Pengaruh Variasi Perendaman Elektroda Kerja Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) PENGARUH VARIASI PERENDAMAN ELEKTRODA KERJA TERHADAP KINERJA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) SEBAGAI DYE SENSITILIZER Nur Muhammad Baisuni S1 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya E-mail: [email protected] Indra Herlamba Siregar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya E-mail: [email protected] Abstrak Telah dibuat fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.). Sel surya ini terdiri dari sepasang subtrat kaca berlapis bahan ITO (Indinium Thin Oxide) yang saling berhadapan membentuk struktur sandwich. Kaca tersebut berperan sebagai elektroda kerja dan elektroda karbon yang mengapit elektrolit polimer PEG (polyethylene glycol) yang mengandung kopel redoks Iˉ/Iˉ3 yang kemudian dimodifikasi dengan cara prototype DSSC dilapisi Eva Film. Dua sel yang difabrikasi memiliki luas 22 cm2. Pada elektroda kerja dideposisikan lapisan TiO2 dengan metode doctor blade serta direndam pada dye daun jambu biji dengan memvariasi waktu perendaman, masing-masing direndam selama 24 jam, 36 jam dan 48 jam pada dye untuk mendapatkan waktu perendaman yang optimum. Sedangkan pada elektroda karbon dilapisi lapisan karbon dari pensil 8B dan jelaga lilin. Sel-sel diukur menggunakan multimeter dengan penyinaran menggunakan sumber cahaya sinar matahari pada pukul 11.30-13.00 dengan rentang 5 menit dan penyinaran dengan sumber cahaya lampu halogen 220 Volt 500 Watt dengan intensitas 1226 W/m2 pada jarak 5 cm selama 20 menit dengan rentang 2 menit dan keduanya dilakukan selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa efisiensi yang dihasilkan DSSC dengan menggunakan sumber cahaya matahari, untuk waktu perendaman selama 36 jam menghasilkan efisiensi yang paling besar 0,14 % dibandingkan waktu perendaman 48 jam dengan efisisiensi 0,028 % dan 24 jam dengan efisiensi 0,012 %. Sedangkan efisiensi dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen menunjukkan perendaman selama 36 jam juga menghasilkan efisiensi paling besar 0,016 % dibandingkan waktu perendaman 24 jam dengan efisiensi 0,015 % dan 48 jam dengan efisiensi 0,005 %. Kata Kunci: DSSC, Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.), Perendaman, Efisiensi. Abstract Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) using guava leaf extract (Psidium Guajava L.) as dye sensitilizer Have been fabricated. Solar cell consist of a pair glass subtrate with ITO (Indinium Thin Oxide) material that facing each other to become sandwich structure type. The glass serves as working electrode and carbon electrode that sandwiching PEG (polyethylene glycol) polymer electrolyte containing a redox couple Iˉ/Iˉ 3 , and then DSSC coated with Eva Film. Two fabricated cells have an active area of 22 cm2. The working electrode was deposited by TiO2 with doctor blade method and soaked to dye guava leaf with variation of soaking time, each soaking for 24 hours, 36 hours, and 48 hours to get optimum soaking time. While the carbon electrode layered with 8B pencil and candle soot layer. Two cells were tested by irradiation with source of the sun at 11:30 to 13:00 with a span of 5 minutes and irradiation with a halogen lamp 220 Volts and 500 Watt with intensity 1226 W / m2 at a distance of 5 cm in 20 minutes with a span of 2 minutes and altogether spend for 5 days. The results showed that the efficiency by DSSC of time soaking for 36 hours to produce the biggest 0,14 % efficiency compared with 48 hours soaking time 0,028% efficiency and 24 hours with 0,012 % efficiency. While the efficient of halogen light source 36 hours soaking time indicate 0,016 % biggest efficiency also, compared with 24 hours soaking time 0,015 % efficiency and 48 hours soaking time with 0,005 % efficiency. Keyword : DSSC, Guava Leaf Extract (Psidium Guajava L.), Soaked, Efficiency 439 JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 439-449 konvensional dimana semua proses melibatkan material silikon itu sendiri, pada DSSC absorbsi cahaya dan separasi muatan listrik terjadi pada proses yang terpisah. Absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye, dan separasi muatan oleh inorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai band gap (energi celah) lebar. Dye dapat berupa dye alami maupun dye sintetis. Dye sintesis umunya menggunakan organik logam berbasis ruthenium komplek, black dye, N719, C101 dengan efisiensi ~ 11%. Sedangkan dye