Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal Pemikiran Oprasional Formal Tokoh Utama Dalam novel Anak Kalong Punya Derita Karya Very Barus kajian Pisikologi Jean Peaget Ach Ivan Rifai Fandy Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya E-mail: ivanfandy05gmail.com Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sastra juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi anak. Salah satu genre sastra bagi anak-anak yaitu sastra anak. sastra anak juga bisa dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan untuk proses kedewasaan anak. Melalui buku sastra anak yang sengaja dikreasikan untuk bacaan anak, sastra anak memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian dan kejiwaan anak dalam proses kedewasaanya Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran operasional formal yang dimiliki oleh tokoh utama melalui ketiga komponen kemampuan berpikir sesuai konsep pemikiran oprasional formal Jean Piaget yaitu kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berpikir idealis, dan kemampuan berpikir logis tokoh Sudung dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus. Bentuk data yang digunakan untuk menemukan konsep pemikiran tokoh dapat dilihat dari percakapan, paragraph, dan kalimat dalam novel. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. pendekatan pisikologi sastra merupakan pendekatan yang melihat sebuah karya sastra dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Teknik analisi data pada penelitian ini, yaitu teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif yaitu analisis yang melibatkan peneliti untuk berusaha mendeskripsikan makna, subjek, atau keadaan menjadi bahasan dalam sebuah penelitian.Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa tokoh Sudung melakukan pemikiran operasinal formal melalui kemampuan berpikir abstrak yang di dapat dari petunjuk verbal dan melalui pemikiran mengenai pemikiran itu sendiri yang disebut sebagai pemikiran diri, kemampuan berpikir idealis melalui perilaku membandingkan dan melalui spekulasi yang jauh tentang kualitas dari apa yang mereka dan orang lain ingkinkan, dan kemampuan berpikir logis ditunjukkan melalui cara tokoh utama (Sudung) melakukan pemecahan masalah yang dilakukannya. Keseluruhan kemampuan berpikir itu ditunjukkannya dengan perilaku yang merupakan hasil dari prose berpikir yang telah dilakukannya terlebih dahulu. Kata kunci: Sastra Anak, Psikologi Jean Piaget, Pemikiran Operasional Formal, Novel Anak kalong punya cerita Karya Very Barus Abstract This research is motivated by the fact that literature can also be used as a means to meet the information needs for children. One of the literary genres for children is children literature. Children's literature can also be used as a means to convey the values of education for the process of childhood maturity. Through children literature books deliberately created for the reading of children, children's literature has a great contribution to the development of the personality and psychology of children in the process of maturity. This study aims to describe formal operational thinking that is owned by the main character through the three components of thinking ability according to Jean opagational formal thinking concept that is abstract thinking ability, idealistic thinking ability, and logical thinking ability of Sudung figure in novel Anak Kalong Punya Derita by Very Barus. The form of data used to discover the concept of character's thinking can be seen from the conversations, paragraphs, and sentences in the novel.The approach used in this research is literature psychology approach. The approach of literature is a psychological approach that sees a literary work from the psychological angle of the literary work both from the author, the character, and the reader. Technique of data analysis in this research, that is descriptive analysis technique. Descriptive analysis technique is an analysis that involves researchers to try to describe the meaning, subject, or circumstances to be discussed in a study. The results of this study describe that Sudung figures do formal operasinal thinking through abstract thinking skills that can be from verbal instructions and through thinking about the thought itself is referred to as selfthinking, idealistic thinking ability through comparing behavior and through far speculation about the quality of what They and others are in need, and the ability to think logically is shown through the way the main character (Sudung) does the problem solving. The whole thinking ability is indicated by the behavior that is the result of the thought process he has done first. Keywords: Children of Literaure, Jean Piaget Pshycology, Formal Operational Thinking, Novel Anak Kalong