Analisis kualitas jaringan lokal akse

advertisement
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir
Penelitian pada Tugas Akhir yang berjudul “Analisis kualitas jaringan
lokal akses fiber optik pada layanan Indihome PT.Telkom di wilayah Jimbaran’’
ini merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
Referensi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode yang hampir
serupa. Berikut merupakan uraian singkat dari referensi tersebut:
1. “Analisis karakteristik jaringan lokal akses tembaga untuk layanan speedy
di kandatel Bali”
(Ni Nyoman Rianti, Universitas Udayana, 2009).
Penelitian tersebut membahas tentang analisis karakteristik jaringan lokal
akses tembaga untuk layanan speedy di kandatel Bali. Pada penelitian tersebut
yang dibahas yaitu parameter elektris jarlokat dalam penerapan layanan speedy di
PT.Telkom kandatel Bali.
2. “Analisis dan Perbandingan Jaringan GPON dan DSLAM di PT.
TELKOM” (Panji Putra Nugroho dan Entang Ramlan, Universitas Bina
Nusantara, 2012).
Penelitian tersebut membahas tentang analisis jaringan yaitu jaringan GPON
dan DSLAM. Pada penelitian tersebut yang dibahas adalah layanan IPTV
terdahulu yaitu Groovia TV, dimana layanan tersebut sudah tidak digunakan lagi
dan digantikan dengan produk terbaru milik PT. TELKOM yaitu UseeTV. Dari
parameter kualitas jaringan yang ditinjau berbeda dengan yang akan dianalisis
oleh peneliti seperti Rx Power, Attenaible Rate, dan Attenuation dimana pada
referensi ini menggunakan parameter seperti Line Rate. SNR Margin, Attenuation,
Attainable Rate, Interleave Delay, dan Output Power. Penelitian ini mengambil
6
7
studi kasus untuk daerah Denpasar, Bali. Metode yang digunakan pada penelitian
kali ini adalah analisis kualitas jaringan berdasarkan hasil analisa terhadap
topologi jaringan GPON untuk layanan IPTV serta perbandingan terhadap
standarisasi kualitas jaringan GPON dan pengukuran menggunakan software
Embassy.
3. “Analisis Pengukuran Kualitas Jaringan Gigabit Passive Optical Network
(GPON) Pada Layanan Internet Protocol Television (IPTV) PT.TELKOM
di wilayah Bali Selatan”
(Ngakan Oka Pramudia, Universitas Udayana, 2015)
Penelitian tersebut membahas tentang analisis jaringan Gigabit Passive
Optical Network (GPON) pada layanan Internet Protocol Television (IPTV).
Dimana pada penelitian ini menggunakan parameter parameter seperti rx power,
attenuation dan
attainable rate. Berikut adalah Tabel 2.1 yang menjelaskan
refrensi untuk penelitian ini.
Tabel 2.1 Tinjauan mutakhir
No
1
Nama
Penulis
Judul
Metode
Hasil
Ni Nyoman Analisis
Melakukan
Hasil pengukuran
Rianti
karakteristik
perhitungan
tahanan loop sudah
jaringan local
tahanan loop,
memenuhi standart
akses tembaga
menghitung
yaitu ≤130 Ω/Km.
untuk layanan
kebocoran arus
hasil perhiungan
speedy di
dan menghitung
redaman sudah
kandatel Bali
kapasitas kanal
memenuhi standart
Shannon dari
yaitu ≤65 dB.
pengukuran SNR.
8
2
Panji Putra
Nugroho
dan Entang
Ramlan
Analisis dan
Melakukan
Jaringan GPON
Perbandingan
pengukuran
memiliki kualitas yang
Jaringan
kualitas jaringan
lebih baik, karena
GPON dan
dengan parameter
jaringan ini
DSLAM di PT. Line Rate. SNR
menggunakan media
TELKOM
Margin,
optik yang menjadi
Attenuation,
penghubung ditiap
Attainable Rate,
perangkatnya..
Interleave Delay,
dan Output Power
terhadap jaringan
GPON dan
DSLAM untuk
layanan IPTV
Groovia TV.
3
Analisis
Ngakan
Pengukuran
Oka
Kualitas
Pramudia
Jaringan
Gigabit
Passive
Optical
Network
(GPON) Pada
Layanan
Internet
Melakukan
pengukuran
beberapa
parameter yaitu Rx
Power (Prx),
Attainable Rate,
dan Attenuation.
Pada layan IPTV
yang ada pada
wilayah Bali
selatan.
Hasil penelitian bahwa
nilai Rx Power (Prx)
akan semakin kecil
jika jarak kabel
semakin memanjang.
hasil pengukuran
Attenuation secara
pengukuran dan
perhitungan nilainya
bervariasi antara 20 dB
sampai dengan 27 dB.
Protocol
hasil penelitian bahwa
Television
nilai Attenuation akan
9
(IPTV)
semakin membesar
PT.TELKOM
apabila jarak kabel
di wilayah Bali
semakin memanjang
Selatan
sesuai dengan teori
yang ada.
2.2 IndiHome (Indonesia Digital Home)
IndiHome merupakan layanan Triple Play dari PT.Telkom yang terdiri
dari Telepon Rumah (voice), Internet on Fiber atau High Speed Internet dan
UseeTV Cable (Interactive TV). Untuk sebagian besar wilayah Indonesia,
IndiHome akan dilayani dengan menggunakan 100 % Fiber artinya kabel Fiber
Optic digelar sampai ke rumah pelanggan.
2.3 Teknologi Jaringan Lokal Akses Fiber Optik
Teknologi JARLOKAF adalah teknologi yang sedang berkembang sehingga
berbagai metoda transmisi dimungkinkan untuk diterapkan dan relatif masih
terbatas jumlah implementasinya dilapangan. Teknologi Jarlokaf yang saat ini
sudah berkembang dangan baik antara lain: DLC (Digital Loop Carrier), PON
(Passive Optical Network), dan AON (Active Optical Network) dan HFC (Hybrid
Fiber Coax). DLC, PON dan AON, merupakan teknologi jarlokaf dan dapat
terintegrasi dengan copper pair, sedangkan HFC merupakan teknologi jarlokaf
yang terintegrasi dengan coaxial.
Jenis konfigurasi dasar yang dimiliki antara DLC dan PON/AON
mempunyai perbedaan dimana pada DLC konfigurasi dasarnya point to point,
berbeda dengan PON/AON yang berkonfigurasi point to multipoint yaitu
hubungan dari titik ke banyak titik. Untuk layanan DLC sendiri masih terbatas
dan belum mampu mensupport transmisi data dengan high bit rate. Teknologi
AON menggunakan spliter aktif yaitu Active Splitting Equipment (ASE) atau
biasa disebut active splitter (AS). ASE pada AON berfungsi untuk
mendistribusikan informasi dari dan ke OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan
kapasitas sebagai multiplexer/demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator
10
(penguat), sehingga spliter pada AON bersifat aktif. Adapun perbedaan lainnya
adalah pada tipe jenis jasa yang diberikan oleh masing-masing teknologi.
