iii. kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah

advertisement
III.
KEBIJAKAN UMUM
PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH
Pengelolaan keuangan daerah merupakan sub-sistem dari sistem
pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pengelolaan keuangan yang
baik ialah pengelolaan yang bisa mengoptimalkan potensi-potensi
pembangunan suatu daerah, sehingga dapat tercapai target-target
dalam peningkatan kualitas pembangunan.
Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah
meningkatkan peran dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam
mengelola pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Sebagai konsekuensi pembebanan tugas dan
tanggung jawab ke Daerah yang semakin besar, kepada Daerah telah
diserahkan sumber pendanaan yang terus meningkat secara signifikan
dari tahun ke tahun, baik melalui skema transfer maupun penyerahan
kewenangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.
Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
beberapa kali diubah dan terakhir menjadi Undang-undang Nomor 12
tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah, menjelaskan bahwa penyelenggaraan Pemerintah
Daerah dilakukan berdasarkan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata
dan bertanggungjawab, serta asas tugas pembantuan dan
dekonsentrasi yang merupakan penugasan dari Pemerintah untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan hal
tersebut, penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) menjadi tahapan yang sangat krusial dalam memulai roda
pemerintahan dan pembangunan setiap tahunnya dalam mewujudkan
pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat. Instrumen kebijakan
fiskal yang digunakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
melakukan pelayanan publik dan mendorong pertumbuhan ekonomi
tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
III-1
Selain kedua Undang-undang tersebut,
terdapat beberapa peraturan perundangundangan
yang
menjadi
acuan
pengelolaan keuangan daerah, antara
lain: (i) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, (ii)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, (iii)
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan
(iv) Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, yang secara teknis
mengacu kepada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
telah dirubah terakhir kali dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pemerintah Kota Bandung dalam menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2012, berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Selanjutnya atas dasar tersebut dan berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara pihak
legislatif dengan Pemerintah Kota Bandung, maka ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 06
Tahun 2012 Tanggal 14 Februari 2012 tentang Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 dan Peraturan Walikota Nomor 110 Tahun 2012
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 serta
Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2012 Tanggal 12 November 2012 tentang Penetapan
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 dan
Peraturan Walikota Nomor 778 Tahun 2012 Tanggal 12 November 2012 tentang Penjabaran
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, struktur APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
terdiri atas: (1) Penerimaan Daerah yang di dalamnya terdapat Pendapatan Daerah dan
Penerimaan Pembiayaan Daerah; serta (2) Pengeluaran Daerah yang di dalamnya terdapat
Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
III-2
Gambar III.1
Struktur APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
PENERIMA
AN
DAERAH
PENGELUA
RAN
DAERAH
Pendapatan
Daerah
Belanja
Daerah
Penerimaan
Pembiayaan
Daerah
Pengeluaran
Pembiayaan
Daerah
Pada komponen Pendapatan terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Hasil
Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang berasal dari Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; serta (3) Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah yang berasal dari Pendapatan Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan
Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.
Sedangkan pada komponen Belanja terdiri atas: (1) Belanja Tidak Langsung yang didalamnya
terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan
Sosial, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga; (2) Belanja Langsung yang didalamnya terdiri atas Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal.
Sementara komponen Pembiayaan terdiri atas: (1) Penerimaan Pembiayaan Daerah yang
didalamnya terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Lalu, Penerimaan
Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah, (2) Pengeluaran Pembiayaan
Daerah yang didalamnya terdiri atas Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal
(investasi) Pemerintah Daerah, dan Pembayaran Pokok Utang; (3) Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Berjalan, yang mana datanya berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2012.
III-3
Gambar III.2
Komponen APBD Kota Bandung Tahun 2012
KOMPONEN
PENDAPATAN
• Pendapatan Asli
Daerah
• Dana
Perimbangan
• Lain-Lain
Pendapatan
Yang Sah
KOMPONEN
BELANJA
• Belanja Tidak
Langsung
• Belanja
Langsung
KOMPONEN
PEMBIAYAAN
• Penerimaan
Pembiayaan
Daerah
• Pengeluaran
Pembiayaan
Daerah
• Sisa Lebih
Pembiayaan
Anggaran Tahun
Berjalan
Untuk dapat menggerakkan fungsi pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat
dan pelayanan publik, maka diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan sumber-sumber
pendapatan daerah sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.
Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan Pendapatan
Daerah Kota Bandung yang tertuang dalam Peraturan Daerah tentang APBD Murni maupun
Perubahan Tahun Anggaran 2012 adalah sebagai berikut.
A.
Pengelolaan Pendapatan Daerah
1.
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan Pendapatan
Daerah pada Tahun Anggaran 2012 adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
mengoptimalkan penerimaan daerah dengan cara membenahi manajemen data
penerimaan PAD, meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional,
melakukan evaluasi dan revisi secara berkala terhadap Peraturan Daerah tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang perlu disesuaikan, menetapkan target penerimaan
berdasarkan potensi penerimaan, dan mengembangkan kelembagaan pengelolaan
keuangan daerah sesuai kebutuhan daerah;
membuat database dan pemetaan data tentang potensi pendataan daerah sebagai data
dasar penghitungan PAD;
menetapkan sumber pendapatan daerah unggulan yang bersifat elastis terhadap
perkembangan basis pungutannya dan less distortive terhadap perekonomian;
pemantapan kelembagaan dan sistem operasional pemungutan pendapatan daerah;
meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan SKPD penghasil;
III-4
f.
g.
h.
2.
mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memberikan
kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah;
meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; dan
meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah.
Target dan Realisasi Pendapatan
Target pendapatan Pemerintah Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2012 sebagaimana yang
tertuang dalam APBD dianggarkan sebesar Rp3.609.909.735.354,63 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp3.666.703.946.900,00 atau mencapai sebesar 101,57% dari target yang telah
ditetapkan (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI). Perincian rencana dan realisasi pendapatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.1
Komposisi Pendapatan Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No.
Uraian
1
PAD
2
Dana Perimbangan
3
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah
Jumlah
Anggaran
Pendapatan
Realisasi Pendapatan
%
933.920.994.572
1.005.836.878.460
107,70
1.794.296.154.447
1.806.832.269.571
100,70
881.692.586.336
854.034.798.869
96,86
3.609.909.735.355
3.666.703.946.900
101,57
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Dari tabel tersebut terlihat bahwa realisasi PAD telah melampaui target yang diharapkan. Dalam
hal ini realisasi PAD Tahun 2012 mencapai 107,70% dari target yang diharapkan. Untuk Dana
Perimbangan realisasinya di Tahun 2012, yaitu sebesar Rp1.806.832.269.571,00 atau mencapai
100,70% dari target yang direncanakan. Sedangkan capaian untuk realisasi Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah berada pada kisaran 96,86%.
