penerapan prinsip pengembangan masyarakat pada

advertisement
PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA
PROGRAM CSR TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN
ELSA DESTRIAPANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul
“Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR terhadap
Pengentasan Kemiskinan” benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor,
Desember 2015
Elsa Destriapani
NIM. I34120167
iii
ABSTRAK
ELSA DESTRIAPANI. Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program
CSR terhadap Pengentasan Kemiskinan. Dibimbing oleh SAHARRUDIN
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab dan
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan dengan
tujuan pembangunan berkelanjutan. Penerapan prinsip pengembangan masyarakat pada
program CSR dilihat melalui indikator kesesuaian program, tingkat partisipasi dan
pendampingan program. Pengentasan kemiskinan yang dilihat adalah melalui skala
mikro yaitu terfokus pada penerima program CSR. Tulisan ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan topik yang diangkat untuk
menganalisis penerapan prinsip pengembangan CSR dalam pengentasan kemiskinan.
Metode yang digunakan dalam penyusunan studi pustaka ini yaitu dengan
mengumpulkan data sekunder hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelusuran
pustaka menunjukkan bahwa dengan penerapan prinsip pengembangan masyarakat
dapat mengurangi kemiskinan dalam skala mikro.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, pengembangan masyarakat, pengentasan
kemiskinan
ABSTRACT
ELSA DESTRIAPANI. Implementation of Community Development at CSR Program
for Poverty Alleviation. Supervised by SAHARRUDIN
Corporate Social Responsibility (CSR) is a form of responsibility and the company's
concern for the environment and communities around the company with the goal of
sustainable development. The implementation of the principles of community
development in CSR programs viewed through indicators, compliance programs, the
level of participation and mentoring programs. Poverty alleviation is seen through a
micro-scale that is focused on the recipient's CSR program. This paper aims to gather
information related to the topic to analyze the application of the principles of CSR
development in poverty reduction. The method used in the preparation of this literature
study is to collect secondary data the results of previous studies. Our literature review
indicates that the implementation of the principles of community development to reduce
poverty in the micro scale.
Keywords: Corporate Social Responsibility, community development, poverty
alleviation
iv
PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA
PROGRAM CSR TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN
Oleh
Elsa Destriapani
I34120167
Laporan Studi Pustaka
sebagai Syarat Kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Elsa Destriapani
Nomor Pokok
: I34120167
Judul
: Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR
terhadap Pengentasan Kemiskinan
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Dr. Ir. Saharuddin, MS
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal pengesahan :
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Pustaka
berjudul “Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR terhadap
Pengentasan Kemiskinan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ditujukan untuk
memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Saharrudin, MS selaku
pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian Laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan
terimakasih kepada Bapak Marjaya dan Ibu Maryati orangtua tercinta, Edwar Susanto
dan Eka Susilawati kakak-kakak tersayang, yang selalu berdoa dan senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis
sampaikan kepada teman-teman terdekat yaitu: Risna Dewi Enisa, Vishy Eka Putri,
Rima Aulia Rohmah, dan teman-teman SKPM 49 yang telah memberi semangat dan
dukungan dalam proses penulisan Laporan Studi Pustaka ini.
Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,
Mei 2015
Elsa Destriapani
NIM. I34120167
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... ix
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
Metode Penulisan .......................................................................................................... 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................... 3
Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan
Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka
Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan) ...................................... 3
Model Corporate Social Responsibility dalam Program Pemberdayaan Petani
Hortikultura ................................................................................................................... 4
Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Resposibility/CSR) dalam Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Baitul
Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang
Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawab Barat) ........... 6
Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Program Corporate
Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan ............ 8
Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia .................................... 10
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan
Keberhasilan Program CSR PT Pertamina ................................................................. 11
CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Lokal ........................................... 12
Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan; Studi Peran
Perusahaan Geotermal di Jawa Barat .......................................................................... 14
Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM)
Berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM) Di Kabupaten Malang ............................... 16
(Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang) ........... 16
Fungsi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Merbuh dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Merbuh
Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal ................................................................... 18
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 20
Corporate Social Responsibility (CSR) ...................................................................... 20
Model-model CSR ...................................................................................................... 20
Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat ............................................................... 22
Partisipasi .................................................................................................................... 22
CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal ................................................................ 23
viii
Kemiskinan.................................................................................................................. 24
SIMPULAN .................................................................................................................... 25
Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 25
Pertanyaan Penelitian Skripsi ...................................................................................... 27
Usulan Kerangka Analisis ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................................... 31
Riwayat Hidup............................................................................................................. 31
ix
DAFTAR GAMBAR
3.1 Cakupan Geografis Program CSR/CD Korporasi dalam Pengentasan
Kemiskinan
4.1 Usulan Kerangka Analisis
15
27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Data Badan Pusat Statistik1 pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang
dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96
persen). Kemiskinan menjadi isu sentral di Indonesia yang merupakan masalah klasik dan
kompleks serta bersifat multidimensional. Namun, penanganan kemiskinan sampai saat
ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Permasalahan kemiskinan yang cukup
kompleks membutuhkan kerjasama, koordinasi, saling mendukung serta menguntungkan
antara semua stakeholder. Salah satu stakeholder yang berperan dalam mengurangi
kemiskinan adalah perusahaan melalui corporate social responsibility (tanggung jawab
sosial perusahaan). Semenjak adanya MDGs (Millenium Development Goals) sektor
swasta semakin mengarahkan strategi perusahaan untuk mengarahkan CSR menuju
pengentasan kemuskinan.
Corporate Social Responsibility menjadi hal yang tak terpisahkan dengan
perusahaan. Perusahaan sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di
sekelilingnya. CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dalam Undang –
undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam pasal tersebut dijelaskan
mewajibkan setiap perusahaan yang bergerak di bidang baik sumber daya maupun
lingkungan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. CSR sebagai sebuah
gagasan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
keuangan saja, tetapi juga pada lingkungan dan sosial yang biasa disebut dengan triple
buttom line. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Definisi pembangunan berkelanjutan menurut
Brundtland Report dari WCED: Word Commission on Environment and Development
sebagaimana dikutip Radyati (2008)2 adalah pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan saat ini dengan memberikan kesempatan yang sama bagi generasi mendatang
untuk mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menurut Prayogo dan Hilarius (2012) harus didefinisikan dan ditegaskan bahwa
peran korporasi adalah turut berpartisipasi dan membantu upaya pengentasan kemiskinan,
bukan sebagai aktor utama karena aktor utama pembangunan dan pengentasan
kemiskinan adalah tetap pemerintah atau negara. Korporasi tidak boleh mengambil-alih
peran negara atau bahkan menjadi semi-negara dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Implikasi pentingnya adalah, dengan batasan ini maka tingkat keberhasilan peran
korporasi harus dilihat dalam indikator mikro, yakni melihat dalam proses program
pengentasan kemiskinan itu sendiri. Radyati (2008) menambahkan banyak upaya yang
telah dilakukan perusahaan dalam membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kualitas hidup, diantaranya adalah pengembangan usaha-usaha kecil yang berada di
sekitar lokasi perusahaan, termasuk membantu pemasaran bagi produk usaha kecil.
1
2
http://bps.go.id/brs/view/1158
Rayati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal, hal 3
2
Pada sebagian kalangan, CSR masih dianggap sebagai kegiatan charity atau
kedermawanan sosial perusahaan tanpa adanya sifat keberlanjutan dan pengembangan
masyarakat. Program yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
bersifat top down. Masyarakat hanya menerima program yang sudah jadi tanpa dilibatkan
mulai dari perencanaan hingga evaluasi program. Akhirnya masyarakat tidak mandiri dan
akan mengalami ketergantungan kepada perusahaan tersebut. Agar masyarakat bisa
mendiri perlu adanya pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai sebuah proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial
(Suharto, 2010).
Menurut Radyati (2008) CSR dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal tidak
dapat diartikan sempit hanya sebatas bagaimana perusahaan membantu masyarakat
sekitar menjadi pengusaha kecil. Pemberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan
masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan
pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu jika
perusahaan telah berhasil meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar, berarti
telah meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu perlu kolaborasi antara seluruh
stakeholder guna mendapatkan hasil yang optimal dalam konteks mengurangi
kemiskinan.
Tujuan Penulisan
Berkenaan dengan hal yang dijelaskan diatas, maka tujuan dari tulisan ini adalah
untuk:
1. mempelajari dan memahami konsep dan praktik Corporate Social Responsibility
(CSR);
2. menganalisis berbagai pola dan model program Corporate Social Responsibility
sebagai upaya pengentasan kemiskinan
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan studi pustaka ini adalah studi literatur
dengan pengumpulan data sekunder. Data sekunder diambil dari hasil-hasil penelitian,
skripsi, thesis, disertasi, dan jurnal ilmiah. Data sekunder yang telah didapat disajikan
dalam bentuk deskripstif dengan cara membuat ringkasan dan menganalisisnya dan
kemudian disusun menjadi satu tulisan yang utuh.
