PPh Pasal 23 - UIGM | Login Student

advertisement
PPh Pasal 23 & PPh Pasal 26
Vhika Meiriasari, S.E, M.Si
PPh Pasal 23
• Pajak yang dipotong atas penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21.
Pemotong PPh Pasal 23
•
•
•
•
•
•
Badan Pemerintah
Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
Penyelenggara Kegiatan
Bentuk Usaha Tetap
Perwakilan Perusahaan Luar Negeri
WP OP yg ditunjuk Dirjen Pajak sbg pemotong PPh
Pasal 23
1. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT (kecuali
PPAT Camat), pengacara, dan konsultan yg
melakukan pekerjaan bebas
2. OP yg menjalankan usahanya dgn
menyelenggarakan atas pembayaran berupa sewa
Penerima Penghasilan yg dipotong PPh Pasal 23
• WP dalam negeri
• Bentuk Usaha Tetap
Penghasilan yg dikenakan PPh Pasal 23
• Dividen
• Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan
sehubungan dgn jaminan pengembalian utang
• Royalti
• Hadiah, Penghargaan, Bonus dan sejenisnya
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn
penggunaan harta
• Imbalan sehubungan dgn jasa teknik, jasa
manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan dan jasa
lain
Penghasilan yg dikenakan PPh Pasal 23
• Tdk termasuk dikenakan PPh Pasal 23 adalah
hadiah langsung dlm penjualan barang atau jasa
sepanjang diberikan kpd semua pembeli atau
konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah
tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir
pd saat pembelian barang atau jasa
• Pemerintah telah menambahkan objek PPh
Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa lainnya dlm
Peraturan Menteri Keuangan No.
141/PMK.040/2015
Tarif & Dasar Pemotongan PPh Pasal 23
• Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
▫
▫
▫
▫
dividen
bunga
royalti
hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya
• Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
▫ sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn
penggunaan harta
▫ imbalan sehubungan dgn jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain
Tarif & Dasar Pemotongan PPh Pasal 23
• Bagi Wajib Pajak yg tidak ber-NPWP akan
dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh pasal
23
Penghasilan yg tdk dikenakan PPh Pasal 23
• Penghasilan yg dibayar atau terutang kpd bank
• Sewa yg dibayarkan atau terutang sehubungan
dgn sewa guna usaha dgn hak opsi
Penghasilan yg tdk dikenakan PPh Pasal 23
• Dividen atau bagian laba yg diterima atau
diperoleh perseroan terbatas sbg WP dalam
negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dari
penyertaan modal pd badan usaha yg didirikan
dan berkedudukan di Indonesia dgn syarat :
▫ dividen berasal dari cadangan laba yg ditahan dan
bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yg
menerima dividen, kepemilikan saham pd badan
yg memberikan dividen plg rendah 25% dari
jumlah modal yg disetor
Penghasilan yg tdk dikenakan PPh Pasal 23
▫ Bagian laba yg diterima atau diperoleh anggota
dari perseroan komanditer yg modalnya tdk
terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi
▫ Sisa hasil usaha koperasi yg dibayarkan oleh
koperasi kpd anggotanya
▫ Penghasilan yg dibayar atau terutang kpd badan
usaha atas jasa keuangan yg berfungsi sbg
penyalur pinjaman dan atau pembiayaan,
termasuk yg menggunakan pembiayaan berbasis
syariah
Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 23
atas Dividen
PT Persada berdasarkan pengumunan dividen
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
sebelumnya, melakukan pembayaran dividen
tunai kpd PT Agung sebesar Rp. 30.000.000
(penyertaan modal 15%)
Penyelesaian :
PPh Pasal 23 :
15% x Rp. 30.000.000 = Rp. 4.500.000
Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 23
atas Royalti
Pd Mei 2011 PT Bintang Cemerlang membayar
royalti kpd Tuan Zakaria Haris sbg penulis buku
sebesar Rp. 50.000.000. Zakaria Haris
mempunyai NPWP
Penyelesaian :
PPh Pasal 23 yg harus dipotong oleh PT Bintang
Cemerlang adalah :
15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000
Lanjutan..
