.......................... .................................... ........................................... ANALISIS KADAR BAHAN PENGAWET NATRIUM BENZOAT PADA PRODUK MINUMAN ISOTONIK MEREK X SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Afilia Suryaningrum1), Nita Fajaryanti1) 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Email: [email protected] ABSTRAK Natrium benzoat merupakan bahan pengawet yang digunakan dalam produk makanan/minuman. Salah satu produk yang menggunakan natrium benzoat adalah minuman isotonik. Batas penggunaan maksimum natrium benzoat sebagai bahan pengawet pada minuman ringan adalah 600mg/kg. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar bahan pengawet natrium benzoat pada produk minuman isotonik merek X serta membandingkan kadar sampel dengan standar yang telah ditentukan. Penelitian dilakukan melalui pengujian eksperimental jenis post test only design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 minuman isotonik merek X menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan pengujian uji kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan dengan uji FeCl3 dan hasilnya positif dengan terbentuknya endapan warna coklat. Uji kuantitatif dilakukan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan 3 sampel minuman isotonik merek X. Hasil penelitian diperoleh kadar pada sampel 1 sebesar 58,11 mg/kg, sampel 2 sebesar 60,11 mg/kg dan sampel 3 sebesar 57,24 mg/kg. Rata-rata kadar bahan pengawet natrium benzoat yang terdapat pada ke-3 sampel minuman isotonik merek X sebesar 58,49 mg/kg. Kadar tersebut tidak melebihi batas penggunaan maksimum natrium benzoat yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 dan SNI 01-0222-1995 yaitu 600 mg/kg. Kata Kunci : Natrium Benzoat, Bahan Pengawet, Minuman Isotonik,Spektrofotometri UV-Vis ABSTRACT Sodium benzoate is a preservative used in food / beverage products. One product that uses sodium benzoate is an isotonic beverage. The maximum usage limit of sodium benzoate as a preservative in soft drinks is 600mg / kg. In this study aims to determine the content of sodium benzoate preservatives in X brand isotonic beverage products and to compare sample levels with predetermined standards. The research was done through experimental testing of post test only design type. The sample used in this research is 3 brand isotonic drinks X using UV-Vis spectrofotometry method with qualitative and quantitative test. The qualitative test was performed with FeCl3 test and the result was positive with the formation of brown precipitate. Quantitative test was done using UVVis spectrofotometer with 3 samples of brand isotonic drinks X. The result showed that the level of sample 1 was 58,11 mg / kg, sample 2 was 60,11 mg / kg and sample 3 was 57,24 mg / Kg. The average content of sodium benzoate preservatives contained in the 3 samples of the brand isotonic drinks of X amounted to 58.49 mg / kg. The content does not exceed the maximum utilization limit of sodium benzoate which has been determined by the Regulation of the Minister of Health No. 722 / Menkes / Per / IX / 88 and SNI 01-0222-1995 is 600 mg / kg. Keywords: Sodium Benzoate, Preservatives, Isotonic Drinks, UV-Vis Spectrophotometry PENDAHULUAN Zat aditif (bahan tambahan makanan) adalah bahan yang ditambahkan ataupun dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk kedalamnya adalah pengawet, pewarna, pemantap, antioksidan, pengemulsi, antigumpal, pemucat, penyedap rasa dan aroma, serta pengental (Rohman, 2011). Dosis pemakaian bahan tambahan pangan harus diatur dan diawasi, karena kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian yang bersifat langsung dan tidak langsung/kumulatif bagi pemakainya. Kerugian yang bersifat langsung misalnya keracunan dan yang bersifat tidak langsung atau kumulatif misalnya bahan 1 METODE Desain penelitian menggunakan eksperimen jenis post test only design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 produk minuman isotonik merek X yang diambil secara acak. Alat penelitian yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis merek Shimadzu, Waterbath merek Memert, Timbangan analitik merek Shimadzu, labu takar, corong pisah, beaker glass, erlenmeyer, cawan porselen. Bahan yang digunakan adalah sampel minuman isotonik, natrium benzoat, NaOH 10%, NaCl jenuh, HCl 0,1%, NH4OH 0,1%, FeCl3 5% netral dan Eter. Sampel diuji kualitatif dengan FeCl3 untuk membuktikan adanya natrium benzoat. Sampel diambil