XML - UHAMKA Journal Publication

advertisement
KESIAPAN DIRI MAHASISWA PASCASARJANA UNTUK MENIKAH
(Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Padang)
Lisa Putriani
Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Padang
Abstrak:Studi ini bertujuan untuk menggambarkan dari self-readiness mahasiswa pasca
sarjana untuk menikah dalam hal jenis kelamin, latar belakang budaya, dan kondisi
ekonomi.Penelitian metode pos adalah fakto tersebut mantan dengan menggunakan sebuah
rancangan 2 factorial x 2 x 2.Penduduk indonesia yang menjadi mahasiswa pasca sarjana kelas
2013/2014, yang beradadi UniversitasNegeri Padang dan belum menikah.Total sampel
berjumlah 300 orang orang yang yang dipilihdan ditentukan oleh sampling acak teknik klaster
dipadukan dengan teknik sampel purposive.Instrumen adalah sebuah kuesioner.Data dianalisis
oleh anlisisvarian (ANOVA).Hasilnya menunjukkan: dari tingkat mahasiswa pasca sarjana
self-readiness untuk dapat menikah dalam kaitannya dengan jender, latar belakang budaya, dan
ekonomi kondisi di kategori tinggi.
Katakunci: Kesiapandiri untuk menikah, gender, latar belakang budaya, kondisi
ekonomi
READINESS OF POSTGRADUATE STUDENTS TO MARRY
(Descriptive Study toward Postgraduates Student at State the School of
Postgraduate Programme State University of Padang)
Abstract: This study purpose to describe self readiness of graduate students to get
married in terms of gender, cultural background, and economic conditions. The
research method was ex post facto by using a factorial design 2 x 2 x 2. The
population were graduate students class of 2013 and 2014 State University of Padang
who was not married yet. The total sample were 300 people selected by random
cluster sampling technique combined with purposive sampling technique. The
instrument was a questionnaire. Data analyzed by analysis of variance (ANOVA). The
result showed: the level of self readiness graduate students to get married in terms of
gender, cultural background, and economic conditions were in high category.
Keywords: Self Readiness for Married, Gender, Background Culture, Economic
Conditions
telah dilengkapi dengan berbagai potensi
A. PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan
pelayanan untuk semua individu yang
mengacu pada keseluruhan perkembangan
manusia,
yang
kemanusiaannya
meliputi
dimensi
dalam
rangka
mewujudkan manusia seutuhnya (Prayitno,
2004:29). Manusia dituntut untuk mampu
mengembangkan dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan, untuk itu manusia
yang ada pada dirinya.
Menurut Munandir (1985:13) tujuan
konseling salah satunya adalah membantu
orang mengambil keputusan untuk langkah
maju dalam proses perkembangannya.
Berbagai
teori
tentang
perkembangan
individu banyak dikemukakan para ahli,
salah satunya adalah Havighurst yang
menampilkan istilah tugas perkembangan.
61
Setiap individu yang berkembang harus
mengelola rumah tangga, 6) mulai bekerja,
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
7) bertanggung jawab sebagai warga
itu agar menjadi individu yang bahagia dan
negara, 8) menemukan kelompok sosial
sukses.
yang serasi.
Tugas perkembangan adalah sesuatu
Santrock
(dalam
Elida
Prayitno,
yang timbul dan konsisten pada atau
2006:13) juga mengemukakan bahwa pada
sekitar periode tertentu dalam kehidupan
hakikatnya seorang individu yang telah
individu (Sudarwan Danim, 2010:96).
memasuki masa dewasa awal memiliki
Konsep
ciri-ciri
tugas
perkembangan
didasari
yaitu
mulai
mandiri
secara
asumsi bahwa perkembangan manusia,
ekonomi, mulai menerima tanggung jawab
termasuk mahasiswa pascasarjana ditandai
terhadap tingkah lakunya, mandiri dalam
dengan serangkaian tugas dimana individu
mengambil
harus
mengenai teman dekat, jodoh yang akan
belajar
sepanjang
hidupnya.
keputusan
baik
keputusan
Keberhasilan pencapaian tugas
dinikahi, karir yang akan ditekuni maupun
perkembangan tertentu diharapkan dapat
keputusan mengenai arah masa depan yang
melahirkan kebahagiaan dan kesuksesan
akan dilalui. Pada fase dewasa awal ini,
bagi individu untuk menyelesaikan tugas-
mahasiswa pascasarjana harusnya menjadi
tugas berikutnya.