III-5
Grafik III.1
Capaian Target Tiap Komponen Pendapatan
Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (%)
120
: Realisasi ≥ Target
Persentase (%)
115
: Realisasi < Target
107.7
110
105
101.57
100.70
100
96.86
95
90
PAD
Dana Perimbangan
Lain-lain
Pendapatan Daerah
yang Sah
TOTAL
PENDAPATAN
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Jika dilihat dari komposisi anggarannya, terlihat bahwa PAD menyumbang 27,43% dari total
pendapatan Kota Bandung di Tahun 2012. Sedangkan untuk Dana Perimbangan memberikan
kontribusi terbesar, yaitu 49,28% dan sisanya sebesar 23,29% ialah Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah.
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Persentase (%)
Grafik III.2
Kontribusi Tiap Komponen Pendapatan Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 dan
Perbandingan Kontribusi Rerata PAD Kab/Kota secara Nasional (%)
49.28%
23.29%
Lain-lain
Pendapatan
Daerah yang Sah
27.43%
PAD
Rerata Kontribusi PAD Kab/Kota
(Se-Provinsi) secara Nasional
terhadap Pendapatan (Rasio
Ketergantungan) Thn 2012 = 8,4%
Dana
Perimbangan
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013 dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kementerian Keuangan
Kontribusi PAD Kota Bandung yang sebesar 27,43% di Tahun 2012 ini relatif lebih baik jika
dibandingkan dengan rerata kontribusi PAD Kabupaten/Kota secara nasional yang hanya berada
1
2
di kisaran 8,4% di Tahun 2012 . Hal ini menunjukkan bahwa rasio ketergantungan daerah Kota
Bandung (ditunjukkan oleh rasio PAD terhadap total pendapatan) lebih baik dibandingkan
1
Laporan “Deskripsi dan Analisis APBD 2012”, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan
Rasio ketergantungan daerah menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap bantuan pihak
eksternal. Semakin tinggi ketergantungan suatu daerah, semakin tinggi tingkat ketergantungan daerah terhadap
bantuan pihak eksternal. Dalam hal ini semakin besar angka rasio PAD maka ketergantungan daerah semakin kecil.
2
III-6
dengan rata-rata kabupaten/kota lain secara nasional. Dengan semakin besar kontribusi PAD
atas pendapatan daerah, maka kemandirian daerah semakin besar. Adapun rincian dari masingmasing pendapatan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan
keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber
utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh Daerah dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas.
Kemampuan Daerah dalam memajukan perekonomian daerahnya salah satunya dapat terlihat
dalam perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besaran PAD dapat menjadi salah satu
indikator dalam menilai peran dan kemampuan Daerah dalam membiayai pembangunan dan
rumah tangganya sendiri (self-supporting). PAD memiliki posisi strategis dalam proses
pelaksanaan pembangunan daerah, karena digunakan untuk membiayai belanja pembangunan
setiap tahunnya.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang berasal dari: (1) Hasil Pajak
Daerah; (2) Hasil Retribusi Daerah; (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;
serta (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2012
direncanakan sebesar Rp933.920.994.572,00 dan dapat direalisasikan lebih besar dibandingkan
target semula, yaitu sebesar Rp1.005.836.878.460,00 atau kinerjanya mencapai 107,70% dari
target yang direncanakan (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI). Sumbangan terbesar dari PAD
Kota Bandung adalah berasal dari hasil pajak daerah, yaitu mencapai 112,94% dari realisasi PAD
yang dihasilkan di tahun 2012. Adapun perincian PAD Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2012
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.2
Perincian Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
Hasil Pajak Daerah
2
Anggaran
pendapatan
Realisasi
pendapatan
%
727.000.000.000
821.045.120.342
112,94
Hasil Retribusi Daerah
71.174.028.328
78.649.880.372
110,50
3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
10.269.067.395
7.227.067.446
70,38
4
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
125.477.898.849
98.914.810.300
78,83
933.920.994.572
1.005.836.878.460
107,70
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
III-7
Diketahui bahwa komponen hasil pajak daerah melampaui target relatif lebih besar dari yang
telah direncanakan semula. Dari target Hasil Pajak Daerah sebesar Rp727.000.000.000,00
ternyata realisasinya mencapai Rp821.045.120.342,00 atau mencapai 112,94%. Selain itu,
realisasi hasil Retribusi Daerah juga melampaui angka dari yang ditargetkan (110,50%). Namun
PAD yang diperoleh dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada Tahun 2012 ini belum bisa memenuhi target.
Grafik III.3
Kontribusi Tiap Komponen Pendapatan Asli Daerah
Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (%)
Lain-lain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
9.83%
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah yang
dipisahkan
0.72%
Hasil Retribusi
Daerah
7.82%
Hasil Pajak
Daerah
81.63%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Grafik III.4
Capaian Target Tiap Komponen Pendapatan Asli Daerah
Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
: Realisasi ≥ Target
140
Persentase (%)
120
112.94
110.50
: Realisasi < Target
100
107.70
78.83
80
70.38
60
40
20
0
Hasil Pajak
Daerah
Hasil Retribusi Hasil Pengelolaan
Lain-lain
Daerah
Kekayaan Daerah Pendapatan Asli
yang dipisahkan Daerah yang Sah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
III-8
TOTAL PAD
Tingginya realisasi pajak daerah Tahun 2012 ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi Kota
Bandung terus mengalami kemajuan dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan usaha dalam
menggali sumber-sumber potensial penerimaan pajak daerah. Melalui penguatan sumbersumber pendapatan daerah (terutama pajak), maka diharapkan terdapat peningkatan efisiensi
dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
1)
Pajak Daerah
Instrumen utama dalam pelaksanaan
desentralisasi fiskal dilakukan melalui
pemberian
kewenangan
kepada
Pemerintah Daerah untuk memungut
pajak (taxing power) dan transfer ke
Daerah. Dalam hal ini, kebijakan taxing
power kepada Daerah dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Kewenangan yang lebih
luas di bidang perpajakan daerah ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
pendapatan daerah sehingga dapat
mengkompensasi hilangnya penerimaan
dari beberapa jenis pungutan daerah
sebagai akibat dari adanya perubahan
open-list system menjadi closed-list
system.
• Instrumen utama dalam pelaksanaan
desentralisasi fiskal dilakukan
melalui pemberian kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk
memungut pajak (taxing power) dan
transfer ke daerah. Dalam hal ini,
kebijakan taxing power kepada
daerah dilaksanakan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) merupakan komponen utama Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah yang dapat
dipungut oleh Daerah adalah 16 jenis, meliputi 5 jenis yang dapat dipungut oleh daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota adalah sebanyak 11 jenis.
Jenis Pajak Daerah yang direncanakan menjadi bagian Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung
meliputi: (1) Pajak Hotel (2) Pajak Restoran; (3) Pajak Hiburan; (4) Pajak Reklame; (5) Pajak
Penerangan Jalan; (6) Pajak Parkir; (7) Pajak Bea Pelepasan Hak Atas Tanah dan Bangunan; dan
(8) Pajak Air Bawah Tanah dan (9) Pajak Bumi dan Bangunan.