alami ini berasal dari berbagai macam pigmen seperti antosianin, klorofil, dan xantofil yang dapat diperoleh dari bagian-bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah maupun biji. Salah satu pertimbangan utama adalah pemilihan dye yang optimal, adalah bagaimana kemampuan absorbansi dye terhadap cahaya. Sampel uji yang digunakan pada penelitian ini berupa beberapa kandidat larutan dye yang terbuat dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.), kulit jeruk (Citrus aurantium), buah paprika (Capsicum annum L.), kluwek (Pangium edule), sawi hijau (Brassica rapa var.) dan cabai merah (Dicaeum maugei). Dari pengukuran spektrofotometer yang dilakukan didapatkan panjang gelombang dan absorbansi puncak spektrum UV-Vis tertinggi adalah dye dari daun jambu biji dengan panjang gelombang 322-671 nm dan puncak absorbansi maksimalnya sebesar 3,831 pada panjang gelombang 322 nm. Oleh karena itu, pada penelitian ini dye alami sebagai sensitizer yang digunakan adalah daun jambu biji (Psidium guajava L.) karena memiliki intensitas absorbsi yang relatif tinggi dibandingkan dengan kandidat dye lainnya menandakan bahwa dye dari ekstrak daun jambu memiliki kemampuan untuk menyerap cahaya matahari yang paling baik dengan kandidat dye yang lainnya. PENDAHULUAN Energi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat karena hampir semua aktivitas manusia membutuhkan energi. Total kebutuhan energi di seluruh dunia mencapai 10 Terra Watt (setara dengan 3 x 1020 Joule/tahun) dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30 Terra Wattt pada tahun 2030, sedangkan bahan bakar fosil yang menjadi sumber energi terbesar terus mengalami keterbatasan. Bahan bakar fosil saat ini menyediakan mayoritas energi yang dikonsumsi oleh seluruh dunia, kira-kira 82% dari seluruh sumber energi (International Energy Agency, 2013). Sumber energi terbesar yang tersedia di bumi adalah energi radiasi yang diproduksi oleh reaksi nuklir yang berasal dari matahari. Alat untuk mengkonversi energi radiasi matahari menjadi energi listrik salah satunya adalah sel surya. Sel surya merupakan suatu mekanisme yang bekerja berdasaarkan efek fotovoltaik dimana foton dari radiasi matahari diserap kemudian dikonversikan menjadi energi listrik di dalam bahan sebagai akibat penyerapan cahaya dari bahan tersebut. Efek fotovoltaik pertama kali ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1839. Becquerel mendeteksi adanya tegangan foton ketika sinar matahari mengenai elektroda pada larutan elektrolit. Pada tahun 1954, trio Bell Laboratories, Chapin, Fuller dan Pearson, menemukan sebuah fenomena p-n junction yang dapat mengubah radiasi sinar matahari menjadi tenaga listrik pertama kalinya dan material yang dipergunakan yaitu berupa silikon (Si), namun mahalnya biaya silikon membuat biaya konsumsinya lebih mahal dari pada sumber energi fosil. Secara umum, pengembangan teknologi sel surya di seluruh dunia dihadapkan pada dua hal yaitu bagaimana meningkatkan efisiensi sel surya semaksimal mungkin, dan cara menurunkan harga sel surya. Sel surya yang murah bisa dibuat dari bahan semikonduktor organik. Hal ini karena semikonduktor organik dapat disintetis dalam jumlah besar. Meskipun demikian efesiensinya jauh dibawah sel surya silikon. Sel surya generasi ketiga yang berbasis nanoteknologi mulai dikembangkan. Sistem fotovoltaik generasi ketiga ini dikembangkan oleh Grätzel pada 1991 dengan sistem ini dinamakan sel surya pewarna tersintesis atau DSSC (dye-sensitized solar cell). Mekanisme ini menunjukkan absorbsi optis dan proses pemisahan muatan melalui asosiasi suatu sensitizer sebagai bahan penyerap cahaya dengan suatu semikonduktor nanokristal yang mempunyai bandgap lebar (Grätzel, 2003). DSSC merupakan salah satu kandidat potensial sel surya generasi mendatang, hal ini dikarenakan tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga biaya proses produksinya yang relatif rendah. DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Berbeda dengan sel surya Gambar 1. Prinsip Kerja DSSC Prinsip kerja dari DSSC merupakan reaksi dari transfer elektron seperti yang ditunjukkan secara skematik pada Gambar 1. Proses pertama dimulai dengan terjadinya eksitasi elektron pada molekul dye yang terjadi akibat absorpsi foton dari cahaya matahari. Kejadian ini memberikan energi yang cukup kepada elektron untuk pindah menuju tingkat energi yang lebih tinggi yaitu pita konduksi dari cdxl Pengaruh Variasi Perendaman Elektroda