BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jasa transportasi merupakan salah satu sektor yang tidak dapat
diabaikan pengaruhnya dalam pembangunan, terutama dalam bidang
ekonomi karena pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkut yang
cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana
penunjang, tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan
dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara (Salim, 1993).
Transportasi sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
semua aspek kehidupan bangsa dan negara.
Salah satu moda transportasi umum andalan masyarakat dari semua
kalangan adalah kereta api. Ketepatan waktu dan kenyamanan menjadikan
kereta api selalu dipilih oleh masyarakat untuk bepergian jarak pendek,
menengah mupun jarak jauh. Salah satu keunggulan dari kereta api yaitu
dapat mengangkut banyak orang dalam sekali perjalanan atau bersifat
masal, irit bahan bakar, effisien, hemat pemakaiaan lahan, ramah
lingkungan dan relatif aman jika dibandingkan dengan moda transportasi
darat lainya, serta adaptif terhadap perkembangan teknologi. Dengan
memiliki berbagai keunggulan tersebut sudah saatnya kereta api menjadi
pilihan utama dalam mengatasi kemacetan di jalan raya, terutama di kota kota besar di Indonesia serta menjadi angkutan utama di Indonesia.
Sesuai dengan Undang – undang RI No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan
nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai
1
tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Rute perjalanan kereta api menurut jaraknya terbagi menjadi tiga,
yaitu jarak dekat, jarak menegah dan jarak jauh. Perjalanan kereta api jarak
dekat biasanya lebih padat daripada kereta api jarak jauh, karena kereta jarak
dekat diperuntukkan bagi para penglaju yang setiap harinya pulang pergi
untuk bekerja ataupun konsumen jarak dekat yang biasa menggunakan jasa
kereta api pada hari libur maupun akhir pekan.
Salah satu jalur kereta api jarak dekat dengan okupansi penumpang
yang cukup tinggi adalah jalur Tanahabang-Rangkasbitung-SerangCilegon-Merak. Jalur ini merupakan jalur penghubung ibukota Jakarta
dengan provinsi Banten yang selanjutnya terintegrasi dengan pelabuhan
Merak yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Sumatera. Data
yang dihimpun dari stasiun Rangkasbitung, sedikitnya ada 20 jadwal
perjalanan kereta api yang melintasi jalur Tanahabang-Merak dengan
rentang waktu rata-rata satu jam. Namun, pada jam-jam sibuk seperti pagi
dan sore biasanya jumlah penumpang melebihi kapasistas daya angkut
kereta api, ini digambarkan dengan banyaknya penumpang berdiri yang
tidak mendapatkan tempat duduk. Hal ini dikarenakan pada waktu tersebut
merupakan jam masuk dan keluar para penglaju ibukota yang berasal dari
wilayah pinggiran khususnya di propinsi Banten seperti Serpong, Tigaraksa
dan Rangkasbitung (Humas PT. KAI, 2014).
Dengan adanya jalur kereta api penghubung kota Rangkasbitung
dengan ibukota Jakarta tentu dapat mempermudah akses mobilitas
masyarakat yang sangat membutuhkannya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap perekonomian di daerah-daerah stasiun kereta api yang dilewati.
Kereta api yang melintas di jalur ini berperan sebagai penggerak ekonomi
masyarakat dan juga memberikan kontribusi terhadap perekonomian
ibukota Jakarta. Jarak antara stasiun Rangkasbitung dengan Jakarta hanya
80 kilometer dengan waktu tempuh kereta api hampir 2,5 jam. Ini
dikarenakan banyaknya stasiun-stasiun persinggahan dimana setiap kereta
2
api harus berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.
Kendatipun demikian, masyarakat tetap memilih kereta api sebagai moda
transportasi favorit karena tarifnya yang sangat terjangkau, yakni Rp. 2.000
untuk perjalanan dari Rangkasbitung menuju Jakarta atau sebaliknya.
Sedangkan untuk kereta ekonomi ekspress memiliki tarif yang lebih tinggi
yakni Rp. 4.000. Namun belakangan tarif tersebut mengalami kenaikan
seiring dengan pembenahan yang dilakukan oleh PT. KAI, diantaranya
adalah dengan diberikan fasilitas AC pada setiap kereta.
