IOM INDONESIA

advertisement
(sambungan dari hal 5)
Keberlanjutan dan Praktik-praktik Terbaik: Koordinasi dan
Dukungan dari Pemerintah Lokal
Proyek EOC telah mencapai sejumlah kemajuan signifikan selama
satu tahun setengah, berkat kemitraan yang erat antara IOM dan
pemerintah lokal. Tingkat dan besaran dukungan dari pemerintah
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur sangat esensial bagi
keberhasilan proyek ini. Gubernur di masing-masing propinsi melihat
proyek ini sebagai bagian penting dalam membangun kesiapan
dan kapasitas propinsi dalam menghadapi bencana. Dengan rasa
memiliki yang kuat atas proyek ini, kedua gubernur telah memberikan
komitmen mereka untuk memberikan dukungan operasional penuh
dalam pengelolaan fasilitas EOC.
Kerangka Aksi Hyogo 2005-2014
Setelah bencana tsunami Samudra Hindia menyebabkan kerusakan parah di Banda Aceh pada bulan Desember 20014, Indonesia ambil
bagian dalam Konferensi Dunia ketiga Tentang Pengurangan Risiko Bencana, pada bulan Januari 2005 di Jepang. Dihadiri oleh 168
negara, konferensi tersebut menghasilkan Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015, yang menyerukan seluruh pemerintahan untuk membangun
ketahanan komunitas dalam menghadapi bencana alam. Indonesia dengan segera mengadopsi kerangka aksi ini ke dalam kebijakan
nasionalnya, melalui pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bertugas mengkoordinasikan kebijakan
dan tindakan dalam penanggulangan bencana. Untuk menfasilitasi kerja-kerja BNPB, Badan Penganggulangan Bencana Daerah
(BPBD) di tingkat propinsi dan kabupaten dibentuk. Kedua lembaga tersebut menunjukkan upaya terus-menerus Indonesia untuk
menyempurnakan sistem penanggulangan bencana yang terkoordinasi dan berkelanjutan di tingkat nasional.
Pendirian EOC di dua propinsi di Indonesia Timur akan
meningkatkan kesiapan bencana secara signifikan, bukan hanya
pada tingkat propinsi namun juga pada tingkat nasional. Kedua
kota dimana EOC berada terpilih karena posisi dan lokasi strategis
mereka sebagai penghubung utama antara Indonesia Timur dan
wilayah Indonesia lainnya. Indonesia Timur meliputi 68% dari
wilayah Indonesia dan oleh sebab itu meningkatkan kapasitas
kawasan ini penting bagi pengembangan sistem penanggulangan
bencana nasional. EOC juga akan berfungsi sebagai model yang
dapat ditiru di wilayah-wilayah lain di Indonesia.
 Rapid
Emergency
Response:
Sinabung and
Kelud
HAL 1
 Penguatan Kapasitas
dalam Manajemen
Bencana dan
Ketahanan Komunitas:
Jawa Barat dan Aceh
HAL 3
HAL 4
 Pengurangan Risiko
Bencana di Wilayah
Timur Indonesia:
Pendirian Pusat
Pengendalian Operasi
Penanggulangan
Bencana
TANGGAP DARURAT DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Timur Indonesia:
IOM INDONESIA
Pendirian Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
Bencana
EDISI 2
Wilayah darat Indonesia Timur meliputi lebih dari 68% total
wilayah darat seluruh Indonesia, tapi hanya memiliki 20% populasi
Indonesia. Dipengaruhi oleh proses pembangunan yang cenderung
lebih lambat, wilayah ini membuthkan pengembangan kapasitas
penanggulangan bencana yang spesifik. Pada tahun 2012, bekerja erat
dengan pemerintahan, dan dengan bantuan dana dari the AustraliaIndonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR), IOM meluncurkan
sebuah proyek untuk meningkatkan kesiapan masyarakat lokal dan
kapasitas penanggulangan bencana di propinsi Sulawesi Selatan dan
Nusa tenggara Timur – Pembangunan Pusat Pengendalian Operasi
Penanggulangan Bencana (Emergency Operation Centres/EOC).
Proyek EOC merupakan respons terhadap salah satu tujuan Kerangka
Aksi Hyogo 2005-2015 tentang “Pembangunan dan penguatan institusiinstitusi, mekanisme dan kapasitas ketahanan menghadapi bencana”.
