Document

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Dasar Teori
2.1.1
Sistem Pakar
Pada tahun 1976, sistem pakar sudah dikembangkan secara modern,
yaitu MYCIN yang dibuat oleh shortliffe dengan bahasa pemrograman LIPS.
Program MYCIN menyimpan ± 500 basis pengetahuan dan basis aturan untuk
mendiagnosa penyakit pada manusia. Program ini mengimplementasikan
metode penelusuran dan pemecahan masalah, serta mengembangkan berbagai
teori penting dalam kecerdasan buatan seperti metode certainty factor, teory
probabilitas dan theorema fuzzy.
Pada saat dewasa ini program MYCIN menjadi acuan penting untuk
pengembangan sistem pakar
secara modern karena didalamnya telah
terintegrasi semua komponen standar yang dubutuhkan oleh sistem pakar itu
sendiri.
Sistem pakar (Expert System) adalah penggabungan pengetahuan dan
penelusuran data untuk memecahkan masalah secara yang normal memerlukan
keahlian manusia sebagai seorang pakar. Sistem pakar memiliki ciri dan
karakteristik yaitu: adanya pakar, pemakai dan sistem sedangkan pakar adalah
orang yang mempunyai basis pengetahuan dalam menangani suatu masalah.
Pemakai adalah orang yang ingin berkomunikasi atau berkonsultasi, sedangkan
sistem menyediakan berbagai fasilitas untuk menggabungkan pakar dan
7
8
pemakai. Adapun konsep dasar dari sistem pakar mengandung keahlian, ahli,
pengalihan keahlian, inferensi, dan kemampuan untuk menjelaskan.
2.1.2
Keuntungan Sistem Pakar
Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya
sistem pakar, antara lain:
1.
Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2.
Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis
3.
Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
4.
Meningkatkan output dan produktifitas.
5.
Meningkatkan kualitas.
6.
Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar (terutama yang
termasuk keahlian langka).
7.
Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.
8.
Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan.
9.
Memiliki reabilitas.
10.
Meningkatkan kapabilitas sistem komputer.
11.
Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap
dan mengandung ketidakpastian.
12.
Sebagai media pelengkap dalam pelatihan.
13.
Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah.
14.
Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
9
2.1.3
Kelemahan Sistem Pakar
Disamping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki
beberapa kelemahan, antara lain:
1.
Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal
2.
Sulit
dikembangkan.
Hal
ini
tentu
saja erat
kaitannya
dengan
ketersediaan pakar dibidangnya.
3.
Sistem Pakar tidak 100% bernilai benar.
2.1.4
Struktur Bagan Sistem Pakar
Suatu sistem disebut sebagai sistem pakar jika mempunyai ciri dan
karakteristik tertentu. Hal ini juga harus didukung oleh komponen komponen
sistem pakar yang mampu menggambarkan tentang ciri dan karakteristik
tertentu.
Dalam sistem pakar terdapat beberapa komponen, yaitu : subsistem
penambahan pengetahuan,basis pengetahuan,motor inferensi,blackboard,user
interface,subsistem penjelasan,sistem penyaring pengetahuan.
Komponen-komponen yang ada pada sistem pakar adalah:
a.
Subsistem penambahan pengetahuan.
Bagian
ini
mengkonstruksi
digunakan
atau
untuk
memperluas
memasukkan
pengetahuan
pengetahuan,
dalam
basis
pengetahuan. Pengetahuan itu bisa berasal dari: ahli, buku, basisdata,
penelitian, dan gambar.
b.
Basis pengetahuan.
Basis
pengetahuan
berisi
pengetahuan-pengetahuan
dalam
penyelesaian masalah, tentu saja didalam domain tertentu. Ada 2 bentuk
pendekatan basis pengetahuan yang sangat umum digunakan, yaitu:
10
1. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based-Reasoning)
Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan
dengan menggunakan aturan berbentuk: IF-THEN. Bentuk ini
digunakan apabila kita memiliki sejumlah pengetahuan pakar pada
suatu permasalahan tertentu, dan sipakar dapat menyelesaikan
masalah tersebut secara berurutan. Disamping itu bentuk ini juga
digunakan apabila dibutuhkan penjelasan tentang jejak (langkahlangkah) pencapaian solusi.
2. Penalaran berbasis kasus (Case-Based-Reasoning)
Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi
solusi-solusi
yang
telah dicapai sebelumnya,
kemudian akan
diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta
yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk
tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir sama (mirip).
Selain itu, bentuk ini juga digunakan apabila kita telah memiliki
sejumlah situasi atau kasus tertentu dalam basis pengetahuan.
c.
Motor inferensi (inference engine)
Ada 3 elemen utama dalam motor inferensi, yaitu:
1. interpreter : mengeksekusi item-item agenda yang terpilih dengan
menggunakan aturan-aturan alam basis pengetahuan yang sesuai.
2. scheduler : akan mengontrol agenda.
3. Consistency enforcer : akan berusaha memelihara kekonsistenan
dalam merepresentasikan solusi yang bersifat darurat.
11
Sedangkan untuk pelacakannya, ada 2 cara yang dapat dikerjakan yaitu:
