yesus sebagai berohong - Lia Af anak AMPAH

advertisement
YESUS SEBAGAI BEROHONG
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Final Test
Mata Kuliah : Soteriologi dan Kristologi
Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Keloso S. Ugak
Di Susun Oleh :
Nama
:
Lia Afriliani
NIM
:
12.16.75
Semester
:
III (Tiga)
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN, NOPEMBER 2013
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
YESUS SEBAGAI BEROHONG
BAB I
PENDAHULUAN
Berkristologi adalah suatu upaya untuk menjawab secara kontekstual pertanyaan yang
umum dilontarkan yakni “Siapakah Yesus”. Pada masa sekarang adalah hal yang sangat
penting bagi gereja atau orang Kristen secara umum, untuk mampu mengetahui dan
memahami sosok Yesus tersebut. Pemahaman yang baik bukan hanya terpaku pada apa
yang dikatakan di dalam Alkitab (apa yang selama ini diyakini dalam iman Kristen) namun
juga perlu untuk mencari pemahaman yang sesuai dengan latar belakang atau konteks yang
dapat diterima secara umum. Hal ini semakin penting ketika mengingat permasalahanpermasalahan yang kita temukan di gereja bahkan luar gereja yang kian kompleks.
Permasalahan-permasalahan seperti ini jika tidak diberikan jalan keluarnya, maka
kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak baik ke depannya. Permasalahanpermasalahan yang kian kompleks itu menjadi suatu dilema tersendiri bagi kita di masa
kini. Seiring berjalannya waktu, segala sesuatu tampaknya lebih mengarah kepada
bertambahnya permasalahan dibandingkan penyelesaiannya.
Oleh karena itu diperlukan suatu perumusan siapa Yesus yang sesuai dengan konteks
daerah masing-masing, sehingga dapat menjawab berbagai permasalahan yang terjadi baik
di gereja maupun di luar gereja. Dalam rangka memahami Yesus secara kontekstual, maka
tulisan ini mengangkat tentang Yesus sebagai Berohong, seorang tokoh dari Dayak
Lawangan, seraya bertujuan untuk menjawab beberapa permasalahan yang terjadi.
Permasalahan yang terjadi di suatu daerah yang akan dipaparkan dalam tulisan ini masih
merupakan suatu bagian kecil dari masalah-masalah yang kompleks. Permasalahan yang
disorot bukan hanya dari sisi kehidupan bergereja namun juga diluar dari itu.
Daerah ini adalah merupakan bagian terkecil dari jemaat Ampah dan wilayah Ampah
secara umum, di sini tidak sampai 20% dari total KK beragama Kristen Protestan secara
keseluruhan, namun dapat dilihat bahwa permasalahan yang ada cukup banyak dari
berbagai segi. Artinya, belum lagi jika melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang
lebih luas yakni se-jemaat Ampah, maka permasalahan yang akan didapat pun akan lebih
banyak. Oleh karena itu, mengingat hal tersebut dan luasnya Ampah, maka penelitian
hanya difokuskan pada wilayah ini saja, dengan mengambil tokoh Berohong yang sudah
1
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
cukup dikenal oleh warga Ampah seraya tidak melupakan tujuan dari berkristologi itu
sendiri.
BAB II
DESKRIPSI
Ampah kota adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito
Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Wilayah ini termasuk pusat perekonomian di
kabupaten ini dengan tingkat kemajemukan yang tinggi, baik dari segi bahasa, suku, dan
agama. Terkhususnya dalam hal beragama, masyarakat yang beragama Kristen Protestan
yang bernaung dibawah GKE lumayan banyak jumlahnya, dengan lima bangunan gereja
yang sudah dibangun dan satu dalam tahap pembangunan. Jemaat Ampah adalah bagian
dari Resort GKE Karau Ampah. Jemaat Ampah secara keseluruhan berjumlah kira-kira
700-800 anggota jemaat dengan total sekitar 376 KK dan dibagi menjadi enam lingkungan.
Mengingat luasnya area jemaat Ampah, yang daerahnya meliputi Ampah, dengan batasbatas Rangen, Ampah Dua, Moloh, Bantai Karau, Putai Idi, dan Janah Harapan, serta
banyaknya kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang terjadi, maka permasalahan
yang hendak dipaparkan akan dipersempit ruang lingkupnya, yakni hanya mengenai jemaat
dan warga yang tinggal dalam ruang lingkup Jl. TVRI Ampah saja, disamping untuk
mempersempit cakupan pembahasan juga karena penulis ingin lebih memfokuskan diri
dalam mencoba merumuskan suatu rumusan kristologi untuk menjawab berbagai
permasalahan di tempat ini.
2.1 Gambaran Umum
Jalan ini disebut sebagai Jl. TVRI karena di sini ada gedung stasiun TVRI yang
sudah dibangun sejak dahulu, sekitar 1 KM dari Rangen. Jl. TVRI ini juga dikenal
dengan nama Jl. Songko. Seringkali ketika orang mendengar nama tempat ini, yang
terlintas pastilah tempat pekuburan bukan sebuah pemukiman. Hal ini tidaklah
mengherankan karena di Songko sendiri ada area pekuburan yang cukup luas untuk
agama Protestan, Katolik, Pentakosta, dan Islam.
Di Songko ada 21 KK, dengan rincian 37 orang dewasa, 9 orang remaja, dan 13
orang anak-anak. Mayoritas latar belakang kesukuan adalah Dayak Ma’anyan. Semua
2
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
yang tinggal disini beragama Kristen, baik Protestan, Katolik, dan Bethel.
Terkhususnya warga yang beragama Kristen Protestan, mereka adalah bagian dari
jemaat Ampah lingkungan Hermon. Lingkungan Hermon sendiri cakupannya adalah
Jl. Negara, Mantaliau, Rangen, dan Jl. TVRI, dengan total 83 KK. Di Songko telah
berdiri sebuah gedung gereja, yakni gereja Sasameh yang diresmikan pada tahun 2011
silam. Gereja ini berukuran 8x6 dengan kapasitas kira-kira 70 orang. Rencana kedepan
masih akan ditambah lagi pembangunannya memanjang ke belakang mengingat masih
luasnya lahan yang dibeli untuk pembangunan gereja ini.