Punya Derita By Very Barus 1 Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 PENDAHULUAN Sastra merupakan sarana yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi anak. Salah satu genre sastra bagi anak-anak yang kita kenal dewasa ini yaitu karya sastra anak. Sastra anak ini muncul berkenaan dengan kualitas diri anak yang berbeda dengan orang dewasa, berbeda fisik, kognitif, juga kejiwaanya. Sastra anak bukan sekadar karya sastra yang hanya dibaca anak-anak, tetapi lebih dari itu, sastra anak juga bisa dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan untuk proses kedewasaan anak. Winarni (2014:1) menjelaskan Sastra anak diyakini memiliki kontribusi besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Melalui buku sastra anak yang sengaja dikreasikan untuk bacaan anak, sastra anak memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian dan kejiwaan anak dalam proses kedewasaanya. Saxby (Nurgiyantoro, 2010:5-6) menjelaskan bahwa citraan dan atau metafora kehidupan yang dikisahkan itu berada dalam jangkauan anak, baik yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman moral dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dapat dijangkau dan dipahami oleh pembaca anak-anak, buku atau teks tersebut dapat diklasifikasikan sebagai sastra anak. Jadi sebuah karya sastra anak yang berupa buku atau teks dapat dilihat sebagai karya sastra anak jika citraan dan metafora kehidupan yang dikisahkan memuat aspek (emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman moral) serta bagaimana aspek (cara-cara pengekspresian dalam bentuk kabahasaan) yang mampu dipahami dan dijangkau sesuai nalar anak, dan sesuai dengan tingkat perkembangan pisikologis jiwa anak. Tingkat perkembangan pisikologis dan kejiwaan yang dapat dijangkau dan dipahami jiwa anak, yang memuat aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengatahuan dan pengalaman moral serta aspek cara-cara pengekspresian dalam bentuk kabahasaan anak, membatasi isi kandungan dari sebuah karya sastra anak itu sendiri, dan juga merupakan karakteristik yang mendasari dari sebuah karya sastra anak yang dihasilkan. Sastra anak tidak hanya mencakup cerita atau bacaan saja, melainkan bentuk sebagaimana sastra dewasa pada umumnya. Jenis sastra anak dapat menjadi berbagai karya sastra seperti kumpulan cerita pendek, kumpulan puisi, drama maupun novel yang tentunya bertemakan dengan latar belakang anak. Novel anak tidak jauh berbeda dengan novel dewasa pada umumnya. Secara struktural novel anak juga memiliki tema, latar, seting, tokoh dan penokohan serta hal-hal lain yang terdapat dalam novel dewasa pada umumnya. Yang membedakan antara novel anak dan novel dewasa terletak pada isi dan bahasa yang tentunya akan disesuaikan dengan target pembaca dari sebuah novel yang dibuat. Novel Anak Kalong Punya Derita merupakan novel karya Very Barus yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama pada bulan Oktober 2012. Novel Anak Kalong Punya Derita yaitu menceritakan tentang seorang anak yang bernama Hasudung Sitorus atau biasanya dipangil Sudung. Sudung lahir di tanah Batak, tepatnya di Tarung. Sudung menjadi anak yang bepindah-pindah dari satu kota ke kota lain (yang masih kental dengan budaya Batak-nya). Karena si Sudung menjadi anak kalong (yaitu julukan untuk anak-anak tentara). Sudung mempunyai dua kakak yang bernama Tirulah dan Sondang, serta mempunyai satu adik yang bernama Elisabeth atau sering disapa Lisbet. Novel Anak Kalong Punya Derita termasuk dalam jenis novel yang menggunakan cerita realistik, karena novel ini menceritakan tentang permasalahan kehidupan sehari-hari dari tokoh utama yaitu si Sudung. Dari si sudung yang belum memiliki cita-cita yang kokoh dan di masa SD selalu berubah-ubah, kehidupan seharihari dengan kawan-kawannya, kenakalan si Sudung yang selalu memebuat marah Mamaknya, serta sang Bapak yang mengharapkan si Sudung menjadi generasi penerus jejak profesi bapaknya yang menjadi tentara, hinga masalah percintaan si Sudung dimasa SMP. Menurut Toha (2010:28) cerita realistik bukan hanya perlu, tetapi juga diminati oleh anak-anak kerena penggambaran di dalamnya dapat mendekatkan mereka pada kehidupan nyata dan segala sesuatu yang terjadi di dalam cerita realistik mungkin saja bisa terjadi dalam kehidupan. Novel Anak Kalong Punya Derita dipilih karena dalam novel tersebut sarat dengan cerita yang menarik dan mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak yang bisa digunakan untuk merangsang perkembangan intelektual anak yang membacanya. Dan melalui gambaran permasalahan kehidupan si Sudung dalam isi cerita novel mampu dijadikan sebagai media pembelajaran kehidupan terhadap anak yang dapat diimplikasikan dalam dunia nyata. Novel Anak Kalong Punya Derita merupakan sebuah novel