1. Forward chaining. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari
bagian sebelah kiri (IF dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari
fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis.
2. Backward chaining. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari
bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran
dimulai dari hipotesis terlebih dahulu, dan untuk menguji kebenaran
hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis
pengetahuan.
d.
Blackboard.
Merupakan area dalam memori yang digunakan untuk merekam
kejadian yang sedang berlangsung termasuk keputusan sementara. Ada
3 tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu:
1. Rencana bagaimana menghadapi masalah.
2. Agenda : aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk
dieksekusi
3. Solusi : calon aksi yang akan dibangkitkan.
e.
Antarmuka Pemakai (User Interface)
Antarmuka memberikan fasilitas komunikasi antara pemakai dan
sistem, memberikan berbagai fasilitas informasi dan berbagai keterangan
yang bertujuan untuk membantu mengarahkan alur penelusuran masalah
sampai ditemukan solusi. Pada umumnya antarmuka pemakai juga
berfungsi untuk menginputkan pengetahuan baru kedalam
basis
pengetahuan sistem pakar, menampilkan fasilitas penjelasan sistem dan
memberikan tuntunan penggunaan sistem secara menyeluruh langkah
12
demi langkah, sehingga pemakai mengerti apa yang harus dilakukan
terhadap sistem.
f.
Subsistem Penjelasan.
Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan
kelakuan tentang sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaanpertanyaan.
g.
Sistem Penyaring Pengetahuan.
Sistem ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja sistem pakar itu
sendiri untuk melihat apakah pengetahuan-pengetahuan yang ada masih
cocok untuk digunakan dimasa mendatang.
2.1.5
Ketidakpastian
Pada kenyataannya, banyak masalah didunia ini yang tidak dapat
dimodelkan secara lengkap dan konsisten. Suatu penalaran dimana adanya
penambahan fakta baru mengakibatkan ketidakkonsistenan yang disebut dengan
penalaran non monotomis dengan ciri-ciri penalaran sebagai berikut:
Mengandung kepastian
Adanya perubahan pada pengetahuan
Adanya penambahan fakta baru dapat konklusi yang sudah dibentuk
13
2.1.6
Probabilitas dan Teorema Bayes
Bentuk umum teorema bayes adalah:
p(Hi|E) =
p(E|Hi)* p(Hi)
n
Σ p(E|Hi)* p(Hi)
k=1
Dimana:
p(Hi|E) = probabilitas hipotesis Hi benar jika diberikan evidence E
p(E|Hi) = probabilitas munculnya ecidence E jika diketahui hipotesis Hi benar
p(Hi) = probabilitas hipotesis tanpa memandang evidence sebelumnya
n = jumlah hipotesis yang mungkin
Jika setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis muncul satu atau lebih
evidence baru, maka:
p(Hi|E,e) =
p(H|E) . p(e|E,H)
p(e|E)
e = evidence lama
E = evidence atau observasi baru
p(H|E,e) = probabilitas hipotesis H benar jika muncul evidence atau observasi
baru E dari evidence lama e
p(H|E) = probabilitas hipotesis H benar jika diberikan evidence E
p(e|E,H) = kaitan antara e dan E jika hipotesis H benar
p(e|E) = kaitan antara e dan E tanpa memandang hipotesis apapun
14
Contoh kasus
Langkah–langkah dalam menghasilkan nilai probabilitas Bayes suatu penyakit :
1.
Melakukan pengumpulan data tanaman berdasarkan gejala utamanya
2.
Mengidentifikasi gejala yang dialami tanaman dan hasil diagnosanya.
3.
Melakukan proses perhitungan penentuan nilai probabilitas diagnosa
penyakit dengan menggunakan teorema Bayes.
Tanaman Tembakau mengalami gejala ada daun kelihatan bekas gigitan,
penyuluh menduga bahwa Tanaman Tembakau terkena Kutu Daun dengan:
a. Dari kasus ini diambil sampel penyakit kutu daun sebanyak 100 batang
tanaman tembakau
b. Probabilitas tanaman tembakau terkena kutu daun dengan gejala daun
kelihatan bekas gigitan adalah p (kutu daun|daun kelihatan bekas gigitan) =
0,03, keterkaitan dengan gejala bercak-bercak kuning bila terkena kutu daun
p (kutu daun|bercak-bercak kuning) = 0,1, jadi probabilitas tanaman terkena
kutu daun adalah 0,03
c. Probabilitas munculnya tanaman tembakau terkena kutu daun dengan gejala
bercak-bercak meluas pinggiran tulang adalah p (kutu daun|bercak-bercak
meluas pinggiran tulang) = 0,15, keterkaitan dengan gejala daun menjadi
kuning bila terkena kutu daun p (kutu daun|daun menjadi kuning) = 0,15, jadi
probabilitas tanaman terkena kutu daun adalah 0,02
d. Probabilitas munculnya tanaman tembakau terkena kutu daun dengan gejala
daun menjadi hitam dan rontok adalah p (kutu daun|daun menjadi hitam dan
rontok) = 0,25, keterkaitan dengan gejala daun muda pucuknya mati adalah p
(kutu daun|daun muda pucuknya mati) = 0,5, jadi probabilitas tanaman
tembakau terkena kutu daun adalah 0,13
15
e. Keterkaitan gejala-gejala yang sudah dipilih maka pakar perkebunan
menginputkan probabilitas penyakit tersebut adalah 0,97
f.
c.
Nilai terbesar dari probabilitas tersebut adalah 0,13
Relasi (Relation)
Relasi menunjukkan adanya hubungan di antara sejumlah entitas yang
berasal dari himpunan yang berbeda. Dari sejumlah kemungkinan banyaknya
