Kehamilan dan Miastenia Gravis OLEH: DWI DEWI KUSUMO PEMBIMBING: DR. FX. SOETEDJO, SP.S (K) Abstrak Tujuan kajian: Miastenia gravis (MG) adalah gangguan autoimun yang ditandai dengan fluktuasi mata, tungkai, atau kelemahan otot orofaringeal akibat serangan termediasi antibodi di neuromuscular junction. Insiden MG pada perempuan memuncak pada dekade ketiga selama masa subur. Sejumlah faktor dapat memperburuk MG, termasuk kehamilan. Ketika pengobatan dibutuhkan, harus dipilih dengan hati-hati dan dengan pertimbangan efek yang mungkin terjadi pada ibu dengan MG, kehamilan, dan janin. Temuan terbaru: Keputusan yang kompleks dalam pengobatan pada wanita yang disertai MG atau dengan indikasi adanya MG pada masa kehamilan. Meskipun data sangat bisa diobservasi, sejumlah pola karakteristik dan masalah yang berkaitan dengan risiko kepada pasien, integritas kehamilan, dan risiko terhadap janin telah dikenali. Pengetahuan yang baik terhadap pertimbangan khusus ketika menghadapi kehamilan yang disertai MG sangat penting untuk menghindari potensi bahaya di kedua pasien dan janin. Penggunaan agen imunosupresif menimbulkan risiko bagi janin. Memburuknya MG dengan insufisiensi pernapasan menimbulkan risiko bagi ibu dan janin. Ringkasan: Artikel ini mengkaji informasi yang tersedia mengenai harapan dan pengelolaan untuk pasien dengan MG pada usia subur. Penentuan perawatan harus diatur berdasarkan tingkat keparahan MG, distribusi kelemahan, penyakit penyerta, dan keadaan janin. Partisipasi pasien dalam mengambul keputusan sangan penting untuk kesuksesan pengelolaan penyakit. Introduksi Miastenia Gravis • Gangguan kronis yang ditandai dengan kelemahan fluktuatif dan kelemahan otot-otot volenter yang cepat. • Acquired MG (MG didapat) adalah gangguan autoimun pada antibodi di neuromuscular junction yang menyebabkan ketidakseimbangan transmisi neuromuskuler dan kelemahan otot skelet. • Gejala dapat muncul pada semua usia • Tingkat kejadian tertinggi terjadi pada wanita pada usia dekade ketiga. • MG lebih sering ditemui pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dengan rasio 3:2. Pemicu MG yang diketahui • • • • • infeksi, perubahan pada fungsi hormon tiroid, anestesi umum, pengobatan tertentu, Stres emosional atau fisik, haid, kehamilan dan keadaan postpartum. Introduksi Perawatan pasien perempuan dengan MG • Merawat pasien perempuan pada masa subur, sama seperti perawatan pada masa kehamilan dan periode postpartum. • Dalam persiapan kehamilan, wanita dengan MG membutuhkan edukasi dan konseling untuk menangani masalah terapi • Wanita dengan MG mendapatkan keuntungan dari pendekatan interdispliner personal untuk perawatan selama masa kehamilan dan periode postpartum • Setelah proses kelahiran bayi yang sehat, MG tetap dapat mempengaruhi keadaan ibu. • Seorang wanita dengan MG harus diinformasikan secara penuh dan waspada bahwa kehamilan yang diinginkan adalah sebuah komitmen fisik yang dapat dipengaruhi MG namun juga membutuhkan kemampuan lebih untuk mengatasi kebutuhan dalam proses asuh dan proses penyakitnya. Tujuan pembuatan artikel • Mendiskusikan pendekatan awal pada pasien wanita pada masa subur dengan MG, termasuk diagnosis dan penatalaksanaan. Diagnosis Miastenia Gravis Selama Kehamilan MG biasanya baru dapat muncul atau memperburuk pada sekitar sepertiga masa kehamilan pasien. Gejala kelemahan fluktiatif merupakan ciri khas dari kondisi ini Ketika dilengkapi dengan gejala kelemahan tipikal MG, yaitu: kelemahan ptosis, diplopoa, disartria, disfagia, dan/atau kelemahan tungkai Harus dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih jauh jika pasien belum didiagnosis secara pasti), termasuk pemeriksaan elektrodiagnostik dan acetylcholine receptor (Achr)-binding antibody. Jika antibodi Achr tidak dapat dideteksi, harus dilakukan pengukuran anti-muscle specific kinase (MuSK). Diagnosis Miastenia Gravis Selama Kehamilan Penegakkan diagnosis • Dapat dilakukan pada pada pasien dengan tanda dan gejala klinis MG jika terdapat peningkatan serum anti-AChR-binding antibody atau antibodi anti-MuSk. Pasien dapat dilakukan pemeriksaan foto CT dada tanpa kontras untuk menilai kelenjar timus • Lebih sering dilakukan setelah proses kelahiran, terutama pada pasien dengan antibodi negatif. Resiko radiasi dihindari dengan MRI dada • Namun pemeriksaan ini tidak menvisualisasikan mediastinum anterior seperti pada pemeriksaan foto CT Thymoma sangat jarang ditemukan pada rentang usia ini, terutama jika pada tes antibodi AchR negatif. Perubahan pada Myastenia Gravis Selama Kehamilan Tingkat keparahan kelemahan pada awal kehamilan tidak dapat memprediksikan baik remisi atau eksaserbasi MG Krisis miastenik atau bahkan remisi penyakit dapat muncul pada masa kehamilan. Pasien dapat mengalami hipoventilasi sekunder akibat • Kelemahan otot pernapasan. • Petumbuan janin yang membatasi diafragma dan mengganggu fungsi pernapasan • Pada beberapat titik selama kehamilan, sekitar 20% pasen mengalami krisis respiratori terkait ventilasi mekanik. Komplikasi jarang pada MG pada massa kehamilan • Supresi sumsum tulang; dapat diakibatkan oleh rekasi autoimun terhadap unit pembentukan koloni megakariosit. Perubahan pada Myastenia Gravis Selama Kehamilan Pasien dengan terapi imunosupresan juga dapat menderita infeksi sekunder akibat penurunan imunitas. Pasien dapat mengalami kelemahan yang semakin memburuk, terutama pada fase kedua kehamilan. • Pada fase ini pasien membutuhkan pendamping (asisten) Diketahui terdapat hubungan antara MG dan preeklamsi • Jika pengobatan diperlukan, magnesium sulfat harus digunakan dengan hati-hati karena efeknya yang merusak langsung. Eksaserbasi kelemahan mungkin membutuhkan bantuan respirasi. Janin Selama Kehamilan dan Kelahiran Jalur transplasenta autoantibodi maternal dapat menyebabkan kelamahan otot janin di dalam uterus, mengurangi gerak janin, menghasilkan polihidramion, dan mempengar hui proses kelahiran. Kesulitan janin juga telah diketahui terjadi bahkan pada ibu yang memiliki gejala ringan atau asimtommatik, yang menghasilkan antibodi melawan AChR janin. Pada kasus yang langka, bayi dari ibu dengan MG dapat menderita multipleks artrogiposis kongenital, sebuah gangguan yang ditandai oleh kontraktur sendi multipel, dan anomali lainnya. Hal ini bisa dipantau dengan ultrasound (USG). Memiliki seorang anak yang memiliki komplikasi neonatal MG dapat menjadi prediksi pengaruh MG terhadap keturunan berikutnya. Janin Selama Kehamilan dan Kelahiran Sekitar 10% sampai 20% bayi yang lahir dari ibu dengan MG mengembangkan MG neonatal transien. Pada kasus ibu dengan poristif AchR • MG neonatal transien dapat muncul pada ibu dengan antibodi anti-MuSK positif • Jarang terjadi pada ibu dengan seronegatif. • Antibodi maternal diduga berpindah melewati plasenta ke janin. • Hanya sebagaian kecil janin yang mengembangakan gejala. Gejala umum termasuk • Hipotonia general/menyeluruh gangguan pernapasan, makan dan menelan. • Gejala MG neonatal transien biasanya muncul beberapa jam setelah kelahiran • Gejala kembali dapat sembuh dalam 1 bulan (Jangka waktu 1 – 7 minggu). Pengobatan MG neonatal transien • Terapi suportif (bantuan ventilator dan pemberian asupan nasogastrik, ketika dibutuhkan) • Pyridogstigmine (0,5 mg/kg sampai 1,0 mg/kg) dalam dosis yang dibagi diberikan 30 menit sebelum makan agar dapat membantu meningkatkan isapan dan mengurangi resiko aspirasi. Janin Selama Kehamilan dan Kelahiran Pasien dengan MG