matang dalam berfikir untuk memikul
Periode
kehidupan
dewasa
awal
tanggung
jawab
dan
cinta
terhadap
berlangsung antara umur 18-40 tahun
pasangan yang telah menjadi pilihannya,
(Elizabeth Hurlock, 1980:246). Mahasiswa
selanjutnya akan melakukan pernikahan
pascasarjana umumnya berada pada tahap
dan membentuk keluarga.
masa dewasa awal tersebut. Tidak hanya
memiliki
tugas
tanggung
Fatimah
(2010:186)
jawab
menyatakan bahwa hampir setiap pemuda
terhadap akademik, karier dan bagian dari
(laki-laki dan wanita) mempunyai dua
masyarakat sosial, mahasiswa pascasarjana
tujuan utama, pertama menemukan jenis
juga
pekerjaan yang sesuai; kedua, menikah dan
harus
dan
Enung
memenuhi
tugas-tugas
perkembangannya sebagai dewasa awal.
membangun rumah tangga (keluarga).
Menurut Havighurst (dalam Prayitno,
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi
2004:162) tugas-tugas perkembangan pada
seseorang mencapai kedua tujuan tersebut,
fase dewasa awal adalah: 1) memilih
salah satunya adalah faktor budaya. Dalam
pasangan hidup, 2) belajar hidup dengan
memilih
pasangan dalam ikatan perkawinan, 3)
pertimbangan yang dipakai satu budaya
memulai
4)
berbeda
5)
Masyarakat dengan budaya Patriarkhat
memelihara
kehidupan
dan
berkeluarga,
mendidik
anak,
pasangan
dengan
hidup
budaya
misalnya,
yang
lain.
62
berbeda
dengan
masyarakat
budaya
dan status sosial ekonomi. Khusus tentang
Matriarkhat. Setiap masyarakat di dunia
faktor sosial ekonomi mencakup berbagai
memiliki
aspek, antara lain menyangkut masalah
norma
berkenaan
dengan
masalah perkawinan. Ini berarti bahwa
pergaulan dan pekerjaan.
perkawinan antara pria dan wanita bukan
Indra
Wirdhana,
dkk
(2013:54)
saja masalah yang didorong oleh faktor
mengungkapkan bahwa pasangan yang
biologis, melainkan diatur oleh berbagai
memiliki
aturan atau norma yang berlaku di dalam
kehidupan perkawinan akan lebih mudah
kehidupan
menerima
sosial
kemasyarakatan
(Cashion, 1983:311).
dan
untuk
menjalani
menghadapi
segala
konsekuensi persoalan yang timbul dalam
Hasil penelitian berkaitan dengan
kesiapan
kesiapan
menikah
perkawinan. Beberapa masalah klien yang
mahasiswa
ditemukan pada pusat konseling perguruan
mengungkapkan bahwa masalah dengan
tinggi universitas yaitu kemarahan/mudah
persentase tertinggi berada pada masalah
marah, putus hubungan, kekhawatiran
konflik psikis antara menyelesaikan kuliah
memikirkan kencan, kematian orang yang
dengan keinginan untuk mulai bekerja;
berarti, sulit mendapatkan teman/kesepian,
tetapi masalah konflik dengan keinginan
permasalahan dengan suami atau istri
untuk menikah juga mulai dirasakan
(Samuel T. Gladding, 2012:507). Konselor
mahasiswa; sebagian kecil merasa didesak
dan personil layanan mahasiswa pada
orangtua untuk segera menikah, walaupun
layanan konseling di perguruan tinggi
masih gelisah karena belum memiliki
menekankan pada hal-hal yang umum
calon pasangan hidup dan masih bingung
mengenai perkembangan total dari orang-
memilih kriteria yang sesuai harapan (Nani
orang yang mereka layani (Samuel T.
M. Sugandhi, 2010:7).
Gladding, 2012:499), termasuk mengenai
Abdullah
juga
tugas perkembangan mahasiswa untuk siap
mengemukakan bahwa kendala mahasiswa
memilih dan mencegah terjadinya masalah
untuk menikah adalah kesulitan ekonomi
serta
dan
dengan pernikahan.
biaya
Nasikh
studi,
(1992:47)
anggapan
bahwa
perkawinan merepotkan studi, dan malu
terhadap
lingkungan
keluarga.