Masyarakat yang menggunakan jasa angkutan kereta api bukan
hanya dari stasiun Rangkasbitung saja. Rangkasbitung merupakan ibukota
kabupaten Lebak sehingga jumlah penduduknya tertinggi dibandingkan
kecamatan
lain. Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan dan dua
diantaranya dilalui jalur kereta api dimana kedua kecamatan tersebut
masing-masing memiliki satu stasiun pemberhentian. Kecamatan yang
dilalui jalur kereta api tersebut yaitu kecamatan Rangkasbitung dan
kecamatan Maja. Penelitian ini difokuskan di kecamatan Rangkasbitung
karena pengguna jasa kereta api yang melalui stasiun Rangkasbitung jauh
lebih banyak, ini dikarenakan Rangkasbitung merupakan ibukota kabupaten
dan kereta api yang melaluinya terintegrasi dengan Jakarta.
Selain moda transportasi kereta api, angkutan bus antar kota juga
mempunyai peranan penting dalam memberikan kontribusi terhadap
perekonomian Kabupaten Lebak. Rute bus yang melayani RangkasbitungJakarta sebagian besar berupa bus kecil dengan kapasitas sebanyak 27
penumpang untuk satu kali jalan. Tarif angkutan bus tujuan Jakarta lebih
tinggi dibandingkan dengan harga tiket kereta api. Walaupun demikian,
masih banyak masyarakat yang membutuhkan moda transportasi bus untuk
menuju Jakarta karena letak terminal yang dituju berbeda dengan stasiun
tujuan yang dilintasi kereta api. Namun, jika dibandingkan dengan kereta
api tentu permintaan akan jasa kereta api lebih tinggi karena harga tiket yang
lebih murah dan waktu tempuh yang relatif lebih cepat. Dengan
3
meningkatnya kualitas pelayanan kereta api maka dapat menarik minat
masyarakat untuk beralih untuk menggunakan jasa kereta api.
Keberadaan jaringan transportasi sangat erat kaitannya dengan
perkembangan wilayah. Semakin baik jaringan transportasi di suatu wilayah
maka semakin maju wilayah tersebut. Jaringan transportasi tersebut tidak
hanya di lingkup internal saja melainkan adanya jaringan yang
menghubungkan dengan wilayah lain. Jalur kereta api merupakan salah satu
pemicu perkembangan wilayah dan tidak semua wilayah dapat dilalui jalur
kereta api karena faktor bentuklahan yang menjadi salah satu
pertimbangannya.
Kaitan transportasi dengan perkembangan wilayah tidak hanya
dilihat secara fisik saja, melainkan bagaimana pelayanannya. Suatu sistem
transportasi dapat dikatakan maju jika fasilitas pelayanan dan proses
pelayanannya baik dan mengutamakan masyarakat sebagai konsumen.
Terlebih pada era globalisasi seperti ini, peranan transportasi sudah menjadi
kebutuhan pokok manusia untuk melakukan aktivitasnya.
Kegiatan pergerakan atau perpindahan barang, manusia dan
informasi pada ruang dan waktu, tidak dapat terlepas dari ilmu geografi.
Kegiatan perpindahan ini menggunakan sarana dan prasarana yang selalu
berubah-ubah, dalam geografi disebut sebagai network. Tempat asal dan
tempat tujuan perpindahan, berubah sesuai permintaan.Pandangan ilmu
geografi menyebutnya sebagai titik (nodes). Manusia, barang dan informasi
merupakan objek dari perpindahan ini. Ketiga hal tersebut merupakan
wujud dari permintaan perpindahan ini. Begitu perpindahan terjadi, maka
hal tersebut nampak nyata sebagai fungsi dari gerakan (flows).
Untuk mengetahui sistem transportasi dari segi organisasi
keruangan, yang perlu diketahui adalah struktur dari jaringan. Unsur
jaringan yang utama adalah keterkaitan (linkages) yaitu jaringan jalan dan
titik(nodes) yaitu pusat kegiatan. Jaringan jalan dapat berbentuk berbagai
fasilitas seperti jalan raya, jalan kereta, jalur angkutan udara, jalur
perjalanan laut dan sungai, atau dapat juga pergerakan (flows) di atas
4
jaringan tersebut, seperti jumlah kendaraan, jumlah penumpang,
perpindahan barang dalam satuan waktu tertentu. Sementara nodesdalah
simpul-simpul yang menghubungkan tempat asal dan tempat tujuan, seperti
pusat kegaitan ekonomi, kota, terminal penumpang, terminal komunikasi
elektronik,
stasiun
kereta
api,
dan
sebagainya.
Sistem
transportasi dipengaruhi pada tata ruang, lingkungan alam (darat, udara dan
laut), sosial, ekonomi dan politik sehingga harus dikelola dengan sebaikbaiknya untuk kesejahteraan manusia.
