0856-9534-6065Pembangkit Listrik Belajar Pembangkit Listrik Kalau kita bicara tentang energi, tentunya kita memilih energi yang ramah lingkungan dan murah, kiranya mungkin ada yang mau memberikan ide pembuatan micro hidro yang efektif maupun pembangkitan2 yang lain, supaya nantinya bisa dibuat pembelajaran Siswa kami. Disekolah kami siswa kelas 3 sekarang lagi buat tugas akhir, mereka merencanakan pembuatan pembangkit kecil meliputi : 1. 2. 3. 4. PLTMH (Sungai kecil dibelakang sekolah) PLTS (Solar sel) PLTB (Angin) PLTM (Sepeda) Ide dan saran perencanaan pembuatan kirimkan Via email ya, terima kasih Segi Tiga Daya Gardu Tiang Trafo GTT (Gardu Tiang Trafo) GW = Ground Wire LA = Lighting Arrester GW dan LA akan bekerja secara optimal apabila nilai tahanan tanah (grounding) mendekati nol 1. SOP pengoperasian GTT yang dilengkapi dengan PHB-TR sebagai berikut : Melepas beban jaringan tegangan rendah 1. Melepas fuse jurusan JTR secara bertahap (no 11) 2. Melepas fuse utama JTR (no 9) 3. Melepas saklar utama JTR (no 8) 4. Melepas CO JTM secara bertahap (no 2) Memasukkan beban jaringan tegangan rendah 1. Masukkan CO bertahap (no 2) 2. Masukkan saklar utama (no 8) 3. Masukkan fuse utama (no 9) 4. Masukkan fuse jurusan bertahap (no 11) Untuk mengoptimalkan operasi dan pengamanan GTT, penyaluran pentanahan harus dipasang berdasarkan klasifikasi system. Saluran pentanahan netral trafo digabung dengan saluran netral SUTR dan digrounding. Untuk saluran LA digabungan dengan rangka / body trafo dan rangka PHB – TR serta ditanahkan secara tersendiri. 2. LIGHTING ARRESTER (LA) LA digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan lebih surja petir, system pemasangan LA, Sebagai berikut : 1. LA dipasang antara SUTM dan CO, apabila saluran terkena surja petir akan diamankan LA dan disalurkan ke tanah, gambar a. 2. LA dipasang setelah CO, apabila SUTM tersambar surja petir akan diamankan CO, gambar b (Sistem pada PLN distribusi Jatim) wiring Wiring Pada Jaringan Distribusi Pada Jaringan listrik GTT (gadu tiang trafo) input pada sisi primer tegangan 20 KV diturunkan menjadi 220/380 V pada sisi sekunder trafo, hubungan pada trafo distrbusi pada sisi primer dihubungkan delta dan pada sisi sekunder hubungan bintang, tegangan antar fasa terlihat pada gambar besarnya 380 V, fasa dengan netral 220 V. Gambaran Sistem Distribusi Gambaran Umum Sistem Distribusi Jaringan distribusi adalah merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan, dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari suatu sumber besar (Bulk Power Source) sampai keseluruhan pelayanan konsumen. Sistem jaringan distribusi dapat dibagi dalam dua klasifikasi yaitu : a) Jaringan distribusi primer b) Jaringan distribusi sekunder Secara umum sistem distribusi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain: 1. Sumber Daya Besar (Bulk Power Source) Yaitu merupakan pusat penerima daya saluran transmisi dan mengubahnya menjadi saluran subtransmisi. 2. Jaringan Subtransmisi Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari sumber daya besar menuju ke gardu induk distribusi. 3. Gardu Induk Distribusi Yaitu merupakan tempat penerima daya dari jaringan subtransmisi dan merubah tegangan jaringan distribusi primer. 4. Jaringan Distribusi Primer Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari gardu induk menuju transformator distribusi. 5. Transformator Distribusi Yaitu dapat menerima daya dari jaringan distribusi primer dan mengubah tegangan tersebut menjadi tegangan yang diperlukan oleh konsumen (beban). 6. Jaringan Distribusi Sekunder Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari transformator distribusi menuju konsumen atau beban. Jaringan distribusi sekunder diatas dapat dilihat pada single line dibawah ini : Tegangan yang keluar dari pembangkit tenaga listrik, mempunyai sistem tegangan menengah 11 kV. Kemudian tegangan dinaikkan menjadi tegangan transmisi yang besarnya berkisar antara 70, 150, 500 kV. Dengan menaikkan tegangan tersebut maka dapat memperkecil kerugian yang terdapat pada saluran transmisi sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I 2 R). Atau dengan daya yang sama, bila tegangan dinaikkan maka arus yang mengalir akan lebih kecil dan kerugian daya akan lebih kecil. Pada gardu induk distribusi, tingkat tegangan subtransmisi diturunkan menjadi tingkat tegangan distribusi primer yang besarnya 20 kV. Dan pada gardu induk distribusi, tingkat tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan sekunder yang besarnya berkisar antara 380/ 220 Volt. Keterangan : A. Generator = Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, tegangan 11 kV B. Trafo (step up) = Gardu Induk, tegangan 11 kV / 70 – 500 kV C. Transmisi = Saluran Transmisi tegangan 70 – 500 kV D. Trafo (step down) = Gardu Induk, tegangan 70/20 kV E. Distribusi Primer = Jaringan Tegangan Menengah 20 kV F. Trafo (step down) = Gardu Distribusi, 20 kV / (400/231 V) G. Distribusi Sekunder = Jaringan Tegangan Rendah, 380/220 V Dari busbar GI tenaga listrik disalurkan melalui feder-feder saluran udara kedaerah-daerah beban, menggunakan sitem 3 fasa, 3 kawat, dengan tegangan antar fasa 20 kV. Sistem Distribusi Sistem Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik dengan gardu – gardu distribusi. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Distribusi pada umumnya adalah 20 kV. Jaringan ini mempunyai struktur/pola sedemikian rupa, sehingga dalam pengoperasiannya mudah dan handal. 1. Sistem / pola Radial Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak digunakan di daerah pedesaan / sistem yang kecil. Umunya menggunakan SUTM(Saluran Udara Tegangan Menengah), Sistem Radial tidak terlalu rumit, tetapi memiliki tingkat keandalan yang rendah. 2. Sistem / pola open loop Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat dari diperlukannya kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat terjadi gangguan. 3. Sistem / pola Close Loop Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan rele arah(bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi dibanding sistem yang lain. 4. Sistem / pola Spindel Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Memiliki kehandalan yang relatif tinggi karena disediakan satu expres feeder / penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung Biasanya pada tiap penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut. 5. Sistem / pola Cluster Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga disediakan satu feeder khusus tanpa beban(feeder expres). Megger Test TEST INSULASI / INSULATION TEST Mengapa kita melakukan pengetesan insulation/ megger test ?? Test insulasi dipergunakan untuk mengetahui kondisi konduktor di jaringan. Insulasi yang memadai diperlukan untuk menghindari terjadinya direct contact seperti short circuit atau ground fault. Buruknya insulasi jaringan bisa mengakibatkan terjadinya arus bocor dan bisa membahayakan nyawa seseorang. Dimungkinkan juga akan menimbulkan percikan api yang bisa mengakibatkan kebakaran. Pengetesan dilakukan dengan pengukuran tingkat kebocoran jaringan line/ phase dngan netral dan line dengan ground. Sebelum melakukan pengetesan terlebih dahulu dilakukan pemutusan hubungan komponen elektronik dan pilot lamp dengan jaringan. Metode pengetesan bisa dilakukan dengan tegangan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Batas minimum insulasi yang bisa ditolerir untuk pengetesan dengan tegangan 500 VDC adalah 0,5 Meg Ohm sedangkan dengan tegangan 1000 VDC adalah 1 Meg Ohm. Insulasi menjadi salah satu penyebab utama terbakarnya sebuah motor selain masalah elektrik dan mekanik. Sebuah motor akan mengalami penurunan tingkat insulasi karena usia pakai. Jika insulasi motor telah mencapai antara 10 ~ 1 Meg Ohm maka perlu dilakukan preventive maintenance. Jika insulasi dibawah 1 Meg Ohm berarti motor dalam kondisi kritis. Rumus Perhitungan Pengukuran Insulation Test 1. Pengukuran tegangan Rendah: Rumus ≥ 1000. E (minimal) Contoh : E =380 V R isolasi = 1000 . 380 = 380.000 Ω = 0.38 M Ω Bila hasil pengukuran lebih dari 0.38 maka alat tersebut masih bisa dikatakan baik. 2. Pengukuran Tegangan Menengah dan Tinggi : Mengunakan DC Test Rumus R isolator → Arus bocor Max = ………… μA Lihat table name plate alat Earth Tester PENGUKURAN TAHANAN TANAH Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam sistem pengaman dalam instalasi listrik. Untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur dengan penampil analog. Hasil pengukuran secara analog sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukurannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai tahanan yang diukur. Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital pada segmen-segmen, sehingga dengan mudah menyimpan data-data yang terukur. Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial) dan elektroda C (Curren). Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram rangkaian, antara lain rangkaian osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian arus input, mikrokontroler dan rangkaian penampil. Sebelum hasil pengukuran di tampilkan ke LCD, data diolah dirangkaian mikrokontroler. Keuntungan dengan manggunakan mikrokontuler ini yaitu keluaran dari rangkaian input ini debelum masuk ke LCD bisa diatur. Sehingga, perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini dapat mengukur tahanan tanah dengan teliti dan akurat. Hadil pengukuran tahanan tanah juga bergantung pada kondisi tanah itu sendiri. Pengukuran tahanan tanah dilakukan dengan membandingkan alat ukur rakitan dengan alat ukur yang sudah ada dengan merek Kyoritsu Earth Tester Digital. Selisih nilai pengukuran antara alat ukur rakitan dengan alat ukur yang sudah ada adalah sebesar 0,31 ohm. Bahan instalasi listrik BAHAN – BAHAN DALAM INSTALASI LISTRIK Pengertian bahan Bahan secara sederhana dapat diartikan sesuatu zat yang dapat berubah menjadi sesuatu atau barang lain. Menurut kondisinya bahan dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Bahan mentah 2. Bahan setengah jadi 3. Bahan jadi Menurut sifat kelistrikan bahan bahan dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Bahan penghantar ( konduktor ) 2. Bahan isolator 3. Bahan semikonduktor Menurut sifat kemagnetan terdiri dari : 1. Magnet permanen 2. Mangnet remanen (sementara) 3. Bahan non magnetis 4. Paramagnetis Dalam materi instalasi listrik akan dijelaskan beberapa bahan pendukung diantaranya : 1. Penghantar / kabel Kawat penghantar digunakan untuk menghubungkan sumber tegangan dengan beban. Kawat penghantar yang baik umumnya terbuat dari logam. Dalam instalasi listrik ada berbagai macam jenis kabel yang digunakan sesuai dengan kebutuhan daya dari kegunaannya. Macam – macam kabel tersebut diantaranya : a. Kabel NYA Digunakan dalam instalasi rumah dan system tenaga. Dalam instalasi rumah digunakan kabel NYAdengan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Syarat penandaan dari kabel NYA : Huruf kode N Y A Re Rm Komponen Kabel jenis standart dengan penghantar tembaga Isolator PVC Kawat berisolasi Penghantar pada bulat Penghantar bulat berkawat banyak NYA : berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar/kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif murah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang b. Kabel NYM Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan system tenaga. Kabel NYM berinti lebih dari 1 Huruf kode Komponen Kabel jenis standart dengan