bio.unsoed.ac.id

advertisement
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan taksonomi untuk kepentingan klasifikasi dan filogeni dapat
diperoleh dari berbagai sumber, karena seluruh bagian dari tumbuhan pada berbagai
tahap perkembangannya dapat memberikan informasi tentang karakter taksonomi.
Penggunaan
informasi
dari
perbandingan
anatomi,
embriologi,
palinologi,
sitogenetika, kimia, dan yang lainnya telah memberikan kontribusi yang besar bagi
klasifikasi tumbuhan modern (Irawan Budi,et al., 2013). Karakterisasi yang
didasarkan pada penanda morfologi biasanya dipengaruhi lingkungan makro dan
mikro, serta umur tanaman. Karakterisasi morfologi perlu didukung oleh
karakterisasi menggunakan penanda molekuler. Penanda molekuler dapat memberi
gambaran hubungan kekerabatan yang lebih akurat, karena analisis deoxyribo
nucleid acid (DNA) sebagai material genetik tidak dipengaruhi kondisi lingkungan
(Dwiatmini, et al., 2003).
Polen dapat digunakan juga untuk identifikasi tumbuhan karena pada polen
terdapat exine yang mempunyai struktur dan ornamentasi yang khas dan terawetkan
karena mengandung sporopolenin yang resisten terhadap bahan organik maupun
asetolisis (Faegri & Iversen, 1989). Karakterisasi morfologi polen dapat diketahui
dari beberapa sifat atau ciri polen yaitu, unit polen, simetri polen, polaritas polen,
bentuk polen, tipe apertura dan ornamentasi exine (Erdtman, 1952). Ciri morfologi
polen tersebut semakin meningkat penggunaannya dalam taksonomi, terutama untuk
mengoreksi kembali hubungan kekerabatan antara satu tumbuhan dengan tumbuhan
lainnya dalam kelompok - kelompok takson (Aprianty & Kriswiyanti, 2008).
Struktur polen yang bervariasi menunjukkan karakter yang dapat digunakan untuk
identifikasi, konstruksi klasifikasi, atau interpretasi filogenetik (Irawan Budi, et al.,
2013).
Walker, 1999 dalam Aprianty & Kriswiyanti (2008) mengemukakan bahwa,
bio.unsoed.ac.id
polen atau serbuk sari merupakan alat penyebaran dan perbanyakan generatif dari
tumbuhan berbunga. Sel dalam serbuk sari dilindungi oleh dua lapisan yaitu intine
dan exine. Intine adalah lapisan di bagian dalam dan exine adalah lapisan yang
berada di bagian luar.
Butir-butir polen yang dihasilkan oleh tumbuhan mempunyai bentuk
bermacam-macam dan kebanyakan palinologis menggunakan polen dan spora
sebagai dasar tambahan dalam klasifikasi tumbuhan. Hal ini dikarenakan polen dan
1
spora dapat digunakan sebagai pembanding untuk mengenal fosil polen dan spora
dari tumbuhan yang belum teridentifikasi (Kapp, 1969). Moore & Webb (1978)
mengemukakan bahwa aplikasi analisis polen dan spora sangat terperinci, antara lain
untuk menentukan jejak sejarah kelompok dan jenis-jenis tumbuhan, jejak sejarah
komunitas tumbuhan dan habitatnya, umur sedimen, dan sebagai studi klimatologi.
Angiospermae merupakan tumbuhan berbunga yang dominan di bumi.
Banyak faktor yang menyebabkan dominansi Angiospermae, diantaranya ialah
kemampuan bertahan hidup, bereproduksi hampir di segala keadaan lingkungan,
serta pembentukan bunga, buah, dan biji (Sutarmi, 1986). Untuk kepentingan
identifikasi dan klasifikasi suatu tumbuhan, maka diperlukan adanya data-data
tentang bunga dan serbuk sari. Dengan klasifikasi, suatu kelompok tumbuhan dapat
dikenali dan memudahkan penyebaran informasi tentang tanaman tersebut (Jeffrey,
1982 dalam Purnobasuki, et al., 2014).
