1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat
waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan
teknologi mempunyai dampak negatif, yang membuat manusia jarang beraktivitas
fisik, gaya hidup yang berubah dan kelebihan asupan nutrisi (Lau et al., 2007).
Perubahan aktivitas fisik ini menyebabkan kurangnya gerak pada anggota gerak
tubuh, dan obesitas, banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak dan siap saji
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan (WHO, 2003).
Kesehatan merupakan modal yang penting dalam menjalani berbagai
kegiatan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam persaingan hidup guna
memperoleh kehidupan yang lebih baik, aktivitas seperti itu tentunya akan
menguras tenaga, baik fisik ataupun pikiran. Kondisi tubuh yang sehat diharapkan
dapat mengatasi rasa lelah yang timbul, karena kelelahan yang dialami dapat
menyebabkan menurunnya aktivitas, konsentrasi, berkurangnya kewaspadaan,
gangguan keseimbangan pada tubuh, menimbulkan kegelisahan dan kebingungan,
serta dapat memacu timbulnya penyakit dan infeksi, sehingga daya tahan tubuh
terhadap penyakit menjadi berkurang (Gorner et al., 2006).
Hasil penelitian di Indonesia menurut laporan (Riskesdas, 2007) diketahui
bahwa secara nasional hampir separuh penduduk Indonesia berumur > 10 Tahun
(48,2%) kurang melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan 33 Provinsi tempat
dilakukannya survei nasional ini diketahui 16 provinsi dengan aktivitas fisik yang
1
2
kurang dimana provinsi Sumatera utara merupakan salah satu provinsi dengan
kurang aktivitas fisik yaitu 52,1%. Berdasarkan karakteristik responden diketahui
kelompok umur usia 15-24 tahun dengan persentase kurang aktivitas fisik (52%).
Dengan tingkat pendidikan tamat SMA (52,6%) dan tamat perguruan tinggi (60,3
%) sesuai dengan hasil survey Riskesdas tahun 2007 secara nasional. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia usia 10 tahun keatas kurang
melakukan aktivitas fisik salah satunya adalah wilayah sumatera utara (Riskesdas,
2007).
Aktivitas fisik normal pada laki-laki adalah sekitar 38 Mets dan pada
perempuan 35 Mets per minggu, Mets merupakan ratio perkalian energi
expenditure dengan resting energi dalam kilocalories, dan rata-rata menurut waktu
yang digunakan untuk aktivitas fisik standart normal adalah 60-150 menit per
minggu (Loitz et al., 2009).
Perubahan aktivitas fisik harian ini terus menerus menyebabkan kurangnya
gerak, banyak mengkonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi dan yang berlemak
dan siap saji dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan (WHO, 2003).
Kurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab faktor resiko dari berbagai
penyakit non-infeksi seperti obesitas yang dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan tubuh, penyakit jantung koroner sebanyak 21,5% , stroke iskemik
11%, kanker usus 16%, kanker payudara 10%, dan diabetes mellitus tipe 2
(Gorner et al., 2006).
Pada usia muda khususnya ternyata aktivitas fisik yang rendah dapat
meningkatkan berat badan dan berpengaruh pada naiknya Indeks Massa Tubuh
3
(Lopes et al., 2012). bukan hanya berpengaruh pada naiknya IMT tetapi akibat
kegemukan akan mempengaruhi kekuatan otot, sehingga jika otot tersebut lemah
dan massa tubuh bertambah maka akan terjadinya masalah keseimbangan tubuh
saat berdiri maupun berjalan, dan masalah kardiovaskuler (Davis et al., 2006).
Keseimbangan
tubuh
biasanya
dipengaruhi
oleh kelemahan otot
ekstremitas, stabilitas postural, dan juga gangguan secara fisiologis dari salah satu
indera (visual, vestibular, taktil, dan proprioceptive) yang ada didalam tubuh kita,
selain itu factor lain seperti obesitas (Jonathan, 2012).
Sebanyak 35% orang dewasa berusia 40 tahun atau lebih tua di Amerika
Serikat 69 juta orang mengalami beberapa bentuk gangguan vestibular menurut
National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD),
4% lebih (8 juta) orang dewasa Amerika melaporkan masalah kronis dengan
keseimbangan.
Sedangkan factor obesitas di Indonesia sendiri 18,8% penduduk dengan
usia > 15 tahun mengalami obesitas Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi
Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur > 15 Tahun diatas prevalensi nasional.
Prevalensi terbanyak didapat pada provinsi, Sumatera Utara, dan Jakarta
(Riskesdas, 2007).
Di Amerika overweight di tempat kerja adalah kekhawatiran. Statistik
terbaru menunjukkan bahwa sekitar 85% persen karyawan manufaktur kelebihan
berat badan atau obesitas. Overweight dikaitkan dengan berbagai masalah
kesehatan termasuk peningkatan risiko jatuh. Orang dewasa gemuk setengah baya
dan lebih tua memilik gangguan keseimbangan yang meningkatkan resiko terjatuh
4
dua kali lebih sering (27%) dibandingkan mereka dengan berat badan normal
(15%) setiap tahun. Dan sekali mereka jatuh, mereka yang kelebihan berat badan
dan obesitas adalah 15% sampai 79% lebih mungkin untuk mendapatkan
perawatan medis di rumah sakit (Cawley, 2008).
