KANAL DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN LINGKUNGAN Pendahuluan Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. (Notoatmodjo, S., 2007) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80% dari penyakit yang mempengaruhi penduduk dunia langsung maupun tidak langsung adalah berhubungan dengan air. Terutama di daerah kering, pengembangan sumber daya air yang salah dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia seperti peningkatan malaria dan schistosomiasis. Di pedesaan orang lebih suka air kanal sebagai sumber air (air tanah dan / atau penyimpanan tangki, dll) karena alasan kuantitas, aksesibilitas atau kualitas. Karena aktivitas manusia di sepanjang aliran sungai, berbagai jenis bahan limbah masuk ke sistem air sungai, dan mempengaruhi kualitas air. Juga, peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida di negara-negara berkembang menyebabkan residunya merembes menuju ke air kanal dan saluran air dan bahkan di konsentrasi rendah residu tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga nampak bahwa penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air. (Yusuf, 2010) Di Afrika , khususnya di Nigeria tingkat pencemaran air sudah sangat menghawatirkan. Dari hasil penelitian Olowu, R.A.et al., menunjukkan adanya konsentrasi COD dan BOD yang meningkat, hal ini di sebabkan oleh tingkat pencemaran air di kanal Oke Ofa yang sudah tinggi. (Sumitro, 2010) Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Irlandia (EPA) tidak semua perairan Irlandia memenuhi status kualitas air yang baik. Eutrofikasi adalah salah satu ancaman utama terhadap kualitas air, yang timbul dari pembuangan pupuk, kotoran dan deterjen. Kondisi mikrobiologi air yang tidak memuaskan dari skema dan air tanah merupakan masalah besar untuk air minum Irlandia, bahkan mencapai 30 kali tingkat E. coli dari Inggris dalam beberapa kasus. Ditemukan hanya 40% dari wilayah perairan dan pesisir diklasifikasikan sebagai tercemar. Sampai dengan 52% dari semua lokasi pemantauan air tanah dikonfirmasi pada tingkatan tertentu. Prognosis keseluruhan memprediksi bahwa "status air yang baik" tidak akan tercapai pada tahun 2015 sebesar 64% dari sungai, 64% dari danau, 53% dari perairan muara, 27% dari perairan pesisir dan 62% dari air tanah. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa lebih dari 8% pasokan air publik terkontaminasi E. coli pada tahun 2006-2007, dan survei oleh otoritas keamanan pangan dari Irlandia baru-baru ini mengungkapkan bahwa terdapat E. coli dalam 1% air minum kemasan Irlandia. Alasan utama air mandi Irlandia tidak memenuhi syarat adalah karena standar pedoman untuk coliform fekal dan total hitungnya yang sangat tinggi. (Munawir, 2010) Penelitian Peterson et al. (1993) untuk mengetahui pengaruh lingkungan air terhadap jenis kerang Brachydontes variabilis melaporkan bahwa telah terjadi perubahan struktural dalam sistem reproduksi kerang jenis Brachydontes variabilis jantan yaitu adanya perubahan fungsional seperti fungsi sel, produksi sperma dan ditemukan tanda-tanda toksisitas perkembangan sensitif. Oleh karena itu, perhatian difokuskan pada kemungkinan pengaruh polutan berbagai antropogenik histopatologi dari gametogenesis kerang. Sebagai contoh, Lowe (1988) ditemukan peningkatan perubahan gamet dan degenerasi pada jaringan reproduksi Mytilus edulis terhadap konsentrasi berbagai kontaminan (PAH, PCB, logam berat). (Erwin, 2010 ) Penelitian terbaru Sanja M. Sakan et al (2010) menemukan adanya pencemaran logam berat (Cu, Cd, Zn, dan Pb) di sedimen kanal dari sungai Danube (Serbia). Kontaminasi oleh logam tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan alam dan merupakan salah satu masalah utama bagi kesehatan manusia dan kualitas lingkungan karena logam tersebut memiliki efek beracun terhadap kehidupan organisme ketika logam tersebut melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan. (Amirullah, 2010) Seshan, B, et al. (2010) telah melakukan penelitian untuk memeriksa konsentrasi logam dalam sedimen sepanjang air kanal Buckingham, Ennore. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar unsur logam terakumulasi. Zn merupakan kandungan logam yang tertinggi sedangkan Cd merupakan kandungan logam yang terendah. Telah terjadi pola distribusi dari Cd, Cr, Cu, Pb dan Zn dalam sedimen. Cd tidak berada pada semua sisi sedimen dan Pb hampir tidak ada kecuali pada sisi tertentu (Core 4). Dari penelitian tersebut, logam Cr dan Cu menjadi perhatian besar karena dapat memiliki efek biologis pada organisme Ennore. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, air kanal Buckingham, Ennore dianggap cukup tercemar. (Seprianto, 2010) Pencemaran air baik air kanal maupun sumber air lainnya juga banyak terjadi di Indonesia, beberapa kasus telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan masalah pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah. Sebagai contoh krisis air yang terjadi di hampir semua wilayah pulau Jawa dan sebagian Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan, sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di sungai Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir (Air Kita Diracuni, 2004). Dengan terjadinya pencemaran air kanal, kadar unsur krom yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal (kadar normal: 0,05mg/kg berat badan), baik melalui makanan maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, dan pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan dapat menyebabkan kematian, (Widowati, 2008) Melihat pentingnya air kanal bagi umat manusia, maka perlu dilakukan pemeliharaan yang cermat atas parit-parit dan penguatan dinding pembatas kanalkanal agar dapat meningkatkan perolehan air dalam jumlah yang cukup besar. Dari laporan Komisi WHO tentang Kesehatan dan Lingkungan dikatakan bahwa di banyak negara berkembang, efisiensi sistem irigasi sangat rendah yaitu hanya mencapai tingkat 20%, dimana kehilangan air dalam jumlah yang sangat besar terjadi di kanalkanal penyalur akibat kebocoran dan kurangnya pemeliharaan. Kanal atau terusan merupakan saluran air yang dibuat oleh manusia untuk berbagai keperluan. Umumnya kanal merupakan bagian dari aliran sungai dengan pelebaran atau pendalaman pada bagian tertentu. Kanal tertua, sekitar 4000 SM, dibuat untuk tujuan irigasi di Mesopotamia. Dalam perkembangan selanjutnya, kanal dapat difungsikan sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir serta dapat berguna untuk jalur transportasi/perdagangan. Kanal yang ada di Kota Makassar ada tiga dengan panjang keseluruhan mencapai 15,11 km, yang terdiri dari Kanal Jongayya 7,83 km, Kanal Panampu 4,92 km, dan Kanal Sinrijala 2,36 km. Ketiga kanal ini diindikasikan telah terjadi pencemaran air, oleh aktivitas manusia di sepanjang kanal yang ada di Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nurjanna (2009), yang menguji kualitas air Kanal Sinrijalla di Kota Makassar dengan parameter logam kromium di lima titik Kanal Sinrijalla (titik I di hulu kanal, titik II di industry, titik III di pasar, titik IV di pemukiman dan titik V di hilir). Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kromium air Kanal Sinrijala pada lima lokasi pengambilan sampel dalam dua waktu pengambilan diperoleh gambaran bahwa pada pagi hari kadar Kromium yang tertinggi terdapat pada lokasi II di insdustri tahu tempe sebesar 0.144 mg/L dan yang terendah terdapat pada lokasi III di Pasar Tamamaung sebesar 0.122 mg/L. Sedangkan pada sore hari kadar Kromium yang tertinggi terdapat pada lokasi II sebesar 0.110 mg/L, dan yang terendah terdapat pada lokasi V di daerah hilir kanal penduduk sebesar 0.025 mg/L (standar nilai Kromium dalam air yaitu ≤ 0.05 mg/l). Lingkungan air harus dilindungi oleh standar kualitas kekuatan hukum yang tetap. Di Uni Eropa, Water Framework Directive (WFD) mensyaratkan negara anggota untuk memastikan perairan mereka dipelihara dan paling tidak mencapai status air berkualitas baik pada tahun 2015. Uni Eropa dengan peraturan-peraturanya mengarahkan untuk mencapai: Pedoman air mandi, pedoman air minum, pedoman penilaian dampak lingkungan, pedoman saluran pembuangan air, pedoman pengolahan air limbah perkotaan, pedoman nitrat, pedoman terpadu pencegahan pengendalian pencemaran, dll. Beberapa langkah dasar lainnya termasuk biaya pemulihan untuk menggunakan air, langkah-langkah untuk mempromosikan penggunaan yang efisien dan berkelanjutan, perlindungan sumber air minum, otorisasi pembuangan ke air tanah, pengendalian debit sumber titik dan sumber polusi menyebar, pencegahan atau pengurangan polusi oleh aktivitas manusia, dll. (Munawir, 2010) Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran air kanal merupakan masalah lingkungan yang serius pada skala internasional. Untuk mendapatkan air kanal yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga yang berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur, maupun limbah dari kegiatan industri yang mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk itu perlu mengetahui penyebab masalah pencemaran air kanal dan dampaknya terhadap kesehatan manusia serta usaha penanggulangan pencemaran air kanal. Hal inilah yang menjadi titik tolak penulis untuk menyusun makalah ini. Faktor- Faktor Penyebab Pencemaran Air Kanal Banyak faktor yang mempengaruhi pencemaran air, diantaranya adalah mikroorganisme, curah hujan, kecepatan aliran air, dan kualitas tanah. 1. Mikroorganisme Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme patogen dan non patogen didalamnya. Danau atau sungai yang terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik. Mikroorganisme heterotropik akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolisme, misalnya bakteri coliform. Pencemaran mikrobiologi air adalah masalah lingkungan global yang serius. Pencemaran air dengan kotoran manusia dan hewan merupakan sumber patogen berbahaya dan disisi lain pencemaran air alami menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Oleh karena itu, kualitas mikrobiologi air (pedalaman, pesisir dan transisi) yang dipersyaratkan kini dijadikan oleh Uni Eropa (UE) dan Irlandia sebagai kriteria kualitas air yang baik pada tahun 2015. (Munawir, 2010) 2. Curah Hujan Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dan badan air dalam rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan di dalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan (mendispersikan) air yang tercemar. 