manfaat metode harga pokok proses dalam menghitung harga

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akutansi Biaya
Akuntansi adalah dibuat suatu sistem untuk menghasilkan informasi
akuntansi berupa laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. akuntansi
seringkali diartikan sebagai “bahasa bisnis”. perubahan yang cepat dalam
masyarakat kita telah menyebabkan semakin kompleknya bahasa tersebut yang
digunakan
untuk
mencatat,
mengikhtisarkan,
melaporkan
dan
menginterprestasikan data dasar ekonomi untuk kepentingan perorangan,
pengusaha, pemerintah dan anggota lainnya.
Akuntansi memegang peranan penting dalam tata ekonomi dan sistem sosial
karena itu pengambilan keputusan yang cepat didasarkan pada informasi yang
terpercaya dalam rangka distribusi dan penggunaan sumber daya nasional.
2.1.1
Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi secara garis besar dibagi menjadi dua tipe yaitu: Akuntansi
managemen dan Akuntansi keuangan. Akuntansi keuangan merupakan tipe
akuntansi yang mengolah informasi keuangan terutama untuk memenuhi
kererluan manajemen puncak dan pihak luar organisasi. Sedangkan akuntansi
managemen merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan
terutama untuk memenuhi keperluan managemen dalam pelaksanaan fungasi
perencanaan dan pengendalian organisasi.
Akuntansi biaya bukan merupakan akuntansi yang berdiri sendiri, tetapi
akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi
managemen.
Menurut Mulyadi (2005:7), pengertian akuntansi biaya: ”Akuntansi biaya
adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya”.
Sedangkan akuntansi biaya menurut Sunarto (2003:2): ”Akuntansi biaya
menyangkut klasifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis biaya produksi.
Akuntansi hanya berkaitan dengan kaperluan intern saja”.
2.1.2
Tujuan Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2001:7), tujuan pokok akuntansi biaya adalah:
1.
Penentuan harga pokok produk atau jasa
Untuk memenuhi tujuan dalam penentuan Harga Pokok Produk,
akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya pembuatan
produk atau penyerahan jasa yang kemudian biaya tersebut dikumpulkan dan
disajikan untuk memenuhi kebutukan pihak luar perusahaan dan kebutuhan
manajemen;
2.
Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dilakukan dengan cara membandingkan antara
biaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan
produk dengan biaya sesungguhnya terjadi (Actual Costs). Pengendalian biaya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan managemen;
3.
Pengambilan Keputusan Khusus
Untuk
akuntansi
memenuhi tujuan
dalam
pengambilan
keputusan
khusus,
biaya menyajikan biaya untuk masa yang akan datang (Future
Costs). Akuntasi tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manajemen
Sedangkan menurut Hammer, Carter, dan Usry (1997:9), tujuan dari
akuntansi
1.
2.
biaya adalah:
Creating anol executing plans and budgets for operating;
Establishing Costing methods that permit control of activitie,
reductions of costs and improvements of quality;
3.
Controlling physical quantities of anventoryand determining the
costs of each product of service;
4.
Determining company costs and profit for an annual accounting
period or a shorter period;
5.
Choosing among two or more short-run or long-run alternatives that
might alter revenues or costs.
2.1.3 Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi atau peranan dalam akuntansi biaya terhadap manajemen seperti
diungkapkan oleh Hammer, Carter, Usry (1997:8) adalah:
“Costs accounting furnishes management with necessary tools for
planning and controlling actifities, improving quality and efficiency, and
making both routine and strategic decisions”.
Sedangkan menurut Kusnadi dan Hanary Sasongko (2000:4), Fungsi dari
akuntansi biaya adalah:
1.
Melakukan perhitungan dan pelaporan biaya dalam penentuan
harga pokok produk;
2.
Merinci biaya mengenai harga pokok produk
3.
Memberikan informasi dasar dalam pembuatan perencanaan biaya
dan beban
4.
Memberikan data bagi proses penyusunan anggaran dalam setiap
periode tertentu.
2.2 Konsep dan Klasifikasi Biaya
2.2.1
Konsep Biaya
Menurut Mulyadi (2001:9-1), biaya didefinisikan dalam dua pengertian
yaitu dalam arti sempit dan arti luas.
Dalam arti luas: “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu”. Sedangkan dalam arti sempit: “Biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”.
Sedangkan biaya menurut Garrison (2000:34) adalah:
“Costs is a sacrife to get a materials or services the sacrife can be
measured an issued cash unit, properties divert, devices that given and so on”.
Definisi tersebut tidak membedakan antara biaya (cost)dan beban
(expenses). Namun kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Hammer, Carter, dan Usry (1997:20) membedakan perbedaan tersebut yaitu:
“Accountants have devine cost as an exchanged price, a sacrifice made to
secure benefit in financial accounting, the forgoing or sacrifice at date of
acquisitions is represented by a current of future dimination in cash or other
assets”.