1.2
Rumusan Masalah
Kereta Api merupakan salah satu transportasi yang sangat di minati
oleh masyarakat dikarenakan ketepatan waktu dan tarifnya yang relatif
terjangkau dan lebih murah dibandingkan moda transportasi darat lainnya.
Kereta api Rangkas Jaya merupakan kereta api lokal yang melayani rute
Rangkasbitung – Tanahabang yang telah dioperasikan sejak pertengahan
tahun 2008. Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan pengguna jasa
kereta api, maka secara bertahap PT. KAI mulai membenahi pelayanan
khususnya bagi kereta api kelas ekonomi. Kebijakan pelayanan tersebut
tidak selalu ditanggapi positif oleh pengguna jasa, karena dianggap tidak
sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa. Oleh karena itu, perlu adanya
kajian mendalam untuk menganalisa kebijakan yang diberlakukan serta
kondisi eksisting pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas
Jaya?
2. Bagaimana kondisi eksisting pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya?
3. Bagaimana persepsi pengguna jasa kereta api terhadap kebijakan
pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya?
5
1.3
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan perubahan-perubahan kebijakan pelayanan pada
kereta api Rangkas Jaya
2. Mengetahui kondisi eksisting pelayanan kereta api Rangkas Jaya.
3. Mengetahui persepsi pengguna jasa terhadap kebijakan pelayanan pada
kereta api Rangkas Jaya.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Memberi informasi bagi semua pihak yang tertarik dan berkepentingan
dengan masalah ini untuk dapat ditelusuri lebih lanjut.
2. Dapat memperluas khasanah ilmu dan dapat digunakan sebagai acuan
bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa maupun kepada
instansi terkait yakni PT. KAI khususnya DAOP 1 Jakarta untuk
merumuskan kebijakan yang sesuai dengan arahan kebiajakannya.
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1
Konsep Geografi
Konsep esensial geografi terdiri dari 10 konsep, yaitu: konsep lokasi,
konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi,
konsep aglomerasi, konsep nilai kegunaan, konsep interaksi, konsep
diferensiasi areal, dan konsep keterkaitan ruang. Namun, dalam penelitian
ini hanya akan dipakai lima konsep esensial geografi saja yang sejalan
dengan penelitian ini. Konsep-konsep tersebut yaitu:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi merupakan konsep esensial yang sejak awal
perkembangan geografi telah menjadi ciri khusus dari cabang ilmu geografi.
Secara pokok, konsep lokasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi
absolut dan relatif. Kedua pengertian lokasi tersebut memiliki derajat makna
yang berbeda dalam kajian geografi. Lokasi absolut bersifat tetap, tidak
berubah-ubah meskipun kondisi tempat yang bersangkutan terhadap
sekitarnya mungkin berubah, sedangkan lokasi relatif memiliki arti lebih
6
penting dan lebih banyak dikaji dalam geogtafi serta lazim juga disebut
sebagai letak geografis. Lokasi relatif berubah-ubah berkaitan dengan
kaeadaan daerah disekitarnya. (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 27).
2) Konsep Jarak
Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi kehidupan
sosial, ekonomi maupun juga untuk kepentingan pertahanan. Jarak dapat
merupakan pembatas yang bersifat alami. Jarak berkaitan erat dengan arti
lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan,
pengangkutan barang dan penumpang. Oleh karena itu, jarak tidak hanya
dinyatakan dengan ukuran, jarak lurus di udara yang mudah diukur dengan
peta (dengan memperhatikan skala peta), tetapi dapat pula dinyatakan
sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan waktu perjalanan yang
diperlukan maupun satuan biaya angkutan. (Suharyono dan Moch. Amien,
1994: 28).
3) Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan selain dikaitkan dengan kondisi medan, yaitu
ada tidaknya sarana angkutan atau akomodasi yang dipakai. Suatu tempat
dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi jika tempat itu sukar
dijangkau oleh sarana komunikasi atau sarana angkutan dari tempat lain.
Keterjangkauan yang rendah akan berpengaruh pada sulitnya pencapaian
kemajuan dan mengembangkan perekonomian. (Suharyono dan Moch.
Amien, 1994: 29)
4) Konsep Nilai Kegunaan
Konsep nilai kegunaan dapat diartikan suatu peran atau manfaat dari
suatu daerah atau wilayah bagi masyarakat dan makhluk hidup di
sekitarnya. Dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan daerah penelitian
yakni
wilayah
perkotaan
Rangkasbitung
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan kawasan permukiman bagi para penglaju karena secara
morfologis masih banyak wilayahnya yang berupa lahan kosong.
