1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan
perekonomian. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan
adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh
akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan, sarana dan prasarana), sumber
daya alam, sumber daya manusia (human resources) baik jumlah maupun tingkat
kualitas penduduknya. Kemajuan teknologi, akses tehadap informasi, keinginan
untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja (Todaro,
2000).
Pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
merupakan indikator yang komprehensif dari produktivitas pengeluaran publik.
Ada dua komponen yang diukur, yaitu kontribusi output sektor publik terhadap
pertumbuhan ekonomi dan efesiensi terhadap output.
Carl Friedrich (2001) mengatakan “kebijakan pembangunan sebagai
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.
Kebijakan pembangunan pada dasarnya merupakan keputusan dan
intervensi pemerintah, baik secara nasional maupun regional untuk mendorong
proses pembangunan daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting dalam
rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penyediaan
1
2
lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah yang masih
terbelakang. Semua ini diperlukan untuk meningkatkan proses pembangunan
daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan pembangunan merupakan keputusan publik yang diperlukan di
tingkat nasional maupun wilayah sehingga dapat diwujudkan suatu kondisi sosial
yang diharapkan akan dapat mendorong proses pembangunan ke arah yang di
inginkan masyarakat, baik sekarang maupun untuk periode tertentu di masa yang
akan datang. Sasaran Akhir dari kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk
mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial
secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang dalam
masyarakat.
Kebijakan pada tingkat wilayah diperlukan karena kondisi permasalahan
dan potensi pembangunan yang dimiliki suatu wilayah umumnya berbeda satu
sama lainnya sehingga kebijakan yang diperlukan tidak sama. Misalnya wilayah
pantai yang masyarakatnya umumnya para nelayan akan memerlukan kebijakan
pembangunan yang berbeda dengan masyarakat daerah dataran tinggi yang
banyak begerak dalam usaha perkebunan, ataupun daerah perkotaan yang banyak
bergerak pada sektor perdagangan jasa dan industri yang berbeda dengan daerah
kabupaten yang didominasi oleh sektor pertanian.
Peningkatan pembiayaan dalam fasilitas publik, akan memberikan dampak
bagi perekonomian yang tidak hanya terasa secara langsung, seperti pembukaan
lapangan kerja, tapi juga secara tidak langsung. Fasilitas publik adalah prasyarat
bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai sarana penciptaan
hubungan antara yang satu dengan lainnya. Pemberdayaan sumber daya untuk
3
membangun fasilitas publik, dapat memicu lingkaran proses ekonomi sehingga
akan timbul penggandaan dampak ekonomi maupun sosial.
Pembangunan fasilitas publik, terutama yang bersifat dasar seperti
prasarana transportasi (jalan, rel kereta api, pelabuhan, bandara), jaringan listrik
dan komunikasi (telepon) serta instalasi dan jaringan air minum sangatlah penting
dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di suatu wilayah. Fasilitas
publik tidak saja dibutuhkan oleh rumah tangga namun juga industri. Sehingga
peningkatan
prasarana
fasilitas
publik
diharapkan
dapat
mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan membawa kesejahteraan. Daerah dengan prasarana
yang cukup, mempunyai keuntungan yang lebih besar dalam usaha, serta menarik
investasi untuk masuk ke daerahnya, sehingga perkembangan daerah tersebut
akan lebih cepat bila dibandingkan dengan daerah yang memiliki prasarana
minim.
Fasilitas publik mempunyai peran penting dalam mendukung ekonomi,
sosial-budaya, kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antar
daerah, mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan,
rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain, sehingga ketersediaan fasilitas
publik dapat membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas
hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang
dan jasa serta menurunkan biaya aktivitas investor dalam dan luar negeri.
Dalam konteks ekonomi, fasilitas publik merupakan modal masyarakat
(social overhead capital) atau kunci bagi pertumbuhan ekonomi yaitu barangbarang modal esensial sebagai tempat bergantung bagi perkembangan ekonomi
dan merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung.
4
Fasilitas publik merupakan katalisator diantara proses produksi, pasar dan
konsumsi akhir. Keberadaan fasilitas publik memberikan gambaran tentang
kemampuan berproduksi masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat
sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai apabila tidak
ada ketersediaan fasilitas publik yang memadai.
