PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO (Andrographis
paniculata) TERHADAP TUBULUS SEMINIFERUS MENCIT JANTAN
THE EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF SAMBILOTO (Andrographis paniculata)
ON MICE SEMINIFEROUS TUBULES
Dicky M. Rizal 1, Valentina S. Halim2
1
2
Bag. Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran UGM
Program studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
ABSTRAK
Sambiloto (Andrographis paniculata) banyak digunakan dalam pengobatan berbagai macam
penyakit, antara lain influenza, kanker, anti inflamasi bahkan anti HIV. Namun, efeknya terhadap sistem
reproduksi, terutama terhadap sistem reproduksi pria, masih kontroversial. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol herbal sambiloto terhadap tubulus seminiferus mencit
jantan dewasa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan hewan coba (mencit jantan) sebanyak 5
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 mencit jantan dewasa yang di beri makan dan minum
secukupnya. Kelompok I adalah kontrol negatif, hanya di beri CMC-Na secara peroral selama 48 hari.
Kelompok II, III dan IV adalah kelompok yang di beri perlakuan yaitu pemberian ekstrak etanol sambiloto
secara oral selama 48 hari dengan dosis 11,25mg/30gBB; 22,5mg/30gBB; dan 45 mg/30gBB. Setelah
pengujian selesai pada masing-masing kelompok , hewan uji di bunuh secara dekapitasi, di bedah dan
diambil testisnya serta di awetkan dengan formalin 10%. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan analisis histologi tubulus seminiferus, kemudian hasilnya dibandingkan antar kelompok
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kerusakan ringan sampai berat pada masing-masing tubulus
seminiferus kelompok uji. Kerusakan ini semakin meningkat seiring dengan kenaikan dosis ekstrak etanol
herba sambiloto yang di berikan. Disimpulkan bahwa ekstrak etanol herba sambiloto yang di berikan
peroral selama 48 hari pada mencit jantan dapat menyebabkan kerusakan tubulus seminiferus testis pada
dosis 11,25 mg/30gBB, 22,5mg/30gBB dan 45mg/30gBB.
Kata kunci : Andrographis paniculata, tubulus seminiferus, spermatogenesis
ABSTRACT
Sambiloto (A. paniculata) has been used as a herbal therapy for common cold, cancer, anti
inflammation, and anti HIV. The effect of sambiloto on reproductive system, especially male reproductive
system, is debatable until know. The aim of this research is to evaluate the effect of A. paniculata in mice
seminiferous tubules. The mice is grouped into 5 groups. Groups I is a negative control and group II, II and
IV is given orally ethanol extract of A. paniculata with the dose 11,25mg/30gHW; 22,5mg/30gHW; dan 45
mg/30gHW during 48 days. After that, the mice were killed with decapitation methode and the testicle
were remove in the formalin 10%. Descriptive analysis was done on seminiferous tubules tissue and
compared between each groups. This research showed that mild until severe damage of seminiferous
tubules in treatment groups were observed compared the control groups. The degree of the damage increase
following the dose of ethanol extract of A. paniculata.
Key words : Andrographis paniculata, seminiferous tubules , spermatogenesis
Alamat korespondensi :
Bagian Ilmu Faal, Fakultas KedokteranUGM
Sekip Utara, Yogyakarta
E-mail : [email protected]
PENDAHULUAN
Andrographis paniculata yang lebih
dikenal di Indonesia dengan nama sambiloto
(Medicinal herb index in Indonesia,1986)
diduga berasal dari daerah Asia Selatan dan
Cina, yang di kenal dengan nama Chuan Xin
Lian (Behr, 2000) Tanaman ini di kenal
sebagai tanaman obat tradisional Cina sejak
beberapa ratus tahun yang lalu dan juga
telah
tercantum
dalam
Chinese
Pharmacopoeia (Behr, 2000) A. paniculata
juga dikenal di India sebagai Kalmegh dan
juga termasuk sebagai tanaman obat. (Draco
Natural Product, 2003).
Bagi
masyarakat
Indonesia,
sambiloto di kenal juga dengan nama bidara,
sadilata atau takila, sering digunakan
sebagai pengobatan tradisional antara lain
obat batuk dan penurun panas. Komponen
primer A. paniculata adalah andrografolid
yang mempunyai rasa pahit, berupa kristal
hampir tak berwarna dan berstruktur seperti
cincin yang merupakan diterpen lakton.