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa biaya merupakan pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan yang baik yang terjadi maupun
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan beban
didefinisikan sebagai biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan pendapatan
pada suatu periode tertentu dan hanya memberikan manfaat ekonomis pada
periode tersebut.
2.2.2 Klasifikasi Biaya
Menurut Mulyadi (2005:13-16), terdapat pengklasifikasian biaya yaitu
sebagai berikut:
1.
Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar,
maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut
“biaya bahan bakar”.
Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam
perusahaan kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya
gaji dan upah, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat
warna.
2.
Penggolongan biaya menurut Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena
itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok:
a. Biaya Produksi (Production Cost)
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi dalam mengolah
bahan baku menjadi barang jadi siap jual. Contohnya adalah biaya
depresiasi mesin dan ekuipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, aik yang langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Biaya
produksi dibagi menjadi tiga bagian adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik;
b. Biaya Pemasaran (Advertising Cost)
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan,
biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli,
gaji karyawan, bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran,
biaya contoh (Sample).
c. Biaya Administrasi dan Umum (General and Administration Cost)
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini
adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan
bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photo
copy.
3.
Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
a.
Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi yang penyebab satu-
satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Di dalam
hubungannya dengan biaya produksi dinamakan biaya produksi langsung
yang terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan dalam hubungannya dengan departemen dinamakan biaya yang
terjadi pada suatu departemen. Biaya langsung departemen adalah biaya
yang terjadi pada suatu departemen tertentu. Misalnya biaya tenaga kerja
yang bekerja dalam departemen produksi merupakan biaya langsung
departemen bagi departemen produksi.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadinya tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead pabrik (Factory Overhead Cost). Biaya ini
tidak mudah didefinisikan produk tertentu. Dalam hubungannya dengan
departemen. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu
departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen Pembangkit Tenaga
Listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam
perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk penggerakkan mesin
dan ekuipment yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai
listrik, biaya yang diterima dari alokasi biaya Departemen Pembangkit
Tenaga Listrik merupakan biaya tidak langsung departemen.
Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan
4.
Perubahan Volume Aktivitas.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat
digolongkan menjadi:
a
Biaya Variabel
b
Biaya Semivariabel
c
Biaya Semifixed
d
Biaya Tetap
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung.
Biaya Semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap
dan umur biaya variabel.
Biaya Semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditures). Pengeluaran Modal adalah
biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya
periode akuntansi adalah satu tahun kalender).
Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kas aktiva
dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara
didepresiasi, diamortisasi. atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah
pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva
tetap. Untuk promosi besar-besarnya, dan pengeluaran untuk riset dan
pengembangan suatu produk.
Pengeluaran
Pendapatan
(Revenue
Expenditures).
Pengeluaran
Pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan
ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang
diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan
antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja
2.3 Sistem Akuntansi Biaya
Secara garis besar Hansen and Mowen (2000:125), mengemukakan
mengenai sistem akuntansi biaya dikelompokkan menjadi tiga sistem yaitu:
1. Sistem biaya yang ditentukan di muka (Predetermind cost system)
2. Sistem biaya sesungguhnya (Historical cost system)
3. Sistem biaya normal (Normal cost system)
2.3.1 Sistem Biaya yang Ditentukan di Muka
Sistem biaya yang ditentukan di muka merupakan sistem pembebanan harga
pokok pada produk yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di muka
sebelum proses produksi dilakukan, biasanya merupakan biaya taksiran (estimated
cost) atau standar atas biaya produksi yang mungkin akan dikeluarkan atau
dibebankan (standart cost).
Muyadi (2005:355), mendefinisikan sistem biaya taksiran adalah:
“Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang
menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam
menghitung harga pokok produk yang diproduksi”.
Dalam sistem biaya taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma
fisik terbatas pada pengalaman produksi pada masa yang lalu. Jika terjadi
penyimpangan dari norma fisik tersebut, masih perlu dilakukan penyelidikan lebih
lanjut untuk menentukan sebab-sebabnya, apakah karena terjadi pemborosan,
penghematan, atau karena kesalahan dalam penafsiran norma fisiknya yang
dilakukan sebelumnya.
Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran
Menurut Mulyadi (2005:356), Tujuan penggunaan sistem biaya taksiran
adalah:
1. Untuk jembatan menuju sistem biaya standar.
Seringkali sistem biaya taksiran digunakan sebelum biaya standar
dapat ditentukan. Penggunaan sistem biaya taksiran sebagai jembatan
menuju sistem biaya standar mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a. Melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karena
adanya beberapa kesamaan di antara kedua sistem tersebut.
b. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru,
agar terpelihara hubungan yang baik dengan karyawan.
2. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem
biaya standar.
Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian sistem biaya taksiran
lebih ekonomis bila dibandingkan dengan sistem biaya standar. Dalam
perusahaan kecil, biaya penentuan biaya standar merupakan beban barat
dan pada umumnya
manajemen belum membutuhkan sistem
pengendalian biaya yang sangat seksama. dalam perusahaan yang
seringkali mengalami perubahan produk atau produksi, waktu dan biaya
yang diperlukan untuk penentuan biaya standar sangat besar, sehingga
pemakaian sistem biaya standar tidak ekonomis.
3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
Banyak perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran sebagai alat
pengendalian biaya dan sebagai dasar untuk menganalisis kegiatankegiatannya. meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya yang
seharusnya (mengingat cara penentuannya), namun perbandingan antara
biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk
mengenai terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar
perbaikan kegiatan.
4.Untuk mengurangi biaya akuntansi.
Penghematan biaya akuntansi dengan penggunaan sistem biaya taksiran
sangat terasa jika perusahaan menghasilkan banyak macam produk atau
jika produk (keluarga produk) diolah melalui banyak departemen atau
pusat biaya. Biaya
akuntansi dapat dikurangi sebagai akibat dari tidak
diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan penolong, produk
dalam proses, dan produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan
menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual inventory method)
Untuk pengertian biaya taksiran, Supriyono (1996:40) berpendapat sebagai
berikut:
“Biaya taksiran adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan
jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk
untuk membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi,
efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu”.
Biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang
ditentukan di muka merupakan pedoman dalam pengeluaran biaya yang
sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar
maka yang dianggap benar adalah biaya standar sepanjang asumsi-asumsi yang
mendasari penentuannya masih belum berubah. Tujuan utama penggunaan biaya
standar adalah untuk pengendalian biaya.
2.3.2
Sistem Biaya Historis atau Biaya Sesungguhnya.
Mengenai sistem biaya historis, Hammer, Carter, dan Usry (1997:54)
berpendapat bahwa:
“In actual cost system, cost recorded whwn issued but the presentation of
operasional result suspend until result of manufacturing operation was in
accounting period established or until services were given”.
Sistem biaya sesungguhnya adalah pembebanan harga pokok kepada
produk yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok produksi. pada sistem ini,
harga pokok baru dihitung pada akhir periode setelah biaya dikumpulkan.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa sistem ini dapat bermanfaat
untuk penentuan harga pokok produk sedangkan untuk tujuan pengendalian biaya
dan sebagai dasar pengambilan keputusan tidak dapat menyajikan informasi yang
memadai karena:
1. Tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak dapat
dilakukan pengukuran terhadap daya guna dan hasil yang dicapai;
2. Untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang
diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk tertentu.
2.3.3
Sistem Biaya Normal
Pengertian sistem biaya normal, Hansen and Mowen (2000:143) Yang
diterjemahkan oleh tim salemba empat mengemukakan bahwa:
“Sistem biaya normal merupakan sistem biaya yang mengukur biaya
overhead
berdasarkan
basis
yang
ditentukan
sebelumnya
dan
menggunakan biaya = angka sebenarnya untuk bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam perhitungan biaya
overhead dengan menggunakan sistem biaya normal dapat menghasilkan
perhitungan ang mendekati dengan biaya produk yang sebenarnya yang
ditentukan setelah fakta.Pada kenyataannya semua perusahaan dalam pembebanan
overhead pada produksi dengan basis yang ditentukan sebelumnya.Tarif overhead
yang ditentukan sebelumnya dihitung
dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
Anggaran Overhead Tahunan
Tarif Overhead =
AnggaranTingkat Kegiatan Tahunan
Overhead yang dianggarkan hanyalah estimasi terbaik dari jumlah overhead
(Utilitas, Tenaga kerja tidak langsung, depresiasi, dan sebagainya) untuk diadakan
pada tahun yang akan datang. Estimasi didasarkan pada angka-angka tahun
sebelumnya yang kemudian disesuaikan untuk perubahan pada tahun berikutnya.
Pada dasarnya terdapat kesukaran prinsip dalam sistem perhitungan biaya
normal adalah bahwa tarif overhead yang ditentukan sebelumnya cenderung
berbeda dengan tarif yang sebenarnya baik pada biaya overhead sebenarnya
bebeda dengan estimasi biaya ataupun tingkat produksi yang sebenarnya berbeda
dengan tingkat yang diharapkan.
2.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Pengumpulan harga pokok produksi adalah suatu proses pencatatan,
pengukuran dan penentuan harga pokok produksi secara terorganisasi melalui
serangkaian prosedur atau sistem, pengumpulan harga pokok produksi sangat
ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar cara memproduksi produk dapat
dibagi menjadi dua yaitu produksi atas dasar produk pesanan dan produksi atas
dasar produk masa.