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1.
Judul
:
Pengaruh
Program
Responsibility
Pemberdayaan
Corporate
Terhadap
Masyarakat
Social
Peningkatan
(Studi
pada
Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka
Desa
Pacarkeling
Kecamatan
Kejayan
Kabupaten Pasuruan)
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
:
:
:
:
2014
Jurnal
Elektronik
Yuniarti Wahyuningrum, Irwan Noor, Abdul
Wachid
: : : Malang, Universitas Brawijaya
: Administrasi Publik
: 1 (5) : 109 – 115
: http://administrasipublik.studentjournal.ub.a
c.id/index.php/jap/article/view/340
: 29 September 2015
Ringkasan:
Corporate Social Responsibility menurut Wahyudi (2008, h.36) yang dikutip
Wahyuningrum, dkk (2014) memberikan definisi CSR adalah sebagai komitmen
perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk
mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dan
lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya berlandaskan pada ketentuan
hukum yang berlaku. Sebagai investasi sosial maka perusahaan akan memperoleh
keuntungan dalam bentuk manfaat yang akan diperoleh, antara lain yaitu:
a. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh, misalnya lewat
efisiensi lingkungan.
b. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi.
c. Mendorong komitmen karyawan. Karena mereka diperhatikan dan dihargai.
d. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas.
e. Mempertinggi reputasi dan corporate building.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur signifikansi pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat pada Implementasi
CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten
Pasuruan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif adalah metode survey.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling.
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu yaitu
4
pengambilan sampel dari anggota populasi, yaitu jumlah penduduk di Desa Pacarkeling
yaitu sebanyak 3.358 jiwa dan sampel penduduk sebanyak 97 orang.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, yaitu skala yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Pilihan
jawaban yang digunakan yaitu: sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3) kurang
setuju (2) tidak setuju (1). Metode pengujian instrumen penelitian digunakan uji validitas
untuk menguji tingkat kevalidan suatu instrumen, serta uji reliabilitas yaitu indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner penelitian dapat diketahui bahwa konsep
Corporate Social Responsibility yang terdiri dari : (1) variabel sosial menggunakan
indikator diantaranya rumah belajar, bimbingan belajar, pembangunan jembatan, dan
pengadaan training kesehatan. (2) Variabel ekonomi indikator diantaranya pemberian
beasiswa dan bantuan penyediaan air bersih. (3) Variabel lingkungan menggunakan
indikator penghijauan yang dilakukan di sepanjang sungai Luwuk dan pengelolaan
limbah dari PT.Amerta Indah Otsuka. (4) Variabel perubahan perilaku masyarakat
menggunakan indikator tingkat pendidikan masyarakat dan tingkat kesehatan masyarakat.
Analisis :
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Program Corporate Social Responsibility
yang meliputi variabel sosial, ekonomi dan sosial yang dijalankan PT. Amerta Indah
Otsuka memiliki pengaruh yang signifikan antara satu dengan lainnya, yaitu dengan
tingkat korelasi antara 0,60-0,799 yang memiliki tingkat hubungan signifikan dan 0,801,000 yang berada pada tingkat hubungan yang sangat signifikan. Hal ini dilihat dari
koefisien korelasi setiap variabel yang dihitung berdasarkan pengujian validitas yang
dikorelasikan melalui interpretasi koefisien korelasi dan dapat disimpulkan bahwa konsep
Corporate Social Responsibility yang terdiri dari variabel sosial (x1), variabel ekonomi
(x2) dan variabel lingkungan (x3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan
masyarakat. Kekurangan dari jurnal ini adalah dalam tinjauan pustaka konsep CSR hanya
di jelaskan secara sekilas saja tanpa penjelasan mendalam.
2
Judul
: Model Corporate Social Responsibility dalam
Program Pemberdayaan Petani Hortikultura
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
:
:
:
Tanggal Diunduh
2011
Jurnal
Elektronik
Etty Soesilowati, Dyah Rini Indriyanti, dan
Widiyanto
: Jurnal Ekonomi Pembangunan
: Vol. 12, Nomor 1: hal. 102 - 117
: http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article
/view/209/196
: 04 Oktober 2015
5
Ringkasan :
Yayasan Obor tani melalui program CSR mencoba menawarkan konsep “one
product one village” dengan tujuan memudahkan pengelolaan, penanganan hama
tanaman, pemasaran produk dan efisiensi. Secara umum kegiatan CSR ini menggunakan
strategi sebagai berikut: pertama, membuat kebun percontohan beberapa tanaman
unggulan sekaligus difungsikan sebagai agrowisata dengan nama “Plantera Fruit”; kedua,
menentukan prioritas jenis lahan dan komoditas yang cocok daerah sasaran; ketiga, diklat
kader tani, dimana memberikan pembekalan ilmu dan profesionalisme petani dengan
muatan 80 persen praktek disertai riset; keempat, pendirian sentra pemberdayaan tani di
zona Sentra Pemberdayaan Tani (SPT). SPT berfungsi sebagai supplay center; training
center (petani berlatih, petani bertanya, petani melihat contoh); research center; kelima,
membangun infrastruktur di zona pertanian. CSR adalah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip
kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).
Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004 :64-65) yang dikutip Soesilowati, dkk
(2011) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia: pertama, keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan
program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara; kedua, melalui yayasan atau
organisasi sosial perusahaan; ketiga, bermitra dengan pihak lain. Perusahaan
menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi nonpemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya, misalnya PMI, Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia, Dompet Dhuafa, instansi pemerintah (LIPI, Depdiknas,
Depkes, Depsos), universitas (UI, ITB, IPB), media massa (Kompas, Kita Peduli
Indosiar); keempat, mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan
turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan
untuk tujuan sosial tertentu, seperti PT.Inco, PT Freeport, PT HM. Sampurno dan
lainlainnya. (Ambadar, J. 2002.)
Program pemberdayaan bertujuan meningkatkan kemampuan berusaha, baik dari
aspek motivasi, teknologi, manajemen, permodalan maupun pemasarannya agar mampu
mandiri serta memiliki posisi penawaran (bergainning position) yang kuat apabila
berhadapan dengan aktor-aktor lain. Aksi pemberdayaan diharapkan menciptakan proses
berkelanjutan melalui proses sebagai berikut: (1) proses konvergensi, dimana
antaranggota kelompok melakukan reposisi dengan penggalangan sumberdaya, dengan
demikian sektor kerakyatan dapat melepaskan diri dari posisi marjinalnya sehingga terjadi
peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi kesenjangan; (2)
proses berarti terjadi interaksi diantara komponen sistem yang menghasilkan keluaran
yang lebih besar. Proses ini selanjutnya diharapkan menghasilkan kinerja sistem yang
lebih baik; (3) proses sibernetik, yang berarti suatu sistem diharapkan dapat mengatur
dirinya sendiri yang memungkinkan kelompok masyarakat bertumbuh dengan sendirinya
atau swadaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memonitoring, mengevaluasi sejauhmana
efektivitas kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam kaitannya program ”Bali
Deso Mbangun Deso” melalui pengintegrasian kegiatan corporate social responsibility.
Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan teknik: wawancara mendalam; observasi; Focus Group Discussion;
kuesioner; dan studi dokumentasi. Sementara untuk mengukur tingkat efektivitasnya
6
digunakan kuesioner dengan variabel modal yang diperlukan, biaya yang dikeluarkan dan
hasil yang didapat. Pada pendekatan kualitatif, data dianalisis dengan menggunakan
model interaktif, sedangkan pada pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
cost & benefit analisis.
Analisis
Hasil penelitian menunjukan bahwa CSR dilakukan melalui pendampingan
konsultan teknis dengan menerapkan konsep ”one product one village”; institusi yang
terlibat meliputi BUMN, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Desa,
Swasta maupun masyarakat; kendala eksternal yang terjadi bersumber dari perbedaan
kultur organisasi pemerintah dan swasta serta keberadaan cuaca ekstrem, sedangkan
kendala internal bersumber dari tingkat pengetahuan petani; hasil perhitungan Benefit
Cost Ratio, Return On Investment, Payback Ratio menunjukkan bahwa penanaman
komoditas holtikultura menguntungkan.
