BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM Pada tahun 2006, pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, difokuskan pada: (1) penyelesaian berbagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (2) penyelesaian konsep Grand Strategy Otonomi Daerah sebagai Kerangka Besar pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah; dan (3) penyelesaian penyusunan Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal (RAN-DF). Pencapaian utama kegiatan pada tahun 2006, adalah: (1) telah selesai disusun dan diterbitkannya 12 (dua belas) Peraturan Pemerintah (PP), 1 (satu) Peraturan Presiden (Perpres), dan 2 (dua) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) dari 28 (dua puluh delapan) Peraturan Pemerintah (PP), 2 (dua) Perpres, dan 3 (tiga) Permendagri yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta 4 Peraturan Pemerintah (PP) dari 6 Peraturan Pemerintah (PP) yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (2) finalisasi 6 (enam) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) termasuk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sebagai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 dan RPP tentang penataan kelembagaan Pemerintah Daerah sebagai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003; (3) tersusunnya konsep Grand Strategy Otonomi Daerah meliputi urusan pemerintahan, kelembagaan, personil, keuangan daerah, perwakilan, pelayanan publik, pengawasan, serta penataan daerah (pembentukan daerah otonomi khusus, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah, penyesuaian batas daerah, pengalihan status daerah pada aspek administratif dan politis, serta penataan ibukota); serta (4) tersusunnya laporan akhir Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal (RANDF) daerah sebagai penjabaran salah satu elemen dari Grand Strategy terkait dengan desentralisasi fiskal. Beberapa pencapaian lainnya kegiatan pada tahun 2006, terkait dengan penataan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daaerah dan kelembagaan pemerintah daerah, antara lain: (1) telah disetujui dan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh pada tanggal 1 Agustus 2006 sebagai upaya penciptaaan pondasi pembangunan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di masa depan; (2) telah dibatalkannya 600 Peraturan Daerah (Perda) yang bermasalah berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah; (3) telah diterbitkannya Peraturan II.12 - 1 Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang segera digunakan sebagai acuan daerah dalam menyusun dan melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk tiap sektornya; (4) tersusunnya Pedoman (Handbook) Penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun 2006; (5) telah terbangunnya 34,6 persen dari seluruh gedung pemerintahan yang hancur di Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang terdiri dari 218 unit Kantor Desa, 21 unit Kantor Camat, 2 unit Kantor Bupati, 14 unit Kantor Dinas/Badan, 2 unit Meuligo, 73 unit Kantor Mukim/Bale Pembangunan, dan 301 unit Rumah Dinas; serta (6) telah dilaksanakannya 78 Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) meliputi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur secara langsung di 7 provinsi, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati secara langsung di 60 kabupaten, dan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota di 11 kota. Selanjutnya pencapaian lain pada tahun 2006 pada aspek aparatur pemerintah daerah, kerjasama antar pemerintah daerah, penataan daerah otonom baru, serta peningkatan kapasitas keuangan daerah, adalah: (1) terintegrasinya Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) berbasis web; (2) terselenggaranya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah pada bidang kependudukan di daerah dan sosialisasi manajemen kepegawaian daerah; (3) terselesaikannya kajian mengenai Standar Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah; (4) tersusunnya rencana pengelolaan aparatur Pemerintah Daerah; (5) terselenggaranya fasilitasi diklat kepada Pemerintah Daerah termasuk review dan perbaikan pedoman, kurikulum dan modul; (6) meningkatnya kemampuan aparatur dalam mitigasi bencana dan penanganan pasca bencana; (7) terbentuknya forum-forum kerjasama antar Pemerintah Daerah dalam bidang sosial, ekonomi dan pelayanan publik dasar seperti forum-forum kerjasama antar Pemerintah Daerah dalam bidang ekonomi, pelayanan dasar, dan keamanan di sebagian besar daerah, terutama di wilayah perbatasan; serta pelaksanaan pelayanan satu atap bagi perizinan investasi dan pelayanan publik dasar di daerah; (8) teridentifikasinya bentukan-bentukan kerjasama antar daerah di Indonesia dan terdeseminasikannya pembelajaran pola, bentuk dan model kerjasama antar daerah; (9) dilakukannya penyempurnaan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 129 tahun 2000 tentang Penggabungan, Penghapusan dan Pemekaran Daerah; (10) selama kurun waktu tahun 1999 hingga tahun 2006 sudah terbentuk 165 daerah otonom baru, yang