Penerimaan Pajak Daerah pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan sebesar
Rp727.000.000.000,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp821.196.329.264,00 atau
penerimaannya mencapai 112,96% dari target yang ditetapkan (sebelum dilakukan audit oleh
BPK-RI). Selain itu terdapat denda pajak sebesar Rp151.208.922,00 yang masuk kedalam
Pendapatan Denda Pajak / Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Hal ini disebabkan oleh
semakin membaiknya kegiatan perekonomian di Kota Bandung yang berdampak terhadap
meningkatnya kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain itu juga pada
Tahun 2012 terdapat kegiatan-kegiatan yang berskala nasional banyak diselenggarakan di Kota
III-9
Bandung. Dan apabila dibandingkan dengan target RPJMD Kota Bandung Tahun 2009-2013
sebesar Rp523.600.000.000,00 maka realisasi mencapai 156,81%. Rincian hasil pajak daerah
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel III.3
Perincian Pendapatan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
Anggaran Pendapatan
Realisasi Pendapatan
%
131.000.000.000,00
142.732.317.105,00
108,96
1
Pajak Hotel
2
Pajak Restoran dan Rumah Makan
88.500.000.000,00
97.356.787.188,00
110,01
3
Pajak Hiburan
33.000.000.000,00
34.553.186.144,00
104,71
4
Pajak Reklame
15.500.000.000,00
18.575.238.358,00
119,84
5
Pajak Penerangan Jalan
114.000.000.000,00
118.646.202.927,00
104,08
6
Pajak Parkir
7.000.000.000,00
7.135.692.799,00
101,94
7
BPHTB
335.000.000.000,00
398.574.514.052,00
118,98
8
Pajak Air Bawah Tanah
3.000.000.000,00
3.471.181.769,00
115,71
727.000.000.000,00
821.045.120.342,00
112,94
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Berdasarkan data pencapaian target pajak daerah tersebut, dapat dijelaskan bahwa Pajak Hotel
seluruhnya melampaui target karena adanya penambahan hotel-hotel baru serta peningkatan
occupancy hotel. Hal ini terutama akibat banyaknya event yang dilaksanakan di Kota Bandung
pada Tahun 2012. Demikian juga Pajak Restoran melampaui target sejalan dengan penambahan
jumlah restoran dan rumah makan baru serta penerapan Pajak Restoran atas Jasa Boga/Catering
sebagai pengganti Pajak Pertambahan Nilai di tahun 2012. Pajak Hiburan meningkat melebihi
target karena adanya event yang dilaksanakan di Kota Bandung, yang berdampak terhadap
meningkatnya minat masyarakat terhadap hiburan serta ditunjang dengan peningkatan kualitas
pelayanan dari pengelola hiburan. Di sisi lain, Pajak Penerangan Jalan melebihi target yang
telah ditetapkan karena adanya peningkatan permintaan masyarakat terhadap layanan
penerangan jalan. Pajak Reklame pun mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya
intensitas koordinasi antar SKPD yang mengelola perijinan penyelenggaraan reklame di Kota
Bandung.
Lebih lanjut, Pajak Parkir di Tahun 2012 juga melebihi target yang telah ditetapkan, hal ini
dikarenakan adanya peningkatan occupancy parkir serta penyesuaian tarif parkir. Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan komponen terbesar dalam pendapatan
pajak daerah Kota Bandung dan terealisasi sebesar 118,98% dari target semula. BPHTB yang
semula merupakan Pajak Pusat, telah beralih menjadi pajak daerah sejak 1 Januari 2011 sesuai
dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga menjadi salah satu
komponen potensial pendapatan daerah. Pengalihan BPHTB ke dalam kas daerah diharapkan
dapat menjadi salah satu solusi bagi Pemerintah Kota untuk membiayai pembangunan
daerahnya. Adapun terjadinya over target pada penerimaan BPHTB lebih banyak didukung oleh
dinamisnya kegiatan perekonomian di Kota Bandung serta meningkatnya kualitas pelayanan
III-10
BPHTB, sehingga mengakibatkan meningkatnya transaksi jual beli tanah dan bangunan pada
masyarakat Kota Bandung.
Begitu juga halnya dengan Pajak Air Bawah Tanah yang semula merupakan Pajak Provinsi telah
beralih menjadi Pajak Daerah sejak Bulan Februari 2011 dan realisasinya telah melampaui target,
sebesar 115,71%.
Persentase (%)
Grafik III.5
Capaian Target Tiap Komponen Pendapatan Pajak Daerah
Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
300
: Realisasi ≥ Target
250
: Realisasi < Target
200
150
108.96
110.01
100
104.71
119.84
104.08
101.94
118.98
115.71
BPHTB
Pajak Air
Bawah
Tanah
50
0
Pajak Hotel
Pajak
Pajak
Pajak
Restoran dan Hiburan
Reklame
Rumah
Makan
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
2)
Pajak
Pajak Parkir
Penerangan
Jalan
Retribusi Daerah
Retribusi memiliki dua prinsip yaitu sebagai (i) sumber pendapatan (budgedtary) dan retribusi
sebagai pengatur (regulatory). Sebagai sumber pendapatan berarti hasil yang didapatkan dari
penarikan retribusi terhadap pelayanan yang diberikan dalam suatu kota akan masuk ke dalam
pendapatan daerah. Sebagai pengatur artinya retribusi memiliki fungsi mengatur suatu kegiatan
dimana retribusi itu dibebankan. Retribusi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau Badan.
Jenis Retribusi Daerah yang menjadi bagian Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung meliputi: (1)
Retribusi Pelayanan Kesehatan; (2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; (3) Retribusi
Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil; (4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan
Pengabuan Mayat; (5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; (6) Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor; (7) Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; (8) Retribusi Terminal; (9)
Retribusi Rumah Potong Hewan; (10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; (11) Retribusi
Penyeberangan di Air; (12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair; (13) Retribusi Pembinaan dan
Promosi Penyelenggaraan Usaha; (14) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; (15) Retribusi Izin
Gangguan/Keramaian; (16) Retribusi Ijin Trayek; (17) Retribusi Izin Bidang Perindustrian dan
Perdagangan; (18) Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah; serta (19) Retribusi Surat Izin
Usaha Jasa Konstruksi.
