(sambungan dari hal 5) Keberlanjutan dan Praktik-praktik Terbaik: Koordinasi dan Dukungan dari Pemerintah Lokal Proyek EOC telah mencapai sejumlah kemajuan signifikan selama satu tahun setengah, berkat kemitraan yang erat antara IOM dan pemerintah lokal. Tingkat dan besaran dukungan dari pemerintah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur sangat esensial bagi keberhasilan proyek ini. Gubernur di masing-masing propinsi melihat proyek ini sebagai bagian penting dalam membangun kesiapan dan kapasitas propinsi dalam menghadapi bencana. Dengan rasa memiliki yang kuat atas proyek ini, kedua gubernur telah memberikan komitmen mereka untuk memberikan dukungan operasional penuh dalam pengelolaan fasilitas EOC. Kerangka Aksi Hyogo 2005-2014 Setelah bencana tsunami Samudra Hindia menyebabkan kerusakan parah di Banda Aceh pada bulan Desember 20014, Indonesia ambil bagian dalam Konferensi Dunia ketiga Tentang Pengurangan Risiko Bencana, pada bulan Januari 2005 di Jepang. Dihadiri oleh 168 negara, konferensi tersebut menghasilkan Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015, yang menyerukan seluruh pemerintahan untuk membangun ketahanan komunitas dalam menghadapi bencana alam. Indonesia dengan segera mengadopsi kerangka aksi ini ke dalam kebijakan nasionalnya, melalui pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertugas mengkoordinasikan kebijakan dan tindakan dalam penanggulangan bencana. Untuk menfasilitasi kerja-kerja BNPB, Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat propinsi dan kabupaten dibentuk. Kedua lembaga tersebut menunjukkan upaya terus-menerus Indonesia untuk menyempurnakan sistem penanggulangan bencana yang terkoordinasi dan berkelanjutan di tingkat nasional. Pendirian EOC di dua propinsi di Indonesia Timur akan meningkatkan kesiapan bencana secara signifikan, bukan hanya pada tingkat propinsi namun juga pada tingkat nasional. Kedua kota dimana EOC berada terpilih karena posisi dan lokasi strategis mereka sebagai penghubung utama antara Indonesia Timur dan wilayah Indonesia lainnya. Indonesia Timur meliputi 68% dari wilayah Indonesia dan oleh sebab itu meningkatkan kapasitas kawasan ini penting bagi pengembangan sistem penanggulangan bencana nasional. EOC juga akan berfungsi sebagai model yang dapat ditiru di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Rapid Emergency Response: Sinabung and Kelud HAL 1 Penguatan Kapasitas dalam Manajemen Bencana dan Ketahanan Komunitas: Jawa Barat dan Aceh HAL 3 HAL 4 Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Timur Indonesia: Pendirian Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana TANGGAP DARURAT DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Timur Indonesia: IOM INDONESIA Pendirian Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana EDISI 2 Wilayah darat Indonesia Timur meliputi lebih dari 68% total wilayah darat seluruh Indonesia, tapi hanya memiliki 20% populasi Indonesia. Dipengaruhi oleh proses pembangunan yang cenderung lebih lambat, wilayah ini membuthkan pengembangan kapasitas penanggulangan bencana yang spesifik. Pada tahun 2012, bekerja erat dengan pemerintahan, dan dengan bantuan dana dari the AustraliaIndonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR), IOM meluncurkan sebuah proyek untuk meningkatkan kesiapan masyarakat lokal dan kapasitas penanggulangan bencana di propinsi Sulawesi Selatan dan Nusa tenggara Timur – Pembangunan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Emergency Operation Centres/EOC). Proyek EOC merupakan respons terhadap salah satu tujuan Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015 tentang “Pembangunan dan penguatan institusiinstitusi, mekanisme dan kapasitas ketahanan menghadapi bencana”. Proyek ini