N penghantar tembaga Y Isolator PVC M Berselubung PVC Re Penghantar pada bulat Penghantar bulat berkawat Rm banyak NYM : memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam. c. Kabel NYY Memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dieprgunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus. d. Tanda kabel / warna Merah / Kuning / Hitam = Fasa R, Fasa S, Fasa T Belang hijau kuning = Ground Biru = Netral 2. Macam – macam saklar Saklar merupakan alat untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik. Saklar banyak macam dan jenisnya, misalnya untuk kebutuhan instalasi penerangan, instalasi tenaga dan banyak lagi jenisnya, yang sering kita jumpai pada kehidupan sehari – hari dirumah maupun dimana saja. Ada saklar yang dipasang dalam tembok (inbow) dan diluar tembok (out bow) Untuk instalasi penerangan umumnya digunakan saklar untuk menyalakan dan mematikan lampu. Saklar menurut fungsinya dibedakan menjadi : a. Saklar kutub satu b. Saklar kutub ganda c. Saklar kutub tiga d. Saklar kelompok e. Saklar seri f. Saklar tukar g. Saklar silang 3. Macam – macam fitting a. Fiting langit-langit Bisanya digunakan untuk pemasangan lampu yang menggunakan roset yang menempel pada langitlangit(eternity/lainnya). b. Fiting gantung Pemasangannya biasanya digabungkan pada fiting langit-langit. Pada bigian atas fiting ini terdapat cicin yang dipakai untuk mengikatkan tali penarik hingga kedudukannya menjadi kuat. c. Stop Kontak Pemasangan biasanya pada tempat-tempat lembab yang kemungkinan terjadipercikan air. Contohnya kamar mandi, kolam dan sebagainya 4. Pipa Merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan. Tegangan ini diperoleh dari hantaran fasa dan nol yang dihubungkan dengan kontak-kontak stopkontak. Stop kontak dipasang untuk memudahkan mendapatkan tegangan yang diperlukan bagi peralatan listrik yang dapat dipindahkan. 5. Stop Kontak Didalam instalasi listrik banyak sekali dipakai pipa. Pipa digunakan sebagai pelindung kabel atau hantaran darigangguan. Dengan pipa pemasangan hantaran atau kabel lebih rapi. Pipa yang digunakan biasanya jenis pipa union atau bisa juga pipa PVC dengan ukuran 5/8 dlm. 6. Klem Adalah suatu bahan yang dipakai untuk menahan pipa agar dapat dipasang pada dinding atau langit-langit. Klem ini dibuatdari pelat besi atau plastic dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran pipa. jarak pemasangan klem satu dengan lainny maksimal 80 cm. 7. Kotak Sambung Pada saat penyambung kabel pada titik percabangan harus menggunakan kotak sambung. Menurut ketentuan peraturan instalasi yang diijinkan tidak boleh dalam pipa terdapat sambungan,karena dikwatirkan kawat putus dalam pipa. Macam-macam kotak sambung: a. Kotak sambung cabang dua Digunakan untuk menyambung lurus. b. Kotak sambung cabang tiga (T-Dos) Digunakan untuk percabangan-percabangan, misalnya terdapat pemakaian saklar, stop kontak. c. Kotak sambung cabang empat (Cross Dos) Pemakaian sama dengan T-Dos hanya percabangan bukan tiga tapi empat. 8. Rol Isolator Untuk pemasangan kawat hantaran diatas plafon tanpa menggunakan pipa digunakan rol isolator. Jarak antara rol satu dengan yang lain 50 cm dan antar hantaran jaraknya 5 cm. Rol isolator dibuat dari keramik atau plastic dan kekuatannya disesuaikan dengan besar hantaran dan tegangan kerja untuk kepentingan peletakan besar hantaran dan tegangan kerja untuk kepentingan peletakan hantaran pada instalasi penerangan rumah. 9. Kotak Sekring Kotak sekring merupkan alat yang digunakan membatasi besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik. Fungsinya sebagai pengaman. Apbiladialiri arus melebihi ketetapa maka sekring akan putus, sehingga tidak ada arus yang mengalir dalam rangkaian. Ada dua tipe sekring yang terdapat dipasaran yaitu sekring patron lebur dan sekring otomat. Keduanya memiliki fungsi yang sama tapi kerja teknis yang berbeda. 10. MCB (miniature Circuit Breaker) Fungsi MCB adalah untuk pengaman terhadap beban lebih atau hubung singkat. Bila terjadi arus beban lebih atau hubung pendek MCB memutuskan sirkit dari sumber. Komponen untuk mengamankan beban lebih adalah bimetal sedangkanuntuk mengamankan arus hubung pendek adalah electromagnet. Bila terjadi hubung singkat atau arus lebih yang besar maka kumparan magnetic R akan memerintahkan kontak jatuh. Tegangan kerja sampai dengan 440 VAC, MCB dipakai sampai 50 A. 11. KWH Meter Digunakan sebagai pengukur energi listrik. Secara praktisnya KWH meter digunakan untuk mengukur daya terpakai (daya aktif) yang digunakan dalam pemakaian beban listrik dalam jangka waktu tertentu. Prinsip kerja KWH meter: Bila arus beban I mengalir melalui Wc akan menyebabkan terjadinya fluksi I. Wp memiliki sejumla lilitan yang besar yang dianggap sebagai reaktansi murni, sehingga arus Ip yang mengalir melalui Wb akan tertinggal fasanya terhadap tegangan beban dengan sudut 90 0dan menyebabkan fluksi magnetis 2, misalnya karena pengaruh momen gerak ini, kepingan lauminium akan berputar dengan kecepatan n. sambil berputar, priringan akan memotong garis-garis fluksi magnet m dari magnet permanen dan akn menyebabkan terjadinya arus-arus putar yang berbanding lurus terhadap n@m2 dalam kepingan aluminium tersebut. Arus –arus putar ini akan pula memotong garis-garis fluksi @m sehingga kepingan akan mengalami momen redaman Td yang berbanding lurus terhadap n@m2. Bila momen-momen tersebut yaitu Td dan Td dalam keadaan seimbang maka berlaku hubungan: KdVI cos θ = Km nΦm2 atau n = Kd / Km Φm (V I cos θ) Dengan Kd dan Km sebagai konstanta. Jadi dari persamaan dapat terlihat bahwa kecepatan putar n, dari kepungan D, adalah berbanding lurus dengan beban VI cos@, sehingga dengna demikian maka jumlah perputaran dari pada kepingan tersebut,untuk suatu jangka waktu tertentu berbanding dengan energy yang akan diukur untuk jangka waktu tersebut. Daftar istilah dalam instalasi listrik : a. Arus lebih Setiap arus yang melebihi harga nominalnya (arus kerja yang mendasari perbuatan peralatan tersebut). b. Arus gangguan Arus yang disebabkan oleh kerusakan isolasi. c. Arus gangguan tanah Arus yang mengalir ke tanah d. Kemampuan hantar arus Arus maksimum yang dapat dialirkan dengan kontinu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa menimbulkan kenaikan suhu melampaui nilai tertentu. e. Penghantar nol Penghantar yang dibumikan dengan tugas rangkap, yaitu sebagai penghantar pengaman dan penghantar netral Sistem Tenaga Listrik Secara blok diagram sistem tenaga listrik dapat digambarkan seperti bagan berikut ini. 1. Prinsip Kerja dalam sistem tenaga listrik dimulai dari bagian pembangkitan kemudian disalurkan melalui sistem jaringan transmisi kepada gardu induk dan dari gardu induk ini disalurkan serta dibagi-bagi kepada pelanggan melalui saluran distribusi. Ada pula pelanggan yang mendapat pelayanan langsung dari saluran transmisi biasanya pelanggan ini membutuhkan tegangan yang besar dan daya yang besar pula Dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik, secara umum ada beberapa pertimbangan dan tahapan yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Studi analisa mengenai dampak lingkungan (amdal). Di sini dianalisa dan diperhitungkan mengenai berbagai dampak yang mungkin akan timbul pada saat pembangunannya dan pada saat pembangkit tenaga listrik tersebut dioperasikan. 2. Memperhitungkan dan memprekdisikan tersedianya sumber daya penggerak (air, panas bumi dan bahan bakar), sehingga benar-benar feasible untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama dan bisa mendukung kontinyuitas operasional pembangkit tersebut. 3. Tersedianya lahan beserta prasarana dan sarananya, baik untuk pembangkit tenaga listrik itu sendiri maupun untuk penyalurannya, karena hal ini merupakan satu kesatuan untuk melayani beban. 4. Pertimbangan dari segi pemakaian pembangkit tenaga listrik tersebut, apakah untuk melayani dan menanggung beban puncak, beban yang besar, beban yang kecil atau sedang, beban yang bersifat fluktuatif atau hanya untuk stand by saja. 5. Biaya pembangunannya harus ekonomis dan diupayakan memakan waktu sesingkat mungkin. Selain itu juga harus dipertimbangkan dari segi operasionalnya tidak boleh terlalu mahal. 6. Pertimbangan dari segi kemudahan dalam pengoperasian, keandalan yang tinggi, mudah dalam pemeliharaan dan umur operasional (life time) pembangkit tenaga listrik tersebut harus panjang. 7. Harus dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya beban, karena hal ini akan berkaitan dengan kemungkinan perluasan pembangkit dan penambahan beban terpasang pada pembangkit. 8. Berbagai pertimbangan sosial, teknis dan lain sebagainya yang mungkin akan menghambat dalam pelaksanaan pembanguna serta pada pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi. Dari berbagai pertimbangan tersebut, ada satu hal yang dijadikan pedoman dan filosofi dalam membangun pembangkit tenaga listrik yaitu pembangunan paling murah dan investasi paling sedikit (least cost generation and least invesment). 2. Prinsip Kerja Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa prinsip dasar pembangkitan tenaga listrik terdapat pada pengubahan energi mekanik ke dalam energi listrik. Gambar 2 berikut ini memperlihatan bagan sistem pembangkitan, yang terdiri dari berbagai jenis pembangkitan. Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kerja yang berbeda-beda, sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal yang sama dari beberapa jenis pembangkit tenaga listrik tersebut yaitu semuanya samasama berfungsi merubah energi mekanik menjadi energi listrik, dengan cara mengubah potensi energi mekanik dari air, uap, gas, panas bumi, nuklir, kombinasi gas dan uap, menggerakkan atau memutar turbin yang porosnya dikopel dengan generator selanjutnya dengan sistem pengaturannya generator tersebut akan menghasilkan daya listrik. Khusus untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), prinsip kerjanya berbeda dengan pembangkit listrik lainnya. Sebenarnya energi penggerak PLTD ini adalah bahan bakar minyak karena bahan bakar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin diesel tersebut, maka disebut juga pembangkit tenaga diesel. Diesel ini merupakan satu unit lengkap yang langsung menggerakkan generator dan menghasilkan energi lsitrik. 1. Jenis Pembangkit Tenaga Listrik Secara umum pembangkit tenaga listrik dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu : pembangkit listrik thermis dan pembangkit listrik non thermis. Pembangkit listrik thermis mengubah energi panas menjadi energi listrik, panas disini bisa dihasilkan oleh panas bumi, minyak, uap dan yang lainnya. Hal ini dikatakan bahwa pembangkit thermis yang dihasilkan dari panas bumi mempunyai penggerak mula panas bumi biasanya disebut pembangkit panas bumi. Sedangkan pembangkit non thermis penggerak mulanya bukan dari panas, seperti pada pembangkit thermis penggerak mula inilah yang menentukan nama/jenis pembangkit tenaga listrik tersebut misalnya apabila penggerak mulanya berupa air maka air inilah yang menentukan jenis pembangkit tenaga non thermis tersebut biasanya disederhanakan sebutannya menjadi pembangkit tenaga air (PLTA), dan lain sebagainya. Dari dua bagian besar ini dapat dikelompokkan menjdi beberapa jenis yaitu : A. Pembangkit Listrik Thermis : 1). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). 2). Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). 3). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 4). Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). 5). Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). 6). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). B. Pembangkit Listrik Non Thermis : 1). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). 2). Pembangkit Listrik Tenaga Angin.(PLTAngin) 3). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Selain beberapa jenis yang disebutkan di atas, masih terdapat jenis pembangkit tenaga listrik yang lain, misalnya pembangkit listrik yang digerakkan oleh tenaga surya, energi gelombang laut dan energi angin, saat ini masih dikembangkan secara terbatas di Indonesia. Sedangkan dari delapan jenis yang disebutkan di atas, tujuh jenis telah terpasang di Indonesia. Satu jenis pembangkit tenaga listrik, yaitu PLTN, sampai saat ini masih dalam tahap perencanaan pembangunan dan direncanakan akan dibangun di lereng Gunung Muria Jawa Tengah. Namun sampai saat ini banyak ditemui hambatan non teknis di lapangan, yaitu banyak dari masyarakat di sekitar lokasi tersebut menyatakan keberatan. Mereka mengkawatirkan timbulnya radiasi pada saat pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi, misalnya dengan timbulnya kebocoran pada instalasi nuklirnya seperti yang terjadi di Uni Soviet. 1. Proses Produksi Tenaga Listrik PLTG Pusat Listrik Tenaga Gas membutuhkan udara yang baik, bersih dan dalam jumlah yang tak terhingga. Proses pembangkitan listrik tenaga gas adalah sebagai berikut: Udara bertekanan 1 atmosfer pertama-tama disaring oleh saringan udara (air filter) kemudian melalui Inlet Compressor (1) udara hasil saringan masuk ke dalam Compressor (2) untuk dimampatkan. Udara hasil pemampatan akan bercampur dengan bahan bakar yang dipompa ke ruang bakar/combustion chamber (3). Proses ini disebut proses pengabutan karena membentuk kabut campuran udara dan bahan bakar yang digunakan dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar. Hasilnya adalah panas (energi panas) yang digunakan untuk memutar rotor/poros pada Turbin Gas (4). Sisa gas dari proses pembakaran dengan suhu 460 oC dibuang ke udara melalui exhaust (5), sementara itu rotor/poros pada turbin gas (4) melalui suatu sistem kopling akan memutar rotor/poros elektro-magnet pada generator (6) yang menyebabkan medan magnet berotasi di dalam kumparan kawat. Dan sesuai dengan prinsip pembangkitan tenaga listrik, pada kumparan kawat akan timbul energi listrik. Rotor/poros generator (6) akan berputar dengan kecepatan 3000 putaran/menit yang berarti perubahan tegangan akan menjadi 50 kali setiap detik, sehingga akan menghasilkan listrik dengan frekwensi 50 Hz. Untuk pendinginan ruang bakar (3) dan Turbin Gas (4), digunakan aliran udara dari Compressor. 2. Proses Produksi PLTA Beberapa kelebihan PLTA disbanding jenis pambangkit lainnya antara lain : a) Waktu pengoperasiannya dari start awal relative lebih cepat (10 menit) serta mampu block start. b) Sistem pengoperasiannya mudah mengikuti perubahan beban dan frekuensi pada system penyaluran dengan Seting Speed Drop Free Governor. c) Biaya operasi relative lebih murah karena menggunakan air d) Merupakan jenis pembangkit yang ramah lingkungan, tanpa melalui proses pembakaran sehingga tidak menghasilkan limbah bekas pembakaran. e) PLTA yang mengunakan waduk dapat difungsikan multi guna (misal sebagai tempat wisata , pengairan dan perikanan) 3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bila PLTG dapat beroperasi normal dengan memakai BBM, PLTU dapat beroperasi dengan memanfaatkan sisa gas panas dari PLTG yang disalurkan melalui Pipa/Saluran Gas Panas (5). Selanjutnya gas panas dibuang ke 21 cerobong/stack (13) guna pemanasan air/uap di HRSG/Boiler (6), sehingga uapnya dapat dipakai untuk memutar Turbin Uap (4a). Setelah Turbin Uap beroperasi, porosnya akan memutar Generator Turbin Uap (4b) untuk menghasilkan tenaga listrik. Sebelum dialirkan ke Trafo Utama Turbin Uap (15), tenaga listrik tersebut harus melalui PMT/Breaker Turbin Uap (14) dulu untuk sinkronisasi dengan tegangan yang ada di Transmisi/Switch Yard (16). 4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Karakteristik Arus Bolak Balik (AC) Bentuk gelombang Arus bolak-balik 1. Arus AC Melalui Kapasitansi (C) Kapasitor AC → Seakan2 C sedang dimuati Arus & tegangan berbeda fasa 900 → I mendahului E 2. Arus AC Melalui Resistor (R) Tegangan dan arus sefasa (tidak ada beda fasa I = V/R → R murni / ideal 3. Arus AC Melalui Induktansi (L) Tegangan dan arus berbeda fasa π/2 = 900 Arus tertinggal dari tegangan → 900 Beberapa Jenis - Jenis Kabel Kabel NYA Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar/kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif murah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang. Ø Kabel NYM Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam. Kabel NYAF Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi. kabel NYAF Kabel NYY Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus. Kabbel NYFGbY Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam ruangan di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan. Kabel ACSR Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari aluminium berinti kawat baja.Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kabel AAAC Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran logam, keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk memberi sifat yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201. AAAC mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga daya hantarnya lebih baik. Ø Kabel ACAR Kabel ACAR yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran, sehingga kabel ini lebih kuat daripada kabel ACSR. Ø Kabel BC Kabel ini dipilin/stranded, disatukan. Ukuran / tegangan mak = 6 – 500 mm2 / 500 V Pemakaian = saluran diatas tanah dan penghantar pentanahan PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN Tujuan pentanahan peralatan adalah usaha untuk mengamankan system apabila terjadi hubung singkat pada peralatan, selanjutnya arus hubung singkat tsb akan disalurkan ketanah dan tidak membahayakan bagi orang dan peralatan, terutama pada peralatan listrik yang rangka (bodi) terbuat dari logam harus ditanahkan. Pengukuran perlu dilakukan sebelum system dioperasikan pertama kali, waktu pemeliharaan atau setelah system ada gangguan. Sewaktu pelaksanaan pengukuran pentanahan, saluran (kawat) dari electrode ke rangka peralatan harus dilepas. Pengukuran dilakukan pada electrode dengan alat ukur EARTH TESTER. Dalam perencanaan pengetanahan hal yang harus diperhatikan adalah jenis tanah, berikut ini tabel nilai rata2 resistansi dari jenis tanah. untuk mendapatkan nilai resistansi R dari elektroda pengetanahan haruslah mempunyai parameter yang meliputi: 1. Resistivitas tanah 2. Resistivitas air tanah 3. Dimensi elektroda pengetanahan 4. Ukuran elektroda pengetanahan PUIL 2000-3.19.1.4 : Apabila hasil pengukurannya belum mencapai 5 Ω, Maka Ground rood ditambah, dengan jarak 2 x panjangnya. Hukum OHM (Goerge Simon Ohm-Ahli Fisika Jerman) Pada percobaan dalam bidang listrik dan menemukan dan menemukan hubungan antara tegangan dan arus yang dilewatkan pada suatu tahanan : Apabila dalam suatu rangkaian tertutup dihubungkan tegangan listrik sebesar 1 Volt, dan dipasan tahanan listrik 1 , maka akan mengalir arus listrik sebesar 1 Ampere yang dinyatakan dalam persamaan sbb: Pelaksanaan pengoperasian Earth Tester sbb: Prop (A) di hubungkan dengan electrode (di bak kontrol). Prop (B) dan (C) ditancapkan ketanah dengan jarak antara 5 sd. 10 m. Maka alat ukur akan menunjukan besar dari R-tanah lihat. Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan ±5 Ohm. apabila belum mencapai nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan dipasang diparalel. Pentanahan paling ideal apabila electrode bias mencapai sumber air atau R-tanah = 0. Contoh: Pemasangan electrode pertama (R1), setelah diukur = 12 Ω Selanjutnya di tanam lagi electrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 12 Ω, Maka besar tahanan RI diparoleh dengan R2 = 6 Ω, Karena belum mencapa i 5 Ω, maka ditanam lagi electrode ke 3 (R3). Maka perhitungan R ekivalennya sbb; Gambar metode perhitungan tahanan pentanahan Ada kendala ketika suatu saat kita membangun sistem Grounding, setelah diukur dengan Earth Tester Nilai yang muncul 100 ohm (maks), kalau acuannya PUIL munkin anda diWajibkan menurunkannya.. Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus mencari Nilai 2 tahanan yang di-paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai tahanan). Kalau 100/100=50 ohm (2 rod), 50/50=25 ohm (menjadi 4 rod), trus 25/25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), trus 12,5/12,5=6,25 ohm (menjadi 8 rod), trus karena nilainya dianggap bagus kalau nilai tahanannya >0 dan <5>6,25/6,25= 3,125 ohm.. maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk menurunkan dari 100 ohm ke 3,125 adalah 10 buah rods. Setelah Grounding Ring dipastikan terhubung sempurna, cek kembali dengan Earth Tester nilai tahanan harusnya sudah turun drastis. Elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang basah. Phasa sequence tester (drivel) : alat ukur untuk mencari urutan fasa (R, S dan T) pada suatu sumber listrik Pengertian Frekuensi dari sudut pandang Teknik a. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. b. Pengertian Frekuensi Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Rumus frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah detik waktu. Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz c. Pengertian / Arti Definisi Periode Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran. Rumus untuk mencari periode adalah angka 1 dibagi jumlah frekuensi dengan satuan detik / sekon. d. Pengertian / Arti Definisi Amplitudo Amplitudo adalah jarak terjauh simpangan dari titik keseimbangan. Sensor dan Tranduser Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain.Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas, listrik, dan kimia. Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar. Contohnya : thermistor. Untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga berubah 2. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energy dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri. Contohnya : Termokopel. Ketika menerima panas, termokopel langsung meng-hasilkan tegangan listrik tanpa membutuhkan energi dari luar. Pemilihan Transduser Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi terhadap beban lebih 2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang linier 3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan 4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar yang sama 5. Repeatability : yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama 6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan. Macam – macam sensor 1. Sensor Cahaya a) Fotovoltaic atau sel solar Adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik. Sel solar silikon yang modern pada dasarnya adalah sambungan PN dengan lapisan P yang transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan menyebabkan gerakan elektron antara bagian P dan N, jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel pada sinar matahari penuh. Sel fotovoltaic adalah jenis tranduser sinar/cahaya b) Fotokonduktif Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan menyebabkan perubahan tahanan sel. Apabila permukaan alat ini gelap maka tahanan alat menjadi tinggi. Ketika menyala dengan terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah. 2. Sensor Suhu Ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan : a) Thermocouple Thermocouple pada pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang berbeda disambung las dilebur bersama satu sisi membentuk “hot” atau sambungan pengukuran yang ada ujung-ujung bebasnya untuk hubungan dengan sambungan referensi. Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dengan sambungan referensi harus muncul untuk alat ini sehingga berfungsi sebagai thermocouple. b) Detektor Suhu Tahanan Konsep utama dari yang mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu tahanan (resistant temperature detector = RTD) adalah tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dan dapat diulang lagi sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten melalui pendeteksian tahanan. Bahan yang sering digunakan RTD adalah platina karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. c) Thermistor Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya. Thermistor sangat peka (perubahan tahanan sebesar 5 % per °C) oleh karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil di dalam suhu. d) Sensor Suhu Rangkaian Terpadu (IC) Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon untuk elemen yang merasakan (sensor). Memiliki konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam rentang suhu (dibawah 200 °C), tetapi menghasilkan output yang sangat linear di atas rentang kerja. 3. Sensor Tekanan Prinsip kerja dari sensor tekanan ini adalah mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Ukuran ketegangan didasarkan pada prinsip bahwa tahanan pengantar berubah dengan panjang dan luas penampang. Daya yang diberikan pada kawat menyebabkan kawat bengkok sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah dan mengubah tahanannya Istilah : 1. Transduser Suatu peranti yang dapat mengubah suatu energy keenergi yang lain. 2. Transduser pasif Tranduser yang dapat bekerja bila mendapat energy tambahan dari luar. 3. Transduser aktif Transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri. 4. Sensor Jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. 5. Thermocouple Piranti yang dipergunakan untuk mengukur suhu yang menggunakan dua plat yang terhubung. 6. RTD Resistant Temperature Detector Jenis2 Sensor bisa dilihat, Click Disini Contoh - contoh pengunaan sensor Rangkaian Sensor untuk aplikasi listrik REKAPITULASI DAYA LISTRIK Rumus daya 1. Satu Fasa → P = V . I . cos φ 2. Tiga Fasa → P = √3. V . I . cos φ Sebagai perhitungan / disain daya KK = 200 VA Ket : NYA 3x2,5 mm2 = Kabel yang digunakan adalah jenis NYA, dengan jumlah penghantar 3 buah , Penampang kabel 2,5 mm2 Maka : 1 TL 40W x 1 bh = 50 VA x 1 = 50 VA. (cos φ = 0.8) 2. TL 20W x 2 bh = 25 VA x 2 = 50 VA (cos φ = 0.8) 3. Lp 50W x 1 bh = 50 VA x 1 = 50 VA 4. Lp 25W x 2 bh = 25 VA x 2 = 50 VA 5. Kotak Kontak x 1 = 200VA x 1 = 200 VA Total = 400 VA Besar arus beban → I = 400/220 = 1.82 Amp Saklar Untuk Operasi Motor Listrik MENENTUKAN BESAR PENGAMAN ARUS DAN PENGHANTAR Contoh : 1. Suply daya PLN = 450 VA, Tegangan 220 Volt Beban : 1. Lampu TL 20 W = 2 buah , cos φ = 0.8, (25 VA) 2. Lampu pijar 40 w = 2 buah 3. Lampu Pijar 25 w = 2 buah 4. Radio / Tape = 40 w 5. Komputer = 100 w Penyelesaian 1. Satuan watt ( daya murni ) dijadikan VA (daya semu) Ingat : P = E.I cos φ = watt → Ps = E.I = Volt Ampere E.I = Watt/cos φ ( VA) Maka : 1. TL 20W x 2 bh = 25 VA x 2 = 50 VA 2. Lp 40W x 2 bh = 40 VA x 2 = 80 VA 3. Lp 25W x 2 bh = 25 VA x 2 = 50 VA 4. Radio / tape 40W = 125VA x 1 = 40 VA 5. Komputer 100 W = 125VA x 1 = 125VA Total = 345 VA 2. Besar Arus PLN → I = 450/220 = 2 Amp Besar arus beban → I = 345/220 = 1.6 Amp Jadi MCB yang dipasang = 2 Ampere Ket : NYA 3x2,5 mm2 = Kabel yang digunakan adalah jenis NYA, dengan jumlah penghantar 3 buah , Penampang kabel 2,5 mm2 . Panel Listrik – Panel adalah susunan beberapa bidang yang membentuk satu kesatuan bentuk dan fungsi. panel listrik atau nama kerennya Electrical switchboard merupakan tempat pengaturan pembagi dan pemutus aliran listrik. Panel listrik sendiri terdiri dari susunan beberapa komponen listrik dalam suatu papan control, sehingga saling berkaitan dan membentuk fungsi sesuai dengan kebutuhan sang penggunanya. demi mendapatkan instalasi listrik lengkap dengan panel listrik yang baik dibutuhkan perencanaan dan cara membuat panel listrik yang tepat adan akurat, baik itu mengenai kebutuhan daya listrik, jenis dan ukuan kabel, besarnya pengaman yang dibutuhkan, berapa besaran hubungan pendek yang munkin terjadi, penurunan tegangan dan lain sebagainya. Membuat Perencanaan instalasi listrik dan cara membuat panel listrik ini memakai program ecodial 3.3 untuk mangganti perencanaan instalasi listrik dan cara membuat panel listrik secara manual. Simulasi dan cara membuat panel listrik lengkap dengan ecodial 3.3 ialah memiliki daya beban 343,65 kVA lebih besar dari daya sumber 197 kVA. Kapasitas daya transformator menurut perhitungan ecodial 3.3 adalah 400 kVA. Nilai kapasitor sebesar 150 kVAr. Untuk pengaman pada transformator digunakan NS630N-45kA dan ukuran kabel fasa 2 x 120 mm 2 , netral 1 x 120 mm 2 dan PE (penghantar proteksi) 1 x 70 mm 2 Pengertian Ats Amf ATS adalah singkatan dari AutomaticTransfer Switch, yaitu proses pemindahan penyulang dari penyulang/sumber listrik yang satu ke sumber listrik yang lain secara bergantian sesuai perintah pemrograman, ATS adalah pengembangan dari COS atau yang biasa disebut secara jelas sebagai Change Over Switch, beda keduanya adalah terletak pada sistim kerjanya, untuk ATS kendali kerja dilakukan secara otomatis, sedangkan COS dikendalikan atau dioperasikan secara manual. AMF adalah singkatan dalam istilah kelistrikan dari Automatic Main Failure yang maksudnya menjelaskan cara kerja otomatisasi terhadap sistem terhadap sistem kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber/penyulang listrik utama (Main), istilah ini secara umum sering dijabarkan sebagai sistim kendali start dan stop genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin. Sistim kerja panel ATS dan AMF yang sering kita temukan adalah kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke pln maupun sebaliknya, bilamana suatu saat sumber listrik dari PLN tiba-tiba padam, maka AMF bertugas untuk menjalankan diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistim genset, baik proteksi terhadap unit mesin/engine yang berupa pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak pelumas (Low Oil Pressure) maupun kondisi temperatur mesin serta media pendinginannya, dan juga memberikan perlindungan terhadap unit Generatornya. baik berupa pengamanan terhadap beban pemakaian yang berlebih maupun perlindungan terhadap karakterlistrik lain seperti tegangan maupun frequensi genset, apabila parameter yang diamankan melebihi batasannormal/setting maka tugas ATS adalah melepas hubungan arus listrik ke beban sedangkan AMF bertugas untuk memberhentikan kerja mesin. Apabila generator yang dijalankan beroperasi dengan baik, berikutnya ATS bertugas memindahkan sambungan dari sebelumnya yang tersambung dengan pln dipindahkan secara otomatis ke sisi generator sehingga aliran listrik bisa tersambung ke sisi pengguna. Apabila kemudian pln kembali normal, selanjutnya ATS bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan switch kembali ke sisi utama dan untuk kemudian disusul dengan tugas AMF untuk memberhentikan kerja mesin diesel tersebut, demikian seterusnya semua sistim kontrol dikendalikan secara otomatis berjalan dengan sendirinya. Pemakaian sistim otomatisasi ini memiliki beberapa keuntungan antara lain : Sistim perpindahan dari pln ke genset dan sebaliknya hanya perlu waktu yang sangat singkat, hanya dengan hitungan detik saja setelah pln padam, genset langsung start dan listrik segera dapat di 'nikmati' kembali oleh pengguna. Meringankan tugas tehnisi listrik yang bisa sangat banyak sekali, bahkan gedung perkantoran sering tidak memiliki tehnisi listrik, dengan panel ATS-AMF ini semuanya menjadi mudah, listrik padam okey, genset langsung start sendiri, pln nyala kembali...okey...genset stop sendiri, tehnisi tak perlu berlari-lari karena panik hanya untuk cepat-cepat menstart genset dan mengoper switch supaya roda aktifitas tak terganggu, yang paling penting genset tetap harus dipelihara agar sistim bisa bekerja secara maksimal, merawat genset sama mudahnya dengan merawat mobil, asal air accu berada di levelnya,bahan bakar tersedia cukup, air radiator normal, oli normal..., sudah.., hanya begitu saja, untuk pemanasan genset sebaiknya cari saja panel ats amf yang sudah dilengkapi dengan fasilitas pemanasan secara otomatis, genset akan melakukan pemanasan sendiri secara terjadwal tanpa harus mematikan listrik pln, tanpa mengganggu sistim dan roda aktifitas kantor, tanpa perlu operator 'dadakan' yang takut dengan suara genset untuk memanaskan genset, semuanya menjadi mudah. Memberi perlindungan terhadap alat kantor seperti komputer, AC , peralatan pabrik maupun laboratorium, seringkali terjadi tegangan listrik pln maupun genset tiba-tiba anjlok atau bahkan tiba-tiba naik sampai jauh diluar batas toleransi normal untuk keamanan alat-alat elektronik, bahkan sering pula ada salah satu fasa listrik yang hilang (untuk sistim 3 fasa), turun dan naiknya tegangan, maupun hilangnya tegangan ini kadang tak terdeteksi dengan kasat mata, tiba-tiba saja muncul aroma hangus ada peralatan yang terbakar, nah... tambah lagi permasalahan baru, tanpa AC bisa saja pakai kertas untuk kipas-kipas, tetapi apa yang harus dihadapi bila yang rusak adalah komputer atau media program lainnya, bisa-bisa data ikutan hilang, masalah lagi...., apalagi bila yang mengalami kerusakan adalah peralatan laboratorium atau peralatan yang menggunakan sistim pemrograman plc, tegangan over voltage bisa merusak alat, perlu waktu yang lama untuk memperbaikinya, bahkan kadang terpaksa harus inden 3-4 bulan hanya untuk menunggu kedatangan spare part atau tehnisi 'impor'. Dengan panel ats amf ini maka semuanya bisa menjadi mudah lagi, over voltage? under voltage? over frequency? under frequency? fasa hilang? bukan masalah, sistim ats dan amf yang akan melakukan tugas yang harus diembannya. Ats-Amf panel tersusun atas beberapa bagian utama antara lain : ChangeOver system yang berfungsi sebagai media tukar sumber, jenis dari media changeover ini bisa MCCB yang dilengkapi dengan motorized, bisa menggunakan Magnetic Contactor, bisa juga menggunakan ChangeOver Switch yang dilengkapi dengan sistim motorized atau solenoid. Metering yang berfungsi sebagai media indikator kondisi kelistrikan.Battery Charger yang berfungsi sebagai charging battery genset. Modul Controller yang berfungsi sebagai media start-stop genset dan changeover, beberapa macam modul atsamf bisa dilihat di link berikut ini : Macam-macam modul ats-amf..!! Silahkan pilih merk modul ats amf untuk unit panel anda, bilamana anda masih awam mengenai kelebihan fitur modul untuk tiap-tiap produk, silahkan mengikuti diskripsi di halaman berikutnya, atau bisa menghubungi kami. Bagaimana cara menginstal panel COS (Change Over Switch) atau panel ATS dalam instalasi yang sudah ada? Panel COS/ATS untuk instalasi listrik rumah/kantor dapat di instal seperti gambar (Klik mouse kanan, klik view larger image untuk melihat tampilan gambar yang lebih besar) Material yang dibutuhkan untuk