3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow) Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi. 4. Kualitas Tanah Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran (misalnya Open dumping). Untuk mengetahui apakah terjadi pencemaran air atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air misalnya: 1) Nilai pH, keasaman dan alkalinitas 2) Suhu 3) Warna, bau dan rasa 4) Jumlah padatan 5) Nilai BOD/COD 6) Pencemaran mikroorganisme patogen 7) Kandungan minyak 8) Kandungan logam berat 9) Kandungan bahan radioaktif. (Erwin, 2010 ) Komponen Pencemar Air Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, organik, anorganik, olahan bahan makanan, cairan berminyak, zat kimia, dan panas. 1. Bahan buangan padat/butiran. a) Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna. Larutan pekat dan berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, fotosintesis dalam air terganggu sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang dan akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme dalam air. b) Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan dasar air, menghalangi fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur ikan di dasar air, sehingga jumlah ikan berkurang. c) Pembentukan koloidal yang melayang dalam air menyebabkan keruh dan menghalangi sinar matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah oksigen terlarut berkurang sehingga mempengaruhi kehidupan dalam air. 2. Bahan buangan organik. Berupa limbah yang dapat membusuk/terdegradasi oleh mikroorganisme. Menyebabkan jumlah mikroorganisme bertambah dan tumbuh bakteri patogen yang merugikan. Limbah ini dapat diproses menjadi pupuk/kompos. 3. Bahan buangan anorganik. Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan jumlah ion logam dalam air. Limbah ini berasal dari industri yang melibatkan unsur logam Pb, As, Cd, Hg, Cr, Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri kimia, elektronika, elektroplating. Ion logam Ca dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan korosi pada alat besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses seperti tangki/bejana air, ketel uap, dan pipa penyalur. Ion logam Pb, As, Hg bersifat racun sehingga air tidak dapat untuk minum. 4. Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik). Jika bahan mengandung protein dan gugus amin akan terdegradasi menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk sehingga air mengandung mikroorganisme dan bakteri patogen. 5. Bahan buangan cairan berminyak. Tidak larut dalam air, mengapung dan menutupi permukaan air. Jika mengandung senyawa volatil akan menguap. Terdegradasi oleh mikroorganisme dalam waktu lama. Bahan ini mengganggu karena: a) Menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air. b) Menghalangi sinar matahari sehingga fotosintesis terganggu. c) Ikan di permukaan dan burung air terganggu, bulu burung lengket dan tak bisa mengembang. d) Air tak dapat dikonsumsi karena mengandung zat beracun seperti benzena, dan senyawa toluena. 6. Bahan buangan zat kimia, misalnya: a). Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini mengganggu lingkungan karena: i. Menaikkan pH air. Jika memakai bahan non-pospat menaikkan pH menjadi 10,5 - 11. ii. Bahan antiseptik yang ditambahkan membunuh/mengganggu mikroorganisme. akan dapat Sebagian jenis sabun/deterjen tak dapat terdegradasi. b) Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak dapat/sulit terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa tahun). Insektisida sering dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga permukaan air akan tertutupi minyak. c) Zat pewarna. Bersifat racun dan cocarcinogenik (merangsang / penyebab tumbuhnya kanker) dan dapat mempengaruhi kandungan oksigen dan pH dalam air. Zat warna mengandung senyawa kimia berbahaya chromogen dan auxsochrome. d) Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat untuk air minum. Sebagai pengganti Cr untuk bahan penyamak dipakai enzym. Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan didegradasi menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (hasil peruraian protein dan senyawa amin). Populasi mikroorganisme akan bertambah dan memungkinkan berkembang biaknya bakteri patogen yang berbahaya. e) Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai bidang (pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan, industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat radiasi dapat merusak sel tubuh dan genetik. Hubungan antara bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut : Gambar 1. Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan. B. Dampak Pencemaran Air Kanal terhadap Kesehatan Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Adapun dampak pencemaran air kanal pada umumnya dibagi dalam beberapa kategori yaitu: 1. Dampak Terhadap Manusia a. Disebabkan oleh mineral 1) Cd (Cadmium) Dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, tulang, pankreas, kelenjar gondok. 2) Cu (tembaga) Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak di lidah dan menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati. 3) Pb (timah hitam) Bersifat kronis dan komulatif. Keracunan Pb menimbulkan anemia, gangguan ginjal, penurunan mental pada anak-anak, gangguan jiwa, kolik usus, penyakit hati dan gangguan susunan syaraf, serta mengacaukan susunan darah. Dalam jangka lama Pb berkumpul pada gigi dan tulang. 