hubungan antar entitas tersebut, kardinalitas relasi merujuk kepada hubungan
maksimum yang terjadi dari himpunan entitas yang satu ke himpunan entitas
yang lain dan begitu sebaliknya.
Kardinalitas relasi yang terjadi di antara 2 himpunan entitas (misalnya A
dan B) dapat berupa :
1.
Satu ke satu (1 : 1)
Tipe relasi ini menghubungkan antar satu entitas dengan entitas yang lain
yang berarti satu entitas pada pada tipe entitas A berhubungan dengan
satu entitas pada tipe entitas B dan juga sebaliknya.
2.
Satu ke banyak (1 : N)
Yang berarti suatu entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan
dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya.
dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan
paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas A.
3.
Banyak ke banyak (M : N)
Yang berarti sejumlah entitas pada himpunan entitas A dapat
berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B dan
demukian juga sebaliknya.
16
2.2
Penyakit Tanaman
Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut
dapat
fungsi-fungsi
fisiologis
dengan
baik,
seperti
pembelahan
dan
perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis, dan lain-lain.
Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan
penyakit.
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan
normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat di lihat, menurunkan kuliatas
atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Tanaman
sakit adalah suatu keadaan proses terhadap tanaman yang menyimpang dari
keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman
adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunnya
kualitas dan kuantitas hasil . Penyakit tanaman yang merupakan suatu
penyimpangan atau abnormalitas tanaman amat beragam bentuknya, misalnya
keriput daun, kuning pucat, bercak-bercak cokelat dan busuk. Akibatnya,
tanaman tidak mampu melakukan fotosintesis secara maksimal. Gangguan
tersebut mengakibatkan kerugian, ekonomis, berupa penurunan kuantitas dan
jualitas hasil. Semua bagian tanaman berpotensi diserang penyakit hingga
tanaman tersebut sakit .
Klasifikasi penyakit tanaman dapat digolongkan berdasarkan antara lain :
a.
Bagian-bagian tanaman yang terserang seperti penyakit akar, penyakit
batang, penyakit daun dan sebagainya.
b.
Tanda penyakit dan gejala penyakit yang disebabkannya seperti penyakit
Layu , Penyakit Lanas , Penyakit Patik , Penyakit Tepung , Penyakit
Busuk Tangkai , Penyakit Karat , dan lain-lain.
17
c.
Penyebaran patogen tumbuhan sebelum mengadakan infeksi dilapangan
seperti penyakit yang ditularkan oleh tanaman, air, serangga, biji dan
sebagainya.
2.2.1
Penyakit Tanaman Tembakau
Tanaman Tembakau mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dimana
pemanfaatan tanaman tembakau adalah daunnya yang digunakan sebagai
bahan dasar rokok dan cerutu. Makin banyaknya pabrik-pabrik rokok dan cerutu
di Indonesia membuat makin banyaknya bermunculan para petani-petani
tembakau. Seiring perkembangannya para petani dibingungkan dengan hamahama dan penyakit yang menyerang tanaman tembakau mereka yang dapat
berakibat
fatal
dan meruginya
para
petani
tembakau.
Namun
seiring
berkembangnya teknologi pada bidang pertanian maka pengetahuan petani
semakin luas dan dapat dengan mudah membeli jenis obat-obatan yang berguna
memberantas hama-hama penyakit tersebut, dan dalam pemberantasan hama
penyakit tersebut tidak hanya memakai obat-obatan kimia saja tapi dapat juga
menggunakan cara-cara alami seperti pemanfaatan predator-predator alami yang
sudah ada maka dalam penggunaan obat-obatan insektisida sebaiknya dikontrol
agar tidak membunuh predator-predator alami tersebut, dan berikut merupakan
tabel yang berisi jenis hama penyakit tembakau beserta penyebab dan saran
dalam pengobatanya :
18
Tabel 2.1 Jenis Hama Penyakit Tanaman Tembakau
Nama
Penyakit
Hama Gejala
Penyebab
Kutu Daun
 Daun
kelihatan T. citricidus
jelas bekas gigitan
 Bercak-bercak
kuning
 Bercak-bercak
meluas
melalui
pinggiran
tulang
daun
 Sehingga
daun
menjadi kuning
 Daun
menjadi
hitam
kemudian
rontok
 daun muda yang
diserang pucuknya
mati
Ulat Tanah
Agrotinae
 Batang-batang
yang
terserang
terdapat
bekas
gigitan
 Bahkan
banyak
batang yang patah
 Daunnya banyak
sekali
yang
bersera-serak
Ulat Pucuk
 Daun
kelihatan T. aurantii
jelas
bekas
gigitan
 daun
yang
diserang
berlubang-lubang
 penyerangannya
bagian
dalam
tempat tumbuhnya
daun
 tepatnya
pada
pucuk daun
 apabila
pucuk
daun
sudahy
mekar
akan
kelihatan lubang-
Saran
Populasi
kutu
daun
dilapang dikendalikan
oleh
musuh-musuh
alaminya predator dari
famili
Syrpidae
Menochillus
sp
(Coccinellidae),
Crysophidae, Scymnus
sp.
Pengendalian hendaknya
dilakukan
segera
setelah koloni kutu
terlihat pada daun.
Untuk
menghindari
musnahnya musuh–musuh
alami ini, pengguanaan
insektisida
hendaknya
dilakukan secara berhatihati.
Secara mekanis; ulat
yang didalam tanah
dicari dan langsung
dibunuh.
Secara
kemis;
dapat
disemprot
denagan
pestisida Bayrusil 0,3%
atau Dhasvel 0,1%.


