BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akutansi Biaya Akuntansi adalah dibuat suatu sistem untuk menghasilkan informasi akuntansi berupa laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. akuntansi seringkali diartikan sebagai “bahasa bisnis”. perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin kompleknya bahasa tersebut yang digunakan untuk mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan menginterprestasikan data dasar ekonomi untuk kepentingan perorangan, pengusaha, pemerintah dan anggota lainnya. Akuntansi memegang peranan penting dalam tata ekonomi dan sistem sosial karena itu pengambilan keputusan yang cepat didasarkan pada informasi yang terpercaya dalam rangka distribusi dan penggunaan sumber daya nasional. 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dibagi menjadi dua tipe yaitu: Akuntansi managemen dan Akuntansi keuangan. Akuntansi keuangan merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan terutama untuk memenuhi kererluan manajemen puncak dan pihak luar organisasi. Sedangkan akuntansi managemen merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan terutama untuk memenuhi keperluan managemen dalam pelaksanaan fungasi perencanaan dan pengendalian organisasi. Akuntansi biaya bukan merupakan akuntansi yang berdiri sendiri, tetapi akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi managemen. Menurut Mulyadi (2005:7), pengertian akuntansi biaya: ”Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”. Sedangkan akuntansi biaya menurut Sunarto (2003:2): ”Akuntansi biaya menyangkut klasifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis biaya produksi. Akuntansi hanya berkaitan dengan kaperluan intern saja”. 2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2001:7), tujuan pokok akuntansi biaya adalah: 1. Penentuan harga pokok produk atau jasa Untuk memenuhi tujuan dalam penentuan Harga Pokok Produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa yang kemudian biaya tersebut dikumpulkan dan disajikan untuk memenuhi kebutukan pihak luar perusahaan dan kebutuhan manajemen; 2. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk dengan biaya sesungguhnya terjadi (Actual Costs). Pengendalian biaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan managemen; 3. Pengambilan Keputusan Khusus Untuk akuntansi memenuhi tujuan dalam pengambilan keputusan khusus, biaya menyajikan biaya untuk masa yang akan datang (Future Costs). Akuntasi tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manajemen Sedangkan menurut Hammer, Carter, dan Usry (1997:9), tujuan dari akuntansi 1. 2. biaya adalah: Creating anol executing plans and budgets for operating; Establishing Costing methods that permit control of activitie, reductions of costs and improvements of quality; 3. Controlling physical quantities of anventoryand determining the costs of each product of service; 4. Determining company costs and profit for an annual accounting period or a shorter period; 5. Choosing among two or more short-run or long-run alternatives that might alter revenues or costs. 2.1.3 Fungsi Akuntansi Biaya Fungsi atau peranan dalam akuntansi biaya terhadap manajemen seperti diungkapkan oleh Hammer, Carter, Usry (1997:8) adalah: “Costs accounting furnishes management with necessary tools for planning and controlling actifities, improving quality and efficiency, and making both routine and strategic decisions”. Sedangkan menurut Kusnadi dan Hanary Sasongko (2000:4), Fungsi dari akuntansi biaya adalah: 1. Melakukan perhitungan dan pelaporan biaya dalam penentuan harga pokok produk; 2. Merinci biaya mengenai harga pokok produk 3. Memberikan informasi dasar dalam pembuatan perencanaan biaya dan beban 4. Memberikan data bagi proses penyusunan anggaran dalam setiap periode tertentu. 2.2 Konsep dan Klasifikasi Biaya 2.2.1 Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2001:9-1), biaya didefinisikan dalam dua pengertian yaitu dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas: “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Sedangkan dalam arti sempit: “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”. Sedangkan biaya menurut Garrison (2000:34) adalah: “Costs is a sacrife to get a materials or services the sacrife can be measured an issued cash unit, properties divert, devices that given and so on”. Definisi tersebut tidak membedakan antara biaya (cost)dan beban (expenses). Namun kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Hammer, Carter, dan Usry (1997:20) membedakan perbedaan tersebut yaitu: “Accountants have devine cost as an exchanged price, a sacrifice made to secure benefit in financial accounting, the forgoing or sacrifice at date of acquisitions is represented by a current of future dimination in cash or other assets”. Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan yang baik yang terjadi maupun kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan beban didefinisikan sebagai biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada suatu periode tertentu dan hanya memberikan manfaat ekonomis pada periode tersebut. 