hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN
SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA USIA SUBUR
DI DUSUN GEMBONGAN KELURAHAN KARANGJATI
KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
Chintia Vera Margaretha1), Kartika Sari 2), Kun Lukitoi3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
Margaretha, Chintia Vera. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan
Sikap Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur di Dusun Gembongan Kelurahan Karangjati
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo. Pembimbing I : Kartika Sari, S.Si.T,M.Keb. Pembimbing II : Kun Lukito, SKM.,M.Kes.
( xvi + 84 halaman + 2 gambar + 17 Lampiran )
Kanker serviks merupakan kematian nomor satu pada wanita indonesia. Kanker serviks
merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim/ serviks yaitu bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Tingginya kasus ini disebabkan karena terbatasnya
akses screening, pengobatan dan kurangnya informasi serta pelayanan terhadap penyakit ini.
Penyakit kanker serviks ini dapat dideteksi dini dengan melakukan pemeriksaan pap smaer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks
dan sikap pemeriksaan pap smear pada wanita usia subur di Dusun Gembongan, Kelurahan
Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Desain Penelitian yang digunakan adalah deskriptif, pengumpulan data menggunakan kuesioner
yang diberikan pada wanita usia subur di Dusun Gembongan dengan jumlah populasi sebanyak 235
responden dan jumlah sampel sebanyak 71 responden, tekhnik sampling menggunakan simpel
random sampling.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi kuadrat menunjukkan wanita usia subur dengan
pengetahuan kurang dan memiliki sikap setuju sebanyak 7 orang (25,0%) tidak setuju 21 orang
(75,0%), WUS dengan pengetahuan cukup memiliki sikap setuju 7 orang (29,2%) tidak setuju 17
(70,8%), WUS dengan pengetahuan baik memiliki sikap setuju 14 orang (73,7%), tidak setuju 5
(26,3%).
Diharapkan menjadi bahan evaluasi untuk tenaga kesehatan dalam melakukan penyuluhan
tentang kanker serviks pada wanita usia subur di Dusun Gembongan, dan menyarankan agar
masyarakat dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pap smear dandapat menerapkan deteksi
dini kanker serviks dengan menggunakan metode pap smear
Kata Kunci
Kepustakaan
1
: Pengetahuan tentang kanker serviks, Sikap pemeriksaan pap Smear
: 23 (2005-2014)
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
ABSTRACT
Margaretha, Chintia Vera. 2014. relationship between the level knowladge about cervical cancer
with attitudes of productive age woman about pap smear examination in hamlet Gembongan hamlet
Karangjati District Bergas. Scientific writing. Ngudi Waluyo DIII midwifery Academy. First
Advisors : Kartika Sari, S.Si.T,M.Keb. advisors II : Kun Lukito, SKM.,M.Kes.
( xvi + 84 pages + 2 pictures + 17 enclosures )
Cervical cancer is number one on the death of indonesian woman. Cervical cancer is a
malignant tumor that grows in the neck of the uterus of this case caused by limited access to
sreening, treatment and the lack of information an service to the disease. Cervical cancer can be
detacted early by sreening pap smear.
This study aims to determine the relationship between the level knowladge about cervical
cancer with attitudes of productive age woman about pap smear examination in hamlet Gembongan
hamlet Karangjati District Bergas.
The researc design used discriptive, and collecting data used questionnaires given to productive
age Women in hamlet Gembongan with total population 235 respondents, and total sample was 71
respondets, the sampling technique used was simple random sampling.
The results using chi square test showed that productive age woman with lower level of
knowlagde 7 respondents (25,0%) while the attitude agreed and 21 respondents (75,0%) did not
agree, WUS have moderate level knowladge 7 respondents (29,2%) while the attitude agreed and
17 respondents (70,8%) did not agree, WUS have high level knowladge 14 respondents (73,7%)
while the attitude agreed and 5 respondents (26,3%) did not agree
It is expected this research will be material to the evaluation of health workers in reproductive
health of woman, especially in woman’s reproductive health in Gembongan, an than researchers
suggest that people can improve their knowladge about pap smear and can apply for early detection
of cervical cancer using pap smear
Keywords
Reference
: Knowladge about cervical cencer, attitude about pap smear examination.
: 23 (2005-2014)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
World Health Organisation WHO
menyatakan pada tahun 2015 memperkirakan
kematian wanita yang disebabkan oleh kanker
serviks, dan sebanyak 80% kematian karena
kasus kanker serviks terjadi dinegara
berkembang, sedikitnya 231.000 perempuan
diseluruh dunia meninggal akibat kanker
serviks (leher rahim), hal ini disebabkan
karena pasien datang pada keadaan stadium
lanjut. Dalam dunia kesehatan kanker serviks
dinyatakan memiliki ranking teratas diantara
kasus kanker yang menyebabkan kematian.
sebanyak ¾%
penderita kanker serviks
adalah seks aktif. (Manuaba, 2009 hal 7).
Indonesia dengan keadaan geografis
dimana terdapat 1.300 pulau besar dan kecil,
penyebaran penduduk yang belum merata,
tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum
2
memadai, menyebabkan kurang kemampuan
dalam menjangkau tingkat kesehatan yang lebih
baik. (Manuaba, 2009 hal 7)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari
“tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia yakni indra penglihatan,
pandangan, penciuman, rasa dan bau.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social.
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan
tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik,
tetapi juga kesehatan mental dan sosial,
ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma AtaWHO dan UNICEF) dengan syarat baru,
yaitu: sehingga setiap orang akan mampu
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
hidup produktif, baik secara ekonomis
maupun sosial. (Manuaba, 2009 hal 7).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan
seorang wanita untuk memanfaatkan alat
reproduksi dan mengatur kesuburannya
(fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan
persalinan secara aman serta mendapatkan
bayi tanpa resiko apapun atau well health
mother and well born baby dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas
normal. Dalam servey yang dilakukan oleh
WHO, menetapkan 5 jenis ketentuan sebagai
kriteria klasifikasi wanita yaitu kesehatan,
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan
persamaan. (Manuaba, 2009 hal 7).
