LAPORAN ANALISIS MATERIAL (POLARIMETER) Oleh : Nama : Hikmatud Daroini NIM : 115090307111007 Kelompok : A2 Tanggal : 29 November 2013 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari getaran elektrik dan getran magnetik yang saling tegak lurus. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar ke semua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Interaksi cahaya tak terpolarisasi dengan suatu bahan dapat diamati dengan polarimeter. Hal yang bisa diamati dengan polarimeter ini antara lain adalah rotasi optik, konsentrasi, dan komposisi isomer optis. Polarisasi merupakan peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Cahaya dinyatakan sebagai gelombang elektromagnetik yang transversal (tegak lurus dengan arah rambatnya). Cahaya umumnya mempunyai bermacam-macam panjang gelombang, tiap-tiap warna cahaya disebut sebagai cahaya monokromatik. Cahaya monokromatik ini dapat dihasilkan oleh suatu alat yang disebut polarimeter dengan menggunakan sodium lamp (lampu natrium) dimana gas natrium pijar akan menghasilkan lampu warna kuning. Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Polarimeter adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator adalah polaroid yang dapat menganalisa atau mempolarisasikan cahaya. Polarimeter dapat digunakan untuk mengukur berbagai sifat optis suatu material, termasuk bias-ganda linier, bias-ganda lingkar (juga mengenal sebagai putar optis atau dispersi putar berhubung dengan mata), dikroisme linier, dikroisme lingkar dan menyebar (Anonimouse, 2011). 1.2 Tujuan Tujuan dari percobaan polariimeter ini adalah menentuka sudut putar jenis (rotasi spesifik) larutan optik aktif dengan menggunakan polarimeter. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Larutan Optik Aktif Zat optik aktif adalah zat yang bersifat dapat memutar bidang polarisasi cahaya. Salah satu zat optik aktif adalah larutan gula. Larutan gula dapat memutar bidang polarisasi cahaya sehingga terjadi pergeseran sudut polarisasi. Semakin besar konsentrasi gula dalam larutan semaikn besar sudut putar sumbu polarisasi. Larutan gula yang terkandung dalam darah manusia juga merupakan zat optik aktif yang dapat memutar sumbu polarisasi (Nurafik et al, 2010). Aktivitas optik adalah kemampuan zat tertentu untuk memutar bidang cahaya terpolarisasi bidang pada saat cahaya melintas melalui kristal, zat cair atau larutan. Hal ini terjadi bila molekul zat tidak simetris, sehingga molekul-molekul tersebut dapat memiliki dua bentuk srtuktur yang berbeda, masing-masing merupakan pencerminan yang lain. Kedua bentuk tadi adalah isomer optik (optical isomers) dan enansiomer (enantiomers). Keberadaan bentuk ini juga dikenal sebagai enansiomorfisme (enantmorphism) bayangan pencerminan merupakan enansiomorf (enantiomorphs). Salah satu bentuk akan memutar cahaya pada satu arah, sedangkan bentuk yang lain memutar dengan jarak yang sama namun dengan arah yang berlainan. Kedua bentuk yang mungkin ini diterangkan sebagai putar kanan dan putar kiri menurut arah perputaran, dan akhiran –d dan –l masing-masing digunakan untuk menunjukkan isomer, seperti pada asam tartar-d danasam tartar-l (Jenkins, 1957). Molekul yang menunjukkan aktivitas optik tidak memiliki bidang simetri. Hal seperti ini yang paling umum adalah dalam senyawa organik dengan sebuah atom karbon terhubung pada empat kelompok yang berbeda. Atom jenis ini disebut pusat ulin (chiral centre). Molekul tak simetri tetapi menunjukkan aktivitas optik dapat pula ditemukan dalam senyawa anorganik. Misalnya, suatu senyawa kompleks