modifikasi instalasi listrik dengan tambahan COS/ATS ini antara lain : Kabel Power dari Meter PLN ke Panel COS/ATS Kabel Power dari Genset ke Panel COS/ATS Kabel Power dari Panel COS/ATS ke Panel Pembagi/MCB/MCCB Sepatu kabe/Schoen/Lug. Accessories lain-lain. Dimensi dan panjang kabel tergantung dari kapasitas terpasang dan jalur letak kabel. Comap IL-NT AMF 25 Feature ComAp Feature Dilengkapi dengan fasilitas yang dapat dihubungkan dengan berbagai macam Engine Control Modul Dapat operasikan untuk sistim start dan stop Genset baik secara manual dan automatic Dapat diprogram langsung dari keypad modul atau personal komputer melalui fasilitas RS 232 Dapat dihubungkan dengan modem komunikasi untuk kontrol jarak jauh. Gratis Software program supervisi dan remote controller via PC Graphic backlite LCD Display 128x64 pixel Metering parameter display : Ampere, Volt, Hz, KVAR, KWH dan KW, Battery Voltage, Pressure, Temperature, Fuel Level dan RPM Sistim proteksi/pengaman yang dapat dipilih baik berupa alarm atau shutdown generator 3 phase Generator dan Mains proteksi : Under-Over Current/Overload & Current Unbalance Under-Over Voltage & Voltage Unbalance Under-Over Frequency Analog Input dapat dipilih dan di set berdasarkan pilihan merk atau dikonfigurasi berdasarkan karakter sensornya Dilengkapi dengan program setting auto warming up/pemanasan genset otomatis. Parameter input dan output dapat dikonfigurasi sehingga posisi I/O lebih flexible disesuaikan dengan kebutuhan History Record dan Parameter Setting dapat di download dalam bentuk file Excel untuk keperluan dokumentasi. Standard Seal IP65 Penentuan Kapasitas Circuit Breaker pada Panel ATS Sistim Interlock pada Panel ATS Global Power Engineering - Amf Ats System Sistim interlock pada sistim panel ats atau panel ats amf umumnya hanya mempergunakan sistim Electrical Interlocking, dimana apabila salah satu sumber sedang menyuplai beban maka sumber lain tidak akan dapat bekerja bersama-sama menyuplai beban (dikunci dengan electrical wiring system) untuk menghindari terjadinya 'tabrakan' antara power genset dengan power utama/PLN, sistim interlock seperti ini nampaknya cukup aman tetapi sebenarnya belumlah cukup memberikan ketenangan yang cukup layak bagi penggunanya, hal ini disebabkan masih adanya celah yang cukup untuk membuat terjadinya hubung singkat/ tumbukan antara genset dengan PLN, terutama yang disebabkan oleh Human Error yang bisa terjadi apabila tehnisi melakukan kesalahan pengoperasian apabila panel dijalankan secara manual. Untuk itu sebenarnya sistem yang ada bisa dioptimalkan tingkat keamanannya (safety factor) dengan menambahkan sistim Mechanical Interlocking, dengan tambahan sistim mechanical interlocking ini praktis faktor keamanan dari panel ats-amf bisa dikatakan bisa mencapai prosentase 99,9% aman, hal ini disebabkan karena kuncian sistem menjadi berlapis, selain mempergunakan sistim pengamanan dengan Electrical Interlock juga disertai dengan sistim Mechanical Interlock dimana dengan penambahan Mechanical interlock ini Toggle di Interlock dengan mempergunakan sistim Mekanik, yang satu masuk maka yang lain akan tetap terkunci/terhalang sehingga apapun kesalahan yang bisa terjadi sangat kecil sekali terjadi resiko tumbukan antara genset dengan pln. Ada beberapa macam bentuk dari alat semacam ini yang tersedia di pasaran seperti MCCB Motorized yang dilengkapi dengan modul Base Plate Mechanical Interlocking, ada juga yang berupa ATS Double Power yaitu berupadua buah MCCB yang sudah dilengkapi dengan penggerak motor eksternal plus sitim mekanikal dan electrikal interlock, ada juga yang berupa Change Over Switch (COS) motorized, dua buah Contactor plus mechanical interlocking serta sistim Change Over dengan mempergunakan tenaga penggerak Solenoid termasuk didalamnya dengan instalasi mekanikal interlocknya. Memang dengan memberikan tambahan proteksi ganda berupa sistim mechanical interlock ini tentu saja akan mempengaruhi besarnya tambahan beaya yang harus dibayarkan, tetapi tentu saja pengguna akan mendapatkan keuntungan berupa ketenangan dan kenyamanan tanpa harus selalu merasa was-was terhadap faktor keamanan panel yang dimilikinya. Zelio Smart ATS-AMF Module Global Power Engineering - Amf Ats System ATS-AMF Module Zelio Smart Relay Telemecanique adalah sistim panel ats amf yang selangkah lebih maju dan lebih praktis serta ekonomis daripada jenis panel ats/amf standar relay. Dengan model dan ukuran yang kompak, didalamnya selain terdiri dari banyak relay dan timer juga terdapat fitur-fitur clock dan counter, dengan desain kualitas yang cukup handal, membuat Smart Relay ini mampu menggantikan fungsi-fungsi dari relay dan timer sehingga tidak memakan tempat yang banyak didalam suatu panel. Smart Relay ringkas, ekonomis dengan kualitas yang prima, terprogram dengan dilengkapi dengan fasilitas programmable automatic warming up, genset anda akan melakukan pemanasan secara automatic sesuai dengan yang anda kehendaki tanpa mengganggu jalannya sistem yang sedang bekerja, praktis tanpa operator dan perawatan yang cukup mudah dan murah, sangat cocok untuk aplikasi gedung dan industri yang menginginkan kepraktisan. Tersedia dalam dua varian tegangan operasi 12VDC maupun 24 VDC dengan 12 I/O maupun 20 I/O. dengan aplikasi sistim proteksi genset yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Ats-Amf Standard Relay Global Power Engineering - Amf Ats System Panel ATS/AMF bisa beragam model, ukuran, kualitas dan jenis material yang terpasang didalamnya, dari berbagai macam panel ats amf fungsi utamanya tetaplah sama yaitu melakukan perintah start-stop generator set/genset serta melakukan pemindahan sumber tenaga listrik dari sumber tenaga utama yang sedang bermasalah ke sumber tenaga listrik cadangan yaitu genset. Letak perbedaannya adalah dari segi kualitas material terpasang serta tingkat keamanan (safety), lifetime, serta sistim perawatannya. Panel ATS AMF Standard Relay adalah panel ats dan amf yang mempergunakan relay dan timer untuk sistim operasinya, Untuk Transfer Power bisa mempergunakan Kontaktor (Main Contactor) maupun Circuit Breaker (MCCB) yang dilengkapi dengan motor penggerak, panel jenis ini adalah peletak dasar dari perkembangan sistim amf yang beredar sekarang ini. Kelebihan dari panel ats standard relay ini adalah beaya perawatan yang cukup murah, apabila terjadi kerusakan salah satu komponennya cukup dilakukan penggantian pada unit yang bermasalah tersebut, bisa relay atau timernya, akan tetapi rendahnya beaya perawatan ini belum tentu seiring dengan mudahnya melakukan diagnosa kerusakan material apabila sistim otomatis mengalami kegagalan fungsi. Wiring diagram panel seharusnya disertakan dengan jelas untuk mempermudah melakukan analisa letak masalah, makin kompleks sistim proteksi makin banyak pula jumlah relayrelay dan timer, akan sangat bermanfaat sekali apabila wiring cable control panel yang terinstal dilengkapi dengan sistim penomoran (addressing) yang jelas sehingga cukup membantu menyelesaikan masalah, pertimbangan murahnya harga panel dan beaya penggantian material (replacement) bisa-bisa berakibat sebaliknya apabila pembeli/pengguna hanya menerima instalasi panel jadi tanpa dilengkapi dengan wiring diagram panel, instalasi control komunikasi dengan genset maupun metode perawatan dan buku manual petunjuk penggunaannya. dan timer yang terpasang, hal ini bisa membuat pengguna maupun tehnisi listrik selain produsen/perakit panel mengalami kesulitan untuk memahami fungsi dari masing-masing Circuit Breaker pada Panel ATS Global Power Engineering - Amf Ats System Panel ats-amf seringkali mempergunakan MCCB/ACB yang dilengkapi dengan Motorized sebagai operator sistim automatic close/open breaker, keuntungan dari penggunaan MCCB ini adalah : 1. Unit MCCB/ACB antara Genset dan Unit MCCB/ACB PLN terpisah/berdiri sendiri sehingga apabila terjadi kerusakan pada salah satu sistim saja maka cukup dilakukan penggantian sistim yang bermasalah. 2. Unit MCCB/ACB dan Motorized terpisah, sehingga apabila terjadi kegagalan/kerusakan pada salah satu unit maka penggantian ataupun perbaikan cukup dilakukan pada unit yang bermasalah saja. 3. Unit MCCB/ACB umumnya sudah dilengkapi dengan fasilitas proteksi seperti OverCurrent dan Short Circuit, sehingga fungsinya selain sebagai alat tukar sumber juga sekaligus sebagai protektor terhadap terjadinya kegagalan pada sistim beban. 4. Sistim interlock dapat dirangkai secara mekanik (mechanism interlock) ataupun elektrik (electrical interlock) Tentu saja dengan fasilitas yang cukup komplit berbanding lurus dengan harga. Harga MCCB/ACB yang dilengkapi dengan motorized, under voltage release (MN/UVT) ataupun closing release ini relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan COS Motorized ataupun Magnetic Contactor. MCCB yang tersedia lengkap dengan sistim motorized ini yang mudah ditemukan di pasaran adalah merk Merlin Gerin, ABB dan Chint, untuk merk lain seperti LG, GE, Mitsubhisi, Fuji, Terasaki, Moeller dll ketersediaannya harus inden terlebih dahulu. Untuk ACB dengan rating kapasitas besar, umumnya beberapa merk produk masih bisa didapatkan dengan mudah. Accessories pada Circuit Breaker MN/UVR/UVT = UNDER VOLTAGE RELEASE Sistim Operasi : Bila UVT diisi tegangan maka coil akan bekerja menarik togle mekaniknya, sehingga ACB/MCCB bisa bekerja secara Normal Close (ON)/Open (OFF) tanpa ada hambatan. Bila tegangan dilepas maka togle mekanik akan kembali normal melepas togle dan menekan/mengunci sistim mekanik pada ACB sehingga ACB akan Trip (Bila posisi sebelumnya ON) atau akan mengunci sistim mekanik ACB/MCCB sehingga tidak bisa dioperasikan ON/OFF baik secara Auto maupun Manual bila UVT terpasang. XF = CLOSING RELEASE Sistim Operasi : Bila diisi tegangan maka coil akan bekerja menekan/mendorong togle mekanik ACB sehingga ACB akan Close/ON (pemasangan pararel dengan tombol mekanik ON), Setelah ACB/MCCB ON/Close maka Closing Release coil harus dilepas tegangannya agar togle kembali diposisi semula dan tidak mengunci sistim OFF/Open, ini biasa di lakukan dengan cara menginterlock salah satu cable control yang menuju ke coil melalui Auxiliary Contact yang tersedia (NC) sehingga sewaktu ACB sudah Close/ON, sistim ke Coil terputus dan XF tidak bekerja lagi. MX = SHUNT TRIP Sistim Operasi : Sistim kerja persis sama dengan XF, biasanya barangnya juga sama/satu macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada FUNGSI dan LETAK pemasangannya. Fungsi MX adalah untuk membuka ACB/Open, pada saat diisi tegangan, coil akan mendorong togle mekanik yang menekan sistim mekanik OFF pada ACB sehingga ACB/MCCB akan OFF/Open. Pemasangan biasanya pararel dengan tombol mekanik OFF pada ACB. Karena sistim kerja hanya sesaat maka wiring cable harus dilewatkan dulu melalui Auxiliary Contact NO (terbuka/open contact pada saat CB Off/Open. Dan harus Contact pada saat ACB pada posisi ON/Close. OF/SD = AUXILIARY CONTACT Sistim Operasi : Hanya berupa Switch ON/OFF NO (Normally Open/kondisi normal terbuka/lepas), NC (Normally Close/kondisi normal berhubungan/sambung) dan C (Common/basis yang bisa dihubungkan dengan NO/NC) SDE = AUXILIARY TRIP Sistim Operasi : Pada prinsipnya sama dengan OF/SD, hanya saja Auxiliary jenis ini hanya akan bekerja/ posisi switch berubah akibat terjadinya Trip Overload/OverCurrent/Fault lainnya. Fungsi Auxiliary ini adalah untuk memberikan proteksi tambahan agar bila terjadi Fault/ semacamnya maka motor ACB/MCCB, MN,MX,XF akan secara automatis tidak dapat difungsikan kecuali di reset secara manual atau melalui Remote Reset. MCH = GEAR MOTOR/MOTOR MECHANISM Sistim Operasi : Berupa Sistim mekanik dan Motor yang berfungsi untuk menyiapkan spring mekanik dalam keadaan siap untuk dioperasikan ON (Close) atau OFF (Open). Biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas pemutus tegangan bila kondisi motor sudah selesai tugasnya, maka motor tidak akan bekerja lagi. Fasilitas lain yang tersedia adalah biasanya Motor MCCB/ACB setelah melakukan reset/ Energize, maka motor akan berhenti sendiri, tetapi kadang-kadang dilengkapi dengan fasilitas tambahan NO, sehingga apabila Motor selesai Energize maka akan keluar tegangan pula (Aux NO) yang bisa dimanfaatkan lagi untuk Closing/Open ACB/MCCB melalui XF/MX. Gambaran Perencanaan Panel Listrik Membuat dan merakit panel-panel listrik seperti : *Star Delta Motor Starter, Direct On Line Motor Starter, Autotransformer, Inverter, Soft Starter * Motor Control Center (MCC) * Automatic Mains Failure (AMF) * Automatic Transfer Switch (ATS) * Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) * Sub Distribution Panel (SDP) * Distribution Panel (DP) * Synchronizing Panel * Capacitor Bank * Pump Control Panel * HVAC Control Panel Low Voltage: 1.Magnetic Contactor 2.Thermal Overload Relay 3.Magnetic Motor Starter 4.Auxiliary Relay 5.Miniature Circuit Breaker (MCB) 6.Residual Current Circuit Breaker (RCCB) 7.Molded Case Circuit Breaker (MCCB) 8.Air Circuit Breaker (ACB) 9.Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) 10.Manual Motor Starter Medium Voltage: 1.Vacuum Circuit Breaker (VCB) 2.Vacuum Interrupter 3.Pole Mounted SF6 LBS 4.Vacuum Magnetic Contactor (VMC) 5.Power Fuse Tabel Pengaman Arus THYRISTOR KELUARGA THYRISTOR Istilah Thyristor berasal dari tabung Thyratron-Transistor, dimana dengan perkembangan teknologi semikonduktor, maka tabung-tabung elektron yang bentuknya relatip besar dapat digantikan oleh tabungtabung transistor yang berukuran jauh lebih kecil tanpa mengurangi kemampuan operasionalnya. Yang termasuk dalam keluarga thyristor adalan Silicon Controlled Rectifier, Diac, Triac yang semuanya didasari dari Dioda Lapis Empat (Four Layers Diode). Bahan dasar thyristor ini adalah dari silicon dengan pertimbangan jauh lebih tahan panas dibandingkan dengan bahan germanium. Thyristor ini banyak digunakan sebagai alat pengendali tegangan atau daya yang tinggi dengan kemampuan yang tinggi. SILICON CONTROLLED RECTIFIER ( SCR ) Silicon Controlled Rectifier disingkat SCR dirancang untuk mengendalikan daya ac hingga 10 MW dengan rating arus sebesar 2000 amper pada tegangan 1800 volt dan frekuensi kerjanya dapat mencapai 50 kHz. Tahanan konduk dinamis suatu SCR sekitar 0,01 sampai 0,1 ohm sedangkan tahanan reversenya sekitar 100.000 ohm atau lebih besar lagi. Konstruksi dasar dan simbolnya SCR mempunyai tiga buah elektroda, yaitu Anoda, Kathoda dan Gate dimana anoda berpolaritas positip dan kathoda berpolaritas negatip sebagai layaknya sebuah dioda penyearah (rectifier). Kaki Gate juga berpolaritas positip. Gambar dibawah ini memperlihatkan pengembangan konstruksi dan diekuivalenkan dengan rangkaian kaskade transistor. 1. Penyulutan SCR SCR dapat dihidupkan dengan arus penyulut singkat melalui terminal Gate, dimana arus gate ini akan mengalir melalui junction antara gate dan kathoda dan keluar dari kathodanya. Arus gate ini harus positip besarnya sekitar 0,1 sampai 35 mA sedangkan tegangan antara gate dan kathodanya biasanya 0,7 volt. Jika arus anoka ke kathoda turun dibawah nilai minimum (Holding Current = IHO), maka SCR akan segera mati (Off). Untuk SCR yang berkemampuan daya sedang, besar IHO sekitar 10 mA. Tegangan maksimum arah maju (UBRF) akan terjadi jika gate dalam keadaan terbuka atau IGO = 0. Jika arus gate diperbesar dari IGO, misal IG1, maka tegangan majunya akan lebih rendah lagi. Gambar dibawah ini memperlihatkan salah satu cara penyulutan SCR dengan sumber searah (dc), dimana SCR akan bekerja dengan indikasi menyalanya lampu dengan syarat saklar PB1 dan PB2 di ON kan terlebih dahulu. Triggering untuk penyulutan SCR dengan sumber dc ini tidak perlu dilakukan secara terus menerus, jika saklar PB1 dibuka, maka lampu akan tetap menyala atau dengan perkataan lain SCR tetap bekerja. Dibawah ini Memperlihatkan cara penyulutan SCR dengan sumber bolak-balik (ac). Dengan mengatur nilai R2 (potensiometer), maka kita seolah mengatur sudut penyalaan (firing delay) SCR. Untuk penyulutan SCR dengan sumber arus bolak-balik, harus dilakukan secara terus menerus, jadi saklar S jika dilepas, maka SCR akan kembali tidak bekerja. Gambar dibawah ini memperlihatkan bentuk tegangan dan pada terminal SCR dan beban. Pengendalian sumber daya dengan SCR terbatas hanya dari 00 sampai 900. 2. Pengujian SCR Kondisi SCR dapat diuji dengan menggunakan sebuah ohmmeter seperti layaknya dioda, namun dikarenakan konstruksinya pengujian SCR ini harus dibantu dengan penyulutan kaki gate dengan pulsa positip. Jadi dengan menghubung singkat kaki anoda dengan gate, kemudian diberikan sumber positip dari meter secara bersama dan katoda diberi sumber negatipnya, maka akan tampak gerakan jarum ohmmeter yang menuju nilai rendah penunjukkan ohm dan kondisi ini menyatakan SCR masih layak digunakan. Sedangkan jika penunjukkan jarum menunjuk pada nilai resistansi yang tinggi, maka dikatakan kondisi SCR menyumbat atau rusak. DIAC Istilah diac diambil dari Dioda AC yang merupakan salah satu dari keluarga thyristor dan termasuk dalam jenis Bidirectional Thyristor. Diac mempunyai dua buah elektroda atau terminal dan dapat menghantar dari kedua arah oleh karenanya diac dianggap sebagai homo atau non-polar. Diac tersusun dari empat lapis semikonduktor seperti dioda lapis empat. Gambar ini memperlihatkan ekuivalen dan simbol diac. 1. Prinsip kerja Diac Diac mempunyai impedansi yang tinggi dalam dua arah,guna mencapai titik konduknya diperlukan tegangan antara 28 sampai 36 volt. Kita perhatikan gambar a diatas, jika tegangan diberikan pada diac menyamai atau melebihi tegangan konduknya, maka salah satu saklar akan menutup, demikian sebaliknya untuk kondisi yang sama salah satu saklarnya juga akan menutup. 2. Identifikasi Diac Karena homopolar, maka untuk menentukan kaki diac adalah sama saja baik yang kiri maupun yang kanan. Bentuk fisiknya menyerupai dioda rectifier dengan ciri-ciri seperti yang digambarkan ini. Sistem pengkodeannya tergantung dari pabrik pembuatnya, sebagai contoh Motorola mengeluarkan tipe 1N5758 sampai 1N5761 sedangka PhilipsAustralia mengeluarkan tipe BR100. 3.Penggunaan Diac dalam rangkaian Piranti Diac banyak digunakan sebagai pemicu rangkaian pengendali daya, misalnya pemicu TRIAC. Gambar dibawah ini memperlihatkan salah satu contoh rangkaian yang melibatkan Diac. TRIAC Triac dipersiapkan untuk mengendalikan daya bolak-balik secara penuh dari 0o hingga 180o. Triac mempunyai tiga elektroda mirip dengan SCR, namun Triac dapat menghantarkan arus dalam dua arah. Simbol dan konstruksi Triac diperlihatkan seperti pada gambar dibawah ini. 1. Penyulutan Triac Gambar berikut memperlihatkan metoda penyulutan Triac secara sederhana, dimana pada rangkaian tersebut kapasitor C akan mengisi muatannya lewat R1 dan R2 setiap setengah perioda. Selama setengah perioda positip, MT2 akan akan lebih positip dari MT1, sehingga pelat atas kapasitor akan bermuatan positip. Jika tegangan pada kapasitor muncul hingga mencapai harga yang mencukupi untuk pemenuhan arus gate, maka Triac akan ON. Kecepatan pengisian kapasitor diatur oleh potensiometer R2, dimana jika hambatannya besar, maka pengisiannya akan lambat sehingga terjadi penundaan penyalaan. Jika nilai R2 kecil, maka pengisian kapasitor akan lebih cepat dan arus yang mengalir ke beban akan tinggi. Metoda lain adalah dengan melibatkan piranti Diac seperti terlihat pada gambar dibawah ini. dimana sering terdapat Triac yang dikemas bersama Diac dalam satu chip dan dikenal dengan nama Quadrac. Diposkan oleh MUSTAFA di 22:49 1 komentar TRANSISTOR TRANSISTOR BIPOLAR Transistor adalah piranti elektronik yang menggantikan fungsi tabung elektron-trioda, dimana transistor ini mempunyai tiga elektroda , yaitu Emitter, Collector dan Base. Fungsi utama atau tujuan utama pembuatan transistor adalah sebagai penguat (amplifier), namun dikarenakan sifatnya, transistor ini dapat digunakan dalam keperluan lain misalnya sebagai suatu saklar elektronis. Susunan fisik transistor adalah merupakan gandengan dari bahan semikonduktor tipe P dan N seperti digambarkan dibawah ini. Sedangkan gambar rangkaian penggantinya sama dengan dua buah dioda yang dipasang saling bertolak seperti terlihat dibawah ini. Berikut memperlihatkan beberapa bangun fisik dan konstruksi transistor bipolar, dikatakan bipolar karena terdapat dua pembawa muatan , yaitu elektron bebas dan hole. Sedangkan jenisnya ada dua macam, yaitu jenis PNP dan NPN yang simbolnya diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Bangun fisik dan konstruksi transistor bipolar Simbol transistor Kedua jenis PNP dan NPN tidak ada bedanya, kecuali hanya pada cara pemberian biasnya saja. Bentuk fisik transistor ini bermacam-macam kemasan, namun pada dasarnya karena transistor ini tidak tahan terhadap temperatur, maka tabungnya biasanya terbuat dari bahan logam sebagai peredam panas bahkan sering dibantu dengan pelindung (peredam) panas (heat-sink). 1. PENENTUAN ELEKTRODA TRANSISTOR Spesifikasi transistor yang lengkap dapat anda peroleh dari buku petunjuk transistor, dimana dalam buku tersebut akan anda peroleh karakteristik fisik dan listrik suatu jenis transistor bahkan dilengkapi dengan transistor ekuivalennya. Berikut ini adalah gambaran spesifikasi transistor yang banyak digunakan khususnya dalam penentuan elektroda dari transistor tersebut. 2. PENGKODEAN TRANSISTOR Hampir sama dengan pengkodean pada dioda, maka huruf pertama menyatakan bahan dasar transistor tersebut, A = Germaniun dan B = Silikon, sedangkan huruf kedua menyatakan penerapannya. Berikut ini C D huruf-huruf = = = = kedua transistor transistor F L adalah dimaksud frekuensi daya untuk transistor transistor yang frekuensi frekuensi daya frekuensi Contoh penerapan kode ini diantaranya adalah BF 121, AD 101, BC 108 dan ASY 12. : rendah rendah tinggi tinggi 3. PENGUJIAN TRANSISTOR Dengan menganggap transistor adalah gabungan dua buah dioda, maka anda dapat menguji kemungkinan kerusakan suatu transistor dengan menggunakan ohmmeter dari suatu multitester. Kemungkinan terjadinya kerusakan transistor ada tiga penyebab yaitu : a. Salah pemasangan pada rangkaian b. Penangan yang tidak tepat saat pemasangan c. Pengujian yang tidak professional Sedangkan kemungkinan kerusakan transistor juga ada tiga jenis, yaitu : a. Pemutusan b. Hubung singkat c. Kebocoran Pada pengujian transistor kita tidak hanya menguji antara kedua dioda tersebut, tapi kita juga harus melakukan pengujian pada elektroda kolektor dan emiternya. 