Kerja Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) TiO2. Kemudian elektron tersebut diinjeksikan pada semikonduktor TiO2. Sehingga elektron mendapat energi untuk mengalir keluar elektroda kerja menuju elektroda karbon. Elektrolit sebagai media untuk membawa elektron-elektron kembali ke dye yang berasal dari elektroda karbon. Penelitian Henni Eka Wulandari (2012), mengenai “Studi awal fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) menggunakan ekstrak bunga sepatu (hibiscus rosa sinensis l) sebagai dye sensitilizer dengan variasi lama absorpsi dye”. Dimana sel surya dianalisa menggunakan sumber cahaya matahari dan lampu halogen dengan variasi lama perendaman pada lapisan TiO2 yaitu 2 jam dan 24 jam, diperoleh hasil pengukuran tegangan pada perendaman lapisan TiO2 kedalam larutan dye selama 24 jam lebih baik dari pada perendaman 2 jam namun keduanya sama-sama stabil sedangkan arus yang dihasilkan keduanya sama-sama menurun. Dan diketahui bahwa semakin lama perendaman lapisan TiO2 pada dye maka kinerja sel semakin baik karena intensitas yang diserap pada dye akan semakin banyak sehingga berpengaruh juga pada arus dihasilkan pada proses konversi. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan variasi perendaman elektroda kerja dalam larutan ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava L.) dengan tujuan untuk mengetahui lama perendaman optimum yang dapat meningkatkan kinerja DSSC. METODE PENELITIAN Gambar 2. Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama perendaman elektroda kerja yaitu 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel hasil, untuk penelitian ini variabel terikat dalam adalah Arus (I), Tegangan (V), Daya (P), DSSC dan Efisiensi prototype DSSC. Variabel Kontrol Variabel Kontrol adalah sesuatu yang dikontrol agar penelitian tetap fokus pada masalah yang diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Kaca ITO dengan resistan 14 𝝮/m2, Campuran ekstrak daun jambu biji, Bahan semikonduktor dibuat dari 𝑇𝑖𝑂2 fasa anatase 98%, Konsentrasi senyawa cair yang digunakan untuk membuat elektrolit gel PEG 1000, Katalis terbuat dari arsiran pensil 8b merk steadler dan jelaga dari lilin, dan hambatan potensiometer 250 KΩ. 441 JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 353-360 Dimana masing-masing variasi direndam pada 50 ml dye ekstrak daun jambu biji pada wadah yang tertutup rapat untuk menghindari terjadinya penguapan dye. Instrumen Dan Alat Penelitian Instrumen dan peralatan merupakan peralatan uji yang digunakan untuk memperoleh data penulisan. Instrumen dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 24 JAM Gambar 4. Hasil Perendaman Dye . Penetesan Elektrolit. Elektrolit dibuat dengan mencampurkan 3 gr KI ke dalam 5 ml iodine, sebagai pembuat gelnya dicampurkan 6 gr PEG 1000 kedalam 6 ml klorofom dan dicampurkan kedalam larutan elektrolit yang sudah dibuat sebelumnya, distrirrer selama 1 jam dengan temperatur pemanasan 60°C agar PEG 1000 cepat larut kedalam larutan tersebut. Penetesan elektrolit dilakukan setelah perendaman elektroda kerja selesai dan komponen pendukung lainnya siap untuk dibuat susunan sandwich DSSC. Pada penelitian ini, larutan elektrolit diteteskan sebanyak 3 tetes pada elektroda kerja. Hal ini dilakukan untuk mengindari rusaknya elektroda kabon pada saat ditempel dengan elektroda karbon. Pembuatan Sandwich DSSC Susunan lapisan DSSC berupa kaca ITO sebagai subtrat yang dilapisi dengan pasta TiO2 dan direndam oleh dye daun jambu biji yangg disebut elektroda kerja ditetesi dengan larutan elektrolit kemudian ditutup dengan kava yang sudah dilapisi karbon yang disebut elektroda pembanding. Kemudian susunan DSSC tersebut dijepit dengan sebuah penjepit di kedua sisi kanan dan kiri. Modifikasi Prothotype DSSC Modifikasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan melapisi prototype DSSC dengan eva film. Pelapisan eva film bertujuan untuk menghindari penguapan pada elektrolit yang dapat menurunkan performa DSSC, sehingga dengan penambahan lapisan ini DSSC dapat bertahan lebih lama. Susunan DSSC pada penelitian ini yaitu backsheet, DSSC, dan Eva Film. Pada penelitian ini menggunakan kaca berukuran 5cm x 6cm sebagai backsheet. DSSC diletakan diatas kaca yang sebelumnya sudah dibersihkan, dimana pada masing-masing kutub positif dan negatif DSSC dipasang kawat brush untuk mengalirkan arus dan tegangan. Untuk merekatkan kawat brush digunakan lem conductive sehingga tidak akan menghambat elektron atau meghambat dalam pengukuran. Kemudian pelapisan