neonatal transien sangat jarang menderita komplikasi permanen seperti • bular persisten • kelemahan fasial • dan gangguan pendengaran. Inaktifasi subunit AChR selama masa perkembangan otot janin telah diketahui bahwa penyababnya berasal dari fenotipe. Rasio antibodi AChR janin/dewasa dilaporkan dapat berguna untuk memperkirakan tingkat keparahan dari manifestasi MG. Laporan kasus menyarankan bahwa plasma exchange dan pemberian prednison selama kehamilan dapat mengurangi keparahan fenotip • Diperlukan studi lebih lanjut. Keputusan Pengobatan sebelum Kehamilan Secara umum, keparahan dan distribusi kelemahan harus diberikan terapi pengarahan pada wanita dengan MG yang merencakan kehamilan. Pasien yang baru saja terdiagnosa MG okular atau ringan • Memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita MG menyeluruh yang lebih tinggi, terutama 2 tahun setelah mengalami gejala pertama. Pasien MG yang saat ini menggunakan pengobatan imunosupresif menimbulkan masalah lain. • Inisiasi agen imunosupresif selain prednisone sebelum dan pada masa kehamilan sangat dihindari. Berikut Tabel 6-1. Daftar medikasi yang digunakan dalam perawatan MG yang terkait kategori kehamilan US Food and Drug Administration (FDA) dan dilaporkan beresiko teratogenik. Intervensi Pyridogstigmine Prednisone Plasma exchange Immunoglobulin Cyclosporine Kategori Efek samping kehamilan Tertogenisitas FDA Twitching otot, diare, batuk dengan C Tidak ada data peningkatan produksi mukus, bradikardi Penambahan berat badan, C Studi pada hewan menunjukan hiperglikemia,hipertensi, gangguan kejadian pada pembelahan gastrointestinal dan ulserasi, palatal perubahan mood, osteoporosis dan miopati Hipotensi, takikardi, n/a Belum ada data. Plasma ketidakseimbangan elektrolit, exchange telah berhasil sepsis, reaksi alergi, nausea, digunakan selama masa muntah, trombosis vena dan kehamilan. hematoma Sakit kepala, meningitis, C Belum ada laporan pada studi dermatitis, edema pulmo, reaksi dengan hewan. IVIg telah anafilaktik, gangguan ginjal akut, sukses digunakan selama masa trombosis vena, stroke dan kehamilan manusia. hepatitis Keracunan renal, hipertensi, C Bukti pada manusia kejang, miopati, peningkatan menunjukan kelahiran premaur resiko infeksi dan berat badan rendah pada usia gestasional Intervensi Mycophenolate mofetil Azathioprine Rituximab Kategori Efek samping kehamilan Tertogenisitas FDA Peningkatan resiko infeksi, D Keguguran kehamilan pada kemungkinan resiko terkana trimester pertama dan limfoma dan keganasan lainnya malforamsi kongenital pada seperti kanker kulit wajah dan tingkai bawah, jantung, esofagus dan ginjal telah dilaporkan. Hepatotoksisitas, supresi sumsum D Kecacatan kongenital sporadik tulang, nausea, muntah, diare, seperti cerebral palsy, kemungkinan resiko terkena kacacatan kardiovaskular, limfoma dan leukimia hipospadia, cerebral hemoragik, polidaktil dan hipotiroidisme. Telah dilaporkan kerusakan kromosom di uterus. Demam, astenia, sakit kepala, C Limfositopenia sel B yang nyeri abdomen, hipotensi, secara umum bertahan hingga 6 trombositopeni, ensefalopati bulan dapat diperoeh pada multifocal progresif infant yang terpapar rituximab di dalam uterus. Keputusan Pengobatan sebelum Kehamilan Resiko paling tinggi MG general • 2 sampai 3 tahun setelah onset pertama. • Selama tahun-tahun ini, pasien sangat disarankan untuk menunda kehamilan untuk mengurangi kemungkinan kondisi yang lebih buruk • Pada beberapa wanita, kehamilan dapat membahayakan dan oleh karenanya dipertimbangkan sebagai kontraindikasi. Dibutuhkan kepercayaan antara hubungan pasien dengan dokter • Untuk penundaan kehamilan. • Pasien harus diyakinkan apapun keputusannya, pasien akan tetap mendapatkan perawatan. • Dengan