Wanita usia subur adalah masa pada
perempuan umur 15-46 tahun. Selama masa
reproduksi akan terjadi menstruasi folikel
yang
khas,
termasuk
ovulasi
dan
pembentukan korpus luteum. Proses ini
terjadi akibat interaksi hipotalamus –
hipofisisdan
gonadotropin
dimana
melibatkan folikel dan korpus luteum,
hormon steroid, gonadotropin hipofisis dan
faktor autokrin atapun parakrin bersatu untuk
menimbulkan ovulasi. Proses fertilisasi dan
kesiapan ovarium untuk menyediakan
hormon, memerlukan pengaturan endokrin,
autokrin, parakrin/intrakrin, neuron, dan
sistem imun. (Prawirohardjo, 2011 edisi 3 hal
105)
Usia harapan hidup makin panjang,
Jumlah ibu berusia 50 tahun makin meningkat
dengan berbagai masalah seperti menopause
maupun kasus keganasan (kanker) alat
kandungan wanita. ( manuaba, 2009 hal 5)
Selama kurun waktu 5 tahun (2000-2005)
ditemukan di RSUGM/RSUP sardjito 179
diantara 263 kasus (68,1%), soeripto dkk
menemukan frekuensi relatif karsinoma
serviks di propinsi Jateng 25,7% dalam kurun
waktu 2006-2008 (3 tahun ) dan 20.0% dalam
kurun 2008-2010 (2 tahun) diantara 5 jenis
kanker, kanker serviks merupakan kasus yang
terbanyak pada wanita sebagai peringkat
pertama. Umur penderita antara 30-60 tahun,
dan yang terbanyak antara umur 45-50 tahun.
Periode laten dari vase prainvasif untuk
menjadi invasif memakan waktu sekitar 10
tahun. Hanya 9% dari wanita berusia <35
tahun menunjukkan kanker serviks invasif
pada saat didiagnosis, sedangkan 53%
3
terdapat pada wanita diatas usia 35 tahun.
Dengan mempertimbangkan keterbatasan
yang ada, dinas kesehatan sepakat secara
nasional melacak (mendeteksi dini) pada
setiap wanita usia 30-55 tahun dan
menyediakan sarana penanganannya, bahkan
direncanakan melatih tenaga sukarelawati
(dukun, ibu-ibu PKK di dasawisma) untuk
mengenali tanda-tanda fisik yang mungkin
muncul dan mencurigakan, dan kemudian
dapat dilakukan pemeriksaan pap smear oleh
dokter/bidan
dipuskesmas/
puskesling
(puskesmas keliling) sebagaimana disarankan
oleh WHO (down staging concept).
Menurut martin dengan dajoux, dari 1000
serviks uterus ternyata hanya 48 yang betulbetul normal, 950 mengandung kelainan jinak
dan 2 tumor ganas (Prawirorahardjo, 2009
hal.895-898).
Walaupun kanker serviks umunya diderita
oleh perempuan dalam umur lanjut, kadangkadang dijumpai pula pada perempuan yang
lebih muda. Biasanya penderita tidak dapat
hamil, dan terkadang ditemukan pada
multigravida
yang
penah
melahirkan
sebanyak 4 kali atau lebih. (Prawirorahardjo,
2009 hal.895-898).
Kanker serviks adalah kanker primer
serviks (kanalis servikalis dan/atau porsio).
Kanker pada kehamilan merupakan hal yang
jarang, kanker serviks merupakan keganasaan
yang sering dijumpai pada kehamilan.
Insidensi kanker serviks adalah 1,2 kasus per
10.000 kehamilan dan 4,5 kasus per 10.000
kehamilan hingga 12 bulan pasca persalinan,
kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun. 90 % dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal
yang
menuju
ke
dalam
rahim.
(Prawirorahardjo, 2009 hal.895-898)
Sadar akan keadaan demikian pemerintah
dan diikuti dengan kalangan swasta telah
mendirikan pusat-pusat kesehatan untuk
mendekatkan pelayanan pada masyarakat.
Disamping itu penyebaran bidan di desa
merupakan gagasan pemerintah untuk
menggantikan peranan dukun yang masih
dominan di tengah masyarakat, sehingga
mendapatkan pelayanan yang bermutu dan
menyeluruh. Termasuk melakukan deteksi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
dini keganasan pada organ interna wanita.
(Manuaba, 2009 hal 9),
Pap smear papanikolaou test atau pap
smear test adalah metode screening
ginekologi untuk menemukan proses-proses
premalignant dan malignant di ectocervix,
dan endometrium. Pap smear digunakan
untuk mendeteksi adanya pra-kanker mulut
rahim yang disebabkan oleh HPV ( human
papiloma virus) ini sangat penting ditemukan
sebelum seseorang menderita kanker. oleh
karena test pap disebut juga sebagai suatu
“tool” atau alat untuk deteksi dini kanker
serviks dan dapat juga mendeteksi adanya
radang. Menurut perkiraan, di inggris pap
smear mencegah sekitar 700 kematian
pertahun. Wanita yang aktif secara seksual
disarankan menjalani pap smear sekitar satu
tahun sekali usia 35-40 tahun dan setiap 6
bulan sekali pada wanita usia 40-50 tahun.
(Dewi, 2011hal 208-209).