Metode pengumpulan harga pokok produksi menurut Supriyono (1996:3637) terbagi atas dua kelompok yaitu:
1. Metode Harga Pokok Pesanan ( JobOrder Costing Method)
2. Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method)
2.4.1 Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method)
Metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produk
dimana harga pokok produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk tertentu atau
suatu jasa yang dapat dipisahkan identitasnya. Perusahaan yang menggunakan
pendekatan metode harga pokok pesanan secara otomatis kegiatan produksi
tergantung pada pesanan yang diterima.
2.4.2 Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method)
Metode harga pokok proses adalah cara penentuan harga pokok produksi
dimana harga pokok produksi dihitung dengan cara membagi jumlah harga pokok
yang dibebankan pada sebuah dpartemen dengan jumlah produk departemen
tersebut pada suatu periode tertentu selama jangka waktu tertentu. Perusahaan
yang menggunakan pendekatan metode harga pokok proses maka perusahaan
tersebut dalam menjalankan proses produksinya yang dilakukan secara masa dan
kontinyu.
2.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi merupakan suatu metode yang
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. dalam
perhitungannya terdapat dua pendekatan yaitu Full Costing dan Variabel Costing
yang dijelaskan oleh Mulyadi (2005-17-18), yaitu sebagai berikut:
2.5.1 Full Costing
Full
costing
merupakan
metode
penentuan
kos
produksi
yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos
produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik langsung
xx
Biaya overhead pabrik tetap
xx
Harga pokok produksi
xx
2.5.2 Variabel Costing
Variabel costing merupakan penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode
variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Harga pokok produksi
xx
2.6 Metode Harga Pokok Proses
2.6.1 Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2005:63), yaitu sebagai berikut:
“Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya
produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara
massa”.
Sedangkan pengertian metode harga pokok proses menurut Mardiasmo
(1994:90) adalah:
“ Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya
produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban
biaya yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan
produk secara massa”.
Metode harga pokok proses merupakan suatu metode yang digunakan oleh
perusahaan yang produksi produknya secara terus-menerus atau dengan produk
secara massa untuk memenuhi persediaan. Pengumpulan biaya berdasarkan
metode harga pokok proses mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Biaya-biaya dibebankan pada perkiraan barang dalam proses pada tiap
departemen;
2. Suatu laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan,
mengikhtisarkan,dan menghitung harga pokok per unit dan harga pokok
total. Harga pokok produk per unit diperoleh dengan cara membagi
jumlah harga pokok yang
dibebankan pada sebuah departemen dengan
jumlah produk departemen tersebut pada suatu periode tertentu;
3. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam
satuan ekuivalen
4. Harga pokok produk dari unit yang telah diselesaikan pada sebuah
departemen akan ditransfer ke departemen berikutnya dengan maksud
pada akhirnya akan diperoleh harga pokok total untuk barang hadi selama
satu periode dan harga pokok dibebankan pada barang dalam proses.
2.6.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik
produksinya menurut Mulyadi (2005:63), adalah sebagai berikut:
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
2.6.3 Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok
Pesanan
Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini
disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok
pesanan. perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi menurut
Mulyadi (2005: 64), tersebut terletak pada:
1. Pengumpulan biaya produksi.
2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan
3. Penggolongan biaya produksi
4. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
1. Pengumpulan biaya produksi.
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya
produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan.
Metode harga pokok pesanan menghitung harag pokok produksi per
satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan
yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah
selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok
produksi per satuaan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan
setiap akhir perode akuntansi.
3. Penggolongan biaya produksi.
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Di
dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan,terutama
jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk. Karena harga
pokok per satuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
4. Unsur yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik.
Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode
ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif
yang ditentukan di muka. Di dalam metode harga pokok proses, biaya
overhead pabrik terdiri dari biaya produksi terdiri dari biaya produksi
selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik
langsung maupun tidak langsung). Dalm metode ini biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya
terjadi selama periode akuntansi tertentu.
2.6.4 Penggunaan Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2001:77-102), penggunaan metode harga pokok proses
adalah sebagai berikut:
1. Metode harga pokok proses yang diterapkan oleh perusahaan yang
produknya diolah hanya oleh satu departemen produksi. Apabila produk
tersebut tidak diolah lebih lanjut ke departemen lanjutan maka produk ini
merupakan produk yang diolah hanya oleh satu departemen produksi.