Pemilihan teknologi JARLOKAF harus memperhatikan beberapa kriteria antara
lain :
1. Jenis jasa dan kapasitas
2. Kemudahan O&M
3. Konfigurasi dan kehandalan sistem (reliability)
4. Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard (compatibility)
5. Tidak mudah usang dan dijamin produksinya
6. Biaya efektif
7. Tahapan pembangunan dan pengembangan dari teknologi JARLOKAF
Terdapat teknologi yang digunakan untuk mentransmisikan jasa interaktif yang
merupakan layanan telekomunikasi dua arah. Pada Space Division Multiplexing
(SDM) skema transmisinya disebut Simplex, yaitu sinyal kirim dan sinyal terima
dikirim melalui serat optik yang berbeda sehingga dibutuhkan dua buah serat
optik, tetapi panjang gelombang yang digunakan cukup satu. Kemudian pada
Wavelength Division Multiplexing (WDM) skema transmisinya disebut FullDuplex, yaitu digunakannya panjang gelombang yang berbeda untuk sinyal kirim
dan sinyal terima, sehingga proses sinyal dapat dilakukan secara bersamaan dalam
satu serat optik. Teknologi multiplex yang lainnya adalah Time Division
Multiplexing (TDM). Skema transmisi dari TDM disebut Half-Duplex, yaitu
sinyal kirim dan sinyal terima dikirim pada waktu yang berbeda secara bergantian,
sehingga dapat menggunakan panjang gelombang yang sama dan hanya
membutuhkan satu serat optik.
2.3.1 Digital Loop Carrier (DLC)
Teknologi DLC merupakan hasil teknologi sistem jaringan pelanggan.
Teknologi ini memiliki dua perangkat utama yaitu di sisi sentral (CT) dan di sisi
pelanggan (RT). DLC merupakan perangkat yang memultiplexing. Sinyal
keluaran dari sentral dengan kecepatan 64 kbps menjadi sinyal dengan kecepatan
11
2 Mbps di sisi pelanggan. Jika dibentuk jaringan lokal tersendiri, maka diperlukan
dua DLC yang identik yaitu di bagian sisi sentral dan sisi pelanggan. Antara RTDLC ke pelanggan dihubungkan melalui kabel fiber optik. Jarak antara CT-DLC
ke RT-DLC adalah sampai 30 km untuk daya sedang. Untuk daya rendah 10 km
dan untuk daya tinggi 60 km. Berikut adalah Gambar 2.1 konfigurasi umum DLC
:
Gambar 2.1 Konfigurasi Umum DLC
(sumber: Modul telkom)
Sistem DLC bisa digunakan untuk konfigurasi star karena memiliki
hubungan kabel fiber optik dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan ke
setiap titik. Namun DLC dapat digunakan juga dengan konfigurasi ring.
Ada dua konfigurasi DLC yaitu :
2.3.2

Pada sisi sentral (Exchange DLC Unit)

Pada sisi pelanggan (Remote DLC Unit)
Passive Optical Network (PON)
PON adalah bentuk khusus dari FTTC atau FTTH yang mengandung
perangkat optik pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang
dipakai adalah konektor, passive splitter dan kabel optik itu sendiri. Dengan
passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi,
dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering.
Dalam PON terdapat tiga komponen utama yaitu Optical Line Terminal (OLT),
Optical Distribution Network (ODN) dan Optical Network Unit (ONU). Berikut
adalah Gambar 2.2 topologi konfigurasi PON :
12
Gambar 2.2 Topologi konfigurasi PON
(sumber: modul telkom)
2.3.3 Optical Network Unit (ONU / AON)
Teknologi ONU / AON mirip dengan teknologi PON, hanya saja
perbedaannya keduanya terletak pada splitter yang digunakan. PON menggunakan
splitter pasif sedangkan ONU / AON menggunakan splitter aktif yang bernama
Acttive Splitting Equipment (ASE) atau lebih singkatnya Acttive Splitter (AS).
Perlengkapan yang ada di sisi pelanggan adalah perangkat kabel fiber optik, single
mode, dan output fiber optic. Berikut Gambar 2.3 mengenai konfigurasi umum
ONU / AON.
Gambar 2.3 Konfigurasi Umum ONU / AON
(sumber: modul telkom)
2.3.4
Hybrid Fiber Coax (HFC)
Jaringan HFC adalah jaringan akses yang sebagian dari jaringan tersebut
menggunakan media transmisi serat optik dan sebagian lagi menggunakan media
transmisi kabel tembaga. Teknologi HFC terbilang unik karena menggunakan
13
penggabungan dua teknologi jaringan yang saling bertolak belakang. Pada satu
sisi jaringan kabel tembaga masuk ke jaringan kabel fiber optik dituntut untuk
dapat mengikuti perkembangan layanan menuju layanan pita lebar (Broadband
Service).
2.4 Struktur dan komponen-komponen kabel tanah tanam langsung
Dilihat dari pemasangan jaringan kabel bawah tanah, maka yang akan dibahas
adalah kabel tanah tanam langsung. Berikut Gambar 2.4 yang menjelaskan kabel
tanah tanam langsung.
Gambar 2.4 penampang kabel tanah tanam langsung
(sumber: erganomindasarempaa. )
1. Sheath (selubung kabel )
Selubung kabel berfungsi sebagai pelindung mekanis agar tidak terjadi
goseran atau kerusakan dalam fiber optik.
2. Mechanical (penggerak kabel)
Penggerak kabel berfungsi sebagai pengerak kabel fiber optik.
3. Reinforcement Optica fibre (penguat serat optik)
penguat serat optic berfungsi sebagai penghantar dan menyambungkan
pesawat telepon pelanggan dengan sentral.
14
4. Secondary coating (Lapisan sekunder)
Lapisan sekunder berfungsi sebagai pelindung kemungkinan masuknya air
dan sekaligus sebagai lapisan pembungkus inti.
2.5 Karakteristik Serat Optik
Kabel optik memiliki karakteristik yang berbeda dengan kabel lainnya.
Karkteristik tersebut adalah :
a) Ukuran kecil
Diameter luar serat optik berkisar antara 100-250 µm. Diameter maksimum
setelah dilapisi/dibungkus dengan plastick/nilon sebagai jaket menjadi ± 1 mm.
Ukuran ini masih sangat kecil dibandingkan dengan konduktor kabel coaxial (110 mm).
b) Ringan
Dibandingkan dengan kabel transmisi biasa (Spesifigravity 9.8) maka
specifigravity bahan silica sebagai serat optik yaitu 2.2, sehingga beratnya
menjadi 1/2 – 1/3 berat kabel transmisi biasa.
c) Lentur
Pada umumnya serat optik tidak akan patah bila dilengkungkan dengan radius
5mm. Oleh karenanya kabel serat optik mempunyai kelenturan yang sama dengan
kabel transmisi biasa, sehingga teknis pemasangannya tidak jauh berbeda dengan
teknik pemasangan kabel biasa.
d) Tidak berkarat
Bahan silica sebagai bahan dasar serat optik mempunyai sifat kimia yang sangat
stabil oleh karenanya tidak mungkin berkarat.