2.2.2 Klasifikasi Biaya Menurut Mulyadi (2005:13-16), terdapat pengklasifikasian biaya yaitu sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna. 2. Penggolongan biaya menurut Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: a. Biaya Produksi (Production Cost) Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi dalam mengolah bahan baku menjadi barang jadi siap jual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, aik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Biaya produksi dibagi menjadi tiga bagian adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik; b. Biaya Pemasaran (Advertising Cost) Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan, bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (Sample). c. Biaya Administrasi dan Umum (General and Administration Cost) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photo copy. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: a. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi yang penyebab satu- satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Di dalam hubungannya dengan biaya produksi dinamakan biaya produksi langsung yang terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan dalam hubungannya dengan departemen dinamakan biaya yang terjadi pada suatu departemen. Biaya langsung departemen adalah biaya yang terjadi pada suatu departemen tertentu. Misalnya biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen produksi merupakan biaya langsung departemen bagi departemen produksi. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (Factory Overhead Cost). Biaya ini tidak mudah didefinisikan produk tertentu. Dalam hubungannya dengan departemen. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit Tenaga Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk penggerakkan mesin dan ekuipment yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya yang diterima dari alokasi biaya Departemen Pembangkit Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan 4. Perubahan Volume Aktivitas. Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi: a Biaya Variabel b Biaya Semivariabel c Biaya Semifixed d Biaya Tetap Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Biaya Semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan umur biaya variabel. Biaya Semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures). Pengeluaran Modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kas aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi. atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap. Untuk promosi besar-besarnya, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures). Pengeluaran Pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja 2.3 Sistem Akuntansi Biaya Secara garis besar Hansen and Mowen (2000:125), mengemukakan mengenai sistem akuntansi biaya dikelompokkan menjadi tiga sistem yaitu: 1. Sistem biaya yang ditentukan di muka (Predetermind cost system) 2. Sistem biaya sesungguhnya (Historical cost system) 3. Sistem biaya normal (Normal cost system) 2.3.1 Sistem Biaya yang Ditentukan di Muka Sistem biaya yang ditentukan di muka merupakan sistem pembebanan harga pokok pada produk yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di muka sebelum proses produksi dilakukan, biasanya merupakan biaya taksiran (estimated cost) atau standar atas biaya produksi yang mungkin akan dikeluarkan atau dibebankan (standart cost). Muyadi (2005:355), mendefinisikan sistem biaya taksiran adalah: “Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi”. Dalam sistem biaya taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma fisik terbatas pada pengalaman produksi pada masa yang lalu. Jika terjadi penyimpangan dari norma fisik tersebut, masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan sebab-sebabnya, apakah karena terjadi pemborosan, penghematan, atau karena kesalahan dalam penafsiran norma fisiknya yang dilakukan sebelumnya. Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran Menurut Mulyadi (2005:356), Tujuan penggunaan sistem biaya taksiran adalah: 1. Untuk jembatan menuju sistem biaya standar. Seringkali sistem biaya taksiran digunakan sebelum biaya standar dapat ditentukan. Penggunaan sistem biaya taksiran sebagai jembatan menuju sistem biaya standar mempunyai keuntungan sebagai berikut: a. Melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karena adanya beberapa kesamaan di antara kedua sistem tersebut. b. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru, agar terpelihara hubungan yang baik dengan karyawan. 2. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar. Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian sistem biaya taksiran lebih ekonomis bila dibandingkan dengan sistem biaya standar. Dalam perusahaan kecil, biaya penentuan biaya standar merupakan beban barat dan pada umumnya manajemen belum membutuhkan sistem pengendalian biaya yang sangat seksama. dalam perusahaan yang seringkali mengalami perubahan produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya standar sangat besar, sehingga pemakaian sistem biaya standar tidak ekonomis. 3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan. Banyak perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran sebagai alat pengendalian biaya dan sebagai dasar untuk menganalisis kegiatankegiatannya. meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya yang seharusnya (mengingat cara penentuannya), namun perbandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk mengenai terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan. 4.Untuk mengurangi biaya akuntansi. Penghematan biaya akuntansi dengan penggunaan sistem biaya taksiran sangat terasa jika perusahaan menghasilkan banyak macam produk atau jika produk (keluarga produk) diolah melalui banyak departemen atau pusat biaya. Biaya akuntansi dapat dikurangi sebagai akibat dari tidak diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan penolong, produk dalam proses, dan produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) Untuk pengertian biaya taksiran, Supriyono (1996:40) berpendapat sebagai berikut: “Biaya taksiran adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk untuk membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu”. Biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan di muka merupakan pedoman dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar maka yang dianggap benar adalah biaya standar sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya masih belum berubah. Tujuan utama penggunaan biaya standar adalah untuk pengendalian biaya. 2.3.2 Sistem Biaya Historis atau Biaya Sesungguhnya. Mengenai sistem biaya historis, Hammer, Carter, dan Usry (1997:54) berpendapat bahwa: “In actual cost system, cost recorded whwn issued but the presentation of operasional result suspend until result of manufacturing operation was in accounting period established or until services were given”. Sistem biaya sesungguhnya adalah pembebanan harga pokok kepada produk yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok produksi. pada sistem ini, harga pokok baru dihitung pada akhir periode setelah biaya dikumpulkan. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa sistem ini dapat bermanfaat untuk penentuan harga pokok produk sedangkan untuk tujuan pengendalian biaya dan sebagai dasar pengambilan keputusan tidak dapat menyajikan informasi yang memadai karena: 1. Tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran terhadap daya guna dan hasil yang dicapai; 2. Untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk tertentu. 2.3.3 Sistem Biaya Normal Pengertian sistem biaya normal, Hansen and Mowen (2000:143) Yang diterjemahkan oleh tim salemba empat mengemukakan bahwa: “Sistem biaya normal merupakan sistem biaya yang mengukur biaya overhead berdasarkan basis yang ditentukan sebelumnya dan menggunakan biaya = angka sebenarnya untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam perhitungan biaya overhead dengan menggunakan sistem biaya normal dapat menghasilkan perhitungan ang mendekati dengan biaya produk yang sebenarnya yang ditentukan setelah fakta.Pada kenyataannya semua perusahaan dalam pembebanan overhead pada produksi dengan basis yang ditentukan sebelumnya.Tarif overhead yang ditentukan sebelumnya dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Anggaran Overhead Tahunan Tarif Overhead = AnggaranTingkat Kegiatan Tahunan Overhead yang dianggarkan hanyalah estimasi terbaik dari jumlah overhead (Utilitas, Tenaga kerja tidak langsung, depresiasi, dan sebagainya) untuk diadakan pada tahun yang akan datang. Estimasi didasarkan pada angka-angka tahun sebelumnya yang kemudian disesuaikan untuk perubahan pada tahun berikutnya. Pada dasarnya terdapat kesukaran prinsip dalam sistem perhitungan biaya normal adalah bahwa tarif overhead yang ditentukan sebelumnya cenderung berbeda dengan tarif yang sebenarnya baik pada biaya overhead sebenarnya bebeda dengan estimasi biaya ataupun tingkat produksi yang sebenarnya berbeda dengan tingkat yang diharapkan. 2.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Pengumpulan harga pokok produksi adalah suatu proses pencatatan, pengukuran dan penentuan harga pokok produksi secara terorganisasi melalui serangkaian prosedur atau sistem, pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua yaitu produksi atas dasar produk pesanan dan produksi atas dasar produk masa. Metode pengumpulan harga pokok produksi menurut Supriyono (1996:3637) terbagi atas dua kelompok yaitu: 1. Metode Harga Pokok Pesanan ( JobOrder Costing Method) 2. Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method) 2.4.1 Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) Metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produk dimana harga pokok produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk tertentu atau suatu jasa yang dapat dipisahkan identitasnya. Perusahaan yang menggunakan pendekatan metode harga pokok pesanan secara otomatis kegiatan produksi tergantung pada pesanan yang diterima. 2.4.2 Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method) Metode harga pokok proses adalah cara penentuan harga pokok produksi dimana harga pokok produksi dihitung dengan cara membagi jumlah harga pokok yang dibebankan pada sebuah dpartemen dengan jumlah produk departemen tersebut pada suatu periode tertentu selama jangka waktu tertentu. Perusahaan yang menggunakan pendekatan metode harga pokok proses maka perusahaan tersebut dalam menjalankan proses produksinya yang dilakukan secara masa dan kontinyu. 2.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi merupakan suatu metode yang memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. dalam perhitungannya terdapat dua pendekatan yaitu Full Costing dan Variabel Costing yang dijelaskan oleh Mulyadi (2005-17-18), yaitu sebagai berikut: 2.5.1 Full Costing Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik langsung xx Biaya overhead pabrik tetap xx Harga pokok produksi xx 2.5.2 Variabel Costing Variabel costing merupakan penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik variabel xx Harga pokok produksi xx 2.6 Metode Harga Pokok Proses 2.6.1 Pengertian Metode Harga Pokok Proses Menurut Mulyadi (2005:63), yaitu sebagai berikut: “Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa”. Sedangkan pengertian metode harga pokok proses menurut Mardiasmo (1994:90) adalah: “ Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk secara massa”. Metode harga pokok proses merupakan suatu metode yang digunakan oleh perusahaan yang produksi produknya secara terus-menerus atau dengan produk secara massa untuk memenuhi persediaan. Pengumpulan biaya berdasarkan metode harga pokok proses mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Biaya-biaya dibebankan pada perkiraan barang dalam proses pada tiap departemen; 2. Suatu laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan,dan menghitung harga pokok per unit dan harga pokok total. Harga pokok produk per unit diperoleh dengan cara membagi jumlah harga pokok yang dibebankan pada sebuah departemen dengan jumlah produk departemen tersebut pada suatu periode tertentu; 3. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan ekuivalen 4. Harga pokok produk dari unit yang telah diselesaikan pada sebuah departemen akan ditransfer ke departemen berikutnya dengan maksud pada akhirnya akan diperoleh harga pokok total untuk barang hadi selama satu periode dan harga pokok dibebankan pada barang dalam proses. 2.6.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya menurut Mulyadi (2005:63), adalah sebagai berikut: 1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar. 2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. 3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. 2.6.3 Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan. perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi menurut Mulyadi (2005: 64), tersebut terletak pada: 1. Pengumpulan biaya produksi. 2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan 3. Penggolongan biaya produksi 4. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik 1. Pengumpulan biaya produksi. Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi. 2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan. Metode harga pokok pesanan menghitung harag pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi per satuaan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir perode akuntansi. 3. Penggolongan biaya produksi. Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Di dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan,terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk. Karena harga pokok per satuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi. 4. Unsur yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik. Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Di dalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik langsung maupun tidak langsung). Dalm metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu. 2.6.4 Penggunaan Metode Harga Pokok Proses Menurut Mulyadi (2001:77-102), penggunaan metode harga pokok proses adalah sebagai berikut: 1. Metode harga pokok proses yang diterapkan oleh perusahaan yang produknya diolah hanya oleh satu departemen produksi. Apabila produk tersebut tidak diolah lebih lanjut ke departemen lanjutan maka produk ini merupakan produk yang diolah hanya oleh satu departemen produksi. 