dari produk minuman isotonik merek X. Sampel kemudian diuji kuantitatif yaitu dengan membuat larutan sampel dalam NaCl jenuh dan larutan dibuat asam dengan menambah larutan HCl 0,1 %. Diekstraksi sampel dengan 70, 50, 40 dan 30 ml bagian eter. Dikocok dan dipisahkan bagian eter. Pada bagian eter dicuci dengan HCl 0,1 % dan diambil ekstrak eternya. Diekstraksi lagi dengan bagian eter dengan NH4OH 0,1 % dan buang bagian eternya. Gabungkan ekstrak amonia dan dinetralkan dengan HCl. Larutan asam ini dinetralkan kembali dengan 70, 50, 40 dan 30 ml eter. Setelah dipisah, ekstrak eter dipisahkan dengan eter sampai mencapai volume 200 ml. Kemudian diukur absorbannya. Diplotkan pada kurva baku untuk menentukan kadar asam benzoatnya. Untuk mengetahui kadar natrium benzoat, dihitung berdasarkan berat molekul. HASIL Uji kualitatif dilakukan dengan cara sampel diperiksa dengan pengujian FeCl3 5% netral. Pada larutan sampel terbentuk endapan coklat berarti positif mengandung benzoat. Uji kuantitatif dilakukan dengan membuat larutan baku natrium benzoat dalam eter. Hasil skrining panjang gelombang maksimum natrium benzoat adalah 271 nm. Tabel hasil pembacaan absorbansi deret baku natrium benzoat dapat dilihat pada tabel 1. Hasil pembacaan absorbansi sampel minuman isotonik merk X dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 1. Hasil pembacaan absorbansi deret baku larutan baku induk natrium benzoat No Konsentrasi Absorbansi 1 49 ppm 0,202 2 98 ppm 0,450 3 147 ppm 0,551 4 196 ppm 0,695 5 245 ppm 0,794 Persamaan garis linier yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x) larutan baku sebagai berikut y = 0,109 + 0,002x dengan harga r sebesar 0,967. Kurva hubungan absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. Absorbansi pengawet yang bersifat karsinogenik (Cahyadi, 2008). Natrium benzoate adalah bahan pengawet yang sering digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan (Nurcahyani, 2005). Penggunaan pengawet benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan bakteri. Bukti-bukti menunjukan benzoat mempunyai toksisitas yang sangat rendah terhadap hewan maupun manusia (Khomsan, 2002). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 batas maksimum penggunaan natrium benzoat untuk minuman ringan adalah 600 mg/kg bahan (Cahyadi, 2008). Pembatasan tersebut mutlak diperlukan karena jika melebihi ambang batas yang telah ditentukan dapat menimbulkan efek samping merugikan dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat racun didalam tubuh (Wijaya, 2011). 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Absorbansi Linear (Absorbansi) 0 200 400 Konsentrasi (ppm) Setelah preparasi sampel, diukur absorbannya. Diplotkan pada kurva baku untuk menentukan kadar asam benzoatnya. Untuk mengetahui kadar natrium benzoat, dihitung berdasarkan berat molekul. Rumus yang digunakan adalah As Kadar Sampel = Ab x Cb x P 2 Kadar Natrium Benzoat = BM Na. Benzoat BM As. Benzoat x Kadar Asam Benzoat Tabel 2. Hasil pembacaan absorbansi sampel minuman isotonik merek X Sampel Absorban Konsentrasi 1 0,203 58,11 mg/L 2 0,210 60,11 mg/L 3 0,200 57,24 mg/L PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar bahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik merek X secara spektrofotometri UV-Vis. Dalam hal ini dipilih sampel minuman isotonik merek X, minuman ini banyak dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang beragam dan khasiatnya yang dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian eksperimental di laboratorium. Sebelumnya sampel dilakukan pemeriksaan pendahuluan secara visual yaitu isi bersih sampel, pH dan organoleptis sampel. Selanjutnya sampel diuji kualitatif dengan FeCl3 untuk membuktikan adanya natrium benzoat dalam minuman isotonik dan kemudian diuji kuantitatif. Sampel dilakukan uji kualitatif dengan metode sesuai SNI 01-2894-1992 untuk menunjukkan adannya natrium benzoat yang merupakan garam dari asam benzoat. Sampel minuman isotonik yang diuji secara kualitatif positif mengandung benzoat dibuktikan dengan terbentuknya endapan berwarna coklat. Pada uji kualitatif sampel minuman isotonik diberikan penambahan NaOH 10%. Penambahan NaOH 10% kedalam larutan sampel dimaksudkan agar sampel bersifat basa (Cahyadi, 2008). Setelah itu larutan tersebut diberikan penambahan NaCl jenuh, tujuan dari penambahan NaCl jenuh adalah untuk menambah tingkat ionisasi dari air menjadi lebih polar sehingga tingkat tidak bercampurnya air dengan eter