PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENCAPAIAN INVOLUSI ITERUS PADA IBU POST PARTUM Ima Rakhamayanti, Veryudha Eka P. ABSTRACT Early initiation is one of the factors that affeet uterine involution occurs during breastfeeding because stimulation and release of hormones such as oxytocin which stimulates contraction of muscle function in addition to smooth-muscle breakst, also causes contraction and retraction of uterine muscles. This research aimed to determine the effect if early initiation to acceleration in mother postpartum uterine involution in Katemas Village independent practice Midwife (IPM) Kudu Sub District Jombang District. Design research in an observation correlation with the analytic approach prospective cohort. The population were all postpartum mothers in the Katemas Village IPM Kudu Sub District Jombang District, using purposive sampling technique samples obtained 13 samples. The result showed that the application of early breastfeeding initiation most successful is as many as 76.9% and maternal postpartum uterine involution was normal as many as 61.5%. Analysis of the data used is Wilcoxon test where a = 0.046 <0.05 then H0 is rejected, so there is the influence of the acceleration of early initiation of breastfeeding in mothers postpartum uterine involution in in Katemas Village Independent Practice Midwife (IPM) Kudu Sub District Jombang District. Early initiation of breastfeeding can accelerate uterine involution due to sucking stimulates the posterior pituitary to release oxytocin which is useful for the contraction of smooth muscles of the uterus so that the procces uterine muscle return to its original state can occur earlier. Keywords: early breastfeeding initiation, uterine involution PENDAHULUAN Masa nifas secara hafiah di definisikan sebagai masa segera setelah kelahiran. Masa ini juga meliputi mingguminggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal, umumnya berlangsung 6 minggu atau tidak lama sesudahnya dan salah satu perubahan yang terjadi pada alat reproduksi yaitu involusi (Saleha, 2009). Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil ( Varney, 2007). Factor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya adalah inisiasi menyusu dini (Wiknjosastro, 2007). Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakam proses bayi menyusu segera setelah dilahirjkan selama satu jam. Protokaol evidence based yang baru telah diperbarui oleh WHO ( World Health Organization) dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir satu jam pertama, salah satu dari pernyataannya yaitu bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam ( Ambarwati dan Wulandari, 2008). Data WHO tahun 2009 menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini hanya dilakukan oleh 31,9% ibu yang melahirkan (WHO,2009). Data riskesdas tahun 2010 menunjukan hasil bahwa di indonesi hanya 29,3% ibu yang menyusui anaknya pada 1 jam pertama setelah melahirkan, sedangkan di jawa timur 34,0% (Depkes,2010). Penelitian Sa’adah dkk (2008) di magetan tentang hubungan pemberian ASI pertama dengan proses involusio uteri menunjukan hasil 21,9% tidak melakukan IMD dan 15,6% dengan involusi uterusa tidak baik, (sa’adah dkk, 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22-23 november 2012 di desa katemas kecamatan kudu kab. Jombang pada 3 bidan, 2 bidan (66,7%) tidak melakukan IMD dengan alasan bayi bisa kedinginan jika tidak segera digendong, dan ASI bias diberikan nanti setelh semua bersih sehingga ibu dan bayi merasa nyaman, selain itu tidak semua ibu ASInya langsung keluar sehingga bayi tidak mendapatkan ASI meskipun telah lama diletakkan diantara keua payudara ibu, sedangkan 1 bidan (33,3%) melakukan IMD dengan alasan sudah menjadi protap asuhan persalinan normal, dan berusaha memberikan ASI sedini mungkin pada bayi sehingga ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu fakror yang mempengaruhi involusi uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormone antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot – otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Hal tersebut akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan. Hormon oksitosin tersebut bukan saja mempengaruhi otot – otot polos pada uterus sehingga uterus berkontraksi lebih baik lagi, dengan demikian involusi uterus lebih cepat (Roesli, 2008). Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi . Gejala dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya pendarahan. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya (Anggraini, 2010). Langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan penerapan inisiasi menyususu dini adalah dengan cara memberikan penyuluhan pada ibu hamil dan suami sehingga ibu dapat terdorong untuk melakukan IMD segera setelah melahirkan. Petugas kesehatan harus berusaha untuk menetapkan IMD setiap melakukan asuhan persalinan, selain dapat memberikan hak bayi secara dini, membangun hubungan emosional lebih awal, juga yang terpenting dapat mempercepat pemulihan kondisi ibu. Tenaga kesehatan harus mampu menerapkan program IMD, selain untuk menyusui sesegera mungkin, hubungan ibu dan bayi dapat terjalin lebih awal. METODE PENILITIHAN Desain penelitihan adalah sesuatu yang vital dalam penelitihan yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa factor yang biasa mempengaruhi validity suatu hasil, selain itu desain riset juga berguna sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitihan untuk mencapai suatu pernyataan (Nursalam,2008). Desain penelitian ini menggunakan desain analitik observasional kolerasi dengan pendekatan kohort prospektif yaitu penelitihan dimana pengambilan data variable bebas (sebab) dilakukannya terlebih dahulu, setelah beberapa waktu kemudiab baru dilakukan pengambilan data variable tergantung (akibat) (Dahlan,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Desa Katemas Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang. Sampling pada penelitihan ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mencari sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Hidayat,2009). Sampel adalah sebagian dari populasi (Notoatmodjo, 2010). Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin di Desa Katemas Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang. HASIL PENELITIHAN 1.Inisiasi Menyusu dini Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di BPM Dyah Patmika , AMd. Keb Desa Katemas Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang pada tanggal 8 April-7Mei 2013 No 1 2 Pelaksanaan IMD Berhasil Tidak Berhasil Jumlah Frekuensi 10 3 13 Persentase (%) 76,9 23,1 100 Berdasarkan tabel 1. Diketahui bahwa sebagian besar pelaksanaan inisiasi menyusu dini berhasil sebanyak 10 orang (76,9%). 2.Involusi Uterus Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di BPM Dyah Patmika , AMd. Keb Desa Katemas Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang pada tanggal 8 April-7Mei 2013. No 1 2 3 Involusi Uterus Lambat Normal Cepat Jumlah Frekuensi 2 8 3 13 Persentase (%) 15,4 61,5 23,1 100 Berdasarkan tabel 2. Diketahui sebagian besar involusi uterus ibu nifas berjalan normal sebanyak 8 responden (61,5%). 3.Pengaruh inisiasi Menyusui Dini Dengan Involusi Uterus Tabel 3. Tabulasi Silang Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Dengan Involusi Uterus di BPM Dyah Patmika,AMd.Keb. IMD Tidak berhasil Berhasil Jumlah Lambat f % 2 15,4 0 0 2 15,4 Involusi Uterus Normal F % 1 7,7 7 53,8 8 61,5 Cepat f 0 3 3 % 0 23,1 23,1 Jumlah f % 3 23,1 10 76,9 13 100 Berdasarkan tabel 3. Diketahui dari 10 bayi lahir baru lahir dapat melakukan inisiasi menyusun dini. 7 diantaranya membuat involusi uterus ibu normal. Hasil ujian wilcoxon didapatkan bawah a hitung = 0,046 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan H1 ditrima yang artinya ada pengaruh antara inisiasi menyusu dini pengaruh antara inisiasi