terdiri dari 7 (tujuh) provinsi, 129 (seratus dua puluh sembilan) Kabupaten dan 29 (dua puluh sembilan) kota, sehingga pada tahun 2006 jumlah keseluruhan Daerah Otonom adalah 484 yang terdiri dari 33 provinsi dan 451 kabupaten/kota; (11) terlaksananya Sistem Informasi Bina Administrasi Keuangan Daerah (SIBAKD) di tingkat pusat dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) inkubator di 12 Provinsi dan 59 Kabupaten/Kota; (12) tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pedoman Pemberian Insentif /Kemudahan Investasi Daerah; (13) terselesaikannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; serta (14) tersusunnya draft RPP tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. II.12 - 2 Selain itu pada aspek pembinaan, pengawasan, evaluasi dan pengembangan kapasitas Pemerintahan Daerah, beberapa pencapaian pada tahun 2006 antara lain: (1) telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 sebagai Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; (2) telah tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemda; (3) telah tersusunnya Rancangan Peraturan Presiden tentang Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas dalam rangka Mendukung Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2007, beberapa pencapaian utama, antara lain: (1) terselesaikannya seluruh peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah meliputi penetapan 11 (sebelas) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), 1 (satu) Rancangan Peraturan Presiden (Perpres), dan 1 (satu) Rancangan Peraturan Menteri (Permen) sebagai peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 (termasuk beberapa Peraturan Pemerintah (PP) yang krusial mengenai pembagian urusan pemerintahan, organisasi perangkat daerah, manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) daerah, pelaksanaan kerjasama antar daerah, evaluasi penyelenggaraan Pemda, pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah), serta 2 (dua) Peraturan Pemerintah (PP) yaitu Peraturan Pemerintah (PP) tentang pengelolaan dana darurat dan pelaksanaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004; (2) terselesaikan dan ditetapkannya legal basis Grand Strategy Otonomi Daerah sebagai kerangka besar pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah; (3) terselesaikannya penjabaran masing-masing elemen Grand Strategy Otonomi Daerah menjadi Rencana Aksi Nasional (RAN) yang meliputi urusan pemerintahan, kelembagaan, personil, keuangan daerah, perwakilan, pelayanan publik, dan pengawasan; (4) terselesaikannya Grand Strategy Penataan Daerah sebagai bagian dari Grand Strategy Otonomi Daerah (meliputi pembentukan daerah otonom, khusus, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah, penyesuaian batas daerah, pengalihan status daerah pada aspek administratif dan politis, dan penataan ibukota); serta (5) terlaksananya proses koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal (RAN-DF). Adapun beberapa perkiraan pencapaian kegiatan pada tahun 2007 lainnya, terkait dengan aspek penataan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah serta kelembagaan Pemerintah Daerah adalah: (1) terlaksananya evaluasi pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; (2) terlaksananya 40 Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) meliputi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di 6 provinsi, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di 22 kabupaten, dan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota di 12 kota; (3) terselesaikannya Standar Pelayanan Minimal (SPM) sektoral bidang kesehatan dan mulai disusunnya Standar Pelayanan Minimal (SPM) sektoral bidang pendidikan; serta (4) terselesaikannya 65,4 persen bangunan kantor pemerintahan yang belum terbangun di Provinsi Nanggroe II.12 - 3 Aceh Darussalam (NAD) sebagai bagian dari proses rehabilitasi dan rekonstruksi kehidupan dan wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias, Sumatera Utara. Sedangkan pada aspek aparatur Pemerintah Daerah, kerjasama antar Pemerintah Daerah, penataan daerah otonom baru, serta peningkatan kapasitas keuangan daerah, beberapa perkiraan pencapaian lainnya pada tahun 2007, adalah: (1) meningkatnya kapasitas aparatur Pemerintah Daerah yang profesional dan kompeten dalam pelayanan publik, peningkatan iklim berusaha dan investasi pada daerah hasil pemekaran dan daerah tertinggal dan perbatasan melalui pendidikan dan pelatihan serta penyediaan modul dan berbagai pedoman yang bertujuan membentuk kompetensi substansial dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai jalur karir; (2) terselesaikan dan tersosialisasikannya Peraturan Pemerintah (PP) mengenai kerjasama antardaerah termasuk bertambahnya kelengkapan data dalam penyusunan database kerjasama antardaerah; (3) terfasilitasinya forum-forum kerjasama antar daerah dalam hal penyediaan pelayanan publik dasar, peningkatan iklim usaha dan investasi, penanganan disparitas antar wilayah, serta penanganan kawasan tertinggal di perbatasan melalui fasilitasi peran