Bab IV DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET

advertisement
Bab IV
DISTRIBUSI LUMINOSITAS GALAKSI TARGET,
KERAPATAN LUMINOSITAS SERTA KAITANNYA
DENGAN MORFOLOGI GALAKSI KAWAN
Studi lebih lanjut dilakukan untuk memeriksa korelasi antara morfologi
sebuah galaksi dengan lingkungan tempat galaksi tersebut berada. Definisi
lingkungan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah kerapatan luminositas di
sekitar galaksi target. Selain lingkungan, hal lain yang mengalami penghalusan
adalah klasifikasi dari galaksi target yang memasukkan properti dari galaksi tersebut
yakni luminositas galaksi target.
IV.1 Klasifikasi Kelas Luminositas dan Perhitungan Kerapatan
Luminositas
IV.1.1 Klasifikasi Kelas Luminositas Galaksi Target
Luminositas galaksi target dapat dihitung dari data magnitudo semu yang
diperoleh dari basis data Sloan Digital Sky Survey (SDSS). SDSS menyediakan
magnitudo dari lima buah panjang gelombang yakni pita u = 3551Å, g = 4686Å, r =
6165Å, i = 7481Å, z = 8931Å. Magnitudo semu paling redup yang diperoleh untuk
galaksi-galaksi anggota gugus Abell 2219 yang masuk dalam studi Boschin (2004)
adalah u = 25.2, g = 22.5, r = 21.3, i = 20.5, z = 20.4. Untuk memperoleh luminositas
yang sesungguhnya dari galaksi target maka pada magnitudo semu terlebih dahulu
dilakukan koreksi k (k correction) yang mengkoreksi ketidakseragaman kecerlangan
42
akibat adanya redshift. Koreksi k dibahas rinci pada halaman lampiran pada tugas
akhir ini.
Setelah dilakukan koreksi k, maka diperoleh magnitudo mutlak pada panjang
gelombang di mana radiasi tersebut diemisikan, atau panjang gelombang terhadap
pengamat diam yang tidak mengalami redshift. Panjang gelombang tersebut dapat
dihitung melalui hubungan
1 z 
 obs emisi
,
emisi
(IV.1)
dengan mengambil z rata-rata gugus sebesar 0.225, dan dengan mengetahui berapa
besar panjang gelombang yang diamati di bumi, maka diperoleh panjang gelombang
emisi rata-rata untuk masing-masing panjang gelombang pengamatan yakni pada
daerah u, λemisi = 2752 Å, g, λemisi = 2856 Å, r, λemisi = 4777Å, i, λemisi = 5779 Å, dan
z, λemisi = 6921Å. Dengan demikian luminositas yang dihitung adalah luminositas
pada panjang gelombang emisi bukan pada panjang gelombang yang diamati oleh
pengamat di bumi.
Luminositas galaksi dihitung untuk masing-masing panjang
gelombang melalui hubungan
M  2.5log L ,
(IV.2)
dengan M adalah magnitudo mutlak dan L adalah luminositas. Setelah diperoleh
luminositas galaksi target untuk setiap panjang gelombang, kemudian akan dibuat
klasifikasi kelas luminositas dari masing-masing panjang gelombang. Galaksi target
akan didefinisikan dalam dua kelompok kelas luminositas yakni luminositas tinggi
dan luminositas rendah. Kelas luminositas tinggi adalah galaksi –galaksi yang
memiliki luminositas lebih besar dari nilai luminositas rata-rata, sedangkan kelas
luminositas kecil merupakan galaksi-galaksi yang memiliki luminositas yang lebih
kecil dari suatu nilai luminositas rata-rata. Untuk setiap panjang gelombang
dihitungkan nilai luminositas rata-ratanya. Nilai <L> untuk masing-masing panjang
gelombang ditampilkan dalam tabel dibawah ini.
