktu satu tahun yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor (X5) adalah perbandingan antara nilai ekspor
dan impor Indonesia dalam kurun waktu satu tahun.
6. Kurs rupiah (Y) adalah nilai mata uang negara Indonesia yaitu Rupiah yang
dibandingkan dengan mata uang negara Amerika Serikat yaitu Dollar AS
atau US$ Dollar.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh cadangan devisa terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suku bunga terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh inflasi terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh neraca pembayaran terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rasio ekspor terhadap impor
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Output atau hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengungkap
faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah. Penelitian ini diharapkan
juga dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmiah sehingga dapat
menambah pengetahuan dan referensi peneliti selanjutnya.
2. Bagi Lembaga BI dan Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tambahan
dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang tepat guna mempertahankan
kestabilan nilai tukar.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap kritis peneliti
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah dan dapat dijadikan
sebagai wadah untuk mengaplikasikan teori tentang nilai tukar valuta asing
yang telah dipelajari selama perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurs (Foreign Exchange Rate)
1. Pengertian Kurs
Menurut Salvatore (1994:140), kurs adalah jumlah atau harga mata
uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Menurut Samuelson dan
Nordhaus (1994:450), kurs atau nilai tukar valuta asing adalah harga mata
uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Menurut Krugman
dan Obstfeld (2005), kurs atau nilai tukar (exchange rate) adalah harga
sebuah mata uang dari suatu negara, yang diukur atau dinyatakan dalam
mata uang lainnya.
Mata uang suatu negara dapat ditukarkan atau diperjualbelikan
dengan mata uang negara lainnya sesuai dengan nilai tukar mata uang
yang berlaku di pasar mata uang atau yang sering disebut dengan pasar
valuta asing. Pasar valuta asing adalah suatu jaringan organisasional yang
di dalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bankbank yang melakukan pembelian dan penjualan valuta asing atau devisa
(Salvatore, 1994:140).
Nilai tukar biasanya berubah-ubah, dapat berupa apresiasi maupun
depresiasi. Suatu kenaikan dalam kurs disebut depresiasi atau penurunan
nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Suatu penurunan
dalam kurs disebut apresiasi atau kenaikan nilai mata uang dalam negeri.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Penentuan Nilai Tukar
Menurut
Madura
(1993),
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu:
a) Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator
ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar
negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
b) Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan
permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan
permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik
dan sebaliknya.
c) Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau
berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong
harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila
rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali
normal.
3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang
Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh
nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Menurut Madura (1997:156160), sistem nilai tukar dibagi menjadi empat, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a) Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system),
nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam
batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar bergerak terlalu tajam,
pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankannya
dalam batas-batas yang dimaksud.
b) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating
Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar sejumlah valuta yang ada sekarang berada di
antara sistem nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang
bebas. Sistem tersebut menyerupai sistem mengambang bebas, karena
nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari dan tidak ada batasan
resmi. Tetapi, menyerupai sistem nilai tukar tetap dalam hal
pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk
mencegah valuta mereka berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah.
c) Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate
System)
Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar valuta
akan ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
Dalam
sistem
ini,
perusahaan-perusahaan
multinasional
perlu
mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan
mengelola valuta asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
d) Sistem Nilai Tukar Terpatok
Sistem nilai tukar terpatok adalah sistem nilai tukar di mana
valuta suatu negara dipatokkan (dikaitkan) ke suatu valuta lain, atau ke
suatu unit perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam
hubungannya dengan valuta asing yang menjadi patokan, valuta
tersebut bergerak relatif mengikuti valuta-valuta lain.
Dalam hal pemilihan sistem nilai tukar mata uang yang sesuai
dengan perekonomian suatu negara, Goeltom dan Zulferdi (1998)
menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam
pemilihan sistem nilai tukar mata uang suatu negara, antara lain:
a) Preferensi suatu negara terhadap keterbukaan ekonominya, apakah
suatu negara lebih cenderung menerapkan kebijakan ekonomi yang
terbuka atau tertutup. Apabila suatu negara lebih cenderung
menerapkan sistem ekonomi yang tertutup dan mengisolasikan gejala
keuangan dari negara lain, maka sistem nilai tukar mata uang tetap
dapat menjadi pilihan utama. Sebaliknya, apabila suatu negara lebih
cenderung menerapkan sistem ekonomi yang terbuka, maka sistem
nilai tukar mata uang yang lebih fleksibel menjadi pilihan utama.
b) Tingkat kemandirian suatu negara dalam melaksanakan kebijakan
ekonomi. Misalnya, dalam pelaksanaan kebijakan moneter yang
independen, suatu negara lebih baik memilih sistem nilai tukar yang
fleksibel sebagai pilihan utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c) Kegiatan perekonomian suatu negara. Jika kegiatan perekonomian
suatu negara semakin besar maka volume transaksi ekonomi
meningkat sehingga permintaan uang akan bertambah. Dalam hal ini,
sistem yang tepat digunakan adalah sistem nilai tukar fleksibel, karena
jika negara tersebut memiliki sistem nilai tukar tetap akan dibutuhkan
cadangan devisa yang sangat besar untuk menjaga kredibilitas sistem
nilai tukar.
4. Perkembangan Sistem Nilai Tukar Mata Uang di Indonesia
Sejak tahun 1966 hingga sekarang, Indonesia telah menerapkan
empat sistem nilai tukar mata uang yang berbeda. Sistem nilai tukar mata
uang yang berlaku di Indonesia, diantaranya:
a) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Berganda (Multiple Exchange Rate
System)
Sistem nilai tukar mata uang ini diterapkan sejak Oktober 1966
sampai dengan Juli 1971. Penggunaan sistem nilai tukar ini dilakukan
dalam rangka untuk menghadapi fluktuasi nilai rupiah serta untuk
mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang hilang karena
adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.
b) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar mata uang ini berlaku sejak Agustus 1971
sampai dengan Oktober 1978. Dengan sistem ini, nilai rupiah
ditetapkan dalam suatu nilai tetap terhadap dollar Amerika serikat,
yaitu US$1 = Rp.415,00. Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kuatnya posisi neraca pembayaran dalam kurun waktu tersebut. Neraca
pembayaran tersebut kuat karena sektor migas mempunyai peran besar
dalam penerimaan devisa ekspor yang didukung oleh peningkatan
harga minyak mentah.
c) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Mengambang Terkendali (Managed
Floating Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar mata uang ini diterapkan sejak November
1978 sampai dengan Agustus 1997. Pada periode ini nilai rupiah tidak
hanya dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat, tetapi juga beberapa
mata uang asing lainnya. Pada masa ini telah terjadi tiga kali devaluasi,
yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983 dan September 1986.
Setelah devaluasi tahun 1986, nilai rupiah diperbolehkan terdepresiasi
sebesar 3-5% per tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil yang
lebih baik. Sistem nilai tukar mata uang mengambang terkendali di
Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi rupiah
pada tahun 1978 sebesar 33%.
d) Sistem Nilai Tukar Mata Uang Mengambang Bebas (Free Floating
Exchange Rate System)
Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga
sekarang. Pada periode ini, Bank Indonesia melakukan intervensi di
pasar valuta asing karena semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai
tukar rupiah yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Pada
awal penerapannya, sistem nilai tukar mata uang ini menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
gejolak yang berlebihan, di mana nilai tukar rupiah berfluktuasi amat
cepat. Banyak faktor yang akhirnya menyebabkan nilai tukar rupiah
merosot tajam, mulai dari aksi ambil untung oleh para pelaku pasar
uang serta tingginya permintaan dollar Amerika Serikat oleh
perusahaan domestik untuk membayar hutang-hutang luar negeri
mereka yang telah jatuh tempo.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
1. Cadangan Devisa
Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman
apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya
tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan
untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan
valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi
negara yang bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan
mengimpor barang-barang yang dibutuhkan dari luar negeri, tetapi juga
memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar
valuta asing akan melemah. Apabila posisi cadangan devisa itu terus
menipis dan semakin menipis, maka dapat terjadi “rush” terhadap valuta
asing di dalam negeri. Menghadapi keadaan demikian, sering terjadi
pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan
devaluasi (Dumairy, 1996:107). Makin menipisnya cadangan devisa juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kerentanan ekonomi
Indonesia, yaitu makin memperburuk kondisi perekonomian nasional.
2. Suku Bunga
Menurut Krugman (2000:73) dalam Oktavia, dkk (2013:154),
kenaikan suku bunga domestik akan menyebabkan apresiasi kurs suatu
negara, sedangkan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan
kurs domestik mengalami depresiasi terhadap kurs negara lain. Hal ini
sesuai dengan Imamudin
dalam Oktavia, dkk (2013:154) yang
mengemukakan bahwa peningkatan suku bunga domestik, maka akan
menyebabkan mata uang domestik akan menguat. Sebaliknya, jika tingkat
suku bunga domestik turun, maka mata uang domestik atau kurs akan
melemah.
Perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada
sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata
uang, sehingga akan mempengaruhi kurs/nilai tukar (Perdana, dkk,
2014:3). Menurut Arifin (1998:4) dalam Triyono (2008:159), pengetatan
moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan
apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dari luar negeri.
Hubungan antara suku bunga relatif dan nilai tukar antara dua
negara dijelaskan oleh teori dampak fisher internasional (international
fisher effect-IFE). Menurut Berlianta (2005:20) dalam Puspitaningrum,
dkk (2014:4), teori international fisher effect menunjukkan pergerakan
nilai mata uang satu negara dibanding negara lain disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut.
Implikasi international fisher effect adalah orang tidak bisa menikmati
keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana ke negara
yang mempunyai suku bunga nominal tinggi, karena nilai mata uang
negara yang suku bunganya tinggi akan terdepresiasi sebesar selisih bunga
nominal dengan negara yang memiki suku bunga nominal lebih rendah.
Perbedaan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan
jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik
maupun dari investor asing, khususnya pada jenis investasi portofolio yang
umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan
berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar
uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran
modal masuk (capital inflows) dari luar negeri, hal ini meyebabkan
terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata
uang asing di pasar valuta asing (Madura, 2000) dalam Murdayanti
(2012:120).
3. Inflasi
Salah satu penyebab inflasi adalah karena jumlah uang yang
beredar meningkat. Jumlah uang beredar mengakibatkan meningkatnya
inflasi domestik dan selanjutnya nilai tukar rupiah menurun, jika kebijakan
moneter bersifat ekspansif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Inflasi yang terjadi di suatu negara dapat menurunkan nilai mata
uangnya. Kenaikan harga-harga (inflasi) menyebabkan penduduk negara
tersebut semakin banyak mengimpor dari negara lain, sehingga permintaan
akan valuta asing bertambah. Di lain pihak, ekspor negara tersebut
bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya, sehingga akan
menurunkan penawaran valuta asing (Sukirno, 1981:295).
Tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata
uang suatu negara. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi dapat memicu
bertambahnya
Puspitaningrum
nilai
impor.
(2014:3),
Menurut
perubahan
Madura
dalam
(2006:299)
laju
inflasi
dalam
dapat
mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional. Jika inflasi suatu
negara meningkat, permintaan atas mata uang negara tersebut menurun,
dikarenakan ekspornya juga turun (disebabkan harga yang lebih tinggi).
Menurut Charles, et al dalam Oktavia, dkk (2013:154), hubungan
inflasi dengan nilai tukar adalah positif. Berdasarkan pendekatan
purchasing power parity, bila terjadi peningkatan inflasi, maka untuk
mempertahankan keseimbangan law of one price, nilai tukar harus
terdepresiasi. Teori purchasing power parity juga mengatakan bahwa
negara yang mata uangnya mengalami tingkat inflasi yang tinggi
seharusnya mengurangi nilai mata uangnya relatif terhadap mata uang
dengan tingkat inflasi yang lebih rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4. Neraca Pembayaran
Posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran sangat
berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap
mata uang asing. Balance of Payment dan Balance of Trading
mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. Neraca
pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang
masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang
dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing
di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang
domestik terhadap mata uang asing.
Neraca pembayaran yang defisit menandakan telah terjadinya
aliran dana keluar neto ke luar negeri sehingga terjadi exess demand
terhadap valuta asing dan ini mengakibatkan melemahnya mata uang
domestik. Neraca pembayaran yang surplus menggambarkan keadaan
ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Ketika ekspor
meningkat, maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing ke
dalam negeri semakin besar (Muchlas, 2015:78).