Mata pencaharian sebagian besar warga adalah menyadap karet dan bertani, hanya
beberapa yang menjadi pegawai rumah sakit dan guru. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika di sini masih ada banyak kebun karet sebagai sumber mata
pencaharian warga. Sampai saat ini, listrik masih belum masuk, sehingga banyak
warga menggunakan mesin generator namun ada juga yang menggunakan jasa listrik
dari Telkom. Kondisi jalan yang beraspal hanya sampai depan gedung stasiun TVRI,
namun masuk lebih ke dalam lagi, kondisi jalan cukup memprihatinkan. Di Songko
pernah ada proyek pembuatan irigasi pada tahun 2010. Proyek ini memberikan
keuntungan sekaligus kerugian bagi para pemilik kebun karet dimana mereka harus
menjual kebun mereka yang masuk jalur irigasi tersebut kepada pihak perusahaan dan
menerima uang ganti rugi. Namun yang terjadi sekarang sangat disayangkan bahwa
irigasi tersebut dalam keadaan setengah jadi dan tidak ada tindak lanjutnya.
Demikianlah keadaan Jl. TVRI atau Songko secara garis besar.
2.2 Deskripsi Permasalahan
Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa permasalahan yang akan di disorot bukan
hanya dari sisi kehidupan bergereja namun juga diluar dari itu, yakni semua
permasalahan di daerah ini.
a. Kegiatan peribadahan1
Seperti yang telah ditulis di atas, bahwa mayoritas warga adalah beragama
Kristen Protestan dengan latar belakang GKE. Sarana prasarana peribadahan sudah
disediakan yakni dengan didirikannya gereja Sasameh Songko Baru.
1
Arigato, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013
3
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
Dengan adanya gereja ini diharapkan jemaat Songko dapat beribadah di gereja
dengan lebih mudah. Padahal sebenarnya, tidak semua setuju terhadap
pembangunan gereja ini, karena sebenarnya jemaat masih bisa beribadah di gereja
Gloria yang terletak di Jl. Negara. Pembangunan gereja ini sebenarnya di
latarbelakangi dari pemikiran beberapa penatua/diakon lingkungan Hermon pada
tahun 2006 dan disetujui oleh ketua resort pada saat itu, yakni Pdt. Mediorapano,
S.Th, M.Min. Yang menjadi ketua pembangunan pada periode pertama adalah Pnt.
Ron Bremen, dilanjutkan dengan Pnt. Arigato. Pada periode yang kedua inilah,
gereja ini diresmikan oleh ketua resort yang baru, yakni Pdt. Gunedi, M.Th.
Permasalahannya adalah jemaat yang hadir beribadah di gereja ini hanya sedikit.
Dalam ibadah hari minggu, seringkali yang hadir hanya 15-20 orang, termasuk
anak-anak dan petugas serta jemaat dari lingkungan lain yang ikut beribadah di sini.
Jika ibadah Natal dan Paskah, serta jika diadakan perjamuan kudus, baru jumlah
yang hadir bisa melampaui jumlah di hari biasa. Hal ini dikarenakan, jemaat
menganggap ini adalah momen yang sangat penting. Apalagi, ketika ibadah Natal,
dimana selama gereja Sasameh didirikan, pelaksanaan natal lingkungan Hermon
selalu dipusatkan di gereja ini. Sehingga membuat jemaat Songko merasa tidak
nyaman atau merasa malu jika tidak menghadiri ibadah tersebut. Awalnya ibadah
dilaksanakan setiap pukul 15.00 WIB, sehubungan dengan banyaknya gereja yang
harus dilayani di Ampah (sebanyak lima gereja, termasuk gereja Sasameh)
sementara tenaga pendeta cukup terbatas. Namun baru-baru ini, jam ibadah
dimajukan menjadi pukul 12.00 WIB, akibatnya jemaat yang hadir pun menjadi
semakin sedikit. Hal ini dikarenakan sebagian besar jemaat lebih memilih untuk
beristirahat melepas lelah setelah melakukan aktivitas rutinnya yakni menyadap
karet.
b. Pengelolaan keuangan jemaat2
Tidak seperti empat gereja lainnya yang ada di jemaat Ampah, dimana
penatua/diakon yang bertugas selalu bergiliran dari lingkungan-lingkungan lain,
petugas di gereja Sasameh setiap Minggunya adalah para penatua/diakon dari
2
Arigato, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013
4
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
lingkungan Hermon. Di lingkungan Hermon ada sebanyak 12 orang anggota
penatua/diakon yang aktif saat ini. Dari Songko sendiri ada tiga orang penatua.
Hal yang sangat memprihatinkan adalah mengenai ketidaktertiban pengelolaan
keuangan di gereja, masih sering terjadi penggelapan uang. Hal ini seringkali
terjadi dan menjadi masalah bagi gereja di sini. Ada anggota jemaat yang
memberikan amplop persembahan syukur perpuluhan, namun setelah dicek di
lembar warta jemaat pada minggu-minggu selanjutnya, persembahan syukurnya
ternyata tidak tercantum di laporan keuangan. Setelah dilaporkan kepada BPH
Majelis Jemaat, maka barulah uang tersebut dikembalikan oleh yang
mengambilnya. Akibatnya, sebagian jemaat merasa tidak percaya dengan para
penatua/diakon lingkungan Hermon. Mereka merasa tidak aman ketika
memberikan amplop persembahan syukur,
baik
itu menitipkan kepada
penatua/diakon maupun memasukkan ke kantong kolekte di gereja Sasameh.
Sehingga ketika ingin memberikan amplop persembahan syukur, mereka akan
lebih memilih untuk beribadah di gereja Gloria, dengan catatan kalau bisa
petugasnya tidak dari lingkungan Hermon.