5) Konsep Interaksi
7
Konsep
interaksi
adalah
adanya
hubungan
keterkaitan
atau
ketergantungan suatu daerah dengan daerah lainnya. Misalnya para pekerja
di kota memerlukan rumah yang nyaman sehingga mereka akan mencari
lokasi di pinggiran untuk tempat tinggal. Inilah awal mula terjadinya
interaksi antar wilayah.
1.5.2
Kebijakan
Kebijakan (policy) adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali
tidak efektif akibat tidak cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata lain,
kebijakan sebagai obat seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat diagnosa
masalah atau penyakitnya keliru (Dunn, 2003)
Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson menurut Budi Winarno
(2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang
sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.
Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy)
dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai
alternatif yang ada.
Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 17) juga
menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan
yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi bagi mereka yang
bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli
tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan
dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai
arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan
sesuatu.
a. Kebijakan Publik
Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup
berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik
dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undangundang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan
pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah
kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota.
8
Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu
ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya.
Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative
allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan
juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of goal,
value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai
dalam praktek-praktek yang terarah.
b. Urgensi Kebijakan Publik
Menurut Suharno (2010) yang mengutip pendapat Anderson
(1978) dan Dye (1978) menyebutkan ada beberapa alasan mengapa
kebijakan publik penting atau urgen untuk dipelajari, yaitu:
1) Alasan Ilmiah
Kebijakan
publik
dipelajari
dengan
maksud
untuk
memperoleh
pengetahuan yang luas tentang asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan
konsekuensi-konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat
dipandang sebagai variabel terikat (dependent variable) maupun sebagai
variable independen (independent variable). Kebijakan dipandang sebagai
variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik dan
lingkungan yang membantu menentukan substansi kebijakan atau diduga
mempengaruhi isi kebijakan piblik. Kebijakan dipandang sebagai variabel
independen jika fokus perhatian tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada
sistem politik dan lingkungan yang berpengaruh terhadapo kebijakan publik.
2) Alasan Profesional
Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan
pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalahmasalah sosial sehari-hari.
3) Alasan Politik
Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar
pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan
yang tepat pula.
9
c. Kebijakan PT. Kereta Api Indonesia
Kebijakan dipelajari dalam ilmu kebijakan (policy science), yaitu ilmu
yang berorientasi kepada masalah kontekstual, multi disiplin dan bersifat normatif.
Ilmu kebijakan menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan serta
penyesuaian terhadap keputusan dengan perubahan-perubahan sosial dan
transformasi politik untuk melayani tujuan-tujuan publik.
Kebijakan kereta api dikeluarkan oleh pemerintah yakni Kementrian
Perhubungan dan dilaksanakan oleh operator dalam hal ini PT. Kereta Api
Indonesia sebagai operator. Pengambil kebijakan perlu memperhatikan kebutuhankebutuhan masyarakat sebagai objek. Oleh karenanya dalam perumusan suatu
kebijakan memerlukan waktu yang tidak singkat.
1.5.3
Geografi Transportasi
Kajian ilmu geografi mencakup seluruh aspek pembangunan, salah
satunya adalah transportasi. Secara umum, transportasi merupakan
pergerakan orang atau barang dari suatu lokasi ke lokasi lain. Sedangkan
geografi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer dengan
pendekatan spasial, ekologikal dan kompleks wilayah. Maka dapat
didefinisikan bahwa geografi transportasi adalah studi tentang peran
transportasi dalam geografi termasuk pola dan model transportasi serta
hubungan transportasi dengan faktor geografisnya.
1.5.4
Transportasi Darat
Dalam sistem transportasi wilayah, dikenal pengelompokan
transportasi berdasarkan media pergerakan, diantaranya transportasi darat,
laut maupun udara. Berdasarkan medianya, masing-masing bentuk
transportasi memiliki ciri khas sarana transportasinya yang berupa
penggerak dan prasarana transportasi berupa tempat untuk bergerak.
Transportasi
darat
mulai
dikembangkan
dengan
teknologi
penggerak (sarana) sederhana berupa roda, yang selanjutnya dihasilkan
berbagai tipe dan ukuran. Sejalan dengan perkembangan teknologi
10
automotif,
metal,
elektronik
dan
informatika,
manusia
berhasil
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk menciptakan berbagai
jenis moda angkutan dan lokomotif.
Angkutan transportasi darat hingga saat ini dikembangkan dalam 2
jenis moda angkutan, yaitu moda angkutan jalan raya dan moda angkutan
jalan rel/kereta api. Moda angkutan jalan raya terbagi dalam sarana, seperti
minibus, bus, truck, sedan, dll., dan prasarana angkutan berupa terminal,
jalan raya , jembatan, terowongan, dll. Sedangkan jalan rel terdiri dari
sarana kereta api (lokomotif, gerbong dan kereta) dan prasarana berupa jalan
rel, jembatan rel, persilangan sebidang, dan lain-lain.