yang ditulis oleh orang dewasa untuk anakanak. Winarni (2014:2) menyebutkan bahwa sastra anak terdiri dari dua bagian. Pertama, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya remaja atau dewasa, isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak. Kedua, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak. Menurut Kurniawan (2009: 5) sastra anak bukanlah sastra yang harus ditulis oleh anak-anak dan diperuntukkan oleh Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal anak, hal itu dikarenakan anak masih memunyai tingkat keterbatasan kreativitas berhubungan dengan mencipta dan memahami kehidupan. Jadi tidak hanya anak-anak saja yang menulis karya sastra anak tetapi, sastra anak juga terbuka untuk ditulis orang dewasa dari berbagai usia dan latar belakang berbeda-beda. ada beberapa kriteria bahwa suatu karya dapat disebut karya sastra anak yaitu harus memuat aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengatahuan, dan pengalaman moral, serta aspek cara-cara pengekspresian dalam bentuk kabahasaan mampu dipahami dan dijangkau sesuai nalar anak, dan sesuai dengan tingkat perkembangan pisikologis jiwa anak. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sastra dari sudut kejiwaan. Karya sastra merupakan hasil dari pengalaman batin pengarang dalam memaknai kehidupannya. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya (Endraswara, 2011: 96). Maka dari itu karya sastra dapat dipandang dari aspek-aspek kejiwaan pembangun teks sastra. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya (Ratna, 2013: 342). Aspek-aspek kejiwaan dalam karya sastra dapat dikaji melalui tokoh-tokoh yang dibangun pengarang. Melalui pemahaman terhadap tokoh, pembaca dapat memahami unsur-unsur kejiwaan tokohtokoh fiksi dalam karya sastra. Penelitian ini menggunakan pisau bedah dengan kajian psikologi Jean Peaget. Psikologi Jean Piaget sangat terkenal dengan teori perkembangan intelektual seorang anak dari sejak masa bayi dan kemudian masa kanakkanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesishipotesis, atau dalam segi usia yaitu usia nol sampai usia lima belas tahun. Teori ini digunakan sebagai pisau bedah penelitian karena pengaruh perkembangan intelektual pada tahap-tahap tertentu dalam cerita novel anak. Cerita yang terdapat dalam novel anak disesuaikan dengan perkembangan intelektual dari pembacanya yang bertujuan untuk memberikan contoh atau suatu gambaran permasalahan kehidupan dalam isi cerita yang dapat diimplikasikan dalam dunia nyata. Sehingga, anak yang membaca cerita yang terdapat novel anak tersebut dapat memecahkan suatu permasalahan dan menyelesaikan masalah yang mirip dari novel yang dibacanya yang mungkin permasalahan yang dihadapinya sama dengan permasalahan yang ada di dunia nyata yang ditemuinya. Perkembangan intelektual anak terbagi dalam empat tahap, yaitu: tahap sensorikmotorik, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Penelitian ini tidak mengambil perkembangan intelektual anak mulai dari usia nol sampai lima belas tahun, tetapi penelitian ini lebih menekankan pada tahap operasional formal yang sesuai dengan tokoh utama yang ditemukan dalam novel Anak Kalong Punya Derita dengan tokoh utama Sudung. Penelitian ini hanya mengambil tokoh Sudung sebagai tokoh yang diteliti karena untuk mempersempit lahan penelitian yang disesuaikan dengan judul dalam penelitian. Pemikiran tahap formal operasional memiliki ciri khas dengan tiga cara kemampuan berpikir sebagai ciri khasnya, yaitu: kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berpikir idealis, dan kemampuan berpikir logis. Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana kemampuan berpikir abstrak tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus?, 2) Bagaimana kemampuan berpikir idealis tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus?, 3) Bagaimana kemampuan berpikir logis tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus? METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan adalah suatu prinsip dasar yang digunakan sebagai alat untuk mengapresiasi karya sastra. Psikologi adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang objek pembahasannya adalah keadaan jiwa manusia. Ilmu ini berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan. Jadi pendekatan pisikologi sastra merupakan pendekatan yang melihat sebuah karya sastra dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Pendekatan psikologi sastra merupakan pendekatan yang mengarah pada karya sastra yang dianggap sebagai hasil aktivitas penulis, yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan, seperti obsesi, kontemplasi, kompensasi, sublimasi, bahkan sebagai neurosis (Ratna, 2013: 62). Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. yaitu pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptf-pragmatik, yang mengkajiaspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat 3 Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Roekhan dalam Endraswara, 2011: 98). Sejalan dengan pendapat di atas, Rene Wellek dan Austin Warren (Ratna, 2013: 61) menunjukkan empat model pendekatan psikologis, yang dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dnegan pengarang dan karya sastra. Apabila perhatian ditujukan pada pengarang maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan ekspresif, sebaliknya, apabila perhatian ditujukan pada karya, maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan objektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra secara tekstual karena pendekatan ini cocok dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Endraswara (2011: 97-98) pendekatan tekstual adalah pendekatan yang mengkaji aspek psikologi tokoh dalam karya sastra. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan pendekatan tekstual untuk menganalisis novel ini. Metode yang digunakan adalah sebuah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2013: 53). Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan menjelaskan secukupnya. Data dalam penelitian ini berupa informasi tentang kemampuan berpikir abstrak, idealis, dan logis tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus yang terdapat dalam percakapan, paragraf dan atau penggalan paragraf yang terkait pada konsep pemikiran oprasional formal Jean Piaget. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis masalah yang diteliti dengan menggunakan tabel data Penelitian ini menggunakan teknik baca dan catat, menggarisbawahi atau memberikan tanda dengan kertas berwarna. Pengumpulan data bisa dilakukan bersamaan waktu dengann proses analisis data. Justru pada saat analisis data berlangsung, akan muncul data baru yang semula tidak teridentifikasi. Artinya, dengan pengumpulan data bersamaan waktu dengan analisis data, peneliti akan menemukan data baru yang lebih akurat. Temuan data terdahulu yang dianggap benar, secara empiris lewat proses analisis, ternyata salah. Berarti temuan yang lama harus diganti dengan temuan yang baru yang lebih akurat (Siswantoro, 2010: 103). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data yang disebut dengan data reduction atau data selection ( Siswantoro, 2010: 74). Tindakan mereduksi data adalah menyeleksi data dengan cara memfokuskan diri pada data yeng dibutuhkan sesuai dengan kriteria atau perameter yang telah ditentukan. Ini berarti bahwa tidak semua kalimat maupun paragraf seluruhnya untuk data tertentu, namun data diseleksi secara ketat berdasarkan kriteria tertentu. Hal ini dilakukan agar pengambilan data berjalan sistematis, menghindari cara yang serabutan. Dan data disesuaikan dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan dan memasukkannya ke dalam tabel klasifikasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriprif yang melibatkan interpretasi peneliti dan berusaha mendeskripsikan makna atau subjek atau keadaan menjadi bahasan dalam sebuah penelitian. Teknik analisis ini dimaksudkan dengan melakukan pemaparan dalam bentuk deskriptif terhadap masing-masing data secara fungsional dan relasional. Menurut Miles dan dan Huberman (Siswantoro, 2010:81) ciri utama paparan deskriptif adalah unitisasi, artinya analisis dikerjakan berdasarkan tipa-tiap topik, tema, feature, konsep atau unsur yang disebut sebagai data display. Jadi analisis yang dikerjakan harus sesuai dnegan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya sehingga penemuan masalah penelitian dapat mengerucut dan lebih sempit cakupan pembahasannya. Untuk analisis data digunakan prosedur penelitian dengan langkah-langkah penganalisisan sebagai berikut: 1) Menganalisis data sebagai hasil akhir penelitian sesuai dengan teori Jean Piaget. 2) Menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan untuk memeroleh penjabaran data yang telah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian yang ditentukan. 3) Membuat simpulan berdasarkan rumusan masalah. PEMBAHASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ANAK KALONG PUNYA DERITA KARYA VERY BARUS Kemampuan Berpikir Abstrak Tokoh Utama dalam Novel Anak Kalong Punya Derita Karya Very Barus Kemampuan berpikir abstrak memiliki dua subbab. Pertama, seorang anak dapat memahami perkara melalui petunjuk verbal yang diketahuinya. Dalam hal ini seorang anak akan memahami suatu perkara berdasarka9n petunjuk verbal yang diperolehnya baik yang diketahuinya sendiri maupun berdasarkan petunjuk orang lain. Petunjuk verbal itu dapat berupa kata-kata maupun perilaku yang mengarah pada petunjuk verbal. Kedua, seorang anak akan memikirkan mengenai pemikiran itu sendiri yang akan disebut