Selain itu homoandrografolid, andrografon,
andrografan dan andrografosterin telah
berhasil diisoloasi dari akar A. paniculata
berupa polimetoksiflavon. Secara spesifik,
daun dan percabangannnya mengandung 14deoksiandrografolid
(andrografis
A),
andrografolid
(andrografis
B)
dan
neoandrografolid (andrografis C) (Aleason,
2003).
Berdasarkan penelitian Rao dkk.
(2004), sambiloto juga mengandung
flavonoid
antara
lain
5,7,2',3'tetramethoxyflavanone and 5-hydroxy7,2',3'-trimethoxyflavone (flavonoid and
andrografolid).
Beberapa
penelitian
menunjukkan adanya manfaat dari A.
paniculata antara lain anti influenza dan anti
piretik (Research group of Sichuan
Provincial Her Institute, 1973 ) anti HIV
secara in vitro (Chan, 2001), hepatoprotektif
(Handa, 1990). Studi formal toksikologi
hewan dan percobaan klinik pada manusia
menyebutkan bahwa andrografolid dan
componen lain dari A. paniculata
mempunyai efek toksik yang rendah.
Pemberian pada kelinci dengan dosis 10
mg/kgBB secara intra vena tidak
menimbullkan
respon
abnormal
kardiovaskuler, tes enzim hati, dan tidak ada
abnormalitas pada organ seperti hati, limpa,
jantung dan ginjal. Uji toksisitas lain yaitu
pemberian andrografolid pada tifus dan
kelinci dengan dosis 1 g/kgBB selama 7 hari
tidak mempengaruhi berat badan, hitung sel
darah
dan
fungís
ginjal
(www.altcancer.com/andcan.htm)
Sedangkan menurut Burgos et al (2000),
efek pemberian A.paniculata terhadap
sistem reproduksi pria antara lain telah di
teliti untuk organ vas deferens dan testis.
Pemberian A. paniculata secara in vitro pada
vas deferens tikus coba menghasilkan
penemuan adanya blokade terhadap Voltage
Operated Calcium channel (VOC) yang
mempengaruhi kontraksi vas deferens.
Penelitian efek pemberian A.
Paniculata terhadap testis menghasilkan
perbedaan kesimpulan dari beberapa
peneliti. Menurut Akhbarsah (1990)
pemberian serbuk daun kering A. paniculata
pada tikus albino jantan secara oral dengan
dosis 20 mg serbuk setiap hari selama 60
hari
menghasilkan
penghentian
spermatogenesis dan kerusakan tubulus
seminiferus testis.
Sedangkan pada
penelitian lain oleh Burgos
(1997)
menyebutkan bahwa pemberian ekstrak
kering A. paniculata terhada tikus SD
selama 60 hari dengan dosis 20, 200 dan
1000mg/kgBB tidak menimbulkan efek
toksik terhadap organ reproduksi pria antara
lain berat testis, histologi, sel leydig dan
kadar testosterona .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanol A.
paniculata terhadap tubulus seminiferus
mencit jantan.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan.
Penelitian ini menggunakan hewan coba
mencit jantan galur DDI yang berumur 2
bulan dengan berat badan antar 28,8 gram33 gram yang di peroleh dari Pusat
Pemeliharaan Hewan Uji Fakultas Farmasi
UGM. Ekstrak etanol A. paniculata di
dapatkan dari berbagai proses yang
dilakukan di Fakultas Farmasi UGM. Herba
sambiloto
tersebut
diperoleh
dari
Cangkringan Sleman, Yogyakarta dalam
kondisi hampir berbunga.
Jalannya Peneltian
Mencit dikelompokkan dalam 1
kelompok kontrol dan 5 kelompok
perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri
dari 5 ekor mencit jantan. Kelompok
kontrol hanya mendapat NaCl dan makanan
yang sama dengan kelompok perlakuan.
Kelompok II, III dan IV adalah kelompok
yang di beri perlakuan dengan pemberian
ekstrak etanol sambiloto secara oral selama
48 hari dengan dosis 11,25mg/30gBB;
22,5mg/30gBB; dan 45 mg/30gBB.