Solanaceae merupakan salah satu familia terbesar dalam angiospermae yang
memiliki nilai ekonomi penting (Spooner, et al., 1993). Familia ini memiliki 94
genus dan kurang lebih memiliki 2950 spesies. Solanaceae merupakan tumbuhan
yang kosmopolitan, distribusi tumbuhan ini terletak di daerah tropis dan subtropis.
Familia ini memiliki banyak spesies yang bernilai ekonomi tinggi, antara lain
kentang (S. tuberosum), tomat (L. esculentum), dan paprika (Capsicum spp.).
Berbagai anggota familia ini ditanam sebagai tanaman hias, dan banyak juga yang
dibudidayakan karena mengandung zat alkaloid, contohnya yaitu tembakau (N.
tabacum) (Olson, 2013). Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas
andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam
penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa
bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis tembakau dan
agroindustri (Abdullah dan Soedarmanto,1982). Menurut Karmana (2007), anggota
familia Solanaceae beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan untuk konsumsi,yaitu
bio.unsoed.ac.id
S. tuberosum (kentang) merupakan makanan yang banyak mengandung karbohidrat,
L. esculentum (tomat) banyak mengandung vitamin C, S. melongena (terung) biasa
dijadikan lalap, dan C. Annum (cabai) merupakan bumbu masakan. Wahyurini
(2000) juga melaporkan bahwa, di Indonesia kentang (S. tuberosum L.) merupakan
salah satu kelompok sepuluh komoditas bahan pangan unggulan di Indonesia yang
penuh kalori, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan tomat merupakan salah satu
komoditas sayuran yang mempunyai prospek pemasarancerah. Hal ini dapat dilihat
2
dari banyaknya buah tomat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya
adalah sebagai sumber vitamin. Buah tomat sangat baik untuk mencegah dan
mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena mengandung vitamin
C (Nursiah, 2012).
Solanaceae adalah salah satu familia tumbuhan berbunga, yang dapat
dicirikan berupa tumbuhan terna, semak atau perdu, kadang-kadang berupa pohon.
Daunnya tunggal, duduknya tersebar, karena pergeseran letak buku-buku, kadangkadang hampir berpasangan, tanpa daun penumpu. Bunga banci, aktinomorf atau
zigomorf, kebanyakan berbilang 5. Kelopak terdiri atas daun-daun kelopak yang
berlekatan, demikian pula mahkotanya yang berbentuk bintang, terompet, atau
corong (Tjitrosoepomo, 2004).
Penggunaan polen sebagai dasar pengelompokan marga masih sedikit
dilakukan, karena pada umumnya pengelompokan didasarkan atas morfologi luar
seperti warna bunga, bentuk bunga, bentuk biji, kekerasan biji, bentuk pohon, bentuk
batang, dan bentuk daun dalam kelompok-kelompok takson. Brown (1988) dalam
Pujoharsoyo (1989) juga melaporkan bahwa penelitian mengenai polen dan spora
hidup, masih jarang dilakukan. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian tentang
karakterisasi morfologi polen dari empat marga yaitu Solanum, Solandra
Brugmansia, dan Nicotiana untuk mengetahui perbedaan karakter yang dapat
dijadikan dasar pengelompokan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimana
karakter morfologi polen dari marga Solanum, Solandra, Brugmansia, dan Nicotiana
dan bagaimana perbedaan karakter morfologi polennya. Dari permasalahan diatas,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi polen dari marga
Solanum, Solandra, Brugmansia, dan Nicotiana dan mengetahui perbedaan dari
karakter morfologi polennya.
Penelitian
karakteristik
ini diharapkan memberikan informasi
bio.unsoed.ac.id
morfologi polen dari beberapa marga anggota
ilmiah
mengenai
familia Solanaceae
sekaligus dapat membantu dalam proses identifikasi tumbuhan dan sebagai salah satu
data dasar dalam membantu proses pengklasifikasian.
3
Download