sebagai Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal pemikiran diri. Dalam hal ini, anak akan menayakan mengenai dirinya sendiri. Akan muncul pemikiranpemikiran abstrak yang dipikirkan oleh sang anak. Kemampuan berpikir abstrak tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus akan diperjelaskan satu per satu sebagai berikut. maka mamak menyuntiknya. Pemahaman Melalui Petunjuk Verbal (1) Meski, kalau bapak dan mamak sedang marah, mereka lebih sering menggunakan bahasa batak ketimbang bahasa indonesia. (mungkin supaya kami anak-anak mereka tidak tahu apa yang mereka perdebatkan). (KBA/8/1.01) Data (8) di atas menunjukkan bahwa Sudung tengah memikirkan tentang pemikiran diri. Pemikiran itu ditunjukkan Sudung melalui perilakunya yang menyimpulkan bahwa merasa dirinya di masa SD adalah masa dunia ini sangat lempeng atau lurus. Kesimpulan itu merupakan bagian dari sikap Sudung yang menanyakan tentang keadaan dirinya sendiri dimasa SD. Tokoh Sudung telah melakukan kemampuan berpikir abstrak berdasarkan pada temuan data (16). Pemikiran abstrak yang ditunjukkannya melalui pemikiran yang memikirkan tentang pemikiran diri. Pemikiran yang dilakukan Sudung cenderung termasuk dalam pemikiran yang salah karena diawali dengan pemahaman yang salah pula. memanggil dokter untuk Pemikiran Diri (8) Masa SD adalah masa ketika aku merasa dunia ini sangat lempeng alias lurus. (KBA/15/1.02) ` Data (1) di atas menunjukkan bahwa tokoh Sudung memahami suatu perkara melalui petunjuk verbal yang ditunjukkan oleh Mamak dan Bapak. Sudung memahami bahwa Mamak dan Bapak sedang marah, mereka lebih sering menggunakan bahasa batak ketimbang bahasa indonesia. Dari petunjuk verbal tersebut sudung memberikan prilaku lanjutan berupa kesimpulan memahami bahawa agar anak-anaknya tidak tahu apa yang mereka perdebatkan dalam pertengkaran yang sedang terjadi antara Bapak dan Mamak tersebut. Berdasarkan data (1) tokoh Sudung melakukan kemampuan berpikir abstrak melalui petunjuk verbal yang diperolehnya dari pertengkaran Mamak dan bapak. Petunjuk verbal itu menyebabkan Sudung memahami jika pertengkaran Bapak dan Mamak menggunakan bahasa batak agar tidak diketahui apa yang sedang diperdebatkan oleh anak-anaknya. (2) akan (9) “awas kalau nakal, mamak suruh dokter datang kerumah dan biar pantatmu disuntik jarum!” Kakakku Tiur, meski tidak juara kelas, bisa unggul di lima besar. Kak Sondang masuk sepuluh besar.Adikku lisbet juga bisa masuk sepuluh besar. Sementara Aku? Hmmm... Tidak pernah menyentuh ranking. Yang ada juga sering masuk dalam deretan sepuluh murid paling bodoh dikelas. Tidak heran aku menjadi sasaran empuk kemarahan Mamak dan Bapak. (KBA/18/1.05) Data (9) diatas menunjukkan tokoh Sudung yang menayakan tentang keberadaannya sendiri. Pertanyaan Sudung mengenai keberadaannya terkait dengan tingkatan kemampuan akademis diantara saudarasaudaranya. Sudung juga menyimpulkan bahwa dirinya anak yang bodoh dan selalu menjadi sasaran kemarahan Bapak dan Mamaknya. Kesimpulan yang difikirkan Sudung merupakan bagian dari sikap Sudung yang menanyakan tentang dirinya sendiri. Seketika aku langsung berubah menjadi anak manis, duduk manis, dan makan yang manismanis. (KBA/17/1.03) Data (2) di atas menunjukkan bahwa tokoh Sudung memahami suatu perkara melalui petunjuk verbal yang ditunjukkan oleh Mamak. Sudung memahami bahwa jika dirinya melakukan hal yang menurut Mamak nakal. Maka Mamak menyuruh dokter datang kerumah untuk menyuntik pantat Sudung dengan jarum. Pemahaman yang didapat oleh Sudung memberikan suatu respon balik berupa Sudung yang langsung berubah menjadi anak yang baik. Berdasarkan data (2) tokoh Sudung melakukan kemampuan berpikir abstrak melalui petunjuk verbal yang diperolehnya dari Mamak. Petunjuk verbal itu menyebabkan Sudung memahami jika dirinya nakal Berdasarkan data (9) yang ditemukan, tokoh Sudung telah melakukan kemampuan berpikir abstrak melalui memikirkan tentang pemikiran diri. Pemikiran itu bisa muncul dengan memancing sebuah pertanyaan yang menayakan tentang dirinya sendiri. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berpikir abstrak tokoh utama dalam novel Anak Kalong 5 Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 Punya Derita karya Very Barus ditunjukkan melalui dua kategori yaitu pemahaman perkara melalui petunjuk verbal dan melakukan pemikiran diri. Kedua kategori tersebut ditunjukkan Sudung melalui perilakunya yang berdasarkan proses berpikir. Sesuai dengan teori Jean Piaget tokoh Sudung yang kira-kira memiliki usia 12 hingga 15 tahun telah melakukan kemampuan berpikir abstrak melalui pemahaman berdasarkan petunjuk verbal dan memikirkan mengenai pemikiran diri. Hal itu diperkuat dengan dua puluh tiga data yang muncul dari novel Anak Kalong Punya Derita. Dua puluh tiga data