2. Metode harga pokok proses yang diterapkan oleh perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Apabila
produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi dimana
perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh
departemen
setelah
departemen
pertama
merupakan
perhitungan
yangbersifat kumulatif dengan demikian harga pokok produksi yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
a. Harga pokok produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya;
b. Harga pokok produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah
setelah departemen pertama
3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap
perhitungan harga pokok produksi per satuan.
Ada dua kemungkinan terjadinya produk hilang di dalam proses produksi:
a. Produk yang hilang pada awal proses
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap
harga produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan
sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuilvalen.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal
proses akan berdampak pada naiknya harga pokok produksi
perusahaan yaitu:
1). Menaikan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima
dari departemen sebelumnya;
2). Menaikan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan
dalam departemen produksi setelah departemen produksi pertama.
b. Produk yang hilang pada akhir proses
Produk yang hilang pada akhir proses dianggap sudah menyerap biaya
yang sudah di keluarkan dalam departemen yang bersangkutan
sehingga harus diperhitungkan dalam pencatatan unit ekuivalen. Harga
pokok produksi akibat dari adanya produk yang hilang pada akhir
proses harus tetap dihitung dan harga pokok ini diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen
produksi berikutnya. Dan hal tersebut akan berakibat pada harga pokok
per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya
akan menjadi lebih tinggi.
2.6.5 Prosedur Akuntansi Biaya Pada Harga Pokok Proses
Prosedur Akuntansi untuk biaya bahan baku
1. Pencatatan pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku
xxx
Utang dagang/kas
xxx
2. Pecatatan pemakaian bahan baku
Barang dalam proses-Biaya bahan baku
xxx
Pemakaian bahan baku
xxx
Prosedur Biaya Bahan Penolong
1. Pencatatan terjadinya gaji dan upah
Gaji dan upah
xxx
Utang pajak pendapatan karyawan
xxx
Utang gaji dan upah
xxx
2. Pencatatan biaya tenaga kerja
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja
xxx
Gaji dan upah
xxx
3. Pembayaran biaya tenaga kerja
Utang gaji
xxx
Kas
xx
Prosedur Akuntansi Biaya Overhead pabrik
1. Pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
xxx
Berbagai macam rekening dikredit
xxx
2. Pencatatan perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Selisih biaya overhead pabrik
xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
xxx
3. Pecatatan pembebanan biaya overhead pabrik
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik
xxx
Berbagai macam rekening dikredit
xxx
Prosedur Akuntansi Biaya Pemasaran Sesungguhnya
Pencatatan biaya pemasaran
Berbagai macam rekening dikredit
xxx
Kas
xxx
Prosedur Akuntansi biaya administrasi dan umum sesungguhnya
Pencatatan biaya admininstrasi dan umum
Berbagai macam rekening dikredit
xxx
Kas
xxx
Prosedur Akuntansi Untuk Produk Jadi
Pencatatan harga pokok produk jadi
Persediaan Produk jadi
xxx
Barang dalam proses biaya bahan baku
xxx
Barang dalam proses biaya bahan penolong
xxx
Barang dalam proses biaya tenaga kerja
xxx
Barang dalam proses biaya overhead pabrik
xxx
Prosedur Akuntansi Untuk Persediaan Produk Dalam proses
Pencatatan harga pokok persediaan yang belum selesai diolah
Persediaan produk dalam proses
xxx
Barang dalam proses-biaya bahan baku
xxx
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
xxx
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik
xxx
2.7 Harga Pokok Produksi
2.7.1 Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2001:69), harga pokok produksi adalah:
“ Harga pokok produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk memperoleh suatu
produk. Produk merupakan output dari suatu proses produksi. Biaya-biaya
yang terjadi pada suatu proses produk umumnya terjadi dari material
ditambah dengan convertion cost sehingga harga pokok produksi meliputi
unsur yang sama”.
Sedangkan menurut Homgren dan Charles (1996:45), menyatakan bahwa:
“ Product cost is the sum of costs assigned to a product for a specifics
porpuse”.
Dengan kata lain, harga pokok produksi merupakan akumulasi dari biaya
yang dibebankan kepada produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk
tujuan tertentu yang terdiri atas biaya produksi dan biaya non produksi. Keandalan
dan keakuratan perhitungan harga pokok produksi tergantung pada sistem
pencatatan dalam akuntansi biaya serta dengan kerja sama yang baik dengan
bagian produksi. Bagian produksi berkewajiban memberikan informasi data teknis
sehubungan dengan proses pembuatan produk yang berkaitan dengan biaya.
Apabila persediaan produk tersebut telah laku dijual maka harga pokok yang
melekat akan menjadi biaya dan dipertemukan dengan hasil penjualan dengan
cara mengurangi harga pokok penjualan dengan hasil penjualan.