oktahedral, dengan ion pusat berkoordinasi dengan delapan ligan yang berbeda dapat bersifat optis aktif. Banyak senyawa ditemukan di alam menunjukkan isomerisme optik dan umumnya hanya satu isomer yang ada di alam. Misalnya, glukosa ditemukan dalam bentuk putar kanan (Issacs, 1994). Beberapa zat kimia mempunyai sifat aktif secara optik (Optically Active) atau sering disebut sebagai zat optik aktif. Ketika cahaya terpolarisasi melewati zat atau laruan optik aktif, cahaya ini akan diputar ke kiri (berlawaan arah jarum jam) atau ke kanan (searah jarum jam). Besarnya cahaya yang diputar ini disebut sebagai sudut putar (Anonimouse, 2013). Salah satu zat atau larutan optik aktif adalah gula atau sukosa. Sukrosa tersusun dari molekul glukosa dan fruktosa dengan rumus struktur sebagai berikut: Gambar 2.1 Struktur Sukrosa (Lola, 2013). Sifat-sifat sukrosa adalah: 1. Bersifat optis aktif putar kanan 2. Tidak dapat mereduksi larutan fehling dan tollens 3. Dapat mengalami hidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa dengan enzim invartase. Pada hidrolisis ini disertai inversi, yaitu perubahan arah putar bidang polarisasi cahaya dari arah kanan ke kiri (sehingga sukrosa disebut gula invert) 4. Larut dalam air 5. Pada pemanasan yang kuat menghasilkan karamel. 2.2 Polarimeter Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran (vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain (Anonimouse, 2010). Polarimeter adalah dasar ilmiah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran ini, walaupun ini istilah yang jarang digunakan untuk menjelaskan sebuah polarimetry proses yang dilakukan oleh komputer, seperti dilakukan di polarimetric sintetis kecepatan rana radar. Polarimetri film yang tipis dan permukaan yang umum dikenal sebagai ellipsometry (Anonimouse, 2010). Polarimeter menjadi penafsiran dan pengukuran dari polarisasi gelombang transversal, paling khususnya gelombang elektromagnetis, seperti gelombang cahaya atau radio. secara khas Polarimeter dilaksanakan pada atas gelombang elektromagnetis yang sudah menempuh perjalanan melalui/sampai atau telah dicerminkan, membelokkan, atau diffracted oleh beberapa material dalam rangka menandai obyek itu (Anonimouse, 2010). Dalam alat Polarimeter ini cahaya monokromatik dihasilkan dengan menggunakan sodium lamp (lampu natrium) dimana gas natrium pijar akan menghasilkan lampu warna kuning. Cahaya monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus (Anonimouse, 2010). Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Suatu senyawa optis aktif, dapat diketahui besarnya polarisasi cahaya maka besarnya perputaran bergantung pada beberapa faktor yakni : struktur molekul, temperatur, panjang gelombang, banyaknya molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan, konsentrasi dan juga pelarut (Anonimouse, 2010). BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan polarimeter adalah timbangan digital, gelas ukur, pengaduk larutan, tabung pengamat polarisasi, lampu D natrium 589,3 nm dan polarimeter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah gula halus dan aquades. 