15
e) Rugi-rugi rendah
Serat optik dengan bahan silica mempunyai rugi-rugi transmisi rendah, besarnya
berkisar 2-8 dB/km dengan panjang gelombang 830 nm. Dibandingkan dengan
kabel coaksial yang mempunyai rugi-rugi transmisi sebesar 19 dB/km pada
frekuensi 60 Mhz.
f) Kapasitas tinggi
Kapasitas dalam menyalurkan informasi per cross section area sangat besar
disamping mempunyai bandwidth yang lebar (Broadband). Sebagai contoh :
Kapasitas penyaluran per cross section area 100 x dibandngkan dengan multi pair
cable dan 10 x dibandingkan dengan coaxial cable.
g) Bebas induksi
Serat optik menggunakan bahan dasar silica yang pada dasarnya merupakan bahan
dielektrik yang sangat baik dan kebal terhadap induksi elektromagnet dan juga
terhadap kilat/petir.
h) Cross Talk rendah
Kemungkinan terjadinya kebocoran sinar antar serat optik sangat kecil, demikian
pula kebocoran akibat masuknya sinar dari luar kemudian ikut merambat dalam
serat optik.
i) Tahan temperatur tinggi
Bahan silica mempuyai titik leleh ± 1900º C dan ini sangat jauh diatas titik leleh
capper dan plastik. Sangat ideal bila dipergunakakn sebagai sarana komunikasi
pada daerah yang rawan terhadap tenperatur tinggi.
16
j) Tidak menimbulkan bunga api
Pada titik sambung tidak mungkin terjadi bunga api (discharge), oleh karenanya
sangat
ideal
bila digunakan pada tempat-tempat
yang peka terhadap
ledakan/kebakaran.
k) Tidak dapat dicabangkan
Serat optik mempunyai ukuran sangat kecil/sangat tipis. Oleh karenanya sangat
sulit bahkan tidak mungkin untuk dicabangkan. Bila harus dicabangkan maka
harus dilakukan perubahan terlebih dahulu dari sinyal optik ke sinyal elektrik.
l) Tidak menggunakan bahan tembaga
Serat optik menggunakan bahan silica yang tidak mengandung unsur logam
bahkan serat optik yang menggunakan Multicomponent Glass, unsur campuran
logam (copper) sangat kecil. Tembaga hanya digunakan sebagai pelapis pelidung
pada kabel fiber optik untuk komunikasi kabel laut dan sebagai lewatnya arus DC
untuk mencatu tegangan pada repeater-repeater di bawah laut.
Meskipun rapuh, namun masih mempunyai daya peregangan kurang lebih sebesar
5%
untuk
menghindarkan
kerusakan
serat
optik
pada
waktu
pemasangan/penarikan, maka pada waktu disusun menjadi kabel optik diberi
penguat.
2.5.1 Rugi-Rugi yang ditimbulkan akibat Dispersi
Rugi-Rugi yang ditimbulkan akibat Dispersi di Dalam Fiber Optic ada 4 yaitu :
2.5.1.1 Rugi-Rugi Penyebaran Rayleigh
Penyebaran Rayleigh terjadi sebagai akibat tidak homogennya
indeks bias pada core serat optik. Bilamana pada core serat optik terjadi
perubahan indeks bias yang lebih pendek dari pada panjang gelombang
sinar yang dirambatkan, maka akan terjadi hamburan.
17
2.5.1.2 Rugi-Rugi Pembengkokan (Bending Losses)
Ada dua jenis pembengkokan yang menyebabkan rugi-rugi dalam
fiber, yaitu pembengkokan-mikro (microbending) dan pembengkokanmakro (macrobending). Keduanya timbul karena alasan yang berbeda, dan
menimbulkan rugi-rugi dengan dua macam mekanisme yang berbeda pula.
Pembengkokan mikro adalah suatu pembengkokan mikroskopis dari inti
fiber yang disebabkan oleh laju penyusutan (contraction) thermal yang
sedikit berbeda antara bahan inti dan bahan pelapis. Pembengkokan mikro
dapat juga timbul bila fiber berulang kali digulung menjadi suatu kabel
fiber majemuk (multifiber cable), atau bila digulung pada kelos-kelos
untuk memudahkan pengangkutannya. Makin tajam belokan itu dibuat,
makin
banyak
pula
ragam-ragam
yang
terlepas
pada
belokan.
Pembengkokan makro adalah pelengkungan fiber optik.
2.5.1.3 Rugi-Rugi Penggandengan Ragam (Mode Coupling Losses)
Daya yang sudah dilepaskan dengan baik ke dalam suatu ragam
yang merambat mungkin kemudian digandengkan ke dalam suatu ragam
bocor atau ragam radiasi pada sebuah titik yang agak jauh pada fiber. Efek
penggandengan ini dapat terjadi karena rugi-rugi ini timbul pada saat serat
optik dikopel/disambungkan dengan sumber cahaya atau photo detector.
Rugi-rugi coupling dapat diperkecil dengan penambahan lensa di depan
sumber cahaya atau pembentukan permukaan tertentu (misalnya sphericalsurface) pada sumber cahaya atau ujung fiber.
2.5.1.4 Rugi-Rugi Penyambungan
Rugi-rugi penyambungan dengan fusion splice. Rugi-rugi ini
ditimbulkan sebagai akibat tidak sempurnanya kegiatan penyambungan
(splice) sehingga sinar dari serat optik yang satu tidak dapat dirambatkan
seluruhnya ke dalam serat yang lainnya.
Beberapa kesalahan penyambungan yang menimbulkan rugi-rugi:
18
- Sambungan kedua serat optik membentuk sudut
- Sumbu kedua serat optik tidak sejajar
- Sumbu kedua serat optik berimpit namun masih ada celah diantaranya
- Ada perbedaan ukuran antara kedua serat optic yang disambung
2.6 Definisi GPON
GPON ( Gigabyte Passive Optical Network ) adalah suatu teknologi akses
optik dengan kecepatan 2,488 Gbps yang terstandarisasi oleh ITU-T G.984.
Teknologi GPON menawarkan suatu jaringan yang cost-efective, flexible dan
scalbable dalam provisioning voice maupun data service yang reliable berbasis
pada optical access network.
Secara prinsip, GPON terdiri atas OLT (Optical Line Termination) yang
terletak di Central atau pada STO dan sekumpulan perangkat ONT (Optical
network Terminal) atau ONU (Optical Network Unit) yang terletak di customer
premises. Antara OLT dan ONU tidak ada perangkat aktif dan dihubungkan
melalui ODN – Optical Distribution Network yang terdiri atas fiber optik dan
passive splitter (Wyatno, 2010).