Dalam tulisannya, peneliti menjelaskan dengan detail latar belakang serta masalah
yang menginisiasi munculnya penelitian tersebut. Peneliti juga melibatkan beberapa
institusi dalam memperkaya data yang akan dicari. Metode yang digunakan peneliti yaitu
kualitatif dan kuantitatif sesuai rumusan masalah yang sudah di tetapkan.
3.
Judul
: Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab
Sosial
Perusahaan
(Corporate
Resposibility/CSR)
dalam
Social
Upaya
Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus:
Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang
Kuning,
Kecamatan
Klapanunggal,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawab Barat)
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
:
:
:
:
:
:
:
2010
Skripsi
Elektronik
Uut Septi Astrianti
:
:
: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/6
0149
: 07 Oktober 2015
7
Ringkasan
PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen yang terbesar di
Indonesia. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan publik Indonesia dengan
mayoritas saham sebesar 77,3 persen dimiliki dan diawasi oleh Holderfin BV Ltd, anak
perusahaan dari Grup Holcim. Komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada profesionalisme
dan tanggung jawab sosial perusahaan terbukti pada salah satu program CSR yang
dilaksanakan pada bidang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yakni
Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang berlokasi di Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
merupakan lembaga keuangan mikro yang didirikan sejak 9 Juni 2006 melalui kerjasama
dari pihak PT Holcim Indonesia Tbk, para tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan
masyarakat di Kecamatan Klapanunggal.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
kuantitatif. Dimana metodenya yakni triangulasi dan survei. Sedangkan strategi kualitatif
yang digunakan yakni studi kasus. Proses triangulasi terdiri dari pengamatan berperan
serta, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumen. Penelitian dilakukan di tiga
lokasi yakni PT Holcim Indonesia Tbk, BMT Swadaya Pribumi, dan Desa Kembang
Kuning. Penelitian secara keseluruhan dilakukan sejak awal April 2010 hingga akhir Mei
2010. Subjek tineliti terdiri dari informan dan responden. Dalam hal ini informan adalah
pihak perusahaan, pihak BMT, dan nasabah BMT. Teknik yang digunakan adalah teknik
“bola salju” (snowball sampling). Sedangkan untuk pemilihan responden digunakan
stratified random sampling. Hal ini dilakukan untuk membuat homogen suatu masyarakat
yang bersifat heterogen dengan membaginya ke dalam lapisan tertentu tertentu. Sampel
yang diambil yakni 45 responden. Pengolahan data kualitatif dengan teknik dan analisis
data yang dilakukan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan PT Holcim Indonesia Tbk berbasis
pada triple bottom line. Motivasi pelaksanaan BMT Swadaya Pribumi yang merupakan
CSR dari PT Holcim Indonesia Tbk bersifat pilantropi hingga corporate citizenship. Cara
pandang perusahaan yakni internal driven, dimana hal ini dapat dilihat dari perencanaan
hingga kini. Sedangkan stakeholders yang terlibat yakni internal dan eksternal.
Mekanisme pelaksanaan yakni partisipatif dimana seluruh lapisan masyarakat memiliki
kesempatan yang sama. Model penyaluran yakni kombinasi antara bekerja sama dengan
institusi lainnya dan bersama membangun lembaga tertentu.
Analisis
Peneliti menjelaskan metode penelitiannya dengan sangat jelas. Point penting
dalam skripsi ini adalah bahwa kebijakan PT Holcim Indonesia Tbk melalui tanggung
jawab sosial perusahaannya sudah berbasis pada triple bottom line.
4.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
: Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan
Hidup Masyarakat
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Andi Mapisangka
:
:
:
: JESP
: Vol. 1, No. 1, 2009
8
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR.pdf
: 5 Oktober 2015
Ringkasan
PT. Batamindo Investement Cakrawala (PT. BIC) adalah salah satu perusahaan
Penanaman Modal Asing berlokasi di Batam yang bergerak di bidang penyediaan dan
pelayanan kawasan industri secara internasional. CSR PT. BIC memiliki visi yaitu mampu
mewujukan PT. BIC sebagai perusahaan yang beroperasi secara excellent bertumpu kepada
harmoni antara kepentingan bisnis, peningkatan kualitas sosial serta kelestarian lingkungan
(triple bottom line). Secara garis besar, strategi pelaksanaan CSR PT. BIC mencakup
beberapa wilayah yang ada di sekitar perusahaan. Cakupan wilayah ini dibagi ke dalam 3
ring (zona), yakni ring I meliputi daerah-daerah di sekitar perusahaan, ring II merliputi
daerah-daerah di luar ring I, dan ring III meliputi daerah-daerah di luar ring I dan ring II.
Implementasi program-program CSR PT. BIC dilakukan sedemikian rupa secara sistematis,
terstruktur dan periodik.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penggunaan desain ini bertujuan untuk menggambarkan
pengaruh di antara berbagai variabel corporate social responsibility goal, corporate social
issues, dan corporate relation program terhadap kesejahteraan masyarakat. Penelitin ini
merupakan penelitian eksplanatori, yakni jenis penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel. Hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa corporate social responsibility goal, corporate social issu, dan corporate
relation program PT.BIC telah mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Diantara variabel-variabel tersebut, variabel corporate relation program memi-liki pengaruh
yang paling besar dalam mempengaruhi peningkatan kesejahte-raan hidup masyarakat di
lingkungan kawasan industri Batamindo, Batam.
Analisis
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah variabel-variabel seperti corporate
social responsibility goal, corporate social issue dan corporate relation program secara
signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Peneliti menekankan perlu adanya strategi kebijakan perusahaan yang memperhatikan nilainilai lokal masyarakat dan perlunya keikutsertaan masyarakat
5.
Judul
: Partisipasi
Masyarakat
dan
Stakeholder
Dalam Penyelenggaraan Program Corporate
Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya
terhadap Komunitas Perdesaan
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
:
:
:
:
:
:
:
2011
Jurnal
Elekronik
Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian
: Sodality:
Jurnal
Transdisiplin
Sosiologi,
9
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
Komunikasi, dan Ekologi Manusia
: ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 01 hlm 51-70
: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/art
icle/view/5832/4497
: 24 Oktober 2015
Ringkasan
Penelitian ini dilakukan di Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan,
Kabupaten Sukabumi, sebagai salah satu penerima dan partisipan dalam Program
Corporate Social Responsibility atau dalam hal ini disebut sebagai program Community
Engagement dari perusahaan Geothermal. Program Community Based Micro Finance
melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini. Dalam jurnal
ini difokuskan untuk melihat sejauhmana partisipasi anggota kelompok simpan pinjam,
berikut stakeholder terkait lain dalam penyelenggaraan program, dan hubungannya
dengan dampak sosial ekonomi yang diperoleh oleh anggota tersebut.
Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
didukung oleh pendekatan kualitatif. Untuk penelitian kuantitatif digunakan metode
survei. Metode survei ini digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan hubungan
antara tingkat partisipasi anggota kelompok LKMS Kartini dengan aspek dampak sosial
masyarakat pemanfaat program CSR atau dalam hal ini anggota LKMS Kartini dan juga
melihat hubungan antara aspek tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam
LKMS Kartini dengan dampak ekonomi setelah implementasi program CSR. Metode
studi kasus pada penelitian kualitatif adalah bersifat explanatory research untuk
mengetahui bagaimana penyelenggaraan program CSR oleh Perusahaan Geothermal
dalam setiap tahapan, baik perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan melibatkan
berbagai stakeholder terkait dan juga menggali infomasi dampak penyelenggaraan
program CSR tersebut terhadap kondisi sosial ekonomi anggota kelompok simpan pinjam
LKMS Kartini.
Pada praktek penyelenggaraan program, terdapat berbagai jenjang partisipasi dari
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini, dimana seluruh jenjang ini ditentukan
oleh seberapa jauh masyarakat berpartisipasi/terlibat pada seluruh tahapan proses
penyelenggaraan. Pengukuran tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan
anggota kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan
program yang dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
evaluasi, maupun tahap pelaporan.
Community Development (Pengembangan Masyarakat) seperti yang dikutip
Nasdian (2011) sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana aktualisasi CSR
yang paling baik jika dibandingkan dengan implementasi yang hanya berupa charity,
philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain, karena dalam pelaksanaan
pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama
antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan, dan
mampu meningkatkan perasaan solidaritas.
