BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya jasa keuangan perbankan di negara Indonesia, seharusnya diimbangi dengan pengetahuan tentang suku bunga. Namun banyak orang yang kurang paham mengenai tingkat dan perilaku suku bunga, bahkan pengertian dari bunga dan suku bungapun ada yang belum tahu sama sekali. Di sini saya mencoba memaparkan beberapa penjelasan tentang tingkat dan perilaku suku bunga. Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah. Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian suatu negara. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari suku bunga? 2. Apa saja teori- teori suku bunga? 3. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga? 4. Bagaimana peran suku bunga dalam perekonomian? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Suku Bunga Suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian sumber daya secara interval waktu tertentu. Jumlah peminjaman yang diberikan disebut principal, dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai presentase dari principal per unit waktu (umumnya, setahun). Suku bunga yang menyediakan jangkar bagi suku bunga- suku bunga yang lain, yaitu suku bunga riil jangka pendek yang bebas risiko. Yang dimaksud dengan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlakau dalam perekonomian jika harga rata- rata barang dan jasa diperkirakan tetap kostan selama usia peminjaman. Yang dimaksuddenagn suku bunga bebas risiko adalah suku bunga pinjaman dimana peminjamnya tidaka akan gagal memenuhi kewajiban aapun. Yang dimaksud jangka pendek adalah suku bunga dari pinjaman yang akan jatuh tempo dalam setahun. Semua suku bunga yang lain berbeda dengan suku bunga yang ini sesuai aspek- aspek tertentu dari pinjaman, seperti jangka waktu jatuh tempo atau default risk-nya, atau karena adanya inflasi.1[1] Fungsi Suku Bunga Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah : a) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untukdiinvestasikan. b) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. c) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. B. Teori Suku Bunga 1. Teori Suku Bunga Klasik 1[1] Paul A Samuelson dan William D. Nordhaus, 1986, Ekonomi Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga, hlm.332 Kaum di era klasik mengungkapkan bahwa suku bunga itu menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Terlepas dari teori ekonomi mikro, teori klasik menjelaskan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. Dalam teori klasik, stok barang modal dicampuradukkan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitusif. Semakin langka modal, semakin tinggi suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak modal semakin rendah tingkat suku bunga (Nasution dalam Badriah Sappewali, 2001). Investasi juga merupakan fungsi dari suku bunga. Makin tinggi suku bunga, keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut merupakan ongkos untuk penggunaan dana (Cost of Capital). Makin rendah suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Keseimbangan tingkat bunga berada pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, berarti jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para pemilik dana akan bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i0. sebaliknya, bila tingkat bunga rendah berada di bawah i0, maka para pengusaha akan bersaing untuk mendapatkan dana yang relatif lebih besar jumlahnya. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0, misalnya terjadi kenaikan efisiensi produksi, maka akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan meningkat sehingga pada tingkat bunga yang sama para pengusaha bersedia membayar dana yang lebih besar untuk membiayai investasi, atau untuk dana investasiyang sama jumlahnya, para pengusaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, sehingga keseimbangan tingkat bunga yang baru adalah pada titik i1 (Nopirin, 1993).2[2] 2. Teori Suku Bunga Keynes Pandangan berbeda diberikan oleh Keynes. Menurutnya, tingkat bunga itu merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan 2[2] Frank J. Fabozzi, Franco Modigliani dan Michael G. Febri, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 205 uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan memengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dengan demikian akan mempengaruhi GNP (Nopirin, 1992). Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga. Dengan menurunkan tingkat bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produk nasional. Dengan demikian setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori keynes berperan untuk meningkatkan produk nasional. Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan bahwa ada suatu tingkat bunga yang normal. Jika memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik (harga turun) mereka akan menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang yang dipegang. Kedua, sehubungan dengan biaya memegang uang kas. Makin tinggi tingkat bunga, makin besar pula biaya memegang uang kas, sehingga keinginan memegang uang kas juga semakin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik. Dari kedua penjelasan diatas, dijelaskan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga dengan permintaan akan uang tunai. Permintaan uang ini akan menetukan tingkat bunga. Tingkat bunga berada dalam keseimbangan apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya (Nopirin, 1993). 