Sarana dan Prasarana Angkutan Kereta Api
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan
tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan
alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan
dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau
gerbong yang terdiri dalam satu rangkaian.
Rel
Kereta,
digunakan
pada
jalur
kereta
api.
Rel
mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel
merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan
sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan
menggunakan paku rel, sekrup, dan penambat.
a. Pengertian kereta
Kereta adalah satu unit kendaraan baik yang dilengkapi tenaga gerak
maupun tidak, dan diperuntukkan untuk mengangkut manusia. Sedangkan
untuk mengangkut barang disebut gerbong. Namun masyarakat luas lebih
terbiasa menyebut gerbong untuk angkutan penumpang. Kereta yang
beroperasi di Indonesia diproduksi oleh PT. INKA di Madiun. Setiap kereta
yang diproduksi diberi kode nomor lambung pada bagian samping kereta,
11
gunanya adalah untuk mengetahui spesifikasi dari kereta tersebut. Namun
kenyataan di lapangan masih banyak kereta yang berumur tua dan masih
beroperasi.
b. Jenis-jenis kereta api menurut kelasnya
1) Kereta Api Eksekutif
Kereta api kelas eksekutif adalah kereta penumpang yang memiliki
nilai paling tinggi dibandingkan kelas lainnya. Jumlah tempat duduk
kereta eksekutif adalah 50 kursi dengan formasi 2-2. Fasilitas yang
terdapat ada kereta api eksekutif diantaranya adalah sudah dilengkapi
AC permanen, kursi (reclining seat) yang bisa diputar sesuai arah kereta
api berjalan serta hiburan berupa audio/video. Perkembangan kereta
kelas eksekutif bisa dikatakan menurun, dulu pada era PJKA kereta api
eksekutif menyediakan fasilitas makanan gratis, tetapi sekarang tidak
lagi gratis. Kendati demikian, kereta kelas eksekutif ini tetap menjadi
pilihan masyarakat khususnya kalangan ekonomi menengah ke atas
yang lebih mengutamakan kenyamanan dan kecepatan tiba di stasiun
tujuan. Nomor kode atau nomor lambung untuk kereta eksekutif adalah
K1 yang berarti kereta kelas satu.
2) Kereta Api Bisnis
Kereta api bisnis adalah jenis kereta api dengan pelayanan
menengah. Jumlah tempat duduk kereta bisnis lebih banyak dari kereta
eksekutif, yakni sebanyak 64 kursi dengan formasi 2-2. Kursi pada
kereta bisnis bisa diputar sesuai arah kereta berjalan, tetapi untuk
sandarannya sudah permanen sehingga tidak bisa diatur kemiringannya.
Saat ini kereta api bisnis telah dilengkapi AC untuk kenyamanan
penumpang, tetapi AC yang digunakan adalah AC split, yaitu AC yang
biasa dipakai di dalam ruangan dengan jumlah enam unit pada masingmasing kereta. Kode untuk kereta bisnis adalah K2 yang berarti kereta
kelas dua.
3) Kereta Api Ekonomi
12
Kereta api ekonomi adalah jenis kereta dengan kelas terendah dan
diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Kereta
api ekonomi telah mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tarifnya
sangat murah dibandingkan kelas lainnya. Sama halnya seperti kereta
bisnis, kereta ekonomi juga sudah dilengkapi AC split masing-masing
enam unit pada setiap kereta. Jumlah tempat duduk kereta ekonomi
adalah 106 kursi dengan formasi 2-3 dan saling berhadapan.
Seiring berkembangnya teknologi, saat ini PT. KAI telah
mengoperasikan rangkaian kereta api ekonomi AC. Kereta api ini adalah
pesanan Departemen Perhubungan dan tidak diberi subsidi untuk
tarifnya. Namun keunggulannya adalah kereta ini dilengkapi AC
permanen seperti kereta api eksekutif, sedangkan jumlah tempat duduk
yang disediakan sebanyak 80 kursi dengan formasi 2-2 saling
berhadapan.