4. NILAI BATAS SUATU TRANSISTOR Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahan semikonduktor akan berubah sifat jika menerima panas yang berlebihan. Suhu maksimal sutu transistor Germanium adalah sekitar 75o C sedangkan jenis Silikon sekitar 150o C. Daya yang disalurkan pada sebuah transistor harus sedemikian rupa sehingga suhu maksimalnya tidak dilampaui dan untuk itu diperlukan bantuan pendingin baik dengan Heat Sink atau dengan kipas kecil (Fan). Pada saat penyolderan kaki-kaki transistor, harus dipertimbangkan juga temperatur solder dan selain itu biasanya digunakan alat pembantu dengan jepitan (tang) guna pengalihan penyaluran panas. Peralihan panas transistor ke pendingin yang baik adalah dengan bantuan Pasta Silikon yang disapukan antara transistor dengan badan pendinginnya. Selain itu biasanya pendingin tersebut diberi cat warna hitam guna memudahkan penyaluran panas. 5. PENGGUNAAN TRANSISTOR Dengan menganggap transistor adalah gabungan dua buah dioda, maka anda dapat menguji kemungkinan kerusakan suatu transistor dengan menggunakan ohmmeter dari suatu multitester. Kemungkinan terjadinya kerusakan a. b. c. Sedangkan transistor ada Salah Penangan penyebab pemasangan yang Pengujian kemungkinan tiga tidak pada tepat yang kerusakan transistor a. b. yaitu rangkaian saat pemasangan tidak juga ada : professional tiga jenis, yaitu : Pemutusan Hubung c. singkat Kebocoran Pada pengujian transistor kita tidak hanya menguji antara kedua dioda tersebut, tapi kita juga harus melakukan pengujian pada elektroda kolektor dan emiternya. 6. NILAI BATAS SUATU TRANSISTOR Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahan semikonduktor akan berubah sifat jika menerima panas yang berlebihan. Suhu maksimal sutu transistor Germanium adalah sekitar 75o C sedangkan jenis Silikon sekitar 150o C. Daya yang disalurkan pada sebuah transistor harus sedemikian rupa sehingga suhu maksimalnya tidak dilampaui dan untuk itu diperlukan bantuan pendingin baik dengan Heat Sink atau dengan kipas kecil (Fan). Pada saat penyolderan kaki-kaki transistor, harus dipertimbangkan juga temperatur solder dan selain itu biasanya digunakan alat pembantu dengan jepitan (tang) guna pengalihan penyaluran panas. Peralihan panas transistor ke pendingin yang baik adalah dengan bantuan Pasta Silikon yang disapukan antara transistor dengan badan pendinginnya. Selain itu biasanya pendingin tersebut diberi cat warna hitam guna memudahkan penyaluran panas. 7. PENGGUNAAN TRANSISTOR Sebagaimana tujuan dari pembuatan transistor, maka transistor awalnya dibuat untuk menguatkan (amplifier) signal-signal, daya, arus, tegangan dan sebagainya. Namun dikarenakan karakteristik listriknya, penggunaan transistor jauh lebih luas dimana transistor ini banyak digunakan juga sebagai saklar elektronik dan juga penstabil tegangan. Transistor sebagai saklar Dengan memanfaatkan sifat hantar transistor yang tergantung dari tegangan antara elektroda basis dan emitter (Ube), maka kita dapat menggunakan transistor ini sebagai sebuah saklar elektronik, dimana saklar elektronik ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan saklar mekanik, seperti : a. Fisik b. Tidak menimbulkan relative suara jauh dan percikan lebih api saat kecil, pengontakan. c. Lebih ekonomis. Transistor sebagai pengatur tegangan (Voltage-Regulator) Diposkan oleh MUSTAFA di 21:59 1 komentar DIODA SEMIKONDUKTOR DIODA Dioda berasal dari kata DI = dua dan ODA = elektroda atau dua elektroda, dimana elektrodaelektrodanya tersebut adalah ANODA yang berpolaritas positip dan KATHODA yang berpolaritas negatip. Ada berbagai jenis dioda yang dibuat sesuai dengan fungsinya tanpa meninggalkan karakteristik serta spesifikasinya, seperti dioda penyearah (rectifier), dioda Emisi Cahaya (LED), dioda Zenner, dioda photo (Photo-Dioda) dan Dioda Varactor. 1. DIODA PENYEARAH (RECTIFIER) Dioda penyearah adalah jenis dioda yang terbuat dari bahan Silikon yang berfungsi sebagai penyearah tegangan / arus dari arus bolak-balik (ac) ke arus searah (dc) atau mengubah arus ac menjadi dc. Secara umum dioda ini disimbolnya Kaki-kaki dioda yaitu kaki katoda ditandai dengan garis pada ujungnya 2. DIODA ZENER Dioda Zener merupakan dioda junction P dan N yang terbuat dari bahan dasar silikon. Dioda ini dikenal juga sebagai Voltage Regulation Diode yang bekerja pada daerah reverse (kuadran III). Potensial dioda zener berkisar mulai 2,4 sampai 200 volt dengan disipasi daya dari ¼ hingga 50 watt. 3. DIODA EMISI CAHAYA ( LIGHT EMITTING DIODE ) Dioda emisi cahaya atau dikenal dengan singkatan LED merupakan Solid State Lamp yang merupakan piranti elektronik gabungan antara elektronik dengan optik, sehingga dikategorikan pada keluarga “Optoelectronic”. Sedangkan elektroda-elektrodanya sama seperti dioda lainnya, yaitu anoda (+) dan Katoda (-). Ada tiga kategori umum penggunaan LED, yaitu : - Sebagai lampu indikator, - Untuk transmisi sinyal cahaya yang dimodulasikan dalam suatu jarak tertentu, - Sebagai penggandeng rangkaian elektronik yang terisolir secara total. Simbol, bangun fisiknya dan konstruksinya diperlihatkan pada gambar berikut. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan LED adalah bahan Galium Arsenida (GaAs) atau Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau juga Galium Phospida (GaP), bahan-bahan ini memancarkan cahaya dengan warna yang berbeda-beda. Bahan GaAs memancarkan cahaya infra-merah, Bahan GaAsP memancarkan cahaya merah atau kuning, sedangkan bahan GaP memancarkan cahaya merah atau hijau. Seperti halnya piranti elektronik lainnya , LED mempunyai nilai besaran terbatas dimana tegangan majunya dibedakan atas jenis warna TABEL WARNA LED DAN TEGANGANNYA Warna Merah Orange Tegangan Maju 1.8 volt 2.0 volt Kuning Hijau 2.1 volt 2.2 volt Sedangkan besar arus maju suatu LED standard adalah sekitar 20 mA. Karena dapat mengeluarkan cahaya, maka pengujian LED ini mudah, cukup dengan menggabungkan dengan sumber tegangan dc kecil saja atau dengan ohmmeter dengan polaritas yang sesuai dengan elektrodanya. 4. DIODA CAHAYA ( PHOTO-DIODE) Secara umum dioda-cahaya ini mirip dengan PN-Junction, perbedaannya terletak pada persambungan yang diberi celah agar cahaya dapat masuk padanya. Dioda cahaya ini bekerja pada daerah reverse, jadi hanya arus bocor saja yang melewatinya. Dalam keadaan gelap, arus yang mengalir sekitar 10 A untuk dioda cahaya dengan bahan dasar germanium dan 1A untuk bahan silikon. Kuat cahaya dan temperature keliling dapat menaikkan arus bocor tersebut karena dapat mengubah nilai resistansinya dimana semakin kuat cahaya yang menyinari semakin kecil nilai resistansi dioda cahaya tersebut. Penggunaan dioda cahaya diantaranya adalah sebagai sensor dalam pembacaan pita data berlubang (Punch Tape), dimana pita berlubang tersebut terletak diantara sumber cahaya dan dioda cahaya. Jika setiap lubang pita itu melewati antara tadi, maka cahaya yang memasuki lubang tersebut akan diterima oleh dioda cahaya dan diubah dalam bentuk signal listrik. Sedangkan penggunaan lainnya adalah dalam alat pengukur kuat cahaya (Lux-Meter), dimana dalam keadaan gelap resistansi dioda cahaya ini tinggi sedangkan jika disinari cahaya akan berubah rendah. Selain itu banyak juga dioda cahaya ini digunakan sebagai sensor sistem pengaman (security) misal dalam penggunaan alarm. 5. DIODA VARACTOR Dioda Varactor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya mempunyai kapasitas yang berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini bekerja didaerah reverse mirip dioda Zener. Bahan dasar pembuatan dioda varactor ini adalah silikon dimana dioda ini sifat kapasitansinya tergantung pada tegangan yang diberikan padanya. Jika tegangan tegangannya semakin naik, kapasitasnya akan turun. Dioda varikap banyak digunakan pada pesawat penerima radio dan televisi di bagian pengaturan suara (Audio). 6. MENGUJI DIODA Dioda ini dapat diuji kondisinya secara sederhana dan ada beberapa cara pengujiannya, yaitu : 1. Pengujian dengan Multitester (Ohmeter) 2. Pengujian dengan Continous Tester 3. Pengujian dengan batere + lampu pijar 4. Pengujian dengan batere + loudspeaker 7. Menguji dioda dengan Ohmmeter Untuk itu diperlukan sebuah multitester atau sebuah ohmmeter analog/ digital. Multitester atau Avometer Analog mempunyai fasilitas pengukur hambatan (ohmmeter) dimana jenis ohmmeter yang digunakan biasanya ohmmeter-seri, dimana secara konstruksi polaritas batere yang terpasang dalam meter berlawanan polaritas dengan terminal ukurnya. Atau dengan perkataan lain, terminal positip meter adalah mempunyai polaritas negatip batere, sebaliknya terminal negatip meter mempunyai polaritas positip batere. I N G A T !!! POLARITAS TERMINAL METER BERLAWANAN DENGAN POLARITAS BATERE DI DALAMNYA Dengan demikian guna menguji sebuah dioda dengan menggunakan Avometer prinsipnya adalah sebagai berikut : 1. Anda posisikan Avometer pada posisi ohm dengan skala rendah 2. Tentukan terlebih dahulu elektroda anoda dan katoda dari dioda tersebut 3. Hubungkan terminal + (positip) meter dengan Anoda dari dioda yang akan ditest sedangkan terminal – (negatip) meter dengan Katoda dioda. (hubungan ini adalah reverse) 4. Dalam posisi semacam ini, jika dioda masih baik, maka jarum meter tidak akan bergerak. Namun jika dalam posisi ini jarum bergerak, maka dapat dikatakan dioda terhubung singkat (rusak). 5. Ulangi langkah 2 diatas dengan polaritas sebaliknya, dimana Anoda dihubungkan dengan negatip meter dan Katoda dengan positip meter. (hubungan ini adalah forward). 6. Dalam posisi semacam ini, jika dioda masih baik, maka jarum meter akan bergerak. Namun jika dalam posisi ini jarum meter tidak bergerak, maka dapat dikatakan dioda putus (rusak). KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pengantar SELALU ada resiko kegagalan (risk of failures) pada SETIAP AKTIFITAS pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan / potensi kecelakaan kerja harus dicegah / dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha Secara umum penyebab kecelakaan - di tempat kerja adalah sebagai Kelelahan berikut: (fatigue) - Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition) - Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training - Karakteristik pekerjaan itu sendiri. Secara garis besar, bahaya/resiko dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Bahaya/ resiko lingkungan Termasuk di dalamnya adalah bahaya-bahaya biologi, kimia, ruang kerja, suhu, kualitas udara, kebisingan, panas/ termal, cahaya dan pencahayaan. dll. 2. Bahaya/ resiko pekerjaan/ tugas Misalnya: pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara manual, peralatan dan perlengkapan dalam pekerjaan, getaran, faktor ergonomi, dll. 3. Bahaya/ resiko manusia Kejahatan di tempat kerja, termasuk kekerasan, sifat pekerjaan itu sendiri yang berbahaya, umur pekerja, Personal Protective Equipment, kelelahan dan stress dalam pekerjaan, pelatihan, dsb PENYEBAB KECELAKAAN OLEH FAKTOR MANUSIA No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Jenis penyebab kecelakaan Sikap Kerja yang tidak tepat Kegagalan mengenal bahaya potensial Kegagalan perkiraan jarak dan kecepatan Sikap selalu menggampangkan Sikap tidak bertanggung jawab Kegagalan perhatian yang konstan Rasa takut gagal Penglihatan tidak sempurna Gangguan-gangguan organis Reaksi lambat Tekanan darah tinggi Rasa rendah diri Tekanan mental dan rasa selalu was-was Kelelahan phisik Tidak berpengalaman Perhatian terhadap lingkungan yang tidak sempurna Lain-lain prosentase 14% 12% 12% 10% 8% 8% 6% 4% 4% 4% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 6% Contoh kejadian Seringkali seseorang mengira dirinya telah berhasil “beradaptasi” dengan lingkungan yang bising manakala tidak merasa terganggu lagi dengan “tingkat kebisingan” yang pada awalnya sangat mengganggu dirinya. Jika hal yang sama terjadi pada anda, HATI-HATI! Mungkin fungsi pendengaran anda mulai terganggu... Indikator adanya (potensi) gangguan kebisingan beresiko tinggi diantaranya: 1. Terdengarnya suara-suara dering/ berfrekuensi tinggi di telinga 2. Volume suara yang makin keras pada saat harus berbicara dengan orang lain 3. “Mengeraskan” sumber suara hingga tingkatan tertentu yang dianggap oleh seseorang sebagai kebisingan PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA 1. Pakaian kerja 2. Sabuk pengaman (safety belt) 3. Topi atau helm pengaman (safety helmet) 4. Sepatu kerja 5. Alat penutup telinga 6. Sarung tangan 7. Kaca mata 8. Masker hidung 9. Alat bantu pernafasan (breathing apparatus) 10. Penutup dada untuk las listrik 11. Jas hujan MEMBANGUN BUDAYA K3 DITEMPAT KERJA 1. Budaya K3 merupakan suatu proses perubahan perilaku yang diperlukan untuk mendukung tercapainya Zero Injury Rates. 