Pemerintah Provinsi; (4) terbangunnya sarana dan prasarana pemerintahan kecamatan di 35 daerah (kabupaten/kota) hasil pemekaran; (5) tersusunnya Sistem Informasi Manajemen Bina Administrasi Keuangan Daerah (BAKD); serta (6) tersedianya Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Berkaitan dengan pembinaan, pengawasan, evaluasi dan pengembangan kapasitas Pemerintahan Daerah, beberapa perkiraan pencapaian pada tahun 2007 antara lain: (1) sinkronnya berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pembinaan, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah; (2) terbitnya PP tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; serta (3) terbitnya Peraturan Presiden tentang Pedoman Pengembangan Kapasitas Daerah dalam mendukung Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Di samping beberapa pencapaian pada tahun 2006 dan perkiraan pencapaian tahun 2007, dalam upaya mempercepat revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah, beberapa tantangan utama yang akan dihadapi pada tahun 2008 antara lain: (1) belum optimalnya pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah-daerah berkarakter khusus seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat serta daerah istimewa seperti Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi DI Yoyakarta; (2) masih rendahnya kapasitas dan kompetensi aparatur Pemda di dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang pendidikan dan kesehatan; (3) rendahnya kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam usaha mitigasi bencana; (4) belum adanya regulasi kerjasama antar daerah sebagai upaya meningkatkan pelayanan publik dasar; (5) rusaknya sarana dan prasarana pemerintahan yang menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah di lokasi pasca bencana khususnya di wilayah Aceh, Nias, DI Yogyakarta dan Aceh dan pasca bencana di berbagai daerah lainnya; serta (6) belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah. II.12 - 4 Tantangan lain yang dihadapi pada tahun 2008 terkait dengan penataan perundangundangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah dan kelembagaan pemerintahan daerah adalah: (1) belum harmonisnya berbagai peraturan perundang-undangan sektor dengan peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah berikut turunannya, termasuk dalam hal ini masih belum memadainya mekanisme supervisi dan evaluasi terhadap peraturan-peraturan di tingkat daerah.; (2) belum adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM) tiap sektor, konsep penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM), pedoman rencana pencapaian SPM, serta pedoman pengendalian pelaksanaannya untuk dijadikan Perda; (3) belum suksesnya implementasi kebijakan otonomi daerah dalam bidang pembangunan dan penganggaran di daerah; (4) masih perlunya pemantapan tugas dan fungsi Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD); (5) masih tingginya tingkat ketidakpuasan dan munculnya protes masyarakat terhadap proses dan hasil Pilkada; serta (6) rendahnya kemampuan penyelenggaraan proses perencanaan pembangunan dari bawah (bottom up). Terkait dengan aparatur Pemda, kerjasama antar daerah, daerah otonom baru dan keuangan daerah, tantangan yang dihadapi pada tahun 2008 adalah : (1) kemampuan aparat pemerintah daerah yang belum memadai khususnya di tingkat kecamatan dan kelurahan/desa di dalam bidang kependudukan, kesempatan kerja, strategi investasi, serta kaitannya dalam penanganan ketentraman dan ketertiban (tramtib), perlindungan masyarakat (linmas), dan kebencanaan; (2) belum tersusunnya norma, standar, prosedur, dan pedoman sistem karir, sistem cuti, sistem asuransi, sistem penghargaan, serta pengelolaan aparatur pemda; (3) belum baiknya manajemen aparatur pemda khususnya di dalam penataan jabatan negeri dan negara; (4) etika kepemimpinan daerah yang masih rendah; (5) penyelenggaraan pemerintahan daerah yang belum optimal; (6) belum baiknya data dan informasi serta evaluasi formasi jabatan aparatur pemerintah daerah secara nasional; (7) belum optimalnya implementasi kebijakan kerjasama antar pemerintah daerah, (8) belum adanya fasilitasi bentuk-bentuk kerjasama baik skala regional maupun antar daerah dalam kerangka desentralisasi dan otonomi daerah; (9) belum optimalnya peran gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka pembinaan kerjasama antar wilayah; (10) belum harmonisnya hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); (11) masih tingginya keinginan daerah untuk melakukan pemekaran terutama menjelang pemilu tahun 2009; (12) belum optimalnya kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Daerah Otonom Baru (DOB); (13) masih munculnya berbagai permasalahan terkait dengan batas wilayah administrasi daerah pemekaran; (14) rendahnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pemerintahan kecamatan di daerah otonomi baru (DOB); (15) belum dilaksanakannya Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal (RANDF) secara konsisten; serta (16) masih lemahnya pelaporan mengenai data dan informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2008 Sasaran pembangunan tahun 2008 bidang revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah adalah: II.12 - 5 1. Implementasi kebijakan dan regulasi di daerah-daerah berkarakter khusus seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Provinsi Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat serta daerah istimewa seperti Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yoyakarta; 2. Optimalnya pelaksanaan penyelengaraan pemerintahan daerah di lokasi pasca bencana khususnya di wilayah NAD, Nias, DI Yogyakarta, dan berbagai daerah lain melalui perbaikan sarana dan prasana pemerintahan daerah 3. Harmonis dan selarasnya peraturan perundang-undangan sektoral, dengan peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah; 4. Tersusunnya Pedoman Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan dan kesehatan dan finalisasi penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk dijadikan Peraturan Daerah (Perda); 5. Meningkatnya kompetensi dan kapasitas aparatur pemerintah daerah pada bidang penanganan bencana dan pengurangan resiko bencana, analisis kependudukan, perencanaan kesempatan kerja, penyusunan strategi investasi, penanganan kententraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat (tramtib dan linmas), serta penyelenggaraan pemerintahan daerah; 6. Meningkatnya etika kepemimpinan Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); 7. Terimplementasinya regulasi dan terdeseminasinya model-model kerjasama antardaerah; 8. Tersedianya fasilitasi kerjasama pembangunan regional dan antar daerah melalui penguatan peran gubernur dalam rangka pembinaan kerjasama wilayah; 9. Meningkatnya kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Daerah Otonom Baru; 10. Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan desentralisasi dan penyelenggaraan otonomi daerah; 11. Menguatnya kebijakan otonomi daerah dalam penyusunan rencana pembangunan daerah yang partisipastif; 12. Suksesnya implementasi Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal; 13. Terlaksananya Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2008 Arah kebijakan pembangunan tahun 2008 bidang revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah adalah: 1. Memperkuat kebijakan dan regulasi di daerah-daerah berkarakter khusus seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Provinsi Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat dan daerah istimewa seperti Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yoyakarta; 2. Optimalnya pelaksanaan penyelengaraan pemerintahan daerah di lokasi pasca bencana khususnya di wilayah NAD, Nias, DI Yogyakarta, dan berbagai daerah lain melalui perbaikan sarana prasana pemerintahan daerah II.12 - 6 3. Mengharmonisasikan berbagai peraturan perundang-undangan sektor dengan peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah; 4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui penataan kelembagaan daerah sesuai dengan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003, termasuk di daerah otonomi khusus dan daerah berkarakter khusus/istimewa, penyusunan pedoman rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan dan kesehatan berdasarkan analisa dan kemampuan daerah, fasilitasi penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk dijadikan Peraturan Daerah (Perda) serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan desentralisasi dan penyelenggaraan otonomi daerah meliputi kegiatan yang berbantuan luar negeri; 5. Meningkatkan kompetensi dan kapasitas aparatur pemerintah daerah pada bidang penanganan bencana dan pengurangan resiko bencana, analisis kependudukan, perencanaan kesempatan kerja, penyusunan strategi investasi, penanganan kententraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat (tramtib dan linmas), serta penyelenggaraan pemerintahan daerah; 6. Meningkatkan etika kepemimpinan daerah bagi Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); 7. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah daerah melalui penguatan regulasi, penyiapan model, dan fasilitasi kerjasama antar daerah serta peningkatan peran gubernur sebagai pembina kerjasama antar daerah; 8. Meningkatkan kinerja Daerah Otonom Baru (DOB) melalui dukungan pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan, penyelesaian penataan batas wilayah serta evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Daerah Otonom Baru (DOB); 9. Memperkuat kebijakan otonomi daerah di bidang pembangunan daerah melalui penguatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan daerah; 10. Menyukseskan Rencana Aksi Nasional Desentralisasi Fiskal (RANDF) di tingkat pusat; 11. Meningkatkan kapasitas keuangan pemerintah daerah dengan mengarahkan penggunaan dana perimbangan terutama dana alokasi khusus (DAK) untuk menggali sumber-sumber potensi daerah di dalam mengarahkan perekonomian dan menciptakan kondisi kondusif bagi dunia usaha termasuk dalam hal ini melaksanakan implementasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). II.12 - 7