5. Rasio Ekspor terhadap Impor
Rasio ekspor terhadap impor menunjukkan perbandingan nilai
ekspor terhadap impor. Jika ekspor meningkat lebih cepat dibandingkan
impor, maka nilai tukar mata uang suatu negara cenderung menguat atau
apresiasi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai ekspor akan berdampak
pada tingginya permintaan terhadap rupiah sehingga nilai tukar rupiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
akan menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika impor meningkat lebih cepat
dibandingkan ekspor, maka nilai tukar mata uang suatu negara akan
melemah atau terdepresiasi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai
impor mengakibatkan permintaan terhadap mata uang asing meningkat,
yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah.
Menurut Sukirno (2013:402), perubahan dalam permintaan dan
penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam
kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu:
1. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat
Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi atas
barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor.
Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan
mengimpor berkurang dan dapat meningkatkan ekspor. Perbaikan kualitas
barang-barang
mengimpor
impor
menyebabkan
bertambah
besar.
keinginan
masyarakat
Perubahan-perubahan
ini
untuk
akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
2. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Barang-barang dalam negeri yang dijual dengan harga yang relatif murah
akan meningkatkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya
akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah
impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi
impor. Dengan demikian, perubahan harga barang ekspor dan impor akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan mata uang
negara tersebut.
3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing.
Inflasi
cenderung
menurunkan
nilai
suatu
valuta
asing.
Inflasi
menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di
luar negeri, sehingga inflasi akan menambah impor dan meningkatkan
permintaan valuta asing. Selain itu, inflasi menyebabkan harga barangbarang ekspor menjadi lebih mahal, sehingga inflasi akan mengurangi
ekspor dan penawaran valuta asing akan berkurang.
4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang rendah menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar
negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang
tinggi menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Apabila
lebih banyak modal mengalir ke suatu negara maka permintaan atas mata
uangnya bertambah dan nilai mata uang tersebut bertambah. Sebaliknya,
nilai mata suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara
dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
5. Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai
mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang
berlaku.
Apabila
kemajuan
ekonomi
tersebut
diakibatkan
oleh
perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut
bertambah lebih cepat dari penawarannya dan nilai mata uang negara
tersebut akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan tersebut menyebabkan
impor berkembang lebih cepat dari ekspor, maka penawaran mata uang
negara tersebut lebih cepat bertambah dari permintaannya dan nilai mata
uang negara tersebut akan merosot.
Menurut Murdayanti (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tukar mata uang adalah:
1. Perbedaan Tingkat Inflasi
Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara
akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap
berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga diperlukan banyak
valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan meningkatnya permintaan valuta asing di pasar valuta
asing (Madura, 2000:210).
2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada jumlah investasi
di suatu negara, baik yang berasl dari investor domestik maupun
investor asing, khususnya pada jenis-jenis investasi portofolio yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan
berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di
pasar uang domestik. Apabila negara tersebut menganut rezim devisa
bebas, maka dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran modal
masuk (capital flow) dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap
mata uang asing di pasar valuta asing (Madura, 2000:222).
3. Perbedaan Tingkat Pendapatan Nasional
Dalam pendekatan moneter, perbedaan tingkat pendapatan nasional di
dua negara akan dapat mempengaruhi transaksi ekspor dan impor
barang maupun transaksi aset lintas negara yang bersangkutan. Hal
tersebut dapat mempengaruhi perubahan jumlah permintaan dan
penawaran valuta asing di negara-negara tersebut, yang juga akan
berpengaruh terhadap nilai kurs yang berlaku pada sistem kurs
mengambang bebas. Dengan kata lain, jumlah pertumbuhan output riil
di suatu negara sangat mempengaruhi jumlah permintaan uang
domestik dari luar negeri yang mengakibatkan jumlah penawaran uang
semakin berharga dan menyebabkan apresiasi mata uang domestik.
4. Perbedaan Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar yang berlebihan dalam suatu negara akan
menyebabkan nilai tukar mata uangnya terdepresiasi karena tidak
diimbangi dengan permintaan yang sesuai. Sebaliknya, jika permintaan
akan mata uang lebih besar daripada jumlah kenaikan penawaran uang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
maka nilai tukar mata uangnya akan menguat (apresiasi) (Salvatore,
1997:323).
5. Posisi Neraca Pembayaran
Surplus neraca pembayaran menunjukkan adanya aliran valuta asing
yang masuk netto di dalam perekonomian negara tersebut melalui
transaksi financial dan assets, sehingga nilai tukar rupiah akan
menguat. Sebaliknya, neraca pembayaran yang defisit menunjukkan
telah terjadinya aliran dana keluar netto ke luar negeri (Krugman,
2000:23).
Menurut Martin (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tukar mata uang adalah:
1. Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat
nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih
tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih
besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan
tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara
Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata
uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami
depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara
Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan
merubah tingkat suku bunga, Bank Sentral suatu negara bisa
mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang
lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut
meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan
return yang lebih besar. Akan tetapi, jika inflasi kembali tinggi,
investor akan keluar hingga Bank Sentral menaikkan suku bunganya
lagi. Sebaliknya, jika Bank Sentral menurunkan suku bunga maka akan
cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari
hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara
disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara
partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh
dari negara partner dagang. Dalam hal ini, negara tersebut
membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang
menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara
partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, di mana
nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner
dagang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Hutang Publik (Public Debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk
membiayai
proyek-proyek
untuk
kepentingan
publik
dan
pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak.
Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit
anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak
uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan
negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya
turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah
nilai tukar mata uang negara tersebut.
5. Rasio Harga Ekspor Dan Harga Impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor, maka nilai
tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan
barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata
uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang
naik lebih cepat dari harga ekspor.
6. Kestabilan Politik Dan Ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang
bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya
tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat
berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi
dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
nilai tukar mata uang negara tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Cadangan Devisa
1. Pengertian Cadangan Devisa
Devisa merupakan alat pembayaran internasional dan berfungsi
sebagai uang internasional. Pengertian cadangan devisa atau foreign
reserve currencies adalah mata uang asing, misalnya dollar Amerika
Serikat yang dipegang oleh pemerintah atau Bank Sentral setiap negara
yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan internasional (Lipsey,
1990:499).
UU No.23 Tahun 1999 mengatakan bahwa Bank Indonesia
mengelola cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa
tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta
dapat menerima pinjaman luar negeri.
2. Fungsi Cadangan Devisa
Menurut Gandhi (2006) Cadangan Devisa memiliki fungsi sebagai
berikut:
a) Sebagai alat kebijakan moneter khususnya untuk meredam gejolak
nilai tukar, misalnya dengan melakukan intervensi apabila diperlukan.
b) Memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar bahwa negara mampu
memenuhi kewajibannya terhadap pihak luar negeri.
c) Membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban
ketika akan melakukan pembayaran utang luar negeri.
d) Membiayai transaksi yang tercatat di dalam neraca pembayaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
e) Menunjukkan adanya suatu kekayaan dalam bentuk external asset
untuk mem-backup mata uang dalam negeri (domestic currency).
f) Memelihara suatu cadangan untuk dapat dipergunakan apabila negara
mengalami suatu keadaan darurat.
3. Sumber Cadangan Devisa
Cadangan devisa suatu negara pada umumnya berasal dari sumber
sebagai berikut:
a) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet,
kopi, timah, tekstil, kayu lapis, ikan, udang, rotan dan sebagainya.
Begitu pula hasil dari sektor jasa, seperti uang tambang (freight),
angkutan, provisi dan konsumsi, premi asuransi, jasa hotel dan lain
sebagainya.
b) Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional,
serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental
Group on Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development
Bank dan lain sebagainya.
c) Hadiah (Grant) dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP,
UNESCO dan pemerintah asing, seperti pemerintah Saudi Arabia,
Jepang dan lain-lain.
d) Laba dari penanaman modal di luar negeri, seperti laba yang di transfer
dari perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang
berdomisili di luar negeri, termasuk transfer dari warga negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Indonesia yang bekerja di luar negeri, seperti Malaysia, Dubai dan lain
sebagainya.
e) Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang tambang,
angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu
wisata dan lain-lain.
D. Suku Bunga
1. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan
uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu.
Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam
uang. Biaya untuk meminjam uang diukur dalam dollar per tahun untuk
setiap dollar yang dipinjam, adalah suku bunga (Samuelson dan Nordhaus,
1994:197). Menurut Lipsey, dkk (1995:22), suku bunga merupakan harga
yang harus dibayar untuk meminjam uang selama periode waktu tertentu
dan dinyatakan dalam persentase uang yang dipinjam.
2. Jenis Suku Bunga
Suku bunga dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Suku bunga nominal, yaitu suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga
ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini
menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang
diinvestasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b) Suku bunga riil, yaitu suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat
inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju
inflasi.
c) Suku bunga tetap (fixed rate), yaitu suku bunga yang besarnya selalu
tetap (fixed) selama jangka waktu tertentu atau selama jangka waktu
kredit.
d) Suku bunga mengambang (floating rate), yaitu suku bunga yang
besarnya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan besarnya suku
bunga yang berlaku di pasar (mengikuti mekanisme pasar).
3. Unsur-Unsur Dalam Tingkat Suku Bunga
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1994:198), unsur-unsur dalam
tingkat suku bunga, meliputi:
a) Syarat atau jatuh tempo
Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo.
Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga
jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun.
Surat-surat berharga jangka panjang umumnya memberikan suku
bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek, karena
masyarakat ingin mengorbankan lebih cepat dana mereka hanya jika
mereka dapat meningkatkan hasilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b) Risiko
Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko,
sementara lainnya sangat bersifat spekulatif. Obligasi-obligasi dan
tagihan-tagihan pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan oleh
kredit dan kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur-unsur ini dapat
dipercaya karena bunga pinjaman pemerintah akan benar-benar
dibayar. Risiko menengah terdapat pada pinjaman atas kredit-kredit
perusahaan, negara bagian, dan pemerintah lokal. Investasi berisiko
yang mempunyai peluang gagal atau tidak dibayar yang sangat tinggi
termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut, kota-kota
dengan pajak yang tinggi, atau negara-negara Amerika Latin dengan
utang luar negeri yang besar dan pendapatan impor yang kecil.
c) Likuiditas
Aktiva akan disebut likuid apabila dapat ditukarkan dengan
kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit.
Sebagian besar surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi
perusahaan dan pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat
mendekati nilai sekarangnya. Aktiva-aktiva tidak likuid termasuk
aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik.
Risiko yang lebih tinggi dan kesulitan untuk mendapatkan investasi
dari para pemberi pinjaman, aktiva-aktiva atau pinjaman yang tidak
likuid biasanya mempunyai tingkat bunga lebih tinggi daripada yang
diberikan oleh aktiva likuid, yaitu yang tidak berisiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
d) Biaya-biaya administrasi
Waktu dan ketelitian yang diperlukan untuk administrasi
berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya
administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen
per tahun, lebih besar dari tingkat bunga lainnya.
4. Fungsi Suku Bunga
Fungsi suku bunga (interest rate), yaitu:
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung baik bagi individu, institusi atau
lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Dana
berlebihan yang ada di tangan masyarakat tersebut pada gilirannya
akan mempengaruhi pertumbuhan suatu perekonomian.
2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap investasi pada sektor-sektor ekonomi. Dalam hal pemerintah
memberikan dukungan kepada sektor-sektor ekonomi, pemerintah
membuat suatu kebijakan tingkat bunga yang rendah untuk sektor
ekonomi tersebut dengan tujuan mempercepat pertumbuhan sektor
ekonomi tersebut.
3) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan
suatu sektor industri maka perusahaan-perusahaan dari industri
tersebut yang akan meminjam dana diberi fasilitas. Maksudnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pemerintah memberi suku bunga yang lebih rendah dibandingkan
dengan sektor lain.
4) Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan
produksi sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk
mengontrol tingkat inflasi. Ini berarti pemerintah dapat mengukur
sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Misalnya kebijakan politik
menegaskan pemerintah diharuskan mendukung sektor industri dalam
negeri, maka pemerintah memberlakukan kebijakan tingkat suku
bunga yang lebih rendah. Kebijakan ini akan mendorong produksi
menjadi lebih tinggi. Pemerintah dapat mengendalikan permintaan dan
penawaran dengan menetapkan bunga dari bank (melalui BI). Dalam
hal ini bunga dapat disesuaikan oleh pemerintah. Pada saat permintaan
uang terlalu tinggi, sirkulasi uang di masyarakat terlalu besar, maka
pemerintah dapat menaikkan tingkat bunga agar penawaran uang
meningkat dan permintaan uang menurun.
E. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan yang mengakibatkan naiknya harga
secara umum atau suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses
menurunnya nilai uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses suatu
peristiwa dan bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang dianggap tinggi belum menunjukkan inflasi, dianggap inflasi jika
terjadi
proses
kenaikan
harga
yang
terus-menerus
dan
saling
mempengaruhi. Berdasarkan definisi inflasi tersebut, terdapat tiga aspek
penting, yaitu:
1) Adanya kecendrungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti
mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau
naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan
kecendrungan yang meningkat.
2) Peningkatan harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja.
3) Tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum, yang
berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada
satu atau beberapa komoditas saja.
2. Cara Menghitung Laju Inflasi
Secara umum, dikenal tiga cara yang digunakan untuk menghitung
laju inflasi, yaitu:
a) Indeks harga konsumen (consumen price index atau CPI)
Indeks
harga
konsumen
mengukur
biaya
pembelian
sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja
konsumen. Biasanya kelompok barang yang digunakan untuk
mengukur dapat berubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual
masyarakat. IHK mengukur biaya yang langsung dibayar oleh
konsumen pada tingkat harga eceran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
b) Indeks harga produsen (producer price index atau PPI), yaitu suatu
indeks dari harga bahan-bahan baku (raw materials), produk antara
(intermediate products), peralatan, modal dan mesin yang dibeli oleh
sektor bisnis atau perusahaan. Jadi, PPI hanya mencakup bahan baku
dan barang antara atau setengah jadi saja, sementara barang-barang
jadi tidak dimasukkan dalam perhitungan.
c) GNP deflator, yaitu suatu indeks harga yang digunakan untuk
menyesuaikan nilai uang dalam GNP untuk mendapatkan nilai riil
GNP. Nilai riil GNP sangat penting karena menggambarkan output
dari barang dan jasa secara fisik, bukan nilainya. Hal ini penting
karena biasanya suatu perekonomian kelihatannya memproduksi lebih
banyak barang dan jasa karena GNP meningkat, tetapi hal ini dapat
disebabkan adanya inflasi tanpa adanya peningkatan output secara
fisik. GNP deflator digunakan untuk menghilangkan pengaruh
perubahan harga dan mencatat perubahan yang sebenarnya.
3. Penggolongan Inflasi
Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a) Inflasi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat
terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
b) Inflasi yang bersumber dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat
naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi
barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor.
Berdasarakan cakupan pengaruh kenaikan harga, inflasi dibedakan
menjadi inflasi tertutup dan inflasi terbuka. Inflasi tertutup, yaitu jika
kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang
tertentu secara kontinu. Sedangkan inflasi terbuka, yaitu jika kenaikan
harga terjadi secara keseluruhan.
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi digolongkan menjadi
empat jenis, yaitu:
a) Inflasi ringan, yaitu inflasi yang masih belum begitu mengganggu
keadaan ekonomi. Inflasi ini masih mudah dikendalikan. Inflasi ringan
berada di bawah 10% per tahun.
b) Inflasi sedang, yaitu inflasi yang belum membahayakan kegiatan
ekonomi. Tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesejahteraan orangorang yang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%30% per tahun.
c) Inflasi berat, yaitu inflasi yang sudah mengacaukan kondisi
perekonomian. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun.
d) Inflasi sangat berat (hyperinflation), yaitu jenis inflasi yang sudah
mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun
dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi sangat berat
berada di atas 100% per tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dibedakan menjadi dua, yaitu
inflasi karena kenaikan permintaan dan inflasi karena kenaikan biaya
produksi. Inflasi karena kenaikan permintaan disebabkan karena kenaikan
permintaan terkadang tidak dapat dipenuhi produsen, sehingga hargaharga akan cenderung naik. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi “jika
permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga cenderung naik”.
Sedangkan inflasi karena kenaikan biaya produksi, yaitu inflasi yang
terjadi karena penurunan agregat. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan
harga penawaran barang naik, sehingga dapat menimbulkan inflasi.
4. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak terhadap kegiatan perekonomian suatu
negara, diantaranya:
a) Investasi berkurang
Menurunnya nilai uang cenderung mengurangi minat orang untuk
menabung sehingga dana untuk investasi menjadi berkurang, akibatnya
pertumbuhan output nasional menjadi turun.
b) Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang.
Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin
mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara
mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang
mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh
juga semakin kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c) Menimbulkan defisit neraca pembayaran
Produk nasional tidak dapat bersaing di pasar internasional sebagai
akibat dari barang-barang luar negeri (barang impor) lebih murah
daripada barang di dalam negeri, sehingga impor berkembang lebih
cepat daripada ekspor. Hal ini menyebabkan arus modal ke luar negeri
lebih banyak daripada arus masuk ke dalam negeri. Keadaan tersebut
akan berakibat terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan
mata uang dalam negeri.
5. Kebijakan Mengatasi Inflasi
Untuk mencapai sasaran dalam mengatasi inflasi, ada tiga
kebijakan yang dapat ditempuh, yaitu:
a) Kebijakan moneter, yaitu kebijakan pemerintah di bidang moneter
(keuangan) yang bertujuan menjaga kestabilan moneter untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan moneter dilakukan
melalui Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, diantaranya politik
diskonto terhadap Bank Umum, politik pasar terbuka, menaikkan cash
ratio, dan kebijakan kredit.
b) Kebijakan fiskal, di mana kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah
sejalan dengan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal yang dilakukan,
diantaranya mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
menaikkan tarif pajak, dan mengadakan pinjaman pemerintah.
c) Kebijakan non moneter (kebijakan riil), yang dapat dilakukan dengan
menaikkan hasil produksi, kebijakan upah, dan pengawasan harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
F. Neraca Pembayaran
1. Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah suatu catatan sistematis yang berisi
hubungan ekonomi atau transaksi antar penduduk dari suatu negara dengan
negara lainnya, yang dinilai dalam mata uang pada kurun waktu tertentu,
biasanya satu tahun. Neraca pembayaran menggambarkan hubungan
ekonomi antara suatu negara dengan negara lainnya. Pada neraca
pembayaran, tergambar keadaan ekspor, impor, penanaman modal,
pinjaman, dan hal-hal lain yang menjadi cakupan neraca pembayaran.
Menurut Nopirin (1999:165), neraca pembayaran adalah catatan
yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk
negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Madura (1997:31), neraca pembayaran (balance of payment)
adalah ukuran dari semua transaksi antara penduduk dalam negeri dengan
penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu.
2. Fungsi Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dapat digunakan sebagai bahan keterangan
atas berbagai hal yang berhubungan dengan perdagangan luar negeri suatu
negara, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan. Oleh
karena itu, neraca pembayaran berfungsi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil
langkah-langkah di bidang ekonomi. Bidang ekonomi disini termasuk
ekspor dan impor, hubungan utang-piutang, hubungan penanaman
modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut neraca pembayaran.
b) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil
kebijakan di bidang moneter dan fiskal. Dari neraca pembayaran dapat
dilihat jumlah cadangan devisa. Jika cadangan devisa sudah menipis,
pemerintah akan membuat kebijakan untuk menambah devisa atau
menghemat devisa.
c) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui
pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan
nasional. Dari neraca pembayaran, dapat dilihat, misalnya hasil
penanaman modal penduduk negara lain di negara itu. Setelah melihat
hasil tersebut, pemerintah dapat membuat peraturan, misalnya
penanaman modal di negara lain dialihkan ke negara sendiri.
d) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil
kebijakan di bidang politik perdagangan internasional.
3. Komponen Neraca Pembayaran
Menurut Kuncoro (2001:80), neraca pembayaran terdiri atas
beberapa komponen utama, yaitu:
a) Rekening Transaksi Berjalan (Current Account)
Rekening transaksi berjalan mencatat seluruh transaksi barang
dan jasa, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu neraca perdagangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(balance of trade), neraca jasa (services balance), dan neraca transfer
unilateral (unilateral transfers balance).
1) Neraca perdagangan (balance of trade)
Neraca perdagangan (balance of trade), mencatat selisih
antara ekspor dan impor barang yang diperdagangkan dalam
perdagangan internasional.
2) Neraca jasa (services balance)
Neraca jasa (services balance) mencatat transaksi ekspor
dan impor jasa, termasuk pembayaran bunga dan dividen,
pengeluaran militer dan turis.
3) Neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance).
Neraca transfer unilateral (unilateral transfers balance)
mencatat hibah, baik dari perseorangan maupun pemerintah
(misalnya bantuan luar negeri dan bantuan militer).
b) Rekening Modal (Capital Account)
Rekening modal (capital account) menunjukkan aliran
modal finansial, baik yang langsung diperdagangkan (perubahan
portofolio dalam bentuk saham, obligasi dan surat berharga
internasional yang lain) maupun untuk membayar barang dan jasa.
Dengan kata lain,
rekening modal mencerminkan perubahan
kepemilikan jangka panjang dari suatu negara (baik berupa investasi
asing langsung maupun pembelian surat-surat berharga dengan jatuh
tempo lebih dari satu tahun), dan kekayaan finansial jangka pendek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
(surat-surat berharga dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun).
Transaksi dalam rekening modal terdiri dari:
1) Investasi portofolio, yang meliputi pembelian aset finansial dengan
masa jatuh tempo lebih dari satu tahun.
2) Investasi jangka pendek, yang meliputi surat berharga dengan jatuh
tempo kurang dari satu tahun.
3) Investasi asing langsung, terdapat kontrol manajemen, baik parsial
maupun penuh.
4) Pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah.
G. Rasio Ekspor Terhadap Impor
1. Pengertian Ekspor-Impor
Ekspor
adalah
penjualan
barang
ke
luar
negeri
dengan
menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan
lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Impor
adalah proses pembelian barang dan jasa dari negara lain. Menurut UU
No.17 tahun 2006, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean, sedangkan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia
yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta
tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang didalamnya berlaku undang-undang ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Penentu Ekspor-Impor
Menurut Sukirno (2005), faktor utama yang menentukan
kemampuan suatu negara mengekspor ke luar negeri adalah daya saing di
pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di negara-negara lain, kebijakan
proteksi di luar negeri, dan kurs valuta asing. Sedangkan faktor yang
menentukan impor suatu negara adalah daya saing negara lain di negara
tersebut, proteksi perdagangan yang dilakukan negara tersebut dan kurs
valuta asing. Faktor utama yang menentukan impor adalah pendapatan
masyarakat suatu negara. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin
banyak impor yang mereka lakukan.
3. Teori Ekspor-Impor
a) Teori Klasik Keunggulan Mutlak Adam Smith
Adam Smith berpandangan bahwa negara akan melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki
keunggulan mutlak, dan akan mengimpor barang jika tidak memiliki
keunggulan mutlak (Apridar, 2009:89).
b) Biaya Relatif David Ricardo
David Ricardo berpandangan bahwa negara akan melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut
dapat berproduksi relatif lebih efisien, serta akan mengimpor barang di
mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak (Apridar,
2009:95).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
c) Teori Heckscher-Ohin atau Teori H-O
Dasar pemikiran teori ini adalah negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif banyak/murah dalam memproduksi akan melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masingmasing negara akan mengimpor barang tertentu jika faktor produksi
yang relatif langka/mahal dalam memproduksi (Apridar, 2009: 102).
H. Hasil Penelitian Sebelumnya
Muchlas dan Rahman (2015) dengan judul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kurs rupiah terhadap dollar Amerika pasca krisis (20002010)”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah secara simultan
inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, Balance of Payment (BOP)
berpengaruh terhadap pergerakan kurs IDR/USD dan untuk membuktikan
apakah secara parsial inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar,
Balance of Payment (BOP) berpengaruh terhadap pergerakan kurs IDR/USD.