Proyek ini mengikuti prioritas aksi Hyogo di bidang “penguatan
kesiapan bencana untuk penanggulangan di semua level”. Proyek
EOC berkomitmen membangun Pusat Operasi Penanggulan Bencana
di Makassar (Sulawesi Selatan) dan Kupang (Nusa Tenggara Timur).
IOM memastikan bahwa tiap EOC memiliki kapasitas institusi sebagai
berikut: (1) sistem informasi dan komunikasi terkini dan up-todate; (2) staf pemerintah Indonesia dan mitra lokal yang terlatih; (3) sistem
penanggulangan bencana lokal dan nasional yang terintegrasi dan standard pelaporan yang sama.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
IOM in Indonesia
Steve Hamilton, Deputy Chief of Mission
Sampoerna Strategic Square, North Tower Floor 12A
Jl Jend Sudirman Kav 45-46, Jakarta 12930, Indonesia
Tel +62.21.5795.1275 Fax +62.215795.1274
Fasilitas EOC dirancang untuk menjadi fasilitas pendukung permanen yang terfokus pada operasi penanggulangan darurat bencana,
memanfaatkan sistem komunikasi dan informasi yang modern serta mekanisme kerja dan prosedur standar yang spesifik. Di tingkat
propinsi, fasilitas ini akan memainkan peran penting dalam membantu Komandan Operasi Penanggulangan Bencana – mulai dari koordinasi,
memimpin, mengontrol, komunikasi dan informasi – sebelum, selama dan setelah kondisi darurat. Fasilitas EOC pada dasarnya adalah titik
koordinasi dan informasi penanggulangan bencana di tingkat propinsi dengan garis komunikasi yang handal ke otoritas kabupaten dan
nasional.
Bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dari tingkat lokal ke atas, dan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
proyek ini mengadopsi ‘pendekatan garis depan’ dalam kegiatannya, yaitu dengan a) menfokuskan diri pada pembangunan fasilitas sekaligus
membangun sistem bantuan nasional; b) memperbaiki dan melancarkan sistem penyediaan layanan garis depan; c) menekankan kemitraan
dan kerjasama yang substantive dengan mitra-mitra lokal; d) memberdayakan para pembaharu dari kalangan pemerintah yang ada di agensiagensi lokal hingga gubernur; dan e) mengimplementasikan sistem pengawasan dan evaluasi yang ketat dan bermakna untuk mendapatkan
pembelajaran.
(Bersambung ke hal 6)
Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA
HAL 2
 IOM
Menfasilitasi
Workshop
CCCM
dan Kamp
Pengungsi
AHA Centre
5
The batik fabric design used in the IOM Indonesia newsletter banner is courtesy of Batik Kebon Indah – an IOM livelihood beneficiary under
the Java Reconstruction Fund Programme in 2008-2011. Kebon was among 4,300 micro and small enterprises (MSE) in the earthquakeaffected provinces of Yogyakarta and Central Java, assisted by IOM Indonesia. The Indonesian Batik is designated by UNESCO as a
Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Beyond supporting the revitalization of local economic development in areas of
high migration pressure at post-disaster, IOM Indonesia has also contributed to the preservation of Indonesia’s greatest cultural heritage.
6
Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA
Kegiatan tanggap darurat dan proyek
pengurangan risiko bencana
yang
ditampilkan dalam edisi kali ini
adalah bagian dari Sektor Bantuan
IOM seperti tertera dalam Kerangka
Kerja Operasional Krisis Migrasi IOM
(IOM Migration Crisis Operational
Framework/MCOF) – dalam area seperti
penelusuran pengungsi, bantuan nonmakanan dan ketahanan/pengurangan
risiko
bencana.
IOM
mengenali
bahwa krisis (yang disebabkan oleh
bencana alam, faktor-faktor ekonomi,
konflik, atau wabah) mungkin bersifat
lokal, nasional, atau transnasional
– tapi umumnya memiliki sejumlah
konsekuensi
yang
serupa
pada
masyarakat dan pemerintahan yang
terkena dampak. Konsekuensi tersebut
antara lain: instabilitas (politik atau
ekonomi); gangguan pada kehidupan
sosial dan sistem pelayanan masyarakat;
isu-isu kesehatan, dan pergerakan
populasi (internal dan/atau lintas batas).
IOM juga mengenali bahwa sebuah
krisis melalui sejumlah fase – pra-krisis,
kondisi darurat, dan pemulihan – yang
kemudian akan menentukan jenis
tindakan yang perlu diambil. IOM, sesuai
dengan mandatnya, menfokuskan diri
pada memahami dan memberikan
tanggapan pada konsekuensi migrasi
dari terjadinya krisis di semua fasenya.