eva film dilakukan dengan menggunakan hairdryer agar lapisan eva film dapat menempel pada kaca dana DSSC. Gambar 3. Rangkaian Instrumen Penelitian Posedur Kerja Persiapan Tahap persiapan ini meliputi persiapan dan pembersihan alat-alat untuk ekstraksi, pembuatan pasta TiO2 dan pembersihan kaca ITO. Pembuatan Ekstrak Larutan Dye dibuat dari ektraksi daun jambu biji yang dikeringkan untuk menghilangkan kandungan kadar air pada daun jambu biji. Hasil dari blender yang sudah didapat diti ditimbang sebanyak 5 gr serbuk daun jambu biji, kemudian serbuk daun jambu biji dimasukan kedalam botol kimia untuk ditambahkan 25ml metanol dan ditutup rapat untuk menghindari dye mengua dan disimpan selama 24 Jam untuk memisahkan ektraksi dengan endapan serbuk daun jambu biji. Hasil ekstraksi yang digunakan untuk perendaman elektroda kerja merupakan hasil ektrak yang telah disaring menggunakan kertas saring. Proses penyaringan sebaiknya menggunakan 2 lapis kertas saring atau lebih agar didapatkan ekstraksi yang bagus, karena apabila terdapat endapan pada hasil ektraksi maka akan berpengaruh pada performa DSSC. Pembuatan Elektroda Kerja Elektroda kerja merupakan komponen yang terdiri dari kaca ITO yang telah dideposisi pasta TiO2 dengan metode doctor blade. Pembuatan pasta pada penelitian ini, serbuk TiO2 sebanyak 6gr dicampur dengan 10 ml asam asetat dalam gelas kimia. Campuran kemudian di stirer menggunakan pengaduk magnetik dengan kecepatan yang dikondisikan selama 30 menit dan selanjutnya ditambahkan dengan 10 tetes Triton X-100 dan distirer kembali dengan kecepatan seperti sebelumnya selama 60 menit. kemudian disimpan dalam botol kecil yang tertutup rapat agar menghindari penguapan. Perendaman Lapisan TiO2 Proses perendaman elektroda kerja pada penelitian ini dilakukan 3 macam variasi lama perendaman yaitu lama perendaman 24 jam, perendaman 36 jam dan perendaman 48 jam. 442 48 JAM 36 JAM 48 JAM Pengaruh Variasi Perendaman Elektroda Kerja Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Contoh perhitungan prototype DSSC dengan variasi perendaman 36 jam mengunakan sumber cahaya matahari seperti berikut:. Setelah didapatkan hasil rata-rata dari tiap pengukuran telah didapatkan Ir = 350,84 W/m2, Voc = 224,5 mV dan Isc = 20,37 𝞵A 25 Gambar 5. Hasil prothotype DSSC Pengujian Prototype DSSC: Pengujian Prototype DSSC ini dilakukan pada pukul 11.30-13.00 WIB dengan rentang 5 menit pada sumber cahaya matahari. Sedangkan pengukuran dengan sumber cahaya lampu halogen dilakukan dalam 20 menit dengan rentang 2 menit. Pengujian prothotype DSSC dilakukan selama 5 hari berturutturut untuk mengetahui kinerja dari DSSC. Cara pengujian yang dilakukan sama meskipun sumber cahaya berbeda Langkah-langkah pengujian prototype DSSC sebagai berikut: a. Siapkan prototype DSSC, multimeter yang telah dirangkai dengan potensiometer 250 KΩ, sumber cahaya dan peralatan lainnya b. Ukur intensitas radiasi matahari dan lampu halogen menggunakan solar power meter. c. Letakkan prototype DSSC di bawah sinar matahari atau sumber cahaya (lampu halogen) dengan posisi bagian elektroda kerja menghadap ke sinar matahari atau sumber cahaya (lampu halogen) d. Jepitkan 2 multimeter ke sisi prototype DSSC yang diberi offset, dengan sisi positif (kabel merah) dihubungkan pada elektroda kerja sedangkan sisi negatif (kabel hitam) dihubungkan pada counter-elektroda karbon. e. Atur kedua multimeter untuk mendapatkan Arus (𝜇𝐴) dan tegangan (𝑚𝑉) dari prototype DSSC f. Lakukan secara bersamaan dengan ketiga prototype DSSC g. Amati hasil yang ada dan kemudian catat hasil tersebut. (X1, Y1) = (224.5 , 0) (X2, Y2) = 20.37 , 0) Isc 20 15 10 5 0 0 100 200 300 Voc m= 𝑌2 − 𝑌1 𝑋2 − 𝑋1 = 224,5 −0 0− 20,37 = -0,0833 y = -0,0833x + 20,37 Tabel 1. Hasil perhitungan Vmax dan Imax DSSC variasi 36 jam. x (mV) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 y(μA) 20,36667 19,95017 19,53367 19,11718 18,70068 18,28419 17,86769 17,45119 17,0347 16,6182 16,2017 15,78521 15,36871 x.y 0 99,75085 195,3367 286,7577 374,0136 457,1046 536,0307 610,7918 681,3879 747,819 810,0852 868,1864 922,1227 Tabel 1. Lanjutan x (mV) 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisa data pada penelitian ini adalah statistika deskriptif. Sehingga analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang diperoleh dari eksperimen, dimana hasilnya berupa data kuantitatif dalam bentuk tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan atau menggambarkan data tersebut sebagaimana adanya dalam kalimat