Bukan hanya itu saja, seringkali data mengenai pengeluaran uang anggaran
pembangunan gereja dilakukan pemanipulasian dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Salah satu contoh nyata yang membuat jemaat agak kecewa misalnya
ketika membuat WC gereja, total biaya pengeluarannya sangat besar, namun
kenyataannya keadaan WC yang dibuat sangat tidak sesuai dengan jumlah
pengeluaran tersebut. Untuk pembelian barang-barang/material gereja pun
seringkali dimanipulasi lebih dari harga sebenarnya.
c. Relasi dan keterbukaan antar warga dan orang luar3
Ini adalah hal yang sangat tampak dalam kehidupan warga Songko. Relasi satu
sama lainnya yang awalnya baik-baik saja bisa menjadi tidak baik hanya karena
rasa iri, ingin bersaing, dan menjadi lebih daripada yang lain. Kasus yang tampak
jelas adalah ketika salah satu keluarga membuka usaha warung kecil-kecilan
karena melihat peluang usaha dimana tidak ada yang berjualan. Beberapa waktu
berjalan, usaha ini mengalami kemajuan, karena memang hanya ada satu warung
3
Indrayani, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013
5
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
di sana dan cukup untuk memenuhi keperluan warga di Songko. Akhirnya,
muncullah warga yang merasa iri, sehingga ia membuka usaha warung juga.
Akibatnya, warga yang jumlahnya memang sedikit menjadi bingung untuk
membeli ke warung yang mana, dan otomatis penghasilan warung yang pertama
menjadi berkurang dari yang biasanya. Hal yang serupa juga muncul ketika salah
satu keluarga membeli barang-barang baru, misalnya motor, kursi, dan lain
sebagainya. Adanya rasa tidak ingin kalah dari yang lain, kesombongan, dan iri
merupakan suatu permasalahan di jemaat ini. Tidak jarang untuk memenuhi
keinginannya secara instan untuk menjadi lebih dari orang lain, mereka
menggunakan berbagai macam upaya untuk menghalang atau menutup jalan usaha
orang lain.
Sebagaimana yang telah dikatakan dalam gambaran umum tadi, bahwa
mayoritas beragama Kristen. Warga Songko tampaknya kurang terbuka untuk
pendatang baru yang beragama non Kristen dan non Dayak. Warga baru yang
beragama non kristen biasanya hanyalah pegawai stasiun TVRI dan keluarganya
yang dipindah tugas oleh pihak TVRI Kalteng. Dahulu masih ada beberapa
pegawai stasiun yang sanggup untuk bertahan tinggal di kompleks TVRI, namun
beberapa tahun terakhir, ada dua pegawai stasiun TVRI yang lebih memilih untuk
tinggal di Ampah. Hal ini selain dikarenakan warga yang kurang terbuka dengan
pendatang baru yang berbeda dari mereka, juga dikarenakan para pegawai stasiun
TVRI tidak bisa melakukan pendekatan dengan warga. Sebenarnya, bukan hanya
dalam kasus ini saja. Pendatang yang berlatarbelakang sama pun bisa menjadi
bahan kecurigaan oleh warga. Apalagi jika statusnya tidak jelas dan kurangnya
pendatang itu membuka diri dengan warga.
BAB III
BEROHONG
Kisah mengenai Berohong ini dituturkan oleh keturunan dari Berohong sendiri.
Sayangnya kemungkinan karena rasa hormat dan ketakutan dengan tulah atau karma dari
Berohong maka kisah Berohong tidak terlalu mendetail atau jelas diceritakan oleh orangorang tua dahulu, akibatnya keturunannya sekalipun hanya mengetahui garis besarnya saja
6
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
dari kisah kehidupan Berohong4. Melalui kisah ini maka ditariklah beberapa nilai penting
yang tampak dari diri Berohong.
3.1 Sosok Berohong5
Berohong adalah salah satu tokoh sejarah dari suku Dayak. Ia adalah seorang
Dayak Lawangan asli. Ia adalah anak dari Kakah Datan. Panggilan lain dari Berohong
adalah kakah Uyan. Berohong adalah seorang yang pandai dalam berperang, ahli
dalam pengobatan penyakit dan juga seorang balian yang mampu mengusir makhlukmakhluk halus. Berohong menikah dengan Ue Nuyan, anak perempuan dari
Tumenggung Guntum dari Tuyau, Tumenggung Guntum ini adalah seorang tokoh
yang juga terkenal di masa itu.
Bersama istrinya, Berohong membuat ladang di sekitar hutan bertahun-tahun
lamanya. Setelah beberapa tahun akhirnya Berohong dapat mendatangkan para
penduduk untuk mendiami lahan yang telah dibukanya. Berohong mengumpulkan
orang banyak tersebut dengan cara mengadakan pakor atau sabung ayam. Lama
kelamaan tempat pakor itu akhirnya menjadi sebuah kampung yang dikenal dengan
nama kampung Banian atau yang pada masa penjajahan Belanda dikenal sebagai
Ampah. Selain Ampah, Berohong juga membangun kampung-kampung lain seperti
Bantai Karau dan masih banyak kampung-kampung kecil lainnya.
Berohong dikenal memiliki kesaktian dan merupakan tokoh yang sangat
berpengaruh pada masa itu. Konon salah satu dari kesaktian Berohong adalah lidahnya
bisa memanjang yang berfungsi sebagai peringatan atau sebagai senjata yang ampuh.
Oleh pengaruh dan kesaktiannya itulah pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
keadaan daerah tetap aman. Pada waktu itu khususnya pada zaman Belanda, Berohong
dan mertuanya menjadi orang yang cukup disegani oleh pihak penjajah. Walaupun
demikian, Berohong dan pengikutnya juga sering berselisih paham dengan Belanda,
khususnya soal ketidakadilan penjajah sehingga sering terjadi pemberontakan. Pada
masa penjajahan Belanda, Berohong dan mertuanya, Tumenggung Guntum melakukan
perlawanan atau perjuangan atas ketidakadilan oleh Belanda.
