Pelumpuh otot - WordPress.com

advertisement
09/09/2015
FARMAKOLOGI
NEUROMUSKULOSKLETAL
Dr. Hetti Rusmini, M.Biomed
Departemen Farmakologi – Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati
2014
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa dapat Mengetahui dan memahami farmakokinetik,
farmakodinamik, dosis, interaksi, dan efek samping obat pelemas otot
1
09/09/2015
OUTLINE
Materi:
Tujuan Pembelajaran:
1. Neuromuscular-blocker
1. Muscle relaxant pendepolarisasi
2. Muscle relaxant non depolarisasi
2. Ganglian-blocker
• Mengetahui jenis2 obat
neuromusculoskeletal
• Mengetahui Farmakologi (PK-PD)
obat neuromusculoskeletal
• Mengetahui efek samping obat
neuromusculoskeletal
NEUROMUSKULOSKLETAL
1. Muscle Relaxan = Neuromuscular blocker
Obat-obat yang merelaksasi otot serat lintang/skelet
Bekerja secara perifer dan sentral
2. Ganglion blocker
Obat-obat yang menghambat pada ganglion
2
09/09/2015
1. NEUROMUSCULAR-BLOCKER
(MUSCLERELAXAN)
DEFINISI
• Obat2 yg melumpuhkan (relaksasi) otot skelet
mencegah sintesis atau pelepasan asetilkholin
• Bekerja dg menduduki tempat kholinergik di membr. Sel otot lurik 
m’halangi kerja asetilkholin
• Berdasarkan tempat kerja Dibagi menjadi 2:
• Perifer
• central
3
09/09/2015
FISIOLOGI SERABUT OTOT
• membran sel neuron dan serat otot dipisahkan oleh
sebuah celah (20 nm) yang disebut sebagai celah
sinaps.
• Ketika potensial aksi mendepolarisasi terminal saraf,
ion kalsium akan masuk melalui voltage-gated calcium
channels menuju sitoplasma saraf, yang akhirnya
vesikel penyimpanan menyatu dengan membran
terminal dan mengeluarkan asetilkolin.
• Selanjutnya asetilkolin akan berdifusi melewati celah
sinaps dan berikatan dengan reseptor nikotinik
kolinergik pada daerah khusus di membran otot
yaitu motor end plate
MUSCLE RELAXANT PERIFER
Ada 2 tipe:
 Muscle relaksan yg bersifat menstabilkan membran (nondepolarisasi)
Senyawa yg mencegah tjdnya depolarisasi Tipe kurare
 Muscle relaxan yg bersifat pendepolarisasi
Senyawa yg menstimulasi depolarisasi scr terus menerus  Tipe
Suksametonium (Suksinilkholin)