Selain
pengentasan
masalah
berkaitan
Syamsu Yusuf & Nani M. Sugandhi
(2011:133)
mengungkapkan
aspek tersebut, Enung Fatimah (2010:189)
kesiapan
mengatakan
diperlukan dengan tujuan agar masing-
bahwa
faktor
lain
yang
diri
untuk
pasangan
menikah
bahwa
dapat
sangat
dijadikan pertimbangan dalam menetapkan
masing
mengetahui,
calon pasangan hidup adalah kesamaan-
memahami, serta menyikapi nilai-nilai
kesamaan dalam hal ras, bangsa, agama
pernikahan yang merujuk kepada makna
63
dan hikmah pernikahan dalam hidup
random sampling dan dikombinasikan
berkeluarga.
dengan
Makna
dan
hikmah
teknik
purposive
sampling.
pernikahan dalam hidup berkeluarga bagi
Instrumen yang digunakan adalah angket
yang berada pada fase usia dewasa awal,
yang mengungkapkan kesiapan menikah
seyogyanya menjadi sebuah bekal kesiapan
mahasiswa
diri untuk terlebih dahulu mengenal,
diperoleh dari responden diolah dan
memahami, serta menyikapinya secara
dikategorikan ke dalam 5 kategori, yaitu
positif yang dijadikan sebagai rujukan di
sangat tinggi atau sangat siap, tinggi atau
dalam membangun kehidupan keluarga
siap, sedang atau cukup siap, rendah atau
yang serasi dan sejahtera.
tidak siap dan sangat rendah atau sangat
tidak
B. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif jenis deskriptif.
Metode penelitian yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah ex post facto dengan
pengambilan
data
secara
sampling,
Penelitian akan mendeskripsikan kesiapan
diri
mahasiswa
pascasarjana
untuk
menikah ditinjau dari jenis kelamin yaitu
jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dari
latar belakang budaya Patriarkhat dan
Matriarkhat serta kondisi ekonomi yang
memiliki
pekerjaan
tetap
dan
tidak
siap.
menggunakan
pascasarjana.
Data
teknik
Data
dianalisis
analisis
yang
dengan
varian
(ANAVA).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Data yang diperoleh disusun dalam
tabel yang menggambarkan data responden
dalam kategori yang sudah ditentukan, dan
selanjutnya
digambarkan
dalam
nilai
persentase (%) yang diperoleh.
Tabel
1. Gambaran Kesiapan Diri
Mahasiswa Pascasarjana untuk
Menikah Ditinjau dari Jenis
Kelamin, Latar Belakang Budaya
dan Kondisi Ekonomi
memiliki pekerjaan tetap.
Penelitian ini bertujuan melihat dan
menemukan
kesiapan
diri
mahasiswa
pascasarjana untuk menikah ditinjau dari
jenis kelamin, latar belakang budaya dan
kondisi ekonomi. Rancangan penelitian
menggunakan desain faktorial 2 x 2 x 2.
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa
pascasarjana
yang
belum
menikah. Jumlah sampel sebanyak 300
orang yang dipilih dengan teknik cluster
Dari Tabel 1 dapat dipahami bahwa
tingkat kesiapan diri mahasiswa pascasarjana
untuk menikah ditinjau dari jenis kelamin,
latar belakang budaya dan kondisi ekonomi
secara keseluruhan berada pada kategori tinggi
64
(T) dengan rata-rata skor (mean) 196,8 dan
kesiapan diri mahasiswa pascasarjana untuk
persentase capaian terhadap skor ideal sebesar
menikah.
74,3%.
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
Rata-rata
skor
(mean)
kesiapan
menikah yang paling tinggi adalah mahasiswa
jenis
pascasarjana laki-laki dengan latar belakang
ekonomi.
Kesiapan
kelamin,
menikah
budaya
dapat
dan
kondisi
budaya Matriarkhat dan memiliki pekerjaan
Dapat dipahami bahwa secara fitrah
tetap dengan rata-rata skor 208 dan persentase
merupakan tugas perkembangan pada setiap
capaian terhadap skor ideal sebesar 78,5%.
individu yang mulai memasuki usia dewasa
Rata-rata skor (mean) kesiapan menikah yang
awal untuk memilih pasangan hidup dan
paling rendah adalah mahasiswa pascasarjana
belajar hidup dengan pasangan dalam
perempuan dengan latar belakang budaya
ikatan pernikahan karena telah memiliki
Matriarkhat dan tidak memiliki pekerjaan tetap
kesiapan untuk berhubungan seksual yang
dengan rata-rata skor 188,1 dan persentase
tinggi,
capaian terhadap skor ideal sebesar 71%.