3. Teori Suku Bunga Hicks Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat bunga ini memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor rill. Pandangan ini merupakan gabungan dari pendapat klasik dan keynesian, dimana madzhab klasik mengatakan bahwa bunga timbul karena uang adalah produktif artinya bahwa bila seseorang memiliki dana maka mereka dapat menambah alat produksinya agar keuntungan yang diperoleh meningkat. Jadi uang dapat meningkatkan produktivitas sehingga orang ingin membayar bunga. Sedangkan menurut keneysian bahwa uang bisa produktif dengan metode spekulasi di pasar uang dengan kemungkinan memperoleh keuntungan, dan keuntungan inilah sehingga orang ingin membayar bunga.3[3] 4. Teori Yang Lain 3[3] Ibid, hlm. 207 Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang. Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Faktor –faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga (pinjaman dan simapanan) adalah sebagai berikut. 1. Kebutuhan dana Apabila bank kekurangan dana sementara pemohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkat kan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara atomatis akan meninkat pula pinjaman. bunga 2. Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan ratarata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawa bunga pesaing. 3. Kebijakan pemerintah Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4. Harga laba yang di inginkan Sesuai dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga ikut besar dan sebaliknya. 5. Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besar kemungkinan resiko dimasa akan datang.4[4] 6. Kualitas jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. 7. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungknan risik macet kredit dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. 8. Produk yang kompetitif Produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. 9. Hubungan baik. Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan loyaritas nasabah yang bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama biasanya mempunya hubungan yang baik denga pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. 10. Jaminan pihak ketiga 4[4] Karhi Nishar dan Winard, 1997, Ilmu Ekonomi, Bandung: CV Mandar Maju, hlm. 56 Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar , nama baik maupun loyaritasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankanpun berbeda.5[5] D. Peran Suku Bunga dalam Perekonomian Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998).6[6] 5[5] Sadono Sukirno, 2000, Makroekonomi Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo, hlm. 67 6[6] Ibid, hlm. 69 BAB III PENUTUP A. Simpulan Suku bunga adalah pendapatan (bagi kreditor) atau beban bagi (debitor) yang diterima atau dibayarkan oleh kreidtor atau debitor . Teori suku bunga ada tiga, diantaranya: 1. Teori suku bunga klasik Teori klasik menjelaskan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. 2. Teori suku bunga Keynes Menurutnya, tingkat bunga itu merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang). 3. Teori suku bunga hicks Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat bunga ini memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor rill. Faktor- faktor yang mempengaruhi suku bunga antara lain : kebutuhan dana, persaingan, kebijakan pemerintah, harga laba yang diinginkankan, jangka waktu, kualitas jaminan, reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik dan jaminan pihak ketiga. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. DAFTAR PUSTAKA Paul A Samuelson dan William D. Nordhaus, 1986, Ekonomi Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga Frank J. Fabozzi, Franco Modigliani dan Michael G. Febri, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Salemba Empat Karhi Nishar dan Winard, 1997, Ilmu Ekonomi, Bandung: CV Mandar Maju Sadono Sukirno, 2000, Makroekonomi Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo SUKU BUNGA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN SUKU BUNGA Dosen Pembimbing: MELIS, S.E.I Di Susun Oleh: BAMBANG RIYADI(13180026) JURUSAN D3 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN AKADEMIK 2014/2015 PENDAHULUAN Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunya dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Ia mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas. Jadi dapat kita ketahui bersama ketika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan uang mereka di bank karena ia akan mendapat bunga yang tinggi. Sebaliknya jika suku bunga rendah masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank dan akan menarik dana