Pendahuluan • Dermatofibrosarcoma merupakan keganasan kulit yang • • berasal dari dermis dan menginvasi jaringan kulit subkutan yang lebih dalam (lemak, fascia, otot, tulang) Dermatofibrosarcoma di sebut juga dermatofibrosarcoma protuberans (DFSP), tumor sarkomatosa keloid, hipertropik morphea, dermatofibrosarcoma progresif dan rekurens, tumor fibrosarcoma yang disertai atenuasi permukaan kulit, Fibrosarkoma kulit. DFSP merupakan tumor yang agresif secara lokal dengan tingkat rekurensi yang tinggi Insidens dan Epidemiologi • Di Amerika serikat, DFSP merupakan 0,1% dari • • • neoplasma maligna dan 1% dari sarcoma jaringan lunak. DFSP belum pernah dilaporkan terjadi pada seluruh ras, dan tidak ada predileksi ras. Beberapa penelitian menunjukkan distribusinya hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan. DFSP biasanya terjadi pada orang dewasa berumur 20-50 tahun, jarang ditemukan pada bayi dan orang tua. Anatomi • Secara garis besar kulit terdiri atas tiga lapisan 1. Lapisan epidermis 2. Lapisan dermis 3. Lapisan subkutis • 1. Lapisan epidermis terdiri atas a. Stratum korneum b. Stratum lucidium c. Stratum granulosum d. Stratum spinosum e. Stratum basale • 2. Lapisan dermis terdiri atas : a. Pars Papillare adalah bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah . b. Pars retikulare adalah baian yang menonjol ke arah subkutan, terdiri atas serabut2 penunjang seperti kolagen, elastin dan retikulen 3. Lapisan Subkutis adalah kelanjutan dari lapisan dermis, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Patofisiologi • Penyebab dari DFSP belum diketahui, bukti yang • • mendukung bahwa DFSP berasal dari fibroblast, histiosit, dan neuroektodermal. Kultur sel tumor DFSP memberikan respon pertumbuhan yang tinggi terhadap platelet derived factor B (PDGFBB). Pemeriksaan sitogenik memperlihatkan lesi tertentu pada tumor DFSP termasuk translokasi respirokel kromosom 17 dan 22.t (17;22), berlebihnya kromosom cincin yang terdiri rangkaian sisa kromosom 17 dan 22. Susunan ini akan menggabungkan rantai PDGF-BB (PDGFB,c-sis proto-oncogen) dgn gen-gen kolagen tipe I alfa1. Penggabungan ini yang mungkin berkontribusi terhadap pertumbuhan tumor melalui produksi ektopik PDGFB-BB dan pembentukan loop autokrin. Diagnosis Anamnesis DFSP adlah tumor yang pertumbuhannya sangat lambat, mula2 sebagai papul asimptomatik nodul plaque atropik atau sklerotik. Fisik DFSP biasanya berupa plaque yang berukuran besar dgn diamemeter beberapa centimeter. Terdiri dari nodul keras, irregluer dengan warna bervariasi coklat muda sampai kemerah-merahan kadang tampak sebagai plaque vialoceous, sklerotik, attropik, DFSP paling sering terdapat di badan, ekstremitas superior,jarang terdapat di leher Picture 1. Dermatofibrosarcoma protuberans manifests as an irregular plaque on the chest Pemeriksaan Laboratorium • Aberasi kromosom mungkin berkontribusi • terhadap patogenesis DFSP. 10-20% penderita tumor ini, trauma tampaknya turut memberi andil. Jaringan bekas pembedahan dan luka bakar serta tempat vaksinasi semua telah dilaporkan terdapat pada lokasasi DFSP Pemeriksaan Imunohistokimia • Pada pemeriksaan ini, menggunakan antigen sel • progenitor CD34 dalam sel tumor. CD34 adalah zat yang dapat menyebabkan diferensiasi sel-sel tumor DFSP. Immunostaining dengan menggunakan CD34 sebagai petanda cukup membantu dalam mengidentifikasisel tumor khususnya dalam menangani DFSP rekuren dimana fasikula sel2 tumor sering diantarai jaringan parut. Pemeriksaan histologi Pada tipe Plaque DFSP ditemukan banyak sel-sel tumor yang ramping, dengan inti berbentuk spindle yang tersusun secara uniform dalam stroma. Gambaran mitosis bersifat tersebar, temuan lainnya yang khas adalah tipe medullar berupa sel-sel tumor yang irreguler. Pendek serta tersusun secara radial dari jaringan fibrosa membentuk cartwheell patern. Kadang2 terdapat gambaran khas berupa herringbone patern. Sel-sel atipia bahkan lebih menonjol disertai gambaran mitosis yang hiperkromatik contoh pada tumor bednar dimana sel dendrit yang mengandung melanin tersebar diantara sel-sel tumor. Picture 2. Bednar, tumor, a pigmented variant of dermatofibrosarcoma protuberans contains melanin-rich dentritic cells scattered among neoplastic spindle-shaped cells. DIAGNOSIS BANDING Dermatofibroma Keloid Melanoma maligna Penatalaksanaan • Pengobatan Imatinib mesylate mempunyai nilai terpeutiK yang signifikan dalam penanganan dermatofibrosarkoma. Imatinib adalah inhibitor kuat beberapa protein tyrosine kinase, misalnya reseptorderived growth factor. • Pembedahan Eksisi merupakan pilihan utama penanganan DFSP. Mohs microgenic surgery merupakan pilihan utama. DFSP biasanya di eksisi selebar 3 cm dari margin sampai ke bawah mencapai fascia. Walaupun demikian masih terdapat rekurensi 11-12%. • Follow Up Sebagian besar rekurensi terjadi dalam 3 tahun pertama setelah bedah eksisi. Penderita harus tetap dipantau setiap 3 – 6 bulan dan selanjutnya pertahun. Kasus2 DFSP yang ditangani dengan Mohs menunjukkan bahwa 50% rekurensi terjadi dalam satu tahun pertama setelah dan 25% terjadi setelah 5 tahun. Pemeriksaan palpasi tempat eksisi dan limfonodus regional harus dilakukan PROGNOSIS • Luasnya eksisi bedah menentukan prognosis • • penderita. Untuk mengurangi tingkat rekurensi lokal eksisi yang luas dengan tingkat bedah Mohs dapat digunakan. Gambaran histopatologi dapat menjadi petunjuk prognosis. Umur diatas 50 tahun juga adalah faktor resiko prognosis menjadi buruk.