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu berupa
angka. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dalam bentuk dokumen. Data yang diperoleh berupa data inflasi,
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan Balance of Payment (BOP)
yang diperoleh dari BPS (www.bps.go.id) dan BI (www.bi.go.id). Teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumenter. Data yang diamati adalah inflasi, tingkat suku bunga, jumlah
uang beredar, dan BOP selama tahun 2000-2010, dikarenakan tahun 2000-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2010 merupakan tahun-tahun pasca krisis di Indonesia sehingga peneliti ingin
meneliti perkembangan IDR/USD. Sampel penelitian ini adalah negara
Indonesia dan Amerika Serikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama inflasi,
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan Balance of Payment (BOP)
berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika. Hal ini
menegaskan bahwa secara bersama-sama, komponen makro ekonomi yang
antaralain inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan Balance of
Payment (BOP) perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan yang berkenaan
dengan kurs mata uang.
I. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Pergerakan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dollar Amerika
Serikat dari tahun ke tahun terus mengalami fluktuasi. Fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terlihat dengan jelas sejak
Indonesia memutuskan untuk menerapkan sistem nilai tukar mengambang
pada tahun 1997, di mana kurs ditentukan oleh mekanisme permintaan dan
penawaran di pasar valuta asing, tetapi pemerintah dapat mempengaruhi
nilai tukar melalui intervensi pasar, jika kurs naik atu turun melebihi batas
yang ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
dipengaruhi oleh variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca
pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor. Dalam penelitian ini,
terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas (variabel
independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas
(variabel independen) dalam penelitian ini adalah cadangan devisa, suku
bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor.
Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) dalam penelitian ini adalah
kurs rupiah. Dengan demikian, akan dilakukan penelitian sejauhmana
pengaruh variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat, yaitu
kurs rupiah.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian sebelumnya,
maka kerangka pemikiran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Cadangan Devisa (X1)
Suku Bunga (X2)
Inflasi (X3)
Kurs Rupiah (Y)
Neraca Pembayaran (X4)
Rasio Ekspor Terhadap Impor
(X5)
2. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan cadangan devisa terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan suku bunga terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
c. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan inflasi terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
d. Terdapat pengaruh positif dan signifikan neraca pembayaran terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
e. Terdapat pengaruh positif dan signifikan rasio ekspor terhadap impor
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif.
Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang memberikan penjelasan terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi dan diamati/diteliti (Werang, 2015:3).
Alasan digunakannya jenis penelitian ini adalah karena dalam penelitian ini,
peneliti ingin meneliti apakah faktor cadangan devisa, suku bunga, inflasi,
neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor berpengaruh terhadap
kurs rupiah atau tidak melalui pengujian hipotesis.
B. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada
(Hasan, 2002:82). Data sekunder yang digunakan berupa data time seris
(data berkala), yaitu data yang terkumpul dari waktu ke waktu untuk
memberikan gambaran perkembangan suatu kegiatan atau keadaan
(Hasan, 2002:82).
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Sumber Data
Data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Data sekunder yang diperlukan oleh peneliti berupa:
a) Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari tahun 1986-2015
dalam satuan rupiah per tahun.
b) Cadangan devisa Indonesia dari tahun 1986-2015 dalam satuan juta
dollar Amerika Serikat per tahun.
c) Suku bunga Indonesia dari tahun 1986-2015 dalam satuan persen per
tahun.
d) Inflasi nasional dari tahun 1986-2015 dalam satuan persen per tahun.
e) Neraca pembayaran Indonesia dari tahun 1986-2015 dalam satuan juta
dollar Amerika Serikat per tahun.
f) Rasio ekspor terhadap impor dari tahun 1986-2015.
C. Variabel penelitian dan Pengukuran
1. Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan total aktiva luar negeri yang dimiliki dan
disimpan oleh Bank Indonesia yang digunakan untuk stabilitas moneter
maupun transaksi internasional dalam kurun waktu satu tahun yang
dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cadangan devisa tahunan yang dilaporkan oleh Bank
Indonesia periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Suku Bunga
Suku bunga merupakan tingkat suku bunga jangka pendek yang ditetapkan
dan diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik guna menjaga
stabilitas nilai mata uang rupiah yang dinyatakan dalam persen dalam
kurun waktu satu tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tingkat suku bunga tahunan yang dilaporkan oleh Bank Indonesia periode
1986-2015.
3. Inflasi
Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah Jumlah Uang Beredar
(JUB), demand pull inflation atau adanya kenaikan permintaan
masyarakat, dan cost pull inflation dalam kurun waktu satu tahun yang
dinyatakan dalam persen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data inflasi tahunan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dan Bank
Indonesia periode 1986-2015.
4. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah nilai keseluruhan dari transaksi berjalan,
transaksi modal dan finansial, dan selisih perhitungan bersih dalam kurun
waktu satu tahun yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca pembayaran tahunan
yang dilaporkan oleh Bank Indonesia periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor
Rasio Ekspor terhadap impor adalah perbandingan antara nilai
ekspor dan impor Indonesia dalam kurun waktu satu tahun. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data ekspor-impor tahunan yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) periode 1986-2015.
6. Kurs Rupiah
Kurs rupiah adalah nilai mata uang negara Indonesia yaitu Rupiah
yang dibandingkan dengan mata uang negara Amerika Serikat yaitu Dollar
AS atau US$ Dollar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kurs/nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tahunan periode
1986-2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumenter. Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen
(Hasan, 2002:87). Teknik ini dilakukan dengan melihat data sekunder yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statisik (BPS), yang
meliputi data cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, rasio
ekspor terhadap impor, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel
bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) (Siregar,
2013:405). Model regresi dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan:
Y
= Kurs rupiah
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
X1
= Cadangan Devisa
X2
= Suku Bunga
X3
= Inflasi
X4
= Neraca Pembayaran
X5
= Rasio ekspor terhadap impor
e
= standar error
Teknik analisis data regresi linear berganda dapat dilakukan
dengan melakukan uji prasyarat dan uji asumsi klasik, serta pengujian
hipotesis, yang dinyatakan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
1. Uji Prasyarat
Dalam analisis regresi linear berganda perlu melakukan uji
persyaratan analisis regresi berganda, sehingga persamaan garis regresi
yang diperoleh benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen. Uji persyaratan tersebut harus terpenuhi, apabila tidak maka
akan menghasilkan garis regresi yang tidak cocok untuk memprediksi. Uji
prasyarat tersebut meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi
yang normal (Santoso, 2010:210). Model regresi yang baik adalah
memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas
yang umum digunakan adalah uji kolmogorov smirnov.
Kriteria pegujian sebagai berikut: Jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) > 0,05, berarti data dan residu berdistribusi normal. Sebaliknya,
jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, berarti data dan residu tidak
berdistribusi normal. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) merupakan nilai
perhitungan hasil pengujian normalitas.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji tersebut digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier (Kasmadi
dan Sunariah. 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kriteria pengujian linieritas: Hubungan variabel cadangan
devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor
terhadap impor dengan kurs rupiah bersifat linier apabila F hitung
lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil dari 0,05,
berarti hubungan variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca
pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor dengan kurs rupiah tidak
linier.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model yang
diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi
linear berganda, yang terdiri dari:
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas diperlukan untuk melihat ada atau
tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam
suatu model regresi linear berganda (Sunjoyo, dkk, 2013:65). Deteksi
multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa aspek
berikut ini:
1) Jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan
nilai tolerance mendekati 1, maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolinieritas. Jika nilai VIF semain besar, maka diduga
ada multikolinieritas (Widarjono, 2013:107).
2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel
independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dari multikolinieritas. Jika nilai korelasi lebih dari 0,70, berarti
terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen,
sehingga terjadi multikolinieritas.
3) Jika nilai koefisien determinan, baik R² ataupun adjusted R² di atas
0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependen, maka diasumsikan model terkena
multikolinieritas (Sunjoyo, dkk, 2013:65).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Sunjoyo, dkk, 2013:69). Uji statistik yang
digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah Uji Glejser, dengan
cara meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen
(Gujarati, 2003) dalam Ghozali (2005:108). Untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah heteroskedastisitas, digunakan ketentuan sebagai
berikut: Jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai
absolut residualnya > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai
absolut residualnya < 0,05, maka terjadi heteroskedastisitas.
Selain menggunakan Uji Glejser, cara lain untuk mendeteksi
ada tidaknya masalah heteroskedastisitas pada suatu model regresi
dapat dilakukan dari model gambar scatterplot. Analisis pada gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak
terdapat heteroskedastisitas, jika:
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3) Penyebaran
titik-titik
data
tidak
boleh
membentuk
pola
bergelombang melebar, kemudian menyempit dan melebar
kembali.
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Nugroho,
2005:63)
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai adanya korelasi antara
anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu
(Nugroho, 2011:103). Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t1(sebelumnya) (Santoso, 2010:213).
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
Uji Run Test. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi,
digunakan kriteria sebagai berikut: jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di
atas 0,05, berarti tidak terdapat masalah autokorelasi. Sebaliknya, jika
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di bawah 0,05, berarti terdapat masalah
autokorelasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara adanya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Hipotesis yang dirumuskan adalah
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).
Untuk menguji hipotesis, digunakan alat analisis regresi berganda,
yaitu analisis untuk mengetahui adanya pengaruh antara lebih dari satu
variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Pengujian hipotesis meliputi:
a. Uji Hipotesis Simultan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji
distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara nilai F tabel dengan
F hitung (Algifari, 2011:72). Sehingga, dapat dilakukan uji signifikansi
dengan hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel cadangan
devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor
terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel cadangan
devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor
terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Adapun statistik pengujiannya adalah:
Menentukan F tabel dan F hitung dengan tingkat kepercayaan sebesar
95% atau dengan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ï‚·
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya
masing-masing
variabel
independen
secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
ï‚·
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang artinya
masing-masing variabel independen secara bersama-sama tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima, maka nilai F
hitung dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikansi 5% (α =
0,05), dengan df1= k-1 dan df2= n-k.
Penentuan nilai F hitung dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
F=
R²/k
(1-R²) (N-k-1)
Keterangan:
F = Harga F garis regresi
R = Koefisien korelasi berganda
K = Jumlah variabel independen
N = Jumlah anggota sampel
b. Uji Hipotesis Parsial
Uji hipotesis parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
(parsial), dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
a) Cadangan devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015
H0 : Cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
Ha : Cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
b) Suku bunga terhadap kurs rupiah periode 1986-2015
H0 : Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
Ha : Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
c) Inflasi terhadap kurs rupiah periode 1986-2015
H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode
1986-2015.
Ha : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
d) Neraca pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015
H0 : Neraca pembayaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
Ha : Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
e) Rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015
H0 : Rasio ekspor terhadap impor tidak berpengaruh signifikan
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Ha : Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Adapun statistik pengujiannya adalah:
1. Dengan membandingkan nilai T hitung dan T tabel
ï‚·
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
ï‚·
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Penentuan nilai t hitung dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
ti = β i
Se(βi)
Di mana:
βi
= Koefisien regresi variabel Xi
Se(βi)
= Standar error variabel Xi
2. Dengan membandingkan angka probabilitas signifikansi
ï‚·
Jika angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
dan Ha ditolak.
ï‚·
Jika angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan
Ha diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara
dua variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase
variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan
regresi yang dihasilkan (Algifari, 2011:45).
Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen
(Nugroho, 2005:50). Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5,
karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
berdasarkan laporan tahunan dari BPS dan BI dari tahun 1986-2015. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kurs rupiah. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah cadangan devisa yang dinyatakan dalam juta dollar
Amerika Serikat, suku bunga yang dinyatakan dalam persen, inflasi yang
dinyatakan dalam persen, neraca pembayaran yang dinyatakan dalam juta
dollar Amerika Serikat, dan rasio ekspor terhadap impor.