mengikuti prioritas aksi Hyogo di bidang “penguatan kesiapan bencana untuk penanggulangan di semua level”. Proyek EOC berkomitmen membangun Pusat Operasi Penanggulan Bencana di Makassar (Sulawesi Selatan) dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). IOM memastikan bahwa tiap EOC memiliki kapasitas institusi sebagai berikut: (1) sistem informasi dan komunikasi terkini dan up-todate; (2) staf pemerintah Indonesia dan mitra lokal yang terlatih; (3) sistem penanggulangan bencana lokal dan nasional yang terintegrasi dan standard pelaporan yang sama. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: IOM in Indonesia Steve Hamilton, Deputy Chief of Mission Sampoerna Strategic Square, North Tower Floor 12A Jl Jend Sudirman Kav 45-46, Jakarta 12930, Indonesia Tel +62.21.5795.1275 Fax +62.215795.1274 Fasilitas EOC dirancang untuk menjadi fasilitas pendukung permanen yang terfokus pada operasi penanggulangan darurat bencana, memanfaatkan sistem komunikasi dan informasi yang modern serta mekanisme kerja dan prosedur standar yang spesifik. Di tingkat propinsi, fasilitas ini akan memainkan peran penting dalam membantu Komandan Operasi Penanggulangan Bencana – mulai dari koordinasi, memimpin, mengontrol, komunikasi dan informasi – sebelum, selama dan setelah kondisi darurat. Fasilitas EOC pada dasarnya adalah titik koordinasi dan informasi penanggulangan bencana di tingkat propinsi dengan garis komunikasi yang handal ke otoritas kabupaten dan nasional. Bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dari tingkat lokal ke atas, dan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, proyek ini mengadopsi ‘pendekatan garis depan’ dalam kegiatannya, yaitu dengan a) menfokuskan diri pada pembangunan fasilitas sekaligus membangun sistem bantuan nasional; b) memperbaiki dan melancarkan sistem penyediaan layanan garis depan; c) menekankan kemitraan dan kerjasama yang substantive dengan mitra-mitra lokal; d) memberdayakan para pembaharu dari kalangan pemerintah yang ada di agensiagensi lokal hingga gubernur; dan e) mengimplementasikan sistem pengawasan dan evaluasi yang ketat dan bermakna untuk mendapatkan pembelajaran. (Bersambung ke hal 6) Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA HAL 2 IOM Menfasilitasi Workshop CCCM dan Kamp Pengungsi AHA Centre 5 The batik fabric design used in the IOM Indonesia newsletter banner is courtesy of Batik Kebon Indah – an IOM livelihood beneficiary under the Java Reconstruction Fund Programme in 2008-2011. Kebon was among 4,300 micro and small enterprises (MSE) in the earthquakeaffected provinces of Yogyakarta and Central Java, assisted by IOM Indonesia. The Indonesian Batik is designated by UNESCO as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Beyond supporting the revitalization of local economic development in areas of high migration pressure at post-disaster, IOM Indonesia has also contributed to the preservation of Indonesia’s greatest cultural heritage. 6 Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA Kegiatan tanggap darurat dan proyek pengurangan risiko bencana yang ditampilkan dalam edisi kali ini adalah bagian dari Sektor Bantuan IOM seperti tertera dalam Kerangka Kerja Operasional Krisis Migrasi IOM (IOM Migration Crisis Operational Framework/MCOF) – dalam area seperti penelusuran pengungsi, bantuan nonmakanan dan ketahanan/pengurangan risiko bencana. IOM mengenali bahwa krisis (yang disebabkan oleh bencana alam, faktor-faktor ekonomi, konflik, atau wabah) mungkin bersifat lokal, nasional, atau transnasional – tapi umumnya memiliki sejumlah konsekuensi yang serupa pada masyarakat dan pemerintahan yang terkena dampak. Konsekuensi tersebut antara lain: instabilitas (politik atau ekonomi); gangguan pada