Setelah pengujian selesai pada
masing-masing kelompok , hewan uji di
bunuh secara dekapitasi, di bedah dan
diambil testisnya serta di awetkan dengan
formalin 10%, kemudian diproses menjadi
sedíaan histologi dengan pewarnaan
hematoksilin eosin (Meyer). Pembuatan
sedíaan histologi di lakukan di Laboratorium
Patologi, Balai Penyidik Penyakit Hewan,
Wates, Yogyakarta. Analisis dilakukan
secara deskriptif dengan menggunakan
analisis histologi tubulus seminiferus,
kemudian hasilnya dibandingkan antar
kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Histologi
tubulus
seminiferus
kelompok uji menunjukkan kerusakan
ringan dan berat melalui pengamatan dengan
mikroskop cahaya dengan pembesara 200x
dan 400x.
Secara deskriptif, gambaran histologis
kelompok control (kelompok I) dapat di
baca di tabel 1 sedangkan gambaran
histologis tubulus seminiferus kelompok uji
(II, III dan IV) dapat di baca pada tabel 2, 3
dan 4.
Tabel 1. Gambaran histolosis tubulus seminiferus kelompok 1 (tanpa perlakuan)
Deskripsi
Sel
spermatogenik
Sel sertoli
Lamina basalis
Jar. intertisial
Sel leydig
Spermatogonium tidak rusak, spermatosit primer dan spermatid
normal dan jumlah banyak, spermatozoa berada dalam lumen
tubulus
Tidak rusak, zonula ocludens jelas terlihat
utuh
utuh
Jumlah banyak
Tabel 2. Gambaran histologis tubulus seminiferus kelompok 1 (ekstrak etanol sambiloto 11,25 mg/30gBB)
Jenis kerusakan
ringan
berat
Sel
Spermatogonium tidak rusak, Spermatogonium tidak tusak, spermatosit primer
spermatogenik
spermatosit primer dan spermatid dan spermatid menghilang, spermatozoa tersebar
jumlah
sedikit,
spermatozoa
berada di lumen tubulus dan
sebagian tersebar
Sel sertoli
Mulai lisis, zonula ocludens mulai Lisis lebih parah dari kerusakan ringan
lisis
Lamina basalis
Sebagian kecil lisis
Sebagian kecil lisis
Jar. intertisial
Sebagian kecil lisis
Sebagian lisis
Sel leydig
Jumlah banyak
Jumlah banyak
A
B
Gambar 1. A. Histologi tubulus seminiferus normal kelompok I (100x)
B. Histologi tubulus seminiferus normal kelompok I I (200x)
Keterangan gambar :
1. tubulus seminiferus normal yang lumen tubulusnya penuh spermatid
2. tubulus seminiferus normal yang lumen tubulusnya agak kosong
3. tubulus seminiferus normal yang lumen tubulusnya dipenuhi sel spermatogenik
4. tubulus seminiferus normal yang cacat karena jaringannya tergores
A
Gambar 2. A. Histologi tubulus seminiferus normal kelompok I
B. Histologi tubulus seminiferus normal kelompok I
Keterangan gambar :
1.
spermatogonium
2.
spermatosit primer
3.
spermatosit primer bermeiosis
4.
spermatid
5.
spermatid akhir
6.
spermatozoa
7.