Ketersediaan fasilitas publik yang dibutuhkan ragamnya dipengaruhi oleh
karakteristik geografis suatu wilayah, hal ini telah dibuktikan oleh Munnell
terhadap 4 wilayah Amerika Serikat (Northeast, North Central, South dan West).
Munnell (1990), menunjukkan “adanya hubungan antara kondisi wilayah dengan
output”. Di Northeast yang mempunyai tenaga kerja pendidikan yang tinggi,
koefisien tenaga kerjanya tinggi, sedangkan koefisien modal publik dan swastanya
rendah. Ini mengindikasikan rasio modal/tenaga kerja yang rendah.
Investasi yang lebih besar pada fasilitas publik cenderung menghasilkan
output dan pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar. Artinya, setiap daerah
memiliki kebutuhan fasilitas publik yang berbeda, sehingga saluran irigasi
diharapkan lebih mendesak dibutuhkan wilayah kabupaten yang kontribusi PDRB
terbesarnya di sektor pertanian.
Fasilitas publik merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk
berkembang dan juga sebagai sarana penciptaan hubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. Pemberdayaan sumber daya untuk membangun fasilitas
publik akan memicu proses ekonomi sehingga menimbulkan penggandaan
dampak ekonomi maupun sosial (Setiadi, 2006).
Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan
fasilitas publik, walaupun pengadaan fasilitas publik bisa dilakukan melalui kerja
5
sama dengan badan usaha yang telah ditunjuk, tetapi tidak semua layanan fasilitas
publik bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena ada layanan fasilitas publik
yang memerlukan modal yang besar dengan waktu pengembalian yang lama dan
resiko investasi yang besar. Peningkatan sarana dan prasarana fasilitas publik
diharapkan dapat membawa kesejahteraan dan mempercepat pembangunan
ekonomi karena kegiatan perekonomian akan lebih efisien. Dengan demikian
pemerintah dituntut untuk menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang
perekonomian, karena fasilitas publik dapat meningkatkan minat pihak swasta
untuk menanamkan modal.
Dampak dari kekurangan fasilitas publik serta kualitasnya yang rendah
menjadi salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja. Pada akhirnya banyak perusahaan akan keluar dari bisnis atau
membatalkan ekspansinya. Karena itulah fasilitas publik sangat berperan dalam
proses produksi dan merupakan prakondisi yang sangat diperlukan untuk menarik
akumulasi modal sektor swasta.
Masalah fasilitas publik seringkali menjadi penghambat investasi yang
berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penarikan minat foreign direct
investment ke Indonesia masih sulit dilakukan karena masih banyaknya hambatan
yang dihadapi dalam merealisasikan investasi, diantaranya adalah masalah
keterbatasan fasilitas publik (ICN, 2009). Di Indonesia masih terjadi ketimpangan
di berbagai wilayah dilihat dari nilai investasi dan produksi masing-masing
wilayah. Hal ini nampak pada, lebih dari 50% investasi di pulau Jawa yang hanya
mencakup 7% dari seluruh wilayah Indonesia. Di lain pihak, output atau PDB
pulau Jawa menghasilkan lebih dari 60% total output Indonesia (Amrullah, 2006).
6
Hal tersebut mengindikasikan rendahnya PDB dari pulau-pulau di luar pulau
Jawa. Sebaran PDB antar provinsi tidak jauh berbeda dengan 30 tahun yang lalu
dan permasalahan pembangunan di Indonesia bersifat struktural sehingga
penyelesaiannya pun harus melalui pembenahan yang strukturalis, tidak bisa
dengan mengandalkan kekuatan pasar, tidak bisa neoliberal (Nazara, 2010).
Sebagai koordinator, pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
agenda bersama antara lain memprioritaskan peningkatan pembangunan proyek
fasilitas publik di Indonesia untuk mengatasi gelombang pengangguran, seperti
jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, energi, perhubungan dan perumahan
(Panggabean, 2008).