2.6.1 Prinsip Dasar GPON
Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT,
maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat
optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk ONT sendiri akan
memberikan data – data dan sinyal yang diinginkan oleh user. Pada prinsipnya,
Passive Optical Network adalah sistem point-to-multipoint, dari fiber ke arsitektur
premise network dimana unpowered optikal splitter (splitter fiber) serat optik
tunggal.Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division
Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1, E1, dan DS3. ONT mempunyai
kemampuan untuk mentransmisikan data di 3 mode power. Pada mode 1, ONT
akan mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3
ONT akan mentransmisikan 3 – 6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang
mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan dayanya apabila OLT
19
mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi
perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu
lemah.(ITT Telkom, 2011). Pada Tabel 2.2 menjelaskan tentang standar dari
teknologi GPON.
Tabel 2.2 Standar dari Teknologi GPON
Karakteristik
GPON
Standardization
ITU-T G.984
Frame
ATM / GEM
Speed Upstream
1.2 G / 2.4 G
Speed Downstream
1.2 G / 2.4 G
Service
Data, Voice, Video
Transmission Distance
10 km / 20 km
Number of Branches
64
Wavelength Up
1310 nm
Wavelength Down
1490 nm
Splitter
Passive
Sumber :Telkom (2013)
2.6.2 Standar Umum Perangkat
Persyaratan teknik perangkat yaitu mampu menyalurkan atau membawa
multilayanan (voice, data, video) dalam satu platform teknologi berbasis Passive
Optical Network (PON) pada lingkungan jaringan masa depan (Next-Generation
Network (NGN).
Persyaratan sistem GPON yaitu :

Beroperasi dengan line rates pada 2.488 Gbps downstream dan 1.244 Gbps
upstream dengan menggunakan single fiber, sistem G-PON harus sesuai
dengan
ITU-T
G.984.x
Telecommunication
Union)
series
(G.984.1/2/3/4).
terdiri
dari
tiga
ITU
bagian
(International
yaitu
Biro
20
Telekomunikasi
(ITU-T),
Biro
Radiokomunikasi
(ITU-R),
Biro
Pengembangan (ITU-D).
1.
Modul GPON dapat diekspansi, yang memungkinkan terbentuknya
sistem perangkat yang fleksible.
2.
Sistem arsitektur GPON harus dalam satu rak yang terintegrasi untuk
semua layanan. Semua layanan dikontrol oleh sebuah Network
Management System(NMS)
3.
Arsitektur internal backplane perangkat GPON harus berbasis arsitektur
IP. Kemampuan switching bersifat non-blocked matrix.
Perangkat GPON terdiri dari :
a.
Optical Line Termination (OLT) dipasang di Central Office
Persyaratan umum untuk OLT yaitu :
1.
Backplane OLT menyediakan sistem backup (redudansi) dan koneksi
independent 10 Gigabit Ethernet full duplex untuk masing-masing servis
slot.
2.
Kemampuan switching fabric OLT mempunyai arsitektur non-blocking
150 Gbps full duplex per shelf.
3.
b.
OLT memiliki universal service slot Untuk PON card
Sejumlah Optical Network Terminal (ONT) atau Optical Network Unit
(ONT) diletakkan di beberapa lokasi dalam jaringan akses broadband pointto-multipoint antara central office dan customer premises.
Persyaratan umum untuk ONT yaitu :
1.
Aplikasi di perumahan, kantor, atau pada building dan curbs.
2.
Dapat dikontrol secara lokal dan remote melalui Open Manage Client
Instrumentation (OMCI) sesuai dengan G.984.4
3.
Menggunakan fiber optik single mode bidirectional untuk 1310 nm
(upstream) dan 1490 nm (downstream)
21
4.
c.
Dapat mendukung λ 1550 nm untuk RF video.
ODN terdiri dari fiber optik dan passive splitters/couplers serta aksesoris lain
seperti konektor yang menjadikan elemen-elemen ODN terkoneksi.
Spesifikasi untuk ODN (Optical Distribution Network) yaitu :
1.
Beroperasi menggunakan transmisi single optik.
2.
Physical Reach ODN
3.
Jarak maksimum dari OLT ke ONT/ONU sebesar 20 Km dengan
cascadingsplitter 2 stage dan minimum 32 port ONT/ONU.
 Power link budget
Power link budget dari OLT ke ONU/ONT minimum 13 dB dan
maksimum 28 dB.
 Rise time budget
Rise time budget dari OLT ke ONT/ONU maksimal 0.2917 untuk
pengkodean NRZ dan 0.1458 untuk pengkodean RZ
 Fiber Optik
Perangkat dapat beroperasi menggunakan single fiber optic mengacu
standard single mode fiber (ITU-T G.652).
2.6.3 Konfigurasi GPON
Sistem GPON yang dimiliki PT. Telkom menggunakan isyarat optik
dengan panjang gelombang 1490 nm dari metro yang berada disetiap Sentral
Telepon Otomat (STO) untuk downstream dan isyarat optik dengan panjang
gelombang 1310 nm dari metro untuk upstream yang digunakan untuk mengirim
data dan suara. Sedangkan layanan video dikonversi dahulu ke format optik
dengan panjang gelombang 1550 nm oleh optik pemancar video (optical video
transmitter). Isyarat optik 1550 nm dan 1490 nm ini digabungkan oleh
penggabung (coupler) dan ditransmisikan ke pelanggan secara bersama. Sehingga
dapat dikatakan, tiga panjang gelombang ini membawa informasi yang berbeda
secara bersamaan dan dalam berbagai arah pada satu kabel serat optik yang sama.
22
Pada Gambar 2.5 merupakan konfigurasi sistem GPON pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Gambar 2.5 Konfigurasi jaringan sistem teknologi GPON
(sumber: Modul Telkom)
a. Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan antarmuka antara sistem Passive Optical network
(PON) dengan PT. Telkom (service profider) video, data dan suara.
Bagian ini akan menuju ke sistem operasi pada metro melalui Element
Managemen Sistem (EMS).
b. Optical Distribution Network (ODN)
ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai perangkat ONU/ONT.
ODN menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pelanggan
dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik passif. ODN
menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU.
c. Optical Network Termination / Unit (ONT / ONU)
ONT / ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan
pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh
ONT / ONU menjadikan sinyal elektrik yang diperlukan untuk layanan
pelanggan. Pada arsitektur FTTH, ONT / ONU diletakan disisi pelanggan.
ONT / ONU dihubungkan melalui Adaption Unit (AU) yang menyediakan
fungsi penyesuaian antara ONT / ONU dan pelanggan. Sehingga FTTH
atau FTTB sangat sesuai dengan skema GPON.
23
2.6.4 Perangkat dan Penempatan Sistem Teknologi GPON
Berikut merupakan perangkat – perangkat serta penempatan sistem
Teknologi GPON pada layanan jaringan FTTH.
A.