4
09/09/2015
1.1 MUSCLERELAXAN NONDEPOLARISASI
1.1.1. Tubokurarin, Alkuronium, Pankuronium, Vekuronium
1. Memiliki affinitas pd reseptor nikotinik-muscle (R-Nm)
2. Bkj scr antagonis kompetitif dg mengusir Asetilkholin  tdk tjd
depolarisasi dan kontraksi otot
3. Urutan paralisis dimulai dr otot mata, lidah, jari, tengkuk, ekstrimitas
dan otot pernafasan
4. Pd penggunaan obat-obat ini, hrs tersedia alat bantu pernafasan
5. Pengg musclerelaxan stlh dihlgkan kesadaran dg pemberian
anestesi
6. Efek: dpt diantagonis oleh Neostigmin dg mengikat enz.
kholinesterase, shg tdk tjd peruraian asetilkholin & konsentrasi
Asetilkholin ↑↑
7. Tdk melewati BBB dan plasenta
Farmakokinetik:
- Umumnya cara pemberian melalui IV
- Mdh terionisasi shg distribusinya terbatas
- Metabolisme di hepar dg hsl metabolit aktif
Interaksi Obat lain dg Musclerelaxan:
- Dg antimikroba aminoglikosid, amfoterisin B Sulfas, Colistin,
Linkomisin, Klindamisin, Polimiksin B Sulfas, Kuinidin
(antiarrithmia) dan diuretik
5
09/09/2015
1.1.2. Tubokurarin HCl dan Metocurine
- Alkaloid dr tumbuhan Chondrodendron tomentosum
- Turunan benzilisoquinolin
- Biasanya pemberian scr IV, durasi kerja 30-60 mnt
- Half life 3 jam, pd pemberian berulang perlu dipertimbangkan
adanya akumulasi
- Dosis 0,2 mg/kg BB, dosis ulang stlh 30 menit mula2 ½ kmd ¼
dosis awal
- Mekanisme kerja: Antagonis kompetitif pd reseptor Nikotinik NMJ
Efek samping:
- Melepaskan histamin dl jlh > dpt dicegah dg Prometazin
HCl,
- Penurunan tekanan darah krn memblok ganglion dan
melepaskan histamin, tp pd metocurine <
- Bronkhokonstriksi
- Hipersalivasi/hipersekresi bronkhus dpt diatasi dg Sulfas
atropin 0,25-0,5 mg scr IV
Kontraindikasi:
- Penderita Myasthenia gravis, kerusakan hati dan
insuffisiensi ginjal
6
09/09/2015
 Alkuronium HCl
- Pembebasan histamin <
- Efek pelumpuh otot > dan lbh singkat dp
tubokurarin
- Dosis awal 0,15 mg/kg scr IV,
- Dosis ulang 0,025 mg/kg IV
- Kontraindikasi sama dg tubokurarin
1.1.3. Pankuronium Bromida
- Mrpkn musclerelaxan yg memiliki struktur steroid
- Tdk melepaskan histamin dan memblok ganglia
- Onset of action cepat, duration of action sedang
- Digunakan pd pasien bedah jantung
- Dosis awal 0,05 mg/kg, dosis ulang 0,03 mg/kg
- Memblok reseptor muskarinik (M2) 
takhikardia
7
09/09/2015
1.1.4. Atracurium
- Durasi kerja 15 – 30 menit
- Stabil pd temperatur dan pH rendah
- Melepaskan histamin dl jlh sedikit dan timbul efek
hipotensi jg krn bersifat ganglion bloker
- Dimetabolisme oleh kholinesterase plasma dan
hepar
- Memiliki t 1/2 pjg dan mdh mell BBB  kejang
1.1.5. Rocuronium
- Onset of action cepat 1 – 2 menit stlh pemberian
- Durasi 30 menit
- Tdk menimbulkan efek pd sist. cardiovasculer
- Jarang menimbulkan toksisitas
1.1.6. Gallamin
- Tdk memblok ganglia
- Melepaskan histamin
- Efek yg tdk diinginkan timbulnya takhikardia
(blok reseptor M2)
8
09/09/2015
1.1.7. Rapacuronium
- Onset of Action cepat, durasi singkat
- Efek yg tdk diinginkan timbulnya takhikardia
(blok reseptor M2)
1.1.7. Vekuronium Bromida
- Tdk memiliki efek ganglion bloker
- Plg sering digunakan, efek pd cardiovaskuler (-)
- Obat ini cocok utk pasien insuffisiensi ginjal
- Durasi 20 – 30 menit
- Dosis awal 0,08 – 0,1 mg/kgBB, dosis ulangan
0,02–0,05mg/kgBB
1.2. MUSCLERELAXAN PENDEPOLARISASI
- Bekerja seperti asetilkolin.
- MK mendepolarisasi ujung plat motorik  menyebabkan terjadinya
depolarisasi yang ditandai dengan fasikulasi yang diikuti relaksasi otot
lurik.
- Antikholinesterase akan memperkuat efek relaxan otot
9
09/09/2015
Suksamethonium khlorida (Suksinilkholin)
- Mula kerja cepat 1-2 menit, durasi singkat 3-7 mnt
- Dlm tbh diurai oleh pseudokholinesterase  asam
suksinat dan kholin
- Digunakan pd intubasi atau elektrosyok  kerjanya sgt
singkat
- Dosis utk intubasi 1 mg/kg secara IV
- Efek samping: nyeri otot  tarikan otot pd awal relaksasi
- Pd kerusakan hati perlu hati2 krn kerjanya akan lbh pjg
akibat kadar enzim esterase <
Efek samping Suksinilkholin
- Hiperkalemia
- Peningkatan tekanan intraokuler
- Emesis
- Nyeri otot
- Stimulasi cardiac muscarinic reseptor 
bradikardia
- Menimbulkan interaksi dg aminoglikosid
10
09/09/2015
CENTRALLY ACTING
MUSCLE RELAXANTS
Spatik otot


1. Neuromuskular blocking
Relaksasi
2. Centrally Acting muscle
relaxants
Spatisitas otot skeletal tjd krn adanya kenaikan
abnormal REFLEKTORIS terhadap tonus otot
11
09/09/2015
MEFENESIN
 Menekan transmisi sejumlah lintas / jarak polisinaps spinal dan
supraspinal
 Menekan fasilitasi dan penghambatan refleks
peregangan otot sbg hasil stimulasi daerah terkait di formasio
retikularis
 Memperpanjang waktu recovery sinaptik dan me (-) discharge
beruntun dr interneuron.