Pengetahuan masyarakat mengenai kanker
serviks yang masih sangat minim dan
keengganan untuk melakukan deteksi dini
melalui pemeriksaan pap smear merupakan
penyebab utama para kaum wanita di
indonesia datang ke pelayanan kesehatan
sudah dalam keadaan telat dengan kanker
serviks stadium lanjut dan susah untuk
disembuhkan, dan hanya sekitar 12% wanita
diindonesia yang paham tentang kanker
serviks dan deteksi dini kanker serviks
menggunakan pap smear. (Dewi, 2011hal
208-209).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas kesehatan Kabupaten Semarang pada
tahun 2012 – Oktober 2013 didapatkan angka
kejadian kanker serviks meningkat dari 73,7%
menjadi 78,2% kasus. Berdasarkan data di
Puskesmas Bergas kabupaten semarang dalam
kurun waktu 2011-2013 terdapat 4 (3,12%)
kasus kanker serviks. Dusun Gembongan
Kelurahan Karangjati diketahui paling banyak
ditemukan angka kejadian kanker serviks
yaitu sebanyak 3 (2,36%) kasus, 2 (1,56%)
penderita kanker serviks diketahui berumur
diatas 35 tahun, 1 (0,78%) penderita memiliki
latar belakang menikah usia dini yakni
dibawah 17 tahun.
Adapun salah satu masalah pelaksanaan
pap smear sebagai alat diagnosa dini kanker
serviks di Indonesia adalah para wanita yang
4
sering enggan diperiksa karena ketidak
tahuan, rasa enggan, rasa malu, rasa takut dan
faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkan
karena masih rendahnya tingkat pendidikan
dan pengetahuan penduduk Indonesia
mengenai
pemeriksaan
pap
smear
(Soepardiman, 2002). Untuk itu, sebagai
langkah awal dalam memperbaiki cakupan
Pap smear, perlu diketahui sejauh mana
pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan
Pap smear tersebut.
Berdasarkan
studi pendahuluan telah
dilaksanakan pada bulan November 2013 di
Dusun Gembongan Kelurahan Karangjati
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
bahwa pada tahun 2013 terdapat 3581
penduduk, 235 WUS. Berdasarkan hasil
wawancara dan tanya jawab seputar kanker
serviks dan pap smear yang dilakukan pada
15 (100%) wanita usia subur di Dusun
Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan
Ungaran Barat dengan beberapa pertanyaan
sebagai berikut : pengertian kanker serviks,
pengertian pap smear, apa saja tanda-tanda
seseorang terinfeksi kanker serviks dimana
pemeriksaan pap smear dilakukan, siapa yang
lebih rentan terkena kanker serviks, kapan
dilakukan pemeriksaan pap smear, bahaya
kanker serviks bagi wanita, seberapa penting
melakukan pemeriksaaan pap smear, jika
harga terjangaku, bersediakah melakukan
pemeriksaan papa smear,jika di pelayanan
kesehatan
terdekat
terdapat
fasilitas
pemeriksaan pap smear apakah bersedia
melakukan pemeriksaan, diketahui 10
(23,5%) orang tidak memiliki pengetahuan
tentang kanker serviks dan tentang
pemeriksaan pap smear, 3 orang (7,05%)
WUS memiliki pengetahuan tentang kanker
serviks, dan pemeriksaan pap smear dan hasil
wawancara terhadap 2 (4,7%) orang WUS
tidak memiliki pengetahuan tentang kanker
serviks dan tidak mengetahui tentang
pemeriksaan pap smear. Menurut bidan desa
Untuk cakupan pemeriksaan pap smear pada
Dusun Gembongan tersendiri ditemukan
sebanyak 15%, hal ini dikarenakan
ketidaktahuan tentang pemeriksaan pap
smaer.
Berdasarkan data dan fenomena diatas
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul “hubungan tingkat pengetahuan tentang
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
kanker serviks dengan sikap pemeriksaan pap
smear pada wanita usia subur di Dusun
Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang.”
Metode Penelitian
Hipotesis Dalam penelitian ini adalah ada
hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker
serviks dengan sikap pemeriksaan Pap Smear
pada wanita usia subur di dusun Gembongan
kelurahan karangjati kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang Tempat yang dijadikan
sebagai daerah penelitian adalah Dusun
Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang. Penelitian ini
dilakukan pada bulan juni minggu ke 2 tahun
2014. Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif korelasi tentang hubungan tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dengan
sikap pemeriksaan Pap Smear pada wanita
usia subur dengan menggunakan metode
pendekatan cross sectional yaitu merupakan
pengukuran atau pengamatan sekali waktu
dan pada saat yang bersamaan. Populasi
dalam penelitian ini adalah WUS yang sudah
menikah dan yang sudah melakukan
hubungan seksual aktif berjumlah 235
responden dari data di bidan dusun
Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan simple random sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel dengan cara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
anggota populasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur WUS di Kel. Karangjati
Kec. Bergas, Kab. Semarang, 2014
Umur
< 20 Tahun
20-35 Tahun
> 35 Tahun
Jumlah
5
Frekuensi
4
62
5
71
Persentase
5,6
87,3
7,0
100,0
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa dari 71 responden WUS yang telah
menikah di Kel. Karangjati, Kec. Bergas,
Kab. Semarang, sebagian besar berusia 20-35
tahun, yaitu sejumlah 62 orang (87,3%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan
WUS
di
Kel.
Karangjati Kec. Bergas, Kab.