Pada pengeluaran anggaran belanja pemerintah, sebagian digunakan untuk
pembangunan fasilitas publik. Penyediaan fasilitas publik merupakan komponen
penting
dalam
perekonomian.
sistem
kehidupan,
Pembangunan
pemerintahan,
fasilitas
publik
kemasyarakatan,
sejalan
dengan
dan
kondisi
perekonomian makro di negara yang bersangkutan. Fasilitas publik memiliki
peran yang luas dan mencakup berbagai konteks dalam pembangunan baik dalam
konteks fisik lingkungan, ekonomi, sosial budaya, dan konteks lain. Fasilitas
publik diharapkan mampu menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat,
memperlancar arus perekonomian dan meningkatkan investasi dalam negeri
maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan fasilitas publik merupakan driving force
dalam pertumbuhan ekonomi.
Peranan
pemerintah
diselenggarakannya
menghasilkan
sebagai
Indonesian
fasilitator
Infrastructure
kebijakan-kebijakan
antara
lain
salah
satunya
Summit
di
road
map
Jakarta,
adalah
yang
pembangunan
7
infrastruktur yang mencakup infrastruktur transportasi, jalan, pengairan, air
minum dan sanitasi, telematika, ketenagalistrikan, dan pengangkutan minyak dan
gas bumi. Penguatan berbagai kerangka regulasi yang terkait dengan
pembangunan infrastruktur, antara lain dengan ditetapkannya Peraturan Presiden
no.42 tahun 2005 tentang komite percepatan penyediaan infrastruktur dan
kebijakan untuk infrastruktur yang menghasilkan commercial goods diarahkan
untuk dibangun oleh pihak swasta.
Kabupaten Gayo Lues adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, dan
merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Aceh Tenggara dengan dasar hukum
Undang-Undang nomor 4 tahun 2002 pada tanggal 10 April 2002. Kabupaten ini
berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian besar wilayahnya
merupakan areal taman nasional gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai
warisan dunia.. Setelah dimekarkan tahun 2002 menjadi kabupaten baru,
pemerintah daerah menggunakan anggaran untuk belanja fasilitas publik.
Tabel 1.1. Belanja Fasilitas Publik (Jalan, Listrik, Air Bersih, Irigasi,
Pendidikan dan Kesehatan) Kabupaten Gayo Lues Provinsi
Aceh Tahun 2010-2014 (Dalam Miliar Rupiah)
N
o
1
2
3
4
5
Ta
Hun
2010
2011
2012
2013
2014
Jalan
Listrik
28678.58
25254.18
26470.69
20084.47
30446.65
1171.13
436.491
1559.19
1369.90
1456.98
Air
Bersih
4985.86
4120.66
3968.00
4087.52
5125.65
Irigasi
6571.68
5987.54
5697.46
8891.53
7456.24
Pendidi
Kan
23680.736
23980.224
23572.485
24273.102
25791.397
Kesehatan
7583.424
13182.39
7398.12
10033.41
12976.74
Sumber Data : Realisasi Anggaran Kabupaten Gayo Lues
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan jumlah belanja
fasilitas publik pada gambar berikut:
8
35000
30000
25000
Jalan
20000
Listrik
15000
Air Bersih
Irigasi
10000
Pendidikan
5000
Kesehatan
0
2010
2011
2012
2013
2014
TAHUN
Gambar 1.1. Belanja Fasilitas Publik (Jalan, Listrik, Air Bersih, Irigasi,
Pendidikan dan Kesehatan) Kabupaten Gayo Lues Provinsi
Aceh Tahun 2010-2014 (Dalam Miliar Rupiah)
Dari anggaran yang dipergunakan oleh pemerintah kabupaten Gayo Lues
provinsi Aceh pada kenyataannya keberadaan fasilitas publik di kabupaten Gayo
Lues belum mengalami pertumbuhan yang berarti. Pembangunan fasilitas publik
dibutuhkan agar ekonomi daerah bisa tumbuh lebih baik lagi serta lebih merata ke
seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, pemerintah harus bisa mengalokasikan
anggaran yang lebih besar untuk pembangunan fasilitas publik.
