76 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 - 86 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS TERHADAP DOLAR AMERIKA PASCA KRISIS (2000-2010) RUPIAH Zainul Muchlas Dosen STIE Asia Malang Agus Rahman Alamsyah Dosen STIE Asia Malang Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah secara simultan inflasi, tingkat suku bunga. jumlah uang beredar, GDP, BOP berpengaruh terhadap pergerakan kurs IDR/USD dan untuk membuktikan apakah secara partial inflasi, tingkat suku bunga. Jumlah uang beredar, GDP, BOP berpengaruh terhadap pergerakan kurs IDR/USD. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara bersama-sama inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Hal ini menegaskan bahwa secara bersama-sama komponen makro ekonomi yang antara lain inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP, perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan kurs mata uang. Pemerintah harus memperhatikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan komponen makro ekonomi untuk membuat kebijakan yang melibatkan kurs mata uang asing. Secara parsial inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP juga terbukti memengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini semakin memperkuat bahwa faktor-faktor makro ekonomi tersebut perlu diperhatikan dalam setiap kebijakan yang terkait dengan pergerakan mata uang. Kata Kunci : Inflasi, Tingkat SukuBunga, Jumlah uang yang beredar, GDP, BOP,Pergerakan Kurs IDR/USD Abstract The purpose of this study to prove whether simultaneous inflation, interest rates. The money supply, GDP, exchange rate movements affect the BOP GBP IDR /USD and to prove whether the partial inflation, interest rates. The money supply, GDP, exchange rate movements affect the BOP IDR/USD. The results can be seen that jointly inflation, interest rates, JUB, BOP jointly influence the movement of the rupiah against the U.S. dollar This confirms that together macro-economic components such as inflation, interest rates, JUB , BOP, should be considered in making policies related to foreign exchange rates. The Government should consider policies related to macroeconomic components to make policy involving foreign exchange. Partially, inflation, interest rates, JUB, BOP also proved affect the rupiah against the U.S. dollar. This further confirms that the macro-economic factors that need to be considered in any policy related to currency movements. Keywords: Inflation, Interest rate, the Money Supply, GDP, BOP, Exchange rate movements IDR/USD Pendahuluan Kegiatan perdagangan internasional yang melibatkan dua negara dan memiliki mata uang yang berbeda, maka kedua belah pihak harus memperhatikan nilai kurs (fexchange rate) dari masing-masing negara tersebut. Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca perdagangan, transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008:156). Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap valuta asing di pasar (Admaja, 2002:71). Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Zainul Muchlas dan Agus Rahman Alamsyah: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kurs….. 1. Apakah secara simultan inflasi, tingkat bunga, jumlah uang beredar, GDP, berpengaruh terhadap pergerakan IDR/USD? 2. Apakah secara partial inflasi, tingkat bunga, Jumlah uang beredar, GDP, berpengaruh terhadap pergerakan IDR/USD? suku BOP kurs suku BOP kurs Landasan Teori Pergerakan Nilai Kurs IDR/USD Definisi Kurs Nilai tukar suatu mata uang atau kurs adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara asing lainya (Thobarry, 2009). Definisi yang lebih lengkap mengenai kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya berubahubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar AS artinya suatu penurunan harga dollar AS terhadap rupiah. Sedangkan apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap USD( Anwary, 2011:17) Sistem Kurs dan Jenis Kurs Pada saat ini, Indonesia menganut sistem kurs mengambang secara penuh sejak 14 Agustus 1997. Sejak sistem mengambang penuh diberlakukan, kurs rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika yang sangat tajam (Anwary, 2011:17). Faktor yang memengaruhi Perubahan Kurs Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu (Thobarry, 2009:46): a. Tingkat Inflasi Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen. Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa. Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun cara yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah (Thobarry, 2009:49) : Dengan menggunakan harga umum, menggunakan angka deflator, menggunakan indeks harga umum (IHK), menggunakan harga pengharapan, menggunakan indeks dalam dan luar negeri 77 Dengan Dengan Dengan Dengan Faktor yang menyebabkan kenaikan/penurunan inflasi Laju inflasi dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti, inflasi permintaan dan inflasi gejolak (Nopirin, 1990). Inflasi inti adalah inflasi yang komponen harganya dipengaruhi oleh faktor fundamental. Inflasi permintaan yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga BBM, listrik, air minum, dan lainnya, sedangkan inflasi bergejolak adalah inflasi yang dipengaruhi oleh kelancaran produksi dan distribusi barang dan jasa. Kenaikan inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen (Customer Price index) (Thobarry, 2009:49) A. Tingkat Suku Bunga Suku bunga juga dapat dikelompokan menjadi suku bunga tetap dan suku bunga mengambang. Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit, sedangkan suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya LIBOR dimana cara perhitungannya dengan menggunakan sistim penambahan marjin terhadap kurs referensi. (Ditrian, Vivian dan Widjaya, 2008:170) Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Suku Bunga Besar kecilnya penetapan suku bunga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini (Kasmir, 2002:134) sebagai berikut: Kebutuhan dana, Persaingan, Kebijaksanaan pemerintah, Target laba yang diinginkan, Jangka waktu, Kualitas jaminan, Reputasi perusahaan, Produk yang kompetitif, Hubungan baikJaminan pihak ketiga. b. Jumlah Uang Beredar (JUB) Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat (Banknews, 2012). Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan penawaran uang (money supply). Dalam arti sempit (narrow money). JUB didefinisikan sebagai M1, yang merupakan jumlah seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota masyarakat (the non bank public) dan uang giral (demand deposit) yang dimiliki oleh perseorangan pada Bank-bank Umum. Dengan demikian uang karta yang disimpan di lemari besi bank dan bank sentral tidak termasuk kartal. Uang giral dalam hal ini berfungsi seperti 78 uang kartal, karena dapat dipergunakan untuk transaksi secara langsung oleh pemiliknya. Giro milik bank yang ada bank lain tidak termasuk uang giral (www.elearning.gunadarma.ac.id, 2012). Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah uang beredar Beberapa hal yang memengaruhi permintaan uang (Yasinta.wordpress.com, 2008), diantaranya : Pendapatan riil. Semakin tinggi pendapatan seseorang, permintaan akan uang akan semakin besar, Tingkat suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, permintan uang untuk motif spekulasi akan berkurang, Tingkat harga umum, Semakin tinggi tingkat harga umum, permintaan akan uang akan semakin bertambah, Pengeluaran konsumen. Misalnya saja pengeluaran konsumen pada bulanbulan menjelang Natal, puasa, atau Hari Raya lainnya akan bertambah. Akibatnya, permintaan uang juga akan bertambah. c. Pendapatan Nasional. Produk Nasional Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP) adalah konsep yang mempunyai arti yang bersamaan dengan GDP, tetapi memperkirakan jenis-jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam menghitung Pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari Negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. GNP dihitung dari faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara sesuatu negara terdapat di negara itu sendiri maupun di luar negeri, maka nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan di luar negeri juga dihitung di dalam Produk Nasional Bruto. Tetapi sebaliknya, dalam Produk Nasional Bruto tidak dihitung produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk atau perusahaan negara lain yang digunakan di negara tersebut. (Syahza, 2012) d. Posisi neraca pembayaran internasional Indonesia (BOP) Posisi BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Balance of Payment (BOP) dan Balance of Trading (BOT) mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. BOP surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut baik melalui transaksi barang dan jasa maupun asset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 - 86 Sedangkan BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto keluar negeri sehingga terjadi exsess demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. BOP surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor, ketika ekspor meningkat maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing kedalam negeri semakin besar. Sesuai dengan teori, ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka nilai tukar mata uang asing melemah dan mata uang domestik menjadi menguat begitupun sebaliknya. (Rusniar, 2009) Hubungan Masing-Masing Faktor Dengan Kurs H1: Inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan nilai kurs Rupiah. H2.1 :Inflasi berpengaruh terhadap pergerakan nilai kurs Rupiah H2.2 :Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap pergerakan nilai kurs Rupiah H2.3 :Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap pergerakan nilai kurs Rupiah H2.4 :GDP berpengaruh terhadap pergerakan nilai kurs Rupiah H2.5 :BOP berpengaruh terhadap pergerakan nilai kurs Rupiah Kerangka Pemikiran Hipotesis Hipotesa 1: Ho : Tidak ada pengaruh secara simultan antara inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP terhadap pergerakan kurs IDR/USD. Ha: Ada pengaruh secara simultan antara inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP terhadap pergerakan kurs IDR/USD. Hipotesa 2: Ho : Tidak ada pengaruh secara parsial antara inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP terhadap pergerakan kurs IDR/USD. Ha : Ada pengaruh secara parsial antara inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP terhadap pergerakan kurs IDR/USD. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Menurut Jogiyanto (2005:12) penelitian explanatory adalah riset yang mencoba menjelaskan fenomena yang ada. Alasan Zainul Muchlas dan Agus Rahman Alamsyah: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kurs….. digunakannya jenis penelitian ini karena dalam penelitian ini akan diuji pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, GDP dan BOP terhadap pergerakan kurs IDR/USD pasca krisis (2000-2010), melalui pengujian hipotesis karena explanatory merupakan penelitian yang meneliti hubungan yang ada antara variabel bebas dan variabel terikat. Definisi Operasional Variabel Variabel menurut Sutrisna dalam Arikunto (2006:116) adalah: Gejala yang bervariasi. Variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Peubah bebas (independent variable) Peubah independent menurut Sugiyono (2008:59) adalah peubah yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya peubah dependen (terikat). Peubah bebas dalam penelitian ini adalah: a) Inflasi di Indonesia Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang kebutuhan umum yang terjadi secara terusmenerus. Inflasi diukur dalam satuan persen (%). Data diambil dari perubahan Indeks Harga Konsumen di Indonesia. b) Suku bunga riil Indonesia Tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI) adalah rata-rata persentase suku bunga SBI yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Data suku bunga yang digunakan diukur dalam satuan persen. Suku bunga yang digunakan adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia) Pemakaian vaiabel suku bunga riil ini dimaksudkan untuk mengeluarkan pengaruh tingkat inflasi dari suku bunga nominal. c) Perubahan jumlah uang beredar Indonesia Jumlah uang yang beredar adalah uang dalam arti sempit yang terjadi dari uang kartal dan uang giral yang dipegang oleh masyarakat. Data jumlah uang yang beredar yang digunakan diukur dalam satuan rupiah. d) GDP riil Indonesia. Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara negara tersebut dan negara asing. GDP yang digunakan adalah GDP riil, artinya telah mengeliminasi pengaruh perubahan tingkat harga umum. GDP riil ini juga merupakan indikator bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. e) Besarnya surplus atau defisit BOP Indonesia. BOP (Balance of Payment) merupakan posisi neraca pembayaran internasional indonesia. Data BOP yang digunakan diukur dalam satuan rupiah. 79 2. Peubah terikat (dependent variable) Peubah terikat menurut Sugiyono (2008:59) adalah: Peubah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Peubah terikat dalam penelitian ini adalah nilai tukar mata uang IDR/USD. Kurs atau nilai tukar mata uang (exchangerate) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Dalam penelitian digunakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Diukur dalam satuan rupiah (IDR/USD). Data diambil dari perkembangan indeks nilai tukar IDR/USD. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu berupa angka. Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lain dalam bentuk dokumen. Data yang diperoleh berupa data Inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP yang diperoleh dari BPS (www. bps.go.id), BI (www.bi.go.id). Metode Pengumpulan Data Teknik pengambilan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Dokumenter. Data yang diamati adalah Inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP selama tahun 2000-2010 dikarenakan tahun 2000-2010 merupakan tahun-tahun pasca krisis di Indonesia sehingga peneliti ingin meneliti perkembangan IDR/USD. Populasi Dan Sampel Populasi menurut Arikunto (2006:130) adalah: Keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mata uang atau kurs yang ada di Indonesia. Sampel menurut Arikunto (2006:131) adalah: Sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah Negara Indonesia dan Amerika Serikat. Teknik sampling yang adalah purposive sampling. Menurut Silalahi (2003:74) purposive sampling adalah “Peneliti menggunakan pertimbangannya sendiri (dengan berbekal pengetahuan yang cukup tentang populasi) untuk memilih anggota-anggota sampel”. Adapun syarat yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah: Kurs dimana kurs tersebut banyak digunakan dalam perdagangan internasional oleh Indonesia. Berdasarkan syarat tersebut, maka kurs yang banyak digunakan dalam perdagangan internasional oleh Indonesia adalah kurs dollar Amerika. Teknik Analisis Data Untuk mengujian hipotesis digunakan analisis regresi berganda, yaitu analisis untuk mengetahui adanya pengaruh antara lebih dari satu 80 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 - 86 peubah bebas terhadap satu peubah terikat. yang dinyatakan sebagai berikut: 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji antara anggota observasi menurut waktu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Pasaribu, 2008). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi digunakan Durbin Watson. Pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan: tidak terjadi autokorelasi jika du < dw< (4-du). b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar peubah independen. Untuk mendeteksi keberadaan multikolinieritas dapat digunakan besaran (VIF) c. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Santoso, 2010:208). d. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal (Pasaribu, 2008). Uji normalitas dapat dilihat dari uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi nilai kolmogorov-Smirnov di atas alfa yang ditetapkan (tidak signifikan), dikatakan data residual terdistribusi secara normal”. 2. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan alat analisis regresi berganda. Rumus regresi berganda diformulasikan sebagai berikut: Y1 = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ β5X5 +ei Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hasil analisis secara simultan, maka digunakan uji F dengan = 5%. Dari nilai sig F, dapat diketahui apakah ada hubungan atau tidak, antara peubah bebas dan peubah terikat dengan ketentuan sebagai berikut. a. Apabila sig F ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya seluruh peubah bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peubah terikat. b. Apabila sig F ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya seluruh peubah bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap peubah terikat. Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara simultan digunakan R2. Besarnya pengaruh secara bersama-sama dilihat dari nilai Koefisien Determinan (R2). Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh semua variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1), di mana semakin tinggi nilai R2 suatu regresi atau semakin mendekati 1, maka hasil regresi tersebut akan semakin baik. Hal ini berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh secara parsial, dilakukan dengan alat uji t dan korelasi, yang berfungsi menguji signifikansi pengaruh variable independent dengan variable dependen secara parsial dengan = 5%. Uji signifikan secara parsial menggunakan alat uji t dengan pengujian sebagai berikut: a. Apabila sig t ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha b. diterima, artinya peubah bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap peubah terikat. Apabila sig t ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya peubah bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap peubah terikat. Analisis Dan Hasil Pembahasan Analisis Deskriptif Hasil analisis deskriptif pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP terhadap terhadap kurs US$ dapat dilihat sebagai berikut. 1. Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan hargaharga umum barang-barang secara terus menerus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata inflasi sebesar 8,59% dengan nilai minimum sebesar 2,78% dan nilai maksimum sebesar 17,11%. Artinya selama tahun 2000-2010 nilai inflasi Indonesia berkisar diantara 8,59% dengan nilai terendah sebesar 2,78% pada Tahun 2009 dan nilai inflasi tertinggi sebesar 17,11% terjadi pada Tahun 2005. Nilai inflasi Indonesia selama tahun 2000-2010 menunjukkan fluktuasi. Artinya nilai inflasi Indonesia mengalami perubahan yang sangat bervariasi. Tingkat inflasi tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga umum barang konsumsi selama satu periode. Nilai inflasi tersebut tidak dapat dikatakan tinggi, karena masih di bawah dua digit. Artinya walaupun terjadi kenaikan harga barang-barang di pasaran, namun tidak terlalu tinggi. 2. Suku Bunga Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua belah pihak (Ditrian, Vivian dan Widjaya, 2008:170). Penelitian menunjukkan bahwa nilai suku bunga (BI rate) www.bi.go.id , selama tahun 2000- Zainul Muchlas dan Agus Rahman Alamsyah: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kurs….. 2010 memiliki nilai rata-rata sebesar 10,32% dengan nilai minimum sebesar 6,5% dan nilai maksimum sebesar 17,62%. Tingkat suku bunga (BI rate) Indonesia selama tahun 2000-2010 menunjukkan tren yang menurun. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk menurunkan tingkat suku bunga bank sebagai upaya meningkatkan pembangunan masyarakat melalui suku bunga yang rendah. Dengan tingkat suku bunga bank yang rendah, maka masyarakat diharapkan dapat menggunakan kredit bank untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Dengan suku bunga yang rendah, juga memacu masyarakat untuk menggunakan dananya untuk kegiatan ekonomi, dibandingkan hanya menyimpan dalam bentuk deposito. 3. Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat (Banknews, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia selama tahun 2000-2010 sebesar 1.300.831,09 miliar rupiah, dengan nilai minimum sebesar 747.027 miliar rupiah, yang terjadi pada tahun 2000 dan nilai tertinggi sebesar 2.471.206 miliar rupiah, terjadi pada tahun 2010. Jumlah uang beredar di Indonesia selama tahun 2000-2010 memiliki tren meningkat. Artinya dari tahun 2000 sampai 2010 jumlah uang beredar di Indonesia memiliki tren yang meningkat. Dengan demikian jumlah uang yang dipegang masyarakat semakin meningkat dari tahun 2000 sampai 2010. Peningkatkan jumlah uang yang beredar di tangan masyarakat akan meningkatkan daya konsumsi masyarakat, baik terhadap produk dalam negeri maupun produk luar negeri. 