yang mudah dibaca, dipahami, dan dipresentasikan sehingga pada intinya adalah sebagai upaya memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti (Sugiyono, 2007:147). Penggunaan metode statistik deskriptif bertujuan agar dapat menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan serta memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu saat penelitian. Perhitungan dan Analisa Data 443 y(μA) 14,95222 14,53572 14,11922 13,70273 13,28623 12,86973 12,45324 12,03674 11,62025 11,20375 10,78725 10,37076 9,95426 9,537764 9,121268 8,704772 8,288275 7,871779 7,455283 7,038787 6,62229 x.y 971,894 1017,5 1058,942 1096,218 1129,33 1158,276 1183,058 1203,674 1220,126 1232,412 1240,534 1244,491 1244,283 1239,909 1231,371 1218,668 1201,8 1180,767 1155,569 1126,206 1092,678 JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 353-360 170 175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225 230 235 240 244,5 6,205794 5,789298 5,372802 4,956305 4,539809 4,123313 3,706817 3,29032 2,873824 2,457328 2,040832 1,624335 1,207839 0,791343 0,374847 0 1054,985 1013,127 967,1043 916,9165 862,5637 804,046 741,3633 674,5157 603,5031 528,3255 448,983 365,4755 277,803 185,9656 89,96319 0 Diketahui : 𝑉𝑜𝑐 = 224,5mV 𝐼𝑠𝑐 = 20,37 𝞵A = 0,02037 mA 𝑉𝑚 = 120 mV 𝐼𝑚 = 10,37 𝞵A = 0,01037 mA 𝐼𝑟 = 350,84 𝑊/𝑚2 A = 0,0022 𝑚2 Sehingga FF bisa di dapat dengan cara sebagai berikut: 𝐹𝐹 = 𝐹𝐹 = 𝑉𝑚 𝑥 𝐼𝑚 𝑉𝑜𝑐 𝑥 𝐼𝑠𝑐 120𝑚𝑉 𝑥 0,01037 𝑚𝐴 224,5 𝑚𝑉 𝑥 0,02037 𝑚𝐴 3 461.00 2.691 4 413.00 3.499 5 388.00 3.800 6 349.00 3.827 7 322.00 3.831 Berdasarkan hasil uji spektrofotometer uv-vis dye daun jambu biji mengasorb pada panjang gelombang cahaya dengan rentang antara 322-671 nm. Dimana nilai puncak absorbansi maksimum daun jambu biji 3,831 pada panjang gelombang 322 nm. Dapat dilihat bahwa dye tersebut banyak menyerap panjang gelombang sinar UV (Ultraviolet), yaitu panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya matahari pada pagi hari dan sore hari yang memiliki rentang panjang gelombang 100-400 nm. Selain menyerap sinar UV, dye tersebut juga dapat menyerap panjang gelombang visible, yaitu panjang gelombang yang dipancarkan oleh sumber cahaya tampak, misalnya dari cahaya lampu halogen yang memiliki rentang panjang gelombang 360-500 nm. Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih cahaya matahari dan lampu halogen sebagai sumber cahaya. Hasil Pengujian Matahari Jadi, 𝜂= = Voc(mV) 0.0 0 𝑃𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 7,7 x 10−1 W Cahaya 50.0 𝑃𝑀𝐴𝑋 1,24 x 10−3 W Sumber Hubungan Voc Terhadap Waktu 100.0 𝐹𝐹 = 0,24991 𝑃𝑚𝑎𝑥 = 𝑉𝑜𝑐 𝑥 𝐼𝑠𝑐 𝑥 𝐹𝐹 𝑃max = 224,5 𝑚𝑉 𝑥 0,02037 𝑚𝐴 𝑥 0,24991 𝑃𝑚𝑎𝑥 = 1,24 x 10-3 W 𝑃𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 = 𝐼𝑟 × 𝐴 𝑃𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 = 350,83 𝑊/𝑚2 × 0,0022 𝑚2 𝑃𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 = 0,77 W dengan 20 40 Hari Ke-1 Hari Ke-4 = 16,1 x 10-2 % 60 80 Waktu (menit) Hari Ke-2 Hari Ke-5 100 Hari Ke-3 Gambar 7. Hubungan Tegangan Terhadap Waktu pada variasi perendaman 24 jam Selama 5 Hari Hasil dan Pembahasan Hasil Spektrofotometer UV-Vis Daun Jambu Biji Hubungan Isc Terhadap Waktu 20.0 Isc 15.0 10.0 5.0 0 20 Hari Ke-1 Hari Ke-4 Gambar 6. Spektrum absorbansi dye daun jambu biji 40 60 Waktu (menit) Hari Ke-2 Hari Ke-5 80 100 Hari Ke-3 Gambar 8. Hubungan Arus Terrhadap Waktu pada Variasi Perendaman 24 jam Selama 5 Hari Tabel 2. Tabel puncak absorbsi dye daun jambu biji Panjang Gelombang No Absorbansi (nm) 1 671.00 1.158 2 606.00 0.893 444 Pengaruh Variasi Perendaman Elektroda Kerja Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Gambar 12. Hubungan Arus Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 48 jam Selama 5 Hari Hubungan Voc Terhadap Waktu 300.0 Daya Keluaran DSSC Menggunakan Sumber Cahaya Lampu Halogen Voc (mv) 250.0 Daya (W) 0.002 200.0 150.0 0 20 Hari Ke-1 Hari Ke-4 40 60 Waktu (menit) Hari Ke-2 Hari Ke-5 80 0.0005 0 Hari Ke-3 0 1 2 3 4 5 Waktu (hari) 24 Jam 36 Jam 48 Jam Gambar 13. Hubungan Daya DSSC terhadap Waktu dengan Sumber Cahaya Matahari Selama 5 Hari. Hubungan Isc TerhadapWaktu 30.0 Efisiensi DSSC dengan Pengukuran Menggunakan Cahaya Matahari 20.0 0.200 10.0 Efisiensi (%) Isc (μA) 0.001 100 Gambar 9. Hubungan Tegangan Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 36 jam Selama 5 Hari 40.0 0.0015 0.150 0.0 0 20 40 60 Waktu (menit) Hari Ke-1 80 0.100 100 0.050 Hari Ke-2 Hari Ke-3 0.000 Gambar 10. Hubungan Arus Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 36 jam Selama 