Tabel IV.1
Deskripsi Data Penelitian
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Kurs Cadangan Suku Inflasi
Neraca
Rupiah
Devisa
Bunga
Pembayaran
1.641
1.650
1.729
1.795
1.901
1.992
2.062
2.110
2.200
2.308
2.383
4.650
8.025
7.100
9.595
10.400
5.302,0
6.512,3
6.191,0
6.561,9
8.661,3
9.867,7
11.610,9
12.352,2
13.157,9
14.674
19.125
17.427
23.762
27.054
29.394
28.015,80
14,75
15,02
15,25
11,33
22,39
18,70
13,17
9,50
14,38
14,75
12,88
20,00
38,44
12,51
14,53
17,62
67
8.83
8.90
5.47
5.97
9.53
9.52
4.94
9.77
9.24
8.64
6.47
11.05
77.63
2.01
9.35
12.55
266
1.383
820
1.810
1.506
1.437
3.349
3.664
1048
3829
3188
-2459
222
1213
1219
-2092
Rasio
Eksor
Terhadap
Impor
1,38
1,39
1,45
1,35
1,18
1,13
1,25
1,30
1,25
1,12
1,16
1,28
1,79
2,03
1,85
1,82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahun
Kurs Cadangan Suku Inflasi
Neraca
Rupiah
Devisa
Bunga
Pembayaran
2002
8.940
32.037,04 12,93
10.03
6.720
2003
8.465
36.295,71
8,31
5.06
7.157
2004
9.290
36.320,48
5,92
6.40
3.415
2005
9.830
34.723,69 12,75
17.11
623
2006
9.020
42.586,00
9,75
6.60
13.885
2007
9.419
56.920,00
8,00
6.59
14.083
2008
10.950 51.639,00
9,25
11.06
-1.706
2009
9.400
66.105,00
6,50
2.78
15.483
2010
8.991
96.207
6,50
6.96
31.670
2011
9.068
110.123
6,00
3.80
15.321
2012
9.670
112.781
5,75
4.30
491
2013
12.189
99.387
7,50
8.40
4.356
2014
12.440
111.862
7,75
8.40
3.663
2015
13.795
100.240
7,50
6.80
-2.857
Sumber : data sekunder dari BI dan BPS (data diperoleh 2016)
Rasio
Eksor
Terhadap
Impor
1,83
1,88
1,54
1,48
1,65
1,53
1,06
1,20
1,16
1,15
1,00
1,03
1,06
1,13
Grafik IV.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode 1986-2015
Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Y)
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat periode 1986-2015 cenderung terdepresiasi atau melemah. Nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari tahun ke tahun terus melemah.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak awal juli 1997 sampai 1998,
menyebabkan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Nilai tukar rupiah tahun 1997 berada pada posisi Rp 4.650 dan pada tahun 1998
terus tertekan dan berada pada posisi Rp 8.025. Sejak tahun 1997 tersebut, nilai
tukar rupiah cenderung fluktuatif sampai tahun 2015. Bahkan tahun 2015 nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami kemerosotan yang sangat
tajam. Nilai tukar rupiah pada tahun 2015 berada pada posisi Rp 13.795. Kondisi
ini diawali dari pemulihan Amerika Serikat pasca krisis 2008 yang menyebabkan
The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat merencanakan pemangkasan
quantitative
easing
atau
melakukan
stimulus
ekonomi.
Rencana
yang
dikemukakan oleh gubernur The Fed, yaitu Ben Bemanke sejak Mei 2013 tersebut
menjadi awal melemahnya mata uang global terhadap dollar AS karena suplai
dollar akan berkurang. Hal tersebut berlanjut pada pelemahan mata uang dunia
terhadap dollar AS yang pada akhirnya menyebabkan permintaan barang
komoditas menurun. Hal ini membawa dampak bagi Indonesia, di mana harga
komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia anjlok dan berdampak pada
neraca perdagangan yang pada akhirnya memperburuk pelemahan rupiah.
Nilai tukar rupiah yang terus tertekan pada tahun tersebut menyebabkan
terganggunya perekonomian nasional, di mana harga-harga barang meningkat
secara tajam, sehingga menyebabkan daya beli masyarakat dan kegiatan industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
ikut melemah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi melambat, di mana terjadi
penurunan pertumbuhan ekonomi dari 4,7% pada kuartal I menjadi 4,6% pada
kuartal II.
Grafik IV.2
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Periode 1986-2015
Cadangan Devisa (X1)
120,000.00
100,000.00
80,000.00
60,000.00
40,000.00
20,000.00
0.00
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa cadangan devisa Indonesia
periode 1986-2015 memiliki trend yang cenderung meningkat. Cadangan devisa
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak memasuki tahun
2010, dari tahun sebelumnya 66.105 juta dollar AS menjadii 96.207 juta dollar
AS. Peningkatan cadangan devisa di tahun 2010 tersebut didukung oleh masih
kuatnya aliran masuk modal asing khususnya investasi langsung (PMA) dan
investasi portofolio. Tahun 2012, cadangan devisa Indonesia juga mengalami
peningkatan, dan ini merupakan cadangan devisa tertinggi yang dimiliki Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
periode 1986-2015. Gubernur BI, Darmin Nasution dalam (Kompas.com)
mengatakan bahwa transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus yang
cukup besar, terutama didukung oleh investasi langsung (PMA) dan arus masuk
modal portofolio, baik dalam pasar saham maupun pasar obligasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Cadangan devisa sampai akhir
tahun 2012 mencapai 112.781 juta dollar AS.
Tahun 2013-2015, cadangan devisa Indonesia berfluktuatif. Hal ini terlihat
dari cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia tahun 2013 mengalami
penurunan yang cukup signifikan dan berada pada posisi 99.387 juta dollar AS.
Tahun 2014, cadangan devisa Indonesia kembali meningkat dan berada pada
posisi 111.862 juta dollar AS. Akan tetapi, tahun 2015, cadangan devisa Indonesia
kembali menurun dan berada pada posisi 100.240 juta dollar AS.
Penurunan cadangan devisa tahun 2013 diakibatkan karena adanya
pembayaran utang luar negeri pemerintah, pemenuhan kewajiban BUMN dan
intervensi BI untuk meredam jatuhnya nilai rupiah. Peningkatan cadangan devisa
tahun 2014 dipengaruhi oleh penerimaan devisa hasil ekspor migas, penarikan
pinjaman luar negeri pemerintah, dan penerimaan pemerintah lainnya dalam
valuta asing yang melebihi pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri
pemerintah dan kebutuhan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah. Di
samping itu, simpanan valuta asing dan swap bank-bank dengan Bank Indonesia
juga meningkat menjelang akhir tahun 2014. Sedangkan penurunan cadangan
devisa tahun 2015 dikarenakan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah
untuk mendukung terjaganya stabilisasi makroekonomi dan sistem keuangan.
Grafik IV.3
Perkembangan Suku Bunga Periode 1986-2015
Suku Bunga (X2)
50
40
30
20
10
0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa suku bunga Indonesia periode
1986-1988 cenderung stabil dari 14,75% sampai 15,25%. Akan tetapi, memasuki
tahun 1989-2015, suku bunga cenderung berfluktuatif. Suku bunga mengalami
peningkatan yang sangat tajam memasuki tahun 1998, Peningkatan tersebut
didukung oleh kondisi perekonomian pada tahun tersebut yang sangat anjlok,
dikarenakan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, di mana nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS sangat merosot. Hal inilah yang menyebabkan Bank Indonesia
menaikkan suku bunga untuk merespon kenaikan inflasi dan merosotnya nilai
tukar rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tahun 2012, suku bunga Indonesia menyentuh level 5,75% dan
merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah perekonomian Indonesia
periode 1986-2015. Menurut Kepala Ekonom Danareksa Research Institute,
Purbaya Yudhi Sadewa dalam (ViVAnews.com), kebijakan BI Rate ditempuh
karena kemungkinan inflasi akan naik dengan adanya kebijakan subsidi dari
pemerintah. Selain itu, langkah tersebut untuk mendorong perbankan yang sulit
menurunkan suku bunga kreditnya dan kebijakan tersebut diambil untuk
mendorong perekonomian Indonesia di tengah turunnya ekonomi global. BI akan
mewaspadai risiko ekonomi global dan dampak kebijakan pemerintah di bidang
energi, dengan menerapkan bauran kebijakan moneter dan makro dalam
pengelolaan ekonomi makro secara keseluruhan.
Grafik IV. 4
Perkembangan Inflasi Indonesia Periode 1986-2015
Inflasi (X3)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa inflasi Indonesia dari tahun
1986-2015 cenderung berfluktuatif. Peningkatan inflasi yang sangat tajam dan
membuat kondisi perekonomian Indonesia sangat mengkhawatirkan terjadi pada
tahun 1998. Dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan
inflasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Inflasi Indonesia pada
tahun tersebut berada pada level 77,63% dan ini merupakan inflasi terparah
dalam sejarah inflasi Indonesia.
Pasca krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998, inflasi
Indonesia kembali mengalami peningkatan yang sangat tajam dan menyentuh
level 17,11% pada tahun 2005. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya
kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan semua kelompok barang dan
jasa, seperti kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang, kelompok
kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan.
Memasuki tahun 2006, Inflasi mengalami penurunan sebesar 10,51% dari
sebelumnya 17,11% menjadi 6,60% dan terus menurun sampai tahun 2007.
Tahun 2009, inflasi terus menunjukkan trend yang positif dan berada pada level
terendah 2,78%. Penurunan laju inflasi tersebut disebabkan oleh terjadinya
deflasi pada barang-barang yang harganya ditetapkan oleh pemerintah, seperti
bahan bakar minyak dan listrik. Akan tetapi, tahun 2010, inflasi kembali
meningkat sebesar 4,18% dan berada pada level 6,96% dari sebelumnya berada
pada level 2,78%. Peningkatan tersebut sejalan dengan perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa di
Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga telah berdampak pada menurunnya
produksi barang dan jasa. Memasuki tahun 2013, laju inflasi Indonesia
menembus angka 8,40% dan merupakan inflasi tertinggi sejak 2009. Inflasi ini
timbul sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Grafik IV. 5
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia Periode 1986-2015
Neraca Pembayaran (X4)
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
-5000
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa trend neraca pembayaran
Indonesia dari tahun 1986-2015 cenderung berfluktuatif. Tahun 1997, neraca
pembayaran Indonesia mengalami tekanan yang cukup berat, dikarenakan krisis
ekonomi yang melanda Indonesia dimulai pada awal juli 1997. Defisitnya neraca
pembayaran Indonesia pada tahun tersebut sebagai akibat dari menurunnya ekspor
migas secara tajam dikarenakan melemahnya permintaan dunia dan menurunnya
harga minyak bumi di pasar internasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada tahun 2010, kondisi neraca pembayaran mengalami surplus dan
merupakan neraca pembayaran tertinggi sepanjang sejarah perekonomian
Indonesia periode 1986-2015. Surplusnya neraca pembayaran Indonesia pada
tahun tersebut didukung oleh surplusnya transaksi berjalan, di mana tingginya
pertumbuhan ekspor nonmigas, khususnya yang berbasis sumber daya alam. Hal
tersebut sejalan dengan permintaan dunia yang menguat dan harga yang tinggi di
pasar dunia.
Memasuki tahun 2011, neraca pembayaran cenderung menurun dan
bahkan pada tahun 2015 mengalami defisit. Secara keseluruhan, neraca
pembayaran Indonesia mengalamai tekanan yang cukup besar. Defisitnya neraca
pembayaran Indonesia pada tahun tersebut bersumber dari penurunan surplus
transaksi modal dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit
transaksi berjalan. Selain itu, penurunan aliran masuk modal portofolio asing yang
cukup signifikan sebagi akibat dari tingginya ketidakpastian di pasar keuangan
global memicu neraca pembayaran Indonesia pada tahun tersebut mengalami
tekanan yang sangat signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Grafik IV.6
Rasio Ekspor Terhadap Impor
Rasio Ekspor Terhadap Impor (X5)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Tahun
Sumber : data sekunder, diolah 2016
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rasio ekspor terhadap impor
tahun 1986-1988 menunjukkan trend yang positif, di mana rasio ekspor terhadap
impor tahun 1986 berada pada level 1,38 ke level 1,45. Tahun 1989-2015, rasio
ekspor terhadap impor cenderung berfluktuatif. Rasio ekspor terhadap impor
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1999, di mana rasio
ekspor terhadap impor berada pada level 2,03. Tahun 2012, rasio ekspor terhadap
impor Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,15 dari tahun sebelumnya 1,15
menjadi 1,00. Menurut Kepala Badan Pusat statistik (BPS), Suryamin dalam (
Antaranews.com), secara keseluruhan, selama tahun 2012, baik sektor migas
maupun nonmigas merosot yang mengakibatkan terjadi akumulasi penurunan total
ekspor. Penurunan pada sektor migas disebabkan oleh merosotnya ekspor minyak
mentah sebesar 11% dan diikuti penurunan ekspor gas yang merosot 10,28%.
