BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa transportasi merupakan salah satu sektor yang tidak dapat diabaikan pengaruhnya dalam pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi karena pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkut yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang, tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara (Salim, 1993). Transportasi sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Salah satu moda transportasi umum andalan masyarakat dari semua kalangan adalah kereta api. Ketepatan waktu dan kenyamanan menjadikan kereta api selalu dipilih oleh masyarakat untuk bepergian jarak pendek, menengah mupun jarak jauh. Salah satu keunggulan dari kereta api yaitu dapat mengangkut banyak orang dalam sekali perjalanan atau bersifat masal, irit bahan bakar, effisien, hemat pemakaiaan lahan, ramah lingkungan dan relatif aman jika dibandingkan dengan moda transportasi darat lainya, serta adaptif terhadap perkembangan teknologi. Dengan memiliki berbagai keunggulan tersebut sudah saatnya kereta api menjadi pilihan utama dalam mengatasi kemacetan di jalan raya, terutama di kota kota besar di Indonesia serta menjadi angkutan utama di Indonesia. Sesuai dengan Undang – undang RI No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai 1 tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Rute perjalanan kereta api menurut jaraknya terbagi menjadi tiga, yaitu jarak dekat, jarak menegah dan jarak jauh. Perjalanan kereta api jarak dekat biasanya lebih padat daripada kereta api jarak jauh, karena kereta jarak dekat diperuntukkan bagi para penglaju yang setiap harinya pulang pergi untuk bekerja ataupun konsumen jarak dekat yang biasa menggunakan jasa kereta api pada hari libur maupun akhir pekan. Salah satu jalur kereta api jarak dekat dengan okupansi penumpang yang cukup tinggi adalah jalur Tanahabang-Rangkasbitung-SerangCilegon-Merak. Jalur ini merupakan jalur penghubung ibukota Jakarta dengan provinsi Banten yang selanjutnya terintegrasi dengan pelabuhan Merak yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Sumatera. Data yang dihimpun dari stasiun Rangkasbitung, sedikitnya ada 20 jadwal perjalanan kereta api yang melintasi jalur Tanahabang-Merak dengan rentang waktu rata-rata satu jam. Namun, pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore biasanya jumlah penumpang melebihi kapasistas daya angkut kereta api, ini digambarkan dengan banyaknya penumpang berdiri yang tidak mendapatkan tempat duduk. Hal ini dikarenakan pada waktu tersebut merupakan jam masuk dan keluar para penglaju ibukota yang berasal dari wilayah pinggiran khususnya di propinsi Banten seperti Serpong, Tigaraksa dan Rangkasbitung (Humas PT. KAI, 2014). Dengan adanya jalur kereta api penghubung kota Rangkasbitung dengan ibukota Jakarta tentu dapat mempermudah akses mobilitas masyarakat yang sangat membutuhkannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap perekonomian di daerah-daerah stasiun kereta api yang dilewati. Kereta api yang melintas di jalur ini berperan sebagai penggerak ekonomi masyarakat dan juga memberikan kontribusi terhadap perekonomian ibukota Jakarta. Jarak antara stasiun Rangkasbitung dengan Jakarta hanya 80 kilometer dengan waktu tempuh kereta api hampir 2,5 jam. Ini dikarenakan banyaknya stasiun-stasiun persinggahan dimana setiap kereta 2 api harus berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Kendatipun demikian, masyarakat tetap memilih kereta api sebagai moda transportasi favorit karena tarifnya yang sangat terjangkau, yakni Rp. 2.000 untuk perjalanan dari Rangkasbitung menuju Jakarta atau sebaliknya. Sedangkan untuk kereta ekonomi ekspress memiliki tarif yang lebih tinggi yakni Rp. 4.000. Namun belakangan tarif tersebut mengalami kenaikan seiring dengan pembenahan yang dilakukan oleh PT. KAI, diantaranya adalah dengan diberikan fasilitas AC pada setiap kereta. Masyarakat yang menggunakan jasa angkutan kereta api bukan hanya dari stasiun Rangkasbitung saja. Rangkasbitung merupakan ibukota kabupaten Lebak sehingga jumlah penduduknya tertinggi dibandingkan kecamatan lain. Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan dan dua diantaranya dilalui jalur kereta api dimana kedua kecamatan tersebut masing-masing memiliki satu stasiun pemberhentian. Kecamatan yang dilalui jalur kereta api tersebut yaitu kecamatan Rangkasbitung dan kecamatan Maja. Penelitian ini difokuskan di kecamatan Rangkasbitung karena pengguna jasa kereta api yang melalui stasiun Rangkasbitung jauh lebih banyak, ini dikarenakan Rangkasbitung merupakan ibukota kabupaten dan kereta api yang melaluinya terintegrasi dengan Jakarta. Selain moda transportasi kereta api, angkutan bus antar kota juga mempunyai peranan penting dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Lebak. Rute bus yang melayani RangkasbitungJakarta sebagian besar berupa bus kecil dengan kapasitas sebanyak 27 penumpang untuk satu kali jalan. Tarif angkutan bus tujuan Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan harga tiket kereta api. Walaupun demikian, masih banyak masyarakat yang membutuhkan moda transportasi bus untuk menuju Jakarta karena letak terminal yang dituju berbeda dengan stasiun tujuan yang dilintasi kereta api. Namun, jika dibandingkan dengan kereta api tentu permintaan akan jasa kereta api lebih tinggi karena harga tiket yang lebih murah dan waktu tempuh yang relatif lebih cepat. Dengan 3 meningkatnya kualitas pelayanan kereta api maka dapat menarik minat masyarakat untuk beralih untuk menggunakan jasa kereta api. Keberadaan jaringan transportasi sangat erat kaitannya dengan perkembangan wilayah. Semakin baik jaringan transportasi di suatu wilayah maka semakin maju wilayah tersebut. Jaringan transportasi tersebut tidak hanya di lingkup internal saja melainkan adanya jaringan yang menghubungkan dengan wilayah lain. Jalur kereta api merupakan salah satu pemicu perkembangan wilayah dan tidak semua wilayah dapat dilalui jalur kereta api karena faktor bentuklahan yang menjadi salah satu pertimbangannya. Kaitan transportasi dengan perkembangan wilayah tidak hanya dilihat secara fisik saja, melainkan bagaimana pelayanannya. Suatu sistem transportasi dapat dikatakan maju jika fasilitas pelayanan dan proses pelayanannya baik dan mengutamakan masyarakat sebagai konsumen. Terlebih pada era globalisasi seperti ini, peranan transportasi sudah menjadi kebutuhan pokok manusia untuk melakukan aktivitasnya. Kegiatan pergerakan atau perpindahan barang, manusia dan informasi pada ruang dan waktu, tidak dapat terlepas dari ilmu geografi. Kegiatan perpindahan ini menggunakan sarana dan prasarana yang selalu berubah-ubah, dalam geografi disebut sebagai network. Tempat asal dan tempat tujuan perpindahan, berubah sesuai permintaan.Pandangan ilmu geografi menyebutnya sebagai titik (nodes). Manusia, barang dan informasi merupakan objek dari perpindahan ini. Ketiga hal tersebut merupakan wujud dari permintaan perpindahan ini. Begitu perpindahan terjadi, maka hal tersebut nampak nyata sebagai fungsi dari gerakan (flows). Untuk mengetahui sistem transportasi dari segi organisasi keruangan, yang perlu diketahui adalah struktur dari jaringan. Unsur jaringan yang utama adalah keterkaitan (linkages) yaitu jaringan jalan dan titik(nodes) yaitu pusat kegiatan. Jaringan jalan dapat berbentuk berbagai fasilitas seperti jalan raya, jalan kereta, jalur angkutan udara, jalur perjalanan laut dan sungai, atau dapat juga pergerakan (flows) di atas 4 jaringan tersebut, seperti jumlah kendaraan, jumlah penumpang, perpindahan barang dalam satuan waktu tertentu. Sementara nodesdalah simpul-simpul yang menghubungkan tempat asal dan tempat tujuan, seperti pusat kegaitan ekonomi, kota, terminal penumpang, terminal komunikasi elektronik, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sistem transportasi dipengaruhi pada tata ruang, lingkungan alam (darat, udara dan laut), sosial, ekonomi dan politik sehingga harus dikelola dengan sebaikbaiknya untuk kesejahteraan manusia. 1.2 Rumusan Masalah Kereta Api merupakan salah satu transportasi yang sangat di minati oleh masyarakat dikarenakan ketepatan waktu dan tarifnya yang relatif terjangkau dan lebih murah dibandingkan moda transportasi darat lainnya. Kereta api Rangkas Jaya merupakan kereta api lokal yang melayani rute Rangkasbitung – Tanahabang yang telah dioperasikan sejak pertengahan tahun 2008. Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan pengguna jasa kereta api, maka secara bertahap PT. KAI mulai membenahi pelayanan khususnya bagi kereta api kelas ekonomi. Kebijakan pelayanan tersebut tidak selalu ditanggapi positif oleh pengguna jasa, karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa. Oleh karena itu, perlu adanya kajian mendalam untuk menganalisa kebijakan yang diberlakukan serta kondisi eksisting pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana perubahan kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya? 2. Bagaimana kondisi eksisting pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya? 3. Bagaimana persepsi pengguna jasa kereta api terhadap kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya? 5 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan perubahan-perubahan kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya 2. Mengetahui kondisi eksisting pelayanan kereta api Rangkas Jaya. 3. Mengetahui persepsi pengguna jasa terhadap kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Memberi informasi bagi semua pihak yang tertarik dan berkepentingan dengan masalah ini untuk dapat ditelusuri lebih lanjut. 2. Dapat memperluas khasanah ilmu dan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa maupun kepada instansi terkait yakni PT. KAI khususnya DAOP 1 Jakarta untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dengan arahan kebiajakannya. 1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Konsep Geografi Konsep esensial geografi terdiri dari 10 konsep, yaitu: konsep lokasi, konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi, konsep aglomerasi, konsep nilai kegunaan, konsep interaksi, konsep diferensiasi areal, dan konsep keterkaitan ruang. Namun, dalam penelitian ini hanya akan dipakai lima konsep esensial geografi saja yang sejalan dengan penelitian ini. Konsep-konsep tersebut yaitu: 1) Konsep Lokasi Konsep lokasi merupakan konsep esensial yang sejak awal perkembangan geografi telah menjadi ciri khusus dari cabang ilmu geografi. Secara pokok, konsep lokasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan relatif. Kedua pengertian lokasi tersebut memiliki derajat makna yang berbeda dalam kajian geografi. Lokasi absolut bersifat tetap, tidak berubah-ubah meskipun kondisi tempat yang bersangkutan terhadap sekitarnya mungkin berubah, sedangkan lokasi relatif memiliki arti lebih 6 penting dan lebih banyak dikaji dalam geogtafi serta lazim juga disebut sebagai letak geografis. Lokasi relatif berubah-ubah berkaitan dengan kaeadaan daerah disekitarnya. (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 27). 2) Konsep Jarak Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial, ekonomi maupun juga untuk kepentingan pertahanan. Jarak dapat merupakan pembatas yang bersifat alami. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan, pengangkutan barang dan penumpang. Oleh karena itu, jarak tidak hanya dinyatakan dengan ukuran, jarak lurus di udara yang mudah diukur dengan peta (dengan memperhatikan skala peta), tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya angkutan. (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 28). 3) Konsep Keterjangkauan Konsep keterjangkauan selain dikaitkan dengan kondisi medan, yaitu ada tidaknya sarana angkutan atau akomodasi yang dipakai. Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi jika tempat itu sukar dijangkau oleh sarana komunikasi atau sarana angkutan dari tempat lain. Keterjangkauan yang rendah akan berpengaruh pada sulitnya pencapaian kemajuan dan mengembangkan perekonomian. (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 29) 4) Konsep Nilai Kegunaan Konsep nilai kegunaan dapat diartikan suatu peran atau manfaat dari suatu daerah atau wilayah bagi masyarakat dan makhluk hidup di sekitarnya. Dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan daerah penelitian yakni wilayah perkotaan Rangkasbitung yang berpotensi untuk dikembangkan kawasan permukiman bagi para penglaju karena secara morfologis masih banyak wilayahnya yang berupa lahan kosong. 