Semarang, 2014
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Jumlah
Frekuensi
12
31
28
71
Persentase
16,9
43,7
39,4
100,0
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
bahwa dari 71 responden WUS yang telah
menikah di Kel. Karangjati, Kec. Bergas,
Kab. Semarang, sebagian besar berpendidikan
SMP, yaitu sejumlah 31 orang (43,7%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan WUS di Kel. Karangjati
Kec. Bergas, Kab. Semarang, 2014
Pekerjaan
IRT
Karyawan Pabrik
Wiraswasta
Buruh
Jumlah
Frekuensi
23
34
7
7
71
Persentase
32,4
47,9
9,9
9,9
100,0
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
bahwa dari 71 responden WUS yang telah
menikah di Kel. Karangjati, Kec. Bergas,
Kab. Semarang, lebih banyak yang bekerja
sebagai karyawan pabrik, yaitu sejumlah 34
orang (47,9%).
Analisis Univariat
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan
WUS
tentang
Kanker Serviks di Kel. Karangjati
Kec. Bergas, Kab. Semarang, 2014
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Frekuensi
28
24
19
71
Persentase
39,4
33,8
26,8
100,0
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
bahwa pengetahuan WUS tentang kanker
serviks di Kel. Karangjati, Kec. Bergas, Kab.
Semarang, lebih banyak dalam kategori
kurang, yaitu sejumlah 28 orang (39,4%).
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
Tabel 5 Distribusi jawaban pengetahuan ibu terhadap kanker serviks pada wanita usia subur
di Dusun Gembongan Kelurahan Karangjati Kabupaten Semarang.
No
Pernyataan
1
Kanker serviks adalah penyakit ganas yang disebabkan oleh virus dan menyerang
mulut rahim.
2 Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam mulut atau leher rahim.
3 Kanker serviks biasanya menyerang wanita usia subur yang belum pernah sama
sekali berhubungan seksual.
4 Penyebab kanker serviks adalah belum pernah melakukan hubungan seksual
5 Penyebab kanker serviks adalah wanita yang sering berganti pasangan
6 Penyebab kanker serviks salah satunya adalah melakukan hubungan seksual di usia
dini
7 Faktor resiko kanker serviks ini lebih ke arah wanita yang tidak kawin dari pada
wanita yang kawin
8 Wanita yang pola seksual aktif sejak usia dini akan lebih mudah terkena kanker
serviks.
9 Kanker serviks ditularkan melalui hubungan seksual.
10 Kanker serviks ditularkan dengan kontak langsung dari kulit ke kulit dengan
penderita.
11 Kanker serviks ditularkan saat berhubungan senggama yang berganti pasangan.
12 Tanda tanda dari kanker serviks adalah haid lebih pendek lamanya dan lebih sedikit
pengeluaran haidnya
13 Tanda dari penyakit yakn perdarahan pada saat haid akan lebih lama dan akan lebih
banyak.
14 Gejala pada kanker serviks muncul pada saat sel serviks abnormal berubah menjadi
keganasan.
15 Terjadinya perdarahan paada saat setelah berhubungan senggama merupakan tanda
dari kanker serviks.
16 Deteksi dini bisa dilakukan dengan pemeriksaan seperti pap smear.
17 Melakuakan pemeriksaan IVA termasuk cara deteksi dini kanker serviks
18 Pemeriksaan kolposkopi ( pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar) dapat
mendeteksi kanker serviks.
19 penanganan menggunakan terapi penyinaran matahari.
20 Pegobatan kanker serviks tidak tergantung pada lokasi dan ukuran tumornya.
21 Penanganan denengan mesin yang sangat besar dirumah sakit dapat menimbulkan
iritasi rektum (anus) dan vagina.
22 Bila sudah stadium lanjut harus dilakukan histrektomi (pengangkatan struktur
serviks)
23 Efek samping pengobatan bisa menyebabkan kerusakan pada sel-sel sehat.
24 Setelah pasien menjalani histerektomi (pengangkatan rahim) pasien tetap akan
menstruasi kembali
25 Setelah melakukan radioterapi akan terjadi kerontokan rambut didaerah yang
disinari dan kulit menjadi merah dan gatal-gatal.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sikap tentang Pemeriksaan PAP
Smear di Kel. Karangjati Kec.
Bergas, Kab. Semarang, 2014
Sikap
Tidak Setuju
Setuju
Jumlah
6
Frekuensi
43
28
71
Persentase
60,6
39,4
100,0
Benar
%
F
56
78,8
Salah
%
f
15
21,2
61
55
85,9
77,5
10
16
14,1
22,5
44
49
50
62,0
69,0
70,4
27
22
21
38,0
31,0
29,6
41
57,7
30
42,3
49
69,0
22
31,0
42
38
59,0
53,5
29
33
41,0
46,5
45
44
63,4
62,0
26
27
36,6
38,0
55
77,5
16
22,5
39
55,0
32
45,0
37
52,0
34
48,0
40
37
40
56,0
52.0
56,0
31
34
31
44,0
48,0
44,0
35
41
38
49,3 36
57,7 30
53,5 33
50,7
42,3
46,5
44
62,0
27
38,0
38
37
53,5
52,1
33
34
46,5
47,9
26
36,6
45
63,4
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa
WUS di Kel. Karangjati, Kec. Bergas, Kab.
Semarang, sebagian besar memiliki sikap
tidak setuju tentang pemeriksaan PAP Smear,
yaitu sejumlah 43 orang (60,6%).
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
Tabel 7 Distribusi jawaban sikap ibu terhadap pemeriksaan pap smear pada wanita usia
subur di Dusun Gembongan Kelurahan Karangjati Kabupaten Semarang.
Pernyataan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Dapat terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan pap smear apabila saya tidak
mengikuti prosedur pemeriksaan pap smear dengan benar.
Saya bisa melakukan pemeriksaan pap smear kapan pun saya mau.
Saya hanya bisa melakukan pemeriksaan pap smear pada bidan,dokter atau tenaga
medis yang sudah terlatih.
Sebaiknya saya tidak memiliki banyak anak karena banyak anak juga salah satu
penyebab kanker serviks.
