1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas 1 Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Ipa Sada Hanami/I34100130 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Sylsilia T Sembiring/I34100080 Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si/19700816 199702 1 001 Pengaruh Modal Sosial terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Kasus Program Tanggungjawab Sosial “Kampung Sehat” PT Tirta Investama, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat 3 Maret 2014, 09.00-10.00 WIB PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam melimpah. Sumber daya alam tersebut dikelola agar pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dilakukan baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Sayangnya pengelolaan sumber daya ini rentan dengan isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam tersebut. Jumlah perusahaan yang ada di Indonesia pun cederung bertambah. Menurut data BPS (2007), berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006, seluruh perusahaan di Indonesia tercatat sebanyak 22.7 juta (43.03%); terdiri dari 9.8 juta (56.97%) perusahaan tidak permanen dan 12.9 juta perusahaan permanen. Bila dibandingkan dengan Sensus Ekonomi tahun 1996, data ini meningkat sebanyak 6.2 juta (3.32%) per tahunnya. Menurut data Jumlah Perusahaan menurut Subsektor yang dikeluarkan oleh BPS (2009), bila kita membandingkan data pada tahun 2001 dan 2009, jelas terlihat adanya peningkatan jumlah perusahaan di Indonesia. Peningkatan jumlah ini tentunya membuat isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat semakin menguat. Seiring dengan semakin pesatnya dunia usaha yang ada di Indonesia, saat ini perusahaan tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Perusahaan juga berlomba lomba untuk lebih meningkatkan kualitasnya, baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun fasilitas yang ada untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang semakin modern dan persaingan yang ketat antar perusahaan yang terjadi di Indonesia. Maka dari itu, CSR sudah dijadikan strategi perusahaan untuk mendapatkan citra yang baik di mata masyarakat. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan; serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Bank Dunia adalah komitmen perusahaan untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan melalui kerjasama dengan segenap pemangku kepentingan yang terkait untuk memperbaiki hidup mereka dengan cara-cara yang baik bagi kepentingan bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan, dan masyarakat pada umumnya. Apabila hal tersebut dianut dengan benar, perusahaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan, yang bermanfaat baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini sejalan dengan komponen dasar beroperasinya perusahaan yang dikenal dengan triple bottom line yakni keuntungan, masyarakat, dan lingkungan (profit, people, planet). 2 Meskipun isu tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) sudah cukup lama muncul di negara-negara maju, namun di Indonesia, isu tersebut baru akhir-akhir ini mengalami perhatian yang cukup intens dari berbagai kalangan (perusahaan,pemerintah, akademisi, dan NGOs). Respons pemerintah terhadap pentingnya CSR ini misalnya terlihat dari dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah melalui Kepmen. BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya ditindak lanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN, SE No. 433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas. Lebih lanjut respons pemerintah tersebut terlihat dari dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang di dalamnya memuat kewajiban perusahaan khususnya perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan CSR. Terbitnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dalam salah satu pasalnya memuat kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), ditanggapi dengan beragam sikap oleh berbagai pihak. Dimasukkannya CSR sebagai kewajiban perseroan dalam undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), telah menimbulkan pro-dan kontra antara pengusaha dan pemerintah. Dengan kata lain sebahagian besar perusahaan saat ini melihat praktek CSR hanya sebagai kegiatan philantrophy perusahaan, yang menyerap biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan memberatkan, tanpa berusaha menyadari pentingnya tumbuh bersama dengan komunitas stakeholdernya (Direktur Eksekutif Asian Forum On Corporate Social responsibility dalam Handayani, 2007). Sebagian pihak menanggapinya dengan penuh pengharapan kewajiban ini dapat dipenuhi dan perseroan dapat turut berperan dalam mengurangi permasalahan sosial dan kerusakan lingkungan. Di Indonesia, tampaknya pertimbangan profit perusahaan juga masih dominan mengalahkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian Chambers dkk (dalam Wibisono, 2007), di antara tujuh Negara (India, Korsel, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia), yang diteliti dengan sampel 50 perusahaan yang berada pada peringkat atas berdasarkan pendapatan operasional pada tahun 2002, menunjukkan Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah penetrasi pelaksanaan CSR dan derajat keterlibatan komunitasnya dibandingkan enam negara lainnya. Menurut Tanudjaja (2009) perbedaan dalam memaknai CSR oleh perusahaan akan menyebabkan perbedaan implementasi CSR antar perusahaan pula, tergantung bagaimana perusahaan tersebut memaknai CSR. Praktik CSR yang selama ini dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan, khususnya bila dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini paling tidak dapat dilihat dari indikator makro, dimana jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan dari 16,66% pada tahun 2004 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006. Padahal bila pemanfaatan dana CSR dapat dioptimalkan dandilakukan dengan model (pola) yang baik, niscaya akan berkontribusi sangat besar bagi pemberdayaan ekonomi (pengurangan angka kemiskinan) dalam masyarakat. Pola community development merupakan bentuk CSR yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan besar. Implementasi community development merupakan modal sosial (social capital) dapat dimanfaatkan dan didayagunakan. Suharto (2005) menjelaskan bahwa modal “sosial adalah sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas, sehingga timbul kepercayaan, serta saling pengertian”. Kegiatan bersama antar warga masyarakat dapat terbangun bila terpenuhi ketersediaan elemen-elemen modal sosial. PT Tirta Investama atau PT TI adalah salah satu produsen pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1973. Aqua berasal dari sumber mata air pegunungan pilihan yang diproses secara terpadu dengan teknologi yang menghasilkan kualitas air putih terbaik. Aqua kini telah mengoperasikan 16 pabrik dan 15 Distribution Center (DC) yang tersebar diseluruh Indonesia serta menjalin kerjasama bisnis dengan perusahaan AMDK yang berada di Brunei, Malaysia. Aqua juga bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber mata air dengan secara aktif melibatkan berbagai pihak secara bersama-sama untuk berperan serta menjaga dan melindungi lingkungan. Wujud dari ajakan ini adalah terselenggaranya berbagai 3 kegiatan perusahaan yang dikenal dengan payung “AQUA Lestari” sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui AQUA Lestari ini, Aqua merancang inisiatif-inisiatif sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. AQUA Lestari direalisasikan dengan jangkauan wilayah sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terintegrasi dari wilayah hulu, tengah sampai hilir. Pelaksanaannya bertumpu pada konteks kebutuhan lokal, mengedepankan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat, serta bersinergi dengan para pemangku kepentingan. Memberikan perhatian terhadap ekspektasi para pemangku kepentingan berdasarkan hasil pemetaan pemangku kepentingan nasional serta bersinergi dengan mereka dipandang penting dalam AQUA Lestari. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, pelestarian lingkungan, maupun operasional perusahaan secara keseluruhan, Grup AQUA tidak menerima bantuan keuangan apapun dari pemerintah. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dilaksanakan secara mandiri dan tidak memihak kepada partai politik, politisi dan kegiatan politik apapun. Aqua Lestari merupakan salah satu payung dari berbagai kegiatan yang menjadi wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial Danone Aqua. Terdapat empat program yang menjadi fokus utama pelaksanaan program CSR, yaitu: 1.Konservasi 2.Akses Air Bersih dan Penyehatan Linkungan atau Water Access Sanitation and Hygiene (WASH) 3.Pengelolaan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat 4.Pertanian Berkelanjutan Program-program tersebut dirancang oleh Aqua untuk bisa berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan, meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif perusahaan, serta mengurangi tekanan dari masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Aqua selalu berupaya untuk melibatkan semua pihak didalam pengimplementasian program-program CSR nya. Program Kampung Sehat merupakan salah satu program CSR berbasis lingkungan yang dilaksanakan di Desa Ciherang Pondok dan di Desa Ciderum, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Program Kampung Sehat ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 bekerjasama dengan Yayasan Tangkap Alam. Program Kampung Sehat ini pada intinya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat akan pentingnya merawat lingkungan agar bersih dan sehat. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu: pembersihan sungai dan lingkungan, pembuatan lubang biopori, pembuatan sumur resapan, penanaman dan pengelolaan sampah. Selain itu, ada juga kegiatan penguatan kelembagaan organisasi masyarakat dan sekolah lapang yang memanfaatkan masyarakat desa tersebut. Ketika CSR diimplementasikan melalui model alternatif yang berbasis pemanfaatan modal sosial, maka akan lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, maupun budaya secara berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut pengaruh modal sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat. MASALAH PENELITIAN Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan yang sering disalah artikan oleh perusahaan, merujuk pada tiga prinsip dasar Triple Bottom Line yang diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994 memuat tiga hal yaitu profit, people, dan planet. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan dan cara pandangnya masing-masing dalam mengimplementasikan program CSR nya. Pelaksanaan CSR yang efektif tentunya akan memberi manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program CSR. Oleh karena itu perlu dikaji karakteristik individu peserta program CSR (umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pengalaman berkelompok). Implementasi CSR tidak hanya memberikan manfaat bagi pihak penerima bantuan dalam hal ini masyarakat, tetapi juga bagi perusahaan. Perusahaan bertanggungjawab untuk menjamin kesehatan lingkungan dan kualitas hidup mereka. Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat 4 akan selaras dengan penciptaan kepercayaaan terhadap perusahaan. Kepercayaan merupakan modal sosial yang berarti untuk membangun kemitraan berbasis nilai kekeluargaan yang akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut memiliki masyarakat terhadap perusahaan. Masyarakat sebagai peserta sekaligus penerima manfaat program tentu memiliki pengetahuannya masing-masing tentang program yang telah diimplementasikan di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, perlu diketahui sampai sejauh mana modal sosial masyarakat, dilihat dari tingkat kepercayaan, tingkat kepatuhan terhadap norma, dan tingkat kekuatan jaringan. Suatu program pengembangan masyarakat berbasis partisipasi masyarakat lokal secara aktif melalui konsep triple bottom line secara komprehensif serta penguatan modal sosial masyarakat lokal, dibutuhkan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan sudah seharusnya melibatkan masyarakat dalam pengimplementasian program CSR nya. Program CSR akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat benar-benar turut berperan aktif didalamnya. Proses pelibatan masyarakat tersebut akan mampu menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap program yang telah diimplementasikan.. Oleh karena itu perlu dikaji sampai sejauh mana tingkat partisipasi partisipasi peserta program pada program CSR dan hubungannya dengan karakateristik individu peserta program CSR. Modal sosial dapat dipergunakan sebagai alat assesment terutama untuk mengetahui apakah kepercayaan dan partisipasi di dalam komunitas itu besar atau kecil. Jika tingkat kepercayaan dan partisipasi warga masyarakat itu besar, maka kebijakan sosial, terutama bagi penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakandan dapat diperkirakan program itu berhasil. Tetapi jika ternyata tingkat kepercayaan dan partisipasi warga dalam komunitas itu rendah, maka perlu dilakukan intervensi sosial atau program sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan sosial. Oleh karena itu, perlu dikaji sampai sejauhmana hubungan antara modal sosial masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR. Tujuan Penelitian Tujuan Penulisan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Modal Sosial Perusahaan terhadap Pemberdayaan Masyarakat” dan secara khusus bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik individu peserta program CSR (umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pengalaman berkelompok). 2. Mengkaji sejauh mana modal sosial masyarakat, dilihat dari tingkat kepercayaan, tingkat kepatuhan terhadap norma, tingkat kekuatan jaringan. 3. Mengkaji sampai sejauh mana tingkat partisipasi peserta program pada program CSR dan hubungannya dengan karakateristik individu peserta program CSR. 4. Mengkaji hubungan antara modal sosial masyarakat dengan tingkat partisipasi peserta program CSR Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada : 1. Bagi Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR. 2. Bagi Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat. 3. Bagi Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi dalam program CSR. 4. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. 