PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA PROGRAM CSR TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN ELSA DESTRIAPANI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR terhadap Pengentasan Kemiskinan” benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Desember 2015 Elsa Destriapani NIM. I34120167 iii ABSTRAK ELSA DESTRIAPANI. Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR terhadap Pengentasan Kemiskinan. Dibimbing oleh SAHARRUDIN Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Penerapan prinsip pengembangan masyarakat pada program CSR dilihat melalui indikator kesesuaian program, tingkat partisipasi dan pendampingan program. Pengentasan kemiskinan yang dilihat adalah melalui skala mikro yaitu terfokus pada penerima program CSR. Tulisan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan topik yang diangkat untuk menganalisis penerapan prinsip pengembangan CSR dalam pengentasan kemiskinan. Metode yang digunakan dalam penyusunan studi pustaka ini yaitu dengan mengumpulkan data sekunder hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa dengan penerapan prinsip pengembangan masyarakat dapat mengurangi kemiskinan dalam skala mikro. Kata kunci: Corporate Social Responsibility, pengembangan masyarakat, pengentasan kemiskinan ABSTRACT ELSA DESTRIAPANI. Implementation of Community Development at CSR Program for Poverty Alleviation. Supervised by SAHARRUDIN Corporate Social Responsibility (CSR) is a form of responsibility and the company's concern for the environment and communities around the company with the goal of sustainable development. The implementation of the principles of community development in CSR programs viewed through indicators, compliance programs, the level of participation and mentoring programs. Poverty alleviation is seen through a micro-scale that is focused on the recipient's CSR program. This paper aims to gather information related to the topic to analyze the application of the principles of CSR development in poverty reduction. The method used in the preparation of this literature study is to collect secondary data the results of previous studies. Our literature review indicates that the implementation of the principles of community development to reduce poverty in the micro scale. Keywords: Corporate Social Responsibility, community development, poverty alleviation iv PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT PADA PROGRAM CSR TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN Oleh Elsa Destriapani I34120167 Laporan Studi Pustaka sebagai Syarat Kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Elsa Destriapani Nomor Pokok : I34120167 Judul : Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR terhadap Pengentasan Kemiskinan dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Dr. Ir. Saharuddin, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal pengesahan : vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Pustaka berjudul “Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat pada Program CSR terhadap Pengentasan Kemiskinan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Saharrudin, MS selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian Laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Marjaya dan Ibu Maryati orangtua tercinta, Edwar Susanto dan Eka Susilawati kakak-kakak tersayang, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman terdekat yaitu: Risna Dewi Enisa, Vishy Eka Putri, Rima Aulia Rohmah, dan teman-teman SKPM 49 yang telah memberi semangat dan dukungan dalam proses penulisan Laporan Studi Pustaka ini. Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2015 Elsa Destriapani NIM. I34120167 vii DAFTAR ISI PRAKATA....................................................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... ix PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2 Metode Penulisan .......................................................................................................... 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................... 3 Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan) ...................................... 3 Model Corporate Social Responsibility dalam Program Pemberdayaan Petani Hortikultura ................................................................................................................... 4 Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility/CSR) dalam Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawab Barat) ........... 6 Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan ............ 8 Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia .................................... 10 Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina ................................................................. 11 CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Lokal ........................................... 12 Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan; Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat .......................................................................... 14 Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) Berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM) Di Kabupaten Malang ............................... 16 (Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang) ........... 16 Fungsi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Merbuh dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal ................................................................... 18 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 20 Corporate Social Responsibility (CSR) ...................................................................... 20 Model-model CSR ...................................................................................................... 20 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat ............................................................... 22 Partisipasi .................................................................................................................... 22 CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal ................................................................ 23 viii Kemiskinan.................................................................................................................. 24 SIMPULAN .................................................................................................................... 25 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................................ 25 Pertanyaan Penelitian Skripsi ...................................................................................... 27 Usulan Kerangka Analisis ........................................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 29 LAMPIRAN .................................................................................................................... 31 Riwayat Hidup............................................................................................................. 31 ix DAFTAR GAMBAR 3.1 Cakupan Geografis Program CSR/CD Korporasi dalam Pengentasan Kemiskinan 4.1 Usulan Kerangka Analisis 15 27 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Data Badan Pusat Statistik1 pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Kemiskinan menjadi isu sentral di Indonesia yang merupakan masalah klasik dan kompleks serta bersifat multidimensional. Namun, penanganan kemiskinan sampai saat ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan kerjasama, koordinasi, saling mendukung serta menguntungkan antara semua stakeholder. Salah satu stakeholder yang berperan dalam mengurangi kemiskinan adalah perusahaan melalui corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan). Semenjak adanya MDGs (Millenium Development Goals) sektor swasta semakin mengarahkan strategi perusahaan untuk mengarahkan CSR menuju pengentasan kemuskinan. Corporate Social Responsibility menjadi hal yang tak terpisahkan dengan perusahaan. Perusahaan sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya. CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dalam Undang – undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam pasal tersebut dijelaskan mewajibkan setiap perusahaan yang bergerak di bidang baik sumber daya maupun lingkungan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. CSR sebagai sebuah gagasan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada keuangan saja, tetapi juga pada lingkungan dan sosial yang biasa disebut dengan triple buttom line. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Definisi pembangunan berkelanjutan menurut Brundtland Report dari WCED: Word Commission on Environment and Development sebagaimana dikutip Radyati (2008)2 adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini dengan memberikan kesempatan yang sama bagi generasi mendatang untuk mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Menurut Prayogo dan Hilarius (2012) harus didefinisikan dan ditegaskan bahwa peran korporasi adalah turut berpartisipasi dan membantu upaya pengentasan kemiskinan, bukan sebagai aktor utama karena aktor utama pembangunan dan pengentasan kemiskinan adalah tetap pemerintah atau negara. Korporasi tidak boleh mengambil-alih peran negara atau bahkan menjadi semi-negara dalam upaya pengentasan kemiskinan. Implikasi pentingnya adalah, dengan batasan ini maka tingkat keberhasilan peran korporasi harus dilihat dalam indikator mikro, yakni melihat dalam proses program pengentasan kemiskinan itu sendiri. Radyati (2008) menambahkan banyak upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup, diantaranya adalah pengembangan usaha-usaha kecil yang berada di sekitar lokasi perusahaan, termasuk membantu pemasaran bagi produk usaha kecil. 1 2 http://bps.go.id/brs/view/1158 Rayati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal, hal 3 2 Pada sebagian kalangan, CSR masih dianggap sebagai kegiatan charity atau kedermawanan sosial perusahaan tanpa adanya sifat keberlanjutan dan pengembangan masyarakat. Program yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bersifat top down. Masyarakat hanya menerima program yang sudah jadi tanpa dilibatkan mulai dari perencanaan hingga evaluasi program. Akhirnya masyarakat tidak mandiri dan akan mengalami ketergantungan kepada perusahaan tersebut. Agar masyarakat bisa mendiri perlu adanya pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai sebuah proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial (Suharto, 2010). Menurut Radyati (2008) CSR dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal tidak dapat diartikan sempit hanya sebatas bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar menjadi pengusaha kecil. Pemberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu jika perusahaan telah berhasil meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar, berarti telah meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu perlu kolaborasi antara seluruh stakeholder guna mendapatkan hasil yang optimal dalam konteks mengurangi kemiskinan. Tujuan Penulisan Berkenaan dengan hal yang dijelaskan diatas, maka tujuan dari tulisan ini adalah untuk: 1. mempelajari dan memahami konsep dan praktik Corporate Social Responsibility (CSR); 2. menganalisis berbagai pola dan model program Corporate Social Responsibility sebagai upaya pengentasan kemiskinan Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penyusunan studi pustaka ini adalah studi literatur dengan pengumpulan data sekunder. Data sekunder diambil dari hasil-hasil penelitian, skripsi, thesis, disertasi, dan jurnal ilmiah. Data sekunder yang telah didapat disajikan dalam bentuk deskripstif dengan cara membuat ringkasan dan menganalisisnya dan kemudian disusun menjadi satu tulisan yang utuh. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul : Pengaruh Program Responsibility Pemberdayaan Corporate Terhadap Masyarakat Social Peningkatan (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan) Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal Diunduh : : : : 2014 Jurnal Elektronik Yuniarti Wahyuningrum, Irwan Noor, Abdul Wachid : : : Malang, Universitas Brawijaya : Administrasi Publik : 1 (5) : 109 – 115 : http://administrasipublik.studentjournal.ub.a c.id/index.php/jap/article/view/340 : 29 September 2015 Ringkasan: Corporate Social Responsibility menurut Wahyudi (2008, h.36) yang dikutip Wahyuningrum, dkk (2014) memberikan definisi CSR adalah sebagai komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku. Sebagai investasi sosial maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam bentuk manfaat yang akan diperoleh, antara lain yaitu: a. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh, misalnya lewat efisiensi lingkungan. b. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi. c. Mendorong komitmen karyawan. Karena mereka diperhatikan dan dihargai. d. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas. e. Mempertinggi reputasi dan corporate building. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur signifikansi pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif adalah metode survey. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu yaitu 4 pengambilan sampel dari anggota populasi, yaitu jumlah penduduk di Desa Pacarkeling yaitu sebanyak 3.358 jiwa dan sampel penduduk sebanyak 97 orang. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Pilihan jawaban yang digunakan yaitu: sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3) kurang setuju (2) tidak setuju (1). Metode pengujian instrumen penelitian digunakan uji validitas untuk menguji tingkat kevalidan suatu instrumen, serta uji reliabilitas yaitu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner penelitian dapat diketahui bahwa konsep Corporate Social Responsibility yang terdiri dari : (1) variabel sosial menggunakan indikator diantaranya rumah belajar, bimbingan belajar, pembangunan jembatan, dan pengadaan training kesehatan. (2) Variabel ekonomi indikator diantaranya pemberian beasiswa dan bantuan penyediaan air bersih. (3) Variabel lingkungan menggunakan indikator penghijauan yang dilakukan di sepanjang sungai Luwuk dan pengelolaan limbah dari PT.Amerta Indah Otsuka. (4) Variabel perubahan perilaku masyarakat menggunakan indikator tingkat pendidikan masyarakat dan tingkat kesehatan masyarakat. Analisis : Dari hasil penelitian diketahui bahwa Program Corporate Social Responsibility yang meliputi variabel sosial, ekonomi dan sosial yang dijalankan PT. Amerta Indah Otsuka memiliki pengaruh yang signifikan antara satu dengan lainnya, yaitu dengan tingkat korelasi antara 0,60-0,799 yang memiliki tingkat hubungan signifikan dan 0,801,000 yang berada pada tingkat hubungan yang sangat signifikan. Hal ini dilihat dari koefisien korelasi setiap variabel yang dihitung berdasarkan pengujian validitas yang dikorelasikan melalui interpretasi koefisien korelasi dan dapat disimpulkan bahwa konsep Corporate Social Responsibility yang terdiri dari variabel sosial (x1), variabel ekonomi (x2) dan variabel lingkungan (x3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat. Kekurangan dari jurnal ini adalah dalam tinjauan pustaka konsep CSR hanya di jelaskan secara sekilas saja tanpa penjelasan mendalam. 2 Judul : Model Corporate Social Responsibility dalam Program Pemberdayaan Petani Hortikultura Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi : : : Tanggal Diunduh 2011 Jurnal Elektronik Etty Soesilowati, Dyah Rini Indriyanti, dan Widiyanto : Jurnal Ekonomi Pembangunan : Vol. 12, Nomor 1: hal. 102 - 117 : http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article /view/209/196 : 04 Oktober 2015 5 Ringkasan : Yayasan Obor tani melalui program CSR mencoba menawarkan konsep “one product one village” dengan tujuan memudahkan pengelolaan, penanganan hama tanaman, pemasaran produk dan efisiensi. Secara umum kegiatan CSR ini menggunakan strategi sebagai berikut: pertama, membuat kebun percontohan beberapa tanaman unggulan sekaligus difungsikan sebagai agrowisata dengan nama “Plantera Fruit”; kedua, menentukan prioritas jenis lahan dan komoditas yang cocok daerah sasaran; ketiga, diklat kader tani, dimana memberikan pembekalan ilmu dan profesionalisme petani dengan muatan 80 persen praktek disertai riset; keempat, pendirian sentra pemberdayaan tani di zona Sentra Pemberdayaan Tani (SPT). SPT berfungsi sebagai supplay center; training center (petani berlatih, petani bertanya, petani melihat contoh); research center; kelima, membangun infrastruktur di zona pertanian. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005). Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004 :64-65) yang dikutip Soesilowati, dkk (2011) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia: pertama, keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara; kedua, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan; ketiga, bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi nonpemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya, misalnya PMI, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Dompet Dhuafa, instansi pemerintah (LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos), universitas (UI, ITB, IPB), media massa (Kompas, Kita Peduli Indosiar); keempat, mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu, seperti PT.Inco, PT Freeport, PT HM. Sampurno dan lainlainnya. (Ambadar, J. 2002.) Program pemberdayaan bertujuan meningkatkan kemampuan berusaha, baik dari aspek motivasi, teknologi, manajemen, permodalan maupun pemasarannya agar mampu mandiri serta memiliki posisi penawaran (bergainning position) yang kuat apabila berhadapan dengan aktor-aktor lain. Aksi pemberdayaan diharapkan menciptakan proses berkelanjutan melalui proses sebagai berikut: (1) proses konvergensi, dimana antaranggota kelompok melakukan reposisi dengan penggalangan sumberdaya, dengan demikian sektor kerakyatan dapat melepaskan diri dari posisi marjinalnya sehingga terjadi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi kesenjangan; (2) proses berarti terjadi interaksi diantara komponen sistem yang menghasilkan keluaran yang lebih besar. Proses ini selanjutnya diharapkan menghasilkan kinerja sistem yang lebih baik; (3) proses sibernetik, yang berarti suatu sistem diharapkan dapat mengatur dirinya sendiri yang memungkinkan kelompok masyarakat bertumbuh dengan sendirinya atau swadaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memonitoring, mengevaluasi sejauhmana efektivitas kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam kaitannya program ”Bali Deso Mbangun Deso” melalui pengintegrasian kegiatan corporate social responsibility. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik: wawancara mendalam; observasi; Focus Group Discussion; kuesioner; dan studi dokumentasi. Sementara untuk mengukur tingkat efektivitasnya 6 digunakan kuesioner dengan variabel modal yang diperlukan, biaya yang dikeluarkan dan hasil yang didapat. Pada pendekatan kualitatif, data dianalisis dengan menggunakan model interaktif, sedangkan pada pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan cost & benefit analisis. Analisis Hasil penelitian menunjukan bahwa CSR dilakukan melalui pendampingan konsultan teknis dengan menerapkan konsep ”one product one village”; institusi yang terlibat meliputi BUMN, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Desa, Swasta maupun masyarakat; kendala eksternal yang terjadi bersumber dari perbedaan kultur organisasi pemerintah dan swasta serta keberadaan cuaca ekstrem, sedangkan kendala internal bersumber dari tingkat pengetahuan petani; hasil perhitungan Benefit Cost Ratio, Return On Investment, Payback Ratio menunjukkan bahwa penanaman komoditas holtikultura menguntungkan. Dalam tulisannya, peneliti menjelaskan dengan detail latar belakang serta masalah yang menginisiasi munculnya penelitian tersebut. Peneliti juga melibatkan beberapa institusi dalam memperkaya data yang akan dicari. Metode yang digunakan peneliti yaitu kualitatif dan kuantitatif sesuai rumusan masalah yang sudah di tetapkan. 3. Judul : Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Resposibility/CSR) dalam Social Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawab Barat) Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal Diunduh : : : : : : : 2010 Skripsi Elektronik Uut Septi Astrianti : : : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/6 0149 : 07 Oktober 2015 7 Ringkasan PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen yang terbesar di Indonesia. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan publik Indonesia dengan mayoritas saham sebesar 77,3 persen dimiliki dan diawasi oleh Holderfin BV Ltd, anak perusahaan dari Grup Holcim. Komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan terbukti pada salah satu program CSR yang dilaksanakan pada bidang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yakni Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang berlokasi di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi merupakan lembaga keuangan mikro yang didirikan sejak 9 Juni 2006 melalui kerjasama dari pihak PT Holcim Indonesia Tbk, para tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan masyarakat di Kecamatan Klapanunggal. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Dimana metodenya yakni triangulasi dan survei. Sedangkan strategi kualitatif yang digunakan yakni studi kasus. Proses triangulasi terdiri dari pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumen. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yakni PT Holcim Indonesia Tbk, BMT Swadaya Pribumi, dan Desa Kembang Kuning. Penelitian secara keseluruhan dilakukan sejak awal April 2010 hingga akhir Mei 2010. Subjek tineliti terdiri dari informan dan responden. Dalam hal ini informan adalah pihak perusahaan, pihak BMT, dan nasabah BMT. Teknik yang digunakan adalah teknik “bola salju” (snowball sampling). Sedangkan untuk pemilihan responden digunakan stratified random sampling. Hal ini dilakukan untuk membuat homogen suatu masyarakat yang bersifat heterogen dengan membaginya ke dalam lapisan tertentu tertentu. Sampel yang diambil yakni 45 responden. Pengolahan data kualitatif dengan teknik dan analisis data yang dilakukan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan PT Holcim Indonesia Tbk berbasis pada triple bottom line. Motivasi pelaksanaan BMT Swadaya Pribumi yang merupakan CSR dari PT Holcim Indonesia Tbk bersifat pilantropi hingga corporate citizenship. Cara pandang perusahaan yakni internal driven, dimana hal ini dapat dilihat dari perencanaan hingga kini. Sedangkan stakeholders yang terlibat yakni internal dan eksternal. Mekanisme pelaksanaan yakni partisipatif dimana seluruh lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama. Model penyaluran yakni kombinasi antara bekerja sama dengan institusi lainnya dan bersama membangun lembaga tertentu. Analisis Peneliti menjelaskan metode penelitiannya dengan sangat jelas. Point penting dalam skripsi ini adalah bahwa kebijakan PT Holcim Indonesia Tbk melalui tanggung jawab sosial perusahaannya sudah berbasis pada triple bottom line. 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal : Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat : 2009 : Jurnal : Elektronik : Andi Mapisangka : : : : JESP : Vol. 1, No. 1, 2009 8 Alamat URL/doi Tanggal Diunduh : http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR.pdf : 5 Oktober 2015 Ringkasan PT. Batamindo Investement Cakrawala (PT. BIC) adalah salah satu perusahaan Penanaman Modal Asing berlokasi di Batam yang bergerak di bidang penyediaan dan pelayanan kawasan industri secara internasional. CSR PT. BIC memiliki visi yaitu mampu mewujukan PT. BIC sebagai perusahaan yang beroperasi secara excellent bertumpu kepada harmoni antara kepentingan bisnis, peningkatan kualitas sosial serta kelestarian lingkungan (triple bottom line). Secara garis besar, strategi pelaksanaan CSR PT. BIC mencakup beberapa wilayah yang ada di sekitar perusahaan. Cakupan wilayah ini dibagi ke dalam 3 ring (zona), yakni ring I meliputi daerah-daerah di sekitar perusahaan, ring II merliputi daerah-daerah di luar ring I, dan ring III meliputi daerah-daerah di luar ring I dan ring II. Implementasi program-program CSR PT. BIC dilakukan sedemikian rupa secara sistematis, terstruktur dan periodik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan analitik dengan pendekatan cross sectional. Penggunaan desain ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh di antara berbagai variabel corporate social responsibility goal, corporate social issues, dan corporate relation program terhadap kesejahteraan masyarakat. Penelitin ini merupakan penelitian eksplanatori, yakni jenis penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel. Hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa corporate social responsibility goal, corporate social issu, dan corporate relation program PT.BIC telah mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Diantara variabel-variabel tersebut, variabel corporate relation program memi-liki pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi peningkatan kesejahte-raan hidup masyarakat di lingkungan kawasan industri Batamindo, Batam. Analisis Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah variabel-variabel seperti corporate social responsibility goal, corporate social issue dan corporate relation program secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Peneliti menekankan perlu adanya strategi kebijakan perusahaan yang memperhatikan nilainilai lokal masyarakat dan perlunya keikutsertaan masyarakat 5. Judul : Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal : : : : : : : 2011 Jurnal Elekronik Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian : Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, 9 Volume(edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal Diunduh Komunikasi, dan Ekologi Manusia : ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 01 hlm 51-70 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/art icle/view/5832/4497 : 24 Oktober 2015 Ringkasan Penelitian ini dilakukan di Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, sebagai salah satu penerima dan partisipan dalam Program Corporate Social Responsibility atau dalam hal ini disebut sebagai program Community Engagement dari perusahaan Geothermal. Program Community Based Micro Finance melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini. Dalam jurnal ini difokuskan untuk melihat sejauhmana partisipasi anggota kelompok simpan pinjam, berikut stakeholder terkait lain dalam penyelenggaraan program, dan hubungannya dengan dampak sosial ekonomi yang diperoleh oleh anggota tersebut. Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Untuk penelitian kuantitatif digunakan metode survei. Metode survei ini digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok LKMS Kartini dengan aspek dampak sosial masyarakat pemanfaat program CSR atau dalam hal ini anggota LKMS Kartini dan juga melihat hubungan antara aspek tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dengan dampak ekonomi setelah implementasi program CSR. Metode studi kasus pada penelitian kualitatif adalah bersifat explanatory research untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan program CSR oleh Perusahaan Geothermal dalam setiap tahapan, baik perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan melibatkan berbagai stakeholder terkait dan juga menggali infomasi dampak penyelenggaraan program CSR tersebut terhadap kondisi sosial ekonomi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini. Pada praktek penyelenggaraan program, terdapat berbagai jenjang partisipasi dari anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini, dimana seluruh jenjang ini ditentukan oleh seberapa jauh masyarakat berpartisipasi/terlibat pada seluruh tahapan proses penyelenggaraan. Pengukuran tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, maupun tahap pelaporan. Community Development (Pengembangan Masyarakat) seperti yang dikutip Nasdian (2011) sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana aktualisasi CSR yang paling baik jika dibandingkan dengan implementasi yang hanya berupa charity, philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain, karena dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan perasaan solidaritas. Perusahaan Geothermal dan Mitra Perusahaan (PNM), kedua stakeholder tersebut terlibat pada setiap tahapan penyelenggaraan program. Dalam hal ini, perusahaan geothermal adalah pihak yang pertama kali memfasilitasi ide dari masyarakat yang saat ini menjadi pengurus koperasi untuk membentuk sebuah lembaga keuangan mikro 10 sebagai pendukung dari keberadaan usaha-usaha kecil menengah di tingkat masyarakat lokal, sedangkan mitra perusahaan dalam hal ini berpartisipasi sebagai fasilitator yang mendampingi koperasi pada setiap tahapan penyelenggaraan program. Sedangkan anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan Dinas Koperasi merupakan dua pihak stakeholder yang memiliki tipe partisipasi dalam hubungan kekuasaan yang bersifat tokenism. Stakeholder yang terakhir adalah pemerintah Desa Cihamerang dan pemerintah Kecamatan Kabandungan. Pemerintah lokal dalam hal ini hanya terlibat pada evaluasi, itu pun dengan derajat keterlibatan yang sangat rendah. Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang ada, masyarakat dengan kategori sosial farm/buruh memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara kategori sosial yang lain. Keikutsertaan anggota kelompok simpan pinjam kategori sosial tersebut, sejalan dengan kondisi taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam karena tidak ada nilai peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam. Meskipun demikian, tingkat partisipasi pada kategori sosial tersebut memiliki hubungan terhadap tingkat pendapatan, tingkat tabungan, dan kekuatan modal sosial. Analisis Dalam tulisannya, peneliti menjelaskan dengan detail latar belakang serta masalah yang menginisiasi munculnya penelitian tersebut. Dalam jurnal ini juga peneliti menghubungkan konsep partisipasi dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat. Metode triangulasi merupakan metode yang dipilih peneliti untuk pengumpulan data kualitatif agar diperoleh kombinasi yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan berperanserta dan penelusuran dokumen. 6 Judul : Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal : : : : : : : Alamat URL/doi : http://nirmana.petra.ac.id/index.php/dkv/article/ viewFile/17049/17013 : 02 November 2015 Tanggal Diunduh 2006 Elektronik Jurnal Bing Bedjo Tanudjaja : Nirmana : Vol.8, no. 2, juli 2006: 92-98 Ringkasan : CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet (3P). Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. People. Perusahaan harus 11 memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Menurut Saidi (2004) ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: (1) Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. (2) Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. (3) Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. (4) Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pada jurnal ini penulis menitikberatkan bahwa jika suatu program ingin berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal, melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial. Salah satu lambannya pelaksanaan CSR di Indonesia adalah tidak adanya instrumen hukum yang komprehensif yang mengatur CSR. Instrumen hukum sangat diperlukan sekali untuk mendorong pelaksanaan CSR di Indonesia. Pada saat ini, memang sudah tedapat peraturan yang terkait dengan CSR seperti Undang-Undang (UU) Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun UU tersebut belum mampu mendorong pelaksanaan CSR di lapangan. Apalagi dalam UU tersebut hal yang diatur masih terbatas. Analisis Jurnal ini merupakan jurnal deskriptif. Penulis hanya memaparkan konsep-konsep dan model/tahapan perkembangan CSR di Indonesia. Tidak mengukur atar variabel. 7 Judul : Hubungan Tingkat Pengembangan Penerapan Masyarakat Prinsip dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal Diunduh : : : : : : : 2014 Elektronik Jurnal Mutmainna dan Titik Sumarti : Sodality : Jurnal Sosiologi Pedesaan : ISSN : 2302 - 7517, Vol. 02, No. 03 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/artic le/view/9424/7387 : 12 Oktober 2015 12 Ringkasan PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1) (PT Pertamina 2011). Salah satu program yang telah dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina Dalam konsep pengembangan masyarakat. Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013), indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka. Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Pertamina RU VI Balongan khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Wilayah ini termasuk dalam wilayah Ring 1 operasi tambang minyak PT Pertamina RU VI Balongan. Program pemberdayaan ekonomi lokal yang dilakukan CSR PT Pertamina dibagi kembali menjadi beberapa jenis kegiatan di antaranya: program bantuan bidang perikanan tangkap, program budidaya lele, dan program peternakan. Hasil penelitian menunjukan tingkat keberhasilan program CSR masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat partisipasi peserta dalam kelompok usaha bersama (KUB). Begitu pula dengan tingkat pendapatan peserta program yang masih tergolong rendah. Namun, tingkat keragaman nafkah peserta yang mengikuti program secara keseluruhan dinilai tinggi. Analisis Peneliti menggunakan variabel tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan melihat tiga indikator, yaitu tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan peserta, tingkat pendampingan program dan tingkat partisipasi peserta dalam program pemberdayaan ekonomi lokal. Sedangkan Tingkat keragaman nafkah dilihat dari seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya. Pengkategorian keragaman nafkah berdasarkan jumlah sumber nafkah manakah yang selama ini dilakukan oleh peserta program. Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013), peneliti menggunakan indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka. 8 Judul : CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Lokal Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor : : : : : 2008 Elektronik Jurnal Armel Yentifa 13 Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi : : Tanggal Diunduh : 1 Desember 2015 : Jurnal Akuntansi dan Manajemen : Vol 3 No.1 Juni 2008 ISSN 1858-3687 hal 41-46 : http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article /view/511/488 Ringkasan Konsep CSR menjadi "booming" setelah adanya isu mengenai sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang digulirkan tahun 1992. Program CSR yang berpotensi sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi lokal harusnya merupakan program yang menjalankan konsep dan teknik Implementasi yang berorientasi pada penguatan daya saing ekonomi masyarakat. Ada banyak usaha kecil dan menengah yang akan terbantu dengan program CSR. Untuk kasus Sumatera Barat saja, sedikitnya terdapat 41.237 usaha kecil dengan serapan tenaga kerja 140.498 orang dan usaha menengah sekitar 235 unit dengan 26.393 orang tenaga kerja. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, tidak cukup hanya dengan pemberian modal bergulir, tetapi juga harus ada penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat, penguatan sumberdaya manusianya, penyediaan prasarananya, dan penguatan posisi tawarnya. Implementasi program CSR sebagai Instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal lni dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain: 1. Bantuan Modal Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah permodalan. Dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini yang perlu dicermati adalah: a. Bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat; b. Bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; c. Bagaimana skema penggunaan atau kebljakan pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten atau ekonomi kere. Tiga hal Ini penting untuk dipecahkan bersama. Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. 2. Bantuan Pembangunan Prasarana Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dart lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhlrnya akan meningkatkan penerimaan petanl dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana pendukung sangat strategis. 3. Bantuan Pendampingan Pendampingan masyarakat ekonomi lemah memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksl dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar. 4. Penguatan Kelembagaan 14 Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah hendaklah dilakukan dengan pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan orang miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersamasama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. 5. Penguatan Kemitraan Usaha Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi, tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Karena pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to everybody. Analisis Jurnal ini merupakan jurnal deskriptif. Penulis hanya memaparkan konsep-konsep CSR, CSR sebagai instrumen pemberdayaan lokal, dan contoh-contohnya. Penulis tidak menghubungkan antar variabel satu dengan yang lainnya. 9. Judul : Efektivitas Pengentasan Program CSR/CD Kemiskinan; Studi dalam Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi : : : : : : : 2012 Elektronik Jurnal Dody Prayogo dan Yusuf Hilarius Tanggal Diunduh : 10 Desember 2015 : Jurnal Sosiologi Masyarakat : Vol. 17 No 1 Januari 2012 1-22 : http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_ 1_januari_2012.pdf Ringkasan Dalam “Handbook on Poverty and Inequality” (Haughton and Khandker 2009) dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat dalam tiga cara pandang. Pertama, cara paling konvensional dalam mengukur kemiskinan dengan membandingkan tingkat pemasukan dan konsumsi setiap individu. Kedua, cara paling tradisional dalam mengukur kemiskinan adalah dengan membaginya ke dalam setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan berkaitan dengan berapa banyak orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau kemiskinan dalam pendidikan dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata lulusan pendidikan formal. Ketiga, menurut Amartya Sen (1981), kemiskinan didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun kelompok untuk berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau pendidikan, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk berpendapat. Dapat 15 ditarik simpulan bahwa definisi kemiskinan secara lebih operasional sangat menitikberatkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dan kekurangan akses pelayanan sosial pada aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, serta secara sosial kegiatan bermasyarakat. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Variabel proses yang digunakan dalam studi ini adalah: efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya; relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal; sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen; impact dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan; empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi/manajemen; participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan. Keberhasilan suatu program yakni turut berpartisipasi diberbagai wilayah kerja Ring 1, Ring 2, dan Ring 3. Gambar 1. Cakupan Geografis Program CSR/CD Korporasi dalam Pengentasan Kemiskinan Ring 1 didefinisikkan sebagai komunitas lokal dalam wilayah desa terdekat, dan dipertimbangkan sebagai primary stakeholder korporasi. Selain itu komunitas dalam Ring 1 adalah masyarakat yang kepentingannya paling terganggu dengan kehadiran dan kegiatan korporasi serta bersinggungan langsung dengan kegiatan korporasi. Sedangkan Ring 2 adalah masyarakat lokal yang tidak secara langsung bersinggungan dengan kegiatan perusahaan, namun terkena dampak dari kehadiran dan kegiatan korporasi baik secara fisik maupun sosial. Umumnya masyarakat lokal mendefinisikan Ring 2 ini sebagai komunitas di desa lain yang berada pada kecamatan yang sama dengan Ring 1. Pada Ring 3, kehadiran dan kegiatan korporasi sebetulnya sudah tidak lagi bersinggungan secacra langsung dengan komunitas di wilayah ini, namun agar tercipta “keadilan’ dan “pemerataan” korporasi dan masyarakat secara bersama merasa perlu turut memasukan wilayah ini dalam kegiatan CSR/CD dalam intensitas yang minimal. Ring 3 ini dapat diartikan sebagai masyarakat yang tinggal pada kecamatan lainnya di sekitar kecamatan 16 perusahaan berada, dan karenanya program CSR/CD yang diterima adalah terkecil volumenya. Hasil penelitian ini peneliti menemukan peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar dapat dikategorikan pada kategori baik, berdasarkan penilaian pemanfaat dan pembobotan penulis (sesuai hasil observasi dan wawancara). Walaupun menjadi catatan bahwa skor tersebut merupakan batas bawah dari kategori baik. Kategori “baik” utamanya berlaku untuk variabel kesesuaian dan kebermanfaatan, namun untuk variabel keberlanjutan (sustainability) dan dampak (impact) masih tergolong “cukup”, sedangkan kategori “kurang” pada variabel partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Sementara itu, program ekonomi dan infrastruktur untuk semua variabel terlihat lebih dominan dibandingkan program lainnya seperti pendidikan dan kesehatan. Analisis Peneliti menekankan pada penggunaan indikator dalam mengukur peran korporasi untuk pengentasan kemiskinan harus dikembangkan dalam batasan skala program, menggunakan indikator mikro melalui variabel yang relevan dan fokus kepada kelompok yang lebih terbatas yakni kelompok penerima program. Beberapa variabel yang dianggap relevan untuk melihat hubungan tersebut, antara lain variabel kesesuaian, kebermanfaatan, kesinambungan, dan dampak. Selain itu, variabel pengembangan masyarakat seperti partisipasi dan pemberdayaan (pengembangan kapasitas) juga dimasukan untuk melihat peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan. Dua variabel terakhir secara sosiologis dianggap relevan untuk melihat kontribusi CSR pada stakeholder masyarakat sekitar. 10. Judul : Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) Berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM) Di Kabupaten Malang (Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang) Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : 2013 Jurnal Elektronik Evi Silvia Melina, Ratih Nur Pratiwi, Minto Hadi Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi : : : Tanggal Diunduh : 13 Desember 2015 : Jurnal Administrasi Publik (JAP) : Vol. 1, No. 5, Hal. 872 - 880 : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.i d/index.php/jap/article/view/155/138 17 Ringkasan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan dikembangkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/193/KPTS/013/2010 Tentang Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Hibah Program/Kegiatan Pada Badan Pember-dayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2010 dan Keputusan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur Nomor 77 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Publik Bidang Pengembangan Perekono-mian Masyarakat Badan Pemberdayaan Masya-rakat Provinsi Jawa Timur. Berbagai Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang telah diimplementasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang. Program tersebut meliputi Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif-Simpan Pinjam (UEP-SP), Kegiatan Usaha Bersama Pokmas (Kelompok Masyarakat), Kegiatan Sarpras (Sarana dan Prasarana), dan Kegiatan Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia). Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Huraerah (2008, h.175) seperti yang dikutip Melina, dkk (2013) mengungkapkan beberapa strategi yang harus dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, diantaranya sebagai berikut: 1. Karena kemiskinan bersifat multi-dimensional, program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memperioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi kemiskinan non-ekonomik. Oleh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba-gainya. Apabila budaya ini tidak dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatanhambatan yang sifatnya struktural dan politis. 2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja (networking) serta informasi pasar. 