4) Hg (merkuri) Merupakan unsur yang sangat beracun. Pada keracunan tingkat ringan timbul pusing, sakit kepala dan mudah lelah. Pada keracunan tingkat berat menyebabkan kerusakan ginjal, sendisendi kaku, penglihatan terganggu, kelainan sistem syaraf dan dapat menimbulkan kematian. Kasus: di Minamata (Jepang), 1953 akibat buangan merkuri dari pabrik plastik PVC. 5) Asbes Asbes dalam air minum akan menyebabkan asbestosis 6) Se (Selenium) Menyebabkan radang usus dan kerusakan pada jaringan. 7) As (Arsen) Merupakan logam berat yang mempunyai toksisitas atau daya racun tinggi. Keracunan kronis menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan sistem pencemaran, kelainan ginjal, gangguan mental, neuritis perifer, perubahan pada kulit dan kanker kulit. 8) Cr (Chrom) Adanya Chrom menandakan adanya pencemaran dan limbah industri karena senyawa logam ini tidak terdapat di air yang ada di alam (murni). Diduga dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan pada saluran pernafasan. 9) Co (Cobalt) Menyebabkan kerusakan sel tubuh. 10) Sianida Sifatnya mudah larut dalam air, bila terminum bersama air minum dapat menyebabkan gangguan metabolisme oksigen. 11) Ag (Perak) Masuknya perak kedalam air minum umumnya berasal dan industri yang mencetak foto. Penelitian El-Hassan et. Al (2009) terhadap dua kanal berbeda yang berada di Kafr El-Sheikh Governorat (terletak di utara Delta Nil Mesir) yaitu Kanal Dakalt (kanal irigasi yang ditingkatkan/diperbaiki) dengan Kanal Sandla (kanal irigasi yang tidak ditingkatkan/diperbaiki). Sampel penelitian ini di diambil secara acak 150 keluarga petani masingmasing dari penduduk kedua kanal tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Penelitian Kanal di Daerah Dakalt dan Daerah Sandla, Mesir Pada tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar petani menderita beberapa masalah kesehatan. Persentase orang dengan masalah kesehatan termasuk demam, diabetes, dan penyakit lainnya (diare, sakit kepala, gangguan penglihatan, hipertensi, kulit iritasi, dan kanker) lebih rendah di daerah Dakalt (kanal yang diperbaiki/ditingkatkan) dibandingkan dengan Sandla (kanal yang tidak diperbaiki/ditingkatkan). Data juga menunjukkan bahwa tingginya prevalensi schistosomiasis pada usia anak-anak karena mereka sering kontak dengan air, dimana bekicot adalah host pembawa virus penyebab penyakit tersebut. Adapun rasa sakit perut, dada, hati dan penyakit ginjal lebih tinggi di daerah Dakalt daripada di daerah Sandla, dan masalah pernapasan serta asma hanya ditemukan pada petani di daerah Dakalt. Oleh karena itu, kondisi kesehatan di dua wilayah yang diteliti menunjukkan bahwa persentase petani terinfeksi oleh penyakit bawaan air di daerah Sandla (Kanal yang tidak diperbaiki/ditingkatkan) lebih tinggi daripada di daerah Dakalt (kanal yang ditingkatkan). (Yusuf, 2010) b. Disebabkan oleh mikrobiologi dalam air Contoh penyakit yang ditimbulkan antara lain : 1) Tifoid, disebabkan oleh kuman Salmonella thyphosa 2) Kolera, disebabkan oleh bakteri Vibrio kolera 3) Leptospirosis, disebabkan oleh Spirochaeta 4) Giardiasis, dapat menimbulkan diare disebabkan oleh sejenis Protozoa 5) Disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolitytica Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori waterborne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa. Tabel 2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya P enelitian Shakalisava, et. al (2010) terhadap lebih dari 100 sampel air yang telah dianalisis untuk melihat keberadaan total coliform dan E. coli. Lokasi pengambilan sampel di sungai dan kanal-kanal kawasan perkotaan Dublin, di lingkungan pedesaan setempat, dan sepanjang pantai Utara Dublin. Hasil penelitian ini menunjukkan tingginya tingkat kontaminasi feses pada sebagian dari sampel air yang diambil. Ditemukan telah terjadi kontaminasi kotoran dari badan air kanal di daerah Dublin pada perkotaan maupun pedesaan. Buruknya kualitas sungai-sungai dan kanal di kota Dublin sangat terkait dengan aktivitas manusia. Pada Grand Canal, kontaminasi terjadi karena adanya restoran terapung. Hal ini dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut: Tabel 3. Rata-rata jumlah E. coli di badan air yang diteliti dalam kota Dublin. Sampling location CFU/100 mL St Dev n Liffey Tall Bridge 2157 2246 7 Liffey Parliament Bridge 6361 10021 9 Liffey Islandbridge 6467 8746 6 Grand Canal Kilmainham 36 24 7 Royal Canal Phibsboro 14 24 7 Tolka Griffith Park 5137 4869 18 Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa koli tinja di Sungai Liffey pada umumnya berada dalam kisaran 2000 dan 6000 CFU/100 mL, tergantung pada lokasi, dengan tingkat yang membahayakan yang tercatat (24000 CFU/100 mL) berada di lokasi sampel Jembatan Parlemen. Kandungan coliform fekal kanal Grand (Kilmainham) dan saluran Royal (Phibsboro) adalah rata-rata 20-30 CFU / 100 mL dan hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan coliform fekal tidak melebihi standar dari 50 CFU/100 mL. Gambar 2. Perbandingan Jumlah Kandungan Bakteri E.Coli dan Total Coliform ada beberapa Lokasi di Dublin Pada gambar 2. menunjukkan bahwa keberadaan E. coli bervariasi. Hasilnya menunjukkan jumlah koliform fekal dalam sampel air hilir perahu (dalam arah aliran) adalah 