mereka yang ada di bank. Dalam hal ini ternyata tingkat suku bunga sangat mempunyai pengaruh penting terhadap minat masyarakat terhadap dunia perbankan. A. Pengertian Bunga Bank Bunga bank dapat di artikan sebagai balas jasa yang di berikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat di artikan sebagai harga yang harus di bayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus di bayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2011: 131) Dalam perbankan, terdapat dua harga yang selalu ada dalam praktik perbankan yaitu harga beli dan harga jual. Apa bila bank membeli dana dari nasabah, maka bank akan membayar sejuamlah harga tertentu kepada nasabah, oleh Karena itu dapat di katan bahwa bankakan membeli dana dari nasabah dengan harga beli tertentu yang di sebut bunga simpanan. Disisi lain bank juga akan menjual dana kepada nasabah yang membutuhkan dana dengan harga jual tertentu yang di perjanjikan. Harga tersebut merupakan harga jual bank kepada nasabah. (Ismail, 2011: 131) Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang di berikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut: 1. Bunga simpanan Bunga yang di berikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanaan merupakan harga yang harus di bayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. 2. Bunga pinjaman Adalah bunga yang di berikan kepada para peminjam atau harga yang harus di bayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus di keluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang di terima dari nasabah. (Ismail, 2011: 131) B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam aktivitas utama bank, baik suku bunga kredit, maupun simpanan. Kedua suku bunga tersebut mempengaruhi satu dan lainya. Apabila suku bunga naik maka kemungkinan besar suku bunga kredit juga naik, demikian sebaliknya. Disamping adanya keterkaitan antara suku bunga simpanan dan kredit, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya suku bunga. (Ismail, 2011: 133) Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suku bunga antara lain: 1. kebutuhan dana Besarnya suku bunga dapat di pengaruhi oleh kebutuhan dana bagi pihak yang memperlukanya, sifat kebutuhan tersebut dapat di bagi menjadi tiga yaitu: a) Keharusan Keharusan merupakan kebutuhan dana yang mendesak, yang tidak mungkin di tunda. Apabila pihak yang membutuhkan dana tersebut pada kondisi sangat memerlukanya, maka akan berpengaruh pada tingkat bunga. Dan pihak kreditor dapat meminjam dananyadengan bunga yang lebih tinggi di banding market rate. b) Kebutuhan Merupakan kebutuhan dana yang harus ada akan tetapi, kebutuhan tersebut masih bisa di tunda untuk beberapa waktu. Karena sifat kebutuhanya tidak mendesak, mak suku bunga yang akan di peroleh akan sama dengan market rate. c) Keinginan Merupakan kebutuhan dana yang tidak harus ada. Akan tetapi merupakan tambahan dana untuk memperluas usaha nasabah. Perluasan usaha nasabah dapat meningkatkan keuntungan yang lebih tinggi. Tambahan dana tersebut tidak tidak harus di penuhi, karena sifatnya tidak mendesak dan bisa di abaikan. Aleh karena itu pihak debitur bisa memperoleh tingkat bunga yang lebih rendah di banding suku bunga di pasar. 2. Persaingan antar bank Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai dengan keinginan. Ada faktor lain yang di perhatikan yaitu suku bunga yang di berikan oleh pesaing. Pada umumnya bank akan membeli dan menjual bunga tidak jauh berbeda dengan tingkat suku bunga di pasar. 3. Kebijakan pemerintah Bank harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam menentukan besarnya tingkat suku bunga. Misalnya, apabila tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia 12%. Maka bank umum tidak di perbolehkan menawarkan produk pendanaanya dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dari BI rate. 4. Jangka waktu Faktor jangka waktu, merupakan faktor yang penting dalam menetapkan suku bunga. Semakin lama jangka waktu yang di perjanjikan akan semakin besar kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market rate, sehinggasemakin lama jangka waktunya akan semakin besar tingkat bunganya. 5. Kualitas jaminan Dalam menentukan besarnya bunga kredit yang akan di berikan kebada debitur, bank juga melihat jaminanya. terdapat beberapa kekayaan yang dapat di gunakan sebagai anjungan jaminan. Apabila anjungan tersebut marketable, mudah di perjual belikan, serta nilai anjungan tersebut setabil atau meningkat, maka bank dapat memberikan bunga kredit yang lebih rendah. Karena resiko tidak tertagihnya kredit debitur dapat ditutup adanya anjungan yang layak. 6. Reputasi nasabah Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit kepada nasabah yang mempunyai reputasi usaha. Karena jaminan pembayaran atas kredit yang di berikan akan lebih besar. Biasanya bank akan memperebutkan debitur yang mempunyai reputasi usaha. Oleh karena itu, bank sebagai kreditor tidak dapat memberikan bunga sesuai dengan pasar, tetapi akan lebih rendah dengan bunga pasar. 