Perusahaan Geothermal dan Mitra Perusahaan (PNM), kedua stakeholder tersebut
terlibat pada setiap tahapan penyelenggaraan program. Dalam hal ini, perusahaan
geothermal adalah pihak yang pertama kali memfasilitasi ide dari masyarakat yang saat
ini menjadi pengurus koperasi untuk membentuk sebuah lembaga keuangan mikro
10
sebagai pendukung dari keberadaan usaha-usaha kecil menengah di tingkat masyarakat
lokal, sedangkan mitra perusahaan dalam hal ini berpartisipasi sebagai fasilitator yang
mendampingi koperasi pada setiap tahapan penyelenggaraan program. Sedangkan
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan Dinas Koperasi merupakan dua
pihak stakeholder yang memiliki tipe partisipasi dalam hubungan kekuasaan yang bersifat
tokenism. Stakeholder yang terakhir adalah pemerintah Desa Cihamerang dan pemerintah
Kecamatan Kabandungan. Pemerintah lokal dalam hal ini hanya terlibat pada evaluasi, itu
pun dengan derajat keterlibatan yang sangat rendah.
Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang ada, masyarakat dengan kategori
sosial farm/buruh memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara kategori sosial
yang lain. Keikutsertaan anggota kelompok simpan pinjam kategori sosial tersebut,
sejalan dengan kondisi taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam karena tidak ada
nilai peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam. Meskipun
demikian, tingkat partisipasi pada kategori sosial tersebut memiliki hubungan terhadap
tingkat pendapatan, tingkat tabungan, dan kekuatan modal sosial.
Analisis
Dalam tulisannya, peneliti menjelaskan dengan detail latar belakang serta masalah
yang menginisiasi munculnya penelitian tersebut. Dalam jurnal ini juga peneliti
menghubungkan konsep partisipasi dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat.
Metode triangulasi merupakan metode yang dipilih peneliti untuk pengumpulan data
kualitatif agar diperoleh kombinasi yang akurat berupa wawancara mendalam,
pengamatan berperanserta dan penelusuran dokumen.
6
Judul
:
Perkembangan Corporate Social
Responsibility di Indonesia
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
:
:
:
:
:
:
:
Alamat URL/doi
: http://nirmana.petra.ac.id/index.php/dkv/article/
viewFile/17049/17013
: 02 November 2015
Tanggal Diunduh
2006
Elektronik
Jurnal
Bing Bedjo Tanudjaja
: Nirmana
: Vol.8, no. 2, juli 2006: 92-98
Ringkasan :
CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang
dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet (3P). Profit.
Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. People. Perusahaan harus
11
memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Plannet. Perusahaan peduli
terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Menurut Saidi (2004)
ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia,
yaitu: (1) Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung
dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya
menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. (2) Melalui yayasan atau
organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah
perusahaan atau groupnya. (3) Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan
CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM),
instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun
dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. (4) Mendukung atau bergabung dalam suatu
konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Pada jurnal ini penulis menitikberatkan bahwa jika suatu program ingin
berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal, melainkan
pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial. Salah satu lambannya
pelaksanaan CSR di Indonesia adalah tidak adanya instrumen hukum yang komprehensif
yang mengatur CSR. Instrumen hukum sangat diperlukan sekali untuk mendorong
pelaksanaan CSR di Indonesia. Pada saat ini, memang sudah tedapat peraturan yang
terkait dengan CSR seperti Undang-Undang (UU) Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Namun UU tersebut belum mampu mendorong pelaksanaan CSR di lapangan. Apalagi
dalam UU tersebut hal yang diatur masih terbatas.
Analisis
Jurnal ini merupakan jurnal deskriptif. Penulis hanya memaparkan konsep-konsep
dan model/tahapan perkembangan CSR di Indonesia. Tidak mengukur atar variabel.
7
Judul
: Hubungan
Tingkat
Pengembangan
Penerapan
Masyarakat
Prinsip
dengan
Keberhasilan Program CSR PT Pertamina
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
:
:
:
:
:
:
:
2014
Elektronik
Jurnal
Mutmainna dan Titik Sumarti
: Sodality : Jurnal Sosiologi Pedesaan
: ISSN : 2302 - 7517, Vol. 02, No. 03
: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/artic
le/view/9424/7387
: 12 Oktober 2015
12
Ringkasan
PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi
negara di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk
program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan
pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan dan
20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1) (PT Pertamina 2011). Salah satu
program yang telah dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang
salah satunya berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal. Tujuan dari
penelitian ini secara umum adalah menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip
pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina Dalam
konsep pengembangan masyarakat. Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013),
indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada
dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat kaitannya
dengan tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka.
Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Pertamina RU VI Balongan
khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Wilayah ini termasuk dalam wilayah Ring 1 operasi tambang
minyak PT Pertamina RU VI Balongan. Program pemberdayaan ekonomi lokal yang
dilakukan CSR PT Pertamina dibagi kembali menjadi beberapa jenis kegiatan di
antaranya: program bantuan bidang perikanan tangkap, program budidaya lele, dan
program peternakan. Hasil penelitian menunjukan tingkat keberhasilan program CSR
masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat partisipasi
peserta dalam kelompok usaha bersama (KUB). Begitu pula dengan tingkat pendapatan
peserta program yang masih tergolong rendah. Namun, tingkat keragaman nafkah peserta
yang mengikuti program secara keseluruhan dinilai tinggi.
Analisis
Peneliti menggunakan variabel tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan melihat tiga indikator, yaitu tingkat kesesuaian program dengan
kebutuhan peserta, tingkat pendampingan program dan tingkat partisipasi peserta dalam
program pemberdayaan ekonomi lokal. Sedangkan Tingkat keragaman nafkah dilihat dari
seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup rumahtangganya. Pengkategorian keragaman nafkah berdasarkan jumlah sumber
nafkah manakah yang selama ini dilakukan oleh peserta program.
Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013), peneliti menggunakan indikator
yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan
keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat kaitannya dengan
tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka.
8
Judul
: CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Lokal
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
:
:
:
:
:
2008
Elektronik
Jurnal
Armel Yentifa
13
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
:
:
Tanggal Diunduh
: 1 Desember 2015
: Jurnal Akuntansi dan Manajemen
: Vol 3 No.1 Juni 2008 ISSN 1858-3687 hal 41-46
: http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article
/view/511/488
Ringkasan
Konsep CSR menjadi "booming" setelah adanya isu mengenai sustainable
development (pembangunan berkelanjutan) yang digulirkan tahun 1992. Program CSR
yang berpotensi sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi lokal harusnya merupakan
program yang menjalankan konsep dan teknik Implementasi yang berorientasi pada
penguatan daya saing ekonomi masyarakat. Ada banyak usaha kecil dan menengah yang
akan terbantu dengan program CSR. Untuk kasus Sumatera Barat saja, sedikitnya
terdapat 41.237 usaha kecil dengan serapan tenaga kerja 140.498 orang dan usaha
menengah sekitar 235 unit dengan 26.393 orang tenaga kerja. Pemberdayaan masyarakat
dalam bidang ekonomi, tidak cukup hanya dengan pemberian modal bergulir, tetapi juga
harus ada penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat, penguatan sumberdaya
manusianya, penyediaan prasarananya, dan penguatan posisi tawarnya.
Implementasi program CSR sebagai Instrumen pemberdayaan ekonomi
masyarakat lokal lni dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain:
1. Bantuan Modal
Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah permodalan.
Dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek
permodalan ini yang perlu dicermati adalah:
a. Bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan
masyarakat;
b. Bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem
yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk
mendapatkan akses di lembaga keuangan;
c. Bagaimana skema penggunaan atau kebljakan pengalokasian modal ini tidak
terjebak pada perekonomian subsisten atau ekonomi kere. Tiga hal Ini penting
untuk dipecahkan bersama. Inti pemberdayaan adalah kemandirian
masyarakat.
2. Bantuan Pembangunan Prasarana
Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dart lokasi produksi
ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhlrnya akan
meningkatkan penerimaan petanl dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan
pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek
pembangunan prasarana pendukung sangat
strategis.
3. Bantuan Pendampingan
Pendampingan masyarakat ekonomi lemah memang perlu dan penting. Tugas
utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksl dan
menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha
kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar.
4. Penguatan Kelembagaan
14
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah hendaklah dilakukan dengan
pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di
kalangan orang miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersamasama dalam wadah kelompok atau usaha bersama.
5. Penguatan Kemitraan Usaha
Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi,
tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Karena
pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to
everybody.
Analisis
Jurnal ini merupakan jurnal deskriptif. Penulis hanya memaparkan konsep-konsep
CSR, CSR sebagai instrumen pemberdayaan lokal, dan contoh-contohnya. Penulis tidak
menghubungkan antar variabel satu dengan yang lainnya.
9.