Optical Line Terminal (OLT)
Jenis perangkat aktif yang merupakan sub sistem dari Optical Access
Network yang berdasarkan teknologi GPON. Perangkat tersebut berada di sentral
office berfungsi sebagai antarmuka sentral dengan jaringan yang dihubungkan
ke satu atau lebih jaringan distribusi optic yang dihubungkan ke pelanggan.
Sentral office adalah Gedung yang terdiri dari beberapa ruangan yang
tiap-tiap ruangan berisi perangkat – perangkat aktif dan perangkat pasif. Tiap –
tiap ruangan dalam gedung ini ditempatkan perangkat-perangkat untuk
menghubungkan antara server local ke pelanggan, dan server local dengan
server pusat.
OLT menyediakan interface antara sistem GPON dengan penyedia layanan
(service provider) data, video, dan jaringan telepon. Bagian ini akan membuat link
ke system operasi penyedia layanan melalui Network Management System (NMS).
Adapun perangkat lain selain OLT yang berada pada sentral office, yaitu :

Network Management System (NMS)
NMS merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk mengontrol
dan mengkonfigurasi perangkat GPON. Letak NMS ini bersamaan di dekat
OLT namun beda ruangan. Konfigurasi yang dapat dilakukan oleh NMS
adalah OLT dan ONT. Selain itu NMS dapat mengatur layanan GPON
seperti POTS, VOIP, dan IPTV. NMS ini menggunakan platform
Windows dan bersifat GUI (Graffic Unit Interface) maupun comment line.
NMS memiliki jalur langsung ke OLT, sehingga NMS dapat
memonitoring ONT dari jarak jauh.

ODF (Optical Distribution Frame)
ODF
atau
adalah suatu frame dengan struktur mekanik berupa rack
shelf atau struktur lain yang mempunyai fungsi utama sebagai
24
tempat pegangan kabel
(fiber) dan elemen
passive lainnya,
dilengkapi
fiber organizer serta mampu melindungi elemen-elemen di
dalamnya.
Fiber Organizer adalah ruang yang berisi kelengkapan dan
fitur
yang
ditujukan untuk manajemen
fiber yaitu menyimpan dan
mengarahkan kabel fiber optik, pigtail, patchcord, splice, konektor dan
peralatan
Frame
passive
lainnya di dalam ODF.
Optical Distribution
(ODF) berfungsi sebagai titik terminasi kabel fiber optik
Outdoor dengan kabel fiber optik indoor. ODF terdiri dari 2 (dua) bagian
yaitu bagian yang menuju jaringan (kabel feeder) dan bagian yang menuju
sentral atau perangkat Metro Ethernet. Bagian yang menuju perangkat
disambungkan dengan
patchcord atau indoor kabel (tight buffer)
yang terlebih dahulu tersambung ke
Optical Terminal Block (OTB)
yang ada di ruangan perangkat tersebut atau langsung ke port uplink dari
perangkat
yang
bersangkutan.
Alternatif
pilihan
tersebut
harus
mempertimbangkan kondisi dan aspek teknis. Pada Gambar 2.6 akan
diperlihatkan gambaran dari ODF atau Optical Distribution Frame.
Gambar 2.6 Optical Distribution Frame (ODF)
(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)
B.
Optical Distribution Network (ODN)
Optical Distribution Network (ODN) menyediakan peralatan transmisi
optik antara OLT dan ONT. Perangkat ODN ini dipasang pada area public dan
daerah tertentu dengan memperhitungkan segi keamanan, faktor alam (harus
bebas dari banjir), diletakkan dipinggir jalan agar mudah mencari dan melakukan
perawatan dan strategis agar mudah melayani pelanggan. Berikut merupakan
perangkat yang terpasang pada area public atau perangkat outdoor.
25

Optical Distribution Cabinet (ODC)
Optical Distribution Cabinet (ODC)
adalah suatu ruang yang
umumnya berbentuk kotak yang terbuat dari material
khusus yang
berfungsi sebagai tempat instalasi sambungan jaringan optik
mode,
yang
dapat berisi
connector, splicing,maupun
single-
splitter dan
dilengkapi ruang manajemen fiber. Optical Distribution Cabinet (ODC)
merupakan titik terminasi kabel fiber optik feeder dengan kabel fiber
optik distribusi. ODC terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian terminasi
kabel feeder dan bagian terminasi kabel distribusi.
Untuk kabel
fiber
optik yang mencatu ODC lainnya tidak dilakukan terminasi,tetapi
disambung secara langsung (direct splicing). Pada Gambar 2.7
menunjukkan gambaran isi dari perangkat ODC.
Gambar 2.7 Optical Distribution Cabinet (ODC)
(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Optical Distribution Point (ODP)
Optical Distribution Point adalah suatu tempat terminasi kabel
yang terbuat dari material khusus yang memiliki sifat-sifat tahan korosi,
tahan cuaca, kuat dan kokoh dengan konstruksi yang umumnya untuk
26
dipasang diluar/outdoor, walaupun jika diperlukan dapat juga dipasang
di indoor.
Perangkat
permukaan
dipasang
ODP
tanah
umumnya dipasang di Tiang dan di atas
(Pedestal)
di dinding.
instalasi sambungan
walaupun
sebenarnya
dapat
juga
Perangkat ODP berfungsi sebagai tempat
jaringan
optik
single-mode terutama
untuk
menghubungkan kabel fiber optik distribusi dan kabel drop. Perangkat
ODP dapat berisioptical pigtail,
connector adaptor, splitter room dan
dilengkapi ruang manajemen fiber dengan kapasitas tertentu. Pada Gambar
2.8 menunjukkan bentuk ODP yang berada di darat.
Gambar 2.8 Optical Distribution Point (ODP)
(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)
Fungsi Optical Distribution Point (ODP) :
1. Untuk mencatu pelanggan residensial melalui OTP.
2. Untuk terminasi antara kabel ditribusi/ kabel feederdan kabel drop.
3. Untuk
keperluan
akses
atau
terminasi
kabel
fiber optik
ke
pelanggan HRB (High Rise Building).
4. Untuk keperluan akses atau terminasi kabel fiber optik ke pelanggan
Node B.
27
5. Untuk
keperluan
kabel
ditempatkan di remote,
MSOAN dan
fiber
optik
misalkan
ke
perangkat-perangkat
perangkat
MSAN,
yang
IP-DSLAM,
GPON dapat menempatkan atau memasang ODP di kabinet
tersebut.

Passive Splitter
Splitter merupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya
optik dari satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitter atau
disebut juga Passive Splitter (PS) adalah tempat pencabangan kabel
fiber optik secara pasif dapat dipasang di sentral, di jaringan maupun
di
sisi
pelanggan
HRB/Apartemen. Pemilihan
lokasi pemasangan
passive splitter ini harus menyesuaikan dengan power budget yang
dipersyaratkan dalam teknologi GPON yaitu sebesar -28dB. Berikut
merupakan gambar dari passive splitter yang ditunjukkan pada Gambar
2.9.