2.7.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Supriyono (1996:51-54), adalah sebagai berikut:
1. Menentukan harga jual produk
Perusahaan yang memproduksi produk secara massa bertujuan untuk
memenuhi persediaan gudang dalam penetapan harga jual produk. Harga
pokok
produksi
per
unit
merupakan
salah
satu
data
yang
dipertimbangkan. Dengan demikian harga pokok produksi dihitung untuk
jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi harga pokok
produksi per satuan produk;
2. Menghitung Laba atau Rugi Periodik
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan
dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau dapat
mengakibatka rugi bruto. Informasi laba atau rugi periodik diperlukan
untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya dan
menghasilkan laba atau rugi;
3. Menghitung Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam
Proses yang Disajikan Dalam Neraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban
keuangan periodik maka manajemen harus menyajikan laporan keuangan
berupa neraca dan rugi/laba di dalam neraca, manajemen menyajikan
harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk.
2.7.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
2.7.3.1 Biaya Bahan Baku
Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:30), adalah:
“Direct materials are all materials that from an intergral part of the
finished product and that can be included directly in calculating the cost of
product”.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa biaya bahan baku adalah
semua biaya dari bagian produk akhir dan dapat dimasukkan secara langsung
dalam perhitungan harga pokok produksi. Biaya bahan baku merupakan harga
perolehan dari bahan yang akan diolah menjadi produk jadi dimana pemakaiannya
dapat diidentifikasikan pada produk tertentu dalam mengolah produk. Untuk
kegiatan proses produksi, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah
harga beli bahan baku saja melainkan mebgeluarkan biaya lain yang berhubungan
dengan biaya bahan baku tersebut. Misalnya, biaya angkut bahan baku, biaya
pembelian dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan pada bahan baku.
Menurut Mulyadi (2001:310-321), terdapat beberapa metode penetapan
harga pokok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah:
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Metode masuk pertama keluar pertama menentukan biaya bahan
baku dimana harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk
ke dalam gudang digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang
pertama kali dipakai. Dan harga pokok persediaan akhir didasarkan
pada harga pembelian barang yang paling akhir.
Bila
perusahaan
dalam
metode
penilaian
bahan
baku
menggunakan pendekatan metode masuk pertama keluar pertama
(FIFO), maka akan menghasilkan jumlah bahan baku yang sama baik
menggunakan metode mutasi persediaan maupun metode persediaan
fisik;
2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Metode masuk terakhir keluar pertama menentukan biaya
bahan baku dimana harga pokok bahan baku yang terakhir masuk ke
dalam gudang digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku
yang pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dalam metode
masuk terakhir keluar pertama akan menghasilkan biaya yang berbeda
pada setiap perhitungan dengan menggunakan meyode mutasi
persediaan dan metode persediaan fisik;
3. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method)
Metode rata-rata bergerak merupakan metode persediaan bahan
baku yang tersimpan di dalam gudang dihitung harga pokok rataratanya dengan cara membagi total harga pokok produk dengan jumlah
satuannya. Apabila terjadi harga pokok per satuan yang berbeda
dengan antara harga pokok per satuan pada saat pembelian dengan
harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang maka
penyelesaiannya harus dilakukan harga pokok rata-rata per satuan yang
baru.
2.7.3.2 Biaya Tenaga Kerja
Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:30), adalah
“direct laubor is laubor tha convert direct materials into the finished
product and can be assigned feasibly to a specific product”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa biaya tenaga kerja
langsung adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Sedangkan menurut Mulyadi (2005:319), Biaya tenaga kerja adalah:
“Tenaga Kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.
Adapun dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.
Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi ke dalam tiga fungsi
pokok: produksi, pemasaran dan administrasi.oleh karena itu perlu ada
penggolongan dan pembedaan antara tenaga kerja pabrik dan renaga
kerja nonpabrik. Pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya
tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya
tenaga kerja nonpabrik, yang bukan merupakan unsur harga pokok
produksi, melainkan merupakan unsur biaya usaha. Dengan demikian
biaya tenaga kerja perusahaan manufaktur digolongkan menjadi: biaya
tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, dan biaya tenaga
kerja administrasi dan umum.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam
perusahaan.
Misalnya departemen produksi suatu perusahaan kertas terdiri dari
tiga departemen: Bagian pulp, Bagian kertas, Bagian penyempurnaan.
Biaya tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan
sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam perusahaan tersebut.
Tenaga kerja yang bekerja di departemen-departemen nonproduksi
digolongkan pula menurut departemen yang menjadi tempat kerja
mereka. Dengan demikian biaya tenaga kerja di departemen-departemen
nonproduksi dapat digolongkan menjadi: biaya tenaga kerja Bagian
Akuntansi, biaya tenaga kerja Bagian Personalia, dan sebagainya.