Selama tahun 2012, dari 10 komoditas nonmigas, tujuh diantaranya mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
penurunan ekspor, seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak lemak nabati,
mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, komoditi bijih, kerak dan abu
logam, kertas/karton, dan pakaian jadi bukan rajutan. Sedangkan pada tahun 2012,
penurunan ekspor diikuti oleh peningkatan impor. Peningkatan impor didorong
oleh melonjaknya impor migas. Terdapat 10 barang nonmigas yang mengalami
kenaikan impor tertinggi sepanjang 2012, yaitu barang dari besi dan baja sebesar
36,82%, kapal terbang dan bagiannya sebesar 31,39%, kendaraan bermotor dan
bagiannya sebesar 28,29%. Secara keseluruhan, peningkatan impor disebabkan
oleh tingginya permintaan pasar dalam negeri dan meningkatnya barang modal.
Periode 2013-2015, rasio ekspor terhadap impor kembali meningkat jika
pada tahun sebelumnya mengalami penurunan, di mana rasio ekspor terhadap
impor berada pada level 1.03 (2013), 1,06 (2014), dan 1,13 (2015).
B. Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Untuk menentukan data berdistribusi
normal atau tidak, digunakan kriteria sebagai berikut, Jika nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) > 0,05, berarti data dan residu berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, berarti data dan
residu tidak berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan Statistical
Package for Social Sciences (SPSS 22.00), yaitu dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
rumus Kolmogorov Smirnov. Output pengujian normalitas dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel IV.2
Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
30
Normal Parameters
a
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
1605.17333727
Absolute
.119
Positive
.085
Negative
-.119
Kolmogorov-Smirnov Z
.652
Asymp. Sig. (2-tailed)
.789
a. Test distribution is Normal.
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa nilai Asymp.sig.(2tailed) adalah 0,789. Dapat dikatakan bahwa nilai Asymp.sig. (2-tailed)
lebih besar dari nilai signifikansi (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
data dan residu berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel
bebas dan terikat mempunyai hubungan linier atau tidak. Hasil pengujian
linieritas dapat dilihat pada output di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel IV.3
Uji Linieritas
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F
25.375
Sig.
.000
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Berdasarkan output di atas, diperoleh F hitung sebesar 25,375 dengan
probabilitas sebesar 0,000. Hasil F hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan
F tabel dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh F tabel
sebesar 2,62. Jadi, F hitung (25,375) > F tabel (2,62) sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan
rasio ekspor terhadap impor memiliki hubungan yang linier dengan variabel kurs
rupiah.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Pengujian
Multikolinieritas
menggunakan
program
SPSS
dengan
menggunakan analisa collinearity statistics. Berdasarkan hasil analisis yang
digunakan, jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan
nilai tolerance mendekati 1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
multikolinieritas. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada output
di bawah ini:
Tabel IV.4
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
Cadangan_Devisa
.382
2.618
Suku_Bunga
.161
6.228
Inflasi
.230
4.344
Neraca_Pembayaran
.764
1.309
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
.788
1.269
a. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Berdasarkan hasil collinearity statistics di atas, terlihat bahwa
variabel cadangan devisa (X1) memiliki nilai tolerance sebesar 0,382 dan
nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 2,618. Karena nilai VIF untuk
variabel cadangan devisa di bawah 10 dan nilai tolerance mendekati angka
1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel cadangan devisa tidak
mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain
tidak terjadi multikolinieritas.
Untuk variabel suku bunga (X2), terlihat bahwa nilai tolerance
sebesar 0,161 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 6,228. Karena
nilai VIF untuk variabel suku bunga tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga
tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata
lain tidak terjadi multikolinieritas.
Variabel inflasi (X3) memiliki nilai tolerance sebesar 0,230 dan
nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 4,344. Karena nilai VIF untuk
variabel inflasi tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1,
maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak mempunyai persoalan
dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi
multikolinieritas.
Variabel neraca pembayaran (X4) memiliki nilai tolerance sebesar
0,764 dan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 1,309. Karena nilai
VIF untuk variabel neraca pembayaran tidak lebih dari 10 dan nilai
tolerance mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
neraca pembayaran tidak mempunyai persoalan dengan variabel bebas
lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas.
Selanjutnya untuk variabel rasio ekspor terhadap impor (X5)
memiliki nilai tolerance sebesar 0,788 dan nilai variance inflation factor
(VIF) sebesar 1,269. Karena nilai VIF untuk variabel rasio ekspor terhadap
impor tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance mendekati angka 1 , maka dapat
disimpulkan bahwa variabel rasio ekspor terhadap impor tidak mempunyai
persoalan dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain tidak terjadi
multikolinieritas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas, digunakan Uji Glejser dengan cara meregresikan nilai
absolut residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikansi antara
variabel independen dengan nilai absolutnya > 0,05, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil output untuk pengujian heteroskedastisitas sebagai
berikut:
Tabel IV.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
1802.719
1222.120
.003
.007
-58.451
Beta
T
Sig.
1.475
.153
.152
.508
.616
58.193
-.463
-1.004
.325
14.780
24.485
.232
.604
.552
-.048
.024
-.413
-1.953
.063
147.636
587.408
.052
.251
.804
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Inflasi
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Std. Error
Coefficients
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Berdasarkan output di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi dari variabel
cadangan devisa sebesar 0,616. Nilai signifikansi dari variabel suku bunga sebesar
0,325. Nilai signifikansi dari variabel inflasi sebesar 0,552. Nilai signifikansi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
variabel neraca pembayaran sebesar 0,063 dan nilai signifikansi dari variabel rasio
ekspor terhadap impor sebesar 0,804. Kelima variabel di atas memiliki nilai
signifikansi di atas 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam model
regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji statistik yang digunakan untuk
mendeteksi masalah autokorelasi adalah Run Test, dengan kriteria: jika nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Hasil
pengujian autokorelasi dapat dilihat pada output di bawah ini:
Tabel IV.6
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
291.06612
Cases < Test Value
15
Cases >= Test Value
15
Total Cases
30
Number of Runs
12
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
-1.301
.193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Berdasarkan output di atas, terlihat bahwa nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,193 dan lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak mengalami masalah
autokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Hipotesis Simultan
Uji hipotesis simultan digunakan untuk mengetahui apakah
variabel
independen
secara
bersama-sama
atau
simultan
mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, juga digunakan untuk
mengetahui ketepatan model regresi yang dipilih. Hasil pengujian
hipotesis simultan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.7
Pengujian Hipotesis Simultan
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F
25.375
Sig.
.000
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Berdasarkan hasil output di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 25,375
dengan Ftabel sebesar 2,62. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila Fhitung
lebih kecil daripada Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika Fhitung
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
lebih besar daripada Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil pengujian
hipotesis di atas, diperoleh nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (25,375 > 2,62),
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor
terhadap impor secara bersama-sama dapat menjadi prediktor kurs rupiah. Dengan
kata lain, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat.
b. Uji Hipotesis Parsial
Uji hipotesis parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian
hipotesis parsial dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.8
Hasil Regresi Berganda
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Inflasi
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
a. Dependent Variable: Kurs
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Coefficients
Beta
T
Sig.
-1.583
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Karakteristik data kurs rupiah dalam penelitian ini menunjukkan situasi
terdepresiasi justru ketika angkanya semakin meningkat dan sebaliknya, data kurs
rupiah terapresiasi ketika angkanya menurun. Oleh karena itu, hasil output dari
model regresi berganda dituliskan dalam posisi tanda yang dibalik. Dengan
demikian, hasil persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai
berkut:
Y = 4114,804 - 0,102 X1 + 0,117 X4 - 6182,456 X5
Keterangan:
Y = Kurs Rupiah
X1 = Cadangan Devisa
X4 = Neraca Pembayaran
X5 = Rasio Ekspor Terhadap Impor
Adapun penjelasan hasil regresi dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
1. Cadangan Devisa
Pengujian Hipotesis dalam variabel cadangan devisa adalah sebagai berikut:
H0 : Cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
Ha : Cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Cadangan devisa memiliki koefisien beta sebesar -0,102, artinya jika
cadangan devisa naik satu satuan, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat akan terdepresiasi sebesar 0,102 satuan. Artinya, nilai rupiah
melemah.
Untuk mengetahui apakah variabel cadangan devisa berpengaruh
signifikan terhadap kurs rupiah, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikansi variabel cadangan devisa dengan taraf signifikansi 5% (0,05).
Nilai signifikansi variabel cadangan devisa sebesar 0,000, berada di bawah
0.05. Karena Sig. < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
2. Suku Bunga
Pengujian Hipotesis dalam variabel suku bunga adalah sebagai berikut:
H0 : Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode
1986-2015.
Ha : Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa suku bunga memiliki nilai
signifikansi 0,186 dan berada di atas 0,05. Karena Sig. > 0,05 (0,186 > 0,05),
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 19862015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
3. Inflasi
Pengujian Hipotesis dalam variabel inflasi adalah sebagai berikut:
H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 19862015.
Ha : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode
1986-2015.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa inflasi memiliki nilai
signifikansi 0,138 dan berada di atas 0,05. Karena Sig. > 0,05 (0,138 > 0,05),
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
4. Neraca Pembayaran
Pengujian Hipotesis dalam variabel neraca pembayaran adalah sebagai
berikut:
H0 : Neraca pembayaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015.
Ha : Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
Neraca pembayaran memiliki koefisien beta sebesar 0,117, artinya jika
neraca pembayaran naik satu satuan, maka nilai tukar rupiah akan terapresiasi
sebesar 0,117 satuan. Artinya, nilai rupiah menguat.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa neraca pembayaran
memiliki nilai signifikansi 0,033 dan berada di bawah 0,05. Karena Sig. <
0,05 (0,033 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
disimpulkan bahwa neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor
H0 : Rasio ekspor terhadap impor tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015.
Ha : Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
Rasio ekspor terhadap impor memiliki koefisien beta sebesar -6182,456,
artinya jika rasio ekspor terhadap impor naik satu satuan, maka nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan terdepresiasi sebesar 6182,456
satuan. Artinya, nilai rupiah melemah.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa rasio ekspor terhadap impor
memiliki nilai signifikansi 0,000 dan berada di bawah 0,05. Karena Sig. <
0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Hasil
pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel IV.9
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1
R
.917
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016
Hasil perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS
menunjukkan bahwa nilai R square sebesar 0,841. Hal ini berarti bahwa
cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor
terhadap impor secara bersama-sama memiliki pengaruh sebesar 84,1%
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Sedangkan sisanya 15,9% dijelaskan
oleh variabel lain, misalnya jumlah uang beredar dan pendapatan nasional.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Cadangan Devisa Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015
Hasil pengujian hipotesis pertama tentang pengaruh cadangan
devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa
cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah.
Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi
0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima,
yang berarti cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Cadangan devisa merupakan simpanan mata uang asing yang
dikelola oleh Bank Indonesia untuk memenuhi kewajiban keuangan karena
adanya transaksi internasional (reserve currency). Persoalan yang dihadapi
saat ini adalah bagaimana otoritas moneter bisa mengelola cadangan devisa
dengan baik dan aman. Salah satu tujuan pengelolaan cadangan devisa
adalah untuk memastikan ketersediaan kecukupan devisa untuk memenuhi
berbagai kebutuhan. Sesuai dengan konstitusi, Bank Indonesia mengelola
cadangan devisa dan dalam pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia
melakukan berbagai jenis transaksi devisa. Banyaknya cadangan devisa
yang dimiliki oleh Bank Indonesia tetapi tidak dapat membuat kurs menguat
secara signifikan dikarenakan adanya mis manajemen pemerintah, artinya
pemerintah punya banyak cadangan devisa, tetapi tidak bisa mengelola
cadangan tersebut, sehingga kurs tidak menguat secara signifikan.