menyusu dini dengan involusi uterus. Pembahasan Inisiasi meyusu dini Berdasakan tabel 1 di atas menunjukkan bawah sebagian besar pelaksaanan inisiasi menyusu dini berhasil, keberhasilan bayi dapat menyusu sendiri pada ibunya paling bayak adalah menit ke 40 – 45 pelaksaan inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor penghambat, yaitu kurangnya informasi, faktor tenaga kesehatan, pendapat yang salah tentang IMD, dan gencarnya promosi susu formula (yohmi 2009). Tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan setiap asuhan persalinan yang diberikan untuk memberikan asuhan sayang ibu dan bayi yang sudah matang dapat mengakibatkan gerakan- gerakan terkoordinasi. Gerakan yang paling penting selama hari – hari pertama kehidupan seperti gerak mata, bibis dan lidah, menghisap, ketergangan otot, reflek rooting (mencari), senhingga bayi berusaha unutk menemukan putting ibu. Faktor kesiapan fisik ibu juga berperan dalam keberhasilan IMD, sehingga ibu akan menurut pada apa yang diminta penolong termasuk unutuk melakukan IMD. Sedangkan ketidakberhasilan pelaksanaan IMD dikarenakan bayi mengalami asfeksi dan apnea (gagal nafas) secara harus segera dirujuk, reflek rooting bayi kurang baik dalam mencari puting susu ibu sehingga pada 1 jam pertama bayi tidak dapat melakukan IMD, dan juga kurangnya kooperatif ibu dalam asuhan persalinan, ibu merasa takut anaknya kedinginan jadi meminta untuk segera dipakaikan baju dan gendong meskipun penolong sudah menjelaskan manfaat dan pentingnya IMD, akan tetapi ibu tetap memaksakan anaknya untuk segera dipakaikan baju. Involusi uterus Berdasarkan tabel 2 menunjukan bawah sebagai besar involusi uterus ibu nifas berjalan normal. Involusi uterus dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu senam nifas, mobilisasi dini, menyusul dini, gizi, psikologis, usia, paritas dan pekerjaan ( ambarwati & wulandari, 2008). Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu dari sekian bayak faktor lain tudak hanya karena inisiasi menyusu dini. IMD dapat mempercepat involusi uterus karena dengan isapan mulut bayi pada putting susu ibu secara dini, maka akan terjadi reflek let down lebih awak sehingga isapan putting ini merangsang pituitary posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang berguna untuk produksi ASI dan juga kontrasi otot – otot polos uterus senhingga proses pengembalian otot uterus ke keadaan semula bias terjadi lebih awal. Ibu nifas yang mengalami involusi uterus lambat bias disebabkan karena ketidakberhasilan bayi dalam melakikan IMD, sehingga rangsangan oksitosin lebih awal untuk memicu kontraksi uterus tidak terjadi, kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kebayakan ibu yang tinggal dipedesaan dimana masih terikat adat bawah setelah melahirkan dilarang untuk segera berjalan atau melakukan perkerjaan, padahal mobilisasi dini sangat penting untuk proses involusi uterus. Selain itu, budaya tarak masih dilakukan oleh beberapa ibu sehingga gizi untuk ibu nifas tidak terpenuhim, hal ini juga dapat mempengaruhi proses terjadinya involusi uterus. Pengaruh Insiasi Menyusu Dini Terhadap Percepatan Involusi Uterus Berdasarkan table 3 menunjukan bahwa bayi baru lahir sebagaian besar berhasil melakukan inisiasi menyusu dini, dan membuat involusi uterus ibu norma dan sebagaian kecil mempercepat involusi uterus ibu. Menyusu dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses involusi uterus karena dengan memberikan ASI kepada bayi segera setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos uerus (ambarwati & wulandari, 2008). IMD dapat mempercepat involusi uterus karena dengan isapan mulut bayi pada puitng susu ibu secara dini, maka akan terjadi reflek let down lebih awal sehingga isapan putting ini merangsang pituituri posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang berguna untuk produksi ASI dan juga kontraksi otot – otot polos uterus sehingga proses pengembalian otot