Gambar 2.9 Passive Splitter
(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)
28
Sesuai dengan standar GPON (STD F-017 2008) dipersyaratkan
pemasangan. Passive Splitter atau splitter merupakan optical fiber coupler
sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple
path) atau sinyal-sinyal kombinasi dalam satu jalur. Selain itu splitter juga
dapat berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal
optik. Alat ini sedikitnya terdiri dari 2 port dan bisa lebih hingga mencapai
32 port. Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standard direkomendasikan agar
sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun rasio meningkat menjadi
64 pelanggan berdasarkan ITU-T G.984 GPON Standard. Hal ini
berpengaruh terhadap redaman sistem, seperti pada Tabel 2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3 Redaman Passive Splitter
C.
Rasio
Redaman
1:2
2,8 – 4,0 dB
1:4
5,8 – 7,5 dB
1:8
8,8 – 11,0 dB
1:16
10,7 – 14,4 dB
1:32
14,6 – 18,0 dB
Optical Network Termination/Unit (ONT).
Optical Network Termination (ONT) adalah perangkat yang berfungsi
seperti modem yang melakukan konversi dari transmisi fiber optik ke kabel
ethernet UTP. ONT menyediakan interface antara jaringan optik dengan
pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU
menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan. Pada arsitektur
FTTH, ONT diletakkan di sisi pelanggan. Perangkat ONT yang digunakan
PT.Telkom salah satunya adalah pabrikan ZTE. Untuk lebih jelasnya, gambaran
ONT dapat dilihat pada Gambar 2.10 dibawah ini.
29
Gambar 2.10 Optical Network Termination (ONT)
(sumber : modul telkom)
Perangkat ONT merupakan perangkat pelanggan. Perangkat pelanggan
adalah
seluruh
perangkat
(terminal
berikut infrastruktur jaringan
pendukungnya) yang berada di tempat/lokasi pelanggan, yang digunakan dan
dimiliki
secara
individu
serta
menjadi
tanggung jawab individu yang
bersangkutan atau sering juga disebut CPEn (Customer Premises Equipment).
Pada Gambar 2.11 merupakan gambaran perangkat yang berada di sentra
pelanggan selain ONT, yaitu :
Gambar 2.11 Perangkat Pelanggan
(sumber: modul Telkom)
Optical Termination Premisis (OTP)
Optical Termination Premisis (OTP) adalah suatu tempat terminasi yang
terbuat dari material khusus yang memiliki sifat-sifat tahan korosi, tahan cuaca,
kuat dan kokoh.
OTP dipasang di lokasi pelanggan yang pada umumnya
dipasang di dinding rumah Pelanggan. berfungsi sebagai tempat instalasi
sambungan jaringan kabel optik untuk menghubungkan kabel optik indoor
dan
outdoor
(kabel drop)
atau perangkat tempat terminasi antara kabel
drop dan kabel indoor. Pada Gambar 2.12 dapat dilihat gambaran dari OTP.
30
Gambar 2.12 Optical Termination Premisis (OTP)
(sumber: modul Telkom)
Roset Optik
Roset Optik adalah perangkat tempat terminasi antara kabel indoor dan
patch cord atau pig tail yang tersambung ke perangkat ONT (Optical
Network Termination).
2.6.5 Keunggulan GPON
Keunggulan GPON antara lain (Nugroho, 2012) :
1.
Mendukung aplikasi triple play (voice,data,dan video) pada layanan FTTx.
2.
Memberikan power hingga loop terakhir.
3.
Alokasi bandwidth dapat diatur atau managable.
4.
Passive component membutuhkan biaya maintenence yang ringan dan.
5.
Proses instalasi dan upgrade menjadi sederhana. Program perangkat sistem
GPON dikemas dalam bentuk modul agar memudahkan proses
instalasi.Disamping itu, penambahan kapasitas jaringan pada GPON dapat
dlakukan secara mudah dan tidak mahal.
6.
Transparan terhadap laju bit dan format data. GPON dapat secara fleksibel
mentransferkan informasi dengan laju bit dan format yang berbeda karena
setipe laju bit dan format data ditransmisikan melalui panjang gelombang
yang berbeda. Laju bit 1.244 Gbit/s untuk upstream dan 2.44 Gbit/s untuk
downstream.
31
7.
Biaya pemasangan,pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Halini
dikarenakan arsitektur jaringan GPON lebih sederhana daripada arsitektur
jaringan serat optik konvensional.
8.
Dengan adanya GPON mengurangi penggunaan banyak serat optik dan
peralatan pada kantor pusat atau central office bila dibandingkan dengan
arsitektur point to point, Hanya satu port optik di central office
(menggantikan multiple port) (Wyatno, 2010.)
2.7 Parameter Untuk Analisis Kelayakan Jaringan GPON
Disini akan membahas parameter jaringan berupa perhitungan power link
budget dan rise time budget jaringan GPON dari STO jimbaran hingga pelanggan.
2.7.1 Power Link Budget
Power link budget dihitung sebagai syarat agar link yang digunakan
dayanya melebihi batas ambang dari daya yang dibutuhkan. Untuk menghitung
Power link budget dapat dihitung dengan rumus:
= .
+
.
+
.
+
…(2.1)
Bentuk persamaan untuk perhitungan margin daya adalah :
M = ( Pt – Pr ) - α total - SM
Keterangan :
Pt
= Daya keluaran sumber optik ( dBm)
Pr
= Sensitivitas daya maksimum detektor ( dBm)
SM
= Safety margin, berkisar 6-8 dB
αtotal
= Redaman Total sistem (dB)
L
= Panjang serat optik ( Km)
…(2.2)
32
αc
= Redaman Konektor (dB/buah)
αs
= Redaman sambungan ( dB/sambungan)
αserat
= Redaman serat optik ( dB/ Km)
Ns
= Jumlah sambungan
Nc
= Jumlah konektor
Sp
= Redaman Splitter (dB)
Margin daya disyaratkan harus memiliki nilai lebih dari 0 (nol), margin
daya adalah daya yang masih tersisa dari power transmit setelah dikurangi dari
loss selama proses pentransmisian, pengurangan dengan nilai safety margin dan
pengurangan dengan nilai sensitifitas receiver.