Table IV.I Luminositas rata-rata
43
Pita
λ pengamatan λ emisi
<L>λ (Lmatahari)
u
3551 Å
2752 Å
2.37 x 1010
g
4686 Å
2856 Å
2.77 x 1010
r
6165 Å
4777 Å
4.08 x 1010
i
7481 Å
5779 Å
5.16 x 1010
z
8931 Å
6921 Å
6.61 x 1010
Sehingga klasifikasi galaksi target yang tadinya hanya memisahkan antara
galaksi ellips dan lentikular dengan (u-r) > 2.5 dan galaksi spiral dengan (u-r) < 2.5
kini dipisahkan lebih lanjut menjadi empat kelas galaksi target yakni galaksi ellips
dan S0 dengan L > L
 
galaksi ellips dan S0 dengan L < L
 
, kemudian galaksi
spiral dengan luminositas > L rata-rata, dan yang terakhir adalah galaksi spiral
dengan L < L
 
. Galaksi-galaksi target kemudian akan dinotasikan dengan galaksi
ellips dan S0 berluminositas tinggi, E,S0 berluminositas rendah, Sp berluminositas
tinggi dan Sp berluminositas rendah.
IV.1.2 Perhitungan Kerapatan Luminositas
Kerapatan
luminositas
merupakan
istilah
yang
digunakan
untuk
mendefinisikan luminositas total dari seluruh galaksi kawan per luas permukaan bola
dengan radius tertentu dari galaksi target. Kerapatan luminositas akan digunakan
untuk mengkarakterisasi lingkungan di sekitar galaksi target. Definisi ini diharapkan
dapat membantu untuk melihat bagaimana sebaran kerapatan di sekitar galaksi target.
Kerapatan luminositas dihitung lewat hubungan
44
n
L  , R  
 L  
i 1
i
4 R 2
,
(IV.3)
dengan R adalah radius di sekitar galaksi target, n adalah jumlah galaksi kawan dari
galaksi target, L adalah luminositas galaksi kawan pada panjang gelombang tertentu.
Terdapat 4 buah radius dengan ukuran 200, 400, 600 dan 800 kpc serta 5 buah
panjang gelombang dengan panjang gelombang yang telah disebutkan di atas untuk
masing-masing galaksi target.
R
galaksi kawan dengan luminositas Li
Gambar IV.1 Ilustrasi Kerapatan Luminositas
Kerapatan luminositas ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang
bagaimana sebaran materi luminus di sekitar galaksi target jika dianggap ada
hubungan antara kandungan materi sebuah galaksi dengan kecerlangan galaksi
tersebut yang kemudian dapat memperhalus definisi kerapatan jumlah yang
digunakan untuk mengkarakterisasi lingkungan yang diusulkan pada bab sebelumnya.
IV.2 Distribusi Luminositas Galaksi Target dan Hubungannya
dengan Morfologi Galaksi Kawan
45
IV.2.1 Distribusi Luminositas Target dalam Ruang
Kedua perhitungan di atas yakni perhitungan luminositas galaksi target pada 5
panjang gelombang dan juga kerapatan luminositas kemudian digunakan untuk
melihat bagaimana galaksi dengan luminositasnya tersebar dalam gugus galaksi Abell
2219. Terdapat 5 buah panjang gelombang yang akan dilihat bagaimana sebarannya.
Hasil plotting ditunjukkan dalam gambar IV.2–IV.6. Galaksi E,S0 berluminositas
tinggi dilambangkan oleh tanda persegi, galaksi E,S0 berluminositas rendah
dilambangkan oleh tanda bulatan, galaksi spiral berluminositas tinggi dilambangkan
oleh tanda asterisk, dan galaksi spiral berluminositas rendah dilambangkan oleh tanda
plus. Data plot dapat dilihat pada lampiran A.2 Data Olahan set tabel III.
Gambar IV.2 Distribusi luminositas galaksi target pada λ = 275.2 nm
46
Gambar IV.3 Distribusi Luminositas Target pada λ = 285.6 nm.
Gambar IV.4 Distribusi Luminositas Target pada λ = 477.78 nm
47
Gambar IV.5 Distribusi Luminositas Target pada λ = 577.9 nm
Gambar IV.6 Distribusi Luminositas Target pada λ = 692.12 nm.