III-11
Pendapatan Retribusi Daerah pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan sebesar
Rp71.174.028.328,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp78.649.880.372,00 atau tingkat
penerimaannya mencapai 110,50% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Adapun perincian pendapatan dari Retribusi Daerah pada Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel III.4
Perincian Penerimaan Retribusi Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
Retribusi Pelayanan Kesehatan
2
Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan
3
Anggaran
Pendapatan
Realisasi
Pendapatan
%
SKPD
Dinkes, RSUD,
RSKGM, RSKIA,
DistanKP
15.429.438.022,00
15.653.104.900,00
101,45
47.982.000,00
786.500,00
1,64
Diskamtam
Retribusi Penggantian Biaya KTP
dan Akte Catatan Sipil
925.700.000,00
11.750.000,00
1,27
Disdukcapil
4
Retribusi Pelayanan Pemakaman
dan Pengabuan Mayat
1.807.443.493,00
3.222.669.500,00
178,30
Diskamtam
5
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi
Jalan Umum
6.800.000.000,00
4.903.047.000,00
72,10
Dishub & UPP
6
Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor
1.708.750.000,00
1.406.274.500,00
82,30
Dishub, UPP,
BPPT
7
Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
1.250.000.000,00
409.772.300,00
32,78
Dinas PP
Kebakaran
8
Retribusi Bidang Perhubungan
3.128.849.500,00
1.863.859.000,00
59,57
Dishub & UPP
9
Retribusi Rumah Potong Hewan
2.056.560.000,00
833.214.750,00
40,51
Distan KP
10
Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olah raga
747.226.100,00
58.590.000,00
7,84
Diskamtam
11
Retribusi Penyeberangan di Air
0,00
1.700.000,00
-
BPPT
12
Retribusi Pengolahan Limbah Cair
0,00
13.882.120,00
-
BPPT
13
Retribusi Pembinaan dan Promosi
Penyelenggaraan Usaha
0,00
55.470.000,00
-
BPPT
14
Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan
35.750.000.000,00
48.582.056.268,00
135,89
BPPT
15
Retribusi Izin
Gangguan/Keramaian
1.200.000.050,00
1.105.125.355,00
92,09
BPPT
16
Retribusi Izin Trayek
322.079.163,00
22.475.000,00
6,98
Dishub, BPPT
17
Retribusi Izin Bidang
Perindustrian dan Perdagangan
0,00
433.050.179,00
-
BPPT
18
Retribusi Izin Peruntukan
Penggunaan Tanah
0,00
28.653.000,00
-
BPPT
19
Retribusi Ijin Usaha Jasa
Konstruksi
0,00
44.400.000,00
-
BPPT
66.721.303.568,00
78.649.880.372,00
110,50
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
III-12
Berdasarkan data pencapaian target retribusi daerah tersebut, terdapat beberapa retribusi yang
melebihi target yang telah ditetapkan, antara lain:
a)
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkontribusi pada Retribusi Pelayanan Kesehatan
terdiri dari 5 (lima) SKPD, yaitu (1) Dinas Kesehatan, (2) Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut,
(3) Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, (4) Rumah Sakit Umum Daerah, dan (5) Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan. Capaian per-Bulan Desember Tahun 2012 adalah sebesar
101,45%. SKPD pemberi kontribusi terhadap pelayanan kesehatan yang berhasil melampaui
target adalah Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak. Ketercapaian target
pada Dinas Kesehatan adalah karena adanya ASKES Laboratorium Sosial, Kapitasi ASKES
Rp2.000,00 per jiwa berdasarkan PERMENKES RI Nomor 416/MENKES/PER/II/2012 tentang
Tarif Pelayanan Kesehatan bagi PT. ASKES (Persero). Sedangkan untuk Rumah Sakit
Khusus Ibu disebabkan karena target tersebut telah disesuaikan dengan yang disetorkan
sebelum berubah menjadi Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD);
b) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang dikelola oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
(BPPT) sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 135,89%. Retribusi tersebut
dikarenakan adanya peningkatan permohonan IMB pada Tahun 2012 khususnya bangunan
Hotel, Apartemen/Rusunami sehingga pencapaian target PAD pada tahun 2012 meningkat
secara signifikan;
c)
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat yang dikelola oleh Dinas
Pemakaman dan Pertamanan sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka
178,30%. Retribusi tersebut berhasil melebihi target dikarenakan telah dioptimalkannya
sosialisasi Perda Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat serta dilaksanakannya
pemberitahuan/teguran kepada ahli waris yang belum memenuhi kewajiban membayar Her
Registrasi Makam;
Berdasarkan data pencapaian target retribusi daerah tersebut, terdapat beberapa retribusi yang
belum mencapai target yang telah ditetapkan. Beberapa penjelasan belum tercapainya target
retribusi antara lain:
a)
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang di kelola Dinas Pemakaman dan
Pertamanan sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 1,64%. Retribusi
tersebut belum mencapai target dikarenakan masih kurangnya dukungan dari masyarakat
dan belum adanya penyesuaian tarif atas jasa kebersihan dengan biaya pengelolaan
kebersihan;
b) Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil yang dikelola Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 1,27%. Retribusi
tersebut belum mencapai target karena dilaksanakannya program pendataan e-KTP pada
Tahun Anggaran 2012 dan masih kurangnya masyarakat yang mengurus administrasi
catatan sipil;
c)
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum yang dikelola oleh Dinas Perhubungan dan
Unit Pengelola Parkir (UPP) sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka
72,10%. Penyebab belum tercapainya target retribusi tersebut pada Dinas Perhubungan
dikarenakan bertambahnya target PAD sebesar Rp1.000.000.000,00 dari tahun sebelumnya
III-13
sementara ketersediaan lahan parkir yang proporsional tidak signifikan dengan makin
meningkatnya jumlah kendaraan di jalan serta kesadaran pengguna jalan;
d) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang di kelola Dinas Perhubungan dan Unit
Pengelola Parkir (UPP) sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 82,30%.
Retribusi tersebut belum mencapai target karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam
pengurusan perizinan serta menurunnya jumlah kendaraan yang numpang uji di Kota
Bandung;
e)
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran yang dikelola oleh Dinas Kebakaran
sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 32,78% Retribusi tersebut belum
dapat memenuhi target karena meningkatnya target PAD sebesar Rp977.000.000,00 dari
tahun sebelumnya serta masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penanggulangan
kebakaran;
f)
Retribusi Bidang Perhubungan yang dikelola oleh Dinas Perhubungan dan Unit Pengelola
Parkir (UPP) sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 59,57%. Retribusi
tersebut belum dapat memenuhi target dikarenakan belum optimalnya dalam pengelolaan
retribusi di lapangan serta masih kurangnya kesadaran pengemudi angkutan umum untuk
mentaati aturan;
g) Retribusi Rumah Potong Hewan yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka 40,51%. Retribusi tersebut belum
dapat memenuhi target dikarenakan meningkatnya target PAD sebesar Rp1.217.310.000,00
dari tahun sebelumnya sertamasih ada beberapa RPH yang belum memenuhi kewajibannya
dalam membayar retribusi;
h) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan
Pertamanan sampai dengan akhir bulan Desember 2012 mencapai angka 7,84%. Retribusi
tersebut belum tercapai karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga fasilitas
umum dan fasilitas sosial;
i)
Retribusi Izin Gangguan/Keramaian yang dikelola oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
sampai dengan akhir bulan Desember 2012 sebesar 92,09%. Penyebab belum tercapainya
target retribusi tersebut dikarenakan terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan terbitnya
Surat Edaran Walikota Bandung Nomor : 188.342/0305-Bag.Huk.HAM tanggal 24 Januari
2012 tentang Harmonisasi Peraturan Daerah di Kota Bandung dan dilakukan penghentian
sementara pemungutan retribusi Izin gangguan/HO yang berlaku mulai tanggal terbitnya
Surat Edaran sampai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19
Tahun 2012 tanggal 9 November 2012 tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin Gangguan;
j)
Retribusi Izin Trayek yang dikelola oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) dan
Dinas Perhubungan Kota Bandung sampai dengan periode Desember 2012 mencapai angka
6,98%. Retribusi tersebut dipengaruhi dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan
terbitnya Surat Edaran Walikota Bandung Nomor : 188.342/0305-Bag.Huk.HAM tanggal 24
Januari 2012 tentang Harmonisasi Peraturan Daerah di Kota Bandung dan dilakukan
penghentian sementara pemungutan retribusi Izin Trayek yang berlaku mulai tanggal
III-14
terbitnya Surat Edaran sampai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor : 16 Tahun 2012 tanggal 1 Oktober 2012 tentang Penyelenggaraan Perhubungan dan
Retribusi di Bidang Perhubungan.