Judul
:
Efektivitas
Pengentasan
Program
CSR/CD
Kemiskinan;
Studi
dalam
Peran
Perusahaan Geotermal di Jawa Barat
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
2012
Elektronik
Jurnal
Dody Prayogo dan Yusuf Hilarius
Tanggal Diunduh
: 10 Desember 2015
: Jurnal Sosiologi Masyarakat
: Vol. 17 No 1 Januari 2012 1-22
: http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_
1_januari_2012.pdf
Ringkasan
Dalam “Handbook on Poverty and Inequality” (Haughton and Khandker 2009)
dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat dalam tiga cara pandang. Pertama, cara paling
konvensional dalam mengukur kemiskinan dengan membandingkan tingkat pemasukan
dan konsumsi setiap individu. Kedua, cara paling tradisional dalam mengukur kemiskinan
adalah dengan membaginya ke dalam setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan
berkaitan dengan berapa banyak orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau
kemiskinan dalam pendidikan dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata
lulusan pendidikan formal. Ketiga, menurut Amartya Sen (1981), kemiskinan
didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun kelompok untuk
berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau pendidikan, kesehatan
yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk berpendapat. Dapat
15
ditarik simpulan bahwa definisi kemiskinan secara lebih operasional sangat
menitikberatkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dan kekurangan akses pelayanan
sosial pada aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, serta secara sosial kegiatan
bermasyarakat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Variabel proses yang digunakan dalam studi ini adalah:
efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan
terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima
(beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya;
relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan
kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi
penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal;
sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program pengentasan
kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik
keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen;
impact dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat
positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan;
empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan
dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun
organisasi/manajemen;
participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat
lokal dalam program pengentasan kemiskinan.
Keberhasilan suatu program yakni turut berpartisipasi diberbagai wilayah
kerja Ring 1, Ring 2, dan Ring 3.
Gambar 1. Cakupan Geografis Program CSR/CD Korporasi dalam Pengentasan
Kemiskinan
Ring 1 didefinisikkan sebagai komunitas lokal dalam wilayah desa terdekat, dan
dipertimbangkan sebagai primary stakeholder korporasi. Selain itu komunitas dalam
Ring 1 adalah masyarakat yang kepentingannya paling terganggu dengan kehadiran dan
kegiatan korporasi serta bersinggungan langsung dengan kegiatan korporasi. Sedangkan
Ring 2 adalah masyarakat lokal yang tidak secara langsung bersinggungan dengan
kegiatan perusahaan, namun terkena dampak dari kehadiran dan kegiatan korporasi baik
secara fisik maupun sosial. Umumnya masyarakat lokal mendefinisikan Ring 2 ini
sebagai komunitas di desa lain yang berada pada kecamatan yang sama dengan Ring 1.
Pada Ring 3, kehadiran dan kegiatan korporasi sebetulnya sudah tidak lagi bersinggungan
secacra langsung dengan komunitas di wilayah ini, namun agar tercipta “keadilan’ dan
“pemerataan” korporasi dan masyarakat secara bersama merasa perlu turut memasukan
wilayah ini dalam kegiatan CSR/CD dalam intensitas yang minimal. Ring 3 ini dapat
diartikan sebagai masyarakat yang tinggal pada kecamatan lainnya di sekitar kecamatan
16
perusahaan berada, dan karenanya program CSR/CD yang diterima adalah terkecil
volumenya.
Hasil penelitian ini peneliti menemukan peran korporasi dalam pengentasan
kemiskinan masyarakat sekitar dapat dikategorikan pada kategori baik, berdasarkan
penilaian pemanfaat dan pembobotan penulis (sesuai hasil observasi dan wawancara).
Walaupun menjadi catatan bahwa skor tersebut merupakan batas bawah dari kategori
baik. Kategori “baik” utamanya berlaku untuk variabel kesesuaian dan kebermanfaatan,
namun untuk variabel keberlanjutan (sustainability) dan dampak (impact) masih
tergolong “cukup”, sedangkan kategori “kurang” pada variabel partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat. Sementara itu, program ekonomi dan infrastruktur untuk
semua variabel terlihat lebih dominan dibandingkan program lainnya seperti pendidikan
dan kesehatan.
Analisis
Peneliti menekankan pada penggunaan indikator dalam mengukur
peran
korporasi untuk pengentasan kemiskinan harus dikembangkan dalam batasan skala
program, menggunakan indikator mikro melalui variabel yang relevan dan fokus kepada
kelompok yang lebih terbatas yakni kelompok penerima program. Beberapa variabel yang
dianggap relevan untuk melihat hubungan tersebut, antara lain variabel kesesuaian,
kebermanfaatan, kesinambungan, dan dampak. Selain itu, variabel pengembangan
masyarakat seperti partisipasi dan pemberdayaan (pengembangan kapasitas) juga
dimasukan untuk melihat peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan. Dua variabel
terakhir secara sosiologis dianggap relevan untuk melihat kontribusi CSR pada
stakeholder masyarakat sekitar.
10.
Judul
:
Implementasi Kebijakan Program Peningkatan
Keberdayaan Masyarakat (PPKM) Berbasis
Rumah Tangga Miskin (RTM) Di Kabupaten
Malang
(Studi
pada
Desa
Pandansari
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
2013
Jurnal
Elektronik
Evi Silvia Melina, Ratih Nur Pratiwi, Minto
Hadi
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
:
:
:
Tanggal Diunduh
: 13 Desember 2015
: Jurnal Administrasi Publik (JAP)
: Vol. 1, No. 5, Hal. 872 - 880
: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.i
d/index.php/jap/article/view/155/138
17
Ringkasan
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan
dikembangkan
melalui
Keputusan
Gubernur
Jawa
Timur
Nomor
188/193/KPTS/013/2010 Tentang Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Hibah
Program/Kegiatan Pada Badan Pember-dayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur Tahun
Anggaran 2010 dan Keputusan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa
Timur Nomor 77 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Publik Bidang Pengembangan
Perekono-mian Masyarakat Badan Pemberdayaan Masya-rakat Provinsi Jawa Timur.
Berbagai Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Desa
Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang telah diimplementasikan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang. Program tersebut meliputi
Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif-Simpan Pinjam (UEP-SP), Kegiatan Usaha Bersama
Pokmas (Kelompok Masyarakat), Kegiatan Sarpras (Sarana dan Prasarana), dan Kegiatan
Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia).
Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Huraerah (2008, h.175) seperti yang
dikutip Melina, dkk (2013) mengungkapkan beberapa strategi yang harus dilakukan untuk
menanggulangi kemiskinan, diantaranya sebagai berikut:
1. Karena kemiskinan bersifat multi-dimensional, program pengentasan kemiskinan
seyogyanya juga tidak hanya memperioritaskan aspek ekonomi tetapi
memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok
memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi
kemiskinan non-ekonomik. Oleh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan
hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti apatis,
apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba-gainya. Apabila budaya ini tidak
dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu,
langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatanhambatan yang sifatnya struktural dan politis.
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang
dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk
meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan,
peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja (networking)
serta informasi pasar.
3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi,
bahkan pada proses pengambilan keputusan. Strategi Pemberdayaan yakni
memberdayakan masyarakat itu sendiri.
Analisis
Pada jurnal ini memang tidak menjelaskan mengenai konsep CSR, yang menjadi
fokus penulis dalam melihat jurnal ini adalah bagaimana melihat faktor pendukung dan
penghambat pada program pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan.
Hasil dari penelitian pada jurnal ini adalah Faktor pendukung internal dalam
melaksanakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Desa
Pandansari meliputi Pengurus UPKu memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria program
dan RTM memiliki kepercayaan terhadap pengurus UPKu. Sedangkan faktor pendukung
eksternal meliputi adanya dukungan Perangkat Desa Pandansari dan Tokoh Masyarakat
dalam pelaksanaan program serta dukungan pengawasan program dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang, Tenaga Fasilitator Kecamatan
18
(TFK) Poncokusumo dan pendamping program. Selain itu terdapat faktor penghambat
internalnya yang meliputi tidak tersedianya sarana dan prasarana serta Kas UPKu
jumlahnya terbatas. Sedangkan faktor penghambat eksternal meliputi tidak ada dukungan
dana dari Desa Pandansari dan tidak ada sanksi terhadap RTM yang memiliki tanggungan
pinjaman modal dari UPKu.
11.