 Efek sedativ minimal
 Kondisi neuronal, transmisi neuromuskular &
eksitabilitas otot buth dosisi “Lethalis”
BENZODIAZEPIN
 Bermanfaat pada spasmus nyeri otot fleksor
 Aksi lebih selektif pada mekanisme neuronal retikular
(mengontrol tonus otot) daripada aktivitas interneural
spinal
 Mekanisme molekular belum jelas
 Bersifat sedatif
12
09/09/2015
BAKLOFEN
 Derivat neurotransmiter GABA
 Dipakai pd spatisitas sklerosis multiple & pd cedera / penyakit
medula spinalais
 Hiperpolarisasi terminal ser. aferen primer
 Oral (absorbsi Cepat), waktu paruh 3-4 jam,
ekskresi mell urine (bentuk tidak diubah)
 SE; ngantuk, insomnia, dizziness, kelemahan,
bingung.
 Penghentian mendadak: cemas dan takhikardi,
halusinasi
pendengaran dan penglihatan,
 Dosis >>: kejang, depresi respirasi, koma.
 Mengganggu kemampuan berdiri dan berjalan
 Tidak dianjurkan untuk th/ spastisitas pada: (rematik, stroke,
cerebral, palsy & parkinson
SIKLOBENZAPRIN
 Efek blm jelas (dekat dgn anti depresan)
 Tidak berefek baik pada neuromuscular junction maupun otot
skelet
 SE (antikholinergik): ngantuk, pandangan kabur, mulut kering,
takikardi, parestesi.
 KI: pasien dlm pengobatan MAO inhibitor (2minggu), aritmia
kardial & blocking jantung
 Dosis: 10 mg (3 x sehari)
13
09/09/2015
DANTROLEN
 Efek langsung pada otot skelet
 << kontraksi otot skelet scr langsung (<< jlh ion Ca yg dilepas
dr retikulum sarkoplasma)
 Tdk m’pengaruhi transmisi neuromuskular/ merubah kondisi
elektris membran otot skelet.
 Penghentian mendadak: takhikardi dan cemas, halusinasi
pendengaran & penglihatan.
 Dosis >>: kejang, depresi respirasi, koma.
 Srg timbul kelemahan otot umum
DANTROLEN (lanjutan………………………)
Waktu paruh: 9 jam (dosis 100 mg)
 Metabolisme di hepar
 SE:  Hepatotoksik (45 hr perbaikan (-)Stop
 Kelemahan
 Euforia, ngantuk, dizziness, lesu, diare
 Dosis: 25 mg/hr dpt dinaikkan 50-100 mg/hr,
max; 400 mg/hr (dosis terbagi 4)
 Anak: 1 mg/kgBB/hr, max 3 mg/kg ( ≤ 400
mg/hr)
14
09/09/2015
PENGGUNAAN KLINIK
 Paraplegi,
hemiplegi,
klonus,
mass-reflex
movements.
 Sklerosis multipel, cerebral palsy athetoid
 Tdk tjd toleransi (pengurangan efek ) pd th/
Spastisitas blm ada th/ yg memuaskan
 SE: kelemahan, mengantuk sulit dihindarkan
EPERISONE HCL
 Hati-hati pada pemakaian
 SE; kelemahan, pusing, sulit tidur, gangguan fungsi
hati dan ginjal, gangguan sal. cerna, dan sal.
kencing dan perubahan hematologis
 Dosis: dewasa 3x 50 mg
15
09/09/2015
TIZANIDIN
 Senyawa derivat imIdazolin
 Kerja: menghambat sist. eksitasi neuronal.