2. Metode harga pokok proses yang diterapkan oleh perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Apabila produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi dimana perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan perhitungan yangbersifat kumulatif dengan demikian harga pokok produksi yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari: a. Harga pokok produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya; b. Harga pokok produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah setelah departemen pertama 3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan. Ada dua kemungkinan terjadinya produk hilang di dalam proses produksi: a. Produk yang hilang pada awal proses Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap harga produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuilvalen. Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses akan berdampak pada naiknya harga pokok produksi perusahaan yaitu: 1). Menaikan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen sebelumnya; 2). Menaikan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen produksi pertama. b. Produk yang hilang pada akhir proses Produk yang hilang pada akhir proses dianggap sudah menyerap biaya yang sudah di keluarkan dalam departemen yang bersangkutan sehingga harus diperhitungkan dalam pencatatan unit ekuivalen. Harga pokok produksi akibat dari adanya produk yang hilang pada akhir proses harus tetap dihitung dan harga pokok ini diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen produksi berikutnya. Dan hal tersebut akan berakibat pada harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya akan menjadi lebih tinggi. 2.6.5 Prosedur Akuntansi Biaya Pada Harga Pokok Proses Prosedur Akuntansi untuk biaya bahan baku 1. Pencatatan pembelian bahan baku Persediaan bahan baku xxx Utang dagang/kas xxx 2. Pecatatan pemakaian bahan baku Barang dalam proses-Biaya bahan baku xxx Pemakaian bahan baku xxx Prosedur Biaya Bahan Penolong 1. Pencatatan terjadinya gaji dan upah Gaji dan upah xxx Utang pajak pendapatan karyawan xxx Utang gaji dan upah xxx 2. Pencatatan biaya tenaga kerja Barang dalam proses - biaya tenaga kerja xxx Gaji dan upah xxx 3. Pembayaran biaya tenaga kerja Utang gaji xxx Kas xx Prosedur Akuntansi Biaya Overhead pabrik 1. Pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx Berbagai macam rekening dikredit xxx 2. Pencatatan perlakuan selisih biaya overhead pabrik Selisih biaya overhead pabrik xxx Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx 3. Pecatatan pembebanan biaya overhead pabrik Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xxx Berbagai macam rekening dikredit xxx Prosedur Akuntansi Biaya Pemasaran Sesungguhnya Pencatatan biaya pemasaran Berbagai macam rekening dikredit xxx Kas xxx Prosedur Akuntansi biaya administrasi dan umum sesungguhnya Pencatatan biaya admininstrasi dan umum Berbagai macam rekening dikredit xxx Kas xxx Prosedur Akuntansi Untuk Produk Jadi Pencatatan harga pokok produk jadi Persediaan Produk jadi xxx Barang dalam proses biaya bahan baku xxx Barang dalam proses biaya bahan penolong xxx Barang dalam proses biaya tenaga kerja xxx Barang dalam proses biaya overhead pabrik xxx Prosedur Akuntansi Untuk Persediaan Produk Dalam proses Pencatatan harga pokok persediaan yang belum selesai diolah Persediaan produk dalam proses xxx Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx Barang dalam proses-biaya tenaga kerja xxx Barang dalam proses-biaya overhead pabrik xxx 2.7 Harga Pokok Produksi 2.7.1 Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2001:69), harga pokok produksi adalah: “ Harga pokok produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk memperoleh suatu produk. Produk merupakan output dari suatu proses produksi. Biaya-biaya yang terjadi pada suatu proses produk umumnya terjadi dari material ditambah dengan convertion cost sehingga harga pokok produksi meliputi unsur yang sama”. Sedangkan menurut Homgren dan Charles (1996:45), menyatakan bahwa: “ Product cost is the sum of costs assigned to a product for a specifics porpuse”. Dengan kata lain, harga pokok produksi merupakan akumulasi dari biaya yang dibebankan kepada produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk tujuan tertentu yang terdiri atas biaya produksi dan biaya non produksi. Keandalan dan keakuratan perhitungan harga pokok produksi tergantung pada sistem pencatatan dalam akuntansi biaya serta dengan kerja sama yang baik dengan bagian produksi. Bagian produksi berkewajiban memberikan informasi data teknis sehubungan dengan proses pembuatan produk yang berkaitan dengan biaya. Apabila persediaan produk tersebut telah laku dijual maka harga pokok yang melekat akan menjadi biaya dan dipertemukan dengan hasil penjualan dengan cara mengurangi harga pokok penjualan dengan hasil penjualan. 2.7.