Sebaiknya saya melakukan pap smear 1 tahun sekali.
Menurut saya, Pap smear daoat mendeteksi kanker serviks.
Menurut saya, Pap smear dapat mengurangi angka kematian akibat kanker serviks.
Saya bersedia melakukan pemeriksaan pap smear karena pemeriksaan pap smear
murah dan aman.
Saya termasuk wanita yang beresiko terkena kanker serviks.
Saya perlu melakukan pap smear untuk mengetahui apakah ada kelainan sel-sel
pada serviks (leher rahim).
Saya perlu melakukan pemeriksaan pap smear karena saya termasuk wanita usia
subur yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual secara aktif.
Jika saya sering keputihan yang gatal dan berbau busuk, sebaiknya saya melakukan
pemeriksaan pap smear.
Apabila setelah melakukan hubungan seksual dengan suami saya mengeluarkan
darah sebaiknya saya melakukan pemeriksaan pap smear.
Saya sudah pernah melakukan hubungan seksual, sebaiknya saya melakukan
pemeriksaan pap smear.
Saya tidak boleh melakukan hubungan intim selama 24 jam sebelum melakukan
pemeriksaan pap smear.
Saya harus mewaspadai jika pada pemeriksaan pap smear hasilnya positif
Analisis Bivariat
Tabel 6 Hubungan
antara
Tingkat
Pengetahuan
tentang
Kanker
Serviks dengan Sikap Pemeriksaan
Pap Smear pada WUS di Dusun
Gembongan Kel. Karangjati Kec.
Bergas Kab. Semarang, 2014
Sikap
Tidak
Pengetahuan
Setuju
Setuju
F
%
F
%
Kurang
21 75,0 7
25,0
Cukup
17 70,8 7
29,2
Baik
5
26,3 14 73,7
Jumlah
43 60,6 28 39,4
Total
f
28
24
19
71
²
Pvalue
%
100 12,834 0,002
100
100
100
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui
bahwa ibu dengan sikap tidak setuju sebanyak
21 orang (75,0%) memiliki sikap tidak setuju,
sedangkan ibu dengan sikap setuju sebanyak
14 orang (73,7%) memiliki pengetahuan baik
Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai
² hitung 12,834 dengan p-value 0,002. Oleh
karena p-value = 0,002 < α (0,05),
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
kanker serviks dengan sikap pemeriksaan pap
7
S
F
42
58,0
TS
f
29
41,0
40
48
56,0
67,6
31
23
44,0
32,4
35
49,3
36
50,7
40
39
30
33
56,0
55,0
42,3
46,5
31
32
41
48
44,0
45,0
57,5
53,5
35
34
49,3
48,9
36
37
50,7
52,0
34
48,0
37
52,0
39
55,0
32
45,0
35
49,3
36
50,7
49
69,0
22
31,0
37
52,0
34
48,0
35
49,2
36
50,7
%
%
smear pada wanita usia subur di Dusun
Gembongan Kelurahan Karangjati Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang.
Pembahasan
Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada
karakteristik umur responden pada tabel 1
didapatkan data sebanyak 71 Responden
(100,0%) yakni dengan rincian 4
responden ( 5,6%) berumur kurang dari 20
Tahun, 62 Responden (87,3%) berumur
20-35 Tahun, 5 Responden (7,0%)
berumur lebih dari 35 tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar usia
responden dalam penelitian ini adalah
dalam masa usia usia reproduktif yaitu
usia 20-35 tahun sebanyak 62 responden
(87,3%).
Tingkat pengetahuan dilihat dari umur
responden yakni umur 20-35 tahun 23
orang ( 37,10%) pengetahuan kurang, 23
orang (37,10%) pengetahuan cukup, 16
orang (25,8%) pengetahuan baik. Umur
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
<20 tahun 2 orang (50%) pengetahuan
baik, 2 orang (50%) pengetahuan kurang.
Umur >35 tahun pengetaahuan cukup 1
0rang (20%) dan pengetahuan kurang 4
orang (80%).
Berdasarkan fakta dilapangan juga
ditemukan
bahwa
sebagian
besar
responden yang memiliki pengetahuan
baik dan merasa tertarik untuk berperan
serta dalam penelitian ini adalah para
wanita yang berumur antara 20-35 tahun
cenderung lebih banyak yakni sebanyak
62 orang (87,3%) karena mereka
beranggapan
bahwa
mereka
juga
merupakan
wanita
yang
beresiko
terserang kanker serviks dan mereka juga
ingin berperan serta secara aktif dalam
penelitian ini. Setelah umur 20-35 tahun
terdapat umur lebih dari 35 tahun yakni
sebanyak 5 orang (7,0%) pada Wanita
usia subur di usia lebih dari 35 tahun lebih
menganggap kanker serviks ini hal-hal
yang tidak harus diutamakan, dan mereka
cenderung lebih pasif, hal ini didukung
dari
sumber
notoatmodjo
yang
menyebutkan bahwa orang pada umur
lebih dari 35 tahun cenderung lebih
banyak
belajar
dari
pengalaman
dibandingkan memperoleh informasi dari
luar dan tidak seaktif dan seproduktif usia
20-35 tahun, pada umur <20 tahun
cenderung lebih sedikit sebanyak 4 orang
(5,6%) kurang berminat dan pasif
terhadap penelitian ini dikarenakan masih
malu-malu..
2. Tingkat Pendidikan
Hasil penelian pada karakteristik
pendidikan tabel 2 didapatkan data
sebanyak 71 responden (100,0%) dengan
rincian 12 responden (16,9%) memiliki
pendidikan tingkat SD, 31 responden
(43,7%) memiliki tingkat pendidikan
SMP dan sebanyak 28 responden (39,4%)
memiliki tingkat pendidikan SMA . Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini adalah SMP yaitu sebanyak
10 responden (43,7%).