4
5
Arigato, Wawancara Via Telepon, Minggu, 03 September 2013
Eben, Wawancara Via Telepon, Jumat, 08 September 2013
7
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
Walaupun Berohong dikenal sangat sakti dan juga salah satu tokoh yang sangat
berpengaruh pada masa itu, beliau memiliki rasa persaudaraan yang tinggi. Ia sangat
terbuka bagi suku-suku lain diluar Lawangan dan terbuka juga bagi agama lain yang
ingin memasuki wilayah Ampah. Bahkan ia juga menjamin suatu perlindungan bagi
penduduk yang tinggal di daerahnya tersebut. Berohong juga dikenal sebagai pencetus
adat diadakannya upacara nyangar atau bersih kampung yang dilaksanakan setiap
tahun sesudah musim panen.
Berohong meninggal bukan karena dibunuh, tapi karena penyakit sejenis penyakit
kulit. Setelah meninggal, kepala Berohong diambil oleh keturunannya dan
disemayamkan di sebuah rumah khusus yang disebut dengan istilah bahasa Lawangan
yakni belai panyang yang berarti rumah tinggi. Selai berfungsi sebagai tempat
disemayamkannya kepala Berohong, belai panyang ini juga berfungsi sebagai tempat
persinggahan atau penginapan bagi penduduk luar Ampah tanpa dipungut biaya.
Menurut cerita dari keturunan Berohong dan orang-orang yang pernah menginap di
belai panyang sering sekali terjadi kejadian yang aneh dan ganjil, terutama jika
penghuni yang menginap melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan adat dan tidak
berkenan bagi Berohong, walaupun pada saat itu hanya tengkorak kepalanya yang
disemayamkan di rumah itu. Keganjilan tersebut seperti seringnya belai panyang itu
dirasa seperti diguncang-guncang, hal ini dipercaya oleh keturunannya sebagai akibat
dari kemarahan Berohong. Namun sayangnya sekarang ini puing-puing dari belai
panyang itu sudah sama sekali tidak ada lagi. Sebagai gantinya, yang ada sekarang ini
hanyalah sebuah bangunan baru yang sederhana. Disitulah tengkorak kepala Berohong
serta anaknya disemayamkan oleh keturunannya. Rumah tempat kepala Berohong
masih ada sampai saat ini dan terletak di gang Keramat, tidak jauh dari pasar Ampah
sekarang ini.
Sebagian dari keturunan Berohong saat ini masih tinggal di Ampah. Setiap bulan
Juli, keturunan Berohong pasti mengadakan acara ritual untuk mengingat Berohong
dan jasa perjuangannya. Setiap acara itu, pasti diadakanlah acara pakor sebagai
pengingat akan dasar berdirinya Ampah. Walaupun Berohong sudah meninggal,
namun kesaktian dan kehadirannya masih bisa dirasakan oleh keturunannya sampai
saat ini.
8
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
3.2 Nilai Penting dari Tokoh Berohong
Dari paparan mengenai tokoh Berohong di atas, akan dilihat beberapa hal penting
dari tokoh ini :
a. Berohong dalam perannya sebagai pengantara (balian)
Balian memiliki peranan sentral dan tak tergantikan terutama apabila dikaitkan dengan
upacara yang di dalamnya ada tindakan menghubungkan umat, berbagai unsur upacara
dan pelaksanaan suatu upacara dengan Yang Ilahi atau para Penguasa alam semesta.
Pada saat yang sama, Wadian juga menjadi pelayan atau hamba bagi segenap peserta
upacara agar apa yang diharapkan oleh peserta upacara bisa terlaksana dengan baik.
Dan lagi, Balian berperan penting dalam rangka menghadirkan dan memelihara keadaan
selamat dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan6.
Balian juga adalah orang yang bertugas untuk berurusan dengan dunia atas dan
dunia bawah dari para roh manusia yang telah meninggal 7 . Balian juga bisa
mengobati sakit penyakit dan mengusir makhluk-makhluk halus. Di kalangan
Dayak Lawangan sendiri, ada dikenal istilah Balian Wara, yakni pemimpin puncak
yang sangat penting dalam menentukan kelancaran tugas mengantar arwah atau roh
orang yang sudah meninggal karena kedudukannya sebagai pendeta atau imam,
yaitu perantara antara hubungan manusia dengan Yus Allatala (Tuhan istilah
Lawangan)
8
. Sebagai seorang balian, tentunya Berohong menjadi seorang
pengantara (mediator) antara Yus Allatala dengan manusia, baik itu pengantara
dalam hal mengantar arwah menuju ke Usuk Bumut Lumut Tingkan Peyuyan (surga
dalam Lawangan)9 juga pengantara dalam hal memohon kesembuhan, rejeki, dan
sebagainya.
b. Berohong sebagai seorang pemimpin yang memiliki keterbukaan
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
6
Keloso S. Ugak, Bahan Ajar Kristologi. (Banjarmasin : STT GKE, 2013)
Dayak Art Music, Balian, Agustus 2013 http://dayak-artmusic.blogspot.com/ , diakses
pada 08 Nopember 2013
8
Hadi Saputra Miter, Upacara Wara Tuntunan Menuju Dunia Penantian Dayak
Lawangan, 24 Juni 2012, http://hadi-saputa-miter.blogspot.com/, diakses pada 22 Oktober 2013
9
Eben, Wawancara Via Telepon, Jumat, 08 September 2013
9
7
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi
yang khusus pula.10
Sebagai seorang pemimpin, Berohong memiliki suatu sikap yang luar biasa
yakni sangat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang tinggal di
daerahnya. Berohong memiliki keterbukaan yang besar untuk menerima setiap
orang yang ingin tinggal di daerah yang telah dibukanya. Bahkan ia sendiri yang
berusaha untuk mendatangkan penduduk untuk mendiami lahan tersebut. Bukan
hanya itu saja, ia sendiri menjamin keamanan penduduk yang tinggal di daerahnya
itu. Oleh karena itu ia menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di kalangan
masyarakat kala itu. Dalam posisinya sebagai seorang pemimpin, Berohong
memiliki sikap keterbukaan dan mudah dalam menerima orang lain dari berbagai
latar belakang.