Judul
: Fungsi
Program
Kemitraan
Dan
Bina
Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun
Ekonomi
Merbuh
dalam
Masyarakat
Kehidupan
Desa
Sosial
Merbuh
Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume(edisi):hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
:
:
:
:
2013
Jurnal
Elektronik
Rini Listiani, Moh Solehatul Mustofa, Carolina
Santi Muji Utami
: 2013
:
:
: Solidarity: Journal of Education, Society and
Culture
: Vol. 2, No. 2
: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidar
ity/article/view/2156/1972
: 13 Desember 2015
Ringkasan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan bagian dari
Corporate Social Responsibility PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN) kebun Merbuh
sebagai suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar usaha
perusahaan berdomisili melalui pendekatan community development dengan tujuan untuk
mensejahterakan masyarakat dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Community
development menurut Christenson dan Robinson (dalam Soetomo, 2010) seperti yang
dikutip Listiani (2013) yaitu sebagai suatu proses di mana masyarakat yang tinggal pada
lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial untuk
mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka. Program
kemitraan (PK) dari PTPN IX Kebun Merbuh yaitu berupa pinjaman modal bergulir yang
diberikan pada masyarakat yang ingin membuka usaha dan mengembangkan usaha yang
sudah dimiliki dengan beban jasa administrasi sebesar 6% pertahun atau sekitar 0,5% per
bulan. Pinjaman modal bergulir dari PTPN IX hanya diberikan pada masyarakat yang
ingin membuka atau mengembangkan usaha yang dimiliki pada bidang-bidang sebagai
berikut : bidang pertanian, perdagangan, peternakan dan perikanan, diluar empat bidang
tersebut tidak diperbolehkan meminjam modal.
19
Program bina lingkungan (BL) yaitu berupa bantuan yang diberikan secara cumacuma dari PTPN IX Kebun Merbuh kepada masyarakat. Bantuan yang diberikan
bermacam-macam, contohnya adalah pembangunan sarana umum (sekolah, Masjid,
Gereja, perbaikan jalan dan lain-lain), penghijauan, peminjaman lahan (lahan tumpangsari
dan lahan untuk lapangan olah raga). Dari beberapa program yang diberikan di atas,
program peminjaman lahan tumpang sari yang banyak di manfaatkan oleh masyarakat
Desa Merbuh. Hal ini dikarenakan lahan yang dijadikan lapangan pekerjaan masyarakat
sangat sedikit, karena sebagian besar lahan yang ada di Desa Merbuh merupakan
perkebunan dan hutan negara. Dengan adanya peminjaman lahan tumpangsari masyarakat
dapat meningkatkan produktifitas pertanian. Fungsi PKBL PTPN IX Kebun Merbuh
dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Merbuh diantaranya ada fungsi di
bidang sosial, diantaranya hubungan sosial atau interaksi dalam masyarakat menjadi
sangat baik, bidang pendidikan sebelum adanya PKBL rata-rata pendidikan yang
ditempuh hanya sampai SD atau SMP, sekarang kebanyakan sudah menempuh
pendidikan sampai tingkat SMA, bidang kesehatan membaik, dan membaiknya sarana
umum. Untuk bidang ekonomi daintaranya meningkatnya pendapatan, dan bertambahnya
lapangan pekerjaan.
Analisis
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa
Merbuh Kecamatan Singororjo Kabupaten Kendal, yang difokuskan pada masalah
mengenai peranan program kemitraan dan bina lingkungan dalam kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat di Desa Merbuh. Dari hasil penelitian bahwa PKBL dari PTPN IX
Kebun Merbuh yang diberikan kepada masyarakat, melalui pendekatan community
development sudah berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan mendapatkan respon baik dari masyarakat
20
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Corporate Social Responsibility (CSR)
Sukada et.al (2007) dalam bukunya CSR for Better Life mengembangkan definisi
CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan
lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak
positif di setiap pilar. Sebenarnya definisi CSR sangat beragam bergantung pada visi dan
misi korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas.
Sedangkan Corporate Social Responsibility menurut Wahyudi (2008, h.36) yang dikutip
Wahyuningrum, dkk (2014) memberikan definisi CSR adalah sebagai komitmen
perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk
mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dan
lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya berlandaskan pada ketentuan
hukum yang berlaku.
Program CSR memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Continuity and Sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan
merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasar trend ataupun
insidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long ter
perpective bukan instant, happenning, ataupun booming. CSR adalah suatu
mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis, dan dapat dievaluasi.
b. Community empowerment atau pemberdayaan komunitas
Membedakan CSR dengan kegiatan yang bersifat charity ataupun philantrophy
semata. Tindakan-tindakan kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi
tidak menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program
CSR adalah adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan dengan
sebelum program CSR hadir.
c. Two ways
Artinya program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai
komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari
komunitas. Ini dapat dilakukan dengan need assesment, yaitu sebuah survei untuk
mengetahui need, desire, interest, dan wants dari komunitas.
Model-model CSR
Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004 :64-65) seperti yang dikutip Tanudjaja
(2006) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa sedikitnya ada empat model atau pola
CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung
dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan
ke masyarakat tanpa perantara.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Beberapa yayasan yang
didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan
Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan
Sahabat Aqua, GE Fund.
21
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM),
instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop
yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah
Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI),
Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI,
Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK
Kompas, Kita Peduli Indosiar)
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Pada tahap awal, CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan dan manajer. Pada
tahap ini pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemegang saham
melalui berbagai upaya untuk menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin
dan memaksimalisasi laba. Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan
CSRnya kepada para pekerja. Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya
memerhatikan maksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yag besar
kepada sumber daya manusia. Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR
kepada masyarakat setempat yang terkena dampak langsung oleh operasional perusahaan
di aerah tempat mereka tinggal. Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya
mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat melainkan mencakup masyarakat
luas.
Tabel 1.
Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial
Karakteristik TahapTahap Kedermawanan
Sosial Paradigma
Motivasi
Misi
Charity
Agama, tradisi,
adaptasi
Pengorganisasian
Mengatasi
masalah
setempat
Jangka pendek,
mengatasi
masalah sesaat
Kepanitiaan
Penerima Manfaat
Orang miskin
Kontribusi
Hibah sosial
Inspirasi
Kewajiban
Pengelolaan
Philanthropy
Norma, etika,
dan hukum
universal
Mencari dan
mengatasi akar
masalah
Terencana,
teorganisir, dan
terprogram
Yayasan/ dana
abadi/
profesionalitas
Masyarakat
luas
Hibah
pembangunan
Corporate
Citizenship
Pencerahan diri dan
rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial
Memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan
Keterlibatan baik
dana maupun
sumber daya lain
Masyarakat luas
dan perusahaan
Hibah
(pembangunan
serta keterlibatan
sosial)
Kepentingan Bersama
Sumber: Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)
22
Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat (Community development) menurut Christenson dan
Robinson (dalam Soetomo, 2010) seperti yang dikutp Listiani (2013) yaitu sebagai suatu
proses di mana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa
untuk melaksanakan suatu tindakan sosial untuk mengubah situasi ekonomi, sosial,
kultural dan atau lingkungan mereka. Dalam konsep pengembangan masyarakat,
keberhasilan suatu program CSR dapat dinilai dari sejauh mana program tersebut
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Menurut Ife (1995)
sebagaimana dikutip Mutmainna dan Sumarti (2014) menjelaskan bahwa terdapat dua
puluh dua prinsip pengembangan masyarakat. Dari keseluruhan prinsip tersebut, terdapat
tiga indikator penting yang harus diterapkan bila diharapkan tercapainya keberhasilan
suatu program yaitu kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, pendampingan, dan
partisipasi
Partisipasi
Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil
oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif. Arnstein (1969) yang dikutp Nasdian (2014)
menggambarkan delapan tingkatan yang setiap tingkatannya menggambarkan
peningkatan pengaruh masyarakat dalam menentukan produk akhir pembangunan, yaitu
dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah manipulation (manipulasi), therapy (terapi),
information (informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership
(kemitraan), delegated power (pelimpahan kekuasaan) dan citizen control (kontrol
masyarakat).
Cohen dan Uphoff (1979) dalam Nasdian (2014) membagi partisipasi ke beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab
inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap
ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan
pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota
proyek.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan
melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar
manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
23
CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal
CSR dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal tidak dapat diartikan sempit
hanya sebatas bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar untuk menjadi
pengusaha kecil. CSR ini juga bahkan tidak diartikan lebih terbatas yaitu bagaimana
perusahaan membantu UKM (usaha kecil menengah). Pemberdayaan ekonomi lokal
berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidaktidaknya memberikan pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut.
Pemacu tersebut dapat mejadi multiplier effect yang akan melipatgandakan dampak
berupa nilai tambah bagi masyarakat (Radyati 2008).