5) Konsep Interaksi 7 Konsep interaksi adalah adanya hubungan keterkaitan atau ketergantungan suatu daerah dengan daerah lainnya. Misalnya para pekerja di kota memerlukan rumah yang nyaman sehingga mereka akan mencari lokasi di pinggiran untuk tempat tinggal. Inilah awal mula terjadinya interaksi antar wilayah. 1.5.2 Kebijakan Kebijakan (policy) adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali tidak efektif akibat tidak cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata lain, kebijakan sebagai obat seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat diagnosa masalah atau penyakitnya keliru (Dunn, 2003) Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson menurut Budi Winarno (2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada. Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 17) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. a. Kebijakan Publik Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota. 8 Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah. b. Urgensi Kebijakan Publik Menurut Suharno (2010) yang mengutip pendapat Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan ada beberapa alasan mengapa kebijakan publik penting atau urgen untuk dipelajari, yaitu: 1) Alasan Ilmiah Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan yang luas tentang asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan konsekuensi-konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat dipandang sebagai variabel terikat (dependent variable) maupun sebagai variable independen (independent variable). Kebijakan dipandang sebagai variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik dan lingkungan yang membantu menentukan substansi kebijakan atau diduga mempengaruhi isi kebijakan piblik. Kebijakan dipandang sebagai variabel independen jika fokus perhatian tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada sistem politik dan lingkungan yang berpengaruh terhadapo kebijakan publik. 2) Alasan Profesional Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalahmasalah sosial sehari-hari. 3) Alasan Politik Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula. 9 c. Kebijakan PT. Kereta Api Indonesia Kebijakan dipelajari dalam ilmu kebijakan (policy science), yaitu ilmu yang berorientasi kepada masalah kontekstual, multi disiplin dan bersifat normatif. Ilmu kebijakan menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan serta penyesuaian terhadap keputusan dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk melayani tujuan-tujuan publik. Kebijakan kereta api dikeluarkan oleh pemerintah yakni Kementrian Perhubungan dan dilaksanakan oleh operator dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia sebagai operator. Pengambil kebijakan perlu memperhatikan kebutuhankebutuhan masyarakat sebagai objek. Oleh karenanya dalam perumusan suatu kebijakan memerlukan waktu yang tidak singkat. 1.5.3 Geografi Transportasi Kajian ilmu geografi mencakup seluruh aspek pembangunan, salah satunya adalah transportasi. Secara umum, transportasi merupakan pergerakan orang atau barang dari suatu lokasi ke lokasi lain. Sedangkan geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer dengan pendekatan spasial, ekologikal dan kompleks wilayah. Maka dapat didefinisikan bahwa geografi transportasi adalah studi tentang peran transportasi dalam geografi termasuk pola dan model transportasi serta hubungan transportasi dengan faktor geografisnya. 