itu dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelas data berpikir abstrak melalui pemahaman berdasarkan petunjuk verbal dan duabelas data berpikir abstrak mengenai pemikiran diri. Kemampuan Berpikir Idealis Tokoh Utama dalam Novel Anak Kalong Punya Derita Karya Very Barus Kemampuan berpikir idealis memiliki dua subbab. Pertama, seorang anak akan melakukan perilaku membandingkan. Pembandingan ini bisa dilakukan antara diri mereka dengan orang lain atau membandingkan orang lain dengan orang lain berdasarkan kaca mata anak. Kedua, seorang anak akan memiliki spekulasi yang jauh tentang kualitas dari apa yang mereka dan orang lain ingkinkan. Mengenai spekulasi ini, seorang anak akan melakukan imajinasi dengan memikirkan angan-angan yang belum terjadi sesuai dengan harapan yang mereka inginkan. Kemampuan berpikir idealis tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus akan diperjelaskan satu per satu sebagai berikut. Perilaku Membandingkan (16) Setelah kuselidiki latar belakang masa sekolah bapak dan mamak, ternyata mamak sering juara kelas. Sedangkan bapak, meski tidak pintar, tetap bisa diandalkan di sekolah. Karena bapak tergolong murid yang kreatif, katanya. “Mamak dulu hebat sering juara kelas, makanya aku harus bisa mengikuti jejak mamak.” (KBI/ 18/2.06) Data (16) menunjukkan perilaku Sudung yang membandingkan antara latar belakang masa sekolah Mamak dan masa sekolah Bapak. Perilaku membandingkan Sudung muncul karena Sudung ingin mengetahi mana yang lebih pintar antara Mamak dengan Bapak yang akan dijadikan motivasi oleh Sudung dalam belajar. Dari penyelidikan Sudung ternyata mamak sering juara kelas. Sedangkan bapak, meski tidak pintar tetep bisa diandalkan di sekolah. Dari pengamatan sudung itu Mamak lah yang akan dijadikan motivasi dan panutan menjadi seorang murid yang selalu juara kelas di sekolah. Tokoh Sudung melakukan kemampuan berpikir idealis berdasarkan data (16). Pada data itu, kemampuan berpikir idealis ditunjukkan oleh Sudung melalui sikap membandingkan antara orang lain dengan orang lain. Melalui sikap membandingkan itu muncul ketertarikan Sudung terhadap seseorang yang ingin dijadikan panutanya dalam belajar. (17) Jadi dibandingkan kakak dan adikku, aku memang tergolong lemah dalam segala mata pelajaran. Kalau menggambar dan mengarang, aku jagonya. Kalau sudah dua mata pelajaran itu, aku paling semangat menggebu-gebu. (KBI/ 19/2.07) Data (17) menunjukkan perilaku membandingkan yang ditunjukkan oleh Sudung. Perilaku membandingkan itu terjadi antara Sudung dengan Kakak dan Adiknya. Sudung membandingkan kemampuan menguasai mata pelajaran yang mampu ia kuasai dengan kemampuan mata pelajaran yang dimiliki oleh Kakak dan adiknya. Dia membandingkan dirinya memang tergolong lemah dalam segala mata pelajaran. Tapi di dalam pelajaran menggambar dan mengarang, sudung lebih unggul dari kakak dan adiknya dan bahkan lebih jago menurutnya. Tokoh Sudung melakukan kemampuan berpikir idealis berdasarkan data (17). Pada data itu, kemampuan berpikir idealis ditunjukkan oleh Sudung berdasarkan sikap membandingkan yang dia lakukan. Sikap membandingkan itu dilakukannya antara dirinya dengan orang lain yaitu kakak dan adiknya. Spekulasi yang Jauh dari Kualitas yang Diinginkan (26) sampai akhirnya menginjak bangku terakhir di SD, aku menetapkan cita-cita menjadi seorang Dokter. Alasanya juga klise! Yaitu biar bisa nyuntik orang yang jahat kepadaku. (KBI/ 17/2.05) Data (26) menunjukkan spekulasi yang dilakukan oleh Sudung mengenai cita-cita yang dia inginkan. Berdasarkan cita-cita yang dia pilih, Sudung memiliki spekulasi bahwa melalui cita-citanya kelak dia akan menjadi seorang Dokter, yang bisa menyuntik orang yang jahat kepadanya. Spekulasi yang dilakukan oleh Sudung termasuk dalam spekulasi yang masih berupa angan-angan karena masih belum terjadi saat ini. Anganangan itu dibentuk sesuai dengan harapannya dengan segala kemungkinan terbaik yang akan muncul. Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal Spekulasi yang ditunjukkan oleh Sudung menandakan bahwa dia telah melakukan kemampuan berpikir idealis. Hal itu menandakan jika kemampuan berpikir idealis akan memberikan sumbangan pada pemikiran operasional formal menurut teori Jean Piaget. (27) membandingkan dan enam belas data berpikir idealis mengenai memberikan spekulasi yang jauh dari kualitas dirinya dan orang lain.. Kemampuan Berpikir Logis Tokoh Utama dalam Novel Anak Kalong Punya Derita Karya Very Barus Kemampuan berpikir logis merupakan kemampuan terakhir dalam pemikiran operasional Jean Piaget. Pada kemampuan berpikir ini seorang anak akan membuat rencana pemecahan masalah. Dalam rencana itu, seorang anak akan memiliki hipotesi-hipotesis terbaik untuk memecahkan masalah. Hipotesis itu kadang kala nampak