4. BOP (Balance of payment) BOP (Balance of Payment) merupakan posisi neraca pembayaran internasional indonesia. Posisi BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. BOP (Balance of Payment) dan BOT (Balance of Trading) mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata BOP selama tahun 2000 sampai 2010 sebesar 6,19 juta dollar, dengan nilai minimum sebesar -2,95 juta dollar yang terjadi pada tahun 2005 dan nilai tertinggi sebesar 13,5 juta dollar yang terjadi pada tahun 2009. Nilai BOP yang negate pada tahun 2005, yaitu sebesar -2,95 menunjukkan menunjukkan BOP yang defisit. BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto keluar negeri sehingga terjadi exsess 81 demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. Sedangkan nilai BOP yang positif menunjukkan BOP surplus. Artinya adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara Indonesia baik melalui transaksi barang dan jasa maupun asset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Nilai BOP selama tahun 2000-2010 mengalami fluktuasi., bahkan pada tahun 2004 dan 2005 terjadi defisit BOP. BOP surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor, ketika ekspor meningkat maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing kedalam negeri semakin besar. Sesuai dengan teori, ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka nilai tukar mata uang asing melemah dan mata uang domestik menjadi menguat begitupun sebaliknya. (Rusniar, 2009) 5. Kurs $US Nilai rata-rata kurs US$ untuk tahun 2000-2010 sebesar Rp9.638,45 dengan nilai terendah sebesar Rp8.875 yang terjadi pada tahun 2003 dan nilai tertinggi sebesar Rp 10.950 yang terjadi pada tahun 2008. Untuk saat ini, Indonesia menganut sistem kurs mengambang secara penuh sejak 14 Agustus 1997. Sejak sistem mengambang penuh diberlakukan, kurs rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika yang sangat tajam (Anwary, 2011:17). Perkembangan nilai kurs US dollar selama tahun 2000-2010 berfluktuasi, dengan varian yang tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa perkerakan nilai kurs US dollar selama tahun 2000-2010 dapat dikatakan relatif stabil. Pengujian Asumsi Klasik Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Z run test sebesar 0,763 dengan asumsi sig sebesar 0,445 > 0,10 (α = 10%). Dengan demikian tidak terjadi permasalahan autokorelasi dan asumsi diterima. Uji Multikolinieritas Berdasarkan hasil uji Multikolinieritas menunjukkan nilai VIF di bawah 10. Dengan demikian tidak terjadi permasalahan multikolinieritas, sehingga asumsi diterima. Uji Heteroskedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan Menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu 82 pengamatan ke pengamatan yang lain (Santoso, 2010:208). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah: uji glejser. Jika hasil koefisien uji glejser untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan metode regresi tidak terdapat heterokedastisitas. Berdasarkan hasil uji glejser menunjukkan bahwa nilai probabilitas t untuk variabel variabel bebas inflasi, tingkat suku bunga JUB dan BOP menunjukkan di atas 10% (0,10). Dengan demikian tidak terjadi permasalahan heterokedastisitas, sehingga asumsi diterima. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal (Pasaribu, 2008). Uji normalitas dapat dilihat dari uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi nilai kolmogorov-Smirnov di atas alfa yang ditetapkan (tidak signifikan), dikatakan data residual terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil pengujian Normalitas dengan kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai Kolmogorov smiernov sebesar 0,746 dengan asymp sig kolmogorov smirnov sebesar 0,634 di atas α 10% (0,10). Dengan demikian data terdistribusi normal, dan asumsi diterima. Pengujian Hipotesis Uji F (Secara Simultan) Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan alat uji F. Hasil analisis menunjukkan sebagai berikut. Hasil Uji F Predictors: (Constant), BOP, suku bunga, inflasi, JUBDependent Variable: Kurs $ USSumber: Data diolah (2013)Keterangan: F table 10% = 3,18 Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 5,553 di atas Ftabel sebesar 3,18 dan nilai sig F sebesar 0,063. Karena signifikansi F lebih besar dari 10%, maka Ho: b1, b2 ≠ 0 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian secara simultan Inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP memengaruhi perubahan nilai kurs US dollar. Adapun besarnya pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP terhadap perubahan nilai kurs US dollar dapat dilihat dari uji determinasi sebagai berikut. Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 - 86 Hasil uji determinasi menunjukkan bahwa nilai R square (R2) sebesar 0,847 atau 84,7%. Artinya secara bersama-sama Inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan BOP memengaruhi perubahan nilai kurs US dollar memengaruhi perubahan nilai kurs US dollar sebesar 84,7%, sedangkan sisanya sebesar 15,3% perubahan nilai kurs US dollar dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. Beberapa faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini yang turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah impor, ekspor, dan GDP. Uji t (Secara Parsial) Hipotesis kedua dilakukan dengan uji t. Hasil uji t dapat dilihat sebagai berikut. Hasil Uji t Coefficientsa Predictors: (Constant), BOP, suku bunga, inflasi, JUB Dependent Variable: Kurs $ US Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk inflasi sebesar -2,381 dengan sig t sebesar 0,076 di bawah 10%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga inflasi berpengaruh terhadap perubahan nilai kurs US dollar. Nilai t hitung untuk suku bunga sebesar 3,258 dengan sig t sebesar 0,031 di bawah 10%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga tingkat suku bunga (BI rate) berpengaruh terhadap perubahan nilai kurs US dollar. Nilai t hitung untuk Jumlah Uang Beredar (JUB) sebesar 2,873 dengan sig t sebesar 0,045 di bawah 10%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga JUB berpengaruh terhadap perubahan nilai kurs US dollar. Nilai t hitung untuk Balance of Payment (BOP) sebesar -2,877 dengan sig t sebesar 0,045 di bawah 10%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga BOP berpengaruh terhadap perubahan nilai kurs US dollar. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, JUB, BOP Terhadap Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika Zainul Muchlas dan Agus Rahman Alamsyah: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kurs….. Tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang dan jumlah ekspor adalah variabel-variabel makro ekonomi yang selalu berubah sesuai dengan kondisi ekonomi pada suatu negara. Oleh karenyanya variabel tersebut akan dapat memengaruhi pergerakan nilai kus rupiah, mengingat variabel makro ekonomi tersebut membutuhkan mata uang rupiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP secara bersama-sama berpengaruh dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini karena inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BO Padalah variabel-variabel makro ekonomi yang selalu berubah sesuai dengan kondisi ekonomi pada suatu negara. Oleh karenyanya variabel tersebut akan dapat memengaruhi pergerakan nilai kus rupiah, mengingat variabel makro ekonomi tersebut membutuhkan mata uang rupiah. Hasil penelitian ini menunjang penelitian Triyono (2008), Yudha dan Hadi (2008). Wahuni (2010) yang berhasil menunjukkan adanya pengaruh secara bersamasama antara variabel-variabel makro ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Pengaruh Inflasi terhadap Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika Meningkatnya impor oleh negara terhadap pelbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap valuta asing di pasar valuta asing. Inflasi yang meningkat secara mendadak tersebut, juga memungkinkan tereduksinya kemampuan ekspor nasional negara yang bersangkutan, sehingga akan mengurangi supply terhadap valuta asing di dalam negerinya. Menurut teori (purchasing power parity theory / PPP, tingkat inflasi domestik yang melebihi tingkat inflasi di luar negeri akan mengakibatkan meningkatnya kurs mata uang domestik. Dengan kata lain menurunkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing akan turun..(Atmadja, 2002:71) Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedangkan nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate) suatu barang dapat diperdagangkan antar negara. Jika nilai tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri relatif murah dan harga produk domestic relatif mahal. Persentase perubahan nilai tukar nominal sama dengan persentase perubahan nilai tukar riil ditambah perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik (persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu Negara luar negeri lebih 83 tinggi inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama jumlahnya harus ditukar dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah (Triyono, 2008:159). Hasil penelitian berhasil membuktikan adanya pengaruh inflasi dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh secara negatif. Artinya peningkatan nilai inflasi akan menurunkan pergerakan rupiah terhadap US dollar. Berpengaruhnya inflasi terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika karena Inflasi yang meningkat secara mendadak tersebut, juga memungkinkan tereduksinya kemampuan ekspor nasional negara yang bersangkutan, sehingga akan mengurangi supply terhadap valuta asing di dalam negerinya. Inflasi yang tinggi juga mendorong masyarakat untuk menarik dana simpanan di bank untuk berinvestasi dalam kurs US dollar, yang dapat menjadikan berkurangnya supply terhadap valuta asing. Hasil penelitian ini menunjang penelitian Triyono (2008), Wahuni (2010) yang menunjukkan adanya pengaruh inflasi terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Pengaruh Suku Bunga terhadap Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun investor asing, khususnya pada jenis-jenis investasi portofolio, yang umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Dan, apabila suatu Negara menganut rezim devisa bebas, maka hal tersebut juga memungkinkan terjadinya peningkatan aliran modal masuk (capital inflow) dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing. Dalam beberapa kasus, bahkan perubahan nilai tukar mata uang antara dua negara dapat juga dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga yang terjadi di negara ketiga. Tingkat suku bunga riil umumnya lebih sering dibandingkan antar negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Secara teoritis akan terjadi korelasi yang signifikan antara perbedaan tingkat suku bunga di dua negara dengan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara yang lain. Dalam hal ini tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat, karena masih terkandungnya unsur inflasi di dalamnya (Atmadja, 2002:71). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh suku bunga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika, dengan pengaruh yang 84 positif. Artinya setiap kenaikan tingkat suku bunga bank di Indonesia akan meningkatkan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Berpengaruhnya tingkat suku bunga terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika karena ketika suku bunga dalam negeri meningkat sementara suku bunga luar negeri tetap, maka minat investor untuk menanamkan modalnya didalam negeri semakin tinggi karena return yang didapat juga diharapkan akan lebih tinggi sehingga arus modal masuk akan meningkat. Permintaan terhadap mata uang domestik meningkat sehingga akan direspon dengan menguatnya mata uang dalam negeri (Rusniar, 2009). Hasil peneliitan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Triyono (2008), Yudha dan Hadi (2008) yang berhasil menunjukkan adanya pengaruh tingkat suku bunga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika Dalam pendekatan moneter, yang mendasarkan pada pengembangan konsep teori kuantitas uang, jumlah uang beredar (money supply) memegang peran penting dalam perekonomian suatu negara. Berlebihannya jumlah beredar dalam perekonomian suatu negara akan dapat memberikan tekanan pada nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang asing.(Atmadja, 2002:71). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh JUB dengan pergerakan nilai rupiah terhadap dollar Amerika, dengan pengaruh positif. Artinya setiap kenaikan JUB akan meningkatkan pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika. Berpengaruhnya JUB terhadap pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika karena peredaran reserve valuta asing (neraca pembayaran) timbul sebagai akibat kelebihan permintaan atau penawaran uang. Apabila terdapat kelebihan jumlah uang beredar maka neraca pembayaran akan defisit dan sebaliknya apabila terdapat kelebihan permintaan uang, neraca pembayaran akan surplus kelebihan jumlah uang beredar akan mengakibatkan masyarakat membelanjakan kelebihan ini, misalnya untuk impor atau membeli surat-surat berharga luar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar, yang berarti permintaan akan valas naik sedangkan permintaan mata uang sendiri turun. Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada giliran kurs valuta asing naik (apresiasi). Dengan menaiknya penawaran uang atau atau jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang yang diukur dengan (term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan mata uang domestik (Triyono, 2008:158). Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 - 86 Pengaruh Balance of Payment (BOP) terhadap Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika BOP (Balance of Payment) merupakan posisi neraca pembayaran internasional indonesia. Posisi BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Posisi BOP suatu negara akan sangat mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang domestiknya terhadap mata uang asing. BOP yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk netto di dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya penawaran valuta asing (increase in supply) di Negara tersebut, dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sedangkan BOP yang defisit menandakan telah terjadi aliran dana keluar netto ke luar negeri, sehingga dapat mengakibatkan terjadi excess demand terhadap valuta asing dalam perekonomian nasional. Hal terakhir inilah yang dapat berdampak pada melemahnya nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. .(Atmadja, 2002:71). Hasil analisis menunjukkan bahwa BOP memengaruhi perubahan pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika, dengan pengaruh negatif. Artinya setiap kenaikan BOP akan menurunkan pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika. Berpengaruhnya BOP dengan pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika karena berkurangnya BOP mendorong pemerintah untuk meningkatkan impor ke luar negeri, sehingga aliran valuta asing yang masuk netto akan bertambah dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Nilai BOP yang menurun akan dapat meningkatkan pergerakan nilai rupiah terhadap dollar Amerika, karena adanya aliran dana keluar, sehingga pihak banyak orang yang membutuhkan dollar Amerika. Adanya peningkatan permintaan dolar akan meningkatkan harga dollar Amerika. Sesuai dengan teori, ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka nilai tukar mata uang asing melemah dan mata uang domestik menjadi menguat begitupun sebaliknya. (Rusniar, 2009). Hasil penelitian ini menunjang bertentangan dengan Triyono (2008) yang tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh BOP dengan pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika Implikasi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara bersama-sama inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Zainul Muchlas dan Agus Rahman Alamsyah: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kurs….. Hal