mempersiapkan mahasiswa pascasarjana
Pembahasan
laki-laki dan perempuan untuk menikah
Berikut akan diuraikan pembahasan
Gambaran
Kesiapan
Diri
Mahasiswa
dan
perlu
upaya
untuk
melalui pelayanan bimbingan dan konseling
di perguruan tinggi terutama yang berkaitan
Pascasarjana untuk Menikah Ditinjau dari
dengan
kesiapan
untuk
mengelola
Jenis Kelamin, Latar Belakang Budaya dan
permasalahan ekonomi dalam kehidupan
Kondisi Ekonomi, serta Interaksi Antar
berkeluarga nantinya, karena nilai-rata-rata
Variabel dalam Menjelaskan Kesiapan
indikator ini lebih rendah dari indikator
Menikah Mahasiswa Pascasarjana secara
lainnya dalam kesiapan menikah, maka
keseluruhan.
apabila ini dibiarkan dikhawatirkan akan
Dari hasil deskripsi data yang telah
menimbulkan efek yang kurang baik setelah
dikemukakan sebelumnya, dapat dipahami
mahasiswa pascasarjana menikah. Menurut
bahwa ditinjau dari jenis kelamin, latar
Elizabeth
belakang budaya dan kondisi ekonomi,
keuangan juga mempengaruhi kepuasan
kesiapan menikah mahasiswa pascasarjana
dalam pernikahan, di saat perekonomian
berada pada kategori tinggi (T) atau siap.
keluarga
Temuan
membicarakan keinginan membeli barang-
tersebut
juga
memberikan
Hurlock
belum
(1980)
stabil,
masalah
mereka
gambaran bahwa kesiapan diri mahasiswa
barang dengan
pascasarjana berada pada kategori yang
dalam hal pengelolaan dan pengeluaran
positif, namun tetap dibutuhkan pelayanan
anggaran
keuangan
bimbingan
pasangan
lebih
dan
mempertahankan
konseling
dan
dalam
meningkatkan
pasangan.
harus
Keterbukaan
akan
berbahagia
membuat
dalam
perkawinan.
65
Selain itu, untuk jenis kelamin terdapat
perbedaan
kesiapan
menikah
menemukan jenis pekerjaan yang sesuai;
antara
kedua, menikah dan membangun rumah
perempuan dan laki-laki. Kesiapan menikah
tangga (keluarga). Banyak faktor yang
laki-laki lebih tinggi daripada kesiapan
mempengaruhi seseorang mencapai kedua
menikah perempuan. Namun nilai rata-rata
tujuan tersebut.
tertinggi dan terendah sama-sama berada
Berdasarkan hasil temuan penelitian
pada indikator kesiapan untuk berhubungan
juga dapat disimpulkan bahwa kombinasi
seksual dan indikator kesiapan untuk
dari variabel jenis kelamin dan latar
mengelola permasalahan ekonomi. Hal ini
belakang budaya, variabel jenis kelamin
menunjukkan bahwa dalam hal apapun
dan kondisi ekonomi, serta kombinasi
perempuan
prioritas
variabel jenis kelamin, latar belakang
Pelayanan
budaya dan kondisi ekonomi menunjukkan
dalam
mestinya
layanan
Bimbingan
menjadi
di
dan
Unit
Konseling
(UPBK)
perguruan tinggi.
rata-rata
mahasiswa
yang
signifikan
dalam
menjelaskan kesiapan menikah mahasiswa
Dari hasil analisis data juga terungkap
bahwa
interaksi
kesiapan
simpulan
bahwa
semua
kombinasi antar variabel jenis kelamin,
dikarenakan
latar belakang budaya dan kondisi ekonomi
mahasiswa pascasarjana berada pada usia
memiliki interaksi ataupun kerjasama dalam
dewasa awal yang ditandai dengan tugas
menjelaskan
perkembangan untuk menikah, keberhasilan
pascasarjana untuk menikah.
tinggi.