2.7.2 Rise Time Budget
Rise time budget merupakan metode untuk menentukan batasan dispersi
suatu link serat optik. Metode ini sangat berguna untuk menganalisa sistem
transmisi digital. Tujuan dari metode ini adalah untuk menganalisa apakah unjuk
kerja jaringan secara keseluruhan telah tercapai dan mampu memenuhi kapasitas
kanal yang diinginkan. Umumnya degradasi total waktu transisi dari link digital
tidak melebihi 70 persen dari satu periode bit NRZ (Non-retum-to-zero) atau 35
persen dari satu periode bit untuk data RZ (return-to-zero). Satu periode bit
didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate. Untuk menghitung Rise Time
budget dapat dihitung dengan rumus :
ttotal = (ttx² + tintramodal² + tintermodal²+ trx²)½
Keterangan :
ttx
trx
tintermodal
= Rise time transmitter (ns)
= Rise time receiver (ns)
= bernilai nol (untuk serat optik single mode)
…(2.3)
33
tintramodal
tmaterial
= tmaterial + twaveguide
= ∆σ x L x Dm
twaveguide
= [n2 + n2∆ d
∆σ
]
= Lebar Spektral (nm)
L
= Panjang serat optik (Km)
Dm
= Dispersi Material (ps/nm.Km)
c
= kecepatan rambat cahaya 3x108
N2
= Indeks bias selubung
n1
= indeks bias inti
( )
=1+(
=2
v
=
∆
π
λ
)
x n1 x (2 x ∆s)1/2
=
a
2.8
/
+
= Jari-jari inti
Splicer
Splicer merupakan alat atau perangkat yang digunakan untuk proses
penyambungan
(splicing)
serat
optik
yang
berbasis
kaca
yang
mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi sebuah media
sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memanasi kaca yang putus pada core
sehingga terhubung kembali secara baik.
Pada saat proses penyambungan serat optik (splicing), alat sambung
(splicer) harus memiliki keakuratan tinggi sehingga dapat menghasilkan redaman
yang mendekati sempurna. Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena tidak
mengikuti prosedur penyambungan yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses
penyambungan harus diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecilkecilnya (dibawah 0.2 dB). Pada Gambar 2.9 dapat dilihat gambar dari splicer
DVP – 730.
34
Gambar 2.13 Fusion Splicer DVP – 730
(sumber : teleweaver)
2.9
OTDR ( Optical Time Domain Reflectometer )
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah alat yang
yang berbasis optical-elektronik yang mampu membaca/mengukur karakteristik
kabel optik. Karakteristik yang dibaca oleh OTDR antara lain :

Mengukur end to end loss dalam satu span kabel optik

Mengukur splice loss, yakni loss yang diakibatkan karena sambungan
kabel optik yang sebelumnya putus (fiber cut)

Mengukur Optical Return Loss (ORL) yang diakibatkan refleksi cahaya
karena adanya konektor atau sambungan kabel

Mengukur panjang kabel optik.

Mendeteksi degradasi output power dari sebuah sumber cahaya optik
(laser source) dalam hal ini adalah perangkat transmitter optik (OSN,
DWDM, Metro, dll)
Di lapangan, fungsi OTDR yang sangat vital adalah untuk mengukur
panjang kabel optik sehingga diketahui jarak dari lokasi/titik kabel optik yang
putus relatif terhadap perangkat optik yang terinstal. ( Saptaji, 2013 )
35
2.10 Parameter Kualitas Jaringan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini, diambil parameter
kualitas jaringan. Parameter ini merupakan parameter yang menentukan kualitas
jaringan transmisi GPON untuk layanan IndiHome, sebagai berikut :
2.10.1 Attenuation
Attenuation atau Redaman ini merupakan nilai yang menunjukan seberapa
jauh kualitas sinyal dari user sampai ke perangkat GPON/MSAN di STO telah
terdegradasi (melemah). Semakin kecil nilai line attenuation makan dikatakan
kualitas jaringan akan semakin baik. Berikut Tabel 2.4 yang menjelaskan tentang
kualitas attenuation.
Tabel 2.4 Klasifikasi Attenuation
Angka (dB)
Kualitas
00,0 – 19,99
Sangat baik
20,0 – 29,99
Baik
30,0 – 39,99
Cukup Baik
40,0 – 49,99
Kurang baik
50,0 – 59,99
buruk
60,0 – ke atas
Sangat buruk
Untuk menghitung redaman kabel pada optik dapat dihitung sebagai berikut :
= Tx - Rx
…..(2.4)
36
Dimana :
= attenuation (dB)
Tx = daya yang dipancarkan (dBm)
Rx = daya yang diterima (dBm)
2.10.2 Attainable Rate
Attainable rate ini dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran
menggukan OTDR (Optical Time Domain Reflectometer). Attainable Rate adalah
nilai yang menunjukan kapasitas bandwidth maksimum yang dapat ditransmisikan
melalui jaringan. Parameter ini menentukan pilihan paket yang disesuaikan
dengan kondisi jaringan.
Besar nilai attainable rate dipengaruhi terhadap jarak panjang kabel dari STO
menuju user. Setiap kenaikan jarak 1000 m (1 km), maka nilai attainable rate
akan berkurang (Rahmadian, 2009).
2.10.3 Rx Power (Prx)
Rx power (Prx) merupakan daya kuat sinyal yang diterima pada proses
pentransmisian paket data. Untuk menghitung Rx power digunakan rumus link
power budget sebagai berikut :
=
−(
f+
c+
s
+ Sp +M )
Dimana :
Prx
= daya sinyal yang diterima (dBm)
Ptx
= daya optis yang dipancarkan dari sumber cahaya (dBm)
= redaman kabel serat optik (Panjang kabel(km) x loss kabe )
= redaman pada konektor (Jumlah konektor x loss konektor)
αf
αc
s
Sp
= redaman pada splicer (Jumlah splice x loss splice)
= Redaman Splitter (dB)
….(2.5)
37
M
= nilai yang digunakan untuk mengkompensasi redaman yang terjadi pada
kabel serat optik
Untuk spesfikasi level terima perangkat PT. TELKOM terletak pada batas
level terima -10 sampai dengan -30 dBm.
2.11 Aplikasi Embassy dan Telnet
Pada penelitian ini digunakan 2 aplikasi untuk mengetahui kualitas jaringan
yaitu Embassy dan Telnet. Aplikasi embassy digunakan untuk mengukur
parameter Rx power dan attainable rate dan Telnet untuk menghitung
attenuation-nya. Embassy merupakan aplikasi berbasis web yang saat ini dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas jaringan dari user. Aplikasi ini hampir
digunakan di seluruh kantor milik Telkom di seluruh Indonesia. Aplikasi ini
digunakan guna memenuhi kebutuhan akan informasi data yang cepat dan akurat
tentang keadaan kecepatan akses. Berikut aplikasi embassy yang digunakan pada
Gambar 2.14 yaitu sebagai berikut.
Gambar 2.14 Aplikasi Embassy
(sumber: telkom)
Aplikasi embassy ini bisa digunakan untuk beberapa jenis fungsi antara lain
untuk mengetahui data-data mengenai jaringan termasuk mengenai status
jaringan, mengetahui kualitas jaringan saat proses download dan upload, dan
mengetahui traffic dari jaringan. Khususnya untuk kualitas jaringan, parameterparameter yang bisa dilihat dari aplikasi embassy antara lain : SNR, Attenuation,
Attainable Rate, dan Output Power untuk jaringan tembaga (cooper) dan Tx
38
Power, Rx Power, Temperature, Power Supply, dan Bias Current yang dilihat dari
OLT (Optical Line)
Telnet adalah aplikasi remote login Internet. Dengan menggunakan telnet
koneksi dapat terjadi ke komputer lain dengan menggunakan underdos (CMD).