secara nyata, namun tidak jarang pula jika hipotesi-hipotesis itu dinonperlihatkan yang pada akhirnya akan memperlihatkan keputusan langsung untuk memecahkan masalah. Begitu pula pada Novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus. Kadang kala tokoh Sudung memperlihatkan hipotesis-hipotesis terbaiknya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dan tidak jarang pula jika tokoh Sudung hanya menunjukkan keputusan untuk menyelesaikan masalah. Data mengenai kemampuan berpikir logis tokoh Sudung banyak ditemukan. Secara lengkap data mengenai kemampuan berpikir logis tokoh Sudung terdapat dalam lampiran. Sebagai penghuni SD Negri Kampung, Jangan pernah mengharapkan fasilitas serba lengkap. Gedung sekolahanya saja masih berdinding papan. Atau setengah semen setengahnya lagi terbuat dari papan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru juga masih menggunakan kapur tulis, yang debunya efektif bisa membuat murid-murid mengidap TBC. (KBI/ 23/2.09) Data (27) menunjukkan perilaku Sudung yang memiliki spekulasi yang jauh dari kualitas yang diinginkannya. Sudung memiliki pemikiran yang jauh ke depan mengenai sekolah yang berada dikampungnya, Sudung berharap sekolahan yang ada dikampungnya memiliki fasilitas lengkap. Sudung juga bersepekulasi karena dalam kegiatan belajar mengajar, guru masih menggunakan kapur tulis, yang debunya efektif bisa menyebabkan penyakit TBC. sehingga sudung membayangkan murid-murid bisa mengidap penyakit TBC gara-gara terlalu sering menghirup debu kapur tersebut. Berdasarkan pada data (27), Sudung telah melakukan kemampuan berpikir idealis. Kemampuan itu ditunjukkan melalui perilaku Sudung yang memiliki spekulasi yang jauh dari kualitas yang diinginkannya. Sudung menginginkan bahwa disekolaha di kampungnya memiliki fasilitas yang lengkap dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan data-data yang dimunculkan telah mendeskripsikan kemampuan berpikir idealis Sudung dalam dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus. Data yang dideskripsikan tersebut menjadi sebuah bukti bahwa Sudung yang duduk di kelas 6 SD hingg SMP kelas 3 atau kira-kira umur dua belas hingga lima belas tahun telah melakukan kemampuan berpikir idealis. Kemampuan berpikir idealis Sudung ditunjukkan melalui perilakunya yang berupa perilaku membandingkan dan memberikan spekulasi yang jauh dari kualitas dirinya dan orang lain. Kemampuan berpikir idealis menjadi ciri khas dari pemikiran operasional Jean Piaget. Hal itu dibuktikan melalui ke tiga puluh data yang ditemukan dalam novel Anak Kalong Punya Derita. Ketiga puluh data itu dibagi menjadi dua bagian yaitu empat belas data berpikir idealis melalui perilakunya yang berupa perilaku (31) “Perkenalkan, namaku Hasudung sitorus. Hmm... nama yang sangat identik dengan suku Sumatra Utara, bukan? Ya, suku Batak. Jelas karena aku lahir di tanah Batak, tepatnya di Tarung.“ Tapi anehnya, aku tidak bisa Berbahasa Batak. Meski bisa memahami, namun sulit melafalkanya. Karena terlalu sering berpindah-pindah tempat tinggal, logat dan bahasa yang sering kudengar justru bahasa melayu. Maka aku lebih sering menggunakan bahasa melayu ketimbang bahasa batak. (KBL/7/3.01) Data (31) menunjukkan keputusan yang diambil Sudung dalam menyelesaikan masalah penguasaan bahasa yang dimilikinya. Sudung mengambil keputusan untuk menggunakan bahasa melayu dari pada bahasa batak, padahal sudung lahir dari keluarga suku Batak namun Sudung susah jika harus berbahsa batak. Keputusan itu diambil Sudung setelah dia memiliki kesimpulan bahwa Sudung terlalu sering berpindahpindah tempat tinggal, logat dan bahasa yang sering Sudung dengar dan dikuasai justru bahasa melayu. Dalam masalah ini, Sudung tidak menunjukkan hipotesishipotesisnya untuk mencoba menyelesaikan masalah itu, 7 Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 namun sudung memilih untuk mengabil keputusan secara langsung dengan kesimpulan yang dimilkinya. Dari data (31) Sudung telah melakukan kemampuan berpikir logis. Kemampuan itu ditunjukkan Sudung mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapinya saat itu melalui kesimpulan yang dia dapat. (32) Kalau mamak sudah marah, aku hanya bisa diam, ketimbang pukulan demi pukulan mendarat ditubuhku. Jadi diam bukan berarti emas melainkan karena takut. Karena kalau Mamak sudah marah sering seperti kesetanan.” (KBL/18— 19/3.03) Data (32) menunjukkan Keputusan yang diambil Sudung saat mengahadapi masalah yang ditimbulkan oleh dirinya terhadap kemarahan Mamaknya yang biasanya akan diimbangi dengan pukulan. Dalam masalah ini, Sudung tidak menunjukkan hipotesishipotesisnya untuk mencoba menyelesaikan masalah itu, namun Sudung memilih untuk mengabil keputusan secara langsung yaitu dengan cara diam untuk menghindari kemarahan