sisa sitoplasma
B
(400x)
(400x)
8. lumen tubulus
9. nucleus sel sertoli
10. zonula occludens
11. lamina basalis
12. jaringan interstisial
13. sel leydig
14. pembuluh darah
A
B
Gambar 3. A. Histologi kerusakan ringan tubulus seminiferus kelompok II (200x)
B. Histologi kerusakan ringan tubulus seminiferus kelompok II (400x)
Keterangan gambar :
1. spermatogonium
5. Sisa sitoplasma
2. spermatosit primer
6. Spermatozoa
3. spermatid
7. Lamina basalis
4. spermatid akhir
8. jaringan interstisial
9. Sel leydig
A
B
Gambar 4. A. Histologi kerusakan berat tubulus seminiferus kelompok II (200x)
B. Histologi kerusakan berat tubulus seminiferus kelompok II (400x)
Keterangan gambar :
1. spermatogonium
5. lumen tubulus
2. spermatosit primer
6. sel sertoli
3. spermatid
7. lamina basalis
4. spermatozoa
8. sel myoid
9. sel leydig
Tabel 3. Gambaran histologis tubulus seminiferus kelompok 2 (ekstrak etanol sambiloto 22,5 mg/30gBB)
Jenis kerusakan
ringan
berat
Sel
Spermatogoinium
mulai Spermatogonium menghilang, hanya terdapat
spermatogenik
menghilang, spermatosit primer beberapa spermatogonium, tidak ada lagi
dan spermatid jumlahnya Sangay spermatosit primer, spermatid dan spermatozoa
sedikit,
terdapat
sel
multinukleat,spermatozoa tersebar
Sel sertoli
Lisis, zonula ocludens menipis Lisis, zonula ocludens lisis
dan menghilang
Lamina basalis
menipis
Sebagian kecil lisis
Jar. intertisial
menipis
Sebagian kecil lisis
Sel leydig
Jumlah banyak
Jumlah banyak
Tabel 4. Gambaran histologis tubulus seminiferus kelompok 3 (ekstrak etanol sambiloto 45 mg/30gBB)
Jenis kerusakan
ringan
berat
Sel
Sisa sel Spermatogoinium masih sisa sel spermatogenik tersebar
spermatogenik
disokong oleh lamina basalis,
sebagian sisa sel spermatogenik
tersebar
Sel sertoli
Lisis, zonula ocludens lisis
Lisis, zonula ocludens lisis
Lamina basalis
Sebagian besar lisis
lisis
Jar. intertisial
lisis
lisis
Sel leydig
Jumlah banyak
Jumlah banyak
A
B
Gambar 5. A. Histologi kerusakan ringan tubulus seminiferus kelompok III(200x)
B. Histologi kerusakan ringan tubulus seminiferus kelompok III(400x)
Keterangan gambar :
1. spermatogonium
7. spermatosit primer mulai lisis
2. spermatosit primer
8. zonula occludens
3. spermatid
9. spermatogonium mulai lisis
4. sel multinukleat
10. jaringan interstisial
5. spermatozoa
11. sel leydig
6. lumen tubulus
12. sel myoid
A
B
Gambar 6 . A. Histologi kerusakan berat tubulus seminiferus kelompok III(200x)
B. Histologi kerusakan berat tubulus seminiferus kelompok III(400x)
Keterangan gambar :
1. sisa spermatogonium
2.lumen tubulus yang kosong
3.jaringan intertisial
4.sel leydig
A
B
Gambar 7. A. Histologi kerusakan ringan tubulus seminiferus kelompok IV(200x)
B. Histologi kerusakan ringan tubulus seminiferus kelompok IV(400x)
Keterangan gambar :
1. spermatogonium
5. spermatozoa
2. spermatosit primer
6. lamina basalis
3. spermatid
7. jaringan interstisial mulai lisis
4. spermatid akhir
8. sel leydig
A
B
Gambar 8. A. Histologi kerusakan berat tubulus seminiferus kelompok IV(200x)
B. Histologi kerusakan berat tubulus seminiferus kelompok IV(400x)
Keterangan gambar :
1. spermatosit primer
2. spermatid
3. spermatid akhir
4. spermatozoa
5. lamina basalis yang lisis
6. sel leydig
7. jaringan intertisial lisis
Hasil penelitian ini secara umum
menggambarkan adanya kerusakan tubulus
seminiferus akibat pemberian ekstrak etanol
A. paniculata. Meskipun demikian di dalam
tiap-tiap kelompok uji menghadirkan
kerusakan ringan maupun berat yang
berbeda. Sedangkan tingkatan dosis ternyata
mempengaruhi tingkat kerusakan dari
tubulus seminiferus tersebut. Hal ini sangat
jelas terlihat pada gambaran histologis
kerusakan ringan kelompok II dimana
terjadi kehilangan yang minimal dari sel-sel
spermatogeniknya (spermatogonium tidak
rusak, spermatosit I dan II jumlah sedikit
spermatozoa masih di lumen tubulus) tabel
2. Kerusakan tersebut nampaknya semakin
parah dengan bertambahnya dosis seperti
terlihat pada tabel 3. kerusakan ringan
kelompok
III.
Di
temui
sel-sel
spermatogenik mulai hilang, spermatosit I
dan II sudah hilang dan terdapat sel
multinukleat. Kerusakan tersebut semkin
menjadi-jadi pada kelompok IV. Tampak
perubahan besar dari gambaran histologi
tubulus seminiferus antara lain sel-sel
spermatogenik yang hilang atau tersebar.