48
Dari gambar IV.2-6 terlihat bahwa pada semua panjang gelombang terdapat
satu buah galaksi yang masuk dalam klasifikasi galaksi E,S0 berluminositas tinggi
yang berada di bagian pusat galaksi dan memiliki luminositas yang besar
dibandingkan dengan keseluruhan galaksi anggota gugus. Galaksi tersebut adalah
sebuah galaksi cD yang mengidentifikasi daerah pusat gugus. Galaksi anggota gugus
paling banyak berkumpul pada bagian pusat sampai jarak sekitar 200 kpc dari pusat
gugus dan jumlahnya menurun ketika bergerak ke luar daerah gugus. Data yang
digunakan untuk memperoleh hasil plot di atas dapat dilihat pada lampiran bagian B.
Data Olahan.
Galaksi E,S0 berluminositas rendah terdapat di seluruh daerah gugus dari
daerah pusat sampai pada jarak sekitar 1000 kpc dari pusat dengan sebaran yang
hampir merata. Galaksi dengan tipe E,S0 berluminositas tinggi juga terdapat pada
bagian pusat gugus dan menurun jumlahnya sampai jarak sekitar 600 kpc. Pada
panjang gelombang 275.2 nm dan 285.6 nm yang ditunjukkan oleh gambar IV.2 dan
IV.3 tidak terdapat klasifikasi galaksi ini pada jarak antara 600 kpc sampai 800 kpc
sedangkan pada panjang gelombang yang lebih merah (ditunjukkan oleh gambar
IV.4-6) selanjutnya terdapat sebuah galaksi tipe ini pada jarak sekitar 700 kpc. Pada
rentang jarak 800 kpc sampai jarak 1000 kpc terdapat enam buah galaksi dengan tipe
ini pada semua daerah panjang gelombang.
Galaksi dengan tipe spiral sebagian besar, yakni 18 buah galaksi dari total 21
galaksi spiral, terletak pada jarak sampai 300 kpc dari pusat gugus. Terdapat sebuah
galaksi spiral pada jarak 550 kpc dan tiga buah galaksi spiral lainnya pada jarak 700
–800 kpc. Untuk setiap panjang gelombang, jumlah galaksi spiral yang masuk dalam
tiap klasifikasi kelas yakni spiral berluminositas rendah dan spiral berluminositas
tinggi berubah-ubah. Pada panjang gelombang 275.2 nm terdapat sekitar 13 galaksi
dengan klasifikasi spiral berluminositas tinggi tersebar dari pusat gugus sampai jarak
800 kpc. Pada panjang gelombang 285.6 nm terdapat empat buah tipe ini pada
rentang jarak 100–250 kpc. Pada panjang gelombang 477.7, 577.9 dan 692.1 nm
terdapat 2 buah galaksi dengan klasifikasi ini dan terletak pada jarak sampai 100 kpc
dari pusat gugus. Hal ini terjadi karena untuk panjang gelombang yang semakin
49
merah, batas nilai
L
 
semakin besar, sehingga untuk galaksi spiral yang tidak
luminus pada daerah merah akan masuk ke klasifikasi spiral dengan luminositas
rendah pada panjang gelombang yang lebih merah.
Galaksi dengan tipe spiral berluminositas rendah paling sedikit terdapat pada
panjang gelombang 275.2 nm yakni sekitar 8 buah galaksi dengan 6 buah galaksi
terletak di daerah pusat gugus sampai jarak 180 kpc sedangkan 2 buah galaksi
lainnya terletak pada jarak 700 kpc. Pada keempat buah panjang gelombang
selanjutnya galaksi spiral berluminositas rendah tersebar pada jarak antara 0–300 kpc,
kemudian sebuah galaksi pada 550 kpc dan 3 buah galaksi lainnya pada rentang jarak
700–800 kpc dari pusat gugus.
Secara umum tidak terdapat hubungan yang jelas antara tipe galaksi dengan
letaknya di dalam gugus karena dari plot diperoleh bahwa galaksi E,S0
berluminositas rendah tersebar pada semua daerah di dalam gugus mulai dari pusat
sampai daerah tepi. Demikian pula dengan tipe E,S0 berluminositas tinggi yang
terletak pada hampir semua daerah gugus, bahkan terdapat enam buah galaksi tipe ini
pada jarak 1000 kpc dari pusat gugus. Galaksi spiral terdapat pada bagian pusat
gugus baik spiral dengan luminositas rendah maupun dengan luminositas tinggi.