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Supriyono (1996:51-54), adalah sebagai berikut: 1. Menentukan harga jual produk Perusahaan yang memproduksi produk secara massa bertujuan untuk memenuhi persediaan gudang dalam penetapan harga jual produk. Harga pokok produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan. Dengan demikian harga pokok produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi harga pokok produksi per satuan produk; 2. Menghitung Laba atau Rugi Periodik Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau dapat mengakibatka rugi bruto. Informasi laba atau rugi periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya dan menghasilkan laba atau rugi; 3. Menghitung Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan Dalam Neraca Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik maka manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan rugi/laba di dalam neraca, manajemen menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk. 2.7.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi 2.7.3.1 Biaya Bahan Baku Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:30), adalah: “Direct materials are all materials that from an intergral part of the finished product and that can be included directly in calculating the cost of product”. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa biaya bahan baku adalah semua biaya dari bagian produk akhir dan dapat dimasukkan secara langsung dalam perhitungan harga pokok produksi. Biaya bahan baku merupakan harga perolehan dari bahan yang akan diolah menjadi produk jadi dimana pemakaiannya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu dalam mengolah produk. Untuk kegiatan proses produksi, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja melainkan mebgeluarkan biaya lain yang berhubungan dengan biaya bahan baku tersebut. Misalnya, biaya angkut bahan baku, biaya pembelian dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan pada bahan baku. Menurut Mulyadi (2001:310-321), terdapat beberapa metode penetapan harga pokok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah: 1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) Metode masuk pertama keluar pertama menentukan biaya bahan baku dimana harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk ke dalam gudang digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Dan harga pokok persediaan akhir didasarkan pada harga pembelian barang yang paling akhir. Bila perusahaan dalam metode penilaian bahan baku menggunakan pendekatan metode masuk pertama keluar pertama (FIFO), maka akan menghasilkan jumlah bahan baku yang sama baik menggunakan metode mutasi persediaan maupun metode persediaan fisik; 2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO) Metode masuk terakhir keluar pertama menentukan biaya bahan baku dimana harga pokok bahan baku yang terakhir masuk ke dalam gudang digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dalam metode masuk terakhir keluar pertama akan menghasilkan biaya yang berbeda pada setiap perhitungan dengan menggunakan meyode mutasi persediaan dan metode persediaan fisik; 3. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method) Metode rata-rata bergerak merupakan metode persediaan bahan baku yang tersimpan di dalam gudang dihitung harga pokok rataratanya dengan cara membagi total harga pokok produk dengan jumlah satuannya. Apabila terjadi harga pokok per satuan yang berbeda dengan antara harga pokok per satuan pada saat pembelian dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang maka penyelesaiannya harus dilakukan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. 2.7.3.2 Biaya Tenaga Kerja Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:30), adalah “direct laubor is laubor tha convert direct materials into the finished product and can be assigned feasibly to a specific product”. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Sedangkan menurut Mulyadi (2005:319), Biaya tenaga kerja adalah: “Tenaga Kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”. Adapun dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan. Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi ke dalam tiga fungsi pokok: produksi, pemasaran dan administrasi.oleh karena itu perlu ada penggolongan dan pembedaan antara tenaga kerja pabrik dan renaga kerja nonpabrik. Pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja nonpabrik, yang bukan merupakan unsur harga pokok produksi, melainkan merupakan unsur biaya usaha. Dengan demikian biaya tenaga kerja perusahaan manufaktur digolongkan menjadi: biaya tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, dan biaya tenaga kerja administrasi dan umum. 2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan. Misalnya departemen produksi suatu perusahaan kertas terdiri dari tiga departemen: Bagian pulp, Bagian kertas, Bagian penyempurnaan. Biaya tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam perusahaan tersebut. Tenaga kerja yang bekerja di departemen-departemen nonproduksi digolongkan pula menurut departemen yang menjadi tempat kerja mereka. Dengan demikian biaya tenaga kerja di departemen-departemen nonproduksi dapat digolongkan menjadi: biaya tenaga kerja Bagian Akuntansi, biaya tenaga kerja Bagian Personalia, dan sebagainya. Penggolongan semacam ini dilakukan untuk lebih memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja yang terjadi dalam tiap departemen yang dibentuk dalam perusahaan. Kepala departemen yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja karyawan dan biaya tenaga kerja yang terjadi dalam departemennya. 