Hal ini juga berlaku pada pengamatan
perbandingan kerusakan
berat
antar
kelompok perlakuan. Dimulai dengan masih
adanya
sel-sel
spermatogenik
pada
kelompok II, kemudian diikuti oleh
kerusakan yang semakin berat pada
kelompok III dan berakhir dengan sisa sel
spermatogenik yang tersebar pada kelompok
IV.
Hasil penelitian ini mempunyai sedikit
kesamaan dengan penelitian yang di lakukan
oleh Akhbarsha dkk (2000), yang juga
menghasilkan kerusakan epitelium tubulus
seminiferus dan tubulus seminiferus, jumlah
sel spermatogenik berkurang, sedikit sel
spermatogonium
yang
berdiferensiasi
sempurna dan adanya sel raksasa
multinukleat. Penelitian oleh Burgos (1997)
menghasilkan kesimpulan yang sangat
berbeda yaitu ekstrak sambiloto tidak
menimbulkan efek toksisitas subkronik
testicular. Hal ini mungkin di sebabkan oleh
perbedaan jenis ekstrak yang di ujikan,
hewan uji dan berbagai hal lain seperti bibit,
lingkungan tempat tumbuh, rekayasa
agronomi, waktu panen.
Kerusakan tubulus seminiferus yang di
timbulkan oleh ekstrak etanol 70% sambiloto
pada penelitian ini di mungkinkan oleh adanya
beberapa hipótesis. Kemungkinan penyebab
pertama adalah efek sitotoksik. Hal ini dapat
di
amati
pada
kerusakan
sel-sel
spermatogenesis mulai dari spermatogonium
sampai pada spermatozoa. Agen sitotoksik di
ketahui mempengaruhi rekombinasi meiosis
pada epitelium seminiferus yang berisikan
spermatogonium, spermatotosit dan spermatid.
(Thompson, 2000) Sebagian kecil lamina
basalis serta jaringan intersisial yang lisis
memperkuat kemungkinan aksi sitotoksik
ekstrak sambiloto yang di ujikan.
Kemungkinan lain dari penyebab kerusakan
tubulus seminiferus adalah pengaruh dari
efek anti mitotik ekstrak sambiloto yang di
ujikan. Pengamatan yang mendukung
kemungkinan penyebab ini berasal dari
munculnya kerusakan spermatogonium
sampai tahap metafase. Seperti halnya agen
anti mitotik yakni kolkhisin yang dapat
menyebabkan berhentinya pertumbuhan selsel germinativum. (Kochman, 1998).
Kerusakan ini ditandai oleh adanya sel
multinukleat pada gambaran histologis testis
yang di beri ekstrak etanol sambiloto.
Hal lain yang di dapatkan dari penelitian ini
adalah tidak terjadinya kerusakan dari sel
leydig testis akibat pemberian ekstrak etanol
sambiloto. Kemungkinan dari peristiwa ini
adalah mekanisme aksi ekstrak sambiloto
yang di ujikan tidak mempengaruhi LH dan
hormon androgen. Hasil ini sama dengan
hasil penelitian dari Behr (2002) yang
menyatakan bahwa andrografolid tidak
berhubungan dengan hormon androgen.
Sedangkan
pengaruh
ekstrak
etanol
sambiloto terhadap hormon reproduksi lain
yang terlibat dalam proses spermatogenesis
yaitu FSH, belum dapat diketahui.
Kerusakan proses spermatogenesis pada
penelitian ini masih
belum dapat
menemukan
kemungkinan
penekanan
ekstrak etanol sambiloto terhadap FSH.
Menurut peneliti, kerusakan sel sertoli pada
penelitian ini akan memberi kontribusi bagi
terganggunya
proses
spermatogenesis,
mengingat sel sertoli adalah sel yang
mempunyai reseptor buat FSH. Selain itu,
kerusakan sel sertoli tentu menyebabkan
terjadinya gangguan produksi Androgen
Binding Protein (ABP) yang merupakan
salah satu produk dari sel sertoli.(Young,
2004)
Sehingga
meskipun
produksi
androgen masih normal dalam penelitian ini,
tetapi hormon tersebut tidak dapat di
manfaatkan dalam proses spermatogenesis
di sebabkan tidak adanya ABP yang
bertugas
membawa
androgen
ke
intratubuler. (Grover , 2004)
KESIMPULAN
Ekstrak etanol herba sambiloto yang
di berikan peroral selama 48 hari pada
mencit jantan dapat menyebabkan kerusakan
tubulus seminiferus testis pada dosis 11,25
mg/30gBB,
22,5mg/30gBB
dan
45mg/30gBB
DAFTAR PUSTAKA
Akhbarsha MA and Murugaian P,2000, Aspect
of the male reproductive toxicity/male
anti
fertility
Property
of
Andrographolide in Albino Rats: Effect
on the testis and cauda epididymal
Spermatozoa, Phytopher. Res.,vol.