Hal
berada
memberikan
pada
kategori
pascasarjana
menikah
pascasarjana. Dengan hasil analisis tersebut
ini
kesiapan
diri
mahasiswa
pencapaian tugas perkembangan tertentu
Hasil penelitian juga mempertegas
diharapkan dapat melahirkan kebahagiaan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat
dan
memberikan pengaruh terhadap kesiapan
kesuksesan
menyelesaikan
bagi
individu
tugas-tugas
untuk
berikutnya.
diri
mahasiswa
pascasarjana
untuk
Sebaliknya, kegagalan dalam mencapai
menikah, diantaranya adalah faktor jenis
tugas-tugas
kelamin, latar belakang budaya dan kondisi
perkembangan
mengakibatkan
itu
ketidakbahagiaan
dapat
bagi
ekonomi
mahasiswa
pascasarjana.
individu, penolakan oleh masyarakat, dan
Selanjutnya dari hasil uji hipotesis, kiranya
kesulitan dengan tugas-tugas berikutnya.
dapat menjadi rujukan bagi konselor dalam
Dari temuan penelitian ini kiranya
mendukung penelitian dari Enung Fatimah
(2010) mengungkapkan
bahwa hampir
melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling di perguruan tinggi.
D. SIMPULAN DAN SARAN
setiap pemuda (laki-laki dan perempuan)
Berdasarkan data atau hasil temuan
mempunyai dua tujuan utama, pertama
yang diperoleh dalam penelitian ini, di
66
mana telah dilakukan analisis statistik dan
yang terbaru terkait dengan kesiapan
dikaji serta dijabarkan dalam pembahasan,
menikah mahasiswa pascasarjana.
maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan
tingkat
kesiapan
diri
mahasiswa pascasarjana untuk menikah
berada pada kategori tinggi, rata-rata
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah Nasikh. 1992. Perkawinan (masalah
orang muda, orangtua, dan negara).
Jakarta: Gema Insani Press.
kesiapan menikah yang paling tinggi.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Cashion. 1983. Sociology an Introduction.
USA: Little Brown & Co (T).
pembahasan, dan kesimpulan yang telah
dikemukakan, beberapa saran yang dapat
Diane E. Papalia. 2014. Experience Human
Development. McGraw: Hill Education.
direkomendasikan sebagai tindak lanjut
dari penelitian ini. Beberapa saran yang
Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan
Dewasa. Padang: Angkasa Raya.
dapat diajukan adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa pascasarjana
Diharapkan
untuk
aktif
mengikuti
pelayanan bimbingan konseling di
perguruan tinggi sehingga mahasiswa
pascasarjana dapat mengkonsultasikan
berbagai hal terkait dengan tugas-tugas
perkembangannya, termasuk dalam hal
kesiapan
untuk
memilih
pasangan
hidup dan hidup berkeluarga.
2. Bagi Program Studi Bimbingan dan
Konseling
Diharapkan untuk terus meningkatkan
keterampilan calon konselor/konselor
di
perguruan
tinggi
dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan
Elizabeth Hurlock. 1980. Developmental
Psychology, A Life-Span Approach, Fifth
Edition. Alih Bahasa Istiwidayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Enung
Fatimah.
2010.
Psikologi
Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.
Herman Nirwana. 2003. “Hubungan Tingkat
Aspirasi dan Persepsi tentang Belajar
dengan Hasil Belajar Matematika Siswa
SMU yang Berlatar Belakang Budaya
Minangkabau dan Batak”. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Program Studi
Psikologi Pendidikan.
Indra Wirdhana, dkk. 2013. Kurikulum Diklat
Teknis Bina Keluarga Remaja Bagi Kader
Bina Keluarga Remaja. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.
Kartini Kartono. 1992. Psikologi Wanita (Jilid
2).Bandung: Mandar Maju.
konseling.
3. Bagi peneliti lainnya
Perlu
dilakukan
penelitan
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif,
sehingga
dapat
Kenedi, G. 2005. “Model Konseling Pranikah
Berorientasi Pengembangan Konsep
Diri”.
Disertasi
tidak
diterbitkan.
Bandung: Program Pascasarjana UPI
Bandung.
memperdalam,
memperjelas dan memberikan temuan
Munandir. 1985. Bimbingan dan Konseling
Sekolah. Malang: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan FIP IKIP Malang.
67
Nani M. Sugandi. 2010. “Model Bimbingan
dan Konseling Perkembangan untuk
meningkatkan
kesiapan
menikah
mahasiswa”. Disertasi tidak diterbitkan.
Bandung: Program Pascasarjana UPI
Bandung.
Prayitno & Erman Amti. 1994. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Samuel T. Gladding. 2012. Konseling (Profesi
yang menyeluruh). Jakarta: Index.
Sudarwan Danim. 2010. Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Sururin.
2010.
Pendidikan
Reproduksi Bagi Calon
Jakarta: PP Fatayat NU.
Kesehatan
Pengantin.
Syamsu Yusuf & Nani M. Sugandhi. 2011.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
68
Download