Penggolongan semacam ini dilakukan untuk lebih memudahkan
pengendalian terhadap biaya tenaga kerja yang terjadi dalam tiap
departemen yang dibentuk dalam perusahaan. Kepala departemen yang
bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja karyawan dan
biaya tenaga kerja yang terjadi dalam departemennya.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya.
Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut
sifat dan pekerjaanya. Misalnya dalam suatu departemen produksi,
tenaga kerja digolongkan sebagai berikut: operator, mandor, dan
penyelia (superintendant). Dengan demikian biaya tenaga kerja
digolongkan menjadi: upah operator, upah mandor, dan upah penyelia.
Penggolongan biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar
penetapan deferensisasi upah standar kerja.
4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.
Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi:
tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja
langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta
memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung
pada produk, dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam
memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai
biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai unsur
biaya produksi. Tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat
diusut pada produk disebut tenaga kerja tak langung, Upah tenaga kerja
tak langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung dan merupakan
unsur biaya overhead pabrik. Upah tenaga kerja tak langsung dibebankan
pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif biaya overhead
pabrik yang ditentukan di muka.
2.7.3.3 Biaya Overhead Pabrik
Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:30), adalah:
“Factory overhead also called manufacturing overhead, manufacturing
expenses or factory burder consist off all manufacturing costs not traced
directly of specific output”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa biaya overhead pabrik
adalah biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung atau semua biaya
fabrikase lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke dalam produk tertentu.
Menurut
Supriyono
(1996:294-295),
biaya
overhead
pabrik
dapat
digolongkan menjadi tiga golongan adalah sebagai berikut:
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya;
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan;
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen.
Dasar yang dipakai (Based to used)
Setelah anggaran overhead pagrik disusun, langkah selanjutnya adalah
memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead
pabrik kepada produk.
Ada berbagai macam yang dapat dipakai untuk membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk, di antaranya adalah: satuan produk, biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin.
Faktor-faktor
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
memilih
dasar
pembebanan yang dipakai adalah:
1. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya
dalam departemen produksi.
2. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan
tersebut dan
eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai.
Menurut Mulyadi (2005:199-203), diuraikan beberapa dasar pembebanan
biaya overhead pabrik kepada produk, disertai dengan uraian kebaikan dan
kelemahannya masing-masing.
a. Satuan produk
Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan
biaya overhead pabrik kepada produk. Beban biaya overhead pabrik untuk
setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut
Taksiran biaya overhead pabrik
---------------------------------------------------- = Tarif biaya overhead pabrik per
satuan
Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi
satu macam produk. Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk
yang serupa dan berhubungan erat satu dengan yang lainnya perbedaannya hanya
pada berat atau (volume), pembebanan biaya overhead pabrik dapat dilakukan
dengan dasar tertimbang atau dasar nilai (point basis).
b. Biaya bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan
baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah
biaya bahan baku yang dipakai. Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik
adalah sebagai berikut:
Taksiran biaya overhead pabrik
Persentase biaya overhead
--------------------------------------------------- x 100% = pabrik dari biaya bahan
baku
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai
yang dipakai
Semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan
produk semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya.
Metode ini terbatas pemakaiannya. Suatu produk mungkin dibuat dari
bahan baku yang harganya mahal, sedangkan produk yang lain dibuat dari bahan
yang lebih murah. Jika proses pengerjaan kedua macam produk tersebut adalah
sama, maka produk pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk yang kedua.
Bila biaya overhead pabrik bervariasi dengan jumlah (berat) bahan baku,
misalnya biaya penanganan persediaan (materials handling), maka dasar
pembebanan biaya overhead pabrik yang dipakai adalah kuantitas bahan baku
yang dipakai.
c. Biaya tenaga kerja
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan
yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan
atas upah karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang
dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja
langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Taksiran biaya overhead pabrik
---------------------------------------------- x 100% = Persentase biaya overhead
pabrik
Taksiran biaya tenaga kerja langsung
dari biaya tenaga kerja langsung
d. Jam tenaga kerja langsung
Karena ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan junlah jam
kerja (jumlah upah adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah) maka di
samping biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung,
dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung.
Jadi apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan
waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan
adalah jam tenaga kerja langsung.
Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:
Taksiran biaya overhead pabrik
---------------------------------------- = Tarif biaya overhead /jam tenaga kerja
langsung
Taksiran jam tenaga kerja
e. Jam mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasu dengan waktu penggunaan
mesin (misalnya bahan bakar atau listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin),
Maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin.
Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Taksiran biaya overhead pabrik
---------------------------------------- = Tarif biaya overhead pabrik per jam mesin
Taksiran jam kerja mesin
2.7.4 Laporan harga pokok produksi
Menurut Hammer, Carter dan Usry (1997:123) adalah:
“The cost of production report is a device for presenting the amount of costs
accumulated and assigned to production during a month,. It is also the
source of information for preparing summary journal entries to record the
cost of units of product transfered from one producing departement to
another and finnaly to finished goods inventory”.