3.2 Tata Laksana Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan konsentrasi gula yang berbeda-beda, oleh karena itu hal pertama yang dilakukan adalah sejumlah massa gula ditimbang sesuai yang diperlukan yakni 3 gr, 6 gr, dan 9 gr. Selanjutnya gula tersebut dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml untuk dibuat larutan gula. Laritan yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam tabung pengamat. Diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara dalam tabung tersebut. Tabung ini kemudian diletakkan dalam polarimeter dan diamati pola gelap terang seperti pada gambar 3.1 (setengah gelap dan setengah terang) dengan keadaan lampu yang menyala pada ujung polarisator. Sudut terbentuknya pola gelap terang diamati sebanyak dua kali, jadi setelah menemukan pola pada sudut pertama pemutaran, analisator diteruskan dalam arah yang sama sehingga diperoleh pola yang sama kembali. Sudut terbentuknya pola tersebut kemudian dicatat. Hal yang sama dilakukan untuk sampel 6 gr dan 9gr. 3.3 Gambar Rangkaian Percobaan Gambar 3.1 rangkaian alat polarimeter BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Percobaan Panjang kolom larutan = l = 9,7 cm = 0,97 dm [𝜶]𝒕𝝀 Sudut Terbentuk Massa gula Volume Gelap Terang `1 2 1 2 3 gr 50 ml 2,55° 180° 0,044° dm2 /gr 3,093° dm2 /gr 6 gr 50 ml 191° 12,36° 1,640° dm2 /gr 0,106° dm2 /gr 9 gr 50 ml 14,42° 195° 0,082° dm2 /gr 1,117° dm2 /gr 1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 1𝑑𝑚3 1 𝑚𝑙 = 0,001 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 0,001 𝑑𝑚3 4.2 Perhitungan a) Massa 3 gr Gula Sudut 1 𝑚 𝑐= 𝑣 3 𝑔𝑟 𝑐= 50 𝑚𝑙 𝑔𝑟 𝑐 = 0,06 𝑚𝑙 𝑐 = 0,06 𝑔𝑟 0,001 𝑑𝑚3 𝑐 = 60 𝑔𝑟/𝑑𝑚3 [𝛼 ]𝑡𝜆 = 𝛼 𝑐𝑙 [𝛼]𝑡𝜆 = 2,55° 𝑔𝑟 60 × 0,97𝑑𝑚 𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 0,044° dm2 /gr Sudut 2 𝑚 𝑐= 𝑣 3 𝑔𝑟 50 𝑚𝑙 𝑔𝑟 𝑐 = 0,06 𝑚𝑙 𝑐= 𝑐 = 0,06 𝑔𝑟 0,001 𝑑𝑚3 𝑐 = 60 𝑔𝑟/𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = [𝛼]𝑡𝜆 = 𝛼 𝑐𝑙 180° 60 𝑔𝑟 × 0,97𝑑𝑚 𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 3,093° dm2 /gr b) Massa 6 gr Gula Sudut 1 𝑚 𝑐= 𝑣 6 𝑔𝑟 𝑐= 50 𝑚𝑙 𝑔𝑟 𝑐 = 0,12 𝑚𝑙 𝑐 = 0,12 𝑔𝑟 0,001 𝑑𝑚3 𝑐 = 120 𝑔𝑟/𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 𝛼 𝑐𝑙 [𝛼]𝑡𝜆 = 191° 𝑔𝑟 120 × 0,97𝑑𝑚 𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 1,640° dm2 /gr Sudut 2 𝑚 𝑐= 𝑣 6 𝑔𝑟 𝑐= 50 𝑚𝑙 𝑔𝑟 𝑐 = 0,12 𝑚𝑙 𝑐 = 0,12 𝑔𝑟 0,001 𝑑𝑚3 𝑐 = 120 𝑔𝑟/𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 𝛼 𝑐𝑙 [𝛼]𝑡𝜆 = 12,36° 𝑔𝑟 120 × 0,97𝑑𝑚 𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 0,106° dm2 /gr c) Massa 9 gr Gula Sudut 1 𝑚 𝑐= 𝑣 9 𝑔𝑟 𝑐= 50 𝑚𝑙 𝑔𝑟 𝑐 = 0,18 𝑚𝑙 𝑐 = 0,018 𝑔𝑟 0,001 𝑑𝑚3 𝑐 = 180 𝑔𝑟/𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 𝛼 𝑐𝑙 [𝛼]𝑡𝜆 = 14,42° 𝑔𝑟 180 × 0,97𝑑𝑚 𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 0,082° dm2 /gr Sudut 2 𝑚 𝑐= 𝑣 9 𝑔𝑟 𝑐= 50 𝑚𝑙 𝑔𝑟 𝑐 = 0,18 𝑚𝑙 𝑐 = 0,18 𝑔𝑟 0,001 𝑑𝑚3 𝑐 = 180 𝑔𝑟/𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 𝛼 𝑐𝑙 [𝛼]𝑡𝜆 = 195° 𝑔𝑟 180 × 0,97𝑑𝑚 𝑑𝑚3 [𝛼]𝑡𝜆 = 1,117° dm2 /gr 4.3 Pembahasan 4.3.1 Analisa Prosedur Alat-alat yang digunakan dalam percobaan polarimeter adalah timbangan digital, yang berfungsi untuk menimbang massa gula dengan sangat teliti, gelas ukur digunakan untuk mengukur volume air yang digunakan untuk melarutkan gula, pengaduk larutan digunakan untuk mengaduk larutan gula agar menjadi larutan solud solution, tabung pengamat polarisasi digunakan untuk mengamati pola gelap terang yang terjadi pada larutan gula, lampu D natrium 589,3 nm dan polarimeter digunakan sebagai alat yang mengamati hasil pola gelap terang dari larutan gula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah gula halus sebagai larutan optik aktif dan aquades sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan konsentrasi gula yang berbeda-beda hal, oleh karena itu hal pertama yang dilakukan adalah sejumlah massa gula ditimbang sesuai yang diperlukan yakni 3 gr, 6 gr, dan 9 gr hal ini bertujuan untuk mendapatkan keakuratan massa dengan menggunakan timbangan digital. Selanjutnya gula tersebut dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml untuk dibuat larutan gula. Larutan yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam tabung pengamat hal agar pola gelap terang yang terjadi pada larutan gula segera dapat diamati. Diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara dalam tabung tersebut, hal ini dikarenakan gelembung udara tersebut membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi, akibatnya berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel. Tabung ini kemudian diletakkan dalam polarimeter dan diamati pola gelap terang seperti pada gambar 3.1 (setengah gelap dan setengah terang) dengan keadaan lampu yang menyala pada ujung polarisator. Sudut terbentuknya pola gelap terang diamati sebanyak dua kali, jadi setelah menemukan pola pada sudut pertama pemutaran, analisator diteruskan dalam arah yang sama sehingga diperoleh pola yang sama kembali. Sudut terbentuknya pola tersebut kemudian dicatat. Hal yang sama dilakukan untuk sampel 6 gr dan 9gr. 4.3.2 Analisa Hasil Dari data perhitungan yang didapatkan, diketahui bahwa ketika sudut rotasi optis yang teramati besar, maka sudut putar jenis larutan optik aktif (rotasi spesifik) juga akan besar. Dan diketahui bahwa sudut rotasi spesifik paling besar terjadi ketika sudut rotasi optik pada posisi 180°. Besarnya konsentrasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 6%, 12% dan 18%. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa besar konsentrasi gula mempengaruhi sudut putar sumbu polarisasi. Semakin besar konsentrasi gula, semakin besar pula sudut putar sumbu polarisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa besar konsentrasi gula sebanding dengan sudut putar sumbu polarisasi. Dalam percobaan polarimeter, didapatkan beberapa pola dari larutan gula dengan perbedaan konsentrasi. Pola yang terjadi terdapat warna gelap kebanyakan di daerah kanan pada beberapa kali pemutaran. Aplikasi polarimeter seperti, Darah manusia mengandung zat gula terlarut dan merupakan zat optis aktif yang mempunyai sifat dapat memutar memutar bidang getar cahaya yang melewatinya. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tentang pengaruh kadar gula dalam darah terhadap sudut putar sumbu polarisasi. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan menggunakan glucosemeter NESCO, sedangkan pengukuran sudut putar sumbu polarisasi dilakukan dengan alat polarimeter non-invasive. Dalam pengukuran sudut putar sumbu polarisasi, digunakan sumber cahaya laser dengan panjang gelombang 645 nm dan daya 5 mW dan LDR sebagai sensor penerima gelombang cahaya. Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00 mL larutan yang barada dalam tabung dengan panjang jalan cahaya 1,00 dm, pada temperatur dan panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang lazim digunakan ialah 589,3 nm, dimana 1 nm = 10-9m. Sudut putar jenis untuk suatu senyawa (misalnya pada 25o C) Macam macam polarisasi antara lain, polarisasi dengan absorpsi selektif, polarisasi akibat pemantulan, dan polarisasi akibat pembiasan ganda. Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut: Sinar yang datang dari sumber cahaya (misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer), kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar sedangkan analizer dapat diatur atau di putar sesuai keinginan. Bila polarizer dan analizer saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tega lurus), maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi. Pristiwa ini disebut tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan pada sel dan ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan. Putaran optik adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol.Untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut “setengah bayangan” (bayangan redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila analizer diputar terus setengah dari medan menjadi lebih terang dan yang lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama. Jika zat yang bersifat Optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke posisi semula, analizer dapat diputar sebesar sudut putaran dari sampel. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV prinsip kerja Polarimeter adalah: Tabung polarimeter harus diisi sedemikian agar tidak terbentuk atau meninggalkan gelembung udara yang mengganggu berkas cahaya yang lewat. Gangguan dari gelembung dapat dikurangi dengan tabung yang lubangnya diperbesar pada salah satu ujungnya. Pada tabung dengan lubang yang seragam, misalnya tabung semi mikro, perlu hati-hati pada waktu pengisian. Dianjurkan agar menggunakan tabung yang bukan logam pada pengujian zat yang korosif atau larutan zat pada pelarut yang korosif. Pada waktu menutup tabung yang mempunyai keeping ujung yang dapat dilepas serta dilengkapi dengan cincin karet dan penutup, maka penutup ini harus dikencangkan secukupnya saja, agar tidak ada kebocoran di keping ujung dan badan tabung. Tekanan berlebihan pada keeping ujung dapat menimbulkan keregangan yang mengakibatkan gangguan terhadap pengukuran. Pada penetapan rotasi jenis suatu zat dengan daya rotasi lemah, sebaIknya tutup dilonggarkan dan dikencangkan kembali di antara pembacaan yang berturut-turut, baik pada pengukuran rotasi maupun pada pembacaan titik nol. Perbedaan yang ditimbulkan keregangan keping ujung umumnya akan tampak, serta dapat dilakukan pengaturan yang tepat untuk menghilangkan penyebabnya (Lalelorang, 2012). BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Larutan gula memiliki sifat optis aktif sehingga dapat memutar arah bidang polarisasi. Prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator. Sudut putar jenis bergantung pada konsentrasi dan jenis larutannya. Pada saat sudut rotasi optis yang teramati besar, maka sudut putar jenis larutan optik aktif (rotasi spesifik) juga akan besar. Konsentrasi gula mempengaruhi sudut putar sumbu polarisasi. Semakin besar konsentrasi gula, semakin besar pula sudut putar sumbu polarisasinya. 5.2 SARAN Sebaiknya praktikan menggunakan alat bantu melihat ketika tidak bisa membaca skala pada polarimeter. Dan sebaiknya sebelum praktikum dimulai, praktikan harus sudah mengerti jalannya percobaan yang akan dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Anonimouse, 2010. http://oerleebook.files.wordpress.com/2009/10/polarimeter-oerlee.pdf. Diakses tanggal 4 Desenber 2013. Anonimouse, 2013. Polarimeter. http://en.wikipedia.org/wiki/Polarimeter. Diakses tanggal 5 Desember 2013. Issacs, A. 1994. Kamus Lengkap Fisika. Jakarta. Erlangga. Jenkins, F.A. 1957.Fundamentals of Optics.USA.McGraw-Hill,Inc Lalelorang, Natalia. 2012. POLARIMETER 2. farmasi.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html. http://polarimeterDiakses tanggal 6 Desember 2013 Lola, Noviani. 2013. KIMIA ORGANIK. http://organiksmakma3b19.blogspot.com/2013/03/karbohidrat.html. Diakses tanggal 6 Desember 2013. Nurafik et al. 2010. Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive. http://jurnal- online.um.ac.id/data/artikel/artikel152D020AC88E079B1DD9C1CC3ED1A020.pdf. diakses tanggal 5 Desember 2013.