akan bertambah dan dapat bermanfaat dalam pemisahan fase (Windy, 2013). Larutan yang sudah dibasakan dengan NaOH 10% dan penambahan NaCl jenuh tersebut dikocok dan didiamkan selama 2 jam agar terpisah antara fase yang larut dengan fase yang tidak larut. Setelah itu larutan tersebut disaring menggunakan kertas saring agar diperoleh larutan yang jernih. Dari larutan jernih tersebut diambil sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam corong pisah. Filtrat tersebut diasamkan dengan HCl berlebih agar kembali bersifat asam. Larutan asam tersebut ditambahkan ± 10-15 ml eter dan dikocok. Lapisan eter ditampung dan diuapkan diatas waterbath pada suhu ± 90ºC sampai terbentuk residu dan diberi NH4OH sampai basa. Setelah itu diuapkan kembali. Tujuan dilakukan penguapan ini adalah untuk menghilangkan kelebihan NH3 yang terdapat pada larutan. Dari residu yang didapatkan ditambahkan FeCl3 5% netral dan memperoleh hasil terbentuk endapan warna kecoklatan yang berarti pada sampel ini positif mengandung benzoat (Cahyadi, 2008). Uji kuantitatif dapat diketahui dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis sesuai dengan metode SNI 01-2894-1992. Sebelum dilakukan penetapan kadar natrium benzoat pada minuman isotonik merek X, terlebih dahulu dibuat larutan baku induk natrium benzoat yang dilarutkan dalam eter sebesar 1000 ppm. Pengukuran absorbansi untuk natrium benzoat dilakukan pada rentang panjang gelombang 265-280 nm. Kemudian dibuat deret baku dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm serta hasil panjang gelombang maksimum untuk natrium benzoat sebesar 271 nm. Panjang gelombang maksimum yang didapatkan sesuai dengan range panjang gelombang teoritis yang ditentukan, yaitu 265-280 nm (Cahyadi, 2008). Pemilihan panjang gelombang maksimum dilakukan karena pada panjang gelombang tersebut kepekaannya maksimum dan perubahan absorbansi untuk satuan konsentrasi adalah yang paling besar sehingga lebih efektif dalam pengukuran absorbansinya. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorban datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert Beer akan terpenuhi (Anonim, 2012). Kurva baku antara konsentrasi terhadap absorbansi diperoleh persamaan garis linier yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x) larutan baku sebagai berikut y= 0,109 + 0,002x dengan harga r sebesar 0,967. Hal ini menyatakan bahwa kurva kalibrasi memiliki keakuratan dalam penentuan konsentrasi sebesar 97%. Pada penentuan kadar natrium benzoat pada sampel minuman isotonik merek X 3 dilakukan dengan menggunakan 3 sampel. Sampel yang telah dicampur dengan NaCl jenuh diasamkan dengan HCl 0,1 %. Sampel yang semula memiliki sifat basa dengan pH 9 berubah menjadi 6 setelah diasamkan. Larutan asam tersebut kemudian diekstraksi dengan 70, 50, 40 dan 30 bagian eter (Cahyadi, 2008). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi sampel yaitu eter, karena eter merupakan pelarut yang memiliki sifat inert (tidak mudah bereaksi), mudah melarutkan senyawa-senyawa organik, dan titik didihnya rendah sehingga mudah untuk dipisahkan kembali (Anonim, 2010). Bagian eter (Lapisan atas) dicuci dengan HCl 0,1% setelah itu dipisahkan bagian eternya (Lapisan atas), kemudian diekstraksi dengan NH4OH 0,1% dan diambil ekstrak amonia (Lapisan bawah). Dari ekstrak amonia yang didapat (pH 10) dinetralkan dengan HCl 0,1% sampai pH menjadi 7. Adanya penambahan NH4OH 0,1% dan HCl 0,1% dalam pembuatan larutan sampel ini bertujuan untuk menstabilkan pH dengan perubahan sifat menjadi asam maupun basa, selain itu juga bertujuan untuk pembentukan lapisan pada larutan sehingga mudah dipisahkan. Dari larutan netral yang diperoleh kemudian dilakukan ekstraksi kembali dengan 70, 50, 40, dan 30 bagian eter dan hasilnya dilarutkan dengan eter sampai 200 ml (Cahyadi, 2008). Blangko yang digunakan dalam penelitian ini adalah eter, karena eter merupakan pelarut yang digunakan untuk menyiapkan larutan sampel (Cahyadi, 2008). Larutan sampel dilakukan penentuan absorbansi dengan panjang gelombang 271 nm dan hasil absorbansi pada ke-3 sampel berturutturut adalah sebagai berikut sampel 1 (0,203), sampel 2 (0,210) dan sampel 3 (0,200). Hasil tersebut sesuai dengan range absorbansi yang ditentukan yaitu antara 0,2-0,8. Sehingga hal tersebut menandakan bahwa kesalahan intermediet dalam pembacaan T adalah 0,005 (0,5%) kesalahan fotometrik. Nilai 0,005 adalah nilai rata-rata dimana kesalahan fotometrik kebanyakan alat antara 