Apabila Zakaria Haris blm memiliki NPWP maka
PPh Pasal 23 yg dipotong :
100% x Rp. 7.500.000 = Rp. 7.500.000
Maka, Zakaria Haris terkena potongan sebesar :
Rp. 7.500.000 + Rp. 7.500.000 = Rp. 15.000.000
Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 23
atas bunga obligasi
Pd Oktober 2011 PT Panorama membayar bunga
obligasi kpd PT Angkasa sebesar Rp. 75.000.000.
Obligasi tsb tdk diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia
Penyelesaian :
PPh Pasal 23 yg dipotong oleh PT Panorama :
15% x Rp. 75.000.000 = Rp. 11.250.000
Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 23
atas hadiah & penghargaan perlombaan
PT Kusuma memberikan hadiah perlombaan kpd PT
Sentosa sbg juara umum lomba senam sebesar Rp.
150.000.000
Penyelesaian :
PPh Pasal 23 yg dipotong oleh PT Kusuma
15% x Rp. 150.000.000 = Rp. 22.500.000
Contoh Penghitungan Sewa dan Penghasilan Lain
PT Sejahtera menyewa sebuah kontraktor milik
Susanto dgn nilai sewa sebesar Rp. 10.000.000.
hitung PPh Pasal 23?
Penyelesaian :
PPh Pasal 23 :
2% x Rp. 10.000.000 = Rp. 200.000
Contoh Penghitungan Imbalan Sehubungan dgn
Jasa
PT Tenaga Power merupakan perusahaan penyedia jasa
tenaga kerja. PT Tenaga Power mendapat kontrak dari
PT Bank Untung Terus untuk menyediakan petugas
customer service sebanyak 20 orang dengan mendapat
imbalan jasa sebesar Rp20.000.000 Petugas customer
service tersebut selanjutnya menjadi pegawai PT Bank
Untung Terus.
Penyelesaian :
Atas pembayaran yang dilakukan PT Bank Untung Terus
kepada PT Tenaga Power dipotong PPh Pasal 23 oleh PT
Bank Untung Terus sebesar:
• 2% x Rp20.000.000, 00 = Rp400.000, 00.
Lanjutan
• Apabila PT Tenaga Power belum memiliki
NPWP, maka PPh Pasal 23 yg dipotong oleh PT
Bank Untung Terus :
4% x Rp. 20.000.000 = Rp. 800.000
PPh Pasal 26
• PPh yg dikenakan/dipotong atas penghasilan yg
bersumber dari Indonesia yg diterima atau
diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri selain Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia
Pemotong PPh Pasal 26
•
•
•
•
Badan Pemerintah
Subjek Pajak Dalam Negeri
Penyelenggara Kegiatan
Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya
Objek PPh Pasal 26
• Dividen
• Bunga termasuk premium , diskonto dan imbalan
sehubungan dgn jaminan pengembalian utang
• Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn
penggunaan harta
• Imbalan sehubungan dgn jasa, pekerjaan, dan
kegiatan
• Hadiah dan penghargaan
• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
• Keuntungan karena pembebasan utang
Tarif & Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26
1. 20% dari jumlah penghasilan bruto yg
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar
Negeri berupa :
▫ Deviden, bunga, royalti, sewa dan penghasilan
lain sehubungan dgn penggunaan harta
▫ Imbalan sehubungan dgn jasa, pekerjaan dan
kegiatan
▫ Hadiah dan penghargaan
▫ Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
▫ Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
▫ Keuntungan karena pembebasan utang
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• Pd Mei 2011 PT Arta membayar royalti kpd
Richard Baker sbg penulis buku sebesar Rp.