pengawasan intensif, wanita sehat lainnya dengan MG terkontrol baik dapat memilki kehamilan yang tidak beresiko. Keputusan Pengobatan sebelum Kehamilan Pengobatan diatur dan bergantung pada kondisi klinis. Pada manifestasi penyakit minimal, pyrodogstigmin dapat dipertimbangakan untuk diberikan untuk perawatan simtomatik sebelum masa kehamilan yang diinginkan. Pasien miastenia yang asimtomatik tidak disarankan menerima terapi. Pasien dengan kelemahan sedang dapat mendapatkan manfaat dari steroid, sebuah medikasi dengan tingkat tertogenik yang rendah. • Jika pasien dalam terapi lain seperti agen steroid dengan imunosupresan rendah), pasien dapat memiliki reaksi yang tidak utuh terhadap steroid. • Bergantung pada distribusi kelemahan dan keparahan, penggunaa steroid dapat menjadi pengobatan alternatif. Efek samping harus diawasi dengan ketat. Jika tymemectomy dipertimbangkan, hal ini harus dilakukan sebelum kehamilan atau setelah periode postpartum yang stabil karena efek terapi yang tertunda dan resiko pembedahan. Pilihan Pengobatan Selama Kehamilan Selama kehamilan, Pasien dengan penyakit MG ringan • • • • MG meningkat sekitar 30% sampai 40% pasien, Tidak berubah pada 30% sampai 40% pasien Memperburuk pada 20% sampai 30%. Persentasi terbesar eksaserbasi didapatkan pada trisemester pertama, dalam minggu ke 4 kehamilan. • Tidak membutuhkan pengobatan • Namun tetap membutuhkan tinjauan berkala untuk menilai kelemahan. Pilihan Pengobatan Selama kehamilan Ketika diperlukan, medikasi yang memiliki efek teratogenik yang rendah lebih diutamakan. Pengobatan alternatif potensial untuk menghilangkan gejala, termasuk pyridostigmin, dapat digunakan secara aman. Medikasi antikolinesterase merupakan katergori C kehamilan. Pengguanaan berlebih kolinesterase inhibitor dapat menginduksi kontraksi uteri, kelahiran prematur dan peningkatan sekresi oral, yang dapat menyulitkan pasien dengan kelemahan otot orofaringeal. Pilihan pengobatan selama kehamilan Agen-agen ini sering digunakan untuk pengobatan ekaserbasi kelemahan dan dapat digunakan secara aman selama kehamilan Prednisone Plasma exchange atau IVIg • Kortikosteroid, • Plasma exchange, • IV imunoglobulin (IVIg) • Terdapat resiko kecil terjadinya pembelahan palatal • Penggunaan osis tinggi telah dikaitkan dengan ruptur membran prematur • Secara teori dapat menyebabkan aborsi selama periode 24 jam setelah didapatkan koagulopati. • Hipotensi merupakan efek samping serius terkait penggunaan plasma exchange. • Keuntungan dari plasma exchange atau IVIg adalah jangka pendek, dan pengobatan berulang mungkin dibutuhkan. Dengan resiko ini, penggunaan obat-obat tersebut hanya digunakan untuk penanganan gejala MG yang lebih parah atau krisis miastenia. Pilihan pengobatan selama kehamilan Untuk mencegah terjadinya hipotensi, • Pasien harus ditempatkan pada posisi left lateral decubitus • dan status cairan harus diawasi selama masa pengobatan. Penggunaan cyclosporine tidak disarankan karena peningkatan faktor resiko aborsi spontan, kelahiran prematur, dan kelahiran berat badan rendah. Azathioprine dan mycophenolate mofetil merupakan pengobatan kategori D kehamilan, dan methotrexate merupakan kategori X. • Penggunaan medikasi ini tidak direkomendasikan dalam kehamilan karena menimbulkan resiko yang signifikan pada janin. Kelahiran dan Persalinan. Pada tahap kedua kelahiran, kelelahan mungkin terjadi saat kontraksi otot skelet. • Dokter obstetri harus bersiap untuk mendampingi selama proses persalinan dengan vacuum atau forceps ketika dibutuhkan. • Kolinesterase inhibitor dapat meminimalkan kelelahan selama proses persalinan. Belum ada korelasi yang terbukti antara cara persalian dan tingkat eksaserbasi dalam puerperium. Selama