0,002-0,01. Kesalahan fotometrik adalah kesalahan analisis dalam nilai konsentrasi itu paling kecil jika pembacaan resapan 0,2-0,8 atau 15-70% (Anonim, 2012). Dari hasil absorbansi ke-3 sampel yang didapatkan digunakan untuk menghitung kadar asam benzoat menggunakan pendekatan absorbansi dan hasilnya adalah sebagai berikut sampel 1 : 49,24 ppm (mg/L) ; sampel 2 : 50,94 ppm (mg/L) ; dan sampel 3 : 48,51 ppm (mg/L). Hasil tersebut merupakan kadar dari asam benzoat. Karena natrium benzoat berupakan ester/garam dari asam benzoat, sehingga untuk perhitungannya berdasarkan berat molekul dan mendapatkan hasil untuk kadar natrium benzoat pada ke-3 sampel berturut-turut adalah 58,11 ppm (mg/L), 60,11 ppm (mg/L) dan 57,24 ppm (mg/L). Satuan yang dipakai adalah ppm (mg/L), sedangkan untuk batasan natrium benzoat sebagai bahan pengawet satuannya adalah mg/kg. Dalam hal ini BJ dianggap 1, sehingga untuk satuannya adalah mg/L = mg/kg. Hasil ke-3 kadar bahan pengawet natrium benzoat yang diperoleh diolah secara statistika dengan analisa deskriptif dan uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Analisa deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum dan nilai rata-rata kadar natrium benzoat yang diperoleh dari ke-3 sampel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil dari tabel deskriptif diperoleh nilai minimum kadar natrium benzoat sebesar 57,24 mg/kg, nilai maksimum kadar natrium benzoat sebesar 60,11 mg/kg, nilai rata-rata kadar natrium benzoat sebesar 58,49 mg/kg dan standar deviasi sebesar 1,47. Berdasarkan rata-rata kadar natrium benzoat yang diperoleh dari ke-3 sampel minuman isotonik tidak melebihi batas penggunaan maksimum natrium benzoat sebagai bahan pengawet menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 dan SNI 01-0222-1995 batasan penggunaan maksimun natrium benzoat pada minuman ringan yaitu sebesar 600 mg/kg, sehingga adanya kandungan natrium benzoat dalam minuman isotonik ini tidak akan membahayakan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan pengawet natrium benzoat yang terdapat pada ke-3 sampel minuman isotonik merek X memiliki kadar rata-rata sebesar 58,49 mg/kg. Kadar rata-rata bahan pengawet natrium benzoat pada ke-3 sampel minuman isotonik merek X tersebut tidak melebihi batas penggunaan maksimum natrium benzoat yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/ 4 Menkes/ Per/ IX/ 88 dan SNI 01-0222-1995 yaitu 600 mg/kg. Khomsan, Ali. 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Halaman 173-177. Saran Perlu dilakukan kembali penelitian untuk menentukan kadar bahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik merek X dengan menggunakan metode lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal yang telah memfasilitasi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia untuk Bahan Tambahan Makanan. SNI 01-0222-1995. BSN. Jakarta. Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Departemen Perindustrian RI. 1992. Cara Uji Bahan Pengawet Pangan dan Bahan Tambahan Pangan yang Dilarang untuk Pangan. SNI-01-2894-1992. Jakarta. Khopkar, S.M., (2003) Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. Nurcahyani. 2005. Analisis Kadar Natrium Benzoat dan Jenis Zat Aditif Pewarna Pada Saus Tidak Bermerk di Pasar Dinoyo Malang. Patricia C., (ED). 1995. Official Methods of Analysis of AOAC International. 16th Ed., Published By AOAC International, Virginia, Usa, 9. Rohman, Abdul. 2011. Analisis Bahan Pangan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Halaman 181. R.A. Day, JR. & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Halaman 388-403. Saparinto, Cahyo. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta. Halaman 1-40. Sumarauw, Windy, dkk. 2013. Identifikasi dan Penetapan Kadar Asam Benzoat Pada Kecap Asin yang Beredar Di Kota Manado. Skripsi. Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT. Manado. Departemen Kesehatan RI. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Suryani ,dkk. 2009. Natrium Benzoat Sebagai Bahan Pengawet Minuman Isotonik. Makalah. Universitas Negeri Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia. Malang. Ditjen Pengawasan Obat dan Pangan dan Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. Halaman 214, 224, dan 228. Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova, M., (2004), Effect of food preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197. Winarti, Sri. 2006. Minuman Kesehatan. Trubus Agrisarana. Surabaya. Halaman 1-3, 9, 27-30. 5