IV.2.2 Hubungan Luminositas Target dengan Kerapatan Luminositas
Bahasan ini bertujuan untuk mencari apakah ada hubungan antara luminositas
galaksi target tipe tertentu dengan kerapatan luminositas lingkungan tempat ia berada.
Plot yang dibuat adalah hubungan antara kerapatan luminositas pada radius 200 kpc
dari galaksi target dengan luminositas galaksi target. Keduanya dihitung
pada
panjang gelombang yang sama. Galaksi E,S0 berluminositas rendah ditunjukkan oleh
simbol titik. E,S0 berluminositas tinggi dengan simbol persegi, spiral berluminositas
rendah dengan lambang plus, sedangkan galaksi spiral berluminositas tinggi dengan
simbol asterik. Data yang digunakan untuk plotting dapat dilihat pada lampiran A.2
Data Olahan set tabel II untuk kerapatan luminositas dan III untuk luminositas target.
50
Untuk panjang gelombang yang lebih merah, luminositas target dan kerapatan
luminositas yang dihitung pada radius yang sama bernilai lebih besar dibandingkan
dengan luminositas target dan kerapatan luminositas pada panjang gelombang yang
lebih biru
Gambar IV.7 Hubungan antara kerapatan luminositas pada radius 200 kpc dengan
luminositas target untuk daerah panjang gelombang 275.2 nm.
51
Gambar IV.8 Hubungan kerapatan luminositas dengan luminositas target pada
panjang gelombang 285.6 nm.
Gambar IV.9 Hubungan kerapatan luminositas dengan luminositas target pada
panjang gelombang 477.7 nm.
52
Gambar IV.10 Hubungan kerapatan luminositas dengan luminositas target pada
panjang gelombang 577.9 nm.
Gambar IV.11 Hubungan kerapatan luminositas dengan luminositas target pada
panjang gelombang 692.1 nm.
53
Untuk semua panjang gelombang, kerapatan luminositas yang dihitung
sampai radius 200 kpc tidak menunjukkan bahwa ia memiliki korelasi dengan
luminositas target dengan klasifikasi tertentu. Sebuah galaksi dengan tipe E,S0
berluminositas rendah dapat berada dalam lingkungan dengan kerapatan luminositas
yang tinggi. Pada semua plot juga didapati bahwa galaksi dengan tipe E,S0
berluminositas tinggi berada pada daerah dengan kerapatan luminositas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan E,S0 maupun spiral rendah, kecuali dua buah galaksi
yang terletak pada jarak 900 dan 1000 kpc. Yang terlihat tersegregasi adalah galaksi
tipe spiral berluminositas tinggi pada panjang gelombang 285.6, 477.7, 577.9, dan
692.1 nm yang berada pada daerah dengan kerapatan luminositas yang tinggi. Hal ini
tidak berlaku pada galaksi dengan bentuk sama namun dengan luminositas yang
rendah.. Dari gambar IV.7-11 terlihat bahwa galaksi dengan luminositas tinggi
apapun morfologinya (jika dua buah galaksi dengan tipe E,S0 berluminositas tinggi
yang terisolasi diabaikan, lihat gambar ) membutuhkan lingkungan yang memiliki
rapat luminositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan galaksi berluminositas
rendah. Nampaknya untuk gugus Abell 2219, bentuk morfologi suatu galaksi yang
diklasifikasikan berdasarkan pemisahan warna (u-r) tidak memiliki hubungan yang
jelas dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan dalam hal ini adalah
berdasarkan karakterisasi yang telah didefinisikan dalam pembahasan sebelumnya.