c. Stasiun kereta api
Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain
stasiun, pada masa lalu juga terdapat tempat pemberhentian kereta api
yang disebut halte. Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para
calon penumpang kereta api, maka harus tersedia fasilitas yang
memadai. Fasilitas yang harus tersedia di stasiun yaitu:
-
Keselamatan
-
Keamanan
-
Kenyamanan
-
Tempat naik turun penumpang (peron)
-
Penyandang cacat
-
Kesehatan
-
Fasilitas umum
-
Fasilitas pembuangan sampah
-
Fasilitas informasi
13
1.5.4
Jasa
Jasa sering dipandang sebagai fenomena yang rumit. Kata jasa itu
sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai mutu pelayanan (service quality)
sampai jasa sebagai suatu produk. Sejumlah ahli tentang jasa telah
berupaya untuk merumuskan definisi jasa. Diungkapkan definisi tentang
jasa seperti di bawah ini :
Menurut Kotler (dalam Tjiptono, 2004; 6) jasa adalah setiap
tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain
yang secara prinsip intangible (tidak berwujud) dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berhubungan produk
fisik atau tidak. Pengertian kedua yaitu jasa adalah semua aktivitas ekonomi
yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya
dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah
konsumen (Lopiyoadi dan Hamdani, 2006; 5).
Menurut Gronroos (dalam Tjiptono dan Chandra, 2005; 11) jasa
adalah proses yang terdiri dari serangkaian aktifitas intangible yang
biasanya (namun tidak selalu) terjadi interaksi pelanggan dan karyawan jasa
dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang
disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jasa atau layanan merupakan suatu
kinerja yang tidak berwujud, lebih dapat dirasakan dan tidak mengakibatkan
adanya perpindahan kepemilikan barang dalam proses mengkonsumsi jasa
atau layanan seperti yang berlaku pada produk yang berupa barang.
Sehingga kesuksesan perusahaan jasa atau layanan akan sangat tergantung
pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan oleh pihak
perusahaan sebagai produsen.
14
1.5.5
Kualitas Layanan
Kualitas layanan merupakan penciptaan superior value bagi
pelanggan untuk meningkatkan kinerja bisnis/pemasaran perusahaan.
Menurut Zeithmal dan Bitner (2000) dalam Widyaningtyas (2010) bahwa
kualitas layanan adalah total pengalaman yang hanya dapat di evaluasi oleh
pelanggan. Sedangkan kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Gaspersz (2002) menyebutkan ada 9 dimensi untuk
perbaikan kualitas layanan yaitu:
1. Ketepatan waktu pelayanan (waktu tunggu dan waktu proses).
2. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan langsung
dengan pelanggan eksternal.
3. Tanggung jawab dalam penerimaan pesanan dan penanganan keluhan
dari pelanggan ekternal.
4. Kelengkapan pelayanan dan sarana pendukung serta pelengkap lainnya.
5. Kemudahan mendapatkan pelayanan (banyaknya outlet,petugas, staf
administrasi dll).
6. Variasi model pelayanan (inovasi pelayanan, feature dari pelayanan).
7. Pelayanan pribadi (permintaan khusus).
8. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti kebersihan, lingkungan,
ruang tunggu, music, ac dan lain-lain.
9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan seperti tempat parkir,
ketersediaan informasi, ruang pelayanan dan lain-lain.
1.5.6
Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing didefinisikan sebagai posisi unik yang
dikembangkan oleh organisasi dalam berhadapan dengan pesaingnya.
Variabel ini memiliki tiga dimensi, yaitu daya tahan terhadap peniruan dari
pesaing, kemampuan memenuhi harapan pelanggan, dan kemampuan
mengembangkan teknologi layanan.
15
Tujuan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan konsumennya
akan tercapai apabila perusahaan tersebut memiliki keunggulan bersaing di
pasar. Menurut Menon, Jaworski dan Kohli (1997) dalam Widyaningtyas
(2010) dikatakan bahwa keunggulan bersaing suatu produk secara langsung
akan meningkatkan pertumbuhan konsumen perusahaan. Selain itu juga
adanya keunggulan bersaing mengakibatkan konsumen produk akan
semakin loyal sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi tersebut pada
setiap produknya.
1.5.7
Jasa Transportasi Kereta Api Indonesia
PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik
Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api.
Layanan PT Kereta Api Indonesia (Persero) meliputi angkutan penumpang
dan barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi UU No.
13/1992 yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah
daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa angkutan kereta api di
Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 2008 PT Kereta Api Indonesia (Persero)
melakukan pemisahan Divisi Jabotabek menjadi PT Kereta Api Commuter
Jabotabek (KCJ) untuk mengelola kereta api penglaju di daerah Jakarta dan
sekitarnya. Selama tahun 2008 jumlah penumpang penglaju di wilayah
DAOP 1 Jakarta melebihi 197 juta. Pemberlakuan UU Perkeretaapian No.