Tingkat pengetahuan dilihat dari
tingkat pendidikannya, tingkat pendidikan
SD berpengetahuan kurang 5 orang
(41,6%), pendidikan cukup 7 orang
8
(58,4%), tingkat pendidikan SMP 11
orang ( 52,3%) pengetahuan kurang, 9
orang (29,4%) pengetahuan cukup, 10
orang (32,25%) pengetahuan baik, tingkat
pendidikan SMA 8 orang (28,5%)
pendidikan baik, 7 orang (25%)
pendidikan cukup, 13 orang (46,42)
pendidikan kurang.
Dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini responden terbanyak yaitu
berpendidikan
SMP
sebanyak
31
responden (43,7%) hal ini disebabkan
faktor ekonomi dan lingkungan, yakni
mereka berfikir harus cepat bekerja
sehingga mereka memutuskan untuk tidak
melanjutkan pendidikan dan memilih
untuk bekerja, responden terbanyak ke 2
yakni pada tingkat pendidikan SMA
sebanyak 28 responden (39,4%) memiliki
alasan yang sama seperti alasan ekonomi
yang menuntut mereka untuk bekerja
sehingga pemenuhan ekonomi nya
tercapai dan memilih untuk tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Pada pendidikan yang paling
rendah adalah SD dengan jumlah
responden sebanyak 12 orang (16,9%)
pendidikan yang SD ini pendidikan yang
masih sangat lah rendah yang dimiliki
oleh responden hal ini dikarenakan
menganggap pendidikan dan bekerja lebih
penting
bekerja
untuk
membantu
memenuhi kebutuhan keluarga.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
dari
penelitian
sebelumnya
yang
dilakukan oleh Primandhita (2013)
responden yang menamatka pendidikan
SD sebanyak 15 responden (21,4%), SMP
sebanyak 35 responden (31,4%), SMA
sebanyak 20 responden (20%), Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
seseorang menegenai kanker serviks dan
Pap Smear tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, namun lebih
dipengaruhi oleh paparan informasi yang
diperolehnya.
3. Pekerjaan
Hasil penelitian pada jenis pekerjaan
responden pada tabel 3 didapatkan data
sebanyak 71 responden (100,0%) dengan
rincian 23 responden (32,4%) memiliki
jenis pekerjaan Ibu rumah tangga,34
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
responden (47,9%) memiliki jenis
pekerjaan karyawan pabrik, 7 responden
(9,9%)
memiliki
jenis
pekerjaan
wiraswasta, 7 responden (9,9%) memiliki
jenis pekerjaan buruh. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar jenis
pekerjaan responden adalah karywan
pabrik sebesar 34 responden (47,9%)
Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis
pekerjaan, responden yang bekerja
sebagai karyawan pabrik sebanyak 13
orang (38,23%) pengetahuan kurang, 6
orang (17,6%) berpengetahuan cukup, dan
15 orang (44,11%) pengetahuan baik.
Jenis pekerjaan IRT 11 orang (47,8%)
pengetahuan
kurang,
10
(43,4%)
pengetahuan cukup, 2 orang (8,69%)
pengetahuan baik. Jenis pekerjaan buruh 1
orang (14,28%) pengetahuan baik, 3 orang
(43,8%) pengetahuan cukup, 3 orang
(42,8%) pengetahuan kurang. Jenis
pekerjaan Wiraswasta 4 orang (57%)
pengetahuan cukup, 3 orang (43%)
pengetahuan kurang.
Responden terbanyak pada penelitian
ini yaitu karyawan pabrik sebanyak 34
orang (47,9%) hal ini disebabkan karna
lingkungan karangjati terdapat banyak
pabrik yang sebagian merekrut pekerja
dari lingkungan kelurahan Karangjati
Kecamatan Bergas, peringakt kedua yaitu
responden penelitian ini rata-rata adalah
ibu rumah tangga sebanyak 23 (32,4%)
hal ini disebabkan mayoritas pendidikan
rendah sehingga sulit menemukan
pekerjaan yang sesuai, responden yang
memiliki pekerjaan buruh dan wiraswasta
sama yakni sebanyak 7 orang (9,9%) hal
ini dikarenakan mereka berfikir bekerja
seadanya untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka.
Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Dusun Gembongan Kelurahan
Karangjati Kecamatan Bergas Kab Semarang
didapatkan data pada tabel 4 dengan hasil 71
responden (100,0%) dengan rincian 28
responden
(39,4%)
memliki
tingkat
pengetahuan dengan kategori rendah, 24
responden (33,8 %) memiliki tingkat
pengetahuan dengan kategori cukup, 19
responden
(26,8%)
memiliki
tingkat
9
pengetahuan dengan kategori baik. Hal
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
responden mempunyai pengetahuan yang
rendah
(39,4%)
tentang
pengetahuan
mengenai kanker serviks.
Dengan melihat fakta dilapangan,
pengetahuan responden yang rendah sebanyak
28 orang (39,4%) disebabkan karena
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para
wanita usia subur di dusun Gembongan
walaupun hanya untuk sekedar menyimak dan
mendengarkan berbagai program promosi
kesehatan yang diadakan pemerintah ataupun
yang dilakukan oleh petugas kesehatan
terkait. Rata-rata para wanita di dusun
gembongan ini adalah wanita bekerja dimena
mereka memiliki beban pekerjaan ganda
sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga dan sebagai ibu rumah tangga.