kehidupan sosial dan sistem pelayanan masyarakat; isu-isu kesehatan, dan pergerakan populasi (internal dan/atau lintas batas). IOM juga mengenali bahwa sebuah krisis melalui sejumlah fase – pra-krisis, kondisi darurat, dan pemulihan – yang kemudian akan menentukan jenis tindakan yang perlu diambil. IOM, sesuai dengan mandatnya, menfokuskan diri pada memahami dan memberikan tanggapan pada konsekuensi migrasi dari terjadinya krisis di semua fasenya. FEBRUARI 2014 Tindakan Tanggap Darurat: Sinabung dan Kelud Lingkar Api Pasifik adalah wilayah dengan kegiatan volkanis dan gempa yang intens, terbentang dalam area berbentuk sepatu kuda seluas 40.000 kilometer persegi dan melintasi 15 negara. Sekitar 75% dari gunung api di dunia – baik yang aktif maupun tidak – terletak di dalam wilayah ini. Indonesia terletak di dalam lingkar api pasifik, dan 121 gunung berapi yang ada di Indonesia kerap digambarkan sebagai yang paling aktif di dalam Lingkar ini. Realita ini tergambarkan dengan sangat jelas dengan dua letusan gunung berapi yang terjadi di dua pulau terbesar Indonesia. Gunung Sinabung di Sumatra Utara meletus pada hari Sabtu, 1 Februari 2014, dan kurang dari dua minggu setelahnya, Gunung Kelud di Jawa Timur meletus pada 13 Februari 2014. Kedua letusan mengakibatkan korban jiwa dan memaksa ratusan ribu orang untuk meninggalkan rumah mereka. Abu dari letusan tersebut sampai ke kota-kota di sekitarnya, menutup bandar udara, mengganggu jadwal penerbangan, menyebabkan gangguan kesehatan, dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar sebagai akibat kerusakan properti dan terganggunya usaha. IOM Indonesia memiliki pengalaman yang panjang dalam membantu operasi-operasi tanggap darurat Pemerintah – paska tsunami di Aceh dan Nias pada tahun 2005, paska gempa bumi Yogyakarta tahun 2006, dan lain-lain. Di tingkat global, IOM adalah ketua-bersama untuk Camp Coordination and Camp Management (CCCM) Cluster bersama dengan UNHCR. Gunung Sinabung. Gunung Sinabung telah tidur selama beberapa ratus tahun sebelum menjadi aktif lagi pada tahun 2010, memaksa belasan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Gunung Sinabung meletus berulang-ulang sejak akhir 2013. Letusan yang paling besar terjadi pada 1 Februari 2014, menyebabkan Pembagian pakaian ke anak-anak sekolah, SInabung, 19 Februari 2014, oleh Kathryn Crockart dari Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Medan setidaknya 16 orang tewas dan memaksa 30.000 orang mengungsi. IOM Indonesia, melalui kantor cabangnya di Sumatra Utara, bergerak cepat untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan operasi tanggap darurat. IOM melakukan peninjauan lapangan terhadap situasi para pengungsi, dan melakukan identifikasi kelompok rentan di antara para pengungsi. Dengan bantuan dana dari USAID, dan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), IOM sedang dalam proses mendistribusikan sekitar 6,988 pakaian untuk masyarakat yang terkena dampak bencana, mengutamakan anak-anak yang rentan dan masyarakat yang tinggal di kampkamp pengungsi sementara. IOM terus siaga untuk mengantisipasi permintaan bantuan lainnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar yang mungkin belum terpenuhi. (Bersambung ke hal 2) Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA 1 (sambungan dari hal 1) Gunung Kelud. Gunung Kelud adalah salah satu gunung berapi paling aktif di pulau Jawa, dengan paling tidak 3 letusan besar dalam 10 tahun terakhir. Jumlah korban jiwa rendah, namun angka pengungsi mencapai jumlah ratusan ribu jiwa setelah letusan tanggal 13 Februari. Menurut data pemerintah, 172 kamp pengungsi dan evakuasi sementara telah didirikan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak. Untuk memperbaiki sistem manajemen