Yesus dan kaum miskin Allah menciptakan bumi ini dan segenap isinya. Segalanya Ia serahkan kepada manusia untuk dipelihara dan dikembangkan sebagai sarana hidup. Untuk hidup layak ia perlu makanan, pakaian dan tempat bernaung. Sebagai makhluk yang punya roh dan akal budi, ia juga butuh ‘makanan rohani’ untuk tumbuh berkembang menjadi manusia citra Allah. Di sepanjang sejarah selalu ada orang kaya dan orang miskin: Orang yang berkecukupan bahkan berkelimpahan, dan orang yang kekurangan, bahkan melarat. Padahal Allah memberi cukup, bahkan limpah untuk menghidupi semua ciptaan-Nya. Jurang kaya miskin sering disebabkan karena pembagian yang tidak adil. Bandingkan gaji pejabat dan upah minimum buruh di negara kita. Bagaimana pula dengan penganggur yang jumlahnya makin banyak? Kekayaan sering dianggap sebagai berkat. Benar, asal juga dijadikan berkat untuk orang lain, khususnya yang berkekurangan. Kalau tidak, menjadi kutuk atau jerat yang mencelakakan. Kemiskinan sering dianggap kutuk. Benar kalau itu membuat orang menjauh dari Allah. Tapi bisa juga jadi berkat, kalau lebih mendekatkan pada Allah dan sesama. Yesus lahir dalam keluarga miskin. Bagi ibu-Nya yang akan melahirkan tidak ada tempat di penginapan. Waktu Ia diserahkan kepada Tuhan di Yerusalem, mereka membawa kurban yang biasa diberikan oleh orang miskin. Waktu menjadi guru keliling, Ia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk 9:58). Kemiskinan Yesus bukan ‘nasib’, tapi pilihan. “Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri...” (bdk Fil 2:5-8). Yesus hidup miskin sebab Ia mau solider dengan manusia. Dan manusia kebanyakan adalah orang miskin. Yesus bukan orang fanatik yang mengutuk orang kaya atau kekayaan. Ia memberi kesempatan kepada orang kaya untuk menjadikan kekayaannya berkat bagi orang lain. Dari mana Yesus dan para rasul mendapat nafkah? Ada perempuan-perempuan yang “melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” (bdk Luk 8:1-3). Lihat perubahan yang terjadi pada Zakheus (Luk 19:1-10). Yesus tidak menolak minyak harum mahal dituangkan ke kaki-Nya, “Biarkanlah ia mela-kukan hal ini ... orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” (bdk Yoh 12:1-8) Yesus memberi perhatian khusus kepada orang miskin dan hina, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan surga.” (Mat 5:3). “Miskin” di sini berarti hidup dalam kekurangan materi, dihayati dengan sikap batin penuh harapan, syukur dan percaya penuh akan penyelenggaraan Allah. Mereka ini lebih terbuka Angela Merrici Biblical Center – Bible Youth Club 3 untuk menerima Yesus, “Kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk 7:22) Pendalaman: Mrk 6:30-44 dibaca dua atau tiga kali. Tokoh-tokoh dalam cerita ini: Yesus: rencana-Nya untuk “nyepi” bersama murid-murid-Nya digagalkan oleh orang banyak yang mengikuti mereka. Melihat orang banyak itu Yesus merasa kasihan. Mereka seperti domba tanpa gembala, lapar rohani dan lapar jasmani. Ia memuaskan mereka dengan pengajaran dan dengan roti dan ikan (yang sedikit menjadi banyak). Ia melibatkan murid-murid-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan.” Ia memberi dengan limpah, tapi tidak boleh ada yang dibuang. Murid-murid: Mereka baru pulang dari misi yang pertama: antusias, juga capek. Yesus mengajak mereka istirahat di tempat sunyi. Tahutahu mereka dihadang orang banyak. Rencana libur gagal. Mungkin ada yang kecewa. Mereka ikut mendengarkan pengajaran Yesus. Barangkali bukan hal baru bagi mereka. Pengajaran cukup lama sampai hampir malam. “Suruhlah mereka pergi.” Solusi yang gampang. Tapi Yesus malah menyuruh mereka memberi makan kepada orang banyak dengan hanya 5 roti dan 2 ikan. Mana mungkin? Mereka melihat Yesus mengucap berkat, memecahkan roti itu, dan mereka disuruh membagi-bagikannya. Makin dibagi, makin banyak sampai semua kenyang. Lebih dari 5000 orang. Masih ada banyak sisa roti dan ikan yang mereka kumpulkan. Orang banyak. Mereka menyusul Yesus ke tempat sunyi itu, cukup jauh. Mereka meninggalkan pekerjaan mereka. Ada yang membawa anak-anak. Mereka itu bukan kaum elit, tapi kebanyakan orang miskin, susah, tertindas, tersingkir. Macam-macam motivasi mereka mencari Yesus. Ketika mulai malam, mereka disuruh duduk dalam kelompokkelompok. Panitia menyediakan konsumsi. Ternyata cukup, bahkan lebih. Dari mana? Renungan Masuklah ke dalam cerita itu dan jadilah salah satu tokoh. Amatilah Yesus, sikap, gerak-gerik, ucapan-Nya. Lalu pergilah menyendiri, berdua saja dengan Yesus, dan bicaralah kepada-Nya. Siapakah Dia bagi anda, dan siapakah anda bagi Dia? Apa yang anda harapkan dari Dia, dan apa yang Dia harapkan dari anda khususnya terhadap orang miskin, di tahun ini, di hari-hari yad? Saling berbagi Siapa yang tergerak hatinya dapat membagikan pengalaman rohaninya. Bagaimana pertemuan anda dengan Yesus di tempat sunyi itu? Apa yang anda temukan mengenai pribadi-Nya dan pribadi anda? Doa spontan Angela Merrici Biblical Center – Bible Youth Club 4 Angela Merrici Biblical Center – Bible Youth Club 5