Sehingga mereka tidak memiliki cukup waktu
untuk beraktivitas diluar rumah atau
menyimak dan memahami arus informasi
tersebut, selain itu, promosi kesehatan scara
langsung maupun tidak langsung tentang
pengetahuan kanker serviks ini masih kurang,
tidak seperti misalnya promosi kesehatan
tentang demam berdarah atau penyajit yang
baru-baru ini ditemukan seperti flu burung
yang cara penyampaian informasinya dapat
kita temukan di setiap tempat dan sudah
sangat familiar ditelinga masyarakat secara
merata, sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 24 orang
(33,8%) hal ini dikarenakan mereka hanya
memperoleh informasi dari lingkungan
namun mereka tidak mengutamakan untuk
belajar, membuka buku untuk membaca, atau
mencari informasi dari sumber yang valid
tetapi hanya memperoleh dari pengalaman
dan informasi dari lingkungan sekitar,
responden dengan pengetahuan baik sebanyak
19 orang (26,8%) beralasan mereka beajar
dari beberapa poin yang pertama mereka
belajar dari pengalaman, dari omongan orang
lain, lingkungan dan memang secara khusus
mau mempelajari apa itu kanker serviks dari
berbagai media, seperti koran, majalah,
televisi dll
Rendahnya
tingkat
pengetahuan
masyarakat tentang kanker serviks ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
kurangnya informasi, pengalaman tingkat
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
kewaspadaan serta pengetahuan yang rendah
tentang kanker serviks, hal ini ditandai
dengan
rekapitulasi
jawaban
benar
pengetahuan responden mengenai kanker
serviks yakni paling sedikit pengetahuan
responden sebanyak 35 responden (49,3%)
dengan kisi-kisi pengobatan hal ini dianggap
sebagian besar responden belum memahami
tentang cara penanganan kanker serviks, dan
jawaban benar tersedikit juga ditemukan
dalam kisi-kisi efek samping pengobatan
yakni sebanyak 26 orang ( 36,6%) untuk
menangani hal ini instansi terkait seperti
puskesmas di bantu bidan desa dan kader
kesehatan untuk lebih mengenalkan penyakit
kanker serviks meliputi definisi, cara
penanganan, cara penularan, tanda gejala,
deteksi dini menggunakan pemeriksaan Pap
Smear dll. Terutama untuk cara pengobatan
dan efek samping pengobatan karena pada
masing-masing kisi-kisi tersebut jawaban
benar sangat sedikit. Fenomena serupa juga
terdapat pada penelitian di nigeria dimana
pengetahuan mengenai cara penanganan dan
gejala kanker serviks masih sangat rendah.
Hal itu perlu difokuskan dalam meberikan
penyuluhan mengenai kanker serviks sebagai
upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5
menunjukkan bahwa sikap wanita usia subur
pada pemeriksaan pap smear di Dusun
Gembongan,
71
orang
(100,0%)
diklasifikasikan sesuai dengan definisi
operasional dalam bab III penggolongan
yakni sikap setuju. Beberapa distribusi
jawaban dengan respon sikap setuju paling
sedikit yakni pada pertanyaan nomor 4
dengan kisi-kisi faktor resiko pemeriksaan
pap smear sebanyak 34 (49,3%), nomor 7
dengan kisi-kisi manfaat pap smear dengan
responden sebanyak 30 (42,3%), nomor 8
sebanyak 33 orang kisi-kisi indikasi
pemeriksaan pap smear ( 46,5%), nomor 9
sebanyak 35 orang (49,3) dengan kisi-kisi
indikasi pemeriksaan pap smear, nomor 10
sebanyak 34 orang (48,0%) dengan kisi-kisi
indikasi pemeriksaan pap smear, nomor 11
sebanyak 34 orang (48,0%) dengan kisi-kisi
indikasi pemeriksaan pap smear, nomor 13
sebanyak 35 orang (49,3%) dengan kisi-kisi
indikasi pemeriksaan pap smear, nomor 16
10
sebanyak 35 orang (49,3%) dengan kisi-kisi
ketentuan pemeriksaan pap smear Hal
tersebut ditunjukkan dengan sebagian respon
dari responden tidak setuju melakukan
pemeriksaan pap smear. Alasan timbulnya
sikap terbanyak adalah sikap tidak setuju
terhadap pemeriksaan pap smear adalah
karena Wanita usia subur belum pernah
mendapat informasi dan belum pernah
mendengar tentang pemeriksaan pap smear
terutama tentang faktor resiko diadakannya
pemeriksaan pap smear, manfaat pemeriksaan
pap smear, indikasi pemeriksaan pap smear
dan ketentuan pemeriksaan pap smear, karena
keterbatasan informasi tentang pemeriksaan
pap smear, menimbulkan sikap tidak setuju.
Responden dengan sikap setuju sebanyak 28
orang (39,4%) mereka memiliki alasan
pemeriksaan pap smear mungkin penting
unuk wanita yang sudah melakukan hubungan
seksual secara aktif, ada yang memiliki
perasaan penasaran tentang kesehatannya.
Analisis Bivariat
Berdasarkan uji chi square didapatkan
nilai
hitung 12,834 dengan p-value 0,002.