3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya. Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat dan pekerjaanya. Misalnya dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan sebagai berikut: operator, mandor, dan penyelia (superintendant). Dengan demikian biaya tenaga kerja digolongkan menjadi: upah operator, upah mandor, dan upah penyelia. Penggolongan biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar penetapan deferensisasi upah standar kerja. 4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk. Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi: tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya produksi. Tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada produk disebut tenaga kerja tak langung, Upah tenaga kerja tak langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung dan merupakan unsur biaya overhead pabrik. Upah tenaga kerja tak langsung dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka. 2.7.3.3 Biaya Overhead Pabrik Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:30), adalah: “Factory overhead also called manufacturing overhead, manufacturing expenses or factory burder consist off all manufacturing costs not traced directly of specific output”. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung atau semua biaya fabrikase lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke dalam produk tertentu. Menurut Supriyono (1996:294-295), biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi tiga golongan adalah sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya; 2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan; 3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen. Dasar yang dipakai (Based to used) Setelah anggaran overhead pagrik disusun, langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik kepada produk. Ada berbagai macam yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, di antaranya adalah: satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah: 1. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi. 2. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Menurut Mulyadi (2005:199-203), diuraikan beberapa dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, disertai dengan uraian kebaikan dan kelemahannya masing-masing. a. Satuan produk Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut Taksiran biaya overhead pabrik ---------------------------------------------------- = Tarif biaya overhead pabrik per satuan Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk. Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang serupa dan berhubungan erat satu dengan yang lainnya perbedaannya hanya pada berat atau (volume), pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai (point basis). b. Biaya bahan baku Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut: Taksiran biaya overhead pabrik Persentase biaya overhead --------------------------------------------------- x 100% = pabrik dari biaya bahan baku Taksiran biaya bahan baku yang dipakai yang dipakai Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya. Metode ini terbatas pemakaiannya. Suatu produk mungkin dibuat dari bahan baku yang harganya mahal, sedangkan produk yang lain dibuat dari bahan yang lebih murah. Jika proses pengerjaan kedua macam produk tersebut adalah sama, maka produk pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk yang kedua. Bila biaya overhead pabrik bervariasi dengan jumlah (berat) bahan baku, misalnya biaya penanganan persediaan (materials handling), maka dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang dipakai adalah kuantitas bahan baku yang dipakai. c. Biaya tenaga kerja Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut: Taksiran biaya overhead pabrik ---------------------------------------------- x 100% = Persentase biaya overhead pabrik Taksiran biaya tenaga kerja langsung dari biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung Karena ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan junlah jam kerja (jumlah upah adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah) maka di samping biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung, dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Jadi apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus: Taksiran biaya overhead pabrik ---------------------------------------- = Tarif biaya overhead /jam tenaga kerja langsung Taksiran jam tenaga kerja e. Jam mesin Apabila biaya overhead pabrik bervariasu dengan waktu penggunaan mesin (misalnya bahan bakar atau listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin), Maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut: Taksiran biaya overhead pabrik ---------------------------------------- = Tarif biaya overhead pabrik