Untuk menunjang kerja telnet digunakan 2 program yaitu client dan server.
Software client bekerja dengan cara meminta pelayanan-pelayanan yang
diinginkan, sedangkan software server menyediakan dan menghasilkan pelayanan
yang diinginkan client.
Untuk bisa menggunakan telnet memerlukan kineksi TCP (Transfer Control
Protokol) dengan server. User harus mengetikan nama dan sandi untuk dapat
terhubung pada server. Kemudian setelah kata sandi telah terbukti, maka server
akan menginformasikan software komputer jaringan bahwa komputer server
maupun client sudah siap berkoneksi
Dari shell prompt ini seorang user dapat mengetikkan fasilitas atau kegiatan
apa saja yang diinginkan. Inputan yang berisi keinginan user ini diubah formatnya
menjadi format standar untuk dikirimkan kembali menuju server. Lalu server akan
melaksanakan apa yang telah diminta oleh user pada melalui terminal client.
Gambar 2.15 Format paket VoIP berbasis SIP (Cisco,Voice Over Ip- Per Call Bitrate
Consumption)
39
2.12 Perhitungan kebutuhan bitrate codec G.711
G.711 adalah suatu standar internasional untuk kompresi audio dengan
menggunakan teknik Pulse Code Modulation ( PCM ) dalam pengiriman suara.
Standar ini banyak digunakan oleh operator telekomunikasi termasuk Telkom
sebagai penyedia jaringan telepon terbesar di Indonesia. PCM mengkonversikan
sinyal analog ke bentuk dengan melakukan sampling sinyal analog tersebut 8000
kali/detik dan dikodekan dalam kode angka. Jarak antar sample adalah 125µ detik.
Sinyal analog pada suatu percakapan diasumsikan memiliki frekuensi 300 Hz –
3400 Hz. Sinyal tersample lalu dikonversikan ke bentuk diskrit. Sinyal diskrit ini
direpresentasikan dengan kode yang disesuaikan dengan amplitude dari sinyal
sample. Format PCM menggunakan 8 bit untuk pengkodeannya. Laju transmisi
diperoleh dengan mengalikan 8000sample/ detik dengan 8 bit/sample,
menghasilkan 64.000 but/detik. Bitrate 64 kbps ini merupakan standar transmisi
untuk satu kanal telepon digital.
Percakapan berupa sinyal analog yang melalui jaringan PSTN mengalami
kompresi dan pengkodean menjadi sinyal digital oleh PCM G.711 sebelum
memasuki VoIP gateway . Pada VoIP gateway , bagian terminal ,terdapat audio
codec melalui proses farming (pembentukan frame datagram IP yang dikompresi
sinyal suara terdigitalisasi ( hasil PCM G.711 ) dan juga melakukan rekonstruksi
pada sisi receiver. Frame – frame yang merupakan paket-paket informasi ini lalu
ditransmisikan melalui jaringan IP dengan suatu standar komunikasi jaringan
packet-based .
Standar G.711 merupakan teknik kompresi yang tidak efesien, karena akan
memakan bandwidth 64 kbps untuk kanal pembicaraan. Ada dua variasi dasar
Codec G.711 yaitu biasanya menggunakan µ-law dan A-law. Metode ini hamper
sama yaitu kesamaan menggunakan kompresi logaritmik, tetapi keduanya
memiliki perbedaan kuantisasi. µ-law lebih dikenal dengan PCM 24 dengan
karakteristik 15 segmen dimana µ-law mengkompresi 15 bit sample PCM linier
menjadi
frame dengan 8 bit code PCM
logaritma, sedangkan A-law
mengkompresi 13 bit sample PCM linier menjadi 8 bit code PCM logaritma. µ-
40
law digunakan diseluruh wilayah Amerika Utara sedangkan A-law digunakan di
Eropa termasuk Indonesia. Saat kita melalukan telepon jarak jauh, jika
memerlukan konversi dari µ-law ke A-law maka tanggung jawab berada pada
Negara yang menggunakan µ-law.
Perhitungan teoritis ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan bitrate user pada
berkomunikasi VoIP menggunakan protocol SIP. Pada gambar 2.15 Menunjukan
format VoIP untuk codec G.711. Voice payload size codec G.711 sebesar 64
Kbps, sehinggan perhitungan adalah sebagai berikut :
Total_Bitrate = ([Layer_2_Overhead + IP_UDP_RTP Overhead + Sample_Size]/
Sample_Size) * Codec_Speed
Total_Bitrate = ([5 + 40 + 160 ] /160 ) * 64.000
= (205/160 ) * 64.000
= 1,281 * 64.000
= 81.984 bps
= 81,98 kbps
Dari perhitungan diatas terlihat jumlah paket yang ditransmisikan untuk
penggunaaan bitrate yang dibutuhkan adalah 81,98 kbps.
2.13 Resolusi
Resolusi atau dimensi frame (frame dimention) adalah ukuran sebuah frame,
yang dinyatakan dalam piksel x piksel. Semakin tinggi resolusinya, semakin baik
kualitas video tersebut, dalam pengertian bahwa ukuran fisik yang sama, video
dengan resolusi yang tinggi akan lebih detil. Tetapi resolusi yang tinggi akan
mengakibatkan
jumlah
bit
yang
diperlukan
untuk
menyimpan
atau
menstransmisikannya meningkat (Rohman,2011).
Beberapa macam ukuran resolusi video sebagai berikut :
A. HD (High Definition)
HD merupakan video yang beresolusi 720 p dan 1080 p, dan 1080i, semua
dengan piksel persegi. Huruf tersebut menunjukan interlaced dan
41
progressive scanning. Jadi resolusi 720p memiliki 1280 x 720 piksel,
resolusi 1080p memiliki ukuran 1920 x 1080 piksel (Parekh, 2006).
B. SD (Standart Definition)
SD (Standart Definition) adalah resolusi video yang umumnya disebut
480i dan 576i. angka 480 dan 576 menunjukan jumlah baris pixel vertical,
huruf “I” kecil yang mengikuti kedua angka tersebut merupakan singkatan
dari interlanced yaitu proses menampilkan gambar secara bergantian
antara garis ganjil dan garis genap. Tampilkan dengan rasio 4:3
diterjemahkan ke dalam resolusi 720 x 480 atau 720 x 576. Untuk rasio
16:9 diterjemahkan menjadi resolusi 960 x 576 (Jack, 2007).
Untuk saat ini, kompresi video untuk konten definisi tinggi pada umumnya
masih menggunakan kompresi H.264/AVC. Sulit memang untuk menentukan
minimum standar bitrate untuk meraih kualitas yang baik dengan bitrate
minimum. Akan tetapi untuk mudahnya, kita dapat mengacu berdasarkan
karakteristik video yang akan dikompresi dengan perhitungan berikut:
[lebar bingkai] x [tinggi bingkai] x [framerate] x [motion rank] x 0.07 = [bitrate]
Download