IV.2.3 Hubungan antara Tipe Galaksi Target dengan Morfologi Galaksi
Kawan
Hubungan antara tipe galaksi target dengan tipe galaksi kawan juga menarik
untuk dilihat apakah ada hubungan antara keduanya. Galaksi kawan yang dihitung
adalah galaksi kawan yang berada dalam radius tertentu dari galaksi target . Kali ini
dihitungkan jumlah galaksi kawan dalam radius 200, 400, 600, 800 kpc dari galaksi
target. Tipe galaksi ditunjukkan oleh simbol dalam plot yakni simbol titik untuk tipe
54
E, S0 dengan luminositas rendah, simbol persegi untuk tipe E,S0 berluminositas
tinggi, plus untuk tipe spiral berluminositas rendah, dan simbol asterisk untuk galaksi
spiral dengan luminositas tinggi. Pada plot ini galaksi kawan hanya dibedakan
menjadi 2 yakni galaksi kawan dengan tipe spiral dan galaksi kawan dengan tipe
E,S0. Sumbu x pada gambar IV.12-15 menunjukkan jumlah galaksi spiral yang
dimiliki dalam radius 200 kpc dari galaksi target, sedangkan sumbu y pada gambar
IV.12-15 menunjukkan jumlah galaksi E,S0 dalam radius yang sama. Data yang
digunakan dalam plotting dapat dilihat pada lampiran A.2 Data Olahan set tabel III
untuk jarak, set tabel II untuk jumlah kawan spiral dan ellips.
Gambar IV.12 Hubungan jumlah kawan spiral dengan kawan E,S0 untuk tiap kelas
galaksi target dalam radius 200 kpc dari target.
55
Gambar IV.13 Hubungan jumlah kawan spiral dengan kawan E,S0 untuk tiap kelas
galaksi target dalam radius 400 kpc dari target.
Gambar IV.14 Hubungan jumlah kawan spiral dengan kawan E,S0 untuk tiap kelas
galaksi target dalam radius 600 kpc dari target.
56
Gambar IV.15 Hubungan jumlah kawan spiral dengan kawan E,S0 untuk tiap kelas
galaksi target dalam radius 800 kpc dari target.
Pada plot di semua radius yang ditunjukkan oleh gambar IV.12-15 tidak
terdapat kecenderungan suatu tipe galaksi target memiliki kawan dengan tipe spiral
atau E, S0 dengan jumlah tertentu. Sebuah galaksi E, S0 dapat memiliki kawan spiral
dalam jumlah banyak dan juga kawan E,S0 dengan jumlah banyak pula. Galaksi
E,S0 juga dapat memiliki jumlah kawan spiral maupun E,S0 yang sedikit. Hal ini
juga berlaku untuk galaksi target dengan tipe spiral. Namun dari semua plot dapat
dilihat bahwa galaksi yang mempunyai banyak kawan spiral pasti juga memiliki
banyak kawan dengan tipe E,S0 untuk radius yang sama. Hal ini terlihat dengan
bentuk sebaran titik yang
terpisah antara daerah kanan atas yang menunjukkan
banyak kawan spiral dan banyak kawan E,S0 dengan daerah kiri bawah yang
menunjukkan daerah bagi galaksi target dengan sedikit kawan spiral dan E,S0.
Jika terdapat suatu hubungan antara bentuk galaksi target dengan galaksi
kawannya maka bentuk sebaran yang diharapkan adalah sebaran dengan adanya
pemisahan antara bentuk simbol yang berbeda. Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan
57
dengan membuat plot antara jumlah kawan dengan tipe tertentu terhadap jarak target
dari gugus. Simbol yang digunakan untuk membedakan tipe galaksi target sama
seperti yang digunakan sebelumnya. Plot dilakukan untuk masing-masing bentuk
galaksi kawan yakni kawan dengan bentuk spiral juga kawan dengan bentuk E,S0.
Dari gambar IV.12-15 diperoleh bahwa jumlah galaksi kawan dengan bentuk
tertentu tidak bergantung pada tipe target namun sangat bergantung pada dimana
target tersebut terletak dalam gugus. Galaksi target yang terletak di daerah pusat
gugus memiliki jumlah galaksi kawan tipe spiral dan juga E,S0 dengan jumlah yang
paling banyak. Sedangkan galaksi target yang terletak di daerah tepi gugus memiliki
jumlah kawan yang lebih sedikit baik kawan dengan bentuk spiral maupun E,S0. Hal
lain yang menarik untuk diamati bahwa antara simbol tidak terdapat pemisahan yang
signifikan. Pada gambar IV.16 nampak bahwa jumlah kawan spiral dari galaksi target
dengan tipe spiral berluminositas tinggi, yang terletak pada daerah sampai 200 kpc
dari pusat, memiliki kawan spiral dengan jumlah 3 buah galaksi lebih sedikit
dibandingkan dengan galaksi dengan tipe E,S0 pada rentang jarak yang sama. Untuk
galaksi spiral berluminositas tinggi yang terletak pada rentang jarak 300–800 kpc
juga memiliki kawan spiral yang lebih sedikit walaupun jumlahnya tidak signifikan
yakni hanya selisih 1 buah galaksi dibandingkan dengan galaksi target tipe lain.