5 Hari Hubungan Voc Terhadap Waktu 0 2 3 4 5 6 Waktu (hari) 24 Jam 350.0 36 Jam 48 Jam Gambar 13. Hubungan Efisiensi DSSC terhadap Waktu dengan Sumber Cahaya Matahari Selama 5 Hari. Voc (mV) 250.0 150.0 Hasil pengukuran tegangan dan arus menggunakan multimeter, diperoleh keluaran yang tertinggi pada hari ke-2 hal ini disebabkan ketika proses pengukuran dilakukan langsung dihari pertama sandwich DSSC yang dibentuk belum tercampur maksimal sehingga timbul proses ketidakstabilan antar material dan komponen material yang dipergunakan. Hasil tegangan dan arus rata-rata selama 5 hari dengan menggunakan sumber cahaya matahari untuk perendaman elektroda kerja selama 36 jam (235,5 mV, 20,3 μA) lebih besar dari pada perendaman ektroda kerja selama 48 jam (187 mV, 6,2 μA) dan perendaman elektroda kerja selama 24 jam (47,8 mV, 12,9 μA). Daya rata-rata yang dihasilkan pada perendaman selama 24 jam sebesar 1,54 x 10-4 W, daya rata-rata yang dihasilkan pada perendaman 36 jam sebesar 12,2 x 10-4 W dan daya rata-rata yang dihasilkan pada perendaman 48 jam sebesar 3,14 x 10 -4 W. Efisiensi yang dihasilkan DSSC untuk elektroda kerja yang direndam selama 24 jam, 36 jam dan 48 jam dengan menggunakan sumber cahaya matahari, nilai efisiensi untuk waktu perendaman selama 36 jam menghasilkan efisiensi yang paling besar 14,2 x 50.0 0 20 40 60 Waktu (menit) Hari Ke-1 Hari Ke-4 80 Hari Ke-2 Hari Ke-5 100 Hari Ke-3 Gambar 11. Hubungan Tegangan Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 48 jam Selama 5 Hari Hubungan Isc Terhadap Waktu 15.0 Isc (μA) 1 10.0 5.0 0.0 0 20 40 60 80 100 Waktu (menit) Series1 Hari Ke-4 Hari Ke-2 Hari Ke-5 Hari Ke-3 445 JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 353-360 10-2 % dibandingkan waktu perendaman 48 jam dengan efisisiensi 3,53 x 10-2 % dan 24 jam dengan efisiensi 1.8 x 10-2 %. Terlihat bahwa lama perendaman elektroda kerja pada dye mempengaruhi voltase dan arus yang dihasilkan, variasi perendaman 36 jam merupakan lama perendaman yang optimum pada penelitian ini. Hal ini karena dye yang mampu diabsorbsi oleh TiO2 memiliki batas maksimal untuk mengisi rongarongga yang terdapat pada TiO2. Semakin banyaknya dye yang menempel pada lapisan TiO2 dan energi foton yang diserap semakin banyak dan juga semakin besar daya yang dimiliki oleh prototipe DSSC tersebut. Tetapi apabila terlalu banyak dye yang menempel pada lapisan TiO2 akan menyebabkan lapisan TiO2 tertutup oleh dye, sehingga menghambat laju dari elektron yang tereksitasi oleh dye menuju elektroda seperti yang terjadi pada perendaman 48 jam, dimana pada perendaman 48 jam arus dan tegangan yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan perendaman 36 jam. Penurunan keluaran arus dan tegangan seiring lamanya perendaman juga disebabkan karena sebagian besar lapisan TiO2 terdegradasi oleh larutan dye, sehingga TiO2 berfungsi untuk menampung elektron dari dye kurang optimal karena kemampuan TiO2 untuk mengikat dye kurang maksimal. Faktor cuaca mempengaruhi intensitas penyinaran, saat musim hujan intensitas penyinaran akan semakin kecil. Ketika matahari cerah maka intensitasnya juga semakin besar. Hasil Pengujian dengan Sumber Cahaya Lampu Halogen Gambar 11. Hubungan Arus Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 24 jam Selama 5 Hari Hubungan Voc Terhadap Waktu 250.0 Voc (mV) 200.0 150.0 100.0 50.0 0 5 Hari Ke-1 Hari Ke-4 10 Waktu (menit) Hari Ke-2 Hari Ke-5 15 20 Hari Ke-3 Gambar 11. Hubungan Tegangan terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 36 jam Selama 5 Hari Hubungan Isc Terhadap Waktu Isc (μA) 25.0 20.0 15.0 10.0 0 5 Hari Ke-1 Hari Ke-4 10 Waktu (menit) Hari Ke-2 Hari Ke-5 15 20 Hari Ke-3 Gambar 11. Hubungan Arus Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 36 jam Selama 5 Hari Hubungan Voc Terhadap Waktu 100.0 200.0 Hubungan Voc Terhadap Waktu 80.0 Voc (mV) Voc (mV) 90.0 70.0 60.0 50.0 0 5 Hari Ke-1 Hari Ke-4 10 Waktu (hari) Hari Ke-2 Hari Ke-5 15 100.0 20 0 Hari Ke-3 10 Waktu (menit) Hari Ke-2 Hari Ke-5 15 20 Hari Ke-3 Gambar 11. Hubungan Tegangan Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 48 jam Selama 5 Hari Hubungan Isc Terhadap Waktu Hubungan Isc Terhadap Waktu 7.0 6.0 30.0 Isc (μA) Isc (μA) 5 Hari Ke-1 Hari Ke-4 Gambar 11. Hubungan Tegangan Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 24 jam Selama 5 Hari 40.0 150.0 20.0 5.0 4.0 3.0 10.0 0 5 Hari Ke-1 Hari Ke-4 10 Waktu (hari) Hari Ke-2 Hari Ke-5 15 2.0 20 0 Hari Ke-3 5 10 15 20 Waktu (menit) Hari Ke-1 Hari Ke-4 