Ada banyak literatur maupun studi kasus yang mengangkat pengalamanpengalaman perusahaan dalam melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan ekonomi masyarakat lokal. Salah satu literatur menjelaskan bahwa terdapat
enam kegiatan bisnis yang terutama dapat menciptakan dampak ekonomi yang paling
besar, yakni AccountAbility et al., (2003) dalam Radyati (2008):
1. Facilities siting and management
Lokasi dimana perusahaan menempatkan fasilitas dan pabrik yang dimiliki
dapat memberikan dampak ekonomi secara signifikan. Sumbangan terhadap
pengembangan ekonomi adalah melalui penciptaan pendapatan dengan
tersedianya lapangan pekerjaan, dan retribusi. Selain itu keberadaan pabrik atau
tempat beroperasinya perusahaan dapat menimbulkan peluang bagi terciptanya
usaha-usaha sampingan seperti warung, tempat penginapan, dan usaha untuk
menjadi pemasok bahan baku bagi perusahaan. Selain itu dengan adanya
perusahaan, dapat menarik investor lain untuk membuka investasi di lokasi yang
sama.
2. Employment
Pembukaan lapangan pekerjaan berupa kontrak bagi karyawan tetap merupakan
dampak langsung yang dapat diciptakan perusahaan. Sedangkan dampak tidak
langsung yang dapat diciptakan adalah melalui kontrak beli bahan baku kepada
pemasok lokal, kontrak kerja sementara bagi karyawan, dan kontrak outsourcing.
3. Product and Service development, use, and delivery
Melalui kebijakan penetapan harga (pricing) dan penjualan (marketing),
perusahaan dapat mengeola permintaan atas produk dan jasa yang dijual.
4. Sourcing and Procurement
Kegiatan perolehan dan pembelian sumberdaya melalui pemasok dapat
memberikan manfaat ekonomi seara tidak langsung kepada masyarakat
5. Financial Investment and Fiscal Contribution
Investasi keuangan dapat dalam beberapa bentuk, misalnya: modal yang
ditanamkan untuk pengembangan komunitas dan organisasi venture capital, atau
untuk membant pembentukan koperasi.
6. Philantrhopy and Community Investmen
Meski CSR tidak boleh terhenti sebatas kegiatan filantrofi, akan tetapi filantropi
juga dapat digolongan sebagai kegiatan perusahaan yang menimbulkan dampak
ekonomi. Bentuk-bentuk filantropi misalnya: corporate giving, volunteerism, atau
inisiatif community-involvment yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan.
24
Kemiskinan
Kunci utama dalam menghapuskan kemiskinan yang ekstrem menurut Jeffrey D.
Sachs yang di kutip Radyati (2008) adalah bagaimana memampukan mereka yang paling
miskin dari miskin (the poor-est of the poor) untuk terlibat dalam proses pembangunan.
Dalam “Handbook on Poverty and Inequality” (Haughton and Khandker 2009) yang
dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012) dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat dalam
tiga cara pandang. Pertama, cara paling konvensional dalam mengukur kemiskinan
dengan membandingkan tingkat pemasukan dan konsumsi setiap individu. Kedua, cara
paling tradisional dalam mengukur kemiskinan adalah dengan membaginya ke dalam
setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan berkaitan dengan berapa banyak
orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau kemiskinan dalam pendidikan
dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata lulusan pendidikan formal.
Ketiga, menurut Amartya Sen (1981) dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012),
kemiskinan didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun kelompok
untuk berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau pendidikan,
kesehatan yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk berpendapat.
Lebih jauh Sen mendefinisikan individu yang dianggap miskin sebagai individu yang
standar konsumsinya berada di bawah orang kebanyakan ataupun individu yang
pendapatannya berada di bawah garis rata-rata. Dari sana, Sen kemudian memberikan dua
pendekatan dalam memahami kemiskinan. Pertama, pendekatan biologis yaitu yang
memahami bahwa keluarga berada pada ”primary poverty” jika total pendapatannya tidak
memenuhi untuk mendapatkan kebutuhan minimum dari pemeliharaan kondisi fisik.
Dalam pendekatan ini digunakan beberapa variasi yang mempunyai hubungan kuat
dengan kondisi fisik, kebiasaan dalam bekerja, kebutuhan nutrisi, kebutuhan makanan
dan non-makanan. Pendekatan kedua adalah pendekatan ketidakseimbangan yang
memahami kemiskinan sebagai ketidakseimbangan antara kelompok paling miskin
dengan keseluruhan komunitas dalam setiap dimensi stratifikasi.
Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Huraerah (2008, h.175) seperti yang
dikutip Melina, dkk (2013) mengungkapkan beberapa strategi yang harus dilakukan untuk
menanggulangi kemiskinan, diantaranya sebagai berikut:
1. Karena kemiskinan bersifat multi-dimensional, program pengentasan kemiskinan
seyogyanya juga tidak hanya memperioritaskan aspek ekonomi tetapi
memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok
memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi
kemiskinan non-ekonomik. Oleh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan
hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti apatis,
apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba-gainya. Apabila budaya ini tidak
dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu,
langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatanhambatan yang sifatnya struktural dan politis.
4. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang
dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk
meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan,
peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja (networking)
serta informasi pasar.
5. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi,
25
bahkan pada proses pengambilan keputusan.
memberdayakan masyarakat itu sendiri.
Strategi Pemberdayaan yakni
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab moral perusahaan
terhadap masyarakat sekitarnya atas keuntungan finansial yang telah diperolehnya.
Pelaksanaan CSR bersifat wajib untuk perusahaan karena sudah diatur dalam Undangundang. Masing-masing perusahaan memiliki cara tersendiri dalam memberikan program
kepada masyarakat sekitar berdasarkan fokus dan tujuan yang hendak dicapai. Konsep
CSR pada dasarnya merupakan bagian dari bentuk komitmen perusahaan terhadap
perbaikan kualitas hidup lingkungannya baik internal maupun eksternal. Model
pelaksanaan CSR cenderung diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan yang menyentuh
aspek-aspek sosial, pendidikan, pelatihan keterampilan dan aspek ekonomi. Keberhasilan
perusahaan tidak terlepas dari peran stakeholder, baik internal stakeholder maupun
eksternal stakeholder.
Peningkatan ekonomi masyarakat lokal yang berada di sekitar area perusahaan
sebagai eksternal stakeholder seharusnya menjadi konsentrasi perusahaan dalam turut
berpartisipasi mengurangi kemiskinan. Pengentasan kemiskinan adalah salah satu tujuan
yang tercantum dalam MDGs (Millenium Development Goals), yakni penghapusan
kemiskinan. Semenjak adanya MDGs sektor swasta yakni perusahaan seharusnya
mengarahkan strategi CSR perusahaannya untuk membantu mengurangi kemiskinan.
Pada tahap awal, CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan dan manajer. Pada
tahap ini pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemegang saham
melalui berbagai upaya untuk menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin
dan memaksimalisasi laba. Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan
CSRnya kepada para pekerja. Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya
memerhatikan maksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yag besar
kepada sumber daya manusia. Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR
kepada masyarakat setempat yang terkena dampak langsung oleh operasional perusahaan
di aerah tempat mereka tinggal. Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya
mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat melainkan mencakup masyarakat
luas.
Tabel 1.
Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial
Karakteristik TahapTahap Kedermawanan
Sosial Paradigma
Motivasi
Misi
Charity
Agama, tradisi,
adaptasi
Mengatasi
masalah
Philanthropy
Corporate
Citizenship
Norma, etika,
dan hukum
universal
Mencari dan
mengatasi akar
Pencerahan diri dan
rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial
Memberikan
kontribusi kepada
26
Pengorganisasian
setempat
Jangka pendek,
mengatasi
masalah sesaat
Kepanitiaan
Penerima Manfaat
Orang miskin
Kontribusi
Hibah sosial
Inspirasi
Kewajiban
Pengelolaan
masalah
Terencana,
teorganisir, dan
terprogram
Yayasan/ dana
abadi/
profesionalitas
Masyarakat
luas
Hibah
pembangunan
masyarakat
Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan
Keterlibatan baik
dana maupun
sumber daya lain
Masyarakat luas
dan perusahaan
Hibah
(pembangunan
serta keterlibatan
sosial)
Kepentingan Bersama
Sumber: Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)
Program CSR untuk pemberdayaan ekonomi lokal merupakan bagian dari proses
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan tujuan akhir keberlanjutan
(sustainability) yang menyangkut pembangunan jangka panjang. Untuk menunjang
keberlanjutan program, maka diperlukannya prinsip pengembangan masyarakat agar
program yang diberikan mendapat respon yang baik dan juga sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Diawali dengan melibatkan masyarakat mulai dari perncanaan program
hingga evaluasi. Disamping itu juga perlu pendampingan yang intensif terkait program
yang dilakukan. Community Development atau pengembangan masyarakat merupakan
bagian yang tidak terpisah dari kesadaran dan tanggung jawab sosial dan bukan menjadi
beban untuk perusahaan dalam melakukan kegiatannya.