5 PENDEKATAN TEORITIS TINJAUAN PUSTAKA Corporate Social Responsibility Munculnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dilatar belakangi oleh eksploitasi sumber daya alam dan rusaknya lingkungan karena operasi perusahaan atau industri yang berlomba-lomba mencari laba sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan dampak sosial yang dapat terjadi sehingga terjadi krisis lingkungan. Tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam menguasai industri menjadi parameter kualitas kehidupan manusia. Masalahnya bagaimana mengelola perbedaan di antara dua kepentingan yaitu kepentingan industri dan kepentingan lingkungan. (Wibisono dalam Indarti, 2012). Konsep tanggungjawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak tahun 1979 yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai – nilai pemenuhan hukum, penghargaan masyarakat terhadap lingkungan serta komitmen dunia usaha (Sustainable, 2009). Pada tahun 1997, terdapat suatu keluaran yang cukup berpengaruh dalam konteks CSR yang dikemukakan oleh John Elkington dalam Wibosono (2007) melalui bukunya yang berjudul “Canibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. John Elkington mengemukakan konsep “3P” yaitu profit, people dan planet. Dalam konsep 3P terdapat makna yang terkandung bahwa perusahaan sebaiknya tidak hanya memburu keuntungan (profit), tetapi juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep 3P inilah yang kemudian diimplementasikan oleh berbagai perusahaan bahkan dicantumkan pula dalam agenda-agenda perusahaan dalam upaya melakukan tanggung jawab sosialnya. Dari definisi CSR di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen moril perusahaan dalam mengintegrasikan kepedulian social masing-masing stakeholder untuk mencapai tujuan dalam menciptakan kesejahteraan di wilayah kerja perusahaan tersebut dengan mengakomodir kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. CSR memiliki kaitan dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang didefinisikan sebagai pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak istilah pembangunan berkelanjutan mulai populer, banyak dilakukan konferensi yang menunjukkan kepedulian masyarakat dunia akibat kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan. Adapun tahap-tahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya (Wibisono, 2007) yaitu: 1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkahlangkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, perencanaan merupakan inti dalam memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi konsumen perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Menurut Wibisono (2007) tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga 6 3. 4. dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dialami oleh unit penyelenggara. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan roadmap yang telah disusun. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya. Melalui upaya ini dapat dinyatakan bahwa penerapan CSR bukan sekedar kosmetik namun telah menjadi strategi perusahaan, bukan lagi sebagai upaya untuk compliance, tapi sudah beyond compliance. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dapat berguna untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan suatu program dan dapat pula dilakukan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi dapat dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang dilakukan. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun system informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Karakteristik Individu Menurut Pangestu (1995) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap program, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Faktor eksternal yaitu faktor yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Selain itu, menurut Murray dan Lappin yang dikutip Matrizal dalam Wicaksono (2010), faktor lain yang mempengaruhi partisipasi seseorang adalah lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal. Silaen dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Tamarli dalam Febriana (2008) juga menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga (Ajiswarman dalam Wicaksono 2010). Namun, hasil penelitian yang berbeda diungkapkan oleh Nurlaela dalam Wicaksono (2010) bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi orang tersebut dalam suatu kegiatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan rendah dan seseorang yang memiliki tingkat pendapatan tinggi menunjukkan jumlah presentase partisipasi yang relatif sama. Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi. 7 Modal Sosial Modal dipandang sebagai aset sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya dalam jaringan atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin 2004). Definisi lain modal sosial adalah sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik,manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadnya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dalam Nasdian 2005). Sementara menurut Ife (2008), modla sosial dapat dilihat sebagai sebuah ‘perekat’ yang menyatukan masyarakat - hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas dan komunitas. Uphoff (2000) dalam Lenggono (2004) membagi komponen modal sosial ke dalam dua kategori, yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial dan kedua, kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen modal sosial tersebut diantaranya: 1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk pada kategori struktural. 2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama. 3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilai-nilai untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga dikembangkan keyakinan bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertindak sama. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif. 4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya. Komponen ini termasuk dalam kategori struktural 5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan menguntungkan. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif. Menurut Serageldin diacu dalam Cullen (2001) modal sosial juga dapat memfasilitasi pertemuan antara tujuan ekonomi, sosial dan ekologi serta pengaruhnya antar mereka. Semakin tinggi modal sosial yang ada maka akan semakin kuat juga terhadap pertumbuhan nilai ekonomi, sosial dan ekologinya, demikian juga sebaiknya. Portes dan Sensebrenner diacu dalam Wafa (2003) menjelaskan mengenai sumber-sumber social capital : 1. Value introjection, merupakan tanggung jawab individu yang memaksa individu untuk berprilaku sesuai dengan prilaku kolektif yang dirujuk. Kelompok mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk mengatur anggota kelompoknya. 2. The dinamic of group affiliation, berbeda dengan tipe pertama, tipe ini individu tidak diharapkan berprilaku sesuai dengan moralitas kelompok tetapi lebih bersifat sukarela atau melalui pertukaran timbale balik individu. Individu bertindak karena adanya prakarsa yang setara dan adil sehingga menimbulkan saling ketergantungan atau saling membutuhkan. 3. Bounded solidarity, yakni berbagai keadaan situasional yang melandasi orientasi perilaku anggota kelompok atau merupakan reaksi situasional sekelompok orang atas kondisi yang dihadapi mereka. Kondisi yang memaksa individu untuk berperilaku yang menimbulkan rasa kebersamaan atau solidaritas diantara individu. 4. Enforceable trust, yakni sumber social capital yang terkait dengan pembedaan klasik antara rasional dan formal dalam transaksi pasar dengan kata lain bahwa individu akan cenderung memenuhi ekspektasi kelompok jika dianggap bermanfaat baginya. Merujuk pada Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya dijelaskan sebagai berikut: 8 1. Kepercayaan Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) dalam Suharto (2006) menyebutkan bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturanaturan sosial yang cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam 1995 dalam Suharto 2006). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubunganhubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam sutu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Robert 2002 dalam Suharto 2006) 2. Norma Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam 1993 dalam Suharto 2006). Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. 3. Jaringan Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia (Putnam 1993 dalam Suharto (2006). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu. Partisipasi Partisipasi merupakan kunci bagi suatu pembangunan. Banyak program-program pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat, namun terdapat kritik dimana program pembangunan yang telah dibuat hanya sekedar paket pelaksana, bersifat top down, dan bersifat semu. Hal-hal tersebut menyebabkan masyarakat tidak merasa memiliki program, hasilnya tidak relevan dengan masyarakat, nilai terapannya kurang, dan kurang menjamin keberlanjutan program. Perubahan dalam pembangunan perlu dilakukan dengan menerapkan partisipasi secara keseluruhan. Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masayarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Slamet dalam Sumodiningrat (1999) mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, baik itu pada prosesnya maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Menurut Sajogyo (1998) partisipasi adalah peluang untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai hasil pembangunan. Pengertian partisipasi lainnya didefinisikan oleh Nasdian (2006) yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri (Nasdian 2006). Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan suatu kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan 9 menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program. 