BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian
di dunia. Perkiraan terdahulu menempatkan diare sebagai penyebab kematian
lima teratas di dunia yang sering terjadi pada anak-anak. Gastroenteritis
disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus, parasit, toksin, dan obat.
Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri. Virus dan
bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah
terkontaminasi. Dalam 50% kasus diare, tidak ditemukan penyebab yang
spesifik. Virus menjadi penyebab kasus kematian denna persentasi yang
signifikan pada semua umur.
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena
gastroenteritis adalah karena penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang
tidak memenuhi sehingga memungkinkan penyebaran agen penginfeksi, dan/
atau kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang menebabkan penurunan sistem
kekebalan tubuh sehingga memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi.
Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita
membunuh 5 sampai 8 juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama
kematian bayi dan anak dibawah umur. Setidaknya 50% kasis gastroenteritis
yang penyebarannya melalui makanan disebabkan karena infeksi norovirus.
Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus.
B.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui penyebab dan patologi dari gastroenteritis.
2.
Mengetahui manifestasi klinik dari gastroenteritis.
3.
Mengetahui metode diagnosis klinik dalam mendeteksi penyebab
gastroenteritis.
4.
Mengetahui terapi pengobatan gastroenteritis.
BAB II
GASTROENTERITIS
A. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai
peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan
keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya
lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Diare yang dimaksudkan adalah
buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali) dan bentuk
feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.
Gastroenteritis juga dikenal dengan gastro, gastric flu, atau stomach flu, akan
tetapi tidak ada hubungannya dengan influenza. Keluhan yang biasa dilaporkan
pada penderita gastroenteritis bervariasi dari sakit ringan di perut selama satu atau
dua hari sampai menderita muntah dan diare selama beberapa hari atau lebih
lama. Gastroenteritis adalah infolamasi pada lapisan membran gastrointestinal
disebabkan oleh beberapa varian enteropatogen yang luas, yaitu bakteri, virus,
dan parasit. Manifestasi klinik tergantung pada respon penderita terhadap infeksi
yaitu infeksi asimptomatik, diare, diare dengan darah, diare kronik, dan
manifestasi ekstrainternal dari infeksi.
Anatomi fisiologi dari saluran gastrointestinal berjalan dari mulut melalui
esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum
rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea
dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm
(10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal.
Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat
berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam
empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang
jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi
dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut
duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah disebut ileum.
Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan
duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang
berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah refluks
bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus
besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum
yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi
kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah
hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian.
Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces
yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar
600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas
absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya
adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.
Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
Traktus gastrointestinal jika terinfeksi akan melakukan mekanisme pengeluaran
cairan yang banyak ke dalam lumen dan gerakan motilitas yang meningkat untuk
membersihkan lumen usus dari patogen. Hal ini menyebabkan terjadinya diare,
karena banyak cairan ekstrasel yang keluar maka pasien memerlukan terapi cairan
dan elektrolit sebagai terapi suportif, juga terapi antimikroba, dan terapi
nonspesifik lain
B. Etiologi Gastroenterisis
Penyebab gastroenteritis diantaranya yaitu:
1.
Makanan dan Minuman

Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong
dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan
minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama
makanan yang berlemak, terlalu manis, banyak serat atau dapat juga
karena kekurangan zat putih telur.

Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak)
yang dapat menimbulkan alergi.

2.
Keracunan makanan
Infeksi atau Investasi Parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering
ditemukan:

Vibrio cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter,
Aeromonas.

Enterovirus (Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus,
Astovirus.

Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides,
Protozoa seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas
hominis.
Gastroenteritis yang disebabkan oleh virus berlangsung selama satu sampai
dua hari. Sementara itu, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri
berlangsung dalam periode yang lebih lama.
3.
Jamur (Candida albicans)
4.
Infeksi diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis
adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis Media Akut radang
dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher tonsil), Bronchopeneumonia
(radang paru).
5.
Perubahan udara
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak
dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh
karena cairan tubuh yang terkuras habis.
6.
Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan,
dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu
kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin
yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.
Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air
seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Akibat Yang Dapat Terjadi:
Radang pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh,
diare dengan berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, baik ringan,
sedang atau berat. Selain itu diare juga menyebabkan berkurangnya cairan
tubuh (Hipovolemik), kadar Natrium menurun (Hiponatremia), dan kadar
gula dalam tubuh turun (Hipoglikemik), sebagai akibatnya tubuh akan
bertambah lemas dan tidak bertenaga yang dilanjutkan dengan penurunan
kesadaran, bahkan dapat sampai kematian. Kondisi seperti ini akan
semakin cepat apabila diare disertai dengan muntah-muntah, yang artinya
pengeluaran cairan tidak disertai dengan masukkan cairan sama sekali.
Pada keadaan tertentu, infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan
perdarahan. Kuman mengeluarkan racun diaregenik yang menyebabkan
hipersekresi (peningkatan volume buangan) sehingga cairan menjadi
encer, terkadang mengandung darah dan lendir.
Faktor Infeksi Gastroenteritis
Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya
virus, bakteri, dan parasit usus.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan
virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus,
minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit itu adalah Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter
jejuni, Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E, coli, Plesiomonas,
Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, dan
Versinia enterocolitica.
Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium
coli, Capillaria philippinensis, cryptosporidium, Entamoeba histolitica, Giardia
lamblia, Isospora billi, Fasiolapsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides
stercoralis, dan Trichuris trichuria.
Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar,
ialah bakteri non invasive dan bakteri invasive, yang termauk dalam golongan
bakteri non invasive adalah : Vibrio cholera, E. coli pathogen
(EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasif adalah Salmonella spp,
Shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non invasif terjadi melalui
suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam
sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic
guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
c.Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
C. Patologi
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral.
Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja
ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang
disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang ke orang melalui
aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium
difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut
adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah
kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan
tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas
lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab
yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di
usus serta daya lekat kuman.
Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare
patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
1) Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri
tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam
lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri
terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di
dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya
mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi
enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi
permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane
(dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang
disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam membrane dari
sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan
cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang
sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai
akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan
tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan
ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai
reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas
atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk
menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya.
Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum
terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap,
maka akan terjadi diare.
2) Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli
(EIEC), S. paratyphi B, S. typhimurium, S. enteriditis, S.choleraesuis, Shigela,
yersinia, dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar
(E. histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat
makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas,
mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan
merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu
absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan
menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi
pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang
akhirnya memperlama diare.
D. Epidemiologi
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di
Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan
umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untukgolongan umur balita.
Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di
laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871
penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%,
dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat
dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi.
E. Gejala
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus
dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan
biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan
lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik
berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun
tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak
segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan
pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua
disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
F. Diagnosa Klinik
Diagnostik klinik berdasarkan buku Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Klinik
1.
Pemeriksaan Laboratorium
Sampel
: Feses
Makroskopis
: Warna merah, hitam, sisa makanan
Mikroskopis
: Adanya eritrosit, leukosit, parasit
Pemeriksaan terhadap pencernaan
Biakan kuman dapat diikut sertakan uji kepekaan terhadap ragam
antibiotik.
Pemeriksan DNA cara PCR masih belum digunakan secara luas
2.
Pemeriksaan Darah
Perlu diperiksa adanya dehidrasi dan gangguan elektrolit, apakah
kadar NaCl dan K darah menurun.
Diagnostik Klinik berdasarkan fkuii.org
1.
Pemeriksaan Feses
Kultur feses tidak diperlukan (no-cost-effective) kecuali jika ada
kecurigaan penyebabnya adalah bakteri.
a. kultur feses rutin biasanya hanya mengidentifikasi species
Campylobacter, Shigella, Salmonella, Aeromonas, dan Yersinia bila
terdapat darah atau leukosit dalam feses merupakan indikasi kuat diare
inflamasi. Fecal leukosit hadir pada 80 – 90% semua pasien dengan
infeksi Shigella, Salmonella, C. jejuni, invasive E.coli, C. difficile, Y.
enterocolitica, V. parahaemolyticus, dan Aeromonas atau P.
shigelloides tapi jarang ada pada Campylobacter dan Yersinia. Tapi
pada umumnya E.coli dan E.histolytica punya minimal fecal leukosit
(leukosit dalam feses yang sedikit).
b. Test untuk patogen lain, seperti spesies vibrio, enterohemorrhagic
E.coli 0157:H7, dan bakteri memproduksi shigatoxin lain
membutuhkan media spesial misal agar MacConkey, agar sorbitol
untuk E.coli 0157:H7.
2.
Tes Laboratorium Rutin
a. Test dapat berguna sebagai indikator beratnya penyakit, terutama pada
asien yang bayi dan lanjut usia.
b. Hitung leukosit biasanya meningkat pada infeksi Salmonella tapi
normal atau rendah dengan sedikit kenaikkan pada infeksi Shigella.
Eosinophilia dapat hadir pada infeksi parasit.
3.
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
a. Immunofluorescent antibodi dan enzim immunoassay terseidia untuk
organisme Giardia dan Cryptosporidium assay toxin C difficile dapat
dilakukan jika diare yang disebabkan oleh antibiotik.
b. Rotavirus: Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) tersedia
dalam kurang dari 2 jam tapi tidak cukup sensitive pada dewasa.
c. Giardia: dapat dilakukan ELISA dengan sensitifitas 90%
G. Terapi Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1) Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.
2) Dietetik.
3) Obat-obatan.
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
Jenis Cairan

Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa
dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3,
KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit.
Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak
lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk
pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit
pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

Cairan parenteral :
Belum ada dehidrasi
o Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap
defekasi.
Dehidrasi ringan
o 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik).
Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
Dehidrasi sedang
o 1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik
(sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari
Dehidrasi berat
o Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10
kg. Yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes /
kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau
13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/
m atau 4 tetes / kg BB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau
intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan
dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
Larutan infus terdiri dari dekstrosa dan elektrolit seperti
ion Na, ion K, ion Cl.
o Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit.
atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/
menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau
intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/
kgBB/m.
o Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml
/kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 %
+ 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam
pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit.,
8 tetes/kgBB/ menit.
20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2
tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
i. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tak jenuh).
ii. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
iii. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
1) Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.
Bila diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selangseling.
2) Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
3) Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali
susu atau makanan biasa.
3. Obat-obatan
i. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.
Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
ii. Obat spasmolitik.
iii. Antibiotik
H. Pencegahan
1.
Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik.
2.
Memasak makanan dan air minum hingga matang.
3.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
4.
Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat.
5.
Tidak mengkonsumsi makanan yang basi.
6.
Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare.
7.
Makan dan minum secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih, E.N dan A. S. Kosasih. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Tangerang: Karisma Publishing Group.
Harnawatiaj.Gastroenteritis.http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/gastroenteritis/.
Diakses pada 1 May 2009, pukul 22.00 WIB.
M, Leane S. Gastrointestinal.
http://72.14.235.132/search?q=cache:TWVw27KVLL4J:www.koni.or.id/files/documents
/journal/2.%2520GASTROENTERITIS%2520Oleh%2520Leane%2520S%2520M.pdf+g
astroenteritis&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a, diakses pada 1 May 2009,
pukul 22.05 WIB
Anonim. Gastroenteritis. http://fkuii.org/tiki-read_article.php?articleld=17. diakses pada
1 May 2009, pukul 22.10 WIB
MedicinesComplete Browser version 2.0.2270.31370 Copyright © 2005 The
Pharmaceutical Press Software
Martindale, Dave, Et al.200.Brithis Pharmacopeia 2007.Copyright© System Simulation
Ltd. 1994 – 2006.
Download