satuan pamong praja

advertisement
PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA
NOMOR : 6 TAHUN 2006
T E N TA N G
SATUAN PAMONG PRAJA
PROPINSI SULAWESI UTARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SULAWESI UTARA;
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan ketenteraman dan ketertiban umum
serta untuk menegakkan Produk Hukum Daerah, maka dipandang perlu
membentuk Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi Sulawesi Utara;
b. bahwa untuk pelaksanaan maksud pada butir a di atas, perlu ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Utara.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 jo. Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1964 tentang antara lain Pembentukan Propinsi Daerah Tingkat
I Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentelog Pokokpokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negdra Republik Indonesia Nomor 3952);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 165);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan
Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 112);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesid Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4592); Nomor 4592);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan
Bentuk Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi
Sulawesi Utara Tahun 2005-2010 (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor
1 Tahun 2005).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROPINSI SULAWESI UTARA
DAN
GUBERNUR SULAWESI UTARA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA TENTANG
SATUAN POLISI PAMONG PRAIA PROPINSI SULAWESI UTARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
a. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undanc Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
c. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
d. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban Daerah Otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundangundangan;
e. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
f. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu;
g. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau desa
dari pemerintah Propinsi kepada Kabupaten/Kota dan/atau desa serta pemerintah
Kabupaten/Kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu;
h. Daerah adalah Propinsi Sulawesi Utara;
i. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Utara;
j. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Propinsi Sulawesi Utara;
k. Satuan Polisi Pamong Praja adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara
dan menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum serta menegakkan
Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur;
l. Polisi Pamong Praja adalah aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas
Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban
umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur;
m. Ketenteraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan
pemerintah, pemerintah daeran dan rakyat dapat meiakukan kegiatai inya dengan aman,
tenteram, tertib dan teratur.
BAB II
PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN,
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Pertama
Pembentukan
Pasal 2
Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi Sulawesi Utara.
Pasal 3
Satuan Polisi Pamong Praja adalah Tipe B.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 4
Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala dan berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Bagian Ketiga Tugas Pokok
Pasal 5
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas membantu Gubernur dalam memelihara dan
menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan
Daerah, Peraturan Gubernur dan norma-norma yang berlaku di Propinsi Sulawesi Utara.
Bagian Keempat
Fungsi
Pasal 6
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut pada Pasal 4, Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan pelaksanaan ketenteraman dan ketertiban umum, penegakkan
Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur;
b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum di Daerah;
c. Pelaksanaan kebijakan penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur;
d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
urnurn serta penegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Gubemur dengan aparat
Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur Iainnya;
e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan
Peraturan Gubernur.
BAB III
WEWENANG, HAK, DAN KEWA3IBAN
Pasal 7
Polisi Pamong Praja berwenang :
a. Menertibkan warga masyarakat atau badan hukum yang mengganggu ketenteraman dan
ketertiban umum;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur;
c. Melakukan tindakan represif non justisial terhadap warga masyarakat atau badan hukum
yang melakukan petanggaran atas Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.
Pasal 8
Polisi Pamong Praja mempunyai hak kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
mendapatkan fasilitas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib:
a. menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma-norma
sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketenteraman dan ketertiban umum;
c. melaporkan kepada Kepolisian Negara atas ditemukannya atau patut diduga adanya
tindak pidana;
d. menyerahkan kepada PPNS atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran
terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.
Sebagian anggota Polisi Pamong Praja ditetapkan menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 11
Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja, terdiri dari :
a. Kepala;
b. Bagian Tata Usaha;
c. Bidang-Bidang;
d. Sub Bagian-Sub Bagian dan Seksi-Seksi;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 12
(1) Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf h terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Kepegawaian.
(2) Bagian Tata Usaha dan masing-masing Sub Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh seorang Kepala.
Pasal 13
(1) Bidang sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf c, terdiri dari :
a. Bidang Bina Program;
b. Bidang Pembinaan dan Pengawasan;
c. Bidang Hukum, Ido.ntifikasi dan Advokasi.