3)
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Tujuan dibentuknya BUMD secara umum adalah untuk melaksanakan pembangunan daerah
melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan
peningkatan penghasilan Pemerintah Daerah. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan merupakan laba yang diperoleh dari penyertaan
modal pada Bank Jabar, Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD. BPR) Kota Bandung,
PDAM Tirtawening, dan KPKB Kota Bandung yang penerimaannya menjadi bagian dari
Pendapatan Asli Daerah, sebagaimana tabel berikut.
Tabel III.5
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No
Uraian
1
PT. Bank Jabar
2
PD. BPR
3
PDAM Tirtawening
4
KPKB Kota Bandung
Jumlah
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Anggaran Pendapatan
Realisasi Pendapatan
%
6.922.117.395,00
7.084.367.446,00
102,34
0,00
0,00
-
3.240.000.000,00
0,00
0,00
106.950.000,00
142.700.000
133,43
10.269.067.395,00
7.227.067.446,00
70,38
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Pada Tahun Anggaran 2012, perolehan laba sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI dari PT. Bank
Jabar direncanakan sebesar Rp6.922.117.395,00 dan dapat direalisasikan sebesar
Rp7.084.367.446,00 atau mencapai 102,34%. Perolehan dari Hasil Perusahaan Milik Daerah yang
Mengelola Kekayaan Daerah yang dipisahkan, yaitu dari PDAM Tirtawening (0%) serta PD. BPR
Kota Bandung (0%) sesuai dengan PERDA Kota Bandung No. 15 Tahun 2011 Bab XI Pasal 67 ayat
2 : Laba tahun berjalan tidak dapat digunakan apabila laba/rugi masih negatif secara akumulasi
dan KPKB Kota Bandung terealisasi sebesar Rp142.700.000,00 atau melebihi target 133,43%.
Dengan tercapainya target kinerja dalam Tahun 2012, diharapkan Perusahaan Milik Daerah ini
dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal di masa mendatang dalam penerimaan dan
pembangunan daerah Kota Bandung secara lebih luas.
III-15
Grafik III.6
Capaian Target Hasil Perusahaan Milik Daerah
Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
160
: Realisasi ≥ Target
140
Persentase (%)
120
133.43
: Realisasi < Target
102.34
100
80
60
40
20
-
-
0
PT. Bank Jabar
PD. BPR
PDAM Tirtawening KPKB Kota Bandung
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
4)
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pos pendapatan dari Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri atas: (1) Hasil Penjualan
Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan; (2) Penerimaan Jasa Giro; (3) Tuntutan Ganti Kerugian
Daerah (TGR); (4) Pendapatan Denda Pajak; (5) Pendapatan dan Pengembalian dari SKPD; (6)
Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum; (7) Pendapatan dan Pemanfaatan Kekayaan Daerah; (8)
Penerimaan Setoran dari Lembaga lain - PT. Taspen; (9) Pendapatan Lainnya, Pendapatan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada Tahun Anggaran 2012
direncanakan
sebesar
Rp125.477.898.849,00
dan
dapat
direalisasikan
sebesar
Rp98.914.810.300,00 atau mencapai sebesar 78,83% sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI.
Adapun perincian dari pos pendapatan tersebut pada Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel III.6
Perincian Pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan Audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
Hasil Penjualan Drum Bekas
2
Anggaran
Pendapatan
Realisasi
Pendapatan
%
4.400.000,00
4.356.000,00
99,00
Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat
0
24.000.000,00
0,00
3
Penjualan Bahan bekas Bangunan
0
6.438.000,00
0,00
4
Jasa Giro Kasda
13.000.000.000,00
22.727.459.835,00
5
Jasa Giro Pemegang Kas
0
371.969.636,00
0,00
6
Pendapatan Denda Pajak
0
151.208.922,00
0,00
III-16
174,83
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
Anggaran
Pendapatan
Realisasi
Pendapatan
%
7
Pendapatan Denda Retribusi
0
371.921.974,00
0,00
8
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah (TGR)
0
735.152.374,00
0,00
9
Penerimaan Dari PT.TASPEN
0
3.508.316.470,00
0,00
10
Pengembalian Belanja dari SP2D
0
2.683.551.570,00
0,00
11
Fasilitas Umum dan GOR
510.000.000,00
198.478.000,00
38,92
12
Fasilitas Gelanggang Generasi Muda
280.000.000,00
72.804.450,00
26,00
13
Sewa Tanah dan Bangunan
17.250.000.000,00
18.783.557.845,00
108,89
14
Pendapatan kontribusi pemanfaatan
kekayaan
145.000.000,00
19.497.000,00
13,45
15
Pendapatan Lain-lain
605.497.299,00
1.337.148.338,00
220,83
16
Pendapatan BLUD
93.683.001.550,00
47.918.749.886,00
51,15
125.477.898.849,00
98.914.810.300,00
78,83
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
b.
Dana Perimbangan
Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan
daerah. Dana Perimbangan/ Pendapatan Transfer merupakan penerimaan daerah sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Gambar III.3
Komponen Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
DANA
PERIMBANGAN
Dana Alokasi
Khusus
Dana Alokasi
Umum
Dana perimbangan ini terdiri atas: (1) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; (2) Dana Alokasi
Umum; dan (3) Dana Alokasi Khusus. Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, serta
mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah.
III-17
Tabel III.7
Perincian Dana Perimbangan Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Uraian
Anggaran Penerimaan
Realisasi Penerimaan
%
1
Bagi Hasil Pajak
413.703.343.204,00
420.967.410.064,00
101,76
2
Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA
19.864.309.243,00
25.136.357.507,00
126,54
3
Dana Alokasi Umum
1.323.681.042.000,00
1.323.681.042.000,00
100,00
4
Dana Alokasi Khusus
37.047.460.000,00
37.047.460.000,00
100,00
1.794.296.154.447,00
1.806.832.269.571,00
100,70
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Penerimaan dari Dana Perimbangan pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan sebesar
Rp1.794.296.154.447,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp1.806.832.269.571,00 atau
mencapai target sebesar 100,70% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Adapun kinerja capaian penerimaan dari Dana Perimbangan pada Tahun Anggaran 2012 dapat
dilihat pada Grafik berikut.
Grafik III.7
Capaian Target Hasil Dana Perimbangan
Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
: Realisasi ≥ Target
160
Persentase (%)
140
120
: Realisasi < Target
126.54
101.76
100.00
100
100.00
80
60
40
20
0
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
Pajak / SDA
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
1)
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Penerimaan pajak yang diperoleh Pemerintah dalam APBN dibagihasilkan kepada Daerah
dengan proporsi yang telah ditetapkan berdasarkan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 yang ditujukan dalam rangka memperkecil
kesenjangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
III-18
Pos penerimaan dari Bagi Hasil Pajak terdiri atas: (1) Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB); (2) Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); (3) Bagi Hasil
dari Upah Pungut PBB; dan (4) Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29.