Keterbukaan adalah sikap membiarkan diri kita terbuka terhadap orang lain yang
memiliki pengalaman, karakter dan ide yang berbeda. Di dalam keterbukaan, kita
belajar untuk menjadi diri kita sendiri, apa adanya. Di dalam keterbukaan juga kita
belajar untuk memahami bahwa ada orang berbeda dengan kita.11
Keterbukaan disini juga mencakup pada sikap toleransi. Berohong terbuka bagi
semua orang dari berbagai latar belakang. Sifatnya sebagai pemimpin yang terbuka
juga terlihat dari pemanfaatan fungsi dari bangunan balai panyang sebagai tempat
peristirahatan gratis bagi orang luar dan penduduk.
c. Berohong yang berkorban dan memobilisasi
Pengorbanan mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengharapkan suatu imbalan
maupun pamrih dari orang lain. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran,
perasaan, tenaga, bahkan dapat juga berupa jiwanya.12
Meskipun bersikap terbuka terhadap semua pendatang yang ingin mendiami
daerahnya, ketika terjadi penyimpangan-penyimpangan, Berohong tidak tinggal
diam. Secara kedudukan, ia dipandang terhormat oleh para pendatang (bahkan para
10
Haryanto, Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli, Agustus 2010,
http://belajarpsikologi.com/, diakses pada 08 Nopember 2013
11
Sem Siseyar, Keterbukaan, Penerimaan, dan Kasih, http://ngakawiweti.blogspot.com/,
diakses pada 21 Nopember 2013
12
Akhtur, Pengertian pengabdian dan pengorbanan, Mei 2012, http://tugas-untukkuliah.blogspot.com/, diakses pada 18 Nopember 2013
10
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
penjajah) sebagai orang yang dituakan, berpengaruh, dan diangkat menjadi
pemimpin, namun Berohong tetap menunjukkan sikap yang tidak toleran terhadap
terjadinya penyimpangan, baik itu ketidakadilan, ketidakbenaran, maupun juga
kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh kaum penjajah pada masa dulu.
Hal ini terjadi karena ia melihat kedatangan para penjajah yang hanya
memberikan suatu kesengsaraan tersendiri bagi masyarakat. Sehingga Berohong
sebagai seorang yang berpengaruh dan juga memiliki kesaktian yang tinggi merasa
berkewajiban untuk memimpin pemberontakan. Disinilah ketika Berohong
melakukan perlawanan dan perjuangan terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh
Belanda, ia menunjukkan kerelaannya untuk melindungi, menjaga, dan berkorban
bagi sesamanya. Secara tidak langsung, disinilah ia berperan dalam menggerakkan
(memobilisasi) setiap warga di saat itu untuk melakukan suatu tindakan.
Demikianlah gambaran dari sosok Berohong, seorang tokoh yang sangat berpengaruh di
kalangan masyarakat Ampah, terkhususnya dalam kalangan suku Dayak Lawangan. Juga
telah dipaparkan beberapa hal penting yang dapat diambil dari sosok Berohong sebagai
bekal untuk melanjutkan upaya perumusan kristologi secara kontekstual pada bab
selanjutnya.
BAB IV
PANDANGAN ALKITAB TENTANG YESUS KRISTUS
Dalam iman Kristen, Yesus bukan hanya memiliki posisi sebagai Anak Allah, namun
Yesus sendiri adalah Allah. Dia memiliki sifat dan kuasa yang sama seperti Allah. Ia
adalah Allah menjadi manusia (inkarnasi) atau Allah yang berinkarnasi menjadi manusia13.
Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
13
Tony Tedjo, Anda Bertanya Saya Menjawab : 101 Tanya Jawab Praktis Seputar Iman
dan Kehidupan Kristen, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2012), hl 08
11
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8)
Itulah Yesus. Namun dalam inkarnasiNya sebagai manusia, Ia tetap berbeda dari
manusia, terutama dalam hal kesucian-Nya dan ketidakberdosaan-Nya. Yesus adalah
Pribadi yang unik, dimana Ia dapat menempatkan Diri-Nya dalam berbagai posisi dan
gelar, seperti sebagai Guru, Imam, Nabi, Allah, Anak Allah, Anak Manusia, Raja, Logos,
Kyrios, dan sebagainya. Ia telah dinubuatkan sejak pada masa Perjanjian Lama, baik
melewati nubuat para nabi, penyataan Allah, juga melalui simbol-simbol.
Oleh karena itu, ada terdapat banyak nilai-nilai penting dari Yesus Kristus yang bisa
kita ambil. Secara khusus disini akan dilihat mengenai bahwa Yesus Kristus memiliki
beberapa hal yang sama seperti yang telah dipaparkan di atas pada tokoh Berohong.
12
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
a. Yesus dalam Peran-Nya sebagai Perantara
Kristologi menafsirkan bahwa Yesus adalah sang perantara keselamatan yang
satu-satunya bagi semua orang, Ialah sang Logos, gambaran, firman, jalan, dan
seterusnya14.
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah
dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:11); Karena itu Ia
sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia
datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara
mereka (Ibrani 7:25).
Yesus adalah pengantara (mediator) antara manusia dengan Allah. Ia adalah
Pengantara yang esa, karena Ia adalah Allah. Pengantara memiliki peran sebagai
seorang penghubung atau mediasi antara satu pihak dengan pihak yang lain 15 .