FEBRUARI
2014
Tindakan Tanggap Darurat:
Sinabung dan Kelud
Lingkar Api Pasifik adalah wilayah dengan
kegiatan volkanis dan gempa yang intens,
terbentang dalam area berbentuk sepatu kuda
seluas 40.000 kilometer persegi dan melintasi
15 negara. Sekitar 75% dari gunung api di dunia
– baik yang aktif maupun tidak – terletak di
dalam wilayah ini. Indonesia terletak di dalam
lingkar api pasifik, dan 121 gunung berapi yang
ada di Indonesia kerap digambarkan sebagai
yang paling aktif di dalam Lingkar ini. Realita ini
tergambarkan dengan sangat jelas dengan dua
letusan gunung berapi yang terjadi di dua pulau
terbesar Indonesia. Gunung Sinabung di Sumatra
Utara meletus pada hari Sabtu, 1 Februari 2014,
dan kurang dari dua minggu setelahnya, Gunung
Kelud di Jawa Timur meletus pada 13 Februari
2014. Kedua letusan mengakibatkan korban
jiwa dan memaksa ratusan ribu orang untuk
meninggalkan rumah mereka. Abu dari letusan
tersebut sampai ke kota-kota di sekitarnya,
menutup bandar udara, mengganggu jadwal
penerbangan,
menyebabkan
gangguan
kesehatan, dan mengakibatkan kerugian
ekonomi yang besar sebagai akibat kerusakan
properti dan terganggunya usaha. IOM Indonesia
memiliki pengalaman yang panjang dalam
membantu operasi-operasi tanggap darurat
Pemerintah – paska tsunami di Aceh dan Nias
pada tahun 2005, paska gempa bumi Yogyakarta
tahun 2006, dan lain-lain. Di tingkat global, IOM
adalah ketua-bersama untuk Camp Coordination
and Camp Management (CCCM) Cluster bersama
dengan UNHCR.
Gunung Sinabung. Gunung Sinabung telah tidur
selama beberapa ratus tahun sebelum menjadi
aktif lagi pada tahun 2010, memaksa belasan
ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Gunung Sinabung meletus berulang-ulang sejak
akhir 2013. Letusan yang paling besar terjadi
pada 1 Februari 2014, menyebabkan
Pembagian pakaian ke anak-anak sekolah, SInabung, 19 Februari 2014, oleh
Kathryn Crockart dari Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Medan
setidaknya 16 orang tewas dan memaksa
30.000 orang mengungsi. IOM Indonesia,
melalui kantor cabangnya di Sumatra Utara,
bergerak cepat untuk membantu pemerintah
dalam melaksanakan operasi tanggap darurat.
IOM melakukan peninjauan lapangan terhadap
situasi para pengungsi, dan melakukan
identifikasi kelompok rentan di antara para
pengungsi. Dengan bantuan dana dari USAID,
dan berkoordinasi dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), IOM sedang
dalam proses mendistribusikan sekitar 6,988
pakaian untuk masyarakat yang terkena dampak
bencana, mengutamakan anak-anak yang
rentan dan masyarakat yang tinggal di kampkamp pengungsi sementara. IOM terus siaga
untuk mengantisipasi permintaan bantuan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mendasar yang mungkin belum terpenuhi.
(Bersambung ke hal 2)
Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA
1
(sambungan dari hal 1)
Gunung Kelud. Gunung Kelud adalah salah satu gunung berapi
paling aktif di pulau Jawa, dengan paling tidak 3 letusan besar
dalam 10 tahun terakhir. Jumlah korban jiwa rendah, namun angka
pengungsi mencapai jumlah ratusan ribu jiwa setelah letusan tanggal
13 Februari.
Menurut data pemerintah, 172 kamp pengungsi dan evakuasi
sementara telah didirikan untuk membantu masyarakat yang
terkena dampak. Untuk memperbaiki sistem manajemen kamp dan
pengiriman bantuan, Pemerintah meminta bantuan pendampingan
teknis dari IOM, terutama untuk pengaplikasian Displacement Tracking
Matrix (DTM).
Pertama kali digunakan di Haiti untuk membantu korban gempa,
DTM telah menjadi alat yang tak tergantikan dalam banyak operasi
bantuan IOM, terutama terkait dengan koordinasi dan manajemen
kamp bagi para pengungsi domestik (Internally Displaced People/
IDP). Setelah Haiti, IOM menggunakan DTM dalam sejumlah operasi
kemanusiaan lainnya, seperti di Filipina dan Mali.
DTM adalah perangkat pengumpul-data yang dirancang khusus
untuk memotret situasi kamp pengungsi dengan sejumlah informasi
penting, seperti lokasi para pengungsi, demografis, situasi kesehatan,
akses air, dan lain sebagainya.
Bekerja erat dengan BNPB, IOM telah mengupayakan agar aplikasi
ini dapat digunakan dalam perangkat tangan (handheld gadgets),
seperti telepon pintar dan tablet, agar pengumpulan data dapat
dilakukan secara ringkas dan dalam kondisi bergerak. IOM dan
BNPB juga telah membangun sistem penyimpanan data yang aman,
dimana para petugas lapangan dapat dengan segera mengunggah
data ke jaringan internet, dan membuat informasi dengan segera
dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan serta pengambil
keputusan terkait.
BNPB – dengan dukungan penuh dari IOM Indonesia – saat ini sedang
mengupayakan untuk mengintegrasikan DTM sepenuhnya ke dalam
sistem penanganan bencana nasional pemerintah. Pengaplikasian
DTM di Kelud adalah uji coba lapangan yang pertama di Indonesia.
IOM Menfasilitasi Workshop CCCM dan Kamp Pengungsi
AHA Centre
Pada tanggal 24-26 Februari 2014, IOM menfasilitasi Lokakarya
Camp Coordination and Camp Management (Koordinasi dan
Manajemen Kamp Pengungsi/CCCM) bagi ASEAN Coordinating
Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA
Centre). AHA Centre adalah institusi utama untuk tanggap darurat
dan manajemen bencana di Asia Tenggara. Didirikan tahun 2011,
salah satu tujuan AHA Centre adalah meningkatkan kapasitas
negara-negara anggota dalam hal penanganan bencana dengan
mengadakan pelatihan dan lokakarya.
Lokakarya ini adalah bagian dari AHA Centre Executive Programme
dan didukung oleh Japan-ASEAN Integration Fund.
Pengurangan Risiko Bencana di Jawa Barat dan Aceh
IOM Indonesia saat ini mengimplementasikan dua proyek
Penguatan Kapasitas Penanggulangan Bencana dan
Ketahanan Komunitas di Jawa Barat dan Aceh (DRR). Kedua
proyek ini bertujuan untuk mengurangi kerawanan bencana
dan meningkatkan ketahanan masyarakat lokal menghadapi
bencana alam. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam
kedua proyek ini dirancang agar menjadi sebuah model yang
dapat direplikasi oleh kemitraan pemerintah-masyarakat
sipil-komunitas. Kelompok target lokal terdiri dari lembaga
penanggulangan bencana, staf pemerintah propinsi dan
daerah, serta masyarakat akar rumput. Proyek DRR di Jawa
Barat menerima pendanaan dari AUSAid dan dari AustraliaIndonesia Facility for Disaster Reduction, sementara proyek DRR
di Aceh menerima pendanaan dari USAID.
Dua propinsi sasaran – Jawa Barat dan Aceh – dianggap
sebagai yang paling rawan di Indonesia. Keduanya memiliki
konteks bencana masing-masing, selain juga sejarah bencana
alam. Pada tahun 2004, tsunami samudra hindia menerpa Aceh dan
menewaskan lebih dari 100,000 jiwa. Jawa Barat rentan bencana
seperti tanah longsor, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Risiko
dan kerawanan yang tinggi di kedua propinsi terungkap di Indeks
Kerawanan Bencana BNPB. Tujuh kabupaten di Jawa Barat ada di
daftar 25 besar kabupaten dengan indeks kerawanan tertinggi (dari
494 kabupaten di seluruh Indonesia). Propinsi Aceh ada di peringkat
ke-5 dari propinsi paling rawan bencana (dari 31 propinsi dalam
indeks).
Jawa Barat
1) Proyek DRR Jawa Barat beroperasi di 7 kabupaten. Hingga
saat ini, 5 dari 7 kabupaten telah mengoperasionalkan
forum komunitas desa DRR masing-masing. Tiap forum
mempertemukan berbagai pemangku kepentingan terkait DRR,
seperti pemerintah, komunitas, LSM lokal dan institusi akademis.
Forum-forum ini dirancang untuk mendorong pemrioritasan
DRR dalam penyusunan kebijakan pemerintah dan memperbaiki
koordinasi dan kolaborasi antara berbagai aktor kepentingan di
masyarakat.
Bersama-sama dengan United Nations High Commissioner on
Refugees (UNHCR) sebagai pemimpin CCCM Global Cluster, IOM
memiliki pengalaman dan keahlian terkait dengan isu-isu CCCM.
Dengan pemahaman bahwa Asia Tenggara merupakan salah satu
kawasan paling rawan bencana di dunia, IOM berkomitmen untuk
meningkatkan kapasitas negara-negara Asia Tenggara dalam
menanggapi bencana dan kondisi darurat. IOM juga mengenali
peranan vital yang dapat diambil oleh AHA Centre, dan ASEAN,
dalam mengkordinasikan operasi tanggap darurat, serta dalam
mempromosikan kebijakan dan standard yang sama di antara
negara-negara anggota terkait dengan manajemen bencana.
Menanggapi permintaan dari AHA Centre, IOM mengirimkan
sejumlah ahli untuk menfasilitasi pelatihan, antara lain Brian Kelly,
Penasihat Tanggap Darurat Bencana dan Krisis Tingkat Regional
dari kantor regional Asia Pasifik IOM (ROAP) di Bangkok, Dr. Nenette
Motus, ahli medis dari Kantor Pusat IOM di Geneva, , Abel Hasballah,
Ahli Konstruksi Kamp Pengungsi dari IOM Pakistan, and Phyo Kyaw,
Spesialis Managemen Informasi dari IOM Manila. Peserta lokakarya
adalah pejabat agensi penanggulangan bencana dari negaranegara Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Thailand
and Vietnam.
Penguatan Kapasitas dalam Manajemen Bencana dan Ketahanan Komunitas: Jawa Barat dan Aceh
Di awal tahun 2014, Forum Propinsi DRR Jawa Barat, yang
dipimpin oleh Wakil Gubernur, dihadiri oleh sekitar 120
organisasi masyarakat/kantor pemerintahan/perusahaan dari
27 kabupaten di Jawa Barat. Lebih dari itu, forum ini berhasil
membentuk struktur kepemimpinan sendiri. Juga tidak kalah
penting adalah keberhasilan forum ini menggalang dukungan
dari sektor bisnis.
IOM Facilitators (standing from left to right): Phyo Kyaw of IOM Manila Administrative Center, Dr. Nenette Motus from IOM Headquarters, and Brian
Kelly from IOM Regional Office for Asia and the Pacific Bangkok.
2) Sebagai bagian dari upaya pembangunan kapasitas
bagi komunitas lokal, proyek DRR dan masyarakat lokal
mengembangkan peta risiko untuk tingkat kabupaten (pada
saat penulisan, sekitar 90% telah ter update) – untuk digunakan
oleh komunitas-komunitas dalam rangka mengidentifikasikan
potensi bahaya di lingkungan sekitar dan membantu tindakan
pencegahan di tingkat masyarakat.
3) Terkait dengan pelatihan bagi pegawai pemerintah daerah
propinsi/kabupaten dan BPBD, tabel berikut memperlihatkan
pencapaian hingga saat ini:
2
Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA
4) Bersama-sama dengan akademisi dan organisasi
pemerintah lainnya serta dengan sektor swasta,
proyek DRR mendirikan 4 Forum DRR. Forum ini
berada di 15 desa yang tersebar di 5 kabupaten
sasaran, dengan tujuan mendorong desa-desa
tersebut mendapatkan status Desa Tangguh.
5) Kegiatan Peningkatan Kesadaran Komunitas lainnya
adalah sebagai berikut:
• Pelatihan Tsunami
• Lomba Foto DRR
• Pelatihan Pencegahan Kebakaran
Bagi Perempuan
• Perkenalan Sistem Komunikasi Radio
Bencana bagi Pemuda dan Pemimpin Desa
• Sosialisasi DRR di sekolah-sekolah
Simulasi Gempa bumi bagi siswa taman kanak-kanak di Bogor, Jawa Barat, 23 Juli 2013
Pelatihan Tsunami, Aceh, 26 Desember 2012
Topik
# Peserta
Manajemen Bencana Tingkat Lanjut
103
ToT Kegiatan Operasional Pemulihan Paska Bencana
50
Manajemen Bencana Dasar
450
Manajemen Bencana
162
TOT Manajemen Informasi
26
Sistem Informasi Geografis
26
Manajemen Informasi
428
Pelatihan Perangkat Analisa Gender dan Pemisahan Data
93
Perempuan Sebagai Pemimpin
100
Lokakarya Penyusunan Rencana Darurat
29
Rencana Manajemen Bencana
277
Aceh
1) Proyek DRR menargetkan 5 kabupaten: Banda Aceh, Bener
Meriah, Aceh Tenggara, Aceh Singkil dan Simeulue. IOM telah
menyelenggarakan sejumlah pelatihan berikut bagi pejabat
pemerintah lokal dan organisasi penanggulangan bencana :
4) Serangkaian kegiatan peningkatan kesadaran DRR diselenggarakan
bekerjasama dengan BPBD tingkat propinsi dan kabupaten. Ada
24 kegiatan peningkatan kesadaran yang dilakukan, termasuk
sejumlah acara bincang-bincang di radio dan 2 acara bincangbincang di televisi, untuk menyampaikan pesan-pesan DRR
kepada pemangku kepentingan dan masyarakat pada umumnya.
Diperkirakan ekspose media ini mampu menjangkau hingga 1,2 juta
orang di propinsi.
5) Dengan konsultasi yang erat bersama BPBD, proyek DRR
mendukung 21 desa untuk mendapatkan status Desa Tangguh.
Status ini diberikan kepada desa-desa yang memiliki tingkat
kesiapan bencana yang tinggi. Untuk memperkuat status ini, proyek
DRR menyelenggarakan pelatihan Manajemen Bencana di 21 desa.
Saat ini proyek DRR sedang dalam proses mengadakan Pelatihan
Penilaian Cepat dan Pertolongan Pertama bagi Korban Bencana di
21 desa.
6) Proyek ini didanai oleh bantuan dana dari AusAid dan the Australia
Indonesia Facility for Disaster Reduction.
(bersambung ke halaman 4)
Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA
(sambungan dari hal 3)
3
PELATIHAN
# Peserta
Manajemen Bencana Dasar
127
TOT Manajemen Bencana
28
TOT Manajemen Informasi
11
Pelatihan Sistem Informasi Geografi Dasar dan Lanjutan
99
Manajemen Bencana Dasar Tingkat Kecamatan
222
6) Tanggap Darurat bagi Gempa Bumi Gayo Pada
bulan Juli 2013, dua kabupaten di Aceh, Bener
Meriah dan Aceh Tengah, dihantam oleh gempa
bumi berkekuatan 6.2 pada Skala Richter. Di
sejumlah wilayah yang berbatasan, gempa bumi
diikuti oleh tanah longsor, yang menyebabkan
kerusakan lebih besar.
Bekerja erat dengan lembaga penanggulangan bencana, proyek
DRR segera menurunkan operasi tanggap darurat bencana
dan pemulihan. Dengan bantuan pendanaan dari USAID, IOM
mendistribusikan 2000 paket tenda pengungsi. Selain itu, 20,000
meter lembar plastik, 700 pak perlengkapan kebersihan untuk
anak-anak dan ibu-ibu juga dibagikan, serta sejumlah perangkat
ledak kecil untuk membantu pembersihan puing-puing dan
memulai proses pembangunan kembali. Untuk memperbaiki
distribusi bantuan, IOM bekerja dengan dua organisasi relawan,
Green Hill dan Institut Redelong.
2) Untuk meningkatkan visibilitas dan kedekatan dengan pesanpesan DRR, proyek DRR merancang satu maskot
yang disebut SIGANA – sebuah akronim dari
Siaga Bencana – di semua materi kampanye
publik. Bekerja sama dengan pemerintah
lokal, sejumlah kegiatan peningkatan
kesadaran
diselenggarakan,
termasuk
pemberitaan melalui 3 media, termasuk produksi
dan pengudaraan iklan layanan masyarakat
terkait kesadaran Bencana yang menggunakan seni
pertunjukan tradisional.
3) Proyek DRR memberikan perhatian khusus bagi kelompok
rawan di Aceh – antara lain mereka dari kelompok minoritas
seksual, termasuk komunitas Lesbian-Gay-Bisexual-Transgender
(LGBT). Sebagai satu-satunya propinsi di Indonesia yang
menerapkan hukum Syariah, kelompok ini rentan terpinggirkan
dari perencanaan tanggap bencana. Untuk menjawab
kekhawatiran ini, proyek DRR menyelenggarakan pelatihan
khusus bagi kelompok ini, dan hingga sekarang telah melatih 27
orang yang mewakili kelompok minoritas seksual.
DRR Brochure for West Java
Tanggap Darurat dan Pengurangan Risiko Bencana IOM In INDONESIA
4
Download