per jam mesin Taksiran jam kerja mesin 2.7.4 Laporan harga pokok produksi Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:123) adalah: “The cost of production report is a device for presenting the amount of costs accumulated and assigned to production during a month,. It is also the source of information for preparing summary journal entries to record the cost of units of product transfered from one producing departement to another and finnaly to finished goods inventory”. Laporan harga pokok produksi ini disusun untuk sebuah departemen produksi memperlihatkan yaitu (1) Harga pokok total dan harga pokok per unit yang ditransfer dari departemen sebelumnya; (2) Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dihitung ditambahkan di departemen tersebut; (3) Harga pokok per unit yang ditambahkan di departemen tersebut; (4) Harga pokok total dan harga pokok per unit yang diakumulasi pada akhir proses produksi departemen tersebut; (5) Nilai persediaan awal dan akhir barang dalam proses yang berada dalam salah satu tahap penyelesaian kerja dan (6) Harga pokok yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi. 2.7.5 Efektivitas Penetapan Harga Pokok Produksi Pengertian efektivitas menurut Komarudin (1998:269) adalah: “Keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan”. Dari kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga pokok produksi yang efektif adalah adanya harga pokok produksi yang ditetapkan secara tepat dan benar terdapat dua faktor pendukung dari penetapan harga pokok produksi yaitu (1) perhitungan laporan harga pokok produksi dimana laporan harga pokok produksi tersebut terdiri dari data produksi, pembebanan harga pokok dan perhitungan harga pokok. Di dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi harus sesuai dengan kegiatan perusahaan. (2) pelaksanaan dari perhitungan laporan dari harga pokok produksi. Apabila perusahaan melakukan kedua hal di atas secara tepat dan benar maka penetapan harga pokok produksi yang terjadi di perusahaan adalah efektif karena dengan adanya laporan harga pokok produksi yang digunakan secara tepat dapat menunjukkan tingkat keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Efektivitas harga pokok produksi ditunjang oleh biaya produksi, merupakan komponen dasar dalam perhitungan harga pokok penjualan, merupakan dasar dalam penetapan harga jual, dan merupakan dasar dalam penilaian persediaan. Harga pokok produk yang efektif adalah harga pokok produk yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan. 2.8 Manfaat Metode Harga Pokok Proses Dalam Menghitung Harga Pokok Produksi Dalam Perusahaan yang proses produksinya tidak ditetapkan berdasarkan konsumen dan melakukan produksi secara massa maka perusahaan akan menggunakan pendekatan metode harga pokok proses di dalam melakukan perhitungan dan penetapan harga pokoknya. Perhitungan harga pokok per unit adalah dengan cara membagi total harga pokok produksi selama satu periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam proses tersebut. Alokasi biaya dalam departemen hanya merupakan langkah sementara sedangkan langkah terakhir adalah menghitung total biaya untuk penyusunan laporan keuangan. Dengan digunakannya metode harga pokok proses yang bermanfaat maka penetapan harga pokok produksi yang ditetapkan akan tepat. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga pokok produksi yang bermanfaat adalah adanya harga pokok produksi yang ditetapkan secara tepat dan benar. Hal itu ditunjang oleh dua faktor pendukung dari penetapan harga pokok produksi yaitu (1) Perhitungan laporan harga pokok produksi dimana laporan harga pokok produksi tersebut terdiri dari data produksi, pembebanan harga pokok dan perhitungan harga pokok di dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi harus sesuai dengan kegiatan perusahaan. Dalam hal ini kegiatan perusahaan dalam proses produksi adalah melakukan kegiatan yang terus-menerus dengan menghasilkan produk standar. Oleh karena itu perusahaan menggunakan metode harga pokok proses. (2) Pelaksanaan dari perhitungan laporan harga pokok produksi Metode Harga Pokok Proses bermanfaat di dalam penetapan harga pokok produksi dengan memberikan informasi mengenai perhitungan harga pokok produksi dan membantu manajemen dalam penyusunan laporan keuangan terutama dalam laporan laba rugi. Selain itu dapat digunakan sebagai penyusunan neraca perusahaan. Penetapan harga pokok produksi ditunjang oleh (a) biaya produksi (b) merupakan komponen dasar dalam perhitungan harga pokok penjualan (c) merupakan dasar dalam penetapan harga jual dan (d) merupakan dasar dalam penilaian persediaan. Dengan demikian penetapan harga pokok produksi akan efektif apabila didukung dengan adanya perhitungan laporan harga pokok produksi yang digunakan secara tepat dan benar dalam pelaksaan dari laporan harga pokok produksi karena laporan harga pokok produksi dapat menunjukkan tingkat keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan.