YESUS SEBAGAI BEROHONG Dibuat untuk Memenuhi Tugas Final Test Mata Kuliah : Soteriologi dan Kristologi Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Keloso S. Ugak Di Susun Oleh : Nama : Lia Afriliani NIM : 12.16.75 Semester : III (Tiga) SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS BANJARMASIN, NOPEMBER 2013 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” YESUS SEBAGAI BEROHONG BAB I PENDAHULUAN Berkristologi adalah suatu upaya untuk menjawab secara kontekstual pertanyaan yang umum dilontarkan yakni “Siapakah Yesus”. Pada masa sekarang adalah hal yang sangat penting bagi gereja atau orang Kristen secara umum, untuk mampu mengetahui dan memahami sosok Yesus tersebut. Pemahaman yang baik bukan hanya terpaku pada apa yang dikatakan di dalam Alkitab (apa yang selama ini diyakini dalam iman Kristen) namun juga perlu untuk mencari pemahaman yang sesuai dengan latar belakang atau konteks yang dapat diterima secara umum. Hal ini semakin penting ketika mengingat permasalahanpermasalahan yang kita temukan di gereja bahkan luar gereja yang kian kompleks. Permasalahan-permasalahan seperti ini jika tidak diberikan jalan keluarnya, maka kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak baik ke depannya. Permasalahanpermasalahan yang kian kompleks itu menjadi suatu dilema tersendiri bagi kita di masa kini. Seiring berjalannya waktu, segala sesuatu tampaknya lebih mengarah kepada bertambahnya permasalahan dibandingkan penyelesaiannya. Oleh karena itu diperlukan suatu perumusan siapa Yesus yang sesuai dengan konteks daerah masing-masing, sehingga dapat menjawab berbagai permasalahan yang terjadi baik di gereja maupun di luar gereja. Dalam rangka memahami Yesus secara kontekstual, maka tulisan ini mengangkat tentang Yesus sebagai Berohong, seorang tokoh dari Dayak Lawangan, seraya bertujuan untuk menjawab beberapa permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi di suatu daerah yang akan dipaparkan dalam tulisan ini masih merupakan suatu bagian kecil dari masalah-masalah yang kompleks. Permasalahan yang disorot bukan hanya dari sisi kehidupan bergereja namun juga diluar dari itu. Daerah ini adalah merupakan bagian terkecil dari jemaat Ampah dan wilayah Ampah secara umum, di sini tidak sampai 20% dari total KK beragama Kristen Protestan secara keseluruhan, namun dapat dilihat bahwa permasalahan yang ada cukup banyak dari berbagai segi. Artinya, belum lagi jika melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas yakni se-jemaat Ampah, maka permasalahan yang akan didapat pun akan lebih banyak. Oleh karena itu, mengingat hal tersebut dan luasnya Ampah, maka penelitian hanya difokuskan pada wilayah ini saja, dengan mengambil tokoh Berohong yang sudah 1 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” cukup dikenal oleh warga Ampah seraya tidak melupakan tujuan dari berkristologi itu sendiri. BAB II DESKRIPSI Ampah kota adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Wilayah ini termasuk pusat perekonomian di kabupaten ini dengan tingkat kemajemukan yang tinggi, baik dari segi bahasa, suku, dan agama. Terkhususnya dalam hal beragama, masyarakat yang beragama Kristen Protestan yang bernaung dibawah GKE lumayan banyak jumlahnya, dengan lima bangunan gereja yang sudah dibangun dan satu dalam tahap pembangunan. Jemaat Ampah adalah bagian dari Resort GKE Karau Ampah. Jemaat Ampah secara keseluruhan berjumlah kira-kira 700-800 anggota jemaat dengan total sekitar 376 KK dan dibagi menjadi enam lingkungan. Mengingat luasnya area jemaat Ampah, yang daerahnya meliputi Ampah, dengan batasbatas Rangen, Ampah Dua, Moloh, Bantai Karau, Putai Idi, dan Janah Harapan, serta banyaknya kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang terjadi, maka permasalahan yang hendak dipaparkan akan dipersempit ruang lingkupnya, yakni hanya mengenai jemaat dan warga yang tinggal dalam ruang lingkup Jl. TVRI Ampah saja, disamping untuk mempersempit cakupan pembahasan juga karena penulis ingin lebih memfokuskan diri dalam mencoba merumuskan suatu rumusan kristologi untuk menjawab berbagai permasalahan di tempat ini. 2.1 Gambaran Umum Jalan ini disebut sebagai Jl. TVRI karena di sini ada gedung stasiun TVRI yang sudah dibangun sejak dahulu, sekitar 1 KM dari Rangen. Jl. TVRI ini juga dikenal dengan nama Jl. Songko. Seringkali ketika orang mendengar nama tempat ini, yang terlintas pastilah tempat pekuburan bukan sebuah pemukiman. Hal ini tidaklah mengherankan karena di Songko sendiri ada area pekuburan yang cukup luas untuk agama Protestan, Katolik, Pentakosta, dan Islam. Di Songko ada 21 KK, dengan rincian 37 orang dewasa, 9 orang remaja, dan 13 orang anak-anak. Mayoritas latar belakang kesukuan adalah Dayak Ma’anyan. Semua 2 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” yang tinggal disini beragama Kristen, baik Protestan, Katolik, dan Bethel. Terkhususnya warga yang beragama Kristen Protestan, mereka adalah bagian dari jemaat Ampah lingkungan Hermon. Lingkungan Hermon sendiri cakupannya adalah Jl. Negara, Mantaliau, Rangen, dan Jl. TVRI, dengan total 83 KK. Di Songko telah berdiri sebuah gedung gereja, yakni gereja Sasameh yang diresmikan pada tahun 2011 silam. Gereja ini berukuran 8x6 dengan kapasitas kira-kira 70 orang. Rencana kedepan masih akan ditambah lagi pembangunannya memanjang ke belakang mengingat masih luasnya lahan yang dibeli untuk pembangunan gereja ini. Mata pencaharian sebagian besar warga adalah menyadap karet dan bertani, hanya beberapa yang menjadi pegawai rumah sakit dan guru. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika di sini masih ada banyak kebun karet sebagai sumber mata pencaharian warga. Sampai saat ini, listrik masih belum masuk, sehingga banyak warga menggunakan mesin generator namun ada juga yang menggunakan jasa listrik dari Telkom. Kondisi jalan yang beraspal hanya sampai depan gedung stasiun TVRI, namun masuk lebih ke dalam lagi, kondisi jalan cukup memprihatinkan. Di Songko pernah ada proyek pembuatan irigasi pada tahun 2010. Proyek ini memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi para pemilik kebun karet dimana mereka harus menjual kebun mereka yang masuk jalur irigasi tersebut kepada pihak perusahaan dan menerima uang ganti rugi. Namun yang terjadi sekarang sangat disayangkan bahwa irigasi tersebut dalam keadaan setengah jadi dan tidak ada tindak lanjutnya. Demikianlah keadaan Jl. TVRI atau Songko secara garis besar. 2.2 Deskripsi Permasalahan Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa permasalahan yang akan di disorot bukan hanya dari sisi kehidupan bergereja namun juga diluar dari itu, yakni semua permasalahan di daerah ini. a. Kegiatan peribadahan1 Seperti yang telah ditulis di atas, bahwa mayoritas warga adalah beragama Kristen Protestan dengan latar belakang GKE. Sarana prasarana peribadahan sudah disediakan yakni dengan didirikannya gereja Sasameh Songko Baru. 1 Arigato, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013 3 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” Dengan adanya gereja ini diharapkan jemaat Songko dapat beribadah di gereja dengan lebih mudah. Padahal sebenarnya, tidak semua setuju terhadap pembangunan gereja ini, karena sebenarnya jemaat masih bisa beribadah di gereja Gloria yang terletak di Jl. Negara. Pembangunan gereja ini sebenarnya di latarbelakangi dari pemikiran beberapa penatua/diakon lingkungan Hermon pada tahun 2006 dan disetujui oleh ketua resort pada saat itu, yakni Pdt. Mediorapano, S.Th, M.Min. Yang menjadi ketua pembangunan pada periode pertama adalah Pnt. Ron Bremen, dilanjutkan dengan Pnt. Arigato. Pada periode yang kedua inilah, gereja ini diresmikan oleh ketua resort yang baru, yakni Pdt. Gunedi, M.Th. Permasalahannya adalah jemaat yang hadir beribadah di gereja ini hanya sedikit. Dalam ibadah hari minggu, seringkali yang hadir hanya 15-20 orang, termasuk anak-anak dan petugas serta jemaat dari lingkungan lain yang ikut beribadah di sini. Jika ibadah Natal dan Paskah, serta jika diadakan perjamuan kudus, baru jumlah yang hadir bisa melampaui jumlah di hari biasa. Hal ini dikarenakan, jemaat menganggap ini adalah momen yang sangat penting. Apalagi, ketika ibadah Natal, dimana selama gereja Sasameh didirikan, pelaksanaan natal lingkungan Hermon selalu dipusatkan di gereja ini. Sehingga membuat jemaat Songko merasa tidak nyaman atau merasa malu jika tidak menghadiri ibadah tersebut. Awalnya ibadah dilaksanakan setiap pukul 15.00 WIB, sehubungan dengan banyaknya gereja yang harus dilayani di Ampah (sebanyak lima gereja, termasuk gereja Sasameh) sementara tenaga pendeta cukup terbatas. Namun baru-baru ini, jam ibadah dimajukan menjadi pukul 12.00 WIB, akibatnya jemaat yang hadir pun menjadi semakin sedikit. Hal ini dikarenakan sebagian besar jemaat lebih memilih untuk beristirahat melepas lelah setelah melakukan aktivitas rutinnya yakni menyadap karet. b. Pengelolaan keuangan jemaat2 Tidak seperti empat gereja lainnya yang ada di jemaat Ampah, dimana penatua/diakon yang bertugas selalu bergiliran dari lingkungan-lingkungan lain, petugas di gereja Sasameh setiap Minggunya adalah para penatua/diakon dari 2 Arigato, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013 4 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” lingkungan Hermon. Di lingkungan Hermon ada sebanyak 12 orang anggota penatua/diakon yang aktif saat ini. Dari Songko sendiri ada tiga orang penatua. Hal yang sangat memprihatinkan adalah mengenai ketidaktertiban pengelolaan keuangan di gereja, masih sering terjadi penggelapan uang. Hal ini seringkali terjadi dan menjadi masalah bagi gereja di sini. Ada anggota jemaat yang memberikan amplop persembahan syukur perpuluhan, namun setelah dicek di lembar warta jemaat pada minggu-minggu selanjutnya, persembahan syukurnya ternyata tidak tercantum di laporan keuangan. Setelah dilaporkan kepada BPH Majelis Jemaat, maka barulah uang tersebut dikembalikan oleh yang mengambilnya. Akibatnya, sebagian jemaat merasa tidak percaya dengan para penatua/diakon lingkungan Hermon. Mereka merasa tidak aman ketika memberikan amplop persembahan syukur, baik itu menitipkan kepada penatua/diakon maupun memasukkan ke kantong kolekte di gereja Sasameh. Sehingga ketika ingin memberikan amplop persembahan syukur, mereka akan lebih memilih untuk beribadah di gereja Gloria, dengan catatan kalau bisa petugasnya tidak dari lingkungan Hermon. Bukan hanya itu saja, seringkali data mengenai pengeluaran uang anggaran pembangunan gereja dilakukan pemanipulasian dan tidak sesuai dengan kenyataan. Salah satu contoh nyata yang membuat jemaat agak kecewa misalnya ketika membuat WC gereja, total biaya pengeluarannya sangat besar, namun kenyataannya keadaan WC yang dibuat sangat tidak sesuai dengan jumlah pengeluaran tersebut. Untuk pembelian barang-barang/material gereja pun seringkali dimanipulasi lebih dari harga sebenarnya. c. Relasi dan keterbukaan antar warga dan orang luar3 Ini adalah hal yang sangat tampak dalam kehidupan warga Songko. Relasi satu sama lainnya yang awalnya baik-baik saja bisa menjadi tidak baik hanya karena rasa iri, ingin bersaing, dan menjadi lebih daripada yang lain. Kasus yang tampak jelas adalah ketika salah satu keluarga membuka usaha warung kecil-kecilan karena melihat peluang usaha dimana tidak ada yang berjualan. Beberapa waktu berjalan, usaha ini mengalami kemajuan, karena memang hanya ada satu warung 3 Indrayani, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013 5 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” di sana dan cukup untuk memenuhi keperluan warga di Songko. Akhirnya, muncullah warga yang merasa iri, sehingga ia membuka usaha warung juga. Akibatnya, warga yang jumlahnya memang sedikit menjadi bingung untuk membeli ke warung yang mana, dan otomatis penghasilan warung yang pertama menjadi berkurang dari yang biasanya. Hal yang serupa juga muncul ketika salah satu keluarga membeli barang-barang baru, misalnya motor, kursi, dan lain sebagainya. Adanya rasa tidak ingin kalah dari yang lain, kesombongan, dan iri merupakan suatu permasalahan di jemaat ini. Tidak jarang untuk memenuhi keinginannya secara instan untuk menjadi lebih dari orang lain, mereka menggunakan berbagai macam upaya untuk menghalang atau menutup jalan usaha orang lain. Sebagaimana yang telah dikatakan dalam gambaran umum tadi, bahwa mayoritas beragama Kristen. Warga Songko tampaknya kurang terbuka untuk pendatang baru yang beragama non Kristen dan non Dayak. Warga baru yang beragama non kristen biasanya hanyalah pegawai stasiun TVRI dan keluarganya yang dipindah tugas oleh pihak TVRI Kalteng. Dahulu masih ada beberapa pegawai stasiun yang sanggup untuk bertahan tinggal di kompleks TVRI, namun beberapa tahun terakhir, ada dua pegawai stasiun TVRI yang lebih memilih untuk tinggal di Ampah. Hal ini selain dikarenakan warga yang kurang terbuka dengan pendatang baru yang berbeda dari mereka, juga dikarenakan para pegawai stasiun TVRI tidak bisa melakukan pendekatan dengan warga. Sebenarnya, bukan hanya dalam kasus ini saja. Pendatang yang berlatarbelakang sama pun bisa menjadi bahan kecurigaan oleh warga. Apalagi jika statusnya tidak jelas dan kurangnya pendatang itu membuka diri dengan warga. BAB III BEROHONG Kisah mengenai Berohong ini dituturkan oleh keturunan dari Berohong sendiri. Sayangnya kemungkinan karena rasa hormat dan ketakutan dengan tulah atau karma dari Berohong maka kisah Berohong tidak terlalu mendetail atau jelas diceritakan oleh orangorang tua dahulu, akibatnya keturunannya sekalipun hanya mengetahui garis besarnya saja 6 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” dari kisah kehidupan Berohong4. Melalui kisah ini maka ditariklah beberapa nilai penting yang tampak dari diri Berohong. 3.1 Sosok Berohong5 Berohong adalah salah satu tokoh sejarah dari suku Dayak. Ia adalah seorang Dayak Lawangan asli. Ia adalah anak dari Kakah Datan. Panggilan lain dari Berohong adalah kakah Uyan. Berohong adalah seorang yang pandai dalam berperang, ahli dalam pengobatan penyakit dan juga seorang balian yang mampu mengusir makhlukmakhluk halus. Berohong menikah dengan Ue Nuyan, anak perempuan dari Tumenggung Guntum dari Tuyau, Tumenggung Guntum ini adalah seorang tokoh yang juga terkenal di masa itu. Bersama istrinya, Berohong membuat ladang di sekitar hutan bertahun-tahun lamanya. Setelah beberapa tahun akhirnya Berohong dapat mendatangkan para penduduk untuk mendiami lahan yang telah dibukanya. Berohong mengumpulkan orang banyak tersebut dengan cara mengadakan pakor atau sabung ayam. Lama kelamaan tempat pakor itu akhirnya menjadi sebuah kampung yang dikenal dengan nama kampung Banian atau yang pada masa penjajahan Belanda dikenal sebagai Ampah. Selain Ampah, Berohong juga membangun kampung-kampung lain seperti Bantai Karau dan masih banyak kampung-kampung kecil lainnya. Berohong dikenal memiliki kesaktian dan merupakan tokoh yang sangat berpengaruh pada masa itu. Konon salah satu dari kesaktian Berohong adalah lidahnya bisa memanjang yang berfungsi sebagai peringatan atau sebagai senjata yang ampuh. Oleh pengaruh dan kesaktiannya itulah pada masa penjajahan Belanda dan Jepang keadaan daerah tetap aman. Pada waktu itu khususnya pada zaman Belanda, Berohong dan mertuanya menjadi orang yang cukup disegani oleh pihak penjajah. Walaupun demikian, Berohong dan pengikutnya juga sering berselisih paham dengan Belanda, khususnya soal ketidakadilan penjajah sehingga sering terjadi pemberontakan. Pada masa penjajahan Belanda, Berohong dan mertuanya, Tumenggung Guntum melakukan perlawanan atau perjuangan atas ketidakadilan oleh Belanda. 4 5 Arigato, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013 Eben, Wawancara Via Telepon, Jumat, 08 September 2013 7 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” Walaupun Berohong dikenal sangat sakti dan juga salah satu tokoh yang sangat berpengaruh pada masa itu, beliau memiliki rasa persaudaraan yang tinggi. Ia sangat terbuka bagi suku-suku lain diluar Lawangan dan terbuka juga bagi agama lain yang ingin memasuki wilayah Ampah. Bahkan ia juga menjamin suatu perlindungan bagi penduduk yang tinggal di daerahnya tersebut. Berohong juga dikenal sebagai pencetus adat diadakannya upacara nyangar atau bersih kampung yang dilaksanakan setiap tahun sesudah musim panen. Berohong meninggal bukan karena dibunuh, tapi karena penyakit sejenis penyakit kulit. Setelah meninggal, kepala Berohong diambil oleh keturunannya dan disemayamkan di sebuah rumah khusus yang disebut dengan istilah bahasa Lawangan yakni belai panyang yang berarti rumah tinggi. Selai berfungsi sebagai tempat disemayamkannya kepala Berohong, belai panyang ini juga berfungsi sebagai tempat persinggahan atau penginapan bagi penduduk luar Ampah tanpa dipungut biaya. Menurut cerita dari keturunan Berohong dan orang-orang yang pernah menginap di belai panyang sering sekali terjadi kejadian yang aneh dan ganjil, terutama jika penghuni yang menginap melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan adat dan tidak berkenan bagi Berohong, walaupun pada saat itu hanya tengkorak kepalanya yang disemayamkan di rumah itu. Keganjilan tersebut seperti seringnya belai panyang itu dirasa seperti diguncang-guncang, hal ini dipercaya oleh keturunannya sebagai akibat dari kemarahan Berohong. Namun sayangnya sekarang ini puing-puing dari belai panyang itu sudah sama sekali tidak ada lagi. Sebagai gantinya, yang ada sekarang ini hanyalah sebuah bangunan baru yang sederhana. Disitulah tengkorak kepala Berohong serta anaknya disemayamkan oleh keturunannya. Rumah tempat kepala Berohong masih ada sampai saat ini dan terletak di gang Keramat, tidak jauh dari pasar Ampah sekarang ini. Sebagian dari keturunan Berohong saat ini masih tinggal di Ampah. Setiap bulan Juli, keturunan Berohong pasti mengadakan acara ritual untuk mengingat Berohong dan jasa perjuangannya. Setiap acara itu, pasti diadakanlah acara pakor sebagai pengingat akan dasar berdirinya Ampah. Walaupun Berohong sudah meninggal, namun kesaktian dan kehadirannya masih bisa dirasakan oleh keturunannya sampai saat ini. 8 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” 3.2 Nilai Penting dari Tokoh Berohong Dari paparan mengenai tokoh Berohong di atas, akan dilihat beberapa hal penting dari tokoh ini : a. Berohong dalam perannya sebagai pengantara (balian) Balian memiliki peranan sentral dan tak tergantikan terutama apabila dikaitkan dengan upacara yang di dalamnya ada tindakan menghubungkan umat, berbagai unsur upacara dan pelaksanaan suatu upacara dengan Yang Ilahi atau para Penguasa alam semesta. Pada saat yang sama, Wadian juga menjadi pelayan atau hamba bagi segenap peserta upacara agar apa yang diharapkan oleh peserta upacara bisa terlaksana dengan baik. Dan lagi, Balian berperan penting dalam rangka menghadirkan dan memelihara keadaan selamat dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan6. Balian juga adalah orang yang bertugas untuk berurusan dengan dunia atas dan dunia bawah dari para roh manusia yang telah meninggal 7 . Balian juga bisa mengobati sakit penyakit dan mengusir makhluk-makhluk halus. Di kalangan Dayak Lawangan sendiri, ada dikenal istilah Balian Wara, yakni pemimpin puncak yang sangat penting dalam menentukan kelancaran tugas mengantar arwah atau roh orang yang sudah meninggal karena kedudukannya sebagai pendeta atau imam, yaitu perantara antara hubungan manusia dengan Yus Allatala (Tuhan istilah Lawangan) 8 . Sebagai seorang balian, tentunya Berohong menjadi seorang pengantara (mediator) antara Yus Allatala dengan manusia, baik itu pengantara dalam hal mengantar arwah menuju ke Usuk Bumut Lumut Tingkan Peyuyan (surga dalam Lawangan)9 juga pengantara dalam hal memohon kesembuhan, rejeki, dan sebagainya. b. Berohong sebagai seorang pemimpin yang memiliki keterbukaan Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan 6 Keloso S. Ugak, Bahan Ajar Kristologi. (Banjarmasin : STT GKE, 2013) Dayak Art Music, Balian, Agustus 2013 http://dayak-artmusic.blogspot.com/ , diakses pada 08 Nopember 2013 8 Hadi Saputra Miter, Upacara Wara Tuntunan Menuju Dunia Penantian Dayak Lawangan, 24 Juni 2012, http://hadi-saputa-miter.blogspot.com/, diakses pada 22 Oktober 2013 9 Eben, Wawancara Via Telepon, Jumat, 08 September 2013 9 7 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus pula.10 Sebagai seorang pemimpin, Berohong memiliki suatu sikap yang luar biasa yakni sangat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang tinggal di daerahnya. Berohong memiliki keterbukaan yang besar untuk menerima setiap orang yang ingin tinggal di daerah yang telah dibukanya. Bahkan ia sendiri yang berusaha untuk mendatangkan penduduk untuk mendiami lahan tersebut. Bukan hanya itu saja, ia sendiri menjamin keamanan penduduk yang tinggal di daerahnya itu. Oleh karena itu ia menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di kalangan masyarakat kala itu. Dalam posisinya sebagai seorang pemimpin, Berohong memiliki sikap keterbukaan dan mudah dalam menerima orang lain dari berbagai latar belakang. Keterbukaan adalah sikap membiarkan diri kita terbuka terhadap orang lain yang memiliki pengalaman, karakter dan ide yang berbeda. Di dalam keterbukaan, kita belajar untuk menjadi diri kita sendiri, apa adanya. Di dalam keterbukaan juga kita belajar untuk memahami bahwa ada orang berbeda dengan kita.11 Keterbukaan disini juga mencakup pada sikap toleransi. Berohong terbuka bagi semua orang dari berbagai latar belakang. Sifatnya sebagai pemimpin yang terbuka juga terlihat dari pemanfaatan fungsi dari bangunan balai panyang sebagai tempat peristirahatan gratis bagi orang luar dan penduduk. c. Berohong yang berkorban dan memobilisasi Pengorbanan mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengharapkan suatu imbalan maupun pamrih dari orang lain. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, tenaga, bahkan dapat juga berupa jiwanya.12 Meskipun bersikap terbuka terhadap semua pendatang yang ingin mendiami daerahnya, ketika terjadi penyimpangan-penyimpangan, Berohong tidak tinggal diam. Secara kedudukan, ia dipandang terhormat oleh para pendatang (bahkan para 10 Haryanto, Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli, Agustus 2010, http://belajarpsikologi.com/, diakses pada 08 Nopember 2013 11 Sem Siseyar, Keterbukaan, Penerimaan, dan Kasih, http://ngakawiweti.blogspot.com/, diakses pada 21 Nopember 2013 12 Akhtur, Pengertian pengabdian dan pengorbanan, Mei 2012, http://tugas-untukkuliah.blogspot.com/, diakses pada 18 Nopember 2013 10 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” penjajah) sebagai orang yang dituakan, berpengaruh, dan diangkat menjadi pemimpin, namun Berohong tetap menunjukkan sikap yang tidak toleran terhadap terjadinya penyimpangan, baik itu ketidakadilan, ketidakbenaran, maupun juga kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh kaum penjajah pada masa dulu. Hal ini terjadi karena ia melihat kedatangan para penjajah yang hanya memberikan suatu kesengsaraan tersendiri bagi masyarakat. Sehingga Berohong sebagai seorang yang berpengaruh dan juga memiliki kesaktian yang tinggi merasa berkewajiban untuk memimpin pemberontakan. Disinilah ketika Berohong melakukan perlawanan dan perjuangan terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda, ia menunjukkan kerelaannya untuk melindungi, menjaga, dan berkorban bagi sesamanya. Secara tidak langsung, disinilah ia berperan dalam menggerakkan (memobilisasi) setiap warga di saat itu untuk melakukan suatu tindakan. Demikianlah gambaran dari sosok Berohong, seorang tokoh yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Ampah, terkhususnya dalam kalangan suku Dayak Lawangan. Juga telah dipaparkan beberapa hal penting yang dapat diambil dari sosok Berohong sebagai bekal untuk melanjutkan upaya perumusan kristologi secara kontekstual pada bab selanjutnya. BAB IV PANDANGAN ALKITAB TENTANG YESUS KRISTUS Dalam iman Kristen, Yesus bukan hanya memiliki posisi sebagai Anak Allah, namun Yesus sendiri adalah Allah. Dia memiliki sifat dan kuasa yang sama seperti Allah. Ia adalah Allah menjadi manusia (inkarnasi) atau Allah yang berinkarnasi menjadi manusia13. Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan 13 Tony Tedjo, Anda Bertanya Saya Menjawab : 101 Tanya Jawab Praktis Seputar Iman dan Kehidupan Kristen, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2012), hl 08 11 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8) Itulah Yesus. Namun dalam inkarnasiNya sebagai manusia, Ia tetap berbeda dari manusia, terutama dalam hal kesucian-Nya dan ketidakberdosaan-Nya. Yesus adalah Pribadi yang unik, dimana Ia dapat menempatkan Diri-Nya dalam berbagai posisi dan gelar, seperti sebagai Guru, Imam, Nabi, Allah, Anak Allah, Anak Manusia, Raja, Logos, Kyrios, dan sebagainya. Ia telah dinubuatkan sejak pada masa Perjanjian Lama, baik melewati nubuat para nabi, penyataan Allah, juga melalui simbol-simbol. Oleh karena itu, ada terdapat banyak nilai-nilai penting dari Yesus Kristus yang bisa kita ambil. Secara khusus disini akan dilihat mengenai bahwa Yesus Kristus memiliki beberapa hal yang sama seperti yang telah dipaparkan di atas pada tokoh Berohong. 12 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” a. Yesus dalam Peran-Nya sebagai Perantara Kristologi menafsirkan bahwa Yesus adalah sang perantara keselamatan yang satu-satunya bagi semua orang, Ialah sang Logos, gambaran, firman, jalan, dan seterusnya14. Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:11); Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibrani 7:25). Yesus adalah pengantara (mediator) antara manusia dengan Allah. Ia adalah Pengantara yang esa, karena Ia adalah Allah. Pengantara memiliki peran sebagai seorang penghubung atau mediasi antara satu pihak dengan pihak yang lain 15 . Sebagaimana yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 14:6b bahwa tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Dia maka jelaslah bahwa hanya melalui Dialah manusia dapat datang, berdoa, menyembah, dan mengenal Allah secara seutuhnya. b. Yesus dalam Peran-Nya sebagai pemimpin yang memobilisasi Yesus menunjukkan teladan kepemimpinan-Nya dengan jalan menjadi panutan dan memberikan teladan kehidupan. Ia senantiasa menjadikan diri dan teladan-Nya sebagai suatu teladan moralitas. Kehidupan-Nya transparan sehingga semua orang dapat melihat dan menganalisa diri-Nya. Kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Yesus bukan sekedar melalui kata-kata namun juga disertai dengan hikmat dan wibawa ilahi. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang 14 15 R. S. Sugirtharajah, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996) hl 99 Arti Kata, Definisi Perantara, http://artikata.com/, diakses pada 28 Oktober 2013 13 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Markus 10:42-44). Dalam peran-Nya sebagai seorang pemimpin, Yesus menitikberatkan bahwa seorang pemimpin harus melayani dan memperhatikan keperluan dari bawahannya, seperti memberikan kesejahteraan, perlindungan, dan sebagainya. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yohanes 13:15) Dari wujud keteladan yang dilakukan oleh-Nya inilah, Yesus menjadi patokan bagi para murid dalam menjadi seorang pemimpin. Keteladanan Yesus dalam hal kesadaran akan kehendak Allah dalam menanggung penderitaan yang seharusnya tidak Ia tanggung diungkapkan oleh Petrus dalam 1 Petrus 2:18-25. Yohanes dalam 1 Yohanes 3:11-18, meminta agar mengasihi bukan dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Ini adalah salah satu dari keteladanan Yesus, dimana Ia senantiasa mengasihi menggunakan perbuatan/tindakan (Mat 16:13-14; 14:13-21; Luk 7:12-15). Contoh lainnya adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus kepada Timotius agar ia menjadi pemimpin yang memberikan teladan dan penuh kasih serta hormat. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius 4:12). Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuanperempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian ( 1 Timotius 5:1-2). Dari sini tampak bahwa keteladanan Yesus sebagai pemimpin mampu untuk menggerakkan (memobilisasi) orang lain untuk melakukan hal serupa. c. Yesus dalam keterbukaan-Nya Keterbukaan yang dimaksud di sini adalah penerimaan terhadap orang lain. Allah membuka diri-Nya dan menerima semua orang dengan berbagai latar belakang dan tradisi. Ia adalah Allah yang memiliki sifat universal. Allah tidak membedakan orang. Amanat Kristiani menyatakan bahwa semua anggota bangsa manusia sama sederajat. Kristus mewahyukan martabat mereka 14 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” bersama dengan menawarkan keselamatan yang sama kepada semua orang. Dalam Dia semua orang dapat menjadi Anak Allah.16 Yesus memusatkan perhatiannya kepada bangsa-Nya sendiri yakni orang-orang Yahudi, dan menjauhi kota-kota Yunani yang telah dibangun di antara kota-kota dan desa-desa Yahudi (Mat 10:5) 17 . Namun meskipun demikian Yesus tetap memberikan keteladanan dalam penerimaan-Nya terhadap orang lain, misalnya Ia mengangkat murid-murid yang pertama dari latar belakang yang tidak terpelajar (nelayan dan pemungut cukai), Ia bahkan bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria (Yoh 4:1-42), menyembuhkan seorang Samaria yang sakit kusta (Luk 17:14-16), dan menyembuhkan anak dari seorang perempuan SiroFenisia (Mrk 7:24-30). Ia merobohkan tembok pemisah yang membatasi kedekatan-Nya di tengahtengah umat manusia. Ajaran-Nya menghilangkan sekat-sekat diskriminasi yang membuat manusia terkotak-kotak dalam komunitas ekslusif. Ia mengarahkan pandangan manusia untuk saling mengasihi meskipun ada perbedaan dan pertentangan.18 Yesus terbuka untuk semua orang dan Ia menawarkan suatu keselamatan yang universal. Sehingga tidaklah mengherankan jika Voltaire, seorang pengarang besar Prancis pernah berkata bahwa meskipun Yesus adalah seorang Yahudi, namun para pengikut-Nya justru kebanyakan bukan Yahudi.19 Hal ini dikarenakan keterbukaanNya yang sangat tinggi terhadap semua orang. Bahkan isi amanat agung yang Ia sampaikan, yakni “jadikanlah semua bangsa murid-Ku” pun menunjukkan misi penerimaan dan keterbukaan Yesus kepada manusia yang bersifat tidak terbatas dan mendunia, serta dengan batas waktu yang tak terhingga dan juga tak terduga. d. Yesus dalam Pengorbanan-Nya Yesus dalam Yohanes 10:11 mengatakan bahwa seorang gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Hal ini dibuktikan oleh Yesus 16 John Wijngaards, Yesus Sang Pembaharu, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hl 117 ibid, hl 121 18 Elisa B. Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006), hl 76-77 19 Elisa B. Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, hl 88 15 17 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” dalam pengorbanan-Nya di kayu salib, dimana Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai bayaran atas segala dosa-dosa yang umat manusia lakukan. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. (Matius 9:35-36) Pengorbanan Yesus juga tampak dari bagaimana Ia rela untuk hadir ke dunia ini dan berinteraksi dengan manusia. Dalam karya pelayanan-Nya pun Ia rela juga untuk melakukan berbagai hal yang manusia sendiri tidak mau melakukannya, yakni seperti mendekati seorang kusta (Markus 1:40-45), makan dengan orang berdosa (Matius 9:9-13) serta aksi-aksi lainnya yang mampu menjangkau dan menjawab kebutuhan orang-orang di masa itu. Yesus benar-benar adalah Allah yang penuh cinta kasih dan mau sama-sama menderita dengan manusia.20 Demikianlah Yesus secara Alkitabiah. Ia adalah Tuhan yang dipercaya oleh umat Kristen. Ia adalah Allah yang lebih menekankan kesaksian perbuatan daripada sekadar pernyataan lisan. Melalui serangkaian perbuatan dan keteladanan-Nya, Ia membantu kita dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh-Nya sendiri, “siapakah Aku ini?” (Mat 16:13-20). BAB V KRISTOLOGI KONTEKSTUAL (YESUS SEBAGAI BEROHONG) Upaya pencarian makna “Siapa Yesus?” adalah hal yang paling sulit dalam menggambarkan Yesus Kristus sebagai Berohong, dimana Yesus harus digambarkan sesuai atau paling tidak, mendekati, dengan sosok Berohong sehingga bisa diterima oleh masyarakat setempat. Terlebih lagi tuntutannya adalah perumusan tersebut harus bisa untuk menjawab permasalahan yang ada di tempat itu. 20 R. S. Sugirtharajah, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996) hl 95 16 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” Dalam bab II telah dipaparkan bagaimana Berohong menjadi seorang tokoh yang sangat luarbiasa dan berpengaruh di kalangan masyarakat masa itu. Hal itu tampak jelas dari apa yang ia lakukan selama hidupnya, bahkan pengaruhnya pun masih bisa dirasakan oleh keturunannya sampai pada saat ini. Pada poin selanjutnya juga telah berusaha dipaparkan hal-hal yang dapat diambil berdasarkan dari kisah dan informasi yang telah didapat. Oleh karena itu dibuatlah perumusan Yesus sebagai Berohong dalam rangka menjawab permasalahan yang telah dipaparkan pada bab I. Sementara bab III mewakili bagaimana pandangan kekristenan yang mengacu kepada Alkitab tentang siapa Yesus. Walaupun jawaban yang dipaparkan pada Bab III tersebut tidak akan pernah mampu mewakili secara keseluruhan tentang pandangan Alkitab tentang fungsi atau peran Yesus dan juga tidak cukup untuk menjelaskan tentang siapa Yesus Kristus secara universal namun paling tidak hal itu bisa memberikan gambaran bahwa Yesus dalam kekristenan yang mengacu kepada petunjuk-petunjuk Alkitabiah memiliki kesamaan dalam perannya dengan Berohong seorang tokoh Dayak Lawangan. Adanya kesamaan antara Berohong dengan Yesus, yakni menjadi pengantara, pemimpin, dan memiliki sikap kerelaan untuk berkorban. Dalam upaya berkonstekstual yakni ketika Yesus dipahami sebagai Berohong maka hal itu menegaskan beberapa poin penting dalam rangka menjawab permasalahan di Songko, yakni : 1. Pengantara yang tidak toleran terhadap terjadinya penyimpangan Ketika Yesus dikatakan sebagai Berohong, Ia adalah pengantara antara manusia dengan Allah. Ia berada dalam posisi yang sangat penting dan menentukan mengenai selamat tidaknya manusia, baik dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan (kesehatan, rejeki, dan kelepasan dari roh jahat) maupun dalam kaitannya dengan persoalan kematian (menghantarkan ke dalam sorga yang didambakan oleh manusia). Dalam melaksanakan peran-Nya inilah, Yesus juga menjadi pihak yang meminta umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah. Dalam posisinya ini, Yesus memasang sikap yang tidak toleran dengan penyimpangan yang terjadi (misalnya, ketidakadilan dan ketidakjujuran). Ia tidak akan tinggal diam ketika ada hal yang tidak benar yang terjadi di lingkungannya. 17 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” Dalam konteks di Songko, ketika ada terjadi suatu masalah atau penyimpangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, baik itu di ruang lingkup gereja maupun kehidupan warganya, Yesus berperan sebagai yang melakukan pemberontakan terhadap kesalahan dan ketidakadilan tersebut. Ketika ada hal yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, maka Ia berhak untuk melakukan berbagai tindakan yang dapat membuat segala sesuatunya berjalan dengan kehendakNya. Bahkan mungkin bisa sampai pada kemungkinan-kemungkinan terjadinya tindakan yang bersifat keras dan memaksa. Melihat berbagai pengalaman yang pernah terjadi di tempat ini, mungkin hanya Yesus yang penuh kasih namun keraslah yang mampu untuk membawa penyelesaian masalah di daerah ini. 2. Pemimpin yang memiliki keterbukaan dan ikhlas untuk pengorbanan Yesus sebagai Berohong menjadi pihak yang memiliki kewibawaan dan pengaruh yang besar dalam kehidupan. Ketika Yesus sebagai Berohong maka Ia adalah sebagai pribadi yang bertanggung jawab untuk membawa jemaat Songko untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah dan membawa mereka untuk tidak bersikap semau mereka, karena ia berposisi sebagai seorang pemimpin. Dengan kewibawaan tersebut diharapkan, relasi antar warga dapat berjalan dengan baik. Adapun pengorbanan di sini lebih merujuk kepada suatu tindakan yang rela untuk berkorban tanpa mengharapkan imbalan. Hal ini sangat sesuai dengan gambaran Yesus secara Alkitabiah. Ketika Yesus dalam posisinya sebagai Berohong, maka pengorbanan yang dilakukan adalah rela menjadi seorang pemimpin atau pihak pertama yang mengambil tindakan atau gerakan terhadap setiap penyimpangan yang terjadi. Dalam rangka untuk menghadirkan suasana yang selamat serta kondusif maka diperlukanlah Yesus yang demikian. Kehidupan yang tidak