Disemprotkan Thiodan
35
EC
dengan
konsentrasi formulasi
1,5-2 ml per 1 liter air.
Penyemprotannya
pada waktu tanaman
dipersemaian, berumur
12-40 hari dengan
interval
7
hari,
kemudian 10, 15, 20,
25, 30, 35 dan 40 hari
setelah tanam.
19
lubang
gigitan
bekas
 Pada
batang Lamprosema 
terdapat
bekas indicate f
gerekan
 Pucuk daun yang
diserang menjadi
layu
 Daun yang sudah
tua
akan
menggulung
 Penggulungan itu
dimulai dari tepi
daunnya
 Pada
ssrangan
berat batang akan
menjadi bengkak
 Bila
batang
dibelah terdapat
ulat
yang
berwarna kelabu
dan bergerombol
Prodenia  Daun
kelihatan Ulat Prodenia 
jelas bekas gigitan
 bercak-bercak
kuning

 bercak-bercak
meluas
melalui
pinggiran
tulang
daun
 daun
yang
diserang
berlubang-lubang
 serangan
lebih
lanjut
tinggal
tulang
daunnya
saja
 Penyaerangan ini
dimulai dari daun
yang paling dekat
denagn tanah
 Kemudian khirnya
tanaman itu bisa
diserang semua
Ulat Gulung
Disemprotkan dengan
Insektisida
yang
dianjurkan.
Ulat
Litura
Disemprotkan
DDT
atau
Toyaphene
dengan
konsentrasi
0,1%.
Digunakan Thiodan 3,5
EC sesuai denagn
rekomendasi pabrik
Cacing
Nematoda
 Pertumbuhannya
tidak normal
 tanaman menjadi
kerdil