7. Produk Produk yang di tawarkan oleh banksangat bervariasi, sehingga bunga yang akan di berikan kepada nasabah penyimpan dana maupun bunga yang di berikan kepada nasabah peminjam juga tergantung pada jenis produknya. Semakin banyak fasilitas yang di berikan dalam produk tertentu akan semakin menarik bunga yang di tawarkan. 8. Hubungan bank Hubungan bank dan nasabah akan berpengaruh pada besarnya bunga. Apabila nasabah tersebut merupakan nasabah prima, nasabah yang telah memiliki hubungan baik dengan bank dan selama menjadi nasabah bank tidak pernah wan prestasi maka bank akan memberikan bungan yang rendah. D. Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit Sesungguhnya keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah bagaimana mengelola dan menentukan bunga pinjaman secara fleksibel sehingga menghasilkan laba yang maksimal. Artinya tinggkat suku bunga pinjaman haruslah lebih tinggi dari suku bungga simpanan sehingga bank dapat memperoleh keuntungan. Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan di berikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang perlu memperoleh perhatian. Komponenkomponen ini ada yang dapat di minimalkan dan ada pula yang tidak sama sekali. (Kasmir, 2007: 40) Adapun komponen-komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain: a. Total biaya dana (Cost of fund) Merupakan total bunga yang di keluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. b. Biaya operasi Dalam melakukan setiap kegiatan bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Biaya operasi merupan biaya yang di keluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainya. c. Cadangan resiko kredit macet Merupan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan di berikan, hal ini di sebabkan setiap kredit yang di berikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah presentase tertentu terhadap kredit yang di salurkan. d. Laba yag di inginkan Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini di tentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. e. Pajak Pajak merupakan kewajiban yang di bebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. E. Fungsi Tingkat Bunga Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peranan penting dalam perekonomian, yaitu: a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian. b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi. c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara. d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.(Sulad, 2006: 77) F. tingkat bunga kredit bank Bank dalam operasionalnya secara umum berfungsi untuk mengumpulkan dana dan membayar bunga kepada nasabahnya dan menyalurkan kredit dan menerima bunga dari debitornya. Oleh karena itu pendapatan bank baru ada jika pricing credit lebih besar dari cost of fund. Agar bank memperoleh pendapatan, perlu ditentukan tingkat suku bunga kredityang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: 1. Cost of Fund( COF) 2. Overhead Cost (OHC) 3. Spread Profit (SP) Mengenai hal tersebut, sejak januari 2005 BI telah 15 kali melakukan perubahan suku bunga, dan kebijakan ini berdampak langsung pada kenaikan penghimpunan DPK. Kebijakan kenaikan bunga tersebut berperan besar terhadap pengendalian tingkat inflasi dan terbukti tingkat inflasi dapat diminimalisir dari inflasi tertinggi 8,81% pada bulan maret 2005 menjadi 7,42% pada bulan juni 2005. (Mangasa, 2007: 14) Analisis yang terjadi pada dunia perbankan terjadi kenaikan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebenarnya telah cukup tinggi. Bank-bank sudah berani menawarkan bunga deposit sebesar 30% yang berarti juga menaikan suku bunga kredit menjadi minimal 35%. Pada situasi krisis tentunya investor enggan meminjam dana dari bank untuk mendanai usahanya karena mereka akan kesulitan untuk mengembalikan pinjaman beserta bunganya hal ini disebabkan oleh kerja sector perbankan yang sedang mengalami kesulitan.Kemungkinan yang lain yaitu diakibatkan oleh kenaikan uang inti yaitu rupiah yang dicetak oleh BI. Ini merupakan teori inflasiyang pernah berkali-kali terjadi, pada intinya hal ini semua disebabkan percetakan rupiah baru oleh BI karena pemerintah memerlukan dana untuk mendorong APBN atau untuk membantu penciptaan lapangan pekerjaan atau karena alasan politis.Apabila semua tingkat bunga dalam system keuangan dapat dihitung angka rata-ratanya dan diwakili oleh satu tingkat bunga itu tidak bias dipersamakan karena tingkat suku bunga tergantung pada interaksi antara system keuangan dan system riil dan harus pula mengembangkan suatu model yang benar-benar riil yang akan memberikan informasi mengenai determinan dari tingkat penghasilan dan kesempatan kerja. Sektor riil ini dibedakan antara perekonomian dengan sector keungan atau moneter karena jenis kegiatanya yang berbeda. (Tony, 2000: 233) G. Struktur Suku Bunga Tingkat bunga yang telah diuraikan diatas dapat diartikan sebagai rata-rata dari berbagai macam jenis suku bunga, yaitu meliputi jangka pendek, jangka panjang, dll. Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan oleh determinan sebagai berikut: 1. Jangka waktu dari klaim keuangan 2. Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan 3. Derajat risiko tunggakan dari klaim keuangan 4. Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya. Dari keempat determinan tersebut diatas perbedaan jangka waktu dari klaim keuangan merupakan faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan antara jangka waktu dan suku bunga disebut struktur masa (term structure) dari suku bunga. Ketiga determinan lainnya juga merupakan faktor penting, akan tetapi seringkali lebih mudah dalam menentukan pengaruhnya terhadap struktur suku bunga. (Swaldjo, 2004: 85) Ada lima teori tentang struktur suku bunga,yaitu: a. Teori Kurva Hasil Cara yang paling sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil. Akan tetapi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bentuk kurva hasil sampai saat ini belum ditemukan suatu kesimpulan yang pasti, yang tentunya didukung dengan data empiris. Berkaitan dengan hal itu maka dikembangkan tiga teori, yaitu; teori harapan, teori premium likuiditas, dan teori pasar tersegmen. (Swaldjo, 2004: 86) b. Teori Harapan. Teori ini menyatakan bahwa suku bunga jangka panjang sama dengan suku bunga jangka pendek yang berjalan plus suku bunga jangka pendek yang diharapkan pelaku pasar yang berlangsung hingga jatu temponya sekuritas jangka panjang. Misal suku bunga untuk obligasi sepuluh tahun harus sama dengan penjumlahan suku bunga jangka pendek (obligasi satu tahun) yang berjalan dengan suku bunga jangka pendek yang diantisipasi akan terjadisepanjang obligasi jangka panjang dibagi jangka waktu dari obligasi jangka panjang. (Swaldjo, 2004: 86) c. Teori Premium Likuiditas. Teori ini berlandaskan pada teori harapan, akan tetapi menolak asumsi bahwa peserta pasar berlaku sama dalam hal obligasi jangka pendek dan jangka panjang. Menurut teori ini tingkat bunga jangka panjang sama dengan rata-rata dari tingkat bunga jangka pendek yang berjalan, tingkat bunga jangka pendek yang diharapkan dan premium likuditas. (Swaldjo, 2004: 86) d. Teori Pasar Tersegmentasi. Teroi ini sangat berbeda dengan kedua teori diatas. Teori ini beranggapan bahwa tingkat bunga jangka pendek dan tingkat bunga jangka panjang ditentukan didalam pasar yang relatif terpisah. Pasar-pasar ini dipisahkan karena alasan kelembagaan. Misal, banyak pembeli sekuritas dalam pikirannya mempunyai kebutuhan tertentu yang biasanya berkaitandengan sifat dari utang, sehingga membatasi pembeliannya pada segmen dari spektrum jatuh waktu.(Swaldjo, 2004: 86) H. Jenis-Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit Pembebanan besarnya suku bunga kredit di bedakan kepada jenis kreditnya. Jumlah bunga yang di bayar akan mempengaruhi jumlah angsuran perbulannya. Di mana jumlah angsuran terdiri dari utang/pokok pinjaman dan bunga. (Kasmir, 2011: 138) Metode pembebanan bunga yang di maksud adalah sebagai berikut: a. Sliding rate Pembebanan bunga setiap bulan di hitung dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga yang di bayar nasabah setiap bulan menurut dengan seiring dengan turunnya pokok pinjaman akan tetapi, pembayaran pokok pinjaman setiap bulan sama cicilan nasabah (pokok pinjaman di tambah dengan bunga) otomatis dari bulan ke bulan semakin menurun. Jenis sliding rate ini biasanya di berikan kepada sektor produktif, dengan maksud si nasabah merasa tidak terbebani terhadap pinjamannya. b. Flate rate Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga di bayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas. Jenis flate rate ini juga di berikan kepada kredit yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah tinggal, pembelian mobil pribadi atau kredit konsumtif lainnya. c. Floating rate Jenis ini membebankan bunga di kaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga bunga yang di bayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut.jumlah bunga yang di bayar dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari bulan yang bersangkutan. Pada akhirnya hal ini juga berpengaruh terhadap cicilannya setiap bulan. KESIMPULAN Suku bunga sudah ada sejak lama. Bunga itu sendiri adalah sejumlah dana, dinilai dari uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Fungsi tingkat bunga: Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian, Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi, Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara, dan Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi. REFERENSI Kasmir, Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011 Ismail, Manajemen Perbankan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 Puspopranoto, Sawaldjo, Keuangan Perbankan Dan Pasar Keuangan (Konsep, Teori, Dan Realita), Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004 Hardanto, Sulad Sri, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2006 Sipahutar, Mangasa Augustinus, Persoalan-Persoalan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Gorga Media, 2007 Prasetiantono, A Tony, Keluar Dari Krisis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000