saling terbuka dan tidak mampu menerima perbedaan yang ada di antara warga dapat membuat terjadinya hal-hal yang buruk. Yesus sebagai Berohong di dalam konteks permasalahan Songko seharusnya memberikan teladan akan suatu sikap keterbukaan terhadap orang luar. Sebagaimana Berohong dan Yesus memiliki sikap keterbukaan yang besar bagi setiap orang, demikian hendaknya dalam kehidupan warga Songko, harus senantiasa ada keterbukaan. Keterbukaan tersebut diharapkan untuk dapat membuahkan daya kekuatan yang 18 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” mentransformasi kehidupan, artinya ketika keterbukaan itu tercipta, maka secara otomatis kemungkinan-kemungkinan akan tercapainya penyediaan sarana yang diperlukan warga, seperti listrik dan jalan yang bagus dapat terlaksana. Selain itu dengan adanya sikap keterbukaan itu, maka seluruh warga dapat memandang sesamanya sebagai partner dalam membangun relasi yang sehat. Sebagai Berohong, Yesus berkewajiban untuk menunjukkan bagaimana membentuk suatu relasi yang berkualitas dan memberikan perlindungan, serta tidak ragu untuk melakukan pengorbanan jika memang diperlukan. 3. Pemimpin yang memberikan keteladanan yang mampu untuk memobilisasi Dalam kasus Songko ini, warga memberikan keleluasaan bagi proyek-proyek yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara merelakan kebun mereka untuk dibabat demi proyek tersebut. Namun ketika proyek tersebut tidak ada kelanjutannya, maka warga pun hanya diam saja, tidak menuntut. Disinilah peran “memobilisasi” untuk menggerakkan warga untuk menuntut penyelesaian proyekproyek tersebut diperlukan. Juga dalam kasus kegiatan peribadahan, Yesus sebagai Berohong berposisi sebagai yang memobilisasi jemaat, baik untuk mengkhususkan diri untuk beribadah pada hari Minggu ataupun dengan cara memberikan usulan agar jam ibadah dialihkan ke sore hari. BAB VI PENUTUP Kesadaran yang paling mendasar dalam Kristologi adalah Yesus Kristus bisa hadir di dalam dimensi budaya, sejarah, bahkan dalam konteks apapun. Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Bonhoeffer bahwa Yesus yang dibatasi oleh waktu bukanlah Yesus yang sesungguhnya, Ia adalah sebagai yang melampaui segala masa dan tempat dan Ia juga tidak terisolasi oleh waktu manusia21. Jadi, yang membedakan antara Yesus Kristus dengan tokoh dalam sejarah ialah Yesus Kristus selalu hadir universal, sedangkan tokoh di dalam suatu kebudayaan atau sejarah hanya berlaku dalam tradisi atau masa yang khas, yaitu 21 Dietrich Bonhoeffer, Christology, (London : Fontana Library, 1974), hl 45-46 19 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” tempat tokoh tersebut muncul dan kurun waktu selama ia hidup. Yesus sebagai Berohong dalam konteks permasalahan di Songko adalah Yesus yang memberikan keteladanan dalam keterbukaan terhadap para pendatang serta sebagai yang memobilisasi warga, namun juga tegas dan tidak toleran jika terjadi suatu penyimpangan dan ketidakjelasan. Demikianlah makalah ini dibuat dengan merumuskan Yesus sebagai Brohong sebagai suatu rumusan Kristologi. Ini bukanlah merupakan sebuah upaya untuk memasukkan secara langsung pandangan mengenai tokoh sejarah ini ke dalam konteks kekristenan ataupun upaya untuk mempersempit pandangan mengenai peran Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang universal ke dalam sosok seorang Berohong. Namun upaya pengkontekstualisasian Yesus sebagai Berohong ini tidak lain merupakan suatu upaya dari proses refleksi dan kontekstualisasi bahwa ada nilai teologis dalam gambaran Yesus sebagai Berohong yang mampu menjawab berbagai permasalahan, baik itu permasalahan jemaat gereja di Songko maupun juga permasalahan warganya secara umum. 20 Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/ Lia Af anak AMPAH Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif” DAFTAR PUSTAKA Buku ________, Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta : LAI, 2009. Bonhoeffer, Dietrich, Christology. London : Fontana Library, 1974 Sugirtharajah, R. S, Wajah Yesus di Asia. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996 Surbakti, Elisa B. Benarkah Yesus Juruselamat Universal?. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006 Tedjo, Tony, Anda Bertanya Saya Menjawab : 101 Tanya Jawab Praktis Seputar Iman dan Kehidupan Kristen. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2012 Ugak, S. Keloso, Bahan Ajar Kristologi. Banjarmasin : STT GKE, 2013 Wijngaards, John, Yesus Sang Pembaharu, Yogyakarta : Kanisius, 1994 Internet Akhtur, Pengertian pengabdian dan Pengorbanan, http://tugas-untuk-kuliah.blogspot.com/ Arti Kata, Definisi Perantara, http://artikata.com/ Dayak Art Music, Balian, http://dayak-artmusic.blogspot.com/ Hadi Saputra Miter, Upacara Wara Tuntunan Menuju Dunia Penantian Dayak Lawangan, http://hadi-saputra-miter.blogspot.com/ Haryanto, Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli, http://belajarpsikologi.com/ Sem Siseyar, Keterbukaan, Penerimaan, dan Kasih, http://ngakawiweti.blogspot.com/ Data Responden Percakapan via telepon 1. Nama Umur Alamat : : : Arigato 40 tahun Jl. Songko, Ampah 3. Nama Umur Alamat : : : Eben 60 tahun Jl. Talohen, Ampah 2. Nama Umur Alamat : : : Indrayani 40 tahun Jl. Songko, Ampah 21