uterus ke keadaan semula bias terjadi lebih wal. Sedangkan pada ibu nifas yang mengalamiinvolusi uterus lambat, disebabkan karena tidak berhasilnya bayi melakukan IMD, sehingga tidak ada rangsangan pengeluaran hormone oksitosin lebih awal, sehinga kontraksi otot polos uterus tidak terjadi berhasil melakukan IMD. Faktor lain yang dapat mempengaruhi lambatnya involusi uterus antara lain, kurangnya mobilisasi ibu nifas, mauun gizi yang tidak seimbang. PENUTUP SIMPULAN Ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap percepatan involusi uterus diBPM desa katemas kecamantan kudu kabupaten jombang. IMD dapat mempercepat involusi uterus karena dengan isapan mulut bayi pada putting susu ibu secara dini, maka akan terjadi reflek let down lebig awal sehingga isapan putting ini merangsang pituitary posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang berguna untuk produksi ASI dan juga kontraksi otot – otot polos uterus ke keadaan semula bias terjadi lebih awal. Saran Bagi tenaga kesehatan Diharapkan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir Dengan cara Menerapkan IMD pada setiap Asuhan persalinan, sehinggia dapat meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi baru lahir dengan kembalinya organreproduksi ibu lebih cepat dan melakukan pemberian lebih dini. Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan untuk melakukan pengembangan penelitian mengenai perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir terutama tentang inisiasi menyusu dini dan involusi uterus di rumah sakit karena jumlah persalinan yang terjadi juga lebih banyak sehingga didapatkan jumlah sampel yang besar, terutama faktor yang mempengaruhi involusi uterus sehinggadapat dijadikan teori evidence based. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E.Retna & wulandari, D. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas Jogjakarta: mitra cendikia press. Anggraini Y. (2010). Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta. Pustaka rihama. Arikunto, suharsimi. (2006). prosedur penelitian, suatau pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. (2009). Gizi dalam daur kehidupan. Pelembang : Universitas Sriwijaya Press Depkes RI. (2010) laporan Riskesdas tahun 2010. Tersedia dari (http://www.depkes.go.id). Diakses tinggal 14 November 2012 Dahlan, sopiyudin M.(2009).langkah – langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan.. Jakarta: sagung seto. Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba medika. Long. BC. (2004).Perawatan medical bendah brunner & suddarh. Bandung : yayasan IAPK Pajajaran. Notoatmadjo, soekidjo.(2010) metologi penelitian kesehatan Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2008) konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Selemba medika Reeder, Martin (2011). keperawatan maternitas : kesehatan wanita, Bayi dan keluarga Alih bahasa Yati Afiyati,dkk,Edisi 18 Jakarta ;EGC Roesli,Utami (2008) Inisiasi Menyusu dini Plus ASI Eksklusif Jakarta;Pustaka Bunda Sa’ADAH DKK(2010)Hubungan Anatara Waktu Pemberian Asli Pertama Dengan Involusi Uterus pada Ibu Postpartum Normal hari-ke 7.Surabaya : Poltekes Depkes Surabaya.Jurnal Penelitian Kesehatan Saifuddin,Abdul Bari(2009) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Salamah ,Ummi (2008)Riset Kebinaan Yogyakarta :Mitra Cendikia Press Saleha ,Sitti (2009)Asuhan Kebidanan Pada masa Nifas Jakarta Salemba Medika Setiadi(2007) konsep dan penulisan Riset Keperawatan Yogyakarata Graha Ilmu Suherni Widyasih,H& Rahmawati ,A.(2009)Perawatan masa nifas Yogyakarta :Fitramaya Suradi,Rulina(2007)Inisiasi Menyusu Dini Jakarta: Pustaka Bunda Varney,H.(2007).Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta;EGC WHO.(2010).World health reports of 2010.Tersedia dari (www.who.int).Diakses) pada tanggal 10 November2012 Wiknjosastro ,Elizabeth (2009) Inisiasi Menyusu Dini .Tersedia dari (http:/www.idai.or.id.asi/artike l.asp?) Diakses pada 10 November 2012