persalinan, reginonal anestesi dapat digunakan secara aman dan mengurangi resiko medikasi terinduksi blokade neuromuskular dari anestesi nondeporarisasi atau agen kuretase (Tabel 6-2). • Pada pasien yang menerima anestesi spinal atau epidural yang tinggi dapat mengalami penurunan fungsi pernapasan Kelahiran dan Persalinan. Pengobatan eklamsia dengan magesium sulfat pada wanita dengan MG harus dilakukan dengan hati-hati. • Magnesium menghalangi pintu masuk kalsium pada syaraf terminal dan menghambat pelepasan asetilkolin, dan mengganggu transmisi neuromuskuler. Infeksi, gangguan elektrolit, dan beberapa obat telah diketahui dapat memicu MG laten atau memicu krisis miastenia. • Beberapa vaksin diketahui dapat menyebabkan masalah tersebut. Sebagai aturan dasar, vaksin denganvirus hidup harus dihindari pada pasien dengan MG, terutama pada terapi imunosupresan. • Tabel 6-2 menyimpulkan medikasi yang menyebabkan ekaserbasi MG. Tabel 6-2. Medikasi yang Menyebabkan Eksaserbasi Myastenia Gravis > D-peniciliamine dan α-interferon tidak boleh digunakan pada pasien dengan miastenia gravis (dapat memicu miastenia gravis). > Obat-obat berikut ini dapat menimbulkan kondisi kelemahan yang lebih buruk. Penggunaan dan pengawasan pasien untuk gejala eksaserbasi miastenia harus dengan hati-hati dan waspada. Succinylcholine, d-tubocurarine, vecuronium dan agen penghambat neuromuscular lainnya termasuk toksin botulinum Quinine, quinidine dan procainamide Beta-blocker termasuk propanolol, atenolol dan tetes mata timolol maleat Calcium channel blockers Agen kontras iodinate Magnesium termasuk susu magnesia, antasid yang mengandung hidrokside dan magnesium sulfat Antibiotik tertentu termasuk Aminoglikosid (seperti tobramycin, gentamycin, dan kanamycin, neomycin, streptomycin) Macrolides (seperti erytromycin, azitromicin, telitromisin) Fluoroquinolon (seperti ciprofloxacin, moxifloxacin, norfloxacin, ofloxacin, pefloxacin) Colistin > Banyak obat lain yang dilaporkan menyebabkan eksaserbasi kelemahan pada beberapa pasien miastenia gravis. Semua pasien dengan miastenia gravis harus diobservasi dalam peningkatan kelemahan kapanpun pengobatan baru dimulai. > Pasien dengan miastenia gravis atau penyakit dahulu tymoma harus dipertimbangkan alternatif atas penerimaan vaksin demam kuning, vaksin shigela dan vaksin "virus hidup" lainnya. Periode Postpartum Sebagian medikasi untuk pengobatan MG dapat disekresikan kedalam ASI The American Academy of Pediatrics mempertimbangkan pyridogstigmine, prednisone dan prednisolone dapat digunakan selama masa laktasi. • Sebab pyrodogstigmine tidak dieksresikan kedalam ASI. Cyclosporine dapat dieksresikan pada ASI. • Terdapat efek potensial dalam pengasuhan infan seperti imunoupresi, neutropeni, retardasi pertumbuhan dan potensial karsinogenesis • Cyclosporine dianggap sebagai kontraindikasi oleh the American Academy of Pediatrics. Azathiorie dan methotrexate tidak aman digunakan selama masa laktasi. Tingkat keamaanan mycophenolate mofetil rituximab atau IVIg (manusia) selama laktasi tidak diketahui. Rituximab di sekresikan pada susu laktasi kera, dan IgG di ekresikan pada ASI. Tabel 6-3 meringkas keamanan penggunaan medikasi MG selama laktasi. Tabel 6-3. Keamanan medikasi yang digunakan dalam Miastenia gravis selama Laktasi > Aman: Dapat digunakan pada masa laktasi pyridostigmine Predisone Prednisolone > Kontraindikasi yang menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada janin Azathioprine Cyclosporine Methotrexate > Waspada: tidak ada data yang signifikan Mycophenolate mofetil Rituximab Imunoglobulin (manusia) Periode Postpartum Setelah kehamilan yang sukses, perawatan bayi memunculkan tantangan yang mungkin berdampak pada ibu dengan