Sebagaimana yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 14:6b bahwa tidak ada
seorangpun yang dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Dia maka jelaslah
bahwa hanya melalui Dialah manusia dapat datang, berdoa, menyembah, dan
mengenal Allah secara seutuhnya.
b. Yesus dalam Peran-Nya sebagai pemimpin yang memobilisasi
Yesus menunjukkan teladan kepemimpinan-Nya dengan jalan menjadi panutan
dan memberikan teladan kehidupan. Ia senantiasa menjadikan diri dan teladan-Nya
sebagai suatu teladan moralitas. Kehidupan-Nya transparan sehingga semua orang
dapat melihat dan menganalisa diri-Nya. Kepemimpinan yang ditunjukkan oleh
Yesus bukan sekedar melalui kata-kata namun juga disertai dengan hikmat dan
wibawa ilahi.
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang
disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi,
dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
14
15
R. S. Sugirtharajah, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996) hl 99
Arti Kata, Definisi Perantara, http://artikata.com/, diakses pada 28 Oktober 2013
13
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
(Markus 10:42-44).
Dalam peran-Nya sebagai seorang pemimpin, Yesus menitikberatkan bahwa
seorang pemimpin harus melayani dan memperhatikan keperluan dari bawahannya,
seperti memberikan kesejahteraan, perlindungan, dan sebagainya.
Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yohanes 13:15)
Dari wujud keteladan yang dilakukan oleh-Nya inilah, Yesus menjadi patokan
bagi para murid dalam menjadi seorang pemimpin. Keteladanan Yesus dalam hal
kesadaran akan kehendak Allah dalam menanggung penderitaan yang seharusnya
tidak Ia tanggung diungkapkan oleh Petrus dalam 1 Petrus 2:18-25. Yohanes dalam
1 Yohanes 3:11-18, meminta agar mengasihi bukan dengan perkataan, tetapi
dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Ini adalah salah satu dari keteladanan
Yesus, dimana Ia senantiasa mengasihi menggunakan perbuatan/tindakan (Mat
16:13-14; 14:13-21; Luk 7:12-15). Contoh lainnya adalah sebagaimana yang
diajarkan oleh Paulus kepada Timotius agar ia menjadi pemimpin yang
memberikan teladan dan penuh kasih serta hormat.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu (1 Timotius
4:12). Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah
dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuanperempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu
dengan penuh kemurnian ( 1 Timotius 5:1-2).
Dari sini tampak bahwa keteladanan Yesus sebagai pemimpin mampu untuk
menggerakkan (memobilisasi) orang lain untuk melakukan hal serupa.
c. Yesus dalam keterbukaan-Nya
Keterbukaan yang dimaksud di sini adalah penerimaan terhadap orang lain.
Allah membuka diri-Nya dan menerima semua orang dengan berbagai latar
belakang dan tradisi. Ia adalah Allah yang memiliki sifat universal.
Allah tidak membedakan orang. Amanat Kristiani menyatakan bahwa semua
anggota bangsa manusia sama sederajat. Kristus mewahyukan martabat mereka
14
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
bersama dengan menawarkan keselamatan yang sama kepada semua orang.
Dalam Dia semua orang dapat menjadi Anak Allah.16
Yesus memusatkan perhatiannya kepada bangsa-Nya sendiri yakni orang-orang
Yahudi, dan menjauhi kota-kota Yunani yang telah dibangun di antara kota-kota
dan desa-desa Yahudi (Mat 10:5) 17 . Namun meskipun demikian Yesus tetap
memberikan keteladanan dalam penerimaan-Nya terhadap orang lain, misalnya Ia
mengangkat murid-murid yang pertama dari latar belakang yang tidak terpelajar
(nelayan dan pemungut cukai), Ia bahkan bercakap-cakap dengan seorang
perempuan Samaria (Yoh 4:1-42), menyembuhkan seorang Samaria yang sakit
kusta (Luk 17:14-16), dan menyembuhkan anak dari seorang perempuan SiroFenisia (Mrk 7:24-30).
Ia merobohkan tembok pemisah yang membatasi kedekatan-Nya di tengahtengah umat manusia. Ajaran-Nya menghilangkan sekat-sekat diskriminasi yang
membuat manusia terkotak-kotak dalam komunitas ekslusif. Ia mengarahkan
pandangan manusia untuk saling mengasihi meskipun ada perbedaan dan
pertentangan.18
Yesus terbuka untuk semua orang dan Ia menawarkan suatu keselamatan yang
universal. Sehingga tidaklah mengherankan jika Voltaire, seorang pengarang besar
Prancis pernah berkata bahwa meskipun Yesus adalah seorang Yahudi, namun para
pengikut-Nya justru kebanyakan bukan Yahudi.19 Hal ini dikarenakan keterbukaanNya yang sangat tinggi terhadap semua orang. Bahkan isi amanat agung yang Ia
sampaikan, yakni “jadikanlah semua bangsa murid-Ku” pun menunjukkan misi
penerimaan dan keterbukaan Yesus kepada manusia yang bersifat tidak terbatas dan
mendunia, serta dengan batas waktu yang tak terhingga dan juga tak terduga.
d. Yesus dalam Pengorbanan-Nya
Yesus dalam Yohanes 10:11 mengatakan bahwa seorang gembala yang baik
memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Hal ini dibuktikan oleh Yesus
16
John Wijngaards, Yesus Sang Pembaharu, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hl 117
ibid, hl 121
18
Elisa B. Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2006), hl 76-77
19
Elisa B. Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, hl 88
15
17
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
dalam pengorbanan-Nya di kayu salib, dimana Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai
bayaran atas segala dosa-dosa yang umat manusia lakukan.
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan
segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati
Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar
seperti domba yang tidak bergembala. (Matius 9:35-36)
Pengorbanan Yesus juga tampak dari bagaimana Ia rela untuk hadir ke dunia ini
dan berinteraksi dengan manusia. Dalam karya pelayanan-Nya pun Ia rela juga
untuk melakukan berbagai hal yang manusia sendiri tidak mau melakukannya,
yakni seperti mendekati seorang kusta (Markus 1:40-45), makan dengan orang
berdosa (Matius 9:9-13) serta aksi-aksi lainnya yang mampu menjangkau dan
menjawab kebutuhan orang-orang di masa itu. Yesus benar-benar adalah Allah
yang penuh cinta kasih dan mau sama-sama menderita dengan manusia.20
Demikianlah Yesus secara Alkitabiah. Ia adalah Tuhan yang dipercaya oleh umat
Kristen. Ia adalah Allah yang lebih menekankan kesaksian perbuatan daripada sekadar
pernyataan lisan. Melalui serangkaian perbuatan dan keteladanan-Nya, Ia membantu kita
dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh-Nya sendiri, “siapakah Aku ini?” (Mat
16:13-20).