Menurut dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) kabupaten Gayo
Lues pembangunan fasilitas publik belum berjalan efektif. Hal ini disebabkan
masih ditemukannya beberapa kelemahan, yaitu:
1. Penentuan sasaran kegiatan sebagai penerima manfaat anggaran masih kurang
tepat.
2. Penentuan target kegiatan belum mengacu pada sasaran yang ingin dicapai.
3. Penentuan keluaran (output) kegiatan tidak mengikuti target yang akan dicapai.
9
4. Penentuan
hasil
(outcome)
kegiatan
belum
menggambarkan
kualitas
keluarannya, sehingga keberhasilan sebuah program belum dapat diukur.
5. Belum ada keseragaman indikator terhadap program/kegiatan yang sama yang
dilaksanakan beberapa Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA).
6. Interval perbedaan besaran anggaran dalam Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) dengan RKA masih jauh sehingga mencerminkan
penyusunan PPAS belum akurat dan tidak berpedoman kepada Analisis
Standar Belanja (ASB) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB, Fasilitas Publik (Jalan, Listrik, Air Bersih,
Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan) Kabupaten Gayo Lues
Provinsi Aceh Tahun 2010-2014
TAH
UN
PDRB
(%)
Jalan
(km)
Listrik
(kwh)
Air
Bersih
(m3)
Irigasi
(ha)
Pendidi
kan
(unit)
Keseha
tan
(unit)
2010
2011
2012
2013
2014
5.19
5.26
4.98
5.58
5.70
995.25
1000.25
989.24
1010.24
1027.38
1587.466
1612.554
1496.336
1620.466
1674.250
326.125
367.264
300.665
379.849
392.446
321.894
323.236
319.001
322.274
322.342
156
156
156
156
157
13
13
13
13
13
Sumber Data : BPS, Hasil Olahan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan terbesar PDRB, jalan,
listrik, air bersih adalah tahun 2014. Sedangkan irigasi tahun 2014 lebih rendah
dari tahun 2011. Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat pertumbuhan
PDRB, fasilitas publik ( Jalan, Listrik, Air Bersih, Irigasi, Pendidikan, Kesehatan)
kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh pada gambar di bawah ini :
1027.38
1674.25
1620.466
2013
PDRB (%)
Panjang Jalan (km)
Listrik (kwh)
392.446
322.342
157
Air Bersih (m³)
Irigasi (ha)
Pendidikan (unit)
13
5.7
379.849
322.274
156
13
13
2012
5.58
1010.24
1496.336
300.665
319.001
156
989.24
2011
4.98
367.264
323.236
156
13
13
2010
5.26
1000.25
1587.466
995.25
326.125
321.894
156
5.19
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1612.554
10
Kesehatan (unit)
2014
TAHUN
Gambar 1.2. Perkembangan PDRB, Fasilitas Publik (Jalan Aspal, Listrik,
Air Bersih, Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan) Kabupaten
Gayo Lues Provinsi Aceh Tahun 2010-2014
Bila dibandingkan dengan kabupaten Aceh Tenggara dapat dilihat
pertumbuhan PDRB dan pembangunan fasilitas publik kabupaten Gayo Lues provinsi
Aceh masih rendah.
Tabel 1.3. Perkembangan PDRB, Fasilitas Publik (Jalan, Listrik, Irigasi, Air
Bersih, Pendidikan dan Kesehatan) Kabupaten Aceh Tenggara
Provinsi Aceh Tahun 2010-2014
Ta
PD
Jalan
Listrik
Air
Irigasi
Pendidi
Keseha
hun RB
(Km)
(Kwh)
Bersih
(ha)
kan
tan
(%)
(M3)
(Unit)
(Unit)
2010 5.29 1188,60 49.904,5
2011 5.52 1254.97 60.425,7
2012 5.41 1100.55 54.577.4
2013 5.02 1164.44 45.035,7
2014 5.32 1196,65 63.051.8
Sumber Data : BPS, Hasil Olahan
30,12
32,16
31,27
29,42
33,40
384.20
392.32
388.31
394.49
400.14
265
265
265
265
265
19
19
19
19
20
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat pertumbuhan PDRB,
fasilitas publik kabupaten Aceh Tenggara pada gambar berikut:
11
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
PDRB (%)
Jalan (% )
2010
Listrik
(kwh)
2011
Irigasi (ha)
2012
Air Bersih
(m³)
2013
Pendidikan Kesehatan
(unit)
(unit)
2014
Gambar 1.3. Perkembangan PDRB, Fasilitas Publik (Jalan Aspal, Listrik,
Irigasi, Air Bersih) Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh
Tahun 2010-2014
Bila diteliti lebih lanjut panjang jalan menurut kondisinya dan statusnya di
kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh tahun 2014, jalan mantap (kondisi baik dan
sedang) 642,04 km sementara jalan yang perlu diperbaiki/jalan kurang mantap
(kondisi rusak dan rusak berat) 244,4 km.