3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, bahkan pada proses pengambilan keputusan. Strategi Pemberdayaan yakni memberdayakan masyarakat itu sendiri. Analisis Pada jurnal ini memang tidak menjelaskan mengenai konsep CSR, yang menjadi fokus penulis dalam melihat jurnal ini adalah bagaimana melihat faktor pendukung dan penghambat pada program pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan. Hasil dari penelitian pada jurnal ini adalah Faktor pendukung internal dalam melaksanakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Desa Pandansari meliputi Pengurus UPKu memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria program dan RTM memiliki kepercayaan terhadap pengurus UPKu. Sedangkan faktor pendukung eksternal meliputi adanya dukungan Perangkat Desa Pandansari dan Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan program serta dukungan pengawasan program dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang, Tenaga Fasilitator Kecamatan 18 (TFK) Poncokusumo dan pendamping program. Selain itu terdapat faktor penghambat internalnya yang meliputi tidak tersedianya sarana dan prasarana serta Kas UPKu jumlahnya terbatas. Sedangkan faktor penghambat eksternal meliputi tidak ada dukungan dana dari Desa Pandansari dan tidak ada sanksi terhadap RTM yang memiliki tanggungan pinjaman modal dari UPKu. 11. Judul : Fungsi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ekonomi Merbuh dalam Masyarakat Kehidupan Desa Sosial Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume(edisi):hal Alamat URL/doi Tanggal Diunduh : : : : 2013 Jurnal Elektronik Rini Listiani, Moh Solehatul Mustofa, Carolina Santi Muji Utami : 2013 : : : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture : Vol. 2, No. 2 : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidar ity/article/view/2156/1972 : 13 Desember 2015 Ringkasan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN) kebun Merbuh sebagai suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar usaha perusahaan berdomisili melalui pendekatan community development dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Community development menurut Christenson dan Robinson (dalam Soetomo, 2010) seperti yang dikutip Listiani (2013) yaitu sebagai suatu proses di mana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka. Program kemitraan (PK) dari PTPN IX Kebun Merbuh yaitu berupa pinjaman modal bergulir yang diberikan pada masyarakat yang ingin membuka usaha dan mengembangkan usaha yang sudah dimiliki dengan beban jasa administrasi sebesar 6% pertahun atau sekitar 0,5% per bulan. Pinjaman modal bergulir dari PTPN IX hanya diberikan pada masyarakat yang ingin membuka atau mengembangkan usaha yang dimiliki pada bidang-bidang sebagai berikut : bidang pertanian, perdagangan, peternakan dan perikanan, diluar empat bidang tersebut tidak diperbolehkan meminjam modal. 19 Program bina lingkungan (BL) yaitu berupa bantuan yang diberikan secara cumacuma dari PTPN IX Kebun Merbuh kepada masyarakat. Bantuan yang diberikan bermacam-macam, contohnya adalah pembangunan sarana umum (sekolah, Masjid, Gereja, perbaikan jalan dan lain-lain), penghijauan, peminjaman lahan (lahan tumpangsari dan lahan untuk lapangan olah raga). Dari beberapa program yang diberikan di atas, program peminjaman lahan tumpang sari yang banyak di manfaatkan oleh masyarakat Desa Merbuh. Hal ini dikarenakan lahan yang dijadikan lapangan pekerjaan masyarakat sangat sedikit, karena sebagian besar lahan yang ada di Desa Merbuh merupakan perkebunan dan hutan negara. Dengan adanya peminjaman lahan tumpangsari masyarakat dapat meningkatkan produktifitas pertanian. Fungsi PKBL PTPN IX Kebun Merbuh dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Merbuh diantaranya ada fungsi di bidang sosial, diantaranya hubungan sosial atau interaksi dalam masyarakat menjadi sangat baik, bidang pendidikan sebelum adanya PKBL rata-rata pendidikan yang ditempuh hanya sampai SD atau SMP, sekarang kebanyakan sudah menempuh pendidikan sampai tingkat SMA, bidang kesehatan membaik, dan membaiknya sarana umum. Untuk bidang ekonomi daintaranya meningkatnya pendapatan, dan bertambahnya lapangan pekerjaan. Analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Merbuh Kecamatan Singororjo Kabupaten Kendal, yang difokuskan pada masalah mengenai peranan program kemitraan dan bina lingkungan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Merbuh. Dari hasil penelitian bahwa PKBL dari PTPN IX Kebun Merbuh yang diberikan kepada masyarakat, melalui pendekatan community development sudah berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan mendapatkan respon baik dari masyarakat 20 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Corporate Social Responsibility (CSR) Sukada et.al (2007) dalam bukunya CSR for Better Life mengembangkan definisi CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Sebenarnya definisi CSR sangat beragam bergantung pada visi dan misi korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas. Sedangkan Corporate Social Responsibility menurut Wahyudi (2008, h.36) yang dikutip Wahyuningrum, dkk (2014) memberikan definisi CSR adalah sebagai komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku. Program CSR memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Continuity and Sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasar trend ataupun insidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long ter perpective bukan instant, happenning, ataupun booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis, dan dapat dievaluasi. b. Community empowerment atau pemberdayaan komunitas Membedakan CSR dengan kegiatan yang bersifat charity ataupun philantrophy semata. Tindakan-tindakan kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program CSR adalah adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir. c. Two ways Artinya program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini dapat dilakukan dengan need assesment, yaitu sebuah survei untuk mengetahui need, desire, interest, dan wants dari komunitas. Model-model CSR Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004 :64-65) seperti yang dikutip Tanudjaja (2006) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. 21 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar) 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pada tahap awal, CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan dan manajer. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemegang saham melalui berbagai upaya untuk menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan memaksimalisasi laba. Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan CSRnya kepada para pekerja. Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya memerhatikan maksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yag besar kepada sumber daya manusia. Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat yang terkena dampak langsung oleh operasional perusahaan di aerah tempat mereka tinggal. Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat melainkan mencakup masyarakat luas. Tabel 1. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Karakteristik TahapTahap Kedermawanan Sosial Paradigma Motivasi Misi Charity Agama, tradisi, adaptasi Pengorganisasian Mengatasi masalah setempat Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Kepanitiaan Penerima Manfaat Orang miskin Kontribusi Hibah sosial Inspirasi Kewajiban Pengelolaan Philanthropy Norma, etika, dan hukum universal Mencari dan mengatasi akar masalah Terencana, teorganisir, dan terprogram Yayasan/ dana abadi/ profesionalitas Masyarakat luas Hibah pembangunan Corporate Citizenship Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Memberikan kontribusi kepada masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain Masyarakat luas dan perusahaan Hibah (pembangunan serta keterlibatan sosial) Kepentingan Bersama Sumber: Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008) 22 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat Pengembangan Masyarakat (Community development) menurut Christenson dan Robinson (dalam Soetomo, 2010) seperti yang dikutp Listiani (2013) yaitu sebagai suatu proses di mana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka. Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program CSR dapat dinilai dari sejauh mana program tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Menurut Ife (1995) sebagaimana dikutip Mutmainna dan Sumarti (2014) menjelaskan bahwa terdapat dua puluh dua prinsip pengembangan masyarakat. Dari keseluruhan prinsip tersebut, terdapat tiga indikator penting yang harus diterapkan bila diharapkan tercapainya keberhasilan suatu program yaitu kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, pendampingan, dan partisipasi Partisipasi Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Arnstein (1969) yang dikutp Nasdian (2014) menggambarkan delapan tingkatan yang setiap tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam menentukan produk akhir pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah manipulation (manipulasi), therapy (terapi), information (informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership (kemitraan), delegated power (pelimpahan kekuasaan) dan citizen control (kontrol masyarakat). Cohen dan Uphoff (1979) dalam Nasdian (2014) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. 4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. 