(2) Masing-masing Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang
Kepala.
a. Seksi Penyusunan Program;
b. Seksi Evaluasi, Pengendalian dan Pelaporan.
(2) Bidang Pembinaan dan Pengawasan, terdiri dari :
a. Seksi Pembinaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum;
b. Seksi Penegakkan, Pengawasan Perda, Peraturan Kepala Daerah dan Produk
hukum lainnya.
(3) Bidang Hukum, Identifikasi dan Advokasi, terdiri dari :
a. Seksi Hukum dan Identifikasi;
b. Seksi Advokasi.
Pasal 14
ang ulna Program, tCI il I 011 .
(4) Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dipimpin oleh seorang kepala.
Pasal 15
(1) Bagan Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana terlampir dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
(2) Uraian tugas setiap jahatan struktural sebagaimana dimaksud pada Pasal 11, 12, 13
dan14, diatur dan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 16
Kelompok Jabatan Fungsional
(1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan tugas khusus sesuai
bidang keahliannya;
(2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari
sejumlah tenaga dalam jenjang fungsional yang terbagi cialarn berbagai/ beberapa
kelompok sesuai dengan keahliannya;
(3) Setiap kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior
selaku ketua kelompok yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala;
(4) Jenis, Jumlah dan tingkatan tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja;
(5) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB V
TATA KERJA
Pasal 17
(1) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Satuan Polisi Pamong Praja bertanggungjawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah;
(2) Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan operasionalnya di bidang
penegakkan, penertiban, pengamanan, dan penyuluhan diselenggarakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugasnya bekerjasama dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan lembaga-lembaga lain;
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), didasarkan atas hubungan fungsional,
saling membantu dan saling menghormati dengan mengutamakan kepentingan umum
dan memperhatikan hirarki dan kode etik profesi dan birokrasi;
(5) Setiap pimpinan dalam lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja bertanggungjawab
memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas kedinasan;
(6) Dalam rangka pelaksanaan tugas, Satuan Polisi Pamong Praja mengkoordinir
pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum lintas
Kabupaten/Kota.
BAB VI
ESELONERING
Pasal 18
(1) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Tipe B, adalah Jabatan Eselon II b;
(2) Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala Bidang adalah Jabatan Eselon III b;
(3) Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi adalah Jabatan Eselon IV b.
BAB VII
KEPEGAWAIAN
Pasal 19
(1) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja diangkat dan diberhentikan oleh Gubenur atas usul
Sekretaris Daerah;
(2) Pejabat Eselon III dan Pejabat Eselon IV dapat diangkat dan diberhentikan oleh
Sekretaris Daerah berdasarkan pelimpahan kewenangan Gubemur;
(3) Pejabat Fungsional diangkat dan diberhentikan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku PasaI 20 (1) Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai Polisi Pamong
Praja adalah sebagai berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Berijazah sekurang-kurangnya SLTA dan atau serendah-rendahnya berpangkat
Pengatur Muda (II/a);
c. finggi badan sekurang-kurangnya 160 cm untuk laki-laki dan 155 untuk Perempuan;
d. Umur sekurang-kurangnya 21 tahun;
e. Sehat jasmani dan rohani;
f. Lulus Pendidikan dan Pelatihan Dasar Polisi Pamong Praja.
(4) Polisi Pamong Praja diberhentikan karena:
a. Alih tugas;
b. Atas permohonan yang bersangkutan;
c. Melanggar disiplin Polisi PamonO Praja;
d. Dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 21
Pembiayaan untuk kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja disediakan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi serta subsidi/bantuan dari Pemerintah Pusat dan
sumber-sumber lain yang sah sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka tugas pokok dan fungsi termasuk tugas
operasional Polisi Pamong Praja pada saat ini dilaksanakan oleh Biro Pemerintahan dan
Hubungan Masyarakat pada Sekretariat Daerah Propinsi Sulawesi Utara sebagaimana
diatur dalarn Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Sekretariat Daerah Propinsi
Sulawesi Utara dialihkan pada Satuan Polisi Pamong Praja.
Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggat diundangkan.Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
menempatkannya (Warn Lembaran Daerah Propinsi Sulawesi Utara.
Ditetaokan di Manado
Pada tanggal 12 Desember 2006
GUBERNUR SULAWESI UTARA
TTD + CAP
S. H. SARUNDMANG
Diundangkan di Manado
Pada tanggal 19 Desember 2006
PIt. SEKRETARIS DAERAH,
TTD + CAP
R. B. MAMUAYA
LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 5
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA
NOMOR : 6 TAHUN 2006
TENTANG
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROPINSI SULAWESI UTARA
I.
PENJELASAN UMUM.
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika masyarakat seirama dengan
tuntutan era globalisasi dan otonorni daerah, maka kondisi ketenteraman dan ketertiban
umum adalah merupakan kebutuhan pokok masyarakat dalam rangka meningkatkan
mutu kehidupannya. Selanjutnya disadari pula bahwa gangguan ketenteraman dan
ketertiban adalah merupakan keluaran dari kompleksitas masalah pembangunan disatu
pihak, sementara masalah ketenteraman dan ketertiban itu sendiri merupakan fungsi
masukan yang semakin menambah kompleksitas masalah pembangunan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 148 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 tentang
Pemerintahan Daerah, Untuk membantu Kepala Daerah claim menegakkan Peraturan
Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dibentuk
Satuan Polisi Pamong Praja. Satuan Polisi pamong Praja mempunyai misi strategis
dalam membantu Kepala Daerah dalam menciptakan kondisi daerah yang tenteram,
tertib dan teratur sehingga penyelenggaraan roda pernerintahan dapat berjalan dengan
iancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu
disamping menegakkan Peraturan Daerah, Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk
menegakkan Peraturan Gubernur. Untuk mengoptimalkan kinerja Polisi Pamong Praja
maka perlu dibangun kelembagaan yang handal, sehingga tujugn terwujudnya kondisi
daerah yang tenteram dan tertib dapat direalisasikan.
Sehubungan dengan hal tersebut dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, susunan
organisasi, tugas pokok, fungsi, wewenang, hak, dan kewajiban Satuan Polisi Pamong
Praja ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Yang dimaksud dengan Satuan Polisi Pamong Praja Tipe B adalah sesuai dengan
Pasal 9 ayat (1) bahwa Satuan Polisi Pamong Praja propinsi terdiri dad Tipe A dan
Tipe B. serta Pasal 30 ayat (1) PP Nomor 32 tahun 2004 tentang Pedoman Satuan
Polisi Pamong Praja bahwa Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A, apabila jumlah
penduduk Propinsi Iebih dari 8 juta jiwa, sedangkan penduduk Propinsi Sulut saat ini
berjumlah 2.016.842 jiwa
Pasal 4
Pertanggungjawaban Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah adalah pertanggungjawaban administratif. Pengertian
"melalui" bukan berarti Kepala Satuan Polisi Pamong Praja merupakan bawahan
langsung Sekretaris Daerah. Secara strukturai Kepala Satuan Polisi pamong Praja
berada langsung dibawah Kepala Daerah.
Pasal 5
Yang dimaksud dengan Peraturan Gubernur adalah Peraturan Gubernur sebagai
petaksanaan dari Peraturan Daerah.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Yang dimaksud dengan menertibkan adalah tindakan dalam rangka upaya
menumbuhkan ketaatan warga masyarakat agar tidak melanggar ketenteraman dan
ketertiban umum serta Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Huruf a
Yang dimaksud dengan norma-norma sosial lainnya adalah adat atau kebiasaan
yang diakui sebagai aturan/etika yang mengikat secara moral kepada masyarakat
setempat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan menyelesaikan perselisihan adalah upaya pencegahan
agar perselisihan antar warga masyarakat tersebut tidak menimbulkan gangguan
ketenteraman dan ketertiban umum.
Huruf c
Yang dimaksud dengan tindak pidana adalah tindak pidana diluar yang diatur
dalam Peraturan Daerah.
Lampiran tidak disertakan
Download