BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat empat interaksi fundamental di alam yakni interaksi kuat, interaksi elektromagnetik, interaksi lemah dan interaksi gravitasi. Daftar kekuatan relatif, jangkauan dan partikel yang menjadi perantara (mediator) dari tiap-tiap interaksi diberikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Empat Interaksi Alam Interaksi Partikel yang Jangkauan dipengaruhi Kuat Kuark Kekuatan relatif ∼ 10−15 m 1 Partikel Gluon Meson Hadron Elektromagnetik Mediator ∞ ∼ 10−2 Foton ∼ 10−17 m ∼ 10−14 Boson vektor bermuatan Lemah Kuark dan madya Lepton Gravitasi Semua ∞ ∼ 10−39 Graviton (belum ditemukan) Pada Tabel 1.1, terlihat bahwa dari keempat interaksi tersebut, interaksi gravitasi paling lemah sehingga dalam kajian fisika energi tinggi, interaksi gravitasi diabaikan. Dalam kajian fisika energi tinggi, terdapat suatu teori yang mendeskripsikan tiga interaksi alam, selain interaksi gravitasi, yang dikenal sebagai model standar. Pada model standar, tiga interaksi alam dijelaskan melalui satu prinsip umum yakni prinsip invariansi lagrangian terhadap transformasi gauge lokal. Salah satu asumsi yang digunakan untuk membangun model standar adalah ketiadaan medan neutrino kiralitas kanan sebagai konsekuensi dari hasil pengukuran helisitas neutrino yang dilakukan oleh Goldhaber dan kawan-kawan. Asumsi ini berakibat pada tiadanya peluang untuk membangun suku massa bagi 1 neutrino mengingat untuk membangun suku massa dalam model standar dibutuhkan medan kiralitas kanan. Prediksi neutrino tidak bermassa ini telah diterima secara luas di kalangan fisikawan partikel mengingat model standar telah sukses menjelaskan berbagai hasil eksperimen fisika energi tinggi. Prediksi neutrino tidak bermassa dalam model standar tampaknya perlu ditinjau kembali mengingat pada tahun 1998, kolaborasi Super-Kamiokande memberikan bukti kuat mengenai kehadiran fenomena osilasi neutrino di alam dari data eksperimen neutrino atmosferik (Kolaborasi Super-Kamiokande, 1998). Fenomena osilasi neutrino hanya dapat dijelaskan jika neutrino bermassa. Untuk menjelaskan massa neutrino yang tidak nol, model standar diperluas dengan menghadirkan medan neutrino kiralitas kanan sementara rapat lagrangian elektrolemah tetap invarian terhadap transformasi gauge SU ( 2 ) × U (1) . Setelah perusakan simetri spontan, didapatkan massa lepton bermuatan, massa neutrino Dirac ( M D ) dan massa neutrino Majorana kanan ( M R ) . Skala M D berada pada skala energi elektrolemah ( ∼ 100 GeV ) sedangkan skala M R diprediksi berada pada skala energi teori kemanunggalan agung MR ( ∼ 10 15 ) GeV . Asumsi bahwa M D , yang dikenal sebagai model seesaw, diusulkan pertama kali oleh Yanagida, Gell-Mann, Ramond dan Slansky pada tahun 1979 (Yanagida, GellMann, Ramond dan Slansky, 1979). Model seesaw memberikan suku efektif bagi massa kecil neutrino kiri yakni M ν = − M DT M R−1M D yang melahirkan mekanisme Seesaw. Mekanisme ini sukses menjelaskan mengapa neutrino yang terdeteksi di alam hanya neutrino dengan kiralitas kiri dan mengapa neutrino bermassa kecil sehingga dibutuhkan suatu teori baru di luar model standar yang dapat menjelaskan kehadiran medan neutrino kiralitas kanan. Salah satu teori yang diharapkan dapat menjelaskan kehadiran medan neutrino kiralitas kanan adalah teori kemanunggalan agung (Grand Unified Theory, GUT). Terdapat beberapa versi teori kemanunggalan agung. Salah satunya adalah yang berbasis SU(5) yang diusulkan oleh Georgi dan Glashow (Georgi dan Glashow, 1974). Teori kemanunggalan agung berbasis SU(5) sukses menjelaskan berbagai pertanyaan tak terjawab yang ditinggalkan model standar 2 tapi teori ini masih belum dapat mengakomodasi kehadiran medan neutrino kiralitas kanan sehingga tidak dapat dijadikan landasan teori bagi mekanisme SeeSaw. Alternatif yang lain datang dari grup SO(10) yang diusulkan oleh Fritzsch dan Minkowski (Fritzsch dan Minkowski, 1975). Pada teori kemanunggalan agung berbasis grup SO(10) ini, kehadiran medan neutrino kiralitas kanan terakomodasi dalam multipletnya sehingga peluang untuk membangkitkan massa Dirac bagi neutrino lebih besar pada teori ini. Dengan demikian, teori ini diharapkan mampu memberikan landasan teoritis bagi mekanisme See-Saw. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini mengangkat dua permasalahan pokok sebagai berikut : 1. Bagaimanakah deskripsi teori kemanunggalan agung berbasis grup SO(10)? 2. Bagaimanakah pola perusakan simetri spontan yang terjadi pada teori kemanunggalan agung berbasis grup SO(10)? 1.3 Batasan Masalah Terdapat beberapa prediksi yang akan muncul dari teori kemanunggalan agung berbasis SO(10), antara lain : a) prediksi mengenai massa lepton dan kuark. b) prediksi mengenai waktu hidup proton dalam peluruhan proton c) prediksi mengenai neutrino bermassa Dari beberapa prediksi tersebut, tesis ini hanya akan membahas mengenai neutrino bermassa sebagai konsekuensi tertampungnya medan neutrino kiralitas kanan. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teori kemanunggalan agung berbasis grup SO(10) secara rinci dimulai dari rank, generator, aljabar grup, representasi spinor, serta medan gauge yang terkait dengan generatornya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memahami pola perusakan simetri spontan yang terjadi pada teori kemanunggalan agung berbasis grup SO(10). 3 1.5 Manfaat Penelitian Deskripsi rinci teori kemanunggalan agung SO(10) dalam tesis ini dapat memberi petunjuk bagi kajian lebih lanjut dalam menjelaskan fenomena di sekitar energi rendah yang tidak dapat dijelaskan oleh model standar. 4