MG. • Pasien dapat mengalami gejala yang semakin memburuk karena kelelahan karena kurang tidur, asupan berkala, penginkatan penggunaan tenaga fisik terkait perawatan bayi. • Gejala selama periode ini dapat berlangsung sementara dan diatasi dengan pengobatan konservatif, termasuk pengadaan sistem dukungan. Semua wanita dalam masa subur yang memulai atau memulai kembali penggunaan obat imunosupresif harus mendapatkan konseling kontraseptif dan penggunaan kontrasepsi efektif. Pasien harus mulai dengan menggunakan metode kontrasepsi yang dipilih 4 minggu sebelum memulai terap MG dan melanjutkan kontrasepsi selama terapi. • Ketika terapi imunosupresi tidak dilanjutkan, kontrasepsi efektif harus dilanjutkan selama 6 bulan sebelum diinginkan adanya kehamilan. Mycophenolate mofetil mengurangi hormon pada darah pada kontrasepsi pil oral dan secara teoritis dapat mengurangi efektifitasnya. • Dua benuk kontrasepsi harus digunakan secara bersamaan untuk medikasi khusus kecuali penundaan kehamilan merupakanmetode yang dipilih Konklusi MG dapat muncul pertama kali pada masa kehamilan atau pada masa postpartum. Eksaserbasi mungkin dapat muncul pada pasien dengan MG yang sudah ada. Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan MG dalam cara yang tidak bisa diprediksi Gejala yang semakin memburuk sering ditemukan pada trimester pertama atau pada 3 – 4 minggu pertama postpartum. • Efek satu kehamilan pada MG tidak dapat memprediksi pada kehamilan berikutnya. Tabel 6-4 meringkas aspek penting yang membutuhkan perhatian dan pengawasan untuk memastikan penanganan yag adekuat pada pasien dengan MG selama masa subur. Konklusi Medikasi imunosupresan memiliki efek teratogenik dan penggunaannya dihentikan 4 – 6 bulan sebelum dipahami. Kortikosteroid, plasma exchange, dan IVIg memiliki potensial resiko yang lebih rendah, dan telah digunakan secara aman pada kehamilan dan oleh karena itu lebih diutamakan dalam penanganan ekaserbasi selama kehamilan. Pendekatan individual dan interdispliner untuk perawatan dibutuhkan selama masa kehamilan dan periode postpartum pada pasien dengan MG dan bayinya. Tabel 6-4. Masalah pada wanita pada masa subur yang mengidap Miastenia gravis > Pre-Kehamilan Konseling mengenai efek kehamilan pada miastenia gravis (MG) Konseling mengenai efek MG pada kehamilan Pilihan terapi untuk mengoptimalkan respon yang mungkin diperlukan sebagai antisipasi dalam kehamilan Konseling variasi obat terhadap kesehatan janin Konseling resiko arhtogyposis on the fetus Pengawasan jangka panjang efek terapi seperti prednison, imunosupresan dan thymectomy. > Kehamilan Membutuhkan pengawasan cermat termasuk obstetri klinis resiko tinggi Pilihanterapi selama masa kehamilan perlu disesuaikan Menimbang resiko dari terapi imunosupresan Mengawasi pada perburukan pada onset MG selama trimester pertama atau postpartum Pasien mungkin memiliki peningkatan pada trimester kedua dan ketiga Perubahan fisiologi seperi penurunan diagfragma mungkin mengganggu proses pernapasan, penambahan berat badan dan peningkatan volume darah > Kesehatan janin Pengawasan neonatal dibutuhkan karena resiko arthrogyposis atau MG neonatal sementara. Pengawasan efek janin terhadap pernapasan yang tidak adekuat pada ibu Mempertimbangakan efek terapi pada janin seperti imunosupresan, prednison, IVIg, plasma exchange Mempertimbangkan pengobatan suportif untuk MG neonatal sementara jika terdapat diindikasi. > Potspartum Ibu dan Bayi beresiko mengalami kelemahan Masalah Asi termasuk medikasi, keberadaan antibodi pada AS; keterlambatan asupan dapat menyebabkan kelemahan pada pasien. Ketika memulai imunosupresan, pasien harus menerima konseling kontrasepsi dan penggunaan kontrasepsi yang efektif. Terima Kasih