 Menghambat pelepasan L-aspartat, L- glutamat,
& substansi P, tdk mempengaruhi GABA
 Konsentrasi puncak  plasma (oral:2 jam)
 Waktu paruh 2-3 jam
 SE; ngantuk, lelah, mulut kering, mual, ↓TD ringan
 KI: kehamilan,
 Efek th/ pd nyeri kepala tegang (hari ke-3 th/)
2. GANGLION BLOCKER
16
09/09/2015
 Heksametonium
 Klorisondamin HCl
Pentolinium tartrat
 Mekamilamin
tidak umum lagi
digunakan
Saat Th/ dapat terjadi:
 Absorpsi oral yg sangat irregular (2-3x) 
 Obstipasi, ileus paralitik, mulut kering,retensi
hipotensi ortostatik (krn blokade ganglion)
urine,
17
09/09/2015
FARMAKODINAMIK
 Obat Gol ini menghambat pada ganglion (simpatik dan
parasimpatik)
 Hambatan tergantung tonus awal dominan dihambat
lebih jelas
 absorpsi oral irregular (sukar melewati membran sel 
krn gerak usus dihambat
 Mekamilamin diserap lengkap oleh usus (diekskresi dalam lumen
usus melalui empedu & diserap kembali) dapat lewat BBB &
sawar uri
 >> diekskresi oleh Ginjal (bentuk Asli)kumulasi
(payah ginjal)
SE:
 hipotensi ortostatik
 sembelit  ileus paralitik
 Retensi urine
18
09/09/2015
PEMILIHAN PELUMPUH OTOT
Karakteristik pelumpuh otot ideal :
• Nondepolarisasi
• Onset cepat
• Duration of action dapat diprediksi, tidak mengakumulasi dan dapat
diantagoniskan dengan obat tertentu
• Tidak menginduksi pengeluaran histamin
• Potensi
• Sifat tidak berubah oleh gangguan ginjal maupun hati dan metabolit tidak
memiliki aksi farmakologi.
DURASI PEMBEDAHAN MEMPENGARUHI PEMILIHAN
PELUMPUH OTOT
1. Ultra-short acting, contoh : suxamethonium
2. Short duration. Contoh: mivacurium
3. Intermediate duration. Contoh: atracurium, vecuronium, rocuronium,
cisatracurium
4.
Long duration. Contoh: pancuronium, D-tubocurarine, doxacurium,
pipecuronium.
19
09/09/2015
PELUMPUH OTOT YANG
DISARANKAN
• Untuk induksi yang cepat-suxamethonium, atau apabila dikontraindikasikan
dapat dipakai rocuronium
• Untuk stabilitas hemodinamika (contoh pada hipovolemia atau
penyakit jantung parah)-vecuronium
• Pada gagal ginjal dan hati-atracurium, vekuronium, cisatracurium
ataumivacurium
• Miastenia gravis: jika dibutuhkan dosis 1/10 atrakurium
• Kasus obstetric: semua dapat diberkan kecuali gallamin
TANDA-TANDA KEKURANGAN
PELUMPUH OTOT
• 1.
Cegukan (hiccup)
• 2.
Dinding perut kaku
• 3.
Ada tahanan pada inflasi paru.
20
09/09/2015
PENAWAR PELUMPUH OTOT
(ANTI KOLINESTERASE)
• Bekerja dengan menghambat kolinesterase sehingga asetilkolin dapat
bekerja.
• Antikolinesterase yang paling sering digunakan adalah:
• neostigmin (dosis 0,04-0,08 mg/kg),
• piridostigmin (dosis 0,1-0,4 mg/kg) dan edrophonium (dosis 0,5-1,0 mg/kg),
• dan fisostigmin yang hanya untuk penggunaan oral (dosis 0,01-0,03 mg/kg).
• Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik sehingga menyebabkan
hipersalivasi, keringatan, bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus dan
pandangan kabur sehingga pemberiannya harus disertai vagolitik seperti
atropine (dosis 0,01-0,02mg/kg) atau glikopirolat (dosis 0,005-0,01 mg/kg
sampai 0,2-0,3 mg pada dewasa)
TERIMAKASIH….
21
Download