BAB V
KRISTOLOGI KONTEKSTUAL
(YESUS SEBAGAI BEROHONG)
Upaya pencarian makna “Siapa Yesus?” adalah hal yang paling sulit dalam
menggambarkan Yesus Kristus sebagai Berohong, dimana Yesus harus digambarkan
sesuai atau paling tidak, mendekati, dengan sosok Berohong sehingga bisa diterima oleh
masyarakat setempat. Terlebih lagi tuntutannya adalah perumusan tersebut harus bisa
untuk menjawab permasalahan yang ada di tempat itu.
20
R. S. Sugirtharajah, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996) hl 95
16
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
Dalam bab II telah dipaparkan bagaimana Berohong menjadi seorang tokoh yang
sangat luarbiasa dan berpengaruh di kalangan masyarakat masa itu. Hal itu tampak jelas
dari apa yang ia lakukan selama hidupnya, bahkan pengaruhnya pun masih bisa dirasakan
oleh keturunannya sampai pada saat ini. Pada poin selanjutnya juga telah berusaha
dipaparkan hal-hal yang dapat diambil berdasarkan dari kisah dan informasi yang telah
didapat. Oleh karena itu dibuatlah perumusan Yesus sebagai Berohong dalam rangka
menjawab permasalahan yang telah dipaparkan pada bab I. Sementara bab III mewakili
bagaimana pandangan kekristenan yang mengacu kepada Alkitab tentang siapa Yesus.
Walaupun jawaban yang dipaparkan pada Bab III tersebut tidak akan pernah mampu
mewakili secara keseluruhan tentang pandangan Alkitab tentang fungsi atau peran Yesus
dan juga tidak cukup untuk menjelaskan tentang siapa Yesus Kristus secara universal
namun paling tidak hal itu bisa memberikan gambaran bahwa Yesus dalam kekristenan
yang mengacu kepada petunjuk-petunjuk Alkitabiah memiliki kesamaan dalam perannya
dengan Berohong seorang tokoh Dayak Lawangan.
Adanya kesamaan antara Berohong dengan Yesus, yakni menjadi pengantara,
pemimpin, dan memiliki sikap kerelaan untuk berkorban. Dalam upaya berkonstekstual
yakni ketika Yesus dipahami sebagai Berohong maka hal itu menegaskan beberapa poin
penting dalam rangka menjawab permasalahan di Songko, yakni :
1. Pengantara yang tidak toleran terhadap terjadinya penyimpangan
Ketika Yesus dikatakan sebagai Berohong, Ia adalah pengantara antara
manusia dengan Allah. Ia berada dalam posisi yang sangat penting dan menentukan
mengenai selamat tidaknya manusia, baik dalam kaitannya dengan persoalan
kehidupan (kesehatan, rejeki, dan kelepasan dari roh jahat) maupun dalam
kaitannya dengan persoalan kematian (menghantarkan ke dalam sorga yang
didambakan oleh manusia). Dalam melaksanakan peran-Nya inilah, Yesus juga
menjadi pihak yang meminta umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan kepada
kehendak Allah. Dalam posisinya ini, Yesus memasang sikap yang tidak toleran
dengan penyimpangan yang terjadi (misalnya, ketidakadilan dan ketidakjujuran). Ia
tidak akan tinggal diam ketika ada hal yang tidak benar yang terjadi di
lingkungannya.
17
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
Dalam konteks di Songko, ketika ada terjadi suatu masalah atau penyimpangan
yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, baik itu di ruang lingkup gereja maupun
kehidupan warganya, Yesus berperan sebagai yang melakukan pemberontakan
terhadap kesalahan dan ketidakadilan tersebut. Ketika ada hal yang tidak sesuai
dengan kehendak-Nya, maka Ia berhak untuk melakukan berbagai tindakan yang
dapat membuat segala sesuatunya berjalan dengan kehendakNya. Bahkan mungkin
bisa sampai pada kemungkinan-kemungkinan terjadinya tindakan yang bersifat
keras dan memaksa. Melihat berbagai pengalaman yang pernah terjadi di tempat
ini, mungkin hanya Yesus yang penuh kasih namun keraslah yang mampu untuk
membawa penyelesaian masalah di daerah ini.
2. Pemimpin yang memiliki keterbukaan dan ikhlas untuk pengorbanan
Yesus sebagai Berohong menjadi pihak yang memiliki kewibawaan dan
pengaruh yang besar dalam kehidupan. Ketika Yesus sebagai Berohong maka Ia
adalah sebagai pribadi yang bertanggung jawab untuk membawa jemaat Songko
untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah dan membawa mereka untuk
tidak bersikap semau mereka, karena ia berposisi sebagai seorang pemimpin.
Dengan kewibawaan tersebut diharapkan, relasi antar warga dapat berjalan dengan
baik. Adapun pengorbanan di sini lebih merujuk kepada suatu tindakan yang rela
untuk berkorban tanpa mengharapkan imbalan. Hal ini sangat sesuai dengan
gambaran Yesus secara Alkitabiah. Ketika Yesus dalam posisinya sebagai
Berohong, maka pengorbanan yang dilakukan adalah rela menjadi seorang
pemimpin atau pihak pertama yang mengambil tindakan atau gerakan terhadap
setiap penyimpangan yang terjadi. Dalam rangka untuk menghadirkan suasana
yang selamat serta kondusif maka diperlukanlah Yesus yang demikian.