446 Hari Ke-2 Hari Ke-5 Hari Ke-3 Pengaruh Variasi Perendaman Elektroda Kerja Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Gambar 11. Hubungan Arus Terhadap Waktu pada Variasi Perendaman 48 jam Selama 5 Hari. Berdasarkan data yang diperoleh membuktikan bahwa lama perendaman 36 jam merupakan lama perendaman optimum pada penelitian ini. Tetapi hasil tegangan dan arus pada pengukuran dengan sumber cahaya lampu halogen tidak setinggi hasil pengukuran dengan sumber cahaya sinar matahari. Hal ini disebabkan karena dye daun jambu biji memiliki puncak absorbansi maksimal yaitu 3,831 yang berada pada panjang gelombang 322 nm, dimana panjang gelombang tersebut berada didaerah cahaya ultraviolet. Daya Keluaran DSSC Menggunakan Sumber Cahaya Lampu Halogen 0.0006 0.0004 0.0002 0 0 1 2 3 4 PENUTUP Kesimpulan 1. Telah difabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) yang terdiri dari sepasang subtrat kaca berlapis bahan ITO (Indinium Thin Oxide) yang saling berhadapan membentuk struktur sandwich. Kaca tersebut berperan sebagai elektroda kerja dan elektroda karbon yang mengapit elektrolit polimer PEG (polyethylene glycol) 1000 yang mengandung kopel redoks Iˉ/Iˉ3 yang kemudian dimodifikasi dengan cara prototype DSSC dilapisi Eva Film. Dua sel yang difabrikasi memiliki luas 22 cm2. Pada elektroda kerja dideposisikan lapisan TiO2 dengan metode doctor blade serta direndam pada dye daun jambu biji dengan memvariasi waktu perendaman, masing-masing direndam selama 24 jam, 36 jam dan 48 jam pada dye. Sedangkan pada elektroda karbon dilapisi lapisan karbon dari pensil 8B dan jelaga lilin. 2. Dye klorofil dari ekstrak daun jambu biji (Psidium Guajava L.) memiliki nilai panjang gelombang 322-671 nm dan nilai puncak absorbansi maksimum 3,831 pada panjang gelombang 322 nm. 3. Hasil karakterisasi I-V dengan penyinaran cahaya matahari menunjukkan bahwa prototipe sel surya memiliki efisiensi 1,8 x 10-2 % untuk sampel rendam 24 jam, 14,2 x 10-2 % untuk sampel rendam 36 jam dan 3,5 x 10-2 % untuk sampel dengan perendaman 48 jam. sedangkan dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen DSSC ini memiliki efisiensi sebesar 1,77 x 10 -2 % untuk perendaman 24 jam, 1,84 x 10-2 % untuk perendaman 36 jam, dan 6 x 10-3 % untuk perendaman 48 jam. 5 Waktu (hari) 24 Jam 36 Jam 48 Jam Gambar 14. Hubungan Daya DSSC terhadap Waktu dengan Sumber Cahaya Lampu Halogen Selama 5 Hari. Efisiensi DSSC denganPengukuran Menggunakan Cahaya Lampu Halogen 0.030 Efisiensi (%) Daya (W) 0.0008 0.020 0.010 0.000 0 1 2 3 4 5 Waktu (hari) 24 Jam 36 Jam 48 Jam Gambar 14. Hubungan Efisiensi DSSC terhadap Waktu dengan Sumber Cahaya Lampu Halogen Selama 5 Hari. Hasil pengukuran tegangan dan arus menggunakan multimeter pada masing-masing variasi perendaman elektroda yaitu 24 jam memiliki tegangan rata-rata 81,1 mV dan arus rata-rata 23,4 μA, pada perendaman 36 jam memiliki tegangan ratarata 125,0 mV dan arus rata-rata 15,9 μA, dan perendaman 48 jam memiliki tegangan rata-rata 134,8 mV dan arus rata-rata 4,8 μA. Daya yang dihasilkan DSSC dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen selama 5 hari.Daya rata-rata yang dihasilkan pada perendaman selama 24 jam sebesar 4,77 x 10-4 W, daya rata-rata yang dihasilkan pada perendaman 36 jam sebesar 4,99 x 10-4 W dan daya rata-rata yang dihasilkan pada perendaman 48 jam sebesar 1,92 x 10-4 W. Nilai efisiensi dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen menunjukkan perendaman selama 36 jam juga menghasilkan efisiensi paling besar 1,84 x 10-2 % dibandingkan waktu perendaman 24 jam 1,77 x 10-2 % dan 48 jam dengan efisiensi 6 x 10-3 %. Ini menunjukan bahwa hubungan antara lama waktu perendaman dan sumber cahaya dengan hasil efisiensi saling mempengaruhi. Saran Untuk penelitian selanjutnya, disarankan beberapa hal, diantaranya : 1. Sebaiknya dilakukan perendaman dye ekstrak daun jambu biji pada lapisan TiO2 dengan berbagai waktu diantara 36 jam hingga 48 jam untuk mendapatkan waktu perendaman yang optimum. 2. Ketebalan pada masing-masing lapisan TiO2 perlu diperhatikan, dengan cara mencari teknik deposisi 447 JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 353-360 Hardjono Sastrohamidjojo, 1991, “Spektroskopi”, Liberty: Yogyakarta Pudjanarsa & Djati Nursuhud, 2013, “Mesin Konversi energi”, Andi: Yogyakarta Giancoli, C.Dauglas, 2001, “Fisika Edisi Kelima”. Jakarta: Erlangga, hal 227. O’regan dan Gratzel, M. 1996. A Low-Cost, High Efficiency Solar Cell Based On DyeSensitized Colloidal Tio2 Films. Nature Vol. 353. Issue 6346, 737. Akhiruddin, Mahfuddin Zuhri, dan Irmasyah. 