Oleh karena p-value = 0,002 <
(0,05),
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
kanker serviks dengan sikap pemeriksaan pap
smear pada wanita usia subur di Dusun
Gembongan kelurahan Karangjati Kecamatan
Bergas kabupaten semarang.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
data wanita usia subur yang memiliki
pengetahuan kurang tentang kanker serviks
sebanyak 21 responden (75,0%) memiliki
sikap tidak setuju dan 7 responden (25,9%)
memiliki sikap setuju dengan pemeriksaan
pap smear, Wanita Usia subur yang memiliki
pengetahuan cukup tentang kanker serviks
sebanyak 17 responden (70,8%) memiliki
sikap tidak setuju dan 7 responden (29,2%)
memiliki sikap setuju dengan pemeriksaan
pap smear, Wanita usia subur yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 5 responden
(26,3%) memiliki sikap tidak setuju dan 14
responden (73,7%) memiliki sikap setuju
dengan pemeriksaan pap smear.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
bahwa ibu dengan pengetahuan kurang
sebagian besar memiliki sikap tidak setuju
terhadap pemeriksaan pap smear sejumlah 21
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
responden (75,0%), sedangkan ibu dengan
pengetahuan cukup sebagian besar juga
memiliki sikap tidak setuju terhadap
pemeriksaan pap smear sejumlah 17
responden (70,8%), dan ibu dengan
pengetahuan baik sebagian besar memiliki
sikap setuju terhadap pemeriksaan pap smaer
sejumlah 14 responden (73,7%).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebagian besar Wanita Usia Subur
memiliki tingkat pengetahuan cukup
yakni sebanyak 24 responden (33,8%),
sedangkan yang memiliki baik sebanyak
19 responden (26,8%), serta WUS dengan
pengetahuan
kurang
sebanyak
28
responden (26,8%).
2. Sebagian besar WUS memiliki sikap
setuju yaitu sebanyak 28 responden
(39,4%), WUS dengan sikap tidak setuju
sebanyak 43 responden (60,6%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang kanker
serviks dengan sikap Wanita Usia Subur
pemeriksaan Pap Smear dengan p-value =
0,002 < α 0,05 berarti ada hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang kanker
serviks dengan sikap pemeriksaan pap
smear pada wanita usia subur.
Saran
1. Bagi Pemerintah dan instansi kesehatan
tarkait
Hendaknya memberikan dukungan
dengan membuat kebijakan untuk
mengadakan program wajib pap smear
bagi para ibu, ibu keluarga miskin, wanita
pekerja seks komersial (PSK) dengan
keringanan biaya
2. Bagi Masyarakat
Untuk menjadikan masukan bagi
masyarakat khususnya pada Wanita Usia
Subur agar dapat dengan aktif mengikuti
kegiatan- kegiatan penyuluhan yang
diadakan
oleh
tenaga
kesehatan
khususnya mengenai kesehatan reproduksi
sehingga
dapat
meningkatkan
pengetahuan WUS mengenai macammacam penyakit yang meyerang organ
reproduksi terutama cara mendeteksi dini
11
penyakit
kanker
serviks
dengan
pemeriksaan pap smear.
3. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan kemampuan
pengetahuan dan wawasan tentang
metodologi penelitian dan pengolahan
data sehingga dapat menghasilkan
penelitian yang baik dan terinci dan bagi
peneliti lain agar dapat mengembangkan
penelitian denngan menambah variabel
penelitian yaitu
mempertimbangkan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan pada WUS dan
kelemahan-kelemahan dalam penelitian
ini.
4. Bagi Institusi
Diharapkan
dapat
menyediakan
referensi
yang
terbaru
mengenai
kesehatan reproduk dan diharapkan pula
berpartisipasi dan berperan aktif dalam
kegiatan sosialisasi khususnya tentang
pentingnya pengetahuan WUS tentang
kanker serviks dan sikap dalam
melakukan pemeriksaan Pap Smear
mengingat kesehatan wanita Usia Subur
tidak terlepas dari dunia kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2012. Bebas dari Ancaman Kanker
Serviks. Yogyakarta : Flashbook
Bagian Obstetri & ginekologi fakultas
kedokteran
universitas
padjajaran
bandung. 2010. Ginekologi. Bandung :
Elstar offset
Bertani, A. 2008. Obstetri dan Ginekologi.
Bandung : Alvabeta
Budiarti, E. 2011. Biostatistika. Bandung :
EGC
Dewi Ratna, P. 2011. Asuhan Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Handout materi perkuliahan obstetri dan
ginekologi. 2013. Kanker Serviks dan
pemeriksaan pap smear. Dr. Vanya.
Sp.OG
Manuaba,
IBG.2010.
Kapita
Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan KB.
Jakarta : EGC
Manuaba, IBG.2010.Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi
dan Patologi. Jakarta : EGC
Nn. 2013. Cegah Kanker dengan Pap smear.
Astaga.com (diakses tanggal 5 November
2013)
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,S.2010.
Pendidikan
dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Octavia,
cintami.
2012.
Gambaran
Pengetahuan Ibu Mengenai Pap smear.
Diakses pada 14 juni 2014 dari
http//09e02916, pdf.
Purnamasari, R.2009. Fakta Penting Seputar
Kesehatan reproduksi Wanita. Jogjakarta :
Book Marks
Purwati. 2011. Pendidikan Kesehatan
Reproduksi. Bandung : CV. Alfabeta
12
Rasjidi, I. 2008. Panduan Pelaksanaan
Kanker Ginekologi Berdasarkan Evidence
Base. Jakarta : ECG
Retna, E dkk.2011. Asuhan kebidanan
komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Satmoko, Budi Santoso. 2009. Buku Pintar
Kanker; Mengenal Penyebab-Penyebab
Kanker dan Bagaimana Mengurangi
Risikonya dalam Kehidupan Sehari-hari.
Yogyakarta: Power Book
Sugiyono.2009. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : CV. Alfabeta
Tilong, A. 2012. Bebas Dari Ancaman
Kanker Serviks. Yogyakarta : Flashbook
Yulifah, R.2009. Perkembangan Reproduksi
Wanita. Jakarta : Flashbook
Zacky, D. 2009. Mengenal Pap Smear,
Pemeriksaan
Vagina
Rutin.
www.Juraganmedis.com diakses tanggal
28 Desember 2013
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN
SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA USIA SUBUR
DI DUSUN GEMBONGAN KELURAHAN KARANGJATI
KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Disusun Oleh :
CHINTIA VERA MARGARETHA
NIM. 0111 399
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
13
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN SIKAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WUS
Download