Jika cadangan devisa yang dimiliki oleh Bank Indonesia lebih
banyak digunakan hanya untuk membiayai transaksi internasional, dalam
hal ini digunakan untuk pembiayaan impor dan melakukan pembayaran
utang ke luar negeri, dan tidak banyak digunakan untuk meredam gejolak
nilai tukar rupiah atau menstabilkan nilai tukar rupiah, maka kurs atau nilai
tukar rupiah akan terdepresiasi atau melemah. Hal ini dikarenakan,
banyaknya cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia tidak dapat
dikelola dengan baik dan aman, di mana cadangan devisa tersebut
seharusnya digunakan untuk berbagai transaksi devisa, yang tidak hanya
untuk keperluan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
tetapi juga berbagai transaksi lainnya, salah satunya adalah menstabilkan
nilai tukar rupiah, sehingga tidak hanya mampu membiayai kewajiban luar
negeri, tetapi juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dapat
menguat atau lebih stabil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika cadangan devisa yang
dimiliki oleh Indonesia lebih banyak digunakan untuk pembayaran
kewajiban luar negeri tanpa diimbangi dengan upaya untuk menstabilkan
kurs rupiah, maka cadangan devisa yang banyak tersebut tidak dapat
membuat kurs atau nilai tukar rupiah dapat terapresiasi atau menguat secara
signifikan. Dengan kata lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat akan melemah.
2. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015
Hasil pengujian hipotesis kedua tentang pengaruh suku bunga
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa suku bunga
tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis
parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,186 lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti suku bunga
tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Suku bunga yang tinggi dapat digunakan sebagai daya tarik bagi
para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan dan juga
sebagai kontrol yang dilakukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia
untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Akan tetapi, suku bunga
yang tinggi tidak cocok bagi iklim usaha. Hal ini dikarenakan, hampir semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
usaha di sektor riil tidak terlepas dari kredit perbankan, di mana para
pengusaha tersebut membutuhkan dana tambahan untuk usahanya. Dengan
demikian, suku bunga yang tinggi mengakibatkan pinjaman menjadi lebih
mahal sehingga memperlambat perkembangan dunia usaha. Suku bunga
yang tinggi juga dapat menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia, di
mana pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkualitas, dikarenakan
investasi dari sektor riil sangat rendah.
Suku bunga yang tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi
investor asing, dikarenakan adanya berbagai faktor nonekonomi yang
mempengaruhinya, diantaranya iklim usaha yang tidak kondusif, biaya yang
harus dikeluarkan, biaya ijin, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
walaupun tingkat suku bunga tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi
investor asing untuk menginvestasikan dananya ke dalam negeri, sehingga
suku bunga yang tinggi tidak menyebabkan kurs rupiah menguat atau
terapresiasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noor, 2011 yang
berjudul pengaruh inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap
nilai tukar. Penelitian ini menganalisis pengaruh ketiga faktor ekonomi,
yaitu inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta untuk mengetahui hubungan
kausalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, semua
variabel bebas, yaitu suku bunga, inflasi, dan jumlah uang beredar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
signifikan terhadap variabel tak bebas, dalam hal ini perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial atau terpisah.
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015
Hasil pengujian hipotesis ketiga tentang pengaruh inflasi terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis
parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,138 lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Inflasi tidak selamanya membawa dampak yang buruk bagi
perekonomian suatu negara. Jika inflasi yang terjadi dalam suatu negara
tergolong dalam jenis inflasi ringan, di mana laju inflasinya tiap tahun di
bawah 10%, justru dapat menggalang perkembangan ekonomi. Hal ini
dikarenakan harga barang-barang lebih mudah mengalami kenaikan
daripada tingkat upah. Keadaan seperti ini menyebabkan di dalam masa
inflasi ringan tersebut, keuntungan para pengusaha menjadi bertambah besar
karena penghasilannya bertambah lebih cepat dari kenaikan ongkos
produksi. Dengan demikian, para pengusaha akan terdorong untuk
meningkatkan kegiatan mereka dan lebih banyak melakukan penanaman
modal. Langkah para pengusaha ini akan mengurangi pengangguran dan
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang ringan juga
mempunyai pengaruh yang positif untuk mendorong perekonomian
berkembang lebih baik, dengan meningkatkan pendapatan nasional dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
membuat orang lebih bergairah untuk bekerja, menabung, maupun
mengadakan investasi.
Data inflasi Indonesia periode 1986-2015 menunjukkan bahwa
80% inflasi nasional berada dalam kategori inflasi ringan, sehingga orang
tidak tertarik untuk membeli barang dari luar negeri. Kenaikan barang di
dalam negeri tidak signifikan untuk membuat orang beralih mengimpor
barang dalam negeri dari negara lain, sehingga nilai nilai tukar rupiah tidak
melemah secara signifikan.
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode
1986-2015, dikarenakan saat inflasi yang melanda Indonesia tergolong
dalam inflasi yang ringan, maka hal tersebut tidak berdampak buruk bagi
kondisi perekonomian nasional tetapi berdampak positif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noor, 2011 yang
berjudul pengaruh inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap
nilai tukar. Penelitian ini menganalisis pengaruh ketiga faktor ekonomi,
yaitu inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta untuk mengetahui hubungan
kausalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, semua
variabel bebas, yaitu suku bunga, inflasi, dan jumlah uang beredar tidak
signifikan terhadap variabel tak bebas, dalam hal ini perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial atau terpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4. Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Rupiah Periode 19862015
Hasil pengujian hipotesis keempat tentang pengaruh neraca
pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa
neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah.
Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi
0,033 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima,
yang berarti neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015.
Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015, dikarenakan neraca pembayaran yang
surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar daripada impor,
sehingga jika lebih banyak ekspor daripada impor berarti lebih banyak
valuta asing yang masuk dalam negeri, sehingga bertambahnya valuta asing
di dalam negeri mengakibatkan nilai tukar rupiah akan terapresiasi atau
menguat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
neraca pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing
yang masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi
barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta
asing di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang
domestik terhadap mata uang asing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
5. Pengaruh Rasio Ekspor Terhadap Impor Terhadap Kurs Rupiah
periode 1986-2015
Hasil pengujian hipotesis kelima tentang pengaruh rasio ekspor
terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan
bahwa rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan,
diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H0
ditolak dan Ha diterima, yang berarti rasio ekspor terhadap impor
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, di mana jika rasio ekspor terhadap
impor meningkat, maka kurs akan melemah. Hal ini bertolak belakang atau
tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jika ekspor meningkat
lebih cepat daripada impor, maka kurs akan menguat dikarenakan ekspor
menyebabkan permintaan mata uang rupiah meningkat sehingga kurs rupiah
akan menguat. Peningkatan ekspor tidak membuat kurs menguat secara
signifikan atau dengan kata lain kurs akan terdepresiasi atau melemah,
dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya
tingginya nilai ekspor juga diikuti dengan tingginya nilai impor. Selain itu,
ekspor yang banyak dilakukan oleh Indonesia merupakan ekspor barang
mentah dan bukan dalam bentuk ekspor barang jadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tingginya nilai ekspor yang juga diikuti dengan tingginya nilai
impor menyebabkan kurs tidak menguat secara signifikan atau dengan kata
lain nilai tukar rupiah akan terdepresiasi atau melemah. Peningkatan ekspor
menyebabkan permintaan akan mata uang rupiah juga meningkat. Akan
tetapi, jika peningkatan ekspor tersebut juga diikuti dengan peningkatan
impor menyebabkan permintaan akan mata uang asing juga tinggi, sehingga
kurs rupiah akan melemah.
Ekspor barang atau komoditas yang dilakukan oleh Indonesia lebih
banyak pada ekspor barang mentah dan bukan barang jadi, di mana barang
mentah tersebut memiliki nilai yang lebih rendah atau tidak terlalu tinggi
jika dibandingkan dengan ekspor barang jadi, sehingga peningkatan ekspor
tersebut tidak membuat kurs rupiah menguat secara signifikan. Sedangkan di
satu sisi, Indonesia banyak melakukan impor barang jadi, di mana barang
jadi tersebut memiliki nilai yang tinggi dibandingkan barang mentah.
Sehingga walaupun ekspor Indonesia meningkat, kurs rupiah akan melemah,
di mana nilai ekspor barang mentah yang dilakukan oleh Indonesia tersebut
tidak sebanding dengan tingginya nilai impor barang jadi yang dilakukan
oleh Indonesia, sehingga kurs rupiah akan melemah.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan ekspor tidak
membuat kurs atau nilai tukar rupiah akan menguat secara signifikan, jika
peningkatan ekspor tersebut juga diikuti dengan peningkatan impor yang
dilakukan oleh Indonesia dan jika barang yang di ekspor tersebut berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
barang mentah dan bukan barang jadi, di mana barang tersebut memiliki
nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan barang jadi.
6. Pengaruh Cadangan Devisa, Suku Bunga, Inflasi, Neraca Pembayaran,
dan Rasio Ekspor Terhadap Impor Terhadap Kurs Rupiah Periode
1986-2015
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada kelima
variabel, yaitu cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan
rasio ekspor terhadap impor periode 1986-2015 menunjukkan bahwa
cadangan devisa, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
Sedangkan suku bunga dan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut didukung oleh hasil
perhitungan F hitung sebsar 25,375 dan F tabel sebesar 2,62. Berdasarkan
kriteria pengujian hipotesis, apabila F hitung lebih besar daripada F tabel,
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil
daripada F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa F hitung lebih
besar dari F tabel (25,375 > 2,62). Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa, suku bunga,
inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersamasama berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Walaupun,
variabel suku bunga dan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kurs rupiah periode 1986-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
BAB IV, maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Cadangan Devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah
periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta -0,102 dan
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini dikarenakan adanya ketidakmampuan
pemerintah dalam mengelola cadangan devisa. Jika cadangan devisa yang
dimiliki oleh Indonesia lebih banyak digunakan untuk pembayaran
kewajiban luar negeri tanpa diimbangi dengan upaya untuk menstabilkan
kurs rupiah, maka cadangan devisa yang banyak tersebut tidak dapat
membuat kurs atau nilai tukar rupiah dapat terapresiasi atau menguat secara
signifikan. Dengan kata lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat akan melemah.
2. Suku Bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode
1986-2015. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,186 > 0,05. Suku
bunga yang tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing,
dikarenakan adanya berbagai faktor nonekonomi yang mempengaruhinya,
diantaranya iklim usaha yang tidak kondusif, biaya yang harus dikeluarkan,
biaya ijin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, walaupun tingkat suku
bunga tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing untuk
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menginvestasikan dananya ke dalam negeri, sehingga suku bunga yang
tinggi tidak menyebabkan kurs rupiah menguat atau terapresiasi. Suku
bunga yang tinggi juga tidak cocok bagi iklim usaha. Tingginya suku bunga
mengakibatkan pinjaman menjadi lebih mahal sehingga memperlambat
perkembangan usaha. Suku bunga yang tinggi dapat menjadi ancaman bagi
perekonomian Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi tidak
berkualitas dikarenakan investasi dari sektor riil sangat rendah.
3. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 19862015. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,138 > 0,05. Hal ini
dikarenakan inflasi yang ringan justru dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pengusaha akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan produksi
dan lebih banyak melakukan penanaman modal, dikarenakan barang-barang
lebih mudah mengalami kenaikan daripada tingkat upah sehingga
keuntungan para pengusaha menjadi bertambah besar. Selain itu, inflasi
yang rendah dapat meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang
lebih bergairah untuk bekerja, menabung maupun mengadakan investasi.
Inflasi yang ringan tidak membuat orang tertarik untuk membeli barang
dari luar negeri. Kenaikan barang di dalam negeri tidak signifikan untuk
membuat orang beralih mengimpor barang dalam negeri dari negara lain,
sehingga nilai nilai tukar rupiah tidak melemah secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4. Neraca Pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs
rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta 0,117
dan signifikansi 0,033 < 0,05. Karena neraca pembayaran yang surplus
mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian
negara tersebut, baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset,
sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing di negara tersebut dan
mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata
uang asing.
5. Rasio Ekspor Terhadap Impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta 6182,456 dan signifikansi 0,000 < 0,05. Karena ada berbagai faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya tingginya nilai ekspor juga diikuti dengan
tingginya nilai impor. Selain itu, ekspor yang banyak dilakukan oleh
Indonesia merupakan ekspor barang mentah dan bukan dalam bentuk
ekspor barang jadi.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data neraca pembayaran
tahun 2015 yang digunakan adalah data sementara. Hal ini dikarenakan,
pada saat peneliti melakukan penelitian, buku Statistika Ekonomi
Keuangan Indonesia untuk tahun 2016 belum diterbitkan oleh Bank
Indonesia dan hanya terbatas pada buku Statistika Ekonomi Keuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Indonesia tahun 2015, sedangkan pada buku tersebut data neraca
pembayaran tahun 2015 yang dicantumkan masih data sementara.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang
dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa, neraca pembayaran, dan
rasio ekspor terhadap impor dapat dijadikan parameter bagi Bank
Indonesia sebagi Bank Sentral pemegang otoritas moneter untuk
menentukan kebijakan yang tepat untuk menstabilkan kurs rupiah. Karena
dalam penelitian ini ketiga variabel tersebut menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap kurs rupiah.