Tabel 1.4. Panjang Jalan Menurut Kondisi dan Statusnya di Kabupaten
Gayo Lues Provinsi Aceh Tahun 2014 (km/%)
Jenis Permukaan
(1)
Baik
Nasional
Provinsi
Kab/Kota
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(2)
km
102
80,61
120,95 303,56
%
71,83
5,.44
16,34
29,55
Sedang
km
40
50,9
247,58 338,48
%
28,17
35,00
33,45
32,94
Rusak
km
13,9
130,2
144,1
%
9,56
17,59
14,02
Rusak berat
km
100,3
100,3
%
13,55
9,76
Tidak diperinci
km
140,94 140,94
%
19,01
13,72
Jumlah
km
142
145,41
739,97 1027,38
%
100,00
100,00
100,00 100,00
Sumber Data : BPS, Hasil Olahan
12
Dampak dari fasilitas publik tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh. Dari uraian di atas diperoleh suatu
gambaran bahwa kontribusi fasilitas publik memiliki peranan yang begitu besar
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Melihat latar belakang dan pentingnya
fasilitas publik terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Gayo Lues dan
mewujudkan kemandirian daerah dalam berotonomi, maka penulis tertarik untuk
mengkaji permasalahan ini dalam tesis yang berjudul “Pengaruh kebijakan
pembangunan fasilitas publik terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten
Gayo Lues provinsi Aceh”.
1.2. Rumusan Masalah
Pembangunan fasilitas publik yang dikelola secara efisien berpotensi
meningkatkan output perekonomian dan biaya pembangunan fasilitas publik yang
sangat besar merupakan salah satu kendala yang dapat disikapi dengan
meningkatkan peranan sektor swasta, untuk itu dibutuhkan iklim tata
pemerintahan yang baik (good governance) yang menjamin transparansi,
akuntabilitas, keadilan dan persaingan sehat, dan di sisi lain perlu adanya suatu
model yang dapat memberikan arah dugaan terhadap pembangunan fasilitas
publik sehingga mampu meminimalisir kendala-kendala lain seperti lemahnya
perencanaan, kuantitas yang belum mencukupi dan kualitas yang rendah.
Selaras dengan latar belakang dan untuk mengetahui arah dugaan terhadap
pembangunan fasilitas publik tersebut, maka penelitian ini didasarkan pada
rumusan masalah sebagai berikut :
13
1. Bagaimanakah pengaruh fasilitas publik (jalan, listrik, air bersih, irigasi,
pendidikan dan kesehatan) terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Gayo
Lues provinsi Aceh?
2. Jenis fasilitas publik mana yang memberikan elastisitas terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menyusun model dan menganalisis pengaruh pembangunan fasilitas publik
yang diwakili jalan, listrik, air bersih, irigasi, pendidikan dan kesehatan
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh.
2. Mengetahui jenis fasilitas publik mana yang memberikan elastisitas terbesar
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis yang berhubungan
dengan pembangunan dan pemanfaatan fasilitas publik dan pertumbuhan
ekonomi.
14
2. Sebagai masukan/input bagi pemerintah daerah dalam menganalisis
pembangunan dan pemanfaatan sarana fasilitas publik kabupaten dan
pertumbuhan ekonomi.
3.
Sebagai bahan acuan atau referensi untuk peneliti selanjutnya terutama
yang berminat meneliti masalah pembangunan dan pemanfaatan sarana
fasilitas publik dan pertumbuhan ekonomi.
Download