Untuk menanggulangi
hama tersebut secara
preventif,
jangan
menanam pada tanah
20
 akarnya berbenjolbenjol
 Bila akar dibelah,
bail melintang atau
membujur
akan
terlihat
adanya
Xylem yang rusak
 Daun-daunnya
menguning
 Daun menjadi layu
dan
kemudian
mati
Penyakit Layu

 Seluruh tanaman Bacterium

layu
seperti solanacearum.
tersiram air panas
 Daun-daun
tersebut akan layu
seluruhnya
 kelayuan
pada

daun mendadak
 yang
terkena
hanya
bagian
sebelah

 Daun tidak layu
seluruhnaya
 Leher
akarnya
berlekuk-lekuk
 Batang
bagain
pangkal berlekuk
dan berlendir
 Pada
daunya
terdapat
bintikbintik cokelat
 Akarnya berwarna
hitam dan busuk
 Bila
batang
dibelah
baik
melintang
atau
membujjur
terdapat
Xylem
yang
berwarna
coklat
 Dan apabila dipijat
akan keluar cairan
seperti lendir yang
berwarna
putih
kelabu
 Pada
serangan
yang asam.
Secara
Kuratifnya
disemprot
dengan
Nemagon 5 G, Dan
Fumigan E. D. B.
Secara
Preventif:
yaitu
dengan
mengadakan
rotasi
tanaman, disamping
itu juga dianjurkan
untuk menanam jenis
yang resisten.
Secara
Kemis:
disemprot
dengan
Dithio
carbamate
(Zineb).
Secara
Mekanis:
cabut tanaman yang
sakit
kemudian
dimusnahkan, dengan
cara dibakar.
21
lebih
lanjut
tanaman mati
Penyakit Lanas
 Pada
tembakau Cendawan
yang
sudah Phytophthora
disimpan terdapat nicotinae
bercak-bercak
yang
berwarna
biru kehijau-hijaun
 Daunnya
berwarna
hijau
kelabu kotor
 Seluruh tanaman
layu
seperti
tersiram air panas
 Apabila
dicabut
akarnya
tidak
terangkat
 Pada daun yang
terinfeksi terdapat
bercak-bercak
seperti cincin
 Kemudian
layu
secara bersamasama
 Yangterkena
hanya
bagian
sebelah
 Daun-daun
tersebut menjadi
layu seluruhnya
 Leher
akarnya
berlekuk-lekuk
 Pada tingkat awal
bercak
tersebut
berwarna cokelat
 Batang berwarna
cokelat dan busuk
tetapi kering
 Akarnya
tidak
busuk
 Daun
berwarna
coklat
 Dan mempunyai
warna yang tidak
teratur
 Apabila
pangkal
batang
dibelah


Secara Preventif pada
persemaian,
dapat
dengan
menyebar
benih yang resisten
dan jangan ditaburkan
terlalu rapat untuk
mengurangi
kelembapan,
tanah
bedengan disterilkan
da atap bedengan
dibuat
tinggi,
disamping itu harus
diadakan
rotasi
tanaman yang teratur
dan diusahakan agar
air lekas pergi.
Secara Kemis pada
persemaian:
disemprot
dengan
Dithane M. 45.
22
membujur tampak
empulurnya kering
bersekat
Penyakit Patik
 Pada
daunnya Cendawan
terdapat bercak- Cercospora
bercak
 Pada tingkat awal
bercak
tersebut
berwarna cokelat
 Bercak-bercak
kuning
 Pada
tembakau
yag
sudah
disim]an terdapat
bercakbercakyang
berwarna
biru
kehijau-hijauan