75.000.000. Richard Baker adalah WP luar
negeri
• Penyelesaian :
PPh pasal 26 yg harus dipotong PT Arta
20% x Rp. 75.000.000 = Rp. 15.000.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• Jimmy Chow sebagai tenaga ahli dari Singapura
dengan status Subjek Pajak luar negeri memberikan
advice kepada PT Jasa Lintas Karya. Atas
pemberian advice tersebut Jimmy Chow menerima
imbalan sebesar Rp500.000.000
• Penyelesaian:
• Penghitungan PPh Pasal 26 yang wajib dipotong
oleh PT Jasa Lintas Karya adalah sebagai berikut:
Penghasilan bruto x tarif PPh Pasal 26:
20% x Rp. 500.000.000 = Rp100.000.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• PT Djarum memberikan hadiah perlombaan kpd
Lee Chong Wei sbg juara tunggal putra bulu
tangkis sebesar Rp. 150.000.000. Lee Chong
Wei adalah WP luar negeri
• Penyelesaian :
PPh Pasal 26 yg harus dipotong oleh PT Djarum
20% x Rp. 150.000.000 = Rp. 30.000.000
Tarif & Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26
2. 20% dari perkiraan penghasilan neto adalah :
▫ Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
▫ Premi asuransi dan premi reasuransi yg
dibayarkan langsung maupun melalui pialang kpd
perusahaan asuransi di luar negeri
Tarif & Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26
Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah :
• Atas premi yg dibayar tertanggung kpd
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang, sebesar 50%
dari jumlah premi yg dibayar
• Atas premi yg dibayar oleh perusahaan asuransi
yg berkedudukan di Indonesia kpd perusahaan
asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 10% dari
jumlah premi yg dibayar
Tarif & Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26
• Atas premi yg dibayar oleh perusahaan
reasuransi yg berkedudukan di Indonesia kpd
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang, sebesar 5%
dari jumlah premi yg dibayar
Tarif & Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26
3. 20% dari perkiraan penghasilan neto atas
penjualan atau pengalihan saham perusahaan yg
didirikan atau bertempat kedudukan di negara
yg memberikan perlindungan pajak yg
mempunyai hubungan istimewa dgn BUT di
Indonesia
Tarif & Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26
4. 20% dari penghasilan kena pajak sesudah
dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia
kecuali penghasilan tsb ditanamkan kembali di
Indonesia
5. Tarif berdasarkan perjanjian penghindaran
pajak berganda (P3B) antara Indonesia dgn
negara pihak pada persetujuan
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• PT Graha Utama mengasuransikan gedungnya
kpd perusahaan asuransi luar negeri dgn
membayar jumlah premi asuransi selama thn
2011 sebesar Rp. 100.000.000
• Penyelesaian :
• PPh Pasal 26 yg dipotong PT Graha Utama :
• 20% x 50% x Rp. 100.000.000 = Rp.
10.000.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• PT Abdi Agung mengasuransikan gedungnya kpd
perusahaan asuransi di dalam negeri, yaitu
perusahaan asuransi Bahari Berkesan dgn
membayar premi asuransi sebesar Rp.
200.000.000. utk mengurangi risiko Bahari
Berkesan mengasuransi sebagian polis asuransinya
kpd perusahaan asuransi di luar negeri dgn premi
sebesar Rp. 100.000.000
• Penyelesaian :
PPh Pasal 26 yg dipotong PT Bahari Berkesan :
20% x 10% x Rp. 100.000.000 = Rp. 2.000.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• Lionel Messi (Warga Negara Argentina) memiliki
25% saham PT Arema Cronus Indonesia. Pada bulan
April 2015, Messi menjual seluruh sahamnya senilai
Rp5.000.000.000,- kepada Cristiano Ronaldo
(Warga Negara Portugal). Jika tidak ada P3B antara
Indonesia dengan Argentina dan Portugal yang
mengatur hal tersebut, hitung PPh Pasal 26
Penyelesaian :
• maka besarnya PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% X
25% X Rp5.000.000.000,- yaitu sebesar
Rp250.000.000,-
Lanjutan..
• Besarnya Penghasilan Neto adalah 25% dari
Harga Jual.
• Terhadap penjual yang berstatus sebagai Wajib
Pajak Luar Negeri yang merupakan penduduk
dari negara yang telah mempunyai P3B dengan
Indonesia, pemotongan PPh Pasal 26 hanya
dilakukan apabila hak pemajakan berdasarkan
P3B berada pada pihak Indonesia.
Contoh Penghitungan PPh Pasal 26
• Penghasilan Kena Pajak BUT di Indonesia sebesar Rp.
17.500.000.000
PKP
Rp. 17.500.000.000
Pajak Penghasilan :
25% x Rp. 17.500.000.000 = Rp. 4.375.000.000
PKP stlh pajak
Rp. 13.125.000.000
PPh Pasal 26 yg terutang :
20% x Rp. 13.125.000.000 = Rp. 2.625.000.000
Lanjutan
• Apabila penghasilan stlh pajak sebesar Rp.
13.125.000.000 tsb ditanamkan kembali di
Indonesia sesuai dgn atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan maka atas
penghasilan tsb tdk dipotong pajak
Download