14(6):423-435
Akhbarsha, MA, Manivannan B, Hamid KS,
Vijayan B,1990, Anti fertility Effect of
Andrographis paniculata (Nees) in
Male Albino Rats, Ind. J. Exp. Bio, 28
(5) :421-426
Aleason, 2003, Andrographis paniculata, Rich
Natural Products files
Andrographis paniculata in Depth review in :
http://www.altcancer.com/andcan.html
Behr, S,2002 , Andrographis paniculata: the Key
Facts for therapeutic Use, www.
Scientific Affairs.com
Burgos RA, Imilan M, Sánchez NS, 2000,
Hancke JL. Andrographis paniculata
(Nees) selectively blocks voltageoperated calcium channels in rat vas
deferens. J. Ethnopharmacol.,Jul;71(12):115-21.
Burgos, RA, Caballero EE, Sanchez, NS,
Schroeder RA, Wikman, GK, Hancke,
JL.
,1997,
Testicular
Toxicity
Assesment of Andrographis paniculata
Dried
Extract
in
Rats,
J.
Ethnopharmacol., 58:219-224
Chan, R.S., Ding, L., Chen, G.Q., Pan, QC, Zhao,
ZL,
Smith,
KM,1997,
Dehydroandrographolide Succinic Acid
Monoester as an Inhibitor Againts the
Human
Immunodeficiency
Virus,
Proc.Soc.Exp.Bio.Med, (1):59-66. 1991
Draco Natural products.com, 2003, Plan Now for
the Upcoming Cold and Flu season,
www.dracoherbs.com, 2
Grover A, Sairam AR, Smith CE, and Hermo L,
2004,
Structural
and
Functional
Modifications of Sertoli Cells in the Testis
of Adult Follicle-Stimulating Hormone
Receptor Knockout Mice. Biology of
reproduction, 71, 117–129
Handa, SS, Sharma, A.1990. Hepatoprotective
activity of Andrographolide Againts
Galactosamine
and
paracetamol
intoxication in Rats, Ind. J. Med. Res.,
92:284-292
Kochman RH, Chehtrit BE,1998, The effect of
colchisine treatment on sperm production
and function:a review. Hum. Rep. vol 13
(2) : 360-362
Medicinal herb index in Indonesia, 1986,
Andrographis Nees, PT Eisai, Indonesia
Rao YK,Vimalamma G,Rao CV, and Tzeng YM,
2004,Flavonoids and andrographolides
from
Andrographis
paniculata.
Phytochemistry, August 1; 65(16): 231721.
Research group of Sichuan Provincial Her Institute,
1973, Use a. Paniculata I, II and III to
treat Acute Infection, Sich. Chin. Herb
News, No.12:16,17,40
Thompson, MJ, Abdulrahman S, Baker TG,
Rafferty JA, Margisson GP, Bibby
MC,2000, Role of O6-alkylguanine DNA
alkyl transferase in the resistance of
mouse Spermatogenic cells to O6alkylating
agents,
J.
Rep.
and
Fertil.,119(33):9346
Young J, Chanson P, Salenave P, Noël M, Brailly
S, O’Flaherty M, Schaison G and Rey
R,2005,
Testicular
Anti-Müllerian
Hormone Secretion Is Stimulated by
Recombinant Human FSH in Patients with
Congenital
Hypogonadotropic
Hypogonadism. J. of Clin. Endocrinol. &
Metabolism. Vol. 90, No. 2 724-728
Young J, Chanson P, Salenave P, Noël M, Brailly S, O’Flaherty M, Schaison G and Rey R,2005, Testicular AntiMüllerian Hormone Secretion Is Stimulated by Recombinant Human FSH in Patients with Congenital
Hypogonadotropic Hypogonadism. J. of Clin. Endocrinol. & Metabolism. Vol. 90, No. 2 724-728
Download