Penyakit Tepung
 Pada permukaan Cendawan
daun
terdapat Oidium tabaci
bercak-bercak
putih.
 permukaan
daun
tersebut
tertutup
oleh lapisan tepung
yang
berwarna
putih

Penyakit
Tangkai
 Daun
yang Bacteri
Bacillus
diserang
aroideae
berlubang-lubang
 Bercak-bercak
meluas
melalui
pinggiran
tulang
daun
 Batang
yang
diserang
berlubang-lubang.
 Tangkainya busuk.
Empulurnya
juga

Busuk

Daun yang bawah
(yang terserang patik)
segera diisolasi.
Menggunakan benih
yang pernah disimpan
selama satu tahun.
Daun yang sudah tua
segera dipetik.
Benih
didesinfeksi
dengan menggunakan
Formalin 0,25%, Ag
NO3 0,1% selama
kurang lebih 15 menit.
Pesemaian
dapat
disemprot
dengan
Bubur Bordeaux atau
Bubur
California
dengan
kosentrasi
0,2%.
Membersihkan sisasisa tanaman sehabis
tanaman tembakau.
Menjaga
kebun
jangan
sampai
lembap dan daun
yang sudah terlanjur
terserang
segera
dipetik.
Sebelum
disimpan
dalam gudang, daundaun diseleksi dahulu,
kemudian yang sakit
tidak diikutsertakan.
Jarum
penyunduk,
sebelum digunakan,
didesinfeksi dengan
tepol.
23
berlubang dan busuk.
Penyakit Mozaik
 Pada daun yang Virus Marmor 
sudah tua terdapat tabaci
bercak-bercak yang
tidak teratur.
 bercak-bercak
tersebut
semakin
jelas.

 daun
yang
berbercak-bercak
tersebut
akan
menggulung.
 Pertumbuhan
terganggu
 sehingga tanaman
kerdil.
Sebelum
bertugas,
tangan-tangan
si
pekerja harus dicuci
dengan cairan obat
Trinatrium phosfat dan
sabun. Pekerja juga
dilarang merokok.
Tanah
yang
mengandung
bibit
penyakit tersebut, bila
akan
ditanami
tembakau
harus
disterilkan dahulu.
Penyakit Kerupuk
Virus
 Daun-daunnya
tabaci
mengeriting
 Daun mengkelung
ke atas
 Daun
berkeriput
seperti kerupuk
 Batang
yang
terserang menjadi
bengkak
Membersihkan
tanaman inang.
Tanaman
yang
terserang
segera
dicabut
kemudian
dimusnahkan dengan
cara membakarnya.
Penyakit Karat
Ruga 
 bintik cokelat yang Alternaria
dapat
meluas longipes
sampai keseluruh
permukaan daun.
 Penyakit tersebut
biasanya
menyerang
tanaman
pada
musim penghujan.

 Menggunakan varietas
yang resisten.
 Mendesinfeksi
benih
kedalam
larutan
formalin 0,2% selama
kurang lebih 15 menit.
 Mengadakan
rotasi
tanaman.
 Menanam tepat pada
waktunya.
24
Penyakit
Dumping off
 Apabila
dicabut Cendawan
 Disemprot
dengan
phythium de
akarnya busuk.
Fungisida Cupravi.
 Pada
serangan Baryanum
lanjut
tanaman
roboh.
Penyakit
Rhizoctonisa SP
 Benih yang ditabur Sejenis
banyak yang tidak Cendawan
tumbuh.
 Apabila bibit yang
tumbuh dicabut
 maka akan tampak
akarnya
yang
busuk.
 Tanaman
baru
yang dipindahkan
dari
pesemaian
akan layu secara
tiba-tiba
 Cara Preventif: benih
didesinfeksi
dengan
larutan Sublimat 1%
selama kurang lebih 15
menit,
mensterilkan
tanah dengan larutan
formalin 4%.
Cara Kuratif: tanaman
dapat disemprot dengan
larutan Bubur Bordeaux/
K.O.C, tanaman dapat
disemprot
dengan
larutan
fungisida
Dithane M.45 0,2%
Download