23 CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal tidak dapat diartikan sempit hanya sebatas bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar untuk menjadi pengusaha kecil. CSR ini juga bahkan tidak diartikan lebih terbatas yaitu bagaimana perusahaan membantu UKM (usaha kecil menengah). Pemberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidaktidaknya memberikan pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut. Pemacu tersebut dapat mejadi multiplier effect yang akan melipatgandakan dampak berupa nilai tambah bagi masyarakat (Radyati 2008). Ada banyak literatur maupun studi kasus yang mengangkat pengalamanpengalaman perusahaan dalam melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat lokal. Salah satu literatur menjelaskan bahwa terdapat enam kegiatan bisnis yang terutama dapat menciptakan dampak ekonomi yang paling besar, yakni AccountAbility et al., (2003) dalam Radyati (2008): 1. Facilities siting and management Lokasi dimana perusahaan menempatkan fasilitas dan pabrik yang dimiliki dapat memberikan dampak ekonomi secara signifikan. Sumbangan terhadap pengembangan ekonomi adalah melalui penciptaan pendapatan dengan tersedianya lapangan pekerjaan, dan retribusi. Selain itu keberadaan pabrik atau tempat beroperasinya perusahaan dapat menimbulkan peluang bagi terciptanya usaha-usaha sampingan seperti warung, tempat penginapan, dan usaha untuk menjadi pemasok bahan baku bagi perusahaan. Selain itu dengan adanya perusahaan, dapat menarik investor lain untuk membuka investasi di lokasi yang sama. 2. Employment Pembukaan lapangan pekerjaan berupa kontrak bagi karyawan tetap merupakan dampak langsung yang dapat diciptakan perusahaan. Sedangkan dampak tidak langsung yang dapat diciptakan adalah melalui kontrak beli bahan baku kepada pemasok lokal, kontrak kerja sementara bagi karyawan, dan kontrak outsourcing. 3. Product and Service development, use, and delivery Melalui kebijakan penetapan harga (pricing) dan penjualan (marketing), perusahaan dapat mengeola permintaan atas produk dan jasa yang dijual. 4. Sourcing and Procurement Kegiatan perolehan dan pembelian sumberdaya melalui pemasok dapat memberikan manfaat ekonomi seara tidak langsung kepada masyarakat 5. Financial Investment and Fiscal Contribution Investasi keuangan dapat dalam beberapa bentuk, misalnya: modal yang ditanamkan untuk pengembangan komunitas dan organisasi venture capital, atau untuk membant pembentukan koperasi. 6. Philantrhopy and Community Investmen Meski CSR tidak boleh terhenti sebatas kegiatan filantrofi, akan tetapi filantropi juga dapat digolongan sebagai kegiatan perusahaan yang menimbulkan dampak ekonomi. Bentuk-bentuk filantropi misalnya: corporate giving, volunteerism, atau inisiatif community-involvment yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. 24 Kemiskinan Kunci utama dalam menghapuskan kemiskinan yang ekstrem menurut Jeffrey D. Sachs yang di kutip Radyati (2008) adalah bagaimana memampukan mereka yang paling miskin dari miskin (the poor-est of the poor) untuk terlibat dalam proses pembangunan. Dalam “Handbook on Poverty and Inequality” (Haughton and Khandker 2009) yang dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012) dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat dalam tiga cara pandang. Pertama, cara paling konvensional dalam mengukur kemiskinan dengan membandingkan tingkat pemasukan dan konsumsi setiap individu. Kedua, cara paling tradisional dalam mengukur kemiskinan adalah dengan membaginya ke dalam setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan berkaitan dengan berapa banyak orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau kemiskinan dalam pendidikan dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata lulusan pendidikan formal. Ketiga, menurut Amartya Sen (1981) dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012), kemiskinan didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun kelompok untuk berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau pendidikan, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk berpendapat. Lebih jauh Sen mendefinisikan individu yang dianggap miskin sebagai individu yang standar konsumsinya berada di bawah orang kebanyakan ataupun individu yang pendapatannya berada di bawah garis rata-rata. Dari sana, Sen kemudian memberikan dua pendekatan dalam memahami kemiskinan. Pertama, pendekatan biologis yaitu yang memahami bahwa keluarga berada pada ”primary poverty” jika total pendapatannya tidak memenuhi untuk mendapatkan kebutuhan minimum dari pemeliharaan kondisi fisik. Dalam pendekatan ini digunakan beberapa variasi yang mempunyai hubungan kuat dengan kondisi fisik, kebiasaan dalam bekerja, kebutuhan nutrisi, kebutuhan makanan dan non-makanan. Pendekatan kedua adalah pendekatan ketidakseimbangan yang memahami kemiskinan sebagai ketidakseimbangan antara kelompok paling miskin dengan keseluruhan komunitas dalam setiap dimensi stratifikasi. Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Huraerah (2008, h.175) seperti yang dikutip Melina, dkk (2013) mengungkapkan beberapa strategi yang harus dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, diantaranya sebagai berikut: 1. Karena kemiskinan bersifat multi-dimensional, program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memperioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi kemiskinan non-ekonomik. Oleh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba-gainya. Apabila budaya ini tidak dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatanhambatan yang sifatnya struktural dan politis. 4. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja (networking) serta informasi pasar. 5. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, 25 bahkan pada proses pengambilan keputusan. memberdayakan masyarakat itu sendiri. Strategi Pemberdayaan yakni SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya atas keuntungan finansial yang telah diperolehnya. Pelaksanaan CSR bersifat wajib untuk perusahaan karena sudah diatur dalam Undangundang. Masing-masing perusahaan memiliki cara tersendiri dalam memberikan program kepada masyarakat sekitar berdasarkan fokus dan tujuan yang hendak dicapai. Konsep CSR pada dasarnya merupakan bagian dari bentuk komitmen perusahaan terhadap perbaikan kualitas hidup lingkungannya baik internal maupun eksternal. Model pelaksanaan CSR cenderung diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan yang menyentuh aspek-aspek sosial, pendidikan, pelatihan keterampilan dan aspek ekonomi. Keberhasilan perusahaan tidak terlepas dari peran stakeholder, baik internal stakeholder maupun eksternal stakeholder. Peningkatan ekonomi masyarakat lokal yang berada di sekitar area perusahaan sebagai eksternal stakeholder seharusnya menjadi konsentrasi perusahaan dalam turut berpartisipasi mengurangi kemiskinan. Pengentasan kemiskinan adalah salah satu tujuan yang tercantum dalam MDGs (Millenium Development Goals), yakni penghapusan kemiskinan. Semenjak adanya MDGs sektor swasta yakni perusahaan seharusnya mengarahkan strategi CSR perusahaannya untuk membantu mengurangi kemiskinan. Pada tahap awal, CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan dan manajer. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemegang saham melalui berbagai upaya untuk menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan memaksimalisasi laba. Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan CSRnya kepada para pekerja. Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya memerhatikan maksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yag besar kepada sumber daya manusia. Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat yang terkena dampak langsung oleh operasional perusahaan di aerah tempat mereka tinggal. Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat melainkan mencakup masyarakat luas. Tabel 1. Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial Karakteristik TahapTahap Kedermawanan Sosial Paradigma Motivasi Misi Charity Agama, tradisi, adaptasi Mengatasi masalah Philanthropy Corporate Citizenship Norma, etika, dan hukum universal Mencari dan mengatasi akar Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Memberikan kontribusi kepada 26 Pengorganisasian setempat Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Kepanitiaan Penerima Manfaat Orang miskin Kontribusi Hibah sosial Inspirasi Kewajiban Pengelolaan masalah Terencana, teorganisir, dan terprogram Yayasan/ dana abadi/ profesionalitas Masyarakat luas Hibah pembangunan masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain Masyarakat luas dan perusahaan Hibah (pembangunan serta keterlibatan sosial) Kepentingan Bersama Sumber: Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008) Program CSR untuk pemberdayaan ekonomi lokal merupakan bagian dari proses pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan tujuan akhir keberlanjutan (sustainability) yang menyangkut pembangunan jangka panjang. Untuk menunjang keberlanjutan program, maka diperlukannya prinsip pengembangan masyarakat agar program yang diberikan mendapat respon yang baik dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Diawali dengan melibatkan masyarakat mulai dari perncanaan program hingga evaluasi. Disamping itu juga perlu pendampingan yang intensif terkait program yang dilakukan. Community Development atau pengembangan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisah dari kesadaran dan tanggung jawab sosial dan bukan menjadi beban untuk perusahaan dalam melakukan kegiatannya. CSR dalam konteks pemberdayaan lokal tidak dapat diartikan sempit hanya sebatas bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar untuk menjadi pengusaha kecil. Permberdayaan ekonomi lokal berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidaknya memberikan dorongan atau pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut. Pengembangan ekonomi melibatkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan menemukan cara sendiri untuk mengatasi persoalan ekonomi mereka dengan demikian dapat membangun masyarakat tersebut untuk jangka panjang sehingga mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan itu artinya dapat mengurangi kemiskinan. 27 Pertanyaan Penelitian Skripsi Ringkasan penelitian, rangkuman dan pembahasan, serta kesimpulan yang telah dibuat memunculkan pertanyaan analisis baru terkait pola-pola kegiatan CSR dalam pengentasan kemiskinan. Pertanyaan analisis baru muncul sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Pertanyaan tersebut diantaranya: 1. Bagaimanakah kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat pada program CSR terhadap pengentasan kemiskinan? 2. Bagaimanakah pendampingan program CSR terhadap pengentasan kemiskinan? 3. Sejauhmana tingkat partisipasi peserta program dalam pemberdayaan ekonomi lokal sebagai upaya pengentasan kemiskinan? Usulan Kerangka Analisis Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013) dalam Mutmainna dan Sumarti (2014), indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka. Tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat yang dilihat dari tiga indikator, yaitu tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan peserta, tingkat pendampingan program dan tingkat partisipasi peserta dalam program pemberdayaan ekonomi lokal. Kesesuaian program dengan kebutuhan peserta dilihat dari seberapa sesuai program CSR dengen kebutuhan peserta program, Pendampingan program mencakup upaya yang dilakukan oleh pihak pendamping teknis di lapangan untuk mendampingi, menfasilitasi, dan mendorong terjadinya proses saling belajar antara masyarakat yang menjadi peserta program. Dan tingkat partisipasi peserta program terdapat delapan tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu manipulation, therapy, informing, concultation, placation, partnership, delegated power dan citizen control yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga besar derajat partisipasi yaitu non-partisipasi, tokenisme, dan citizen power (Arnstein 1969) seperti yang dikutip Mutmainna (2014). Tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan dapat berbedabeda bergantung pada jenis program yang dilaksanakan. Seperti yang dikutip Prayogo dan Hillarius ( 2012) bahwa pengukuran keberhasilan pengentasan kemiskinan tidak dapat merujuk ke indikator makro (masyarakat secara keseluruhan) tapi merujuk pada indikator mikro (masyarakat penerima) karena peran korporasi terbatas hanya kepada kelompok tertentu (beneficiaries) dalam komunitas, misalnya komunitas penerima program yang secara geografis terdekat dengan keberadaan korporasi, dan kelompok yang paling rentan terhadap kondisi kemiskinan. Beberapa variabel yang dianggap relevan untuk melihat hubungan tersebut, antara lain variabel kesesuaian, kebermanfaatan, kesinambungan, dan dampak. Selain itu, variabel pengembangan masyarakat seperti partisipasi dan pemberdayaan (pengembangan kapasitas) juga dimasukan untuk melihat peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan. 28 Gambar 2. Usulan Kerangka Analisis Baru Tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat: 1. Kesesuaian program dengan kebutuhan peserta 2. Pendampingan program 3. Tingkat partisipasi peserta dalam program pemberdayaaan ekonomi lokal Kesesuaian program dengan kebutuhan Keterangan : peserta. 2. Pendampingan program Mempengaruhi 3. Tingkat Partisipasi peserta dalam program pemberdayaan ekonomi lokal Pengentasan Kemiskinan 1. 2. 3. 4. 5. Manfaat Kesesuaian Keberlanjutan Dampak Pemberdayaanbutuhan peserta. 2. Pendampingan program 3. Tingkat Partisipasi peserta dalam program pemberdayaan ekonomi lokal 29 DAFTAR PUSTAKA Ambadar J. CSR Dalam Praktik di Indonesia. Jakarta [ID]: PT Elex Media Komputindo Astrianti. 2010. Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility/CSR) dalam Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawab Barat). Skripsi [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 7]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60149 Listiani R, Mustofa, dan Utami. 2013. Fungsi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Merbuh dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Solidarity: Journal of Education, Society and Culture [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 13]; 2 (2) . Tersedia pada: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity/article/view/2156/1972 Mapisangka. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jurnal JESP. [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 5]; 1 (1). Tersedia pada: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR.pdf Mutmainna dan Sumarti. 2014. Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina. Sodality : Jurnal Sosiologi Pedesaan. [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 12]; 2 (3). Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/9424/7387 Prayogo. 2011. Evaluasi program corporate social responsibility dan Community development pada industri tambang dan migas. Makara, Sosial Humaniora. [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 13]; 15 (1) : 43 - 58. Tersedia pada: http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/download/893/44 Prayogo dan Hilarius. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan; Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi Masyarakat [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 10]; 17 (1). Tersedia pada: http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf Radyati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta [ID]: Indonesia Business Links Rosyida dan Nasdian. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 24]; 5 (1) : 51 – 70. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5832/4497 Soesilowati E, Indriyanti DR, Widiyanto. 2011. Model Corporate Social Responsibility dalam Program Pemberdayaan Petani Hortikultura. Jurnal Ekonomi Pembangunan [Internet]. [diunduh pada 2015 Oktober 4]; 12 (1) : 102 - 117. Tersedia pada: http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/209/196 30 Sukada, et.al. 2007. CSR for Better Life : Indonesian Context membumikan bisnis berkelanjutan : memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta [ID] : Indonesia Business Links. Tanudjaja. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Jurnal Nirmana. [Internet]. [diunduh pada 2015 November 2]; 8 (2) : 92 - 98. Tersedia pada: http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/209/196 Wahyuningrom Y, Noor I, Wachid A. 2014. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [diunduh pada 2015 September 29]; 1 (5) : 109 – 115. Tersedia pada: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/340s Yentifa, Armel. 2008. CSR Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 1]; 2 (3) : 41 46. Tersedia pada: http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article/view/511/488 31 LAMPIRAN Riwayat Hidup Elsa Destriapani lahir di Cibeber, Kabupaten Lebak Provinsi Banten pada tanggal 22 Desember 1993. Penulis lahir dari pasangan Marjaya dan Maryati. Pendidikan formal yang pernah dijalani yaitu SDN 2 Cikotok, Lebak, Banten pada tahun 2000-2006. Kemudian pada tahun 2006-2009, penulis bersekolah di SMPN 1 Cibeber, Banten dan tahun 2009-2012 di SMAN 1 Cibeber, Banten. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekologi Manusia dengan Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) PT Antam. Organisasi pertama yang penulis ikuti adalah Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Alhurriyyah dari kepengurusan tahun 2012-2014 di departemen Media Cetak. Saat ini Selain di LDK, penulis juga aktif di Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forsia Fema sebagai anggota divisi ukhuwah. Penulis pernah berkesempatan menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tahun ajaran 2014/2015 dan 2015/2016. Tidak hanya organisasi, penulis aktif di berbagai kepanitiaan. Setiap tahunnya penulis mengikuti satu atau dua kepanitiaan, diantaranya: Beauty in Action (2013), IPB Islamic Festival (2013 dan 2014), dan Forsia Islamic Festival (2014). Adapun kegiatan volunteer yang penulis ikuti adalah Komunitas Mahasiswa Cinta Palestina (Komala IPB).