Sedangkan pos penerimaan Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam terdiri atas: (1) Bagi
Hasil dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan; (2) Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan; (3) Bagi
Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi; (4) Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi; (5) Bagi
Hasil dari Pertambangan Umum; dan (6) Bagi Hasil dari Gas Bumi.
Penerimaan dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan
sebesar Rp433.567.652.447,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp446.103.767.571,00 atau
mencapai 102,89%, (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Adapun perincian penerimaan dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak pada Tahun Anggaran 2012
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.8
Perincian Penerimaan dari Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
Anggaran
Penerimaan
Realisasi
Penerimaan
%
1
Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB)
206.772.038.746
233.962.522.636
113,15
2
Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25 dan Pasal 29
204.614.322.701
184.297.052.713
90,07
3
Bagi Hasil dari hasil Cukai Tembakau
2.316.981.757
2.707.834.715
116,87
4
Bagi Hasil dari Iuran Hak Pengusahaan
Hutan
269.457.060
158.099.415
58,67
5
Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan
254.479.544
343.986.219,00
135,17
6
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi
0
10.752.166.297
0,00
7
Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi
3.376.287.332
10.020.463.654
296,79
8
Bagi Hasil Pertambangan Umum
501.750.631
586.994.781
116,99
9
Bagi Hasil dari Gas Bumi
15.462.334.676
3.274.647.141
21,18
433.567.652.447
446.103.767.571
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
2)
Dana Alokasi Umum (DAU)
III-19
102,89
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Penerimaan Pemerintah Kota Bandung yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) pada
Tahun Anggaran 2012 direncanakan sebesar Rp1.323.681.042.000,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp1.323.681.042.000,00 atau mencapai 100% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
3)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kebijakan transfer ke Daerah terutama melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK) ditujukan untuk pembangunan fisik berbagai sarana dan prasarana
layanan publik di daerah.
Penerimaan Pemerintah Kota Bandung yang bersumber dari DAK pada Tahun Anggaran 2012
direncanakan
sebesar
Rp37.047.460.000,00
dan
dapat
direalisasikan
sebesar
Rp37.047.460.000,00 atau mencapai 100% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Adapun perincian DAK pada Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.9
Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
Anggaran
Penerimaan
Realisasi
Penerimaan
%
1
Dana Alokasi Khusus Sektor Pendidikan
32.030.460.000
32.030.460.000
100,00
2
Dana Alokasi Khusus Infrastruktur Air
Bersih
3.177.010.000
3.177.008.500
100,00
4
Dana Alokasi Khusus Sektor Keluarga
Berencana
1.048.910.000
1.048.911.500
100,00
5
Dana Alokasi Khusus Sektor
Transportasi
791.080.000
791.080.000
100,00
37.047.460.000
37.047.460.000
100,00
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
c.
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Penerimaan Pemerintah Kota Bandung yang bersumber dari Lain-lain Pendapatan yang Sah
terdiri atas: (1) Pendapatan Hibah; (2) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya; (3) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; dan (4) Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Penerimaan Lain-lain Pendapatan yang Sah pada
Tahun Anggaran 2012 direncanakan sebesar Rp881.692.586.335,63 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp854.034.798.869,00 atau mencapai 96,86%, (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
III-20
Adapun perincian Lain-lain Pendapatan yang Sah pada Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel III.10
Perincian Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
Anggaran
Pendapatan
Realisasi
Pendapatan
%
1
Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
456.196.733.815,63
428.866.061.359,00
94,01
2
Bantuan Keuangan dari Propinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
131.800.491.520,00
131.473.376.510,00
99,75
3
Pendapatan Hibah
-
-
0,00
4
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
293.695.361.000,00
293.695.361.000,00
100,00
881.692.586.335,63
854.034.798.869,00
96,86
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
1)
Pendapatan Hibah
Pos penerimaan dari Pendapatan Hibah merupakan pos pendapatan yang diterima dari
Pemerintah, baik dari Pemerintah Pusat, maupun dari Pemerintah Provinsi. Pada Tahun 2012,
Pemerintah Kota Bandung tidak mendapatkan Hibah.
2)
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
Pos penerimaan dari Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya terdiri atas:
(1) Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor; (2) Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor; (3) Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (4) Bagi Hasil dari Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah; (5) Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan; (6) Bagi Hasil dari Kemetrologian; dan (7) Bagi Hasil dari Pajak
Hasil Hutan.
Penerimaan dari Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya pada Tahun
Anggaran 2012 direncanakan sebesar Rp456.196.733.815,63 dan dapat direalisasikan sebesar
Rp428.866.061.270,00 atau mencapai 94,01% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Adapun perincian penerimaan dari Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya pada Tahun Anggaran 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
III-21
Tabel III.11
Perincian Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor
186.045.357.890,00
155.377.324.955,00
83,52
2
Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
153.247.376.016,00
164.215.319.877,00
107,16
3
Bagi Hasil dar Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
116.234.168.794,00
108.887.394.003,00
93,68
4
Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Bawah Tanah
-
-
-
5
Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan
370.365.984,13
230.118.347,00
62,13
6
Bagi Hasil dari Kemetetrologian
299.465.131,50
155.904.177,00
52,06
7
Bagi Hasil dari Hasil Hutan
-
-
-
456.196.733.815,63
428.866.061.359,00
94,01
Jumlah
Anggaran
Penerimaan
Realisasi
Penerimaan
%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
3)
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
Penerimaan dari Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya diperoleh
dari Provinsi Jawa Barat. Pada Tahun Anggaran 2012 direncanakan sebesar
Rp131.800.491.520,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp131.473.376.510,00 atau mencapai
99,75% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
4)
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Penerimaan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus pada Tahun Anggaran 2012
direncanakan
sebesar
Rp293.695.361.000,00
dan
dapat
direalisasikan
sebesar
Rp293.695.361.000,00 atau mencapai 100,00% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Adapun perincian penerimaan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus pada Tahun
Anggaran 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.12
Perincian Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No
Uraian
1
Dana Penyesuaian Sektor Pendidikan
2
Dana Alokasi Cukai Hasil Tembakau
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Anggaran Pendapatan
Realisasi Pendapatan
293.695.361.000
293.695.361.000
100,00
0
0
0
293.695.361.000
293.695.361.000
100,00
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
III-22
%
3.
Permasalahan dan Solusi
Pencapaian target pendapatan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan yang harus
terus diupayakan untuk dapat diatasi sesuai dengan kemampuan. Adapun permasalahan utama
berdasarkan kelompok sumber pendapatan, secara deskriptif dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1)
Tingkat akurasi data dasar pajak dan retribusi yang berpengaruh terhadap data wajib
pajak dan wajib retribusi, perlu diupayakan ketersediaannya guna mendukung
peningkatan PAD yang bersumber dari pajak dan retribusi.
2) Efektivitas penerapan prosedur dan mekanisme administrasi pengelolaan PAD perlu
lebih dioptimalkan guna mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
PAD.
3) Perlu ditingkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan sumber-sumber PAD.