1.5.4 Transportasi Darat Dalam sistem transportasi wilayah, dikenal pengelompokan transportasi berdasarkan media pergerakan, diantaranya transportasi darat, laut maupun udara. Berdasarkan medianya, masing-masing bentuk transportasi memiliki ciri khas sarana transportasinya yang berupa penggerak dan prasarana transportasi berupa tempat untuk bergerak. Transportasi darat mulai dikembangkan dengan teknologi penggerak (sarana) sederhana berupa roda, yang selanjutnya dihasilkan berbagai tipe dan ukuran. Sejalan dengan perkembangan teknologi 10 automotif, metal, elektronik dan informatika, manusia berhasil memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk menciptakan berbagai jenis moda angkutan dan lokomotif. Angkutan transportasi darat hingga saat ini dikembangkan dalam 2 jenis moda angkutan, yaitu moda angkutan jalan raya dan moda angkutan jalan rel/kereta api. Moda angkutan jalan raya terbagi dalam sarana, seperti minibus, bus, truck, sedan, dll., dan prasarana angkutan berupa terminal, jalan raya , jembatan, terowongan, dll. Sedangkan jalan rel terdiri dari sarana kereta api (lokomotif, gerbong dan kereta) dan prasarana berupa jalan rel, jembatan rel, persilangan sebidang, dan lain-lain. Sarana dan Prasarana Angkutan Kereta Api Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong yang terdiri dalam satu rangkaian. Rel Kereta, digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup, dan penambat. a. Pengertian kereta Kereta adalah satu unit kendaraan baik yang dilengkapi tenaga gerak maupun tidak, dan diperuntukkan untuk mengangkut manusia. Sedangkan untuk mengangkut barang disebut gerbong. Namun masyarakat luas lebih terbiasa menyebut gerbong untuk angkutan penumpang. Kereta yang beroperasi di Indonesia diproduksi oleh PT. INKA di Madiun. Setiap kereta yang diproduksi diberi kode nomor lambung pada bagian samping kereta, 11 gunanya adalah untuk mengetahui spesifikasi dari kereta tersebut. Namun kenyataan di lapangan masih banyak kereta yang berumur tua dan masih beroperasi. b. Jenis-jenis kereta api menurut kelasnya 1) Kereta Api Eksekutif Kereta api kelas eksekutif adalah kereta penumpang yang memiliki nilai paling tinggi dibandingkan kelas lainnya. Jumlah tempat duduk kereta eksekutif adalah 50 kursi dengan formasi 2-2. Fasilitas yang terdapat ada kereta api eksekutif diantaranya adalah sudah dilengkapi AC permanen, kursi (reclining seat) yang bisa diputar sesuai arah kereta api berjalan serta hiburan berupa audio/video. Perkembangan kereta kelas eksekutif bisa dikatakan menurun, dulu pada era PJKA kereta api eksekutif menyediakan fasilitas makanan gratis, tetapi sekarang tidak lagi gratis. Kendati demikian, kereta kelas eksekutif ini tetap menjadi pilihan masyarakat khususnya kalangan ekonomi menengah ke atas yang lebih mengutamakan kenyamanan dan kecepatan tiba di stasiun tujuan. Nomor kode atau nomor lambung untuk kereta eksekutif adalah K1 yang berarti kereta kelas satu. 2) Kereta Api Bisnis Kereta api bisnis adalah jenis kereta api dengan pelayanan menengah. Jumlah tempat duduk kereta bisnis lebih banyak dari kereta eksekutif, yakni sebanyak 64 kursi dengan formasi 2-2. Kursi pada kereta bisnis bisa diputar sesuai arah kereta berjalan, tetapi untuk sandarannya sudah permanen sehingga tidak bisa diatur kemiringannya. Saat ini kereta api bisnis telah dilengkapi AC untuk kenyamanan penumpang, tetapi AC yang digunakan adalah AC split, yaitu AC yang biasa dipakai di dalam ruangan dengan jumlah enam unit pada masingmasing kereta. Kode untuk kereta bisnis adalah K2 yang berarti kereta kelas dua. 3) Kereta Api Ekonomi 12 Kereta api ekonomi adalah jenis kereta dengan kelas terendah dan diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Kereta api ekonomi telah mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tarifnya sangat murah dibandingkan kelas lainnya. Sama halnya seperti kereta bisnis, kereta ekonomi juga sudah dilengkapi AC split masing-masing enam unit pada setiap kereta. Jumlah tempat duduk kereta ekonomi adalah 106 kursi dengan formasi 2-3 dan saling berhadapan. Seiring berkembangnya teknologi, saat ini PT. KAI telah mengoperasikan rangkaian kereta api ekonomi AC. Kereta api ini adalah pesanan Departemen Perhubungan dan tidak diberi subsidi untuk tarifnya. Namun keunggulannya adalah kereta ini dilengkapi AC permanen seperti kereta api eksekutif, sedangkan jumlah tempat duduk yang disediakan sebanyak 80 kursi dengan formasi 2-2 saling berhadapan. c. Stasiun kereta api Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu juga terdapat tempat pemberhentian kereta api yang disebut halte. Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para calon penumpang kereta api, maka harus tersedia fasilitas yang memadai. Fasilitas yang harus tersedia di stasiun yaitu: - Keselamatan - Keamanan - Kenyamanan - Tempat naik turun penumpang (peron) - Penyandang cacat - Kesehatan - Fasilitas umum - Fasilitas pembuangan sampah - Fasilitas informasi 13 1.5.4 Jasa Jasa sering dipandang sebagai fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai mutu pelayanan (service quality) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejumlah ahli tentang jasa telah berupaya untuk merumuskan definisi jasa. Diungkapkan definisi tentang jasa seperti di bawah ini : Menurut Kotler (dalam Tjiptono, 2004; 6) jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible (tidak berwujud) dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berhubungan produk fisik atau tidak. Pengertian kedua yaitu jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah konsumen (Lopiyoadi dan Hamdani, 2006; 5). Menurut Gronroos (dalam Tjiptono dan Chandra, 2005; 11) jasa adalah proses yang terdiri dari serangkaian aktifitas intangible yang biasanya (namun tidak selalu) terjadi interaksi pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jasa atau layanan merupakan suatu kinerja yang tidak berwujud, lebih dapat dirasakan dan tidak mengakibatkan adanya perpindahan kepemilikan barang dalam proses mengkonsumsi jasa atau layanan seperti yang berlaku pada produk yang berupa barang. Sehingga kesuksesan perusahaan jasa atau layanan akan sangat tergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan oleh pihak perusahaan sebagai produsen. 14 1.5.5 Kualitas Layanan Kualitas layanan merupakan penciptaan superior value bagi pelanggan untuk meningkatkan kinerja bisnis/pemasaran perusahaan. Menurut Zeithmal dan Bitner (2000) dalam Widyaningtyas (2010) bahwa kualitas layanan adalah total pengalaman yang hanya dapat di evaluasi oleh pelanggan. Sedangkan kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Gaspersz (2002) menyebutkan ada 9 dimensi untuk perbaikan kualitas layanan yaitu: 1. Ketepatan waktu pelayanan (waktu tunggu dan waktu proses). 2. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan langsung dengan pelanggan eksternal. 3. Tanggung jawab dalam penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggan ekternal. 4. Kelengkapan pelayanan dan sarana pendukung serta pelengkap lainnya. 5. Kemudahan mendapatkan pelayanan (banyaknya outlet,petugas, staf administrasi dll). 6. Variasi model pelayanan (inovasi pelayanan, feature dari pelayanan). 7. Pelayanan pribadi (permintaan khusus). 8. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti kebersihan, lingkungan, ruang tunggu, music, ac dan lain-lain. 9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan seperti tempat parkir, ketersediaan informasi, ruang pelayanan dan lain-lain. 1.5.6 Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing didefinisikan sebagai posisi unik yang dikembangkan oleh organisasi dalam berhadapan dengan pesaingnya. Variabel ini memiliki tiga dimensi, yaitu daya tahan terhadap peniruan dari pesaing, kemampuan memenuhi harapan pelanggan, dan kemampuan mengembangkan teknologi layanan. 15 Tujuan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan konsumennya akan tercapai apabila perusahaan tersebut memiliki keunggulan bersaing di pasar. Menurut Menon, Jaworski dan Kohli (1997) dalam Widyaningtyas (2010) dikatakan bahwa keunggulan bersaing suatu produk secara langsung akan meningkatkan pertumbuhan konsumen perusahaan. Selain itu juga adanya keunggulan bersaing mengakibatkan konsumen produk akan semakin loyal sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi tersebut pada setiap produknya. 1.5.7 Jasa Transportasi Kereta Api Indonesia PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta Api Indonesia (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi UU No. 13/1992 yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa angkutan kereta api di Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 2008 PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan pemisahan Divisi Jabotabek menjadi PT Kereta Api Commuter Jabotabek (KCJ) untuk mengelola kereta api penglaju di daerah Jakarta dan sekitarnya. Selama tahun 2008 jumlah penumpang penglaju di wilayah DAOP 1 Jakarta melebihi 197 juta. Pemberlakuan UU Perkeretaapian No. 23/2007 secara hukum mengakhiri monopoli PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam mengoperasikan kereta api di Indonesia. 