CSR dalam konteks pemberdayaan lokal tidak dapat diartikan sempit hanya
sebatas bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar untuk menjadi pengusaha
kecil. Permberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat
mandiri secara ekonomi atau setidaknya memberikan dorongan atau pemacu agar terjadi
perkembangan ekonomi di daerah tersebut. Pengembangan ekonomi melibatkan
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan menemukan cara sendiri untuk mengatasi
persoalan ekonomi mereka dengan demikian dapat membangun masyarakat tersebut
untuk jangka panjang sehingga mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan itu artinya
dapat mengurangi kemiskinan.
27
Pertanyaan Penelitian Skripsi
Ringkasan penelitian, rangkuman dan pembahasan, serta kesimpulan yang telah
dibuat memunculkan pertanyaan analisis baru terkait pola-pola kegiatan CSR dalam
pengentasan kemiskinan. Pertanyaan analisis baru muncul sebagai dasar untuk melakukan
penelitian. Pertanyaan tersebut diantaranya:
1. Bagaimanakah kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat pada program
CSR terhadap pengentasan kemiskinan?
2. Bagaimanakah pendampingan program CSR terhadap pengentasan kemiskinan?
3. Sejauhmana tingkat partisipasi peserta program dalam pemberdayaan ekonomi
lokal sebagai upaya pengentasan kemiskinan?
Usulan Kerangka Analisis
Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013) dalam Mutmainna dan
Sumarti (2014), indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi
konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas
yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat
kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka. Tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat yang dilihat dari tiga indikator, yaitu tingkat
kesesuaian program dengan kebutuhan peserta, tingkat pendampingan program dan
tingkat partisipasi peserta dalam program pemberdayaan ekonomi lokal. Kesesuaian
program dengan kebutuhan peserta dilihat dari seberapa sesuai program CSR dengen
kebutuhan peserta program, Pendampingan program mencakup upaya yang dilakukan
oleh pihak pendamping teknis di lapangan untuk mendampingi, menfasilitasi, dan
mendorong terjadinya proses saling belajar antara masyarakat yang menjadi peserta
program. Dan tingkat partisipasi peserta program terdapat delapan tingkatan partisipasi
masyarakat, yaitu manipulation, therapy, informing, concultation, placation, partnership,
delegated power dan citizen control yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga besar
derajat partisipasi yaitu non-partisipasi, tokenisme, dan citizen power (Arnstein 1969)
seperti yang dikutip Mutmainna (2014).
Tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan dapat berbedabeda bergantung pada jenis program yang dilaksanakan. Seperti yang dikutip Prayogo
dan Hillarius ( 2012) bahwa pengukuran keberhasilan pengentasan kemiskinan tidak
dapat merujuk ke indikator makro (masyarakat secara keseluruhan) tapi merujuk pada
indikator mikro (masyarakat penerima) karena peran korporasi terbatas hanya kepada
kelompok tertentu (beneficiaries) dalam komunitas, misalnya komunitas penerima
program yang secara geografis terdekat dengan keberadaan korporasi, dan kelompok
yang paling rentan terhadap kondisi kemiskinan. Beberapa variabel yang dianggap
relevan untuk melihat hubungan tersebut, antara lain variabel kesesuaian,
kebermanfaatan, kesinambungan, dan dampak. Selain itu, variabel pengembangan
masyarakat seperti partisipasi dan pemberdayaan (pengembangan kapasitas) juga
dimasukan untuk melihat peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan.
28
Gambar 2. Usulan Kerangka Analisis Baru
Tingkat
penerapan
prinsip pengembangan
masyarakat:
1. Kesesuaian program
dengan
kebutuhan
peserta
2. Pendampingan
program
3. Tingkat
partisipasi
peserta dalam program
pemberdayaaan
ekonomi lokal
Kesesuaian
program
dengan
kebutuhan
Keterangan
:
peserta.
2. Pendampingan
program Mempengaruhi
3. Tingkat
Partisipasi
peserta dalam
program
pemberdayaan
ekonomi lokal
Pengentasan Kemiskinan
1.
2.
3.
4.
5.
Manfaat
Kesesuaian
Keberlanjutan
Dampak
Pemberdayaanbutuhan
peserta.
2. Pendampingan
program
3. Tingkat
Partisipasi
peserta dalam
program
pemberdayaan
ekonomi lokal
29
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar J. CSR Dalam Praktik di Indonesia. Jakarta [ID]: PT Elex Media Komputindo
Astrianti. 2010. Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Resposibility/CSR) dalam Upaya Pengembangan Masyarakat
(Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk
di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawab Barat). Skripsi [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 7]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60149
Listiani R, Mustofa, dan Utami. 2013. Fungsi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Merbuh dalam Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Solidarity:
Journal of Education, Society and Culture [Internet]. [diunduh pada 2015
Desember
13];
2
(2)
.
Tersedia
pada:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity/article/view/2156/1972
Mapisangka. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jurnal
JESP. [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 5]; 1 (1). Tersedia pada:
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR.pdf
Mutmainna dan Sumarti. 2014. Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina. Sodality : Jurnal
Sosiologi Pedesaan. [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 12]; 2 (3). Tersedia
pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/9424/7387
Prayogo. 2011. Evaluasi program corporate social responsibility dan Community
development pada industri tambang dan migas. Makara, Sosial Humaniora.
[Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 13]; 15 (1) : 43 - 58. Tersedia pada:
http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/download/893/44
Prayogo dan Hilarius. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam
Pengentasan
Kemiskinan; Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi
Masyarakat [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 10]; 17 (1). Tersedia pada:
http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf
Radyati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta [ID]: Indonesia
Business Links
Rosyida dan Nasdian. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya
terhadap Komunitas Perdesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi,
Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 24]; 5
(1)
:
51
–
70.
Tersedia
pada:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5832/4497
Soesilowati E, Indriyanti DR, Widiyanto. 2011. Model Corporate Social Responsibility
dalam Program Pemberdayaan Petani Hortikultura. Jurnal Ekonomi Pembangunan
[Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 4]; 12 (1) : 102 - 117. Tersedia pada:
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/209/196
30
Sukada, et.al. 2007. CSR for Better Life : Indonesian Context membumikan bisnis
berkelanjutan : memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan.
Jakarta [ID] : Indonesia Business Links.
Tanudjaja. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Jurnal
Nirmana. [Internet]. [diunduh pada 2015 November 2]; 8 (2) : 92 - 98. Tersedia
pada: http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/209/196
Wahyuningrom Y, Noor I, Wachid A. 2014. Pengaruh Program Corporate Social
Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada
Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan
Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [diunduh pada 2015
September
29];
1
(5)
:
109
–
115.
Tersedia
pada:
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/340s
Yentifa, Armel. 2008. CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 1]; 2 (3) : 41 46. Tersedia pada: http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article/view/511/488
31
LAMPIRAN
Riwayat Hidup
Elsa Destriapani lahir di Cibeber, Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada tanggal
22 Desember 1993. Penulis lahir dari pasangan Marjaya dan Maryati. Pendidikan formal
yang pernah dijalani yaitu SDN 2 Cikotok, Lebak, Banten pada tahun 2000-2006.
Kemudian pada tahun 2006-2009, penulis bersekolah di SMPN 1 Cibeber, Banten dan
tahun 2009-2012 di SMAN 1 Cibeber, Banten. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis
diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekologi Manusia
dengan Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) PT Antam.
Organisasi pertama yang penulis ikuti adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Alhurriyyah dari kepengurusan tahun 2012-2014 di departemen Media Cetak. Saat ini
Selain di LDK, penulis juga aktif di Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forsia Fema
sebagai anggota divisi ukhuwah. Penulis pernah berkesempatan menjadi asisten
praktikum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tahun ajaran 2014/2015 dan 2015/2016.
Tidak hanya organisasi, penulis aktif di berbagai kepanitiaan. Setiap tahunnya penulis
mengikuti satu atau dua kepanitiaan, diantaranya: Beauty in Action (2013), IPB Islamic
Festival (2013 dan 2014), dan Forsia Islamic Festival (2014). Adapun kegiatan volunteer
yang penulis ikuti adalah Komunitas Mahasiswa Cinta Palestina (Komala IPB).
Download