4) Perlu dioptimalkan lebih lanjut kualitas petugas pengelola administrasi PAD.
5) Kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya perlu lebih ditingkatkan.
6) Perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap Peraturan-peraturan Daerah tentang
pajak dan retribusi seiring dengan telah terbitnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi.
b.
Dana Perimbangan
Perhitungan Dana Perimbangan, baik dalam Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, belum
sesuai dengan harapan daerah. Oleh karena itu perlu ditingkatkan efektivitas pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian pengelolaan sumber-sumber pendapatan, khususnya dari Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 serta Pajak Bumi dan Bangunan.
c.
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Penerimaan pendapatan dari sisi Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
Lainnya dalam pendistribusian, memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efisien.
B.
Pengelolaan Belanja Daerah
1.
Kebijakan Umum Belanja Daerah
Perwujudan pelayanan publik di Daerah tentunya berkorelasi erat dengan kebijakan belanja
daerah. Anggaran Belanja Daerah akan mempunyai peran riil dalam peningkatan kualitas
layanan publik dan sekaligus menjadi stimulus bagi perekonomian Daerah apabila terealisasi
III-23
dengan baik. Dengan demikian, secara ideal seharusnya Belanja Daerah dapat menjadi
komponen yang cukup berperan dalam peningkatan akses masyarakat terhadap sumbersumber daya ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Belanja Daerah merupakan seluruh
pengeluaran yang dilakukan oleh
• Perwujudan pelayanan publik di
daerah tentunya berkorelasi erat
Pemerintah Daerah untuk mendanai
dengan kebijakan belanja daerah.
seluruh
program/
kegiatan
yang
Belanja daerah merupakan seluruh
berdampak langsung maupun tidak
pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk mendanai
langsung terhadap pelayanan publik di
seluruh program/kegiatan yang
daerah. Program/kegiatan dimaksud
berdampak langsung maupun tidak
dilaksanakan
untuk
mendorong
langsung terhadap pelayanan publik
di daerah
pertumbuhan
ekonomi
Daerah,
pemerataan
pendapatan,
serta
pembangunan di berbagai sektor.
Komponen
yang
mengindikasikan
aktivitas dalam struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah Belanja Daerah. Komponen ini
merupakan pengeluaran dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan
kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah yang diklasifikasikan menurut organisasi,
fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja yang pengeluarannya disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi fiskal daerah. Arah kebijakan belanja daerah disusun berdasarkan
prinsip-prinsip penganggaran dengan pendekatan anggaran yang berbasis kinerja, dengan
memperhatikan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD, prioritas pembangunan sesuai
potensi dan permasalahannya, serta perkiraan situasi dan kondisi pada tahun depan.
Belanja Daerah APBD Tahun Anggaran 2012, secara makro dilandasi atas pemahaman
efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan anggaran Belanja Daerah yang disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan masing-masing program dan kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun
Anggaran 2012.
Kebijakan Belanja Daerah secara deskriptif dapat diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut: (1)
Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan, (2) Belanja Langsung, merupakan belanja yang
dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Daerah Pemerintah Kota Bandung pada Tahun Anggaran 2012 dianggarkan sebesar
Rp3.864.669.570.886,63 dan dapat direalisasikan Rp3.490.099.865.059,00 atau mencapai
90,31% (sebelum dilakukan audit BPK-RI) yang perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel III.13
Komposisi Belanja Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No
Uraian
1
Belanja Tidak Langsung
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Anggaran Belanja
2.167.730.394.921,30
III-24
Realisasi Belanja
%
2.106.950.224.766,00
97,20%
No
2
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Uraian
Anggaran Belanja
Belanja Langsung
Total Belanja
Realisasi Belanja
%
1.696.939.175.965,33
1.383.149.640.293,00
81,51%
3.864.669.570.886,63
3.490.099.865.059,00
90,31%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Jika dilihat dari komposisinya, Belanja Tidak Langsung memberikan kontribusi sebesar 60,37%
dari realisasi belanja Kota Bandung di Tahun 2012 dan sisanya sebesar 39,63% disumbangkan
oleh Belanja Langsung.
Grafik III.8
Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (%)
70%
60.37%
Persentase (%)
60%
50%
39.63%
40%
30%
20%
10%
0%
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
a.
Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung pada Tahun 2012
dianggarkan sebesar Rp2.167.730.394.921,30 dan dapat
direalisasikan
sebesar
Rp2.106.950.224.766,00 atau 97.20% (sebelum dilakukan audit BPK-RI) dengan rincian pada
tabel berikut.
Tabel III.14
Perincian Belanja Tidak Langsung Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum Dilakukan Audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
Belanja Pegawai
2
Belanja Bunga
Anggaran Belanja Tidak
Langsung
Realisasi Belanja Tidak
Langsung
%
1.673.067.994.188,92
1.634.604.768.384,00
97,70%
-
-
-
III-25
No
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Uraian
3
Belanja Subsidi
4
Belanja Hibah
5
Anggaran Belanja Tidak
Langsung
62.055.500.000,00
Realisasi Belanja Tidak
Langsung
%
62.055.500.000,00
100,00%
428.630.606.304,00
408.328.642.999,00
95,26%
Belanja Bantuan Sosial
468.585.880,00
383.850.600,00
81,92%
6
Belanja Tidak Terduga
814.272.441,00
814.044.939,00
99,97%
7
Belanja Bantuan Keuangan
pada Partai Politik
2.693.436.107,38
763.417.844,00
28,34%
2.167.730.394.921,30
2.106.950.224.766,00
97,20%
Jumlah
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Persentase (%)
Grafik III.9
Capaian Komponen Belanja Tidak Langsung
Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
180%
160%
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
: Realisasi ≥ Target
: Realisasi < Target
97.70%
81.92%
28.34%
Belanja
Pegawai
1)
99.97%
95.26%
100.00%
Belanja
Bunga
Belanja
Subsidi
Belanja Hibah
Belanja
Bantuan
Sosial
Belanja Tidak
Terduga
Belanja
Bantuan
Keuangan
pada Partai
Politik
Belanja Pegawai
Belanja ini pada Tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp1.673.067.994.188,92 dan telah
direalisasikan sebesar Rp1.634.604.768.384,00 atau 97,70% (sebelum dilakukan audit BPK-RI).
Belanja ini digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan tambahan penghasilan Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
2)
Belanja Subsidi
III-26
Belanja Subsidi pada Tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp62.055.500.000,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp62.055.500.000,00 atau 100% (sebelum dilakukan audit BPK-RI).
Belanja ini diberikan kepada PD. Kebersihan.
3)
Belanja Hibah
Belanja Hibah pada Tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp428.630.606.304,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp408.328.642.999,00 atau 95,26% (sebelum dilakukan audit BPK-RI).
Belanja ini diberikan kepada lembaga, kelompok, atau organisasi kemasyarakatan.
4)
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Sosial pada Tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp468.585.880,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp383.850.600,00 atau 81.92% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI).
Belanja ini digunakan untuk Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan.
5)
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
lainnya
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa lainnya
pada Tahun 2012 dianggarkan Rp814.272.441,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp814.044.939,00 atau 99,97% sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI. Belanja ini digunakan
untuk Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan.