1.5.8 Persepsi Menurut Sondang P. Siagian (1989), persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya. Sementara itu, dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas 16 suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus sendiri didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. 1.6 Kerangka Pikir Peneliti mencoba menarik akar permasalahan dengan melihat kebijakan existing terkait pelayanan kereta api lokal di stasiun Rangkasbitung. Berdasarkan pengamatan peneliti pra-lapangan melihat beberapa perubahan kebijakan pelayanan kereta api seperti perubahan harga tiket, perubahan jadwal, pengurangan stasiun pemberhentian, pemasangan pendingin ruangan (AC), dan pembatasan penumpang. Kebijakan-kebijakan tersebut telah berlaku semuanya pada awal tahun 2014 hingga sekarang. Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh dari perubahan kebijakan tersebut terhadap persepsi masyarakat pengguna jasa kereta api Rangkas Jaya. Pengaruh tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu positif, negatif, dan netral. Dikatakan positif apabila skor pada jawaban responden tersebut mengalami peningkatan, dan sebaliknya jika skor menurun dikatakan negatif. Dengan adanya perubahan kebijakan tersebut, masyarakat sebagai pengguna jasa kereta api tentu akan terkena dampaknya. Begitupun dengan tingkat kepuasan masyarakat setelah adanya perubahan tersebut. tingkat kepuasan pengguna jasa diukur berdasarkan pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan pada saat ini. Tingkat kepuasan pengguna jasa tersebut diukur untuk mengetahui sejauh mana mereka mendapatkan pelayanan dan bagaimana kepedulian terhadap pelayanan kereta api yang mereka dapatkan. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu deskripsi perubahan-perubahan kebijakan pelayanan kereta api dan pengaruhnya terhadap pengguna jasa. Selanjutnya adalah tipologi tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap pelayanan kereta api Rangkas Jaya saat ini. Selain itu, diperlukan juga arahan rekomendasi kebijakan yang mengacu pada persepsi dan tingkat kepuasan pengguna jasa setelah diberlakukannya 17 perubahan kebijakan sebagai parameter penyusunan kebijakan yang sesuai pada masa yang akan datang. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian 1.7 Hipotesis 1. Kebijakan pelayanan yang diberlakukan mempengaruhi persepsi pengguna jasa kereta api Rangkas Jaya. 2. Kondisi pelayanan kereta api Rangkas Jaya mempengaruhi tingkat kepuasan dan persepsi pengguna jasa. 1.8 Batasan Operasional Penelitian Batasan operasional dibuat untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam penelitian. Sehingga terjadi persepsi dan pemahaman yang jelas. Oleh karena itu penulis menggunakan penegasan istilah agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas sehingga dapat dilakukan penegasan yang lebih mendalam. 18 Batasan operasional sebagai penegas variabel penelitian berfungsi agar variabel tidak memberikan pengertian di luar definisi yang telah dibuat oleh peneliti. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu: Kualitas layanan adalah total pengalaman yang hanya dapat di evaluasi oleh pelanggan. Kereta adalah satu unit kendaraan baik yang dilengkapi tenaga gerak maupun tidak, dan diperuntukkan untuk mengangkut manusia Pengguna jasa kereta api adalah konsumen yang menggunakan jasa kereta api secara rutin sehingga mengetahui perubahan-perubahan kebijakan pelayanan dari waktu ke waktu. Jenis-jenis pengguna jasa kereta api tersebut berdasarkan pekerjaan yaitu PNS, Wiraswasta, Pelajar dan Pengguna yang tidak bekerja. Pengelompokan tersebut berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan sebelum terjun ke lapangan dimana keempat elemen tersebut yang mendominasi penumpang kereta api di stasiun Rangkasbitung. Kebijakan pelayanan kereta api adalah peraturan yang dibuat oleh pihak PT. KAI untuk melayani masyarakat yang hendak menggunakan jasa kereta api. Kebijakan pelayanan kereta api tersebut mencakup harga tiket, jadwal, penambahan AC, pengurangan stasiun pemberhentian dan pembatasan penumpang. Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain kemampuan untuk memfokuskan, membedakan, dan mengelompokkan. Tingkat kepuasan adalah ukuran kepuasan masyarakat pengguna jasa kereta api berdasarkan indikator tertentu yang dinilai. 1.9 Penelitian Terdahulu Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. 19 Pada penelitian yang dilakukan oleh Agung Purnomo (2004) memfokuskan komparasi pada moda transportasi bus dan kereta api jurusan Semarang-Solo. Terdapat sembilan variabel yang bersangkutan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai masing-masing probabilitas menunjukkan antara bus dan kereta api mempunyai karakteristik yang berbeda. Moda transportasi bus juga tidak terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan moda trayek Terboyo hingga Gunung Pati. Moda transportasi kereta api harus mampu meningkatkan pelayanan agar daat bersaing dengan moda transportasi lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Citra Helda Karissa (2011) melihat dengan sudut pandang berbeda terkait kualitas pelayanan kereta api yaitu dengan menganalisis permintaan pada kasus kereta api Harina dan Argo Muria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap permintaan adalah pekerjaan dan pendapatan. Pengguna jasa yang mempunyai pendapatan lebih besar akan mempunyai kemampuan daya beli lebih besar dalam hal penggunaan jasa kereta api kelas eksekutif. Sedangkan pekerjaan mempengaruhi permintaan karena berkaitan juga dengan pendapatan yang mempengaruhi kemampuan daya beli pengguna jasa. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat faktor lain yang mempengaruhi permintaan selain kedua variabel tersebut. Sementara itu peneliti ingin melakukan pengamatan terhadap kualitas pelayanan kereta api dan persepsi pengguna jasa kereta api terhadap kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya lintas RangkasbitungTanahabang. Pengamatan tersebut dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang ditemui sebelum observasi yang menjadi dasar pengambilan penelitian ini. Komparasi dengan penelitian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui dimana posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti agar lebih akurat dalam menganalisa hasil penelitiannya. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian. 20 Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Peneliti Agung Pramono (2004) Judul Analisis Finansial dan Kualitas Pelayanan Pengoperasian Angkutan Kereta Api Padanwangi Lintas Semarang-Solo Variabel 1. Tingkat perpindahan moda 2. Waktu perjalanan 3. Ongkos angkutan 4. Ketepatan jadwal 5. Kemudahan mendapat tiket 6. Keamanan 7. Keselamatan 8. Kebersihan dan kenyamanan fasilitas 9. Ketersediaan moda Intisari 1. Nilai probabilitas masing-masing menunjukkan bahwa antara bus dan kereta api mempunyai karakteristik berbeda 2. Moda kereta api harus mampu meningkatkan pelayanan untuk mampu bersaing dengan moda bus 3. Tidak terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan bus umum trayek Terboyo sampai Gunung Pati Citra Helda Karissa (2011) Analisis Permintaan Jasa Kereta Api (Studi kasus Kereta kelas eksekutif Harina dan Argo Muria) faktor yang paling berpengaruh terhadap permintaan jasa kereta api adalah pendapatan dan pekerjaan Moh. Fakhur Rozi (2007) Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Kereta Api Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi kasus KA Gajayana di Malang) Devki Firmansyah Pengaruh Perubahan Kebijakan Pelayanan Kereta Api Lokal Terhadap Persepsi Pengguna Jasa Kereta Api Rangkas Jaya di Rangkasbitung 1. Harga tiket 2. Pendapatan 3. Jenis kelamin 4. Usia 5. Pendidikan terakhir 6. pekerjaan 1. Bukti langsung 2. Kehandalan 3. Daya tanggap 4. Jaminan 5. empati 6. kepuasan konsumen 1. Perubahan kebijakan pelayanan 2. Persepsi Pengguna jasa kereta api semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen 21