Selisih yang hanya sedikit ini wajar karena jumlah galaksi spiral yang terletak dalam
jarak tersebut hanya berjumlah 3 buah galaksi. Dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang kuat antara morfologi galaksi kawan dengan morfologi
galaksi target.
58
Gambar IV.16 Hubungan antara jumlah kawan spiral dalam radius 200 kpc dari target
terhadap jarak target.
Gambar IV.17 Hubungan antara jumlah kawan E,S0 dalam radius 200 kpc dari target
terhadap jarak target.
59
IV.3 Hubungan Kerapatan Luminositas Sekitar Target dengan
Jarak Target dari Pusat Gugus.
Untuk melihat profil gugus maupun galaksi anggota secara keseluruhan
dengan lebih lengkap maka dibuat plot antara kerapatan luminositas yang dibawa
oleh galaksi target dengan jarak target dari pusat gugus. Plot dilakukan untuk semua
panjang gelombang dan untuk semua tipe galaksi target seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Kerapatan luminositas yang dipakai adalah kerapatan luminositas yang
dihitung dalam radius 200 kpc dari tiap galaksi target. Hasil plot pada gambar IV.1822 dibandingkan dengan gambar IV.23 yang menggunakan jumlah galaksi kawan
untuk melihat ada tidaknya perbedaan sebaran materi, materi dalam hal ini galaksi
dan kecerlangan yang dimiliki oleh galaksi tersebut, dalam gugus tersebut. Pada
gambar IV.18-22 galaksi tipe E,S0 berluminositas rendah diberi simbol titik, E,S0
berluminositas tinggi disimbolkan dengan tanda persegi, galaksi spiral berluminositas
rendah disimbolkan oleh tanda plus, dan yang terakhir galaksi spiral berluminositas
tinggi disimbolkan oleh tanda asterisk. Pada gambar IV.23 galaksi spiral
dilambangkan dengan tanda plus, sedangkan galaksi E,S0 dilambangkan oleh tanda
titik. Data kerapatan luminositas yang digunakan dapat dilihat pada lampiran A.2
Data Olahan, set Tabel II, sementara jarak target pada set Tabel III.
60
Gambar IV.18 Plot Kerapatan Luminositas pada 275.2 nm vs Jarak
Gambar IV.19 Plot Kerapatan Luminositas pada 285.6 nm vs Jarak
61
Gambar IV.20 Plot Kerapatan Luminositas pada 477.7 nm vs Jarak
Gambar IV.21 Plot Kerapatan Luminositas pada 577.9 nm vs Jarak
62
Gambar IV.22 Plot Kerapatan Luminositas pada 692.1 nm vs Jarak
Gambar IV.23 Profil Jumlah Galaksi Kawan di sekitar Galaksi Target vs Jarak
Target. Simbol plus adalah untuk galaksi spiral, titik adalah untuk
E,S0.
63
Profil sebaran kerapatan luminositas untuk tiap panjang gelombang dalam
radius 200 kpc (ditunjukkan oleh gambar IV.18-22) ternyata konsisten dengan bentuk
profil jumlah galaksi kawan yang diplot terhadap jarak galaksi target (ditunjukkan
oleh gambar IV.23). Bagian pusat gugus memiliki kerapatan paling tinggi yang
kemudian turun sampai pada jarak 650 kpc dari pusat gugus. Kerapatan luminositas
mengalami kenaikan kembali pada jarak sekitar 800 kpc dari pusat untuk kemudian
turun kembali sampai jarak 1000 kpc dari pusat. Kerapatan pada jarak 800 kpc ini
sekitar setengah kali kerapatan daerah pusat. Pada jarak 900-1000 kpc terdapat
galaksi target yang memiliki rapat lingkungan yang berbeda. Ada galaksi target yang
terletak pada lingkungan yang berkerapatan tinggi, kemungkinan terletak dekat
dengan substruktur, namun ada 3 galaksi target yang terletak di daerah yang
berkerapatan rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh 3 galaksi target terletak di
daerah yang berbeda dengan galaksi target yang dekat dengan substruktur walaupun
galaksi-galaksi ini terletak pada jarak yang sama dari pusat gugus.