3550 CFU/100mL sedangkan hulu itu 250 CFU/100 mL. Hal ini menunjukkan bahwa air dari Grand Canal dan Royal Canal tidak menunjukkan terjadinya tanda-tanda pencemaran yang signifikan, kecuali di daerah restoran terapung. Apabila terus dibiarkan maka jumlah koliform akan mengalami peningkatan akibat terakumulasi dalam perairan. Keberadaan restoran tersebut merupakan sumber utama keberadaan bakteri koliform. (Munawir, 2010) c. Disebabkan oleh pestisida Diantaranya yang paling bahaya adalah DDT (Dichlor Diphenyl Trichloretan) yang memiliki sifat selain tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, DDT dapat larut dalam lemak sehingga memungkinkan terakumulasi dalam tubuh organisme. Tercemarnya air oleh pestisida dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakan jaringan dan pada konsentrasi tertentu bisa menimbulkan kematian. 2. Dampak Terhadap Vegetasi Dampak negatif pencemaran air kanal terhadap kehidupan vegetasi antara lain: a. Perubahan morfologi, pigmen dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan b. Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman c. Mempengaruhi proses reproduksi tanaman d. Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi, seperti : 1) Cobalt : dapat menyebabkan kerusakan sel tumbuhan dan bersifat racun terutama pada tanaman tomat 2) Nikel : beracun bagi beberapa jenis tanaman 3) Phenol : beracun bagi beberapa jenis tanaman 4) Pestisida : DDT dapat terakumulasi pada beberapa tanaman sehingga akibat lebih lanjut dapat membahayakan manusia 3. Dampak terhadap Hewan Efek terhadap kehidupan hewan, baik hewan peliharaan maupun bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Contoh : a. Pestisida: 1) DDT dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada hewan 2) Pada burung, DDT dapat menghambat proses pengapuran dinding telur sehingga kulitnya tipis dan tidak dapat menetas 3) Dapat menyebabkan racun bagi hewan ternak b. Panas : Air yang suhunya naik tiba-tiba dapat menyebabkan beberapa jenis hewan tidak mampu beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya c. Nikel : Dapat menyebabkan racun dan mempengaruhi produksi ikan tertentu Penelitian Peterson et al. (1993) untuk mengetahui pengaruh lingkungan air terhadap jenis kerang Brachydontes variabilis menyimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur testis pada kerang dikarenakan terjadinya pencemaran air. Untuk level pencemaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Analisis Kualitas air (SD=+ 5) pada Kanal Suez, Mesir Tahun 2010 Tabel 5. Hasil Pengukuran Nilai Logam Berat pada Batas yang Diizinkan di Kanal Suez oleh Badan Perlindungan Air, Mesir Pada tabel 4dan 5 diatas, terdapat sepuluh unsur logam berat yang diukur. Empat unsur yang berada dibawah ambang batas adalah antimon (<30 mg/l), arsen (<10 mg/l), selenium (<30mg/l) dan timah (<30 mg/l). Nilai dari aluminium, barium, tembaga, besi, timah, dan seng yang diukur pada Tabel 1 secara signifikan lebih tinggi dari pada Tabel 2, khususnya zat besi. Namun semua nilai dari logam berat yang diukur berada dalam batas-batas hukum yang diperbolehkan untuk perlindungan badan air di Mesir kecuali besi dan timah, yang melampaui ambang batas diperbolehkan. 4. Dampak terhadap Material Efek pencemaran air terhadap material adalah menyebabkan material yang dilalui air tersebut mudah keropos. 5. Dampak terhadap Tanah Efek pencemaran air terhadap tanah adalah menurunkan kualitas tanah. 6. Dampak terhadap Ekonomi Efek bahan pencemar air terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi antara lain : a. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos) b. Meningkatkan biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan) c. Kerugian akibat makanan/minuman kontaminasi bahan pencemar air pada d. Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air. 7. Dampak terhadap Estetik Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar air antara lain timbulnya warna dan bau yang tidak sedap. USAHA PENANGGULANGAN PENCEMARAN AIR KANAL Dalam rangka melaksanakan pengendalian pencemaran air, Pemerintah telah mengundangkan beberapa peraturan antara lain UU. No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, UU. No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta lainnya. Berbagai upaya pengendalian pencemaran air yang telah dilakukan melalui berbagai kebijakan diantaranya melalui pendekatan kelembagaan, hukum, teknis dan program khusus. Pendekatan kelembagaan dilakukan dengan membentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal), Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), dan Dinas-Dinas Lingkungan Hidup Daerah yang saat ini menjadi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda). Berbagai program khusus dari tahun 1980-an sampai saat ini telah dilaksanakan yaitu diantaranya Program Kali Bersih (Prokasih), Surat Pernyataan Kali Bersih (SuperKasih) dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper). Hal tersebut telah dilaksanakan di berbagai daerah yang berupa studi dan pelaksanaan pemantauan kualitas air terutama pada sungai-sungai penting yang mempunyai fungsi pemanfaatan yang sangat tinggi. Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara nonteknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. (Warlina, 2004) Mukono (2006) menjelaskan bahwa secara umum pengolahan terhadap air yang tercemar adalah dengan cara : a. Pengolahan secara fisik b. Pengolahan secara biologis c. Pengolahan secara kimia d. Menghindari/meminimalkan terjadinya “leakage” 1) Domestik Manajemen yang dapat dilakukan antara lain : a. Pengaturan jarak sumber air (sumur) dengan sumber pencemaran b. Mengolah limbah rumah tangga sebelum dibuang ke lingkungan, Contoh : dengan septic tank, sistem riol, kolam oksidasi dan lainlain. 2) Industri Secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah industri dikelompokkan menjadi 6 bagian : a. Pengolahan pendahuluan (Pre treatment) b. Pengolahan pertama (Primary treatment) c. Pengolahan kedua (Secondary treatment) d. Pengolahan ketiga (Tertiary treatment) e. Pembunuhan kuman (Desinfektan) f. Pembuangan lanjutan (Ultimate disposal) Penilaian Resiko Lingkungan (Environmental Risk Assesment) dan Manajemen resiko Resiko lingkungan merupakan resiko terhadap kesehatan manusia yang disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, hayati, maupun sosial ekonomi. Adapun dasar-dasar penilaian resiko, mencakup unsur-unsur : 1) Koleksi data dan evaluasi data 2) Penilaian pemaparan 3) Penilaian toksisitas 4) Karakteristik dari resiko Dalam makalah ini, khusus akan disajikan penilaian resiko lingkungan dari pencemaran air yang diakibatkan oleh Bakteri Escerichia Coli, Logam Berat (Metal), serta indikator BOD, COD dan TS. Hal ini mengacu pada penelitian yang dijadikan bahan dalam makalah ini. a). Penilaian dan Manajemen Resiko Lingkungan pada Pencemaran Bakteri Escerichia Coli Penelitian Shakalisava, et. al (2010) terhadap lebih dari 100 sampel air yang telah dianalisis untuk melihat keberadaan total coliform dan E. coli. Dapat disimpulkan sebagai berikut: Kondisi Kesehatan: Suatu perairan yang mengandung E.coli dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya berbagai gangguan bagi kesehatan manusia. Sebagaimana diketahui bahwa kehadiran E.coli merupakan indikasi hadirnya pula mikroba pathogen lain yang berasal dari saluran pencernaan . Penyakit yang sering ditimbulkan oleh E. Coli adalah diare serta disentri yang menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan. E. Coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan di seluruh dunia. Selain diare, E. Coli juga dapat menyebabkan beberapa penyakit yang bisa juga disebabkan beberapa bakteri lain, penyakit tersebut yaitu: 1) Infeksi saluran kemih, Penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. 2) Sepsis, Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. Coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis E. Coli karena tidak memiliki antibody IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih 3) Meningitis, E. Coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada bayi. E. Coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen KI. Antigen ini bereaksi silang dengan polisakarida simpai golongan B dari N meningitis. Mekanisme virulensi yang berhubungan dengan antigen KI tidak diketahui. (Munawir, 2010) Manajemen Resiko: Risk Management merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan konsekuensi atau akibat yang ditimbulkan. Upaya ini merupakan mitigasi resiko terhadap gangguan kesehatan diantanya: 1. Resiko timbulnya penyakit dari Escherichia coli Upaya mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk meminimasi risiko penyakit diare yaitu: a. Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air b. Tidak menggunakan sumber air yang tercemar c. Buang air tidak disembarang tempat dapat menjadi sumber penyebaran d. Pemberantasan serangga yang hinggap di makanan, karena serangga merupakan reservoir penularan penyakit diare. 2. Resiko Pencemaran feses di kanal Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran feses, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan Sedangkan menyediakan industri penanggulangan jamban, yang secara sehingga akan teknis pencemaran dilaksanakan. yaitu feses dengan dapat diminimalisir. Karakteristik jamban yang baik yaitu: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, berjarak sekurang- kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman, tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak memungkinkan lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa). Penilaian dan Manajemen Resiko Lingkungan pada Pencemaran Logam Berat Penelitian Peterson et al. (1993) yang dilakukan di Kanal Suez terhadap sistem reproduksi kerang jantan jenis Brachydontes variabilis, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pencemaran terjadi sebagai berikut: Terjadi perubahan histopatologis dalam jaringan testis pada kerang dikarenakan terjadinya polusi air kanal. Kerang yang dikumpulkan dari situs tercemar menunjukkan perubahan gonad dan disorganisasi dari folikel. Jaringan ikat interfollicular dari semua sampel yang diperiksa dari situs tercemar diperbesar, sangat longgar dan berisi banyak sel adiposa butiran (Lihat Gambar 4A, 4B). Analisis Resiko Lingkungan yang mungkin timbul dari pencemaran di Kanal Suez tersebut adalah dengan melihat dampak yang disebabkan oleh logam berat (metal), diantaranya: 1) Cu (tembaga) Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak di lidah dan menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati. 2) Pb (timah hitam) Bersifat kronis dan komulatif. Keracunan Pb menimbulkan anemia, gangguan ginjal, penurunan mental pada anak-anak, gangguan jiwa, kolik usus, penyakit hati dan gangguan susunan syaraf, serta mengacaukan susunan darah. Dalam jangka lama Pb berkumpul pada gigi dan tulang. 