Kehidupan yang tidak saling terbuka dan tidak mampu menerima perbedaan
yang ada di antara warga dapat membuat terjadinya hal-hal yang buruk. Yesus
sebagai Berohong di dalam konteks permasalahan Songko seharusnya memberikan
teladan akan suatu sikap keterbukaan terhadap orang luar. Sebagaimana Berohong
dan Yesus memiliki sikap keterbukaan yang besar bagi setiap orang, demikian
hendaknya dalam kehidupan warga Songko, harus senantiasa ada keterbukaan.
Keterbukaan tersebut diharapkan untuk dapat membuahkan daya kekuatan yang
18
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
mentransformasi kehidupan, artinya ketika keterbukaan itu tercipta, maka secara
otomatis kemungkinan-kemungkinan akan tercapainya penyediaan sarana yang
diperlukan warga, seperti listrik dan jalan yang bagus dapat terlaksana. Selain itu
dengan adanya sikap keterbukaan itu, maka seluruh warga dapat memandang
sesamanya sebagai partner dalam membangun relasi yang sehat.
Sebagai Berohong, Yesus berkewajiban untuk menunjukkan bagaimana
membentuk suatu relasi yang berkualitas dan memberikan perlindungan, serta tidak
ragu untuk melakukan pengorbanan jika memang diperlukan.
3. Pemimpin yang memberikan keteladanan yang mampu untuk memobilisasi
Dalam kasus Songko ini, warga memberikan keleluasaan bagi proyek-proyek
yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara merelakan kebun mereka untuk
dibabat demi proyek tersebut. Namun ketika proyek tersebut tidak ada
kelanjutannya, maka warga pun hanya diam saja, tidak menuntut. Disinilah peran
“memobilisasi” untuk menggerakkan warga untuk menuntut penyelesaian proyekproyek tersebut diperlukan. Juga dalam kasus kegiatan peribadahan, Yesus sebagai
Berohong berposisi sebagai yang memobilisasi jemaat, baik untuk mengkhususkan
diri untuk beribadah pada hari Minggu ataupun dengan cara memberikan usulan
agar jam ibadah dialihkan ke sore hari.
BAB VI
PENUTUP
Kesadaran yang paling mendasar dalam Kristologi adalah Yesus Kristus bisa hadir di
dalam dimensi budaya, sejarah, bahkan dalam konteks apapun. Hal ini serupa dengan apa
yang dikatakan oleh Bonhoeffer bahwa Yesus yang dibatasi oleh waktu bukanlah Yesus
yang sesungguhnya, Ia adalah sebagai yang melampaui segala masa dan tempat dan Ia juga
tidak terisolasi oleh waktu manusia21. Jadi, yang membedakan antara Yesus Kristus dengan
tokoh dalam sejarah ialah Yesus Kristus selalu hadir universal, sedangkan tokoh di dalam
suatu kebudayaan atau sejarah hanya berlaku dalam tradisi atau masa yang khas, yaitu
21
Dietrich Bonhoeffer, Christology, (London : Fontana Library, 1974), hl 45-46
19
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
tempat tokoh tersebut muncul dan kurun waktu selama ia hidup. Yesus sebagai Berohong
dalam konteks permasalahan di Songko adalah Yesus yang memberikan keteladanan dalam
keterbukaan terhadap para pendatang serta sebagai yang memobilisasi warga, namun juga
tegas dan tidak toleran jika terjadi suatu penyimpangan dan ketidakjelasan.
Demikianlah makalah ini dibuat dengan merumuskan Yesus sebagai Brohong sebagai
suatu rumusan Kristologi. Ini bukanlah merupakan sebuah upaya untuk memasukkan
secara langsung pandangan mengenai tokoh sejarah ini ke dalam konteks kekristenan
ataupun upaya untuk mempersempit pandangan mengenai peran Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat yang universal ke dalam sosok seorang Berohong. Namun upaya
pengkontekstualisasian Yesus sebagai Berohong ini tidak lain merupakan suatu upaya dari
proses refleksi dan kontekstualisasi bahwa ada nilai teologis dalam gambaran Yesus
sebagai Berohong yang mampu menjawab berbagai permasalahan, baik itu permasalahan
jemaat gereja di Songko maupun juga permasalahan warganya secara umum.
20
Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/
Lia Af anak AMPAH
Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”
DAFTAR PUSTAKA
Buku
________, Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta : LAI, 2009.
Bonhoeffer, Dietrich, Christology. London : Fontana Library, 1974
Sugirtharajah, R. S, Wajah Yesus di Asia. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996
Surbakti, Elisa B. Benarkah Yesus Juruselamat Universal?. Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2006
Tedjo, Tony, Anda Bertanya Saya Menjawab : 101 Tanya Jawab Praktis Seputar Iman
dan Kehidupan Kristen. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2012
Ugak, S. Keloso, Bahan Ajar Kristologi. Banjarmasin : STT GKE, 2013
Wijngaards, John, Yesus Sang Pembaharu, Yogyakarta : Kanisius, 1994
Internet
Akhtur, Pengertian pengabdian dan Pengorbanan, http://tugas-untuk-kuliah.blogspot.com/
Arti Kata, Definisi Perantara, http://artikata.com/
Dayak Art Music, Balian, http://dayak-artmusic.blogspot.com/
Hadi Saputra Miter, Upacara Wara Tuntunan Menuju Dunia Penantian Dayak Lawangan,
http://hadi-saputra-miter.blogspot.com/
Haryanto, Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli, http://belajarpsikologi.com/
Sem Siseyar, Keterbukaan, Penerimaan, dan Kasih, http://ngakawiweti.blogspot.com/
Data Responden
Percakapan via telepon
1.
Nama
Umur
Alamat
:
:
:
Arigato
40 tahun
Jl. Songko, Ampah
3.
Nama
Umur
Alamat
:
:
:
Eben
60 tahun
Jl. Talohen, Ampah
2.
Nama
Umur
Alamat
:
:
:
Indrayani
40 tahun
Jl. Songko, Ampah
21
Download