Galaksi target dengan tipe yang berbeda tidak tampak menempati daerah yang
berbeda dalam gugus. Galaksi E,S0 menempati semua daerah gugus baik yang
terletak dekat dengan pusat maupun daerah tepi gugus. Galaksi spiral sebagian besar
menempati daerah dekat pusat sampai jarak 300 kpc dari pusat, beberapa galaksi
spiral juga terdapat pada jarak 700 sampai 800 kpc. Dari gambar IV.18-22 diperoleh
bahwa tidak terdapat hubungan yang erat antara jarak galaksi target dari pusat gugus
dengan morfologinya.
Kerapatan luminositas memiliki profil yang berhubungan dengan jarak dari
pusat gugus. Galaksi yang memiliki luminositas yang tinggi apapun bentuknya baik
sferoid maupun spiral akan memiliki lingkungan yang lebih tinggi kerapatannya
dibandingkan dengan galaksi dengan luminositas rendah. Hal lain adalah galaksi yang
terletak dekat dengan pusat gugus akan memiliki lingkungan yang lebih rapat
dibandingkan dengan galaksi yang terletak di bagian luar apapun morfologinya. Hal
ini nampak tidak mengkonfirmasi apa yang diperoleh oleh Dressler bahwa galaksi
dengan tipe elliptikal dan lentikular cenderung berada di bagian pusat gugus dengan
lingkungan berkerapatan tinggi, sementara galaksi spiral cenderung mendiami daerah
64
tepi gugus dengan kerapatan rendah kerapatan rendah. Untuk dapat menyimpulkan
apakah identifikasi galaksi dengan pemisahan berdasarkan warna serta karakterisasi
lingkungan yang dilakukan pada tugas akhir ini mampu mendeteksi hubungan
morfologi–radius dan morfologi-densitas seperti yang diperoleh oleh Dressler maka
penerapan pada gugus galaksi dengan richness dan redshift yang berbeda sangat perlu
dilakukan.
Hal penting lain yang diperoleh dalam tugas akhir ini adalah, bahwa gugus
Abell 2219 merupakan gugus yang kaya dengan galaksi ellips dan lentikular (E,S0).
Perbandingan antara tipe galaksi E,S0:S adalah sekitar 4:1. Gugus Abell 2219 juga
terbukti memiliki sebuah galaksi cD yang mengidentifikasi pusat gugus. Profil
kerapatan materi dalam gugus menunjukkan penurunan yang teratur sampai pada
jarak 650 kpc dari gugus. Hanya sebuah substruktur yang ditunjukkan dengan adanya
kerapatan sebesar ½ kali kerapatan dari pusat gugus yang menunjukkan bahwa
kemungkinan besar gugus tersebut masih berada dalam proses menuju bentuknya
yang simetris.
Beberapa karakteristik dari gugus yang telah disebutkan di atas beberapa
diantaranya menunjukkan adanya hubungan antara klasifikasi gugus Abell dengan
klasifikasi lainnya yakni Bautz-Morgan. Gugus Abell 2219 ini termasuk dalam gugus
Abell yang kaya serta rapat dengan kelas richness =3, ia memiliki 113 galaksi
anggota. Abell 2219 masuk dalam klasifikasi Bautz-Morgan = cD karena ia memiliki
sebuah galaksi cD yang mengidentifkasi daerah pusat. Hal lain yang konsisten yang
biasanya dimiliki oleh sebuah gugus yang rapat adalah bahwa gugus ini memiliki
fraksi galaksi ellips,lentikular yang besar dan miskin spiral yang biasanya identik
dengan gugus yang memiliki kerapatan yang tinggi. Bentuk gugus yang juga
memiliki pola yang teratur juga mengungkapkan bahwa gugus Abell 2219 simetris.
65
Download