dan pukulan yang diberikan Mamaknya. Cara Sudung dalam pemecahan masalah yang dihadapinya, dapat menjadi sebuah bukti bahwa Sudung telah melakukan kemampuan berpikir logis. Berdasarkan data (32), Sudung menyelesaikan masalah dengan pengambilan keputusan terbaik yang bisa dia lakukan saat itu dalam memecahkan masalah yang dia hadapi. Selain kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan berpikir idealis yang telah ditunjukkan pada analisis data di atas menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita yaitu Sudung telah melakukan tahap pemikiran operasioal dalam teori Jean Piaget melalui ketiga kemampuan berpikir yang ditunjukkan olehnya. Hal itu membuktikan kesesuaian usia tokoh utama dalam novel dengan perkembangan intelektual berdasarkan teori Jean Piaget yang dapat dibuktikan. Pembuktian yang dimaksud dapat dilihat melalui data-data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti PENUTUP Simpulan Simpulan penelitian ini sebagai berikut: Kemampuan berpikir abstrak tokoh tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus ditunjukkan oleh tokoh utama (Sudung) melalui petunjuk verbal dan melalui pemikiran mengenai pemikiran itu sendiri yang disebut sebagai pemikiran diri. Kemamapuan itu diamati berdasarkan perilaku yang ditunjukkan oleh tokoh utama (Sudung) sebagai hasil dari proses berpikirnya. Kemampuan berpikir idealis tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus ditunjukkan oleh tokoh utama (Sudung) melalui perilaku membandingkan dan melalui spekulasi yang jauh tentang kualitas dari apa yang mereka dan orang lain ingkinkan. Kemamapuan itu diamati berdasarkan perilaku yang ditunjukkan oleh tokoh utama (Sudung) sebagai hasil dari proses berpikirnya. Kemampuan berpikir logis tokoh utama dalam novel Anak Kalong Punya Derita karya Very Barus ditunjukkan melalui cara tokoh utama (Sudung) melakukan pemecahan masalah. Pemecahan masalah itu dilakukan melalui penerapan hipotesis-hipotesis sebagai bahan percobaan. Apabila dengan satu hipotesis masalah yang dihadapi oleh Eliana telah dapat terselesaikan maka tidak akan muncul hipotesis berikutnya. Setelah adanya hipotesis, maka Sudung dapat mengambil keputusan dan simpulan dari masalah yang dihadapi. Kemamapuan itu diamati melalu perilaku Sudung yang merupakan hasil dari proses berpikirnya. Saran Sebagai salah satu upaya untuk menindaklanjuti penelitian ini sesuai dengan pemaparan pada rumusan masalah, penulis menyarankan beberapa hal berikut. Penelitian ini diharapkan memberikan penjabaran mengenai aplikasi sastra anak melalui kajian psikologi sastra yang dapat dijadikan model bagi penelitian selanjutnya dalam menerapkan penelitian sastra anak. Saran bagi penelitian selanjutnya, diharapkan nantinya dapat mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai penelitian sastra anak yang dikaji menggunakan psikologi sastra khususnya psikologi Jean Piaget. DAFTAR PUSTAKA Aini, Nina Nur. 2016. Struktur Cerita Novel Karya Anak Karya Hiradini Rahmah,. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSI Unesa. Barus, Very. 2012. Novel Anak Kalong Punya Derita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Citraningtyas, Clara Evi. 2006. Sastra Anak: Eduitment dengan Catatan diakses di http://s3.amazonaws.com/academia.edu.doc uments pada 14 Februari 2017 pukul 08.07 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS Toha, Riris K. dan Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hergenhanh, B.R dan Mattehew Olson. 2012. Theories Of Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Winarni, Retno. 2014. Kajian Yogyakarta: Graha Ilmu. Sastra Anak. Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nailul, Husnah. 2011. Potret Identitas Anak-Anak Muslim Indonesia dalam Kumpulan Cerpen karangan Anak-Anak The Best Of KPPK Magic Crystal. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Studi Ilmu Komunikasi Unair. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Piaget, Jean dan Barbel Inhelder. 2010. Psikologi Anak: The Psychology of the Child. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riyawati, Desi Budi. 2016. Pemikiran Oprasional Formal Tokoh Utama Dalam Tertalogi Novel Anak-Anak Mamak Karya Darwis Tereliye Kajian Teori Pisikologi Jean Piaget, Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSI Unesa. Saluky. 2015. Teori Dasar Behavioris, Kognitif, dan Kontruktif. Diakses di http://www.etunas.com pada 11 Desember 2015 pukul 06.39 Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Terjemahan Shinto B. Adelar. Jakarta: Erlangga Suyatno, 2009. Struktur Narasi Novel Karya Anak. Surabaya: Jaring Pena. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Tetinsya, Amanda Belina. 2013. Psikologi Sosial. Diakses di http://www.academia.edu pada 14 Februari 2017 pukul 08:31 9