3) Se (Selenium) Menyebabkan radang usus dan kerusakan pada jaringan. 4) As (Arsen) Merupakan logam berat yang mempunyai toksisitas atau daya racun tinggi. Keracunan kronis menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan sistem pencernaan, kelainan ginjal, gangguan mental, neuritis perifer, perubahan pada kulit dan kanker kulit. Penilaian Resiko Lingkungan pencemaran di Kanal Suez dapat diperoleh dengan melihat parameter serta kadar maksimun yang diperbolehkan dia air. Tabel 6. Bahan-bahan inorganik yang berpengaruh langsung pada kesehatan Kadar Maksimum yang No. Parameter diperbolehkan di air (mg/L) 1. Antimony 0,005 2. Air Raksa 0,001 3. Arsenic 0,01 4. Barium 0,7 5. Boron 0,3 6. Cadmium 0,003 7. Cromium 0,05 8. Tembaga 2 9. Sianida 0,07 10. Florida 1,5 11. Timah 0,01 12. Molybdeum 0,07 13. Nikel 0,02 14. Nitrat (NO3) 50 15. Nitrat (NO2) 3 16. Selenium 0,01 17. Besi 0,3 18. Mangan 0,1 19. pH 6,5-8,5 20. Seng 3 c). Penilaian Resiko Lingkungan Pencemaran BOD, COD, TS Penelitian El-Hassan et. Al (2009) terhadap dua kanal berbeda yaitu Kanal Dakalt dengan Kanal Sandla Dapat disimpulkan sebagai berikut: Mekanisme Pencemaran: Untuk TDS : berasal pencampuran air dari saluran irigasi Safan, yang terhubung ke saluran Sandla di akhir dan air dari kanal Safan bisa datang ke kanal Sandla ketika tingkat air di Sandla kanal rendah seperti yang terjadi di musim panas. Patut disebutkan bahwa pembangunan irigasi sering dikaitkan dengan peningkatan penggunaan pupuk dan / atau pestisida (bahan kimia) dan bahan kimia tersebut diterapkan untuk tanaman lapangan bocor ke saluran air dan / atau kanal. Efeknya kebocoran tersebut akan lebih menonjol di musim panas ketika besar sebagian tanah ponded untuk padi. Di musim dingin, tidak ada perbedaan dalam nilai TDS antara kanal diperbaiki dan tidak baik dan berbeda lokasi sepanjang kanal masing-masing. Untuk BOD : berasal dari aktifitas manusia di sekitar kanal yang bisa saja membuang sampahnya ke kanal. Level Pencemaran: Nilai untuk garam terlarut total, kebutuhan oksigen biologi, konduktivitas listrik dan kandungan logam berat air di kanal yang ditingkatkan kurang daripada di kanal tidak baik, meskipun dalam kedua kasus ini masih berada di bawah nilai ambang batas. Namun apabila pencemaran dari pertanian dan rumah-rumah warga tidak terkontrol lama kelamaan bisa menyebebkan meningkatya kadar TDS, BOD, konduktiivitas listrik, dan kandungan logam berat di air kanal. Analisis Resiko: Nilai untuk garam terlarut total, kebutuhan oksigen biologi, konduktivitas listrik dan kandungan logam berat air di kanal yang ditingkatkan kurang daripada di kanal tidak baik, meskipun dalam kedua kasus ini masih berada di bawah nilai ambang batas. sebeneranya yang menjadi masalah utama pada kanal ini adalah penyakit Schistosomiasis. Schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan cacing Schistosoma yang tersebar melalui keong Oncomelania hupensis linduensis berukuran sebutir beras. Dari keong, cacing masuk ke tubuh manusia melalui kulit. Selain itu, bisa juga masuk ke mamalia lain, seperti sapi dan kerbau, sehingga menjadi sumber penularan berikutnya. Untuk mencegah penularan, manusia perlu mengenakan sepatu bot di habitat keong. Demam dan iritasi kulit merupakan indikator penyakit schistosomiasis, yang akhirnya menyebabkan penyakit hati dan kanker. Pengumpulan air dari kanal kebanyakan dilakukan oleh perempuan dan anak-anak. Juga, anak-anak sering harus membuat beberapa perjalanan hari untuk mengambil air dan ini tidak hanya membuat mereka pergi dari sekolah, tetapi juga membawa mereka sering kontak dengan air dan menghadapkan mereka ke penyakit schistosomiasis, dimana bekicot adalah host pembawa virus penyebab penyakit. Akibatnya, relatif tingginya schistosomiasis pada air seni anak di kelompok usia ini. prevalensi Gejala manusia yang terjangkit penyakit ini adalah gatal, demam, mual, muntah, dan diare. Kemudian berlanjut perut membuncit serta kaki dan tangan bengkak seperti menderita penyakit beri- beri. Penderita juga menderita anemia, kemudian bisa berakhir dengan gangguan hati. Manajemen Resiko (Solusi Kesehatan) : Schistosomiasis adalah penyakit parasit yang bersifat zoonosis, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi hewan mamalia. Sehingga walaupun prevalensi pada manusia telah rendah tetapi akan terjadi reinfeksi secara terus menerus. Hal ini tampak dari berfluktuasinya prevalensi pada manusia, tikus maupun pada siput penular (O.h. lindoensis). Infeksi S. 4 tahun demikian juga infeksi pada siput penular O.h. lindoensis juga masih ada hampir di semua fokus siput tersebut. Sebetulnya mata rantai penularan yang paling lemah adalah pada siput penularnya, dengan melakukan eliminasi pada siput penularnya maka penularan akan terhenti. Telah diketahui bahwa O.h. lindoensis bersifat amfibi, artinya siput tersebut dapat hidup di daerah yang lembab tidak terlalu banyak air dan tidak terlalu kering. Sehingga apabila habitat siput dikeringkan dan diubah menjadi kebun (coklat, kopi, jeruk dan tanaman keras lain) maka siput akan mati. Atau diubah menjadi sawah yang akan selalu tergenang air, siput juga tidak dapat hidup. Atau cara yang lebih simpelnya adalah pada petaninya dengan menggunakan sepatu bot apabila bercocok tanam di habitat keong. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Pencemaran air kanal merupakan masalah lingkungan yang serius pada skala internasional. Untuk mendapatkan air kanal yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia maupun limbah dari kegiatan industri. 2. Terjadi pencemaran logam berat (Cu, Cd, Zn, dan Pb) di sedimen kanal dari sungai Danube (Serbia) serta logam berat (Cd, Cr, Cu, Pb dan Zn) dalam kanal Buckingham (Ennore). Didapatkan logam Zn merupakan kandungan logam yang tertinggi, dimana logam ini bersifat racun dalam kadar tinggi, namun dalam kadar rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai ko-enzim. Pencemaran logam berat juga terjadi di Kanal Suez terhadap kerang jantan jenis Brachydontes variabilis yang mengakibatkan terjadinya perubahan struktural dalam sistem reproduksi kerang. 3. Terjadi kontaminasi kotoran oleh Escherchia Coli dari badan air kanal di daerah Dublin pada perkotaan maupun pedesaan. Dimana E. Coli merupakan agen dari penyakit Diare dan Disentri. 4. Terjadi perbedaan pada dua kanal yang berbeda yaitu Kanal Dakalt (kanal irigasi yang ditingkatkan/diperbaiki) dengan Kanal Sandla (kanal irigasi yang tidak ditingkatkan/diperbaiki). persentase petani terinfeksi oleh penyakit bawaan air di daerah Sandla (Kanal yang tidak diperbaiki/ditingkatkan) lebih tinggi daripada di daerah Dakalt (kanal yang ditingkatkan) 5. Risk Management merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan konsekuensi atau akibat yang ditimbulkan. Upaya ini merupakan mitigasi resiko terhadap gangguan kesehatan DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Achmad, Rukaesih, Dr. M.Si. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Andi Administrator Air Telapak. Drainase. 30 November 2009 http:// air.telapak.org/sumber-daya-air/permasalahn-pengelolaan-sumber-daya-air/ drainase/9-drainase.html Air Kita Diracuni, http://www.walhi.or.id/Indonesia/kampanye/Air/airdiracuni.htm, diakses pada tanggal 21/10/2010. Amirullah; Sakan, S, Dordevic, D. S & Manojlovi D. D., 2010. Trace elements as tracers of environmental pollution in the canal sediments (alluvial formation of the Danube River, Serbia). Environ Monit Assess, 167, p. 219–233. ______Anonim. http://www.kompas.com. Kamis, 16 Desember 2004. "Inkongbudo", Pengendali Pencemaran Air secara Biologis ______Anonim. http://www.walhi.or.id/ kampanye/air. Senin, 30 April 2007. Pencemaran Air Cita, Akbar. 5 November 2008. Mengenal Kanal dan Fungsinya. http://netsains.com/ Civil Enginer. Jenis Drainase dan Permasalahannya http://rathocivil02. wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/ Daud Anwar. 2005. Aspek Kesehatan Pencemaran Air. FKM Unhas; Makassar. Erwin; Desouky, M., 2009. Pathological effects of environmental pollution on the ultrastructure of spermatogenic stages and the mature sperm of Brachydontes variabilis (Krauss, 1848) (Bivalvia-Mytilidae). Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 3(3), p. 2627-2636. Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta. Maulida, Dina. 2009. Kandungan Kadmium (Cd) dan Seng (Zn) pada Saluran Drainase Hasil Buangan Minyak Pelumas dari Usaha Perbengkelan di Wilayah Jalan Veteran Kota Makassar Tahun 2009. Makassar: Universitas Hasanuddin Mukono,H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press 14. Munawir; Shakalisava, Y, Doherty, C, Hahnel, W & Diamond, D., 2010. A survey of the microbiological water quality of coastal and fresh waters in the Dublin area. Marine Institute Beaufort Sensors Initiative. 15. Notoadmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta; Jakarta. 16. Nurjanna. 2009. Kualitas Air Kanal Sinrijala Ditinjau dari Parameter Logam Kadmium (Cd), Selenium (Se), dan Seng (Zn) Kota Makassar 2009. Makassar: Universitas Hasanuddin 17. Seprianto; Seshan, B, Natesan, U, & Deepthi, K., 2010. Geochemical and statistical approach for evaluation of heavy metal pollution in core sediments in southeast coast of India. International Journal Environment Sci. Tech., 7 (2), p. 291-306. 18. Sumitro; Olowu, R. A. et al., 2010. Assessment of pollution trend of Oke Afa Canal Lagos, Nigeria. E-Journal of Chemistry, 7(2), p. 605-611. 19. Wardhan, W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. ANDI: Yogyakarta. 20. Warlina.2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak Dan Penanggulangannya. Pascasarjana IPB; Bogor 21. Widiati, S. 2001. Planet Kita, Kesehatan Kita; Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan. Gajahmada university Press; Yogyakarta. 22. Yusuf; El-Hassan, W. H. A, Mostafa, M, Fujimaki, H & Inoue, M., 2009. Irrigation improvement assessment from the water quality and human health perspective in the Nile Delta. Journal of Food, Agriculture & Environment, 7 (3&4),p. 815-822. 23. Zainuddin, Fadhillah. 2009. Kualitas Air Kanal Sinrijala Ditinjau dari Parameter Logam Kobal (Co), Arsen (As), Boron (B) dan Barium (Ba) Kota Makassar 2009. Makassar: Universitas Hasanuddin