23/2007 secara hukum mengakhiri monopoli PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dalam mengoperasikan kereta api di Indonesia.
1.5.8
Persepsi
Menurut Sondang P. Siagian (1989), persepsi merupakan suatu proses
dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan
sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu dalam
lingkungannya. Sementara itu, dalam Wikipedia Indonesia disebutkan
bahwa persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas
16
suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus sendiri didapat dari proses
penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar
gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
1.6
Kerangka Pikir
Peneliti mencoba menarik akar permasalahan dengan melihat
kebijakan existing terkait pelayanan kereta api lokal di stasiun
Rangkasbitung. Berdasarkan pengamatan peneliti pra-lapangan melihat
beberapa perubahan kebijakan pelayanan kereta api seperti perubahan harga
tiket, perubahan jadwal, pengurangan stasiun pemberhentian, pemasangan
pendingin ruangan (AC), dan pembatasan penumpang. Kebijakan-kebijakan
tersebut telah berlaku semuanya pada awal tahun 2014 hingga sekarang.
Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh dari perubahan kebijakan
tersebut terhadap persepsi masyarakat pengguna jasa kereta api Rangkas
Jaya. Pengaruh tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu positif,
negatif, dan netral. Dikatakan positif apabila skor pada jawaban responden
tersebut mengalami peningkatan, dan sebaliknya jika skor menurun
dikatakan negatif.
Dengan adanya perubahan kebijakan tersebut,
masyarakat sebagai pengguna jasa kereta api tentu akan terkena dampaknya.
Begitupun dengan tingkat kepuasan masyarakat setelah adanya perubahan
tersebut. tingkat kepuasan pengguna jasa diukur berdasarkan pelayanan
yang diberikan oleh pihak perusahaan pada saat ini. Tingkat kepuasan
pengguna jasa tersebut diukur untuk mengetahui sejauh mana mereka
mendapatkan pelayanan dan bagaimana kepedulian terhadap pelayanan
kereta api yang mereka dapatkan. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu
deskripsi perubahan-perubahan kebijakan pelayanan kereta api dan
pengaruhnya terhadap pengguna jasa. Selanjutnya adalah tipologi tingkat
kepuasan pengguna jasa terhadap pelayanan kereta api Rangkas Jaya saat
ini. Selain itu, diperlukan juga arahan rekomendasi kebijakan yang mengacu
pada persepsi dan tingkat kepuasan pengguna jasa setelah diberlakukannya
17
perubahan kebijakan sebagai parameter penyusunan kebijakan yang sesuai
pada masa yang akan datang.
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
1.7
Hipotesis
1. Kebijakan pelayanan yang diberlakukan mempengaruhi persepsi
pengguna jasa kereta api Rangkas Jaya.
2. Kondisi pelayanan kereta api Rangkas Jaya mempengaruhi tingkat
kepuasan dan persepsi pengguna jasa.
1.8
Batasan Operasional Penelitian
Batasan operasional dibuat untuk menghindari timbulnya salah
pengertian atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam penelitian.
Sehingga terjadi persepsi dan pemahaman yang jelas. Oleh karena itu
penulis menggunakan penegasan istilah agar ruang lingkupnya tidak terlalu
luas sehingga dapat dilakukan penegasan yang lebih mendalam.
18
Batasan operasional sebagai penegas variabel penelitian berfungsi agar
variabel tidak memberikan pengertian di luar definisi yang telah dibuat oleh
peneliti. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
Kualitas layanan adalah total pengalaman yang hanya dapat di evaluasi
oleh pelanggan.
Kereta adalah satu unit kendaraan baik yang dilengkapi tenaga gerak
maupun tidak, dan diperuntukkan untuk mengangkut manusia
Pengguna jasa kereta api adalah konsumen yang menggunakan jasa kereta
api secara rutin sehingga mengetahui perubahan-perubahan kebijakan
pelayanan dari waktu ke waktu.
Jenis-jenis pengguna jasa kereta api tersebut berdasarkan pekerjaan yaitu
PNS,
Wiraswasta,
Pelajar
dan
Pengguna
yang
tidak
bekerja.
Pengelompokan tersebut berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
sebelum terjun ke lapangan dimana keempat elemen tersebut yang
mendominasi penumpang kereta api di stasiun Rangkasbitung.
Kebijakan pelayanan kereta api adalah peraturan yang dibuat oleh pihak
PT. KAI untuk melayani masyarakat yang hendak menggunakan jasa kereta
api. Kebijakan pelayanan kereta api tersebut mencakup harga tiket, jadwal,
penambahan AC, pengurangan stasiun pemberhentian dan pembatasan
penumpang.
Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu
pengamatan, kemampuan tersebut antara lain kemampuan untuk
memfokuskan, membedakan, dan mengelompokkan.
Tingkat kepuasan adalah ukuran kepuasan masyarakat pengguna jasa
kereta api berdasarkan indikator tertentu yang dinilai.
1.9
Penelitian Terdahulu
Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil
dari penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk
membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Agung Purnomo (2004)
memfokuskan komparasi pada moda transportasi bus dan kereta api jurusan
Semarang-Solo. Terdapat sembilan variabel yang bersangkutan dan hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
nilai
masing-masing
probabilitas
menunjukkan antara bus dan kereta api mempunyai karakteristik yang
berbeda. Moda transportasi bus juga tidak terjadi keseimbangan antara
kebutuhan dan ketersediaan moda trayek Terboyo hingga Gunung Pati.
Moda transportasi kereta api harus mampu meningkatkan pelayanan agar
daat bersaing dengan moda transportasi lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Citra Helda Karissa (2011) melihat
dengan sudut pandang berbeda terkait kualitas pelayanan kereta api yaitu
dengan menganalisis permintaan pada kasus kereta api Harina dan Argo
Muria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap permintaan adalah pekerjaan dan pendapatan.
Pengguna jasa yang mempunyai pendapatan lebih besar akan mempunyai
kemampuan daya beli lebih besar dalam hal penggunaan jasa kereta api
kelas eksekutif. Sedangkan pekerjaan mempengaruhi permintaan karena
berkaitan juga dengan pendapatan yang mempengaruhi kemampuan daya
beli pengguna jasa. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat faktor
lain yang mempengaruhi permintaan selain kedua variabel tersebut.
Sementara itu peneliti ingin melakukan pengamatan terhadap
kualitas pelayanan kereta api dan persepsi pengguna jasa kereta api terhadap
kebijakan pelayanan pada kereta api Rangkas Jaya lintas RangkasbitungTanahabang. Pengamatan tersebut dilakukan berdasarkan gejala-gejala
yang ditemui sebelum observasi yang menjadi dasar pengambilan penelitian
ini. Komparasi dengan penelitian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui
dimana posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti agar lebih akurat
dalam menganalisa hasil penelitiannya. Berikut ringkasan hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian.
20
Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Peneliti
Agung
Pramono
(2004)
Judul
Analisis Finansial dan
Kualitas Pelayanan
Pengoperasian
Angkutan Kereta Api
Padanwangi Lintas
Semarang-Solo
Variabel
1. Tingkat
perpindahan moda
2. Waktu perjalanan
3. Ongkos angkutan
4. Ketepatan jadwal
5. Kemudahan
mendapat tiket
6. Keamanan
7. Keselamatan
8. Kebersihan
dan
kenyamanan
fasilitas
9. Ketersediaan
moda
Intisari
1. Nilai
probabilitas
masing-masing
menunjukkan
bahwa
antara bus dan kereta api
mempunyai karakteristik
berbeda
2. Moda kereta api harus
mampu meningkatkan
pelayanan untuk mampu
bersaing dengan moda
bus
3. Tidak
terjadi
keseimbangan
antara
kebutuhan
dan
ketersediaan bus umum
trayek Terboyo sampai
Gunung Pati
Citra Helda
Karissa (2011)
Analisis Permintaan
Jasa Kereta Api
(Studi kasus Kereta
kelas eksekutif Harina
dan Argo Muria)
faktor yang paling
berpengaruh terhadap
permintaan jasa kereta api
adalah pendapatan dan
pekerjaan
Moh. Fakhur
Rozi
(2007)
Analisis Pengaruh
Kualitas Pelayanan
Kereta Api Terhadap
Kepuasan Konsumen
(Studi kasus KA
Gajayana di Malang)
Devki
Firmansyah
Pengaruh Perubahan
Kebijakan Pelayanan
Kereta Api Lokal
Terhadap Persepsi
Pengguna Jasa Kereta
Api Rangkas Jaya di
Rangkasbitung
1. Harga tiket
2. Pendapatan
3. Jenis kelamin
4. Usia
5. Pendidikan
terakhir
6. pekerjaan
1. Bukti langsung
2. Kehandalan
3. Daya tanggap
4. Jaminan
5. empati
6. kepuasan
konsumen
1. Perubahan
kebijakan
pelayanan
2. Persepsi
Pengguna jasa
kereta api
semua variabel independen
mempengaruhi variabel
dependen
21
Download