kamp dan pengiriman bantuan, Pemerintah meminta bantuan pendampingan teknis dari IOM, terutama untuk pengaplikasian Displacement Tracking Matrix (DTM). Pertama kali digunakan di Haiti untuk membantu korban gempa, DTM telah menjadi alat yang tak tergantikan dalam banyak operasi bantuan IOM, terutama terkait dengan koordinasi dan manajemen kamp bagi para pengungsi domestik (Internally Displaced People/ IDP). Setelah Haiti, IOM menggunakan DTM dalam sejumlah operasi kemanusiaan lainnya, seperti di Filipina dan Mali. DTM adalah perangkat pengumpul-data yang dirancang khusus untuk memotret situasi kamp pengungsi dengan sejumlah informasi penting, seperti lokasi para pengungsi, demografis, situasi kesehatan, akses air, dan lain sebagainya. Bekerja erat dengan BNPB, IOM telah mengupayakan agar aplikasi ini dapat digunakan dalam perangkat tangan (handheld gadgets), seperti telepon pintar dan tablet, agar pengumpulan data dapat dilakukan secara ringkas dan dalam kondisi bergerak. IOM dan BNPB juga telah membangun sistem penyimpanan data yang aman, dimana para petugas lapangan dapat dengan segera mengunggah data ke jaringan internet, dan membuat informasi dengan segera dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan serta pengambil keputusan terkait. BNPB – dengan dukungan penuh dari IOM Indonesia – saat ini sedang mengupayakan untuk mengintegrasikan DTM sepenuhnya ke dalam sistem penanganan bencana nasional pemerintah. Pengaplikasian DTM di Kelud adalah uji coba lapangan yang pertama di Indonesia. IOM Menfasilitasi Workshop CCCM dan Kamp Pengungsi AHA Centre Pada tanggal 24-26 Februari 2014, IOM menfasilitasi Lokakarya Camp Coordination and Camp Management (Koordinasi dan Manajemen Kamp Pengungsi/CCCM) bagi ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre). AHA Centre adalah institusi utama untuk tanggap darurat dan manajemen bencana di Asia Tenggara. Didirikan tahun 2011, salah satu tujuan AHA Centre adalah meningkatkan kapasitas negara-negara anggota dalam hal penanganan bencana dengan mengadakan pelatihan dan lokakarya. Lokakarya ini adalah bagian dari AHA Centre Executive Programme dan didukung oleh Japan-ASEAN Integration Fund. Pengurangan Risiko Bencana di Jawa Barat dan Aceh IOM Indonesia saat ini mengimplementasikan dua proyek Penguatan Kapasitas Penanggulangan Bencana dan Ketahanan Komunitas di Jawa Barat dan Aceh (DRR). Kedua proyek ini bertujuan untuk mengurangi kerawanan bencana dan meningkatkan ketahanan masyarakat lokal menghadapi bencana alam. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam kedua proyek ini dirancang agar menjadi sebuah model yang dapat direplikasi oleh kemitraan pemerintah-masyarakat sipil-komunitas. Kelompok target lokal terdiri dari lembaga penanggulangan bencana, staf pemerintah propinsi dan daerah, serta masyarakat akar rumput. Proyek DRR di Jawa Barat menerima pendanaan dari AUSAid dan dari AustraliaIndonesia Facility for Disaster Reduction, sementara proyek DRR di Aceh menerima pendanaan dari USAID. Dua propinsi sasaran – Jawa Barat dan Aceh – dianggap sebagai yang paling rawan di Indonesia. Keduanya memiliki konteks bencana masing-masing, selain juga sejarah bencana alam. Pada tahun 2004, tsunami samudra hindia menerpa Aceh dan menewaskan lebih dari 100,000 jiwa. Jawa Barat rentan bencana seperti tanah longsor, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Risiko dan kerawanan yang tinggi di kedua propinsi terungkap di Indeks Kerawanan Bencana BNPB. Tujuh kabupaten di Jawa Barat ada di daftar 25 besar kabupaten dengan indeks kerawanan tertinggi (dari 494 kabupaten di seluruh Indonesia). Propinsi Aceh ada di peringkat ke-5 dari propinsi paling rawan bencana (dari 31 propinsi dalam indeks). Jawa Barat 1) Proyek DRR Jawa Barat beroperasi di 7 kabupaten. Hingga saat ini, 5 dari 7 kabupaten telah mengoperasionalkan forum komunitas desa DRR masing-masing. Tiap forum mempertemukan berbagai pemangku kepentingan terkait DRR, seperti pemerintah, komunitas, LSM lokal dan institusi akademis. Forum-forum ini dirancang untuk mendorong pemrioritasan DRR dalam penyusunan kebijakan pemerintah dan memperbaiki koordinasi dan kolaborasi antara berbagai aktor kepentingan di masyarakat. Bersama-sama dengan United Nations High Commissioner on Refugees (UNHCR) sebagai pemimpin CCCM Global Cluster, IOM memiliki pengalaman dan keahlian terkait dengan isu-isu CCCM. Dengan pemahaman bahwa Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan paling rawan bencana di dunia, IOM berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas negara-negara Asia Tenggara dalam menanggapi bencana dan kondisi darurat. IOM juga mengenali peranan vital yang dapat diambil oleh AHA Centre, dan ASEAN, dalam mengkordinasikan operasi tanggap darurat, serta dalam mempromosikan kebijakan dan standard yang sama di antara negara-negara anggota terkait dengan manajemen bencana. Menanggapi permintaan dari AHA Centre, IOM mengirimkan sejumlah ahli untuk menfasilitasi pelatihan, antara lain Brian Kelly, Penasihat Tanggap Darurat Bencana dan Krisis Tingkat Regional dari kantor regional Asia Pasifik IOM (ROAP) di Bangkok, Dr. Nenette Motus, ahli medis dari Kantor Pusat IOM di Geneva, , Abel Hasballah, Ahli Konstruksi Kamp Pengungsi dari IOM Pakistan, and Phyo Kyaw, Spesialis Managemen Informasi dari IOM Manila. Peserta lokakarya adalah pejabat agensi penanggulangan bencana dari negaranegara Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Thailand and Vietnam. Penguatan Kapasitas dalam Manajemen Bencana dan Ketahanan Komunitas: Jawa Barat dan Aceh Di awal tahun 2014, Forum Propinsi DRR Jawa Barat, yang dipimpin oleh Wakil Gubernur, dihadiri oleh sekitar 120 organisasi masyarakat/kantor pemerintahan/perusahaan dari 27 kabupaten di Jawa Barat. Lebih dari itu, forum ini berhasil membentuk struktur kepemimpinan sendiri. Juga tidak kalah penting adalah keberhasilan forum ini menggalang dukungan dari sektor bisnis. IOM Facilitators (standing from left to right): Phyo Kyaw of IOM Manila Administrative Center, Dr. Nenette Motus from IOM Headquarters, and Brian Kelly from IOM Regional Office for Asia and the Pacific Bangkok. 2) Sebagai bagian dari upaya pembangunan kapasitas bagi komunitas lokal, proyek DRR dan masyarakat lokal mengembangkan peta risiko untuk tingkat kabupaten (pada saat penulisan, sekitar 90% telah ter update) – untuk digunakan oleh komunitas-komunitas dalam rangka mengidentifikasikan potensi bahaya di lingkungan sekitar dan membantu tindakan pencegahan di tingkat masyarakat. 3) Terkait dengan pelatihan bagi pegawai pemerintah daerah propinsi/kabupaten dan BPBD, tabel berikut memperlihatkan pencapaian hingga saat ini: 2 Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA 4) Bersama-sama dengan akademisi dan organisasi pemerintah lainnya serta dengan sektor swasta, proyek DRR mendirikan 4 Forum DRR. Forum ini berada di 15 desa yang tersebar di 5 kabupaten sasaran, dengan tujuan mendorong desa-desa tersebut mendapatkan status Desa Tangguh. 5) Kegiatan Peningkatan Kesadaran Komunitas lainnya adalah sebagai berikut: • Pelatihan Tsunami • Lomba Foto DRR • Pelatihan Pencegahan Kebakaran Bagi Perempuan • Perkenalan Sistem Komunikasi Radio Bencana bagi Pemuda dan Pemimpin Desa • Sosialisasi DRR di sekolah-sekolah Simulasi Gempa bumi bagi siswa taman kanak-kanak di Bogor, Jawa Barat, 23 Juli 2013 Pelatihan Tsunami, Aceh, 26 Desember 2012 Topik # Peserta Manajemen Bencana Tingkat Lanjut 103 ToT Kegiatan Operasional Pemulihan Paska Bencana 50 Manajemen Bencana Dasar 450 Manajemen Bencana 162 TOT Manajemen Informasi 26 Sistem Informasi Geografis 26 Manajemen Informasi 428 Pelatihan Perangkat Analisa Gender dan Pemisahan Data 93 Perempuan Sebagai Pemimpin 100 Lokakarya Penyusunan Rencana Darurat 29 Rencana Manajemen Bencana 277 Aceh 1) Proyek DRR menargetkan 5 kabupaten: Banda Aceh, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Aceh Singkil dan Simeulue. IOM telah menyelenggarakan sejumlah pelatihan berikut bagi pejabat pemerintah lokal dan organisasi penanggulangan bencana : 4) Serangkaian kegiatan peningkatan kesadaran DRR diselenggarakan bekerjasama dengan BPBD tingkat propinsi dan kabupaten. Ada 24 kegiatan peningkatan kesadaran yang dilakukan, termasuk sejumlah acara bincang-bincang di radio dan 2 acara bincangbincang di televisi, untuk menyampaikan pesan-pesan DRR kepada pemangku kepentingan dan masyarakat pada umumnya. Diperkirakan ekspose media ini mampu menjangkau hingga 1,2 juta orang di propinsi. 5) Dengan konsultasi yang erat bersama BPBD, proyek DRR mendukung 21 desa untuk mendapatkan status Desa Tangguh. Status ini diberikan kepada desa-desa yang memiliki tingkat kesiapan bencana yang tinggi. Untuk memperkuat status ini, proyek DRR menyelenggarakan pelatihan Manajemen Bencana di 21 desa. Saat ini proyek DRR sedang dalam proses mengadakan Pelatihan Penilaian Cepat dan Pertolongan Pertama bagi Korban Bencana di 21 desa. 6) Proyek ini didanai oleh bantuan dana dari AusAid dan the Australia Indonesia Facility for Disaster Reduction. (bersambung ke halaman 4) Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA (sambungan dari hal 3) 3 PELATIHAN # Peserta Manajemen Bencana Dasar 127 TOT Manajemen Bencana 28 TOT Manajemen Informasi 11 Pelatihan Sistem Informasi Geografi Dasar dan Lanjutan 99 Manajemen Bencana Dasar Tingkat Kecamatan 222 6) Tanggap Darurat bagi Gempa Bumi Gayo Pada bulan Juli 2013, dua kabupaten di Aceh, Bener Meriah dan Aceh Tengah, dihantam oleh gempa bumi berkekuatan 6.2 pada Skala Richter. Di sejumlah wilayah yang berbatasan, gempa bumi diikuti oleh tanah longsor, yang menyebabkan kerusakan lebih besar. Bekerja erat dengan lembaga penanggulangan bencana, proyek DRR segera menurunkan operasi tanggap darurat bencana dan pemulihan. Dengan bantuan pendanaan dari USAID, IOM mendistribusikan 2000 paket tenda pengungsi. Selain itu, 20,000 meter lembar plastik, 700 pak perlengkapan kebersihan untuk anak-anak dan ibu-ibu juga dibagikan, serta sejumlah perangkat ledak kecil untuk membantu pembersihan puing-puing dan memulai proses pembangunan kembali. Untuk memperbaiki distribusi bantuan, IOM bekerja dengan dua organisasi relawan, Green Hill dan Institut Redelong. 2) Untuk meningkatkan visibilitas dan kedekatan dengan pesanpesan DRR, proyek DRR merancang satu maskot yang disebut SIGANA – sebuah akronim dari Siaga Bencana – di semua materi kampanye publik. Bekerja sama dengan pemerintah lokal, sejumlah kegiatan peningkatan kesadaran diselenggarakan, termasuk pemberitaan melalui 3 media, termasuk produksi dan pengudaraan iklan layanan masyarakat terkait kesadaran Bencana yang menggunakan seni pertunjukan tradisional. 3) Proyek DRR memberikan perhatian khusus bagi kelompok rawan di Aceh – antara lain mereka dari kelompok minoritas seksual, termasuk komunitas Lesbian-Gay-Bisexual-Transgender (LGBT). Sebagai satu-satunya propinsi di Indonesia yang menerapkan hukum Syariah, kelompok ini rentan terpinggirkan dari perencanaan tanggap bencana. Untuk menjawab kekhawatiran ini, proyek DRR menyelenggarakan pelatihan khusus bagi kelompok ini, dan hingga sekarang telah melatih 27 orang yang mewakili kelompok minoritas seksual. DRR Brochure for West Java Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA 4