Obesitas dan kelebihan berat badan (overweight) merupakan faktor resiko
berbagai penyakit kronik, di antaranya diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung
koroner dan pembuluh darah, hipertensi, strok dan beberapa jenis kanker. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010 menunjukkan angka
kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk dewasa di atas usia 18 tahun
besarnya 21,7%. Prevalensi obesitas lebih tinggi di daerah perkotaan
dibandingkan dengan pedesaan, dan juga lebih tinggi pada kelompok yang
berpendidikan lebih tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi kegemukan
dan obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibandingkan dengan laki-laki
(16,3%). Di sumatera utara sendiri pada laki-laki berjumlah (21,3%) dan pada
perempuan (30,2%) dari total jumlah penduduk berusia 18 tahun keatas. Semakin
tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, terdapat kecenderungan
semakin tinggi pula prevalensi obesitas (Riskesdas, 2010).
Program latihan peningkatan keseimbangan ada berbagai macam program
diantaranya yang dipakai Single Leg Stand, Core Stability, Balance Board
Exercise, Resistance Training, dan lain-lain. Latihan keseimbangan tubuh
biasanya secara spesifik melatih kekuatan anggota gerak bawah, tetapi dalam
keseimbangan sistem indera juga bekerja, seperti sistem visual, vestibular, tactile
dan proprioceptif (Mackintosh, 2007).
5
Tujuan diberikannya latihan keseimbangan adalah, agar terhindar dari
jatuh, cidera, dan agar aktivitas sehari-hari bisa terlaksana tanpa mengalami
gangguan. Latihan core stability baik untuk meningkatkan keseimbangan
seseorang dan merupakan suatu program latihan untuk dapat memperbaiki
keseimbangan diantaranya dengan latihan penguatan kontrol keseimbangan,
berjalan pada permukaan yang berbeda dan penguatan otot-otot core pada
umumnya (Kahle, 2009).
Keseimbangan tubuh yang baik tercipta jika tubuh sehat, otot-otot yang
menopang kuat, yaitu otot-otot core atau abdomen dan pelvic, serta anggota
ekstremitas bawah kuat dan juga sistem Visual, Vestibular, Tactile dan
Proprioceptive yang baik tidak mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Samson, 2005) dengan menggunakan Standing Stork Test
(SST) nilai keseimbangan yang baik pada usia 15-30 tahun adalah 26– 39 detik.
Latihan core stability selama 4 minggu dapat meningkatkan keseimbangan
dan permorma para athlete. Core stability tidak hanya digunakan sebagai
pengobatan tetapi core stability digunakan juga sebagai program latihan fisik
sesorang untuk usia muda maupun lansia agar lebih aktif secara fisik dalam waktu
yang lebih lama dari pada mereka yang hanya mendapat perawatan lainya
(Dendas., 2010).
Latihan balance board berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot pada
anggota tubuh bagian bawah (lower extremity), melatih fungsi visual, vestibular,
dan somatosensory yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan
seseorang dan juga mampu untuk mencegah terjadinya sprain ankle pada atlet
6
(Verhagen, 2005).
Biasanya balance board yang digunakan merupakan jenis
wobble board dikarenakan mudah dipergunakan dan biasanya dipakai oleh
fisioterapi dan instruktur olahraga untuk digunakan sebagai alat ukur
keseimbangan dinamik dan untuk melatih keseimbangan pada pasien dan atlet.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti latihan core
stability dan latihan balance board terhadap peningkatan keseimbangan pada
mahasiswa usia 18-24 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah latihan balance board dapat meningkatkan keseimbangan pada
mahasiswa usia 18-24 tahun?
1.2.2 Apakah kombinasi latihan core stability dan balance board dalam
meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun?
1.2.3 Apakah latihan kombinasi core stability dan balance board lebih baik
dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board
saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun?
1.3 Tujuan penelitian.
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kombinasi latihan core stability dan balance board
dapat lebih meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance
board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui
latihan
balance
board
dalam
meningkatkan
keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24 tahun.
1.3.2.2 Mengetahui kombinasi pelatihan core stability dan balance board
dalam meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa usia 18-24
tahun.
1.3.2.3 Mengetahui latihan kombinasi core stability dan balance board
lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan
dengan balance board saja pada mahasiswa usia 18-24 tahun?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Keilmuan (Teoritis)
1.4.1.1 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari
perkuliahan.
1.4.1.2 Menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi
kegiatan yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi pelayanan kesehatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Memberikan gambaran tentang manfaat latihan core stability dan
balance board terhadap peningkatan keseimbangan mahasiswa usia
18-24 tahun.
8
1.4.2.2 Memberikan gambaran bahwa aktivitas fisik rendah mempengaruhi
keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
1.4.3.1 Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya
aktivitas fisik, dan pengaruhnya bagi kesehatan yang akan
mengakibatkan
obesitas
dan
menyebabkan
gangguan
keseimbangan.
1.4.3.2 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat
latihan core stability dan balance board dalam meningkatkan
keseimbangan.
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti
1.4.4.1 Manfaat bagi peneliti dengan adanya tesis ini akan memberikan
pengetahuan sejauh mana pemberian latihan Core Stability dan
Balance Board untuk meningkatkan keseimbangan pada mahasiswa
usia 18-24 tahun.
Download