A. Sistem Residu Lengkap Sebelum membahas proses mencari sisa pembagian bilangan seperti itu, kita akan mengingatkan kembali pengelompokan bilangan bulat melalui pembagian oleh suatu bilangan bulat positif n. Sebagai contoh misalkan n = 4. Untuk sembarang bilangan bulat a, akan terdapat tepat satu bilangan bulat q sehingga a = 4q, a = 4q + 1, a = 4q + 2, atau a = 4q + 3 Hal itu mengatakan bahwa bilangan bulat dapat dipartisi ke dalam empat kelas partisi (keempat himpunan itu saling lepas, dan apabila digabungkan akan menjadi bilangan bulat), yaitu {4q | q ϵ Z } = {. . . , -12, -8, -4, 0, 4, 8, 12, . . . } {4q + 1 | q ϵ Z } = {. . . , -11, -7, -3, 1, 5, 9, 13, . . . } {4q + 2 | q ϵ Z } = {. . . , -10, -6, -2, 2, 6, 10, 14, . . . } {4q + 3 | q ϵ Z } = {. . . , -9, -5, -1, 3, 7, 11, 15, . . . } Karena {0, 1, 2, 3} merupakan semua kemungkinan dari sisa pembagian dengan 4, maka keempat partisi itu berturut-turut dapat dituliskan dalam pengertian kongruensi sebagai berikut: [0] = {k ϵ Z | k ≡ 0 (mod 4)} [1] = {k ϵ Z | k ≡ 1 (mod 4)} [2] = {k ϵ Z | k ≡ 2 (mod 4)} [3] = {k ϵ Z | k ≡ 3 (mod 4)} Sekarang kita perhatikan bahwa untuk setiap bilangan bulat akan tepat berada dalam salah satu kelas partisi, [0], [1], [2], atau [3]. Atau dengan bahasa lain, bahwa setiap bilangan bulat akan selalu kongruen dengan salah satu dari bilangan {0, 1, 2, 3} modulo 4. Himpunan {0, 1, 2, 3} ini akan dinamakan dengan sistem residu lengkap modulo 4. Dikatakan demikian, karena sistem {0, 1, 2, 3} yang merupakan sisa-sisa pembagian (residue) dalam modulo 4 menentukan keberadaan (complete) setiap bilangan bulat. Di dalam modulo 4, himpunan {0, 1, 2, 3} bukan satu-satunya sistem residu lengkap. Untuk itu perhatikan kongruensi-kongruensi berikut: k ≡ –4 (mod 4), k ≡ 1 (mod 4), k ≡ 6 (mod 4), k ≡ 15 (mod 4) Silahkan periksa bahwa setiap bilangan bulat akan selalu kongruen ke salah satu dari bilangan {–4, 1, 6, 15} modulo 4. Dengan demikian, himpunan {–4, 1, 6, 15} juga merupakan suatu sistem residu lengkap modulo 4. Mudah dilihat bahwa {0, 1, 2, 3} merupakan sistem residu non negatif terkecil modulo 4. Secara umum kita dapat mendefinisikan sistem residu lengkap sebagai berikut: Definisi 3.2 Suatu himpunan bilangan bulat dikatakan suatu sistem residu lengkap modulo n apabila setiap bilangan bulat kongruen dengan salah satu dari himpunan itu Bilangan bulat a dibagi dengan n akan memiliki sisa pembagian r dengan 0 ≤ r < n. Karena ada n pilihan untuk r, kita lihat bahwa setiap bilangan bulat adalah kongruen modulo n ke tepat satu dari bilangan 0, 1, 2, . . . , n – 1. Dengan demikian, {0, 1, 2, . . . , n – 1} merupakan suatu sistem residu lengkap modulo n. Lebih khusus lagi himpunan itu merupakan sistem residu lengkap terkecil modulo n. Sekarang kita amati bilangan-bilangan yang terdapat dalam kelas partisi yang sama, misalnya kelas [2] = {k ϵ Z | k ≡ 2 (mod 4)} Untuk sembarang bilangan bulat a dan b di [2], maka a dan b memiliki sisa pembagian yang sama yaitu 2 apabila dibagi dengan 4. Di samping itu, bahwa a juga kongruen dengan b modulo 4, seperti yang dinyatakan dalam teorema berikut ini: Teorema 3.3 Untuk sembarang bilangan bulat a dan b, a b (mod n) jika dan hanya jika a dan b memiliki sisa yang sama apabila dibagi dengan n. Pembuktian ( ) Misalkan a b (mod n) dan sisa pembagian b dengan n adalah r, yaitu b = qn + r dengan 0 r < n. Pernyataan dari kiri ke kanan itu mengatakan bahwa tunjukkan bahwa r