Laporan harga pokok produksi ini disusun untuk sebuah departemen
produksi memperlihatkan yaitu (1) Harga pokok total dan harga pokok per unit
yang ditransfer dari departemen sebelumnya; (2) Biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik yang dihitung ditambahkan di departemen
tersebut; (3) Harga pokok per unit yang ditambahkan di departemen tersebut; (4)
Harga pokok total dan harga pokok per unit yang diakumulasi pada akhir proses
produksi departemen tersebut; (5) Nilai persediaan awal dan akhir barang dalam
proses yang berada dalam salah satu tahap penyelesaian kerja dan (6) Harga
pokok yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi.
2.7.5 Efektivitas Penetapan Harga Pokok Produksi
Pengertian efektivitas menurut Komarudin (1998:269) adalah:
“Keadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan
manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan”.
Dari kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga pokok
produksi yang efektif adalah adanya harga pokok produksi yang ditetapkan secara
tepat dan benar terdapat dua faktor pendukung dari penetapan harga pokok
produksi yaitu (1) perhitungan laporan harga pokok produksi dimana laporan
harga pokok produksi tersebut terdiri dari data produksi, pembebanan harga pokok
dan perhitungan harga pokok. Di dalam melakukan perhitungan harga pokok
produksi harus sesuai dengan kegiatan perusahaan. (2) pelaksanaan dari
perhitungan laporan dari harga pokok produksi. Apabila perusahaan melakukan
kedua hal di atas secara tepat dan benar maka penetapan harga pokok produksi
yang terjadi di perusahaan adalah efektif karena dengan adanya laporan harga
pokok produksi yang digunakan secara tepat dapat menunjukkan tingkat
keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Efektivitas harga pokok produksi ditunjang oleh biaya produksi, merupakan
komponen dasar dalam perhitungan harga pokok penjualan, merupakan dasar
dalam penetapan harga jual, dan merupakan dasar dalam penilaian persediaan.
Harga pokok produk yang efektif adalah harga pokok produk yang dapat
menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan.
2.8 Manfaat Metode Harga Pokok Proses Dalam Menghitung Harga Pokok
Produksi
Dalam Perusahaan yang proses produksinya tidak ditetapkan berdasarkan
konsumen dan melakukan produksi secara massa maka perusahaan akan
menggunakan pendekatan metode harga pokok proses di dalam melakukan
perhitungan dan penetapan harga pokoknya. Perhitungan harga pokok per unit
adalah dengan cara membagi total harga pokok produksi selama satu periode
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam proses tersebut.
Alokasi biaya dalam departemen hanya merupakan langkah sementara sedangkan
langkah terakhir adalah menghitung total biaya untuk penyusunan laporan
keuangan.
Dengan digunakannya metode harga pokok proses yang bermanfaat maka
penetapan harga pokok produksi yang ditetapkan akan tepat. Dari pernyataan di
atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga pokok produksi yang bermanfaat
adalah adanya harga pokok produksi yang ditetapkan secara tepat dan benar. Hal
itu ditunjang oleh dua faktor pendukung dari penetapan harga pokok produksi
yaitu (1) Perhitungan laporan harga pokok produksi dimana laporan harga pokok
produksi tersebut terdiri dari data produksi, pembebanan harga pokok dan
perhitungan harga pokok di dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi
harus sesuai dengan kegiatan perusahaan. Dalam hal ini kegiatan perusahaan
dalam proses produksi adalah melakukan kegiatan yang terus-menerus dengan
menghasilkan produk standar. Oleh karena itu perusahaan menggunakan metode
harga pokok proses. (2) Pelaksanaan dari perhitungan laporan harga pokok
produksi
Metode Harga Pokok Proses bermanfaat di dalam penetapan harga pokok
produksi dengan memberikan informasi mengenai perhitungan harga pokok
produksi dan membantu manajemen dalam penyusunan laporan keuangan
terutama dalam laporan laba rugi. Selain itu dapat digunakan sebagai penyusunan
neraca perusahaan. Penetapan harga pokok produksi ditunjang oleh (a) biaya
produksi (b) merupakan komponen dasar dalam perhitungan harga pokok
penjualan (c) merupakan dasar dalam penetapan harga jual dan (d) merupakan
dasar dalam penilaian persediaan.
Dengan demikian penetapan harga pokok produksi akan efektif apabila
didukung dengan adanya perhitungan laporan harga pokok produksi yang
digunakan secara tepat dan benar dalam pelaksaan dari laporan harga pokok
produksi karena laporan harga pokok produksi dapat menunjukkan tingkat
keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Download