ini menegaskan bahwa secara bersama-sama komponen makro ekonomi yang antara lain inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP, perlu diperhatikan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan kurs mata uang. Pemerintah harus memperhatikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan komponen makro ekonomi untuk membuat kebijakan yang melibatkan kurs mata uang asing. Secara parsial inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP juga terbukti memengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini semakin memperkuat bahwa faktor-faktor makro ekonomi tersebut perlu diperhatikan dalam setiap kebijakan yang terkait dengan pergerakan mata uang. Kesimpulan Hasil penelitian berhasil membuktikan adanya pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP secara bersama-sama berpengaruh dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini karena inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BO Padalah variabel-variabel makro ekonomi yang selalu berubah sesuai dengan kondisi ekonomi pada suatu negara. Oleh karenanya variabel tersebut akan dapat memengaruhi pergerakan nilai kus rupiah, mengingat variabel makro ekonomi tersebut membutuhkan mata uang rupiah. Hasil penelitian berhasil membuktikan pengaruh inflasi dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika, secara negatif. Berpengaruhnya inflasi terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika karena Inflasi yang meningkat secara mendadak tersebut, juga memungkinkan tereduksinya kemampuan ekspor nasional negara yang bersangkutan, sehingga akan mengurangi supply terhadap valuta asing di dalam negerinya. Hasil penelitian berhasil membuktikan pengaruh tingkat suku bunga terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika, dengan pengaruh yang positif. Hal ini karena karena ketika suku bunga dalam negeri meningkat sementara suku bunga luar negeri tetap, maka minat investor untuk menanamkan modalnya didalam negeri semakin tinggi karena return yang didapat juga diharapkan akan lebih tinggi sehingga arus modal masuk akan meningkat. Permintaan terhadap mata uang domestik meningkat sehingga akan direspon dengan menguatnya mata uang dalam negeri. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh JUB dengan pergerakan nilai rupiah terhadap dollar Amerika, dengan pengaruh positif. Hal ini karena jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada giliran kurs valuta asing naik (apresiasi). Dengan menaiknya penawaran uang atau atau jumlah uang beredar akan 85 menaikkan harga barang yang diukur dengan (term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan mata uang domestic. Hasil analisis menunjukkan bahwa BOP memengaruhi perubahan pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika, dengan pengaruh negatif.. Hal ini karena nilai BOP yang menurun akan dapat meningkatkan pergerakan nilai rupiah terhadap dollar Amerika, karena adanya aliran dana keluar, sehingga pihak banyak orang yang membutuhkan dollar Amerika. Adanya peningkatan permintaan dolar akan meningkatkan harga dollar Amerika. Sesuai dengan teori, ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka Saran yang dapat diberikan pada pemerintah Pemerintah : Faktor-faktor makro ekonomi secara bermakna memengaruhi pergerakan nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Oleh karena itu diharapkan Pemerintah memperhatikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan makro ekonomi, yang dapat memengaruhi pergerakan nilai mata uang rupiah. Daftar Pustaka 1. Anwary, Ahmad Amiruddin. 2011. Prediksi Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Menggunakan Fuzzy Time Series. Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. Semarang. 2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Cetakan Ketigabelas. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 3. Atmadja, Adwin S. 1999. Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 1 No. 1, Mei 1999. Hal 54-67. 4. Atmadja, Adwin Surja. 2002. Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Jurusan Akuntansi. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol 4. No. 1. Mei 2002. Hal 69-78. http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/. 5. Banknews. 2011. Jumlah Uang Beredar. www.banknews.com. 24 April 2011, 07:20. 6. Bank Indonesia, 2015, BI rate, www.bi.go.id . di akses 17 Februari 2015. 01:30 PM 7. Ditria, Yoda, Jenni Vivian dan Indra Widjaja. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan. Journal of Applied Finance and Accounting. Vol 1. No. 1 November 2008. Hal 166-192. 86 8. Jogiyanto. .2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 9. Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 10. Rusniar. 2009. Analisis Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Dan Empat Mata Uang Negara Asean. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manjemen Institut Pertanian Bogor. 11. Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Cetakan Kesebelas. Alfabeta. Bandung. 12. Thobarry, Achmad Ath. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. 13. Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 9. N. 2 Desember 2008. Hal 156-167. Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 1 Februari 2015: 76 - 86