juga merupakan sisa pembagian dari bilangan bulat a dengan n. Untuk itu, tuliskan a b (mod n) dan b = qn + r pada kolom premis, sedangkan a = pn + r pada kolom konklusi dengan p bilangan bulat yang harus dicari. Premis dan Implikasinya a b (mod n) Konklusi dan Kondisi yang mungkin C1: a = pn + r b = qn + r Satu-satunya premis yang dapat dikembangkan adalah a b (mod n) yang berdasarkan definisi kongruensi diperoleh C1: a – b = kn. Sekarang perhatikan fakta-fakta yang diberikan di dalam premis, dan konklusi yang diharapkan. a–b=kn ? a = pn + r b = qn + r Dari struktur argumentasi di atas, tampak bahwa gagasan untuk mendapatkan konklusi a = pn + r diperoleh dengan mensubstitusikan premis b = qn + r ke a – b = kn, dan diperoleh a = b + kn = (qn + r) + kn = (q + k)n + r Dari sini kita memperoleh bahwa a = pn + r dengan p=q+k Ini menunjukkan bahwa sisa pembagian a dengan n sama dengan sisa pembagian b dengan n, yaitu r. ( ) Kita misalkan a = q1n + r dan b = q2n + r dengan sisa pembagian yang sama yaitu r (0 r < n). Kita tuliskan premis yang diberikan dan konklusi a b (mod n) yang akan dibuktikan itu ke dalam struktur argumentasi berikut ini Premis dan Implikasinya Konklusi dan Kondisi yang mungkin a = q 1n + r a b (mod n) PC: b = q2n + r Untuk dapat membuktikan a b (mod n), kondisi yang harus dimiliki adalah PC: a – b = n k untuk suatu bilangan bulat k yang harus dicari. Untuk mendapatkan gagasan bagaimana menentukan PC itu, perhatikan fakta-fakta yang diberikan, a = q1n + r ? a–b=nk b = q2n + r Berdasarkan struktur argumentasi itu, tampak bahwa kondisi yang harus dimiliki a – b = nk bisa diperoleh dengan mengurangkan premis pertama dengan premis kedua, dan diperoleh a – b = (q1n + r) – (q2n + r) = (q1 – q2)n Dengan memilih k = q1 – q2 akan diperoleh bahwa a–b=kn yang dalam bahasa kongruensi, kita mempunyai a b (mod n).▀ Berikut ini disajikan ilustrasi contoh untuk memahami makna yang terkandung di dalam teorema di atas. Contoh 3.1 Bilangan bilangan bulat –56 dan –11 dapat dinyatakan dalam bentuk –56 = (–7)9 + 7 –11 = (–2)9 + 7 dengan sisa yang sama yaitu 7. Teorema 3.1 mengatakan bahwa –56 –11 (mod 9). Sebaliknya, kongruensi –31 11 (mod 7) mengakibatkan bahwa –31 dan 11 mempunyai sisa yang sama apabila dibagi dengan 7; Hal ini jelas dari hubungan –31 = (–5)7 + 4 B. 11 = 1 . 7 + 4 Sifat Kenselisasi dalam Kongruensi Di dalam kesamaan kita mengenal sifat kenselisasi, yaitu jika ca = cb, maka untuk c ≠ 0 berlaku a = b. Bagaimana halnya dengan kongruensi. Untuk itu perhatikan beberapa contoh kongruensi berikut ini: 3.10 ≡ 3.(–4) (mod 7) ⇔ 10 ≡ (–4) (mod 7) 4.10 ≡ 4.1 (mod 6) / 10 ≡ 1 (mod 6) Tetapi, Berdasarkan kedua contoh di atas, di dalam kongruensi tidak harus berlaku sifat kenselisasi. Teorema di bawah ini memberikan suatu kesimpulan yang mirip dengan sifat kenselisasi dalam kesamaan. Teorema 3.5. Jika ca cb (mod n) maka a b (mod n/d) di mana d = fpb(c, n). Pembuktian Pertama, tuliskan kedua premis dan konklusi dari pernyataan itu ke dalam struktur argumentasi pembuktian seperti berikut: Premis dan Implikasinya ca cb (mod n) Konklusi dan Kondisi yang mungkin C1: a b (mod n/d) PC: fpb(c, n) = d C2: Dari premis pertama kita memperoleh C1: ca – cb = np untuk suatu bilangan bulat p, sedangkan dari premis kedua diperoleh C2: c = dr dan n = ds untuk suatu bilangan bulat r dan s. Kondisi yang harus dimiliki untuk memperoleh konklusi a b (mod n/d) adalah PC: a – b = (n/d)k untuk suatu bilangan bulat k yang harus dicari. Untuk mendapatkan gagasan proses menentukan PC itu, perhatikan fakta-fakta C1, C2, dan PC dalam struktur pembuktian berikut: C1: ca – cb = np ? PC: a – b = (n/d)k C2: c = dr, n = ds Kita substitusikan nilai c dan n pada C1, kemudian bagi kedua ruas dengan d, maka kita diperoleh r(a – b) = ps Karena s = n/d dan berlaku s | r(a – b), maka untuk mendapatkan kondisi dalam PC perlu memiliki fpb(r, s) = 1. Sehingga berdasarkan Lemma Euclid menghasilkan s | a – b atau a – b = (n/d)k seperti yang diharapkan. Untuk memeriksa kebenaran bahwa r dan s relatif prima, perhatikan kombinasi linear dari fpb(c, n), yaitu ada bilangan bulat x dan y sehingga d = cx + ny dengan membagi kedua ruas dengan d, diperoleh 1 = (c/d)x + (n/d)y atau 1 = rx + sy Pernyataan terakhir mengatakan bahwa r dan s adalah relatif prima, atau fpb(r, s) = 1. ▀ Kasus khusus untuk bilangan bulat c dan n yang saling relatif prima, maka sifat kenselisasi dalam kongruensi benar-benar dipenuhi seperti yang diilustrasikan dalam contoh pertama di atas. Berikut ini pernyataan sifat kenselisasi dalam kongruensi. Akibat 1 Jika ca cb (mod n) dan fpb(c, n) = 1 maka a b (mod n) Kondisi lain yang harus dipenuhi agar berlaku sifat kenselisasi dinyatakan dalam teorema akibat 2 di bawah ini. Akibat 2 Jika ca cb (mod p) dan p | c/ di mana p bilangan prima maka a b (mod p) Pembuktian Kondisi p |/ c dan p bilangan prima mengakibatkan bahwa fpb(c, p) = 1, sehingga berdasarkan Akibat 1 diperoleh bahwa a b (mod p) Contoh 3.4 Perhatikan kongruensi 33 15 (mod 9). Kita dapat menuliskan kongruensi itu sebagai 3 . 11 3 . 5 (mod 9). Karena fpb(3, 9) = 3, berdasarkan Teorema 3.3 kita dapat menyimpulkan bahwa 11 5 (mod 3). Illustrasi yang lainnya, diberikan kongruensi –35 45 (mod 8) yang sama dengan 5 . (–7) 5 . 9 (mod 8). Bilangan bulat 5 dan 8 adalah relatif prima, maka kita dapat menghilangkan factor 5 dan diperoleh kongruensi –7 9 (mod 8). LATIHAN 3.1 1. Buktikan masing-masing pernyataan di bawah ini: (a) Jika a b (mod n) dan m | n, maka a b (mod m) (b) Jika a b (mod n) dan c > 0 maka ca cb (mod n) (c) Jika a b (mod n) dan bilangan bulat a, b, n semuanya dapat dibagi dengan d > 0 maka a/d b/d (mod n/d) 2. Berikan contoh untuk menunjukkan bahwa a2 b2 (mod n) tida perlu mengakibatkan bahwa a b (mod n) 3. Jika a b (mod n), buktikan bahwa fpb(a, n) = fpb(b, n) 4. (a) Carilah sisanya apabila 250 dan 4165 dibagi dengan 7 (b) Carilah sisa pembagian bilangan 10999999999 dibagi dengan 7. (c) Berapakah sisanya apabila jumlah dari bilangan-bilangan 15 + 25 + 35 + . . . + 995 + 1005 dibagi dengan 4 5. Buktikan bahwa 53103 + 10353 dapat dibagi dengan 39, dan bahwa 111333 + 333111 dapat dibagi dengan 7 6. Untuk n 1 , gunakan teori kongruensi untuk memeriksa pernyataan pembagian di bawah ini (a) 7 | 52n + 3 . 25n-2 (b) 13 | 3n+2 + 42n+1 (c) 27 | 25n+1 + 5n+2 (d) 43 | 6n+2 + 72n+1 7. Buktikan pernyataan di bawah ini (a) Jika a bilangan ganjil maka a2 1 (mod 8) (b) Untuk sembarang bilangan bulat a, a3 0, 1, atau 6 (mod 7) (c) Untuk sembarang bilangan bulat a, a4 0 atau 1 (mod 5) (d) Jika bilangan bulat a tidak membagi 2 atau 3, maka a2 1 (mod 24) 8. Gunakan teori kongruensi untuk memerika bahwa 89 244 – 1 dan 97 | 248 –1 9. Buktikan bahwa apabila ab cd (mod n) dan b d (mod n) dengan fpb(b, n) = 1, maka a c (mod n). 10 Jika a b (mod n1) dan a c (mod n2), buktikan bahwa b c (mod n) di mana bilangan bulat n = fpb(n1, n2)