2. Pemerintah dapat mengendalikan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi
melalui peningkatan cadangan devisa, surplus neraca pembayaran,
peningkatan nilai ekspor dan penekanan nilai impor.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk dapat menambah variabel
ekonomi lainnya yang dapat menjelaskan pengaruh variabel tersebut
terhadap kurs rupiah, sehingga dapat membantu pemerintah, terutama
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam pengambilan kebijakan
terkait penstabilan nilai tukar rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2011. Analisis Regresi: Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi Dua.
Yogyakarta: BPFE .
Apridar. 2009. Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep, dan
Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. 2014
Basri, Faisal. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional. Edisi Pertama
Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Gandhi, Virgoana, Dyah. “Pengelolaan Cadangan Devisa Di Bank Indonesia”.
Di unduh pada tanggal 1 Maret 2016. Tersedia:
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/bi-danpublik/kebanksentralan/Documents/17.PengelolaanCadangan
Devisa di bank Indonesia.pdf
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gilarso. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Kanisius.
Goeltom, Miranda S & Zulferdi, Doddy. 1998. “Manajemen Nilai Tukar Di
Indonesia Dan Permasalahannya". Buletin Ekonomi Moneter Dan
Perbankan. September 1998.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kasmadi & Sunariah, Siti, Nia. 2013 Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Krugman, Aul & Obstfeld, Laurice. 2005. Ekonomi Internasional: Teori Dan
KebijakanI. Edisi Kelima Jilid Kedua. PT Indeks Kelompok
Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional:Pengantar
Ekonomi Dan Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE.
Levi, Maurice D. 1996. Keuangan Internasional. Yogyakarta: Andi Offset.
Lipsey, Richard G., Purvis, Douglas D & Steiner, Peter O. 1990. Pengantar
Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Lipsey, Richard G., Courant, Paul N., Purvis, Douglas D & Steiner, Peter O.
1995. Pengantar Makroekonomi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Madura, Jeff. 1993. Financial Management. Florida University Express.
Madura, Jeff. 1997. Manajemen Keuanagan Internasional. Jilid satu Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Martin. 2013. “6 faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang”. Di unduh
pada tanggal 29 Juli 2016. Tersedia:
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=133671&
Muchlas, Zainul dan Alamsyah, Rahman, Agus. 2015. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pasca Krisis
(2000-2010)”. Jurnal JIBEKA. Vol.9 No.1 Februari 2015.
Murdayanti, Yunika. 2012. “Pengaruh Gross Domestic Product , Inflasi, Suku
Bunga, Money Supply, Current Account, dan Capital Account
Terhadap Nilai Kurs rupiah Indonesia-Dollar Amerika”. Econosains.
Vol.X No.1. Maret 2012.
Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE
Noor, Zulkifli, Zulki. 2011. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Nilai Tukar”. Trikonomika. Vol.10 No.2.
Desember 2011.
Nugroho, Agung, Bhuono. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik
Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.
Nugroho, Anton, yohanes. 2011. It’s Easy Olah Data Dengan SPSS.
Yogyakarta: Skripta Media Creative.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Oktavia, Laksmi, Adek., Sentosa, Ulfa Sri dan Aimon Hasdi. 2013. “Analisis
Kurs dan Money supply Di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi.
Vol.1 No.02. Januari 2013.
Perdana, Putra, Dio., Yaningwati, Fransisca dan Saifi, Muhammad. “Pengaruh
Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang Lokal (IDR) Terhadap Nilai
Ekspor”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.17 No.2. Desember 2014.
Purnomo, Serfianto D., Serfiyani, Yustisia, Cita & Hariyani, Iswi. 2013. Pasar
Uang & Pasar Valas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Purwanto, Didik. “2012, Cadangan Devisa RI 112,78 Dollar AS”. Di unduh
pada tanggal 18 April 2016. Tersedia:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/10/1754464/2012.C
adangan.Devisa.RI.112.78.Dollar.AS
Puspitaningrum, Roshinta., Suhadak dan Zahroh. 2014. “Pengaruh Tingkat
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi Pada Bank Indonesia Periode
Tahun 2003-2012”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.8 No.1. Februari
2014.
Rahayu, Nina & Ahniar, Farida, Nur. “BI Rate 5,75% Terendah Sepanjang
Sejarah”. Di unduh pada tanggal 18 April 2016. Tersedia:
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/286919-bi-rate-5-75-terendah-sepanjang-sejarah
Salvatore, Dominick. 1994. Ekonomi Internasional. Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Samuelson, Paul A. & Nordhaus, William D. 1994. Makroekonomi. Edisi
Keempatbelas. Jakarta: Erlangga.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik:Konsep Dan Aplikasi Dengan
SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif
Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi
17. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Bank Indonesia. Berbagai Edisi
Situmeang, Chandra. 2010. Manajemen Keuangan Internasional. Bandung:
Citapustaka Media Perintis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 1981. Pengantar Teori Makroekonomi. Bina Grafika.
Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sunjoyo., et al. 2013. Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset: Program IBM SPSS
21.0. Bandung: Alfabeta.
Syafputri, Ella. “Ekspor Merosot, Impor Membengkak Tahun 2012”. Di
unduh pada tanggal 18 April 2016. Tersedia:
http://www.antaranews.com/berita/356127/ekspor-merosot-impormembengkak-tahun-2012
Triyono. 2008. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.9 No.2. Desember 2008.
UU No. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan. Di unduh pada tanggal 1 Maret
2016. Tersedia:
http://peraturan.bcperak.net/undang-undang-nomor-17-tahun-2006
UU No.23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Di unduh pada tanggal 1
Maret 2016. Tersedia:
http://lps.go.id/uu_23_1999
Werang, Redan, Basilius. 2015. Pendekatan Kuantitatif Dalam Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Calpulis.
Wibowo, Tri dan Amir, Hidayat. 2005. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Nilai Tukar Rupiah”. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan
Departemen Keuangan. Vol.9 No.4. Desember 2005.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
DATA PENELITIAN
Tahun
Kurs
Rupiah
Cadangan
Devisa
Suku
Bunga
Inflasi
Neraca
Pembayaran
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
1.641
1.650
1.729
1.795
1.901
1.992
2.062
2.110
2.200
2.308
2.383
4.650
8.025
7.100
9.595
10.400
8.940
8.465
9.290
9.830
9.020
9.419
10.950
9.400
8.991
9.068
9.670
12.189
12.440
13.795
5.302,0
6.512,3
6.191,0
6.561,9
8.661,3
9.867,7
11.610,9
12.352,2
13.157,9
14.674
19.125
17.427
23.762
27.054
29.394
28.015,80
32.037,04
36.295,71
36.320,48
34.723,69
42.586,00
56.920,00
51.639,00
66.105,00
96.207
110.123
112.781
99.387
111.862
100.240
14,75
15,02
15,25
11,33
22,39
18,70
13,17
9,50
14,38
14,75
12,88
20,00
38,44
12,51
14,53
17,62
12,93
8,31
5,92
12,75
9,75
8,00
9,25
6,50
6,50
6,00
5,75
7,50
7,75
7,50
8.83
8.90
5.47
5.97
9.53
9.52
4.94
9.77
9.24
8.64
6.47
11.05
77.63
2.01
9.35
12.55
10.03
5.06
6.40
17.11
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.80
4.30
8.40
8.40
6.80
266
1.383
820
1.810
1.506
1.437
3.349
3.664
1048
3829
3188
-2459
222
1213
1219
-2092
6.720
7.157
3.415
623
13.885
14.083
-1.706
15.483
31.670
15.321
491
4.356
3.663
-2.857
Rasio
Eksor
Terhadap
Impor
1,38
1,39
1,45
1,35
1,18
1,13
1,25
1,30
1,25
1,12
1,16
1,28
1,79
2,03
1,85
1,82
1,83
1,88
1,54
1,48
1,65
1,53
1,06
1,20
1,16
1,15
1,00
1,03
1,06
1,13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
HASIL UJI PRASYARAT REGRESI
UJI NORMALITAS DAN LINIERITAS
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kurs
b
Model Summary
Model
R
1
.917
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F
25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
Sig.
.000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Inflasi
Beta
2599.783
.102
.015
-168.683
t
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
a. Dependent Variable: Kurs
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
875.51
12929.59
6766.93
3690.665
30
-3259.588
3701.145
.000
1605.173
30
Std. Predicted Value
-1.596
1.670
.000
1.000
30
Std. Residual
-1.847
2.098
.000
.910
30
Residual
a.
Dependent Variable: Kurs
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
30
a
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
1605.17333727
Absolute
.119
Positive
.085
Negative
-.119
Kolmogorov-Smirnov Z
.652
Asymp. Sig. (2-tailed)
.789
a. Test distribution is Normal.
Sig.
-1.583
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Std. Error
-4114.804
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Coefficients
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. UJI MULTIKOLINIERITAS
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kurs
b
Model Summary
Model
R
1
.917
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F
25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
Sig.
.000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1(Constant)
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Inflasi
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
a. Dependent Variable: Kurs
B
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
T
Sig.
Tolerance
VIF
-1.583
.127
.920
6.984
.000
.382
2.618
123.793
-.277
-1.363
.186
.161
6.228
79.933
52.085
.260
1.535
.138
.230
4.344
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
.764
1.309
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
.788
1.269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. UJI HETEROSKEDASTISITAS
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ABS
b
Model Summary
Model
R
1
.425
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.181
.010
829.45335
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: ABS
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
3640109.952
5
728021.990
Residual
16511828.552
24
687992.856
Total
20151938.504
29
F
1.058
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: ABS
Sig.
.408
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Inflasi
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Std. Error
Coefficients
Beta
1802.719
1222.120
.003
.007
-58.451
t
Sig.
1.475
.153
.152
.508
.616
58.193
-.463
-1.004
.325
14.780
24.485
.232
.604
.552
-.048
.024
-.413
-1.953
.063
147.636
587.408
.052
.251
.804
a. Dependent Variable: ABS
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
521.5713
2118.7588
1348.6898
354.28948
30
-1462.04114
1857.03162
.00000
754.56835
30
Std. Predicted Value
-2.335
2.174
.000
1.000
30
Std. Residual
-1.763
2.239
.000
.910
30
Residual
a. Dependent Variable: ABS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
3. UJI AUTOKORELASI
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kurs
b
Model Summary
Model
R
1
.917
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.841
.808
1764.474
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F
25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
Sig.
.000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Inflasi
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
Beta
t
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
a. Dependent Variable: Kurs
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
875.51
12929.59
6766.93
3690.665
30
-3259.588
3701.145
.000
1605.173
30
Std. Predicted Value
-1.596
1.670
.000
1.000
30
Std. Residual
-1.847
2.098
.000
.910
30
Residual
a. Dependent Variable: Kurs
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
291.06612
Cases < Test Value
15
Cases >= Test Value
15
Total Cases
30
Number of Runs
12
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Sig.
-1.583
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Coefficients
-1.301
.193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PENGUJIAN HIPOTESIS
1. UJI HIPOTESIS SIMULTAN
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kurs
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
395009132.029
5
79001826.406
74720861.838
24
3113369.243
469729993.867
29
F
25.375
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi,
Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: Kurs
Sig.
.000
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. UJI HIPOTESIS PARSIAL
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kurs
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Cadangan_Devisa
Suku_Bunga
Inflasi
Neraca_Pembayaran
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor
a. Dependent Variable: Kurs
Std. Error
-4114.804
2599.783
.102
.015
-168.683
Coefficients
Beta
t
Sig.
-1.583
.127
.920
6.984
.000
123.793
-.277
-1.363
.186
79.933
52.085
.260
1.535
.138
-.117
.052
-.210
-2.256
.033
6182.456
1249.578
.454
4.948
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
3. KOEFISIEN DETERMINASI
Variables Entered/Removed
b
Variables
Model
1
Variables Entered
Removed
Method
Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi,
. Enter
Cadangan_Devisa,
Suku_Bunga
a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kurs
Model Summary
Model
1
R
.917
R Square
a
.841
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.808
a. Predictors: (Constant), Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor,
Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga
1764.474
Download