2. Ada 4 tahapan dalam membangun budaya K3. 3. Tahapan pertama dinamakakan reactive atau natural instincts, artinya kita membutuhkan K3 setelah adanya kejadian/ cedera/ kecelakaan. Setiap orang menjadi sibuk setelah ada kecelekaan. 4. Tahapan kedua dinamakan Dependent, artinya kita melaksanakan K3 apabila disuruh atau sedang diawasi/ disupervisi oleh pimpinan kita. 5. Tahapan ketiga dinamakan Independent, artinya kita melaksanakan K3 hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. 6. Tahapan keempat adalah Interdependent, artinya kita melaksanakan K3 bukan hanya untuk kita sendiri, akan tetapi kita akan saling mengingatkan/ memperhatikan apabila ada sesama rekan sekerja ada yang lupa/ lalai dalam menerapkan budaya K3. 7. Mengelola perubahan dimulai dari adanya rasa memiliki K3, Nilainilai K3 diterima sebagai bagian dari nilai korporasi perusahaan, adanya pemahaman semua kejadian/ cedera/ kecelakaan bisa dicegah, dan manusia adalah unsur yang paling kritis dalam suksesnya sebuah program K3. 8. Marilah kita membuka diri, baik sebagai pribadi, unit kerja, atau lebih luas lagi diperusahaan tahapan K3 yang mana ?. Instrumen pengukuran kita, pada saat ini kita berada pada PERENCANAAN PLTMH Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan PLTMH : 1.Tinggi jatuhan air (head). 2.Sumber air yang tersedia sepanjang tahun. 3.Bendungan atau kolam penampung air. 4.Saluran air : bagian pembawa air dari ketinggian tertentu sehingga dapat digunakan menentukan debit dan kecepatan air. 5.Turbin 6.Generator Parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin : a. Tinggi jatuh air efektif (net head) dan debit b. Faktor daya yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit yang tersedia c. Kecepatan turbin yang akan ditransmisikan ke generator Contoh Daya terbangkitkan : 1. DAYA TERBANGKIT P=η.ρ.g.Q.H = 0,65 x 1 x 9,81 x 0,95 x 14,85 = 100 k Watt 2. PEMILIHAN TURBIN 3. PRODUKSI ENERGI TAHUNAN E = 100 KWX 300 Hari/Thn X 24 Jam = 720.000 kWH / Tahun. Data Name Plate motor Name Plate Data Plat Nama sebagai data penting Plat Nama atau Name Plate memuat data2 spesifikasi mekanis dan elektris, sangat penting sebagai informasi yang diperlukan jika kita akan mengganti motor yang sudah ada, atau mengganti dengan merk lain atau spesifikasi lain. Mengganti ini bertujuan mencari merk berbeda yang lebih baik kwalitas / effisien / murah / power lebih kecil/besar dll, tetapi tidak merubah dan cocok dengan fondasi yang ada. Standard sangat penting untuk dipahami agar tidak mengakibatkan kesalahan fatal yang mengakitkan kerugian besar. Contoh plat nama Data2 penting al : 1 . Data pabrikan · Nomor Katalog · Model motor · Type 2. Data Elektrik · Phase · HP / KW · Hz / Frequency · RPM / putaran per menit · Voltage / Tegangan · Amperage (F.L.A) full load motor current · Power Factor · Maximum ambient temperature in centigrade (+40.C = 104.F) · Temperature Rise · Service Factor · Altitude · Duty Rating · Insulation Class · Code - indicate kVA / horsepower 3. Data mekanis · Frame Contoh dari LESSON ELECTRIC MOTOR Penjelasan singkat sbb: 1. Data Pabrikan · Nomor Katalog CAT.NO/PART.NO 120086.00 Nomor yang di buat oleh pabrikan motor berdasarkan standard penomoran pabrik itu sendiri yang berupa Katalog. Nomor ini untuk memudahkan pencarian data di catatan. Pada prinsipnya nomor tsb mewakili spesifikasi motor tsb, sehingga tidak harus menulis semua spesifikasi secala lengkap, Nomor katalog sebuah pabrikan tidak sama dengan pabrikan lain. · Model motor Model : C145T34FB2C Biasanya di tulis terdiri dari kumpulan angka dan huruf. “Nomor” ini di buat oleh pabrikan motor berdasarkan standard pabrik itu sendiri. Nomor ini untuk memudahkan komunikasi tehnik antara pabrikan dan pembeli. Pada prinsipnya nomor tsb mewakili semua spesifikasi motor tsb, sehingga tidak harus menulis semua spesifikasi secara lengkap, karena setiap angka atau huruf ada artinya. Nomor model sebuah pabrikan tidak sama dengan pabrikan lain, karena masing2 mempunyai cara penulisan atau sistem yang berbeda-beda. 2. Data Elektrik * Phase Phase harus jelas di sebutkan jumlah, apakah 1 atau 3. Kebanyakan motor dibuat 3 phase dan juga di tulis hubungan dalam windingnya, star atau delta atau gabungan. Motor2 kecil dibawah I KW dibuat dengan 1 phase. * HP / KW Kapasitas keluaran tenaga mekanis pada putaran penuh motor. NEMA menyatakan dengan Hp sedang IEC lebih senang menyatakan dengan KW., atau kadang pabrikan menulis keduanya. Motor 746 watt memproduksi 1 Hp, jika motor dapat mencapai efisiensi 100%, tetapi motor hanya dapat mencapai efisiensi +/– 84% maka memerlukan konsumsi 100/84 x 746 = 888 watt. Jumlah watt yang terpakai sebesar 746 watt dan yang 142 watt merupakan kerugian akibat panas,friction dll. Out put Motor = 888 watt x 0,84 = 746 watt = 1 HP * Hz / Frequency Hz 50/60 Artinya motor dapat dihubungkan dengan 50 Hz ataupun 60 Hz. Di Amerika frekwensi tenaga jaringan listrik memakai F = 60Hz sedangkan di Indonesia, Eropa, Jepang dan negara lain memakai F = 50Hz. Frekwensi berhubungan langsung dengan jumlah putaran yang dihasilkan oleh motor tsb. Oleh sebab itu haruslah hati2 dalam menentukan membeli motor. Bab khusus mengenai pengaruh pemakaian frekwensi yang berbeda dengan yang tertera di nameplate dibahas pada bab lain. * RPM / Putaran per menit RPM 3450 / 2850 Artinya jika motor dihubungkan dengan 60Hz menghasilkan putaran 3450 Rpm, dan jika dihubungkan dengan 50 Hz putaranya 2850 Rpm. Putaran motor ditentukan oleh jumlah kutub dan frekwensi jaringan listrik yang ada. Jadi meski yang tertulis di platnama 3600 Rpm, jika di pasang di jaringan berbeda frekwensi putaran akan berbeda. PROTEKSI TRAFO TENAGA A. RELE PROTEKSI TRAFO TENAGA DAN FUNGSINYA Jenis RELE proteksi pada trafo tenaga adalah sebagai berikut : 1. RELE ARUS LEBIH ( OVER CURRENT RELAY ) RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan singkat antar fasa didalam maupun diluar daerah pengaman transformator. Juga diharapkan RELE ini mempunyai sifat komplementer dengan RELE beban lebih. RELE ini berfungsi sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya. 2. RELE DIFFERENSIAL RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubungan singkat yang terjadi didalam daerah pengamanan transformator. 3. RELE GANGGUAN TANAH TERBATAS ( Restricted Earth fault Relay ) RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap tanah didaerah pengaman transformator khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh RELE differnsial. 4. RELE ARUS LEBIH BERARAH RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan antara fasa dan tiga fasa dan bekerja pada arah tertentu. 5. RELE GANGGUAN TANAH. RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator gangguan hubung tanah, didalam dan diluar daerah transformator. 6. RELE TANGKI TANAH RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap hubung singkat antar kumparan fasa dengan tangki tronsformator dan transformator yang titik netralnya di tanahkan . 7. RELE SUHU RELE ini adalh RELE mekanis yang berfungsi mendektesi suhu minyak dan kumparan secara langsung yang akan membunyikan alarm serta mengeluarkan PMT. RELE suhu ini dipasang pada semua transformator. 8. RELE BEBAN LEBIH. RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap suhu yang berlebihan yang menggunakan untuk sirkit simulator untuk mendeteksi kumparan transformator yang pada tahap pertama membunyikan alarm dan pada tahap berikutnya menjatuhkan PMT. 9. RELE BUCHOLZ RELE ini berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan ( bunga ) api dan pemanasan setempat dalam minyak transformator. 10. RELE JANSEN RELE ini berfungsi untuk mengamankan pengubah tap ( tap changer ) dari transformator. 11. RELE TEKANAN LEBIH ( Sudden Pressure Relay ) Bagi transformator tanpa konservator dipasang RELE tekanan mendadak yang dipasang pada tangki dan bekerja dengan pertolongan membrane. RELE ini dipasang pada semua transformator. RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator tekanan lebih. B. RELE PROTEKSI PENGHANTAR DAN FUNGSINYA Jenis RELE proteksi pada penghantar adalah sebagai berikut : 1. RELE JARAK RELE ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan antar fasa maupun, gangguan hubung tanah. 2. RELE DIFFERNSIAL PILOT KABEL RELE ini berfungsi untuk memproteksi SKTT dan juga SUTT yang pendek terhadap gangguan antar fasa, maupun gangguan hubung singkat. 3. RELE ARUS LEBIH BERARAH RELE ini berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan antar fasa, dan hanya bekerja pada satu arah saja. Karena RELE ini dapat membedakan arah arus gangguan. 4. RELE ARUS LEBIH RELE ini berfungsi untuk memproteksi SUTT atau SKTT terhadap gangguan antar fasa, maupun gangguan hubung tanah dan RELE ini berfungsi sebagai pengaman cadangan bagi SUTT atau SKTT . 5. RELE GANGGUAN TANAH BERARAH RELE ini berfungsi untuk memproteksiSUTT terhadap gangguan hubung tanah 6. RELE GANGGUAN TANAH SELEKTIF RELE ini berfungsi untuk memproteksi SUTT ( saluran ganda ) terhadap gangguan hubung tanah. 7. RELE TEGANGAN LEBIH RELE ini berfungsi untuk memproteksi SUTT atau SKTT terhadap tegangan lebih. 8. RELE PENUTUP BALIK ( RECLOSER ) RELE ini berfungsi untuk menormalkan kembali SUTT akibat gangguan hubungan singkat temporer. Sebagai proteksi utama Busbar adalah RELE DIfferensial, yang berfungsi mengamankan pada busbar tersebut terhadap gangguan yang terjadi di busbar itu terdiri. Konfigurasi Busbar ada 3 macam : 1. Busbar tunggal ( Single Busbar ). 2. Busbar ganda ( Double Busbar ). 3. Busbar 1,5 PMT. C. RELE PROTEKSI PENYULANG 20 KV. Jenis Rele proteksi yang tedapat pada penyulang 20 kV adalah sebagai berikut : 1. RELE ARUS LEBIH ( Over Current Relay ) Rele ini berfungsi untuk memproteksi SUTM terhadap gangguan antar fasa atau tiga . 2. RELE ARUS LEBIH BERARAH ( Directional OCR ). Rele ini berfungsi untuk memproteksi SUTM terhadap gangguan antar fasa atau tiga fasa dan hanya bekerja pada satu arah saja.Karena Rele ini dapat membedakan arah arus gangguan. 3. RELE HUBUNG TANAH ( GROUND FAULT RELAY ) Rele ini berfungsi untuk memproteksi SUTM atau SKTM dari gangguan tanah. 4. RELE BEBAN LEBIH ( OVER LOAD RELAY ) Rele ini dipasang pada SKTM yang berfungsi untuk memproteksi SKTM dari kondisi beban lebih. 5. RELE PENUTUP BALIK ( RECLOSING RELAY ) Rele ini berfungsi untuk memproteksi SUTM terhadap gangguan antar fasa atau tiga fasa dan hanya bekerja pada satu arah saja.Karena Rele ini dapat membedakan arah arus gangguan. 6. RELE FREKWENSI KURANG ( UNDER FREQWENCY RELAY ) Rele ini berfungsi untuk melepas SUTM atau SKTM bila terjadi penurunan frekwensi system.