2007. Penggunaan Kol Merah Sebagai Fotosensitizer Pada Sel Surya TiO2 Nanokristal Ttersensitasi Dye. Jurnal Fisika Indonesia No.2, Vol. 11 Eka, Henni Wulandari dan Prajitno Gontjang. 2012. “Studi Awal Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L) Sebagai Dye Sensitizer Dengan Variasi Lama Perendaman Absorpsi Dye”. Skripsi. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nugrahawati, Dewi. 2012. “Fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Mawar Merah (Rosa Damascena Mill) Sebagai Pewarna Alami Berbasis Antosianin”. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Ginanjar Anung Hari Saputro, Made Rai Suci Shanti, dan Adita Sutresno.2015. “Pengaruh Waktu Perendaman TiO2 dalam Larutan ekstrak Antosianin Koll Merah (Brassica Oleracea Var.) pada Kinerja Prototipe Dye-Sensitized Solar Cells”. Jurnal Fisika No.1 Vol.11 Septina Wilman., et al., “Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan OrganikInorganik (Dye-sensitized Solar Cell)”. Laporan Akhir Penelitian Bidang Energi. ITB.2007 Solaronix. How To Start With Dye Solar Cells. (Online) (http://www.solaronix.com/technology/g uide Diakses pada 12 April 2016) http//wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/pengertia n-dasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/ Diakses 12 April 2016 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Sumaryanti, Utari, Supriyanto, A., Purnama, B., 2011, “Karakterisasi Optik dan Listrik Larutan Klorofil Spirulina sp. sebagai Dye Sensitized Solar Cell”, Jurnal Material dan Energi Indonesia, 1(1) , 141- 147. Tiwari,G. N. Dan Dubey Swapnil.2010. Fundamentals of Photovoltaic Modules yang lebih baik sehingga lapisan TiO2 yang dihasilkan homogen. 3. Penambahan daya DSSC dilakukan dengan menggabungkan DSSC dengan rangkaian seri atau rangkaian paralel. DAFTAR PUSTAKA Thety, Ezonkanzo. 2013. Energi Matahari dan Bumi, http//m.beritasatu.com diakses 02 maret 2016 O’regan and Gratzel, M, 1991, “A Low-Cost, High Efficiency Solar Cell Based On DyeSensitized Colloidal TiO2 Films”, Nature Vol.353. Issue 6346, 737. Adhyaksa, Gede W. 2015. Status dan tantangan kedepan dari Dye sensitized solar cell, (online), http//m.kompasiana.com diakses 10 maret 2016 Amao, Y., Yamada, Y., Aoki, K., 2004, Journal of Photochemistry and Photobiology A: Chemistry, 164, 47-51 Delovita ginting, 2011,” Pembuatan Prototipe Dye Sensitized Solar Cell Dengan Dye Klorofil Bayam Merah De Paoli, M., dan Longo, C., 2003. Dye-Sensitized Solar Cell : A Succesfull Combination of Materials. Journal Brazillian Chem Society, Vol 14, No 6, hal. 889-901. E. Barnoy, et al., The Potential Of Natural, Photosynthetics Pigments to Improve The Effeciency of Dye-Sensitized Solar Cells, Thesis M. Sc, University of Maryland, 2011. Greg P. Smestad,2002, “ Optoelectronics of Solar Cells”, SPIE PRESS. Handini, Wulandari. 2008. Performa Sel Surya Tersensitasi Zat Pewarna (DSSC) Berbasis ZnO Dengan Variasi Tingkat Pengisian Dan Besar Kristalit 𝑇𝑖𝑂2 . Skripsi tidak diterbitkan. Depok : Universitas Indonesia. Harborne. J. B. 1973. Phytochemical Method. London : Chapman and Hall, Ltd. P. 49188 Hikmah, Irmayatul dan Prajitno Gontjang. 2015. “Pengaruh Penggunaan Gel-Electrolyte Pada Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Berbasis 𝑇𝑖𝑂2 Nanopartikel Dengan Ekstrak Murbei (Morus) Sebagai Dye Sensitizer Pada Substrak Kaca ITO ”. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 4. http://esdm.go.id/berita/323-energi-baru-danterbarukan/6071-potensi-energi-baruterbarukan-indonesia-cukup-untuk-100tahun-.html, Diakses 10 maret 2016 http://www.biologi-sel.com/2013/10/kandungandaun-jambu-biji.html?m=1 Diakses 21 maret 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Jambubiji Diakses 21 maret 2016 448 Pengaruh Variasi Perendaman Elektroda Kerja Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) and Their Applications. Royal Society of Chemistry Wolfbauer, G., et al., 2001,”A channel flow cell system specifically designed to test the efficiency of redox shuttles in dye sensitized solar cells”, Solar Energy Materials & Solar Cells, 70,85-101. Yulika, Deni. 2014. Variasi Teknik Deposisi Lapisan 𝑇𝑖𝑂2 Untuk Meningkatkan Efisiensi Dye-Sensitized Solar Cell. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Zamrani R.A., Pembuatan Dan Karakterisasi Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis Sebagai Dye Sensitizer Dengan Metode Doctor Blade 449