6)
Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga pada Tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp2.693.436.107,38 dan
direalisasikan sebesar Rp763.417.844,00 atau 28,34% sebelum dilakukan audit BPK-RI.
b.
Belanja Langsung
Belanja Langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan
program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja
modal.
Belanja Langsung pada Tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp 1.696.939.175.965,33 dan dapat
direalisasikan sebesar Rp 1.383.149.640.293,00 atau 81,51%, sebelum dilakukan audit oleh BPKRI. Belanja ini merupakan belanja yang dianggarkan terkait dengan program dan kegiatan
berdasarkan sumber dari APBD Kota Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, dan APBN
Pemerintah. Adapun perincian Belanja Langsung pada T.A. 2012 dapat dilihat pada tabel
berikut.
III-27
Tabel III.15
Perincian Belanja Langsung Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
Anggaran Belanja Langsung
Realisasi Belanja Langsung
%
1
Belanja Pegawai
124.008.137.050,00
110.083.025.846,00
88,77%
2
Belanja Barang & Jasa
533.184.303.248,07
466.326.408.024,00
87,46%
3
Belanja Modal
1.039.746.735.667,26
806.740.206.423,00
77,59%
Jumlah
1.696.939.175.965,33
1.383.149.640.293,00
81,51%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Grafik berikut menggambarkan capaian rincian Belanja Langsung Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012.
Grafik III.10
Capaian Komponen Belanja Langsung Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012
: Realisasi ≥ Target
140%
: Realisasi < Target
Persentase (%)
120%
100%
80%
88.77%
87.46%
60%
77.59%
40%
20%
0%
Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
C.
Rencana dan Realisasi Pembiayaan
III-28
Belanja Modal
Otonomi daerah yang bergulir dan
berlaku efektif mulai Tahun 2001 telah
memberi ruang kepada Pemerintah
Daerah untuk menerapkan model
penganggaran yang tidak hanya berpijak
pada model anggaran berimbang saja.
Pemerintah Daerah bisa menggunakan
model penganggaran lain, yaitu anggaran
surplus dan anggaran defisit dalam APBDnya.
• Otonomi daerah yang bergulir dan
berlaku efektif mulai tahun 2001
telah memberi ruang kepada
pemerintah daerah untuk
menerapkan model penganggaran
yang tidak hanya berpijak pada
model anggaran berimbang saja.
Pemerintah daerah bisa
menggunakan model penganggaran
lain yaitu anggaran surplus dan
anggaran defisit dalam APBD-nya.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan
maupun
tahun-tahun
anggaran berikutnya. Struktur APBD
memperlihatkan bahwa komponen pembiayaan merupakan komponen yang dipergunakan
untuk mengantisipasi surplus/(defisit) anggaran. Dalam arti bahwa komponen pembiayaan
merupakan transaksi keuangan daerah untuk menutupi selisih antara anggaran pendapatan dan
anggaran belanja daerah. Kebijakan pembiayaan daerah didasari oleh pandangan bahwa setiap
kewajiban yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, secara konsisten dapat
dilaksanakan sesuai tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawab yang diemban, serta guna
menjaga kredibilitas Pemerintah Daerah.
Pendayagunaan komponen pembiayaan pada struktur APBD Tahun Anggaran 2012 dilandasi
atas pemikiran bahwa setiap kewajiban yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota
Bandung senantiasa harus diupayakan pelaksanaannya guna menjaga citra dan wibawa
Pemerintah Kota Bandung, khususnya kepada pemberi pinjaman dan umumnya kepada
masyarakat.
Berkenaan dengan kebijakan pembiayaan daerah Pemerintah Kota Bandung, maka komponen
pembiayaan penggunaannya diarahkan untuk menutupi beban hutang Pemerintah Kota
Bandung yang telah jatuh tempo pada Tahun Anggaran 2012 sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan, yang pada gilirannya akan mengurangi beban pemerintah pada tahun anggaran
berikutnya.
Selanjutnya, penetapan kebijakan pembiayaan daerah dibarengi pula dengan optimalisasi
kemampuan Pemerintah Kota Bandung dalam menyeimbangkan antara pos penerimaan dan
pos pengeluaran daerah pada komponen pembiayaan sesuai dengan Kebijakan Umum APBD
Pemerintah Kota Bandung yang telah ditetapkan.
Optimalisasi kemampuan Pemerintah Kota Bandung dalam rangka menyeimbangkan antara
Bidang Penerimaan dan Bidang Pengeluaran Daerah pada komponen Pembiayaan, sesuai
dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Bandung yang telah ditetapkan. Sumber
penerimaan pembiayaan daerah berasal dari (i) sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran
sebelumnya, (ii) pencairan dana cadangan, (iii) hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, (iv) penerimaan pinjaman daerah, (v) penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan
(vi) penerimaan piutang daerah.
III-29
Berikut ini merupakan rincian Pembiayaan dalam Tahun Anggaran 2012 Kota Bandung.
Tabel III.16
Komposisi Pembiayaan Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2012
(Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
2
Anggaran Pembiayaan
Realisasi Pembiayaan
%
Penerimaan Pembiayaan Daerah
293.759.835.532,00
293.759.835.532,00
100,00%
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
39.000.000.000,00
37.969.120.719,00
97,36%
Total Pembiayaan
254.759.835.532,00
255.790.714.813,00
100,40%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
Adapun perincian anggaran dan realisasi masing-masing bagian dari komponen pembiayaan,
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Penerimaan Pembiayaan Daerah
Besarnya Penerimaan Daerah dalam pembiayaan, dianggarkan sebesar Rp293.759.835.532,00
dan realisasi Rp293.759.835.532,00 atau 100% (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI). Adapun
perincian anggaran dan realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel III.17
Penerimaan Pembiayaan Daerah Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
Uraian
Sisa Penghematan Belanja atau
akibat lainnya (dari Belanja barang
dan jasa)
Anggaran Penerimaan
Pembiayaan
Realisasi Penerimaan
Pembiayaan
%
293.759.835.532,00
293.759.835.532,00
100,00%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
2.
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Besarnya Pengeluaran Daerah dalam pembiayaan, dianggarkan sebesar Rp39.000.000.000,00
dan dapat direalisasikan sebesar Rp37.969.120.719,00 atau 97,36% (sebelum dilakukan audit
oleh BPK-RI). Jumlah Pengeluaran Daerah dalam pembiayaan ini, bersumber dari: (1)
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah dan (2) Pembayaran Pokok Utang. Adapun
perincian anggaran dan realisasi Pengeluaran Daerah, dapat dilihat pada tabel berikut.
III-30
Tabel III.18
Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pemerintah Kota Bandung
Tahun Anggaran 2012 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan
No
Uraian
1
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
2
Pembayaran Pokok Utang
Jumlah
Anggaran Pengeluaran
Pembiayaan
Realisasi Pengeluaran
Pembiayaan
%
31.000.000.000,00
31.000.000.000,00
100,00%
8.000.000.000,00
6.969.120.719,00
87,11%
39.000.000.000,00
37.969.120.719,00
97,36%
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2013
III-31
Download