3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran. 4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. Menurut Asia Development Bank (ADB) seperti dikutip Soegijoko dalam Huraerah (2008), tingkatan partisipasi (dari yang terendah sampai tertinggi) adalah sebagai berikut: 1. Berbagi informasi bersama (sosialisasi) Pemerintah hanya menyebarluaskan informasi tentang program yang akan direncanakan atau sekadar memberikan informasi mengenai keputusan yang dibuat dan mengajak warga untuk melaksanakan keputusan tersebut. 2. Mendapatkan umpan balik (konsultasi) Pemerintah meminta saran dan kritik dari masyarakat sebelum suatu keputusan ditetapkan. 3. Pembuatan keputusan bersama (kolaborasi) Masyarakat bukan sebagai penggagas kolaborasi tetapi masyarakat dilibatkan untuk merancang dan mengmbil keputusan bersama sehingaa peran masyarakat secara signifikan dapat mempengaruhi hasil atau keputusan. 4. Pemberdayaan (kendali) Masyarakat memiliki kekuasaan adalam mengawasi secara langsung keputusan yang sudah diambil dan menolak pelaksanaan keputusan yang bertentangan dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan prosedur dan indikator kinerja yang mereka tetapkan bersama. Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen participation is citizen power) yaitu mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Arnstein juga menjelaskan ada delapan tangga atau tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu: 1. Manipulation (Manipulasi) Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ‘stempel karet’ dalam badan penasihat.Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya.Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa. 2. Therapy (Terapi) Pada tingkat terapi atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental.Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan.Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab luka. 3. Informing (Menginformasikan) Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitahuan, pamflet, dan poster. 4. Concultation (Konsultasi) Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan 10 masyrakat, maka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi palsu. Masyarakat pada dasarnya hanya dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak dari kuesioner dijawab. Dengan demikian, pemegang kekuasaan telah memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat. 5. Placation (Menenangkan) Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan jika pemegang kekuasaan memiliki mayoritas kursi, maka mereka akan dengan mudah dikalahkan dan diakali. 6. Partnership (Kemitraan) Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggungjawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian masyarakat benarbenar memiliki posisi tawar menawar yang tinggi sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan. 7. Delegated Power (Kekuasaan didelegasikan) Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar. 8. Citizen Control (Kontrol warga negara) Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga. Berdasarkan kedelapan tangga tersebut, Arnstein (1969) mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Nonpartispasi, (2) Tokenisme, dan (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama (Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi.Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen Control) termasuk ke dalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki keuasaan Menurut Pangestu (1995) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap program, diantaranya ialah: 1. Faktor internal, yaitu faktor yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. 2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. 11 KERANGKA PEMIKIRAN Bagi perusahaan CSR tidak terpisahkan dari bisnis. Menurut Wibisono (2007) CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (tripple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Bentuk aktualisasi CSR suatu perusahaan dapat diwujudkan melalui program yang berbasis masyarakat. Program tersebut diharapkan mampu menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri. Kampung Sehat adalah salah satu program CSR PT TI yang berada dibawah payung besar Aqua Lestari. Program tersebut bertujuan untuk memberikan penyediaan sarana dan prasarana air bersih, memfasilitasi kelembagaan pengguna air, serta membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di sekitar PT TI Caringin. Kurangnya kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat dan kesulitan yang dihadapi untuk mengakses air bersih ketika musim kemarau menjadi alasan yang kuat bagi PT TI Caringin untuk melaksanakan program Kampung Sehat di wilayah tersebut. Suatu program CSR mustahil akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat tidak dilibatkan dalam program. Istilah dari proses pelibatan masyarakat disebut partisipasi. Menurut Nasdian (2006) partisipasi yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Arnstein (1969) juga menjelaskan terdapat delapan tangga atau tingkatan partisipasi masyarakat. Diduga terdapat hubungan antara penguatan modal sosial dengan tingkat partisipasi program Kampung Sehat PT TI Caringin. Tidak hanya melalui tingkat partisipasi masyarakatnya saja suatu program CSR akan dikatakan berhasil. Disisi lain tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR juga diduga berhubungan dengan karakteristik individu yang dapat diukur melalui variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan pengutan modal sosial dalm masyarakat. Untuk menilai keberhasilan program CSR suatu perusahaanpun tidak hanya dinilai oleh pihak perusahaan, tetapi oleh masyarakat dan pemegang kepentingan lainnya yang berada diluar perusahaan tersebut. Karakteristik Individu: 1. Tingkat Umur 2. Jenis Kelamin 3. Status Pernikahan 4. Tingkat Pendidikan 5. Jenis Pekerjaan 6. Pengalaman Berkelompok Ket : : berhubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penguatan Modal Sosial : 1. Tingkat Kepercayaan 2. Tingkat Kepatuhan terhadap Norma 3. Tingkat Kekuatan Jaringan Tingkat Partisipasi Peserta Program : 1. Frekuensi keikutsertaan dalam perencanaan kegiatan 2. Frekuensi keikutsertaan dalam pelaksanaan kegiatan 3. Frekuensi keikutsertaan dalam menikmati hasil kegiatan 4. Frekuensi keikutsertaan dalam evaluasi kegiatan 12 Hipotesis Penelitian 1. 2. Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya: Terdapat hubungan antara karakteristik individu peserta program dengan tingkat partisipasi peserta program Terdapat hubungan antara penguatan modal sosial terhadap tingkat partisipasi peserta program Definisi Operasional Karakteristik Individu Variabel Tingkat Umur Jenis Kelamin Status Pernikahan Definisi Operasional Lama hidup responden dari sejak lahir hingga pada saat diwawancarai Perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak lahir Hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan (keluarga) Tingkat Pendidikan Jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden Jenis Pekerjaan Aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia yang menghasilkan uang Pengalaman Berkelompok Pengalaman yang dimiliki seseorang dalam mengikuti suatu kelompok di lingkungan tempat tinggalnya Indikator Jenis Data Ordinal Laki-laki=1 Perempuan=2 Nominal Belum Menikah = 1 Nominal Menikah = 2 Cerai Hidup = 3 Cerai Mati =4 Tidak Sekolah/Tamat Ordinal SD=1 (rendah) Tamat SMP=2 (menengah) Tamat SMA/PT = 3 (tinggi) Buruh Industri =1 Nominal Wiraswasta =2 Lainnya (Pertanian dan Ibu Rumah Tangga)=3 Ordinal Tingkat Partisipasi Peserta Program Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria dibawah ini: Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) Tahap Pelaksanaan Keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat penyusunan rencana program. Pada tahap perencanaan yang dinilai adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut. Keikutsertaan dan keaktifan pada pelaksanaan kegiatan CSR. Partisipasi Nominal Nominal 13 Tahap menikmati hasil Tahap evaluasi pada tahap pelaksanaan diukur berdasarkan banyaknya kegiatan yang diikuti responden pada CSR PT Indocement serta kehadiran/keaktifan dalam tiap-tiap kegiatan tersebut Keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari program CSR. Partisipasi pada tahap menikmati hasil diukur dari manfaat/keterampilan yang didapat oleh responden dari adanya kegiatan CSR serta bagaimana dia menerapkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keikutsertaan responden dalam mengevaluasi kegiatan. Menilai/mengevaluasi pelaksanaan atau hasil suatu kegiatan Nominal Nominal Penguatan Modal Sosial Variabel Definisi Operasional Tingkat Kepercayaan Meliputi kepercayaan pada keluarga; pada tetangga; pada orang dari kelas yang berbeda; pada pemilik usaha; pada aparat pemerintah; pada penegak hukum, seperti jaksa, hakim, dan polisi; pada aparat pemerintah daerah Tingkat Kepatuhan terhadap Norma Meliputi kesediaan menolong orang lain; kepedulian pada orang lain; keterbukaan pada orang lain. Tingkat Kekuatan Jaringan Hubungan-hubungan yang terjalin antara sesama masyarakat dengan perusahaan. Dilihat dari aspek hubungan pertetanggaan, pertemanan, kerja, maupun hubungan dengan pemangku desa Indikator Jenis Data Nominal Nominal Nominal 14 PENDEKATAN LAPANG Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian survei. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner (Lampiran 1). Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana pengaruh modal sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat.. Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini menyoroti pihak perusahaan dan pemerintah. Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Ciderum dan Desa Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Tirta Investama. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (Sengaja). Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan, PT Tirta Investama adalah salah satu produsen pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1973. Keberadaan perusahaan ditengah-tengah masyarakat selain sebagai produsen pelopor air minum, juga bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber mata air dengan secara aktif melibatkan berbagai pihak secara bersama-sama untuk berperan serta menjaga dan melindungi lingkungan, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian pengaruh program CSR khususnya dalam bentuk pemberdayaan terhadap kelompok masyarakat sekitar perusahaan khususnya masyarakat Desa Ciderum, dan Ciherang Pondok. Waktu penelitian direncanakan seperti tabel dibawah ini: Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi Februari Maret April Mei Juni TEKNIK PENENTUAN INFORMAN DAN RESPONDEN Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pemerintah desa, pelaksana program dan pihak perusahaan PT. Tirta Investama. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ciderum dan Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pemilihan responden di wilayah ini dilakukan secara purposive (Sengaja) yaitu masyarakat desa Ciderum dan Ciherang Pondok (kader) yang mengikuti program Kampung Sehat. Sehingga populasi sampel dalam penelitian ini adalah individu yang mengikuti kegiatan program Kampung Sehat di Desa Ciderum dan Ciherang Pondok. Dalam hal 15 ini, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan infromasi yang spesifik (Usman & Akbar, 2008). Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya adalah 40 orang yang menjadi peserta program CSR Kampung Sehat PT TI Ciherang di yaitu RT 3/11 Desa Ciderum dan RT 7/01 Desa Ciherang Pondok. Teknik Pengumpulan Data Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, , modal sosial dan kegiatan-kegiatan dalam implementasi program CSR. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan pengaruh antara variabel dengan data yang berbentuk ordinal, yaitu mengukur pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat, dan karakteristik individu terhadap tingkat keberhasilan program. Pengolahan data ini menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi (Lampiran 2). 16 DAFTAR PUSTAKA Azhari, Siti Kusumawati. 2007. Norma Hukum dan Bisnis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Sosioteknologi. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 12(6). Tersedia dari http://journal.fsrd.itb.ac.id/jurnal-desain/pdf_dir/issue_3_6_12_4.pdf Febriana YD. 2008. Partisipasi masyarakat dalam program corporate social responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan). Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harmoni, Ati. 2008. Penilaian Konsumen terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 13(1). Tersedia dari http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/download/324/265 IfeJ, Tesoriero F. 2008. Community Development. Penerjemah Sastrawan Manullang, dkk. Jakarta [ID]: Pustaka Pelajar. Indarti, Sri. 2012. Trade Off Corporate Social Responsibility BUMN dan Pengembangan UMKM di Provinsi Riau (Studi Kasus PT. Jasa Raharja Cabang Provinsi Riau). Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 02(6). Tersedia dari http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JSEP/article/view/864 Indrawati, Novita. 2009. 1. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual Report serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance. Pekbis Jurnal. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 01(1). Tersedia dari http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/download/324/265 Kennedy, John E. 2009. Era Bisnis Ramah Lingkungan: Strategi Marketing Communication Masa Depan. Jakarta : Buana Ilmu Populer Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akutansi. Jakarta : Erlangga Lenggono PS. 2004. Modal Sosial dalam Pengelolaan Tambak. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Marnelly, T. Romi. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. [Internet]. [diacu 2013 September 19]. 02(2). Tersedia dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url= http%3A%2F%2Fejournal.unri.ac.id%2Findex.php%2FJAB%2Farticle%2Fdownload%2F910%2 F903&ei=SFNCUuLuCsmsrAe-tYHwCg&usg=AFQjCNHnLCo02AKx6Js8R-zEsvfw7fwOQ&bvm=bv.53077864,d.bmk Maygarinda, Putranti Budi. 2012. Analisis Alokasi Dana Corporate Social Responsibility serta Pelaporan Sustainability Report berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI G3) di PT. Pembangkitan Jawa Bali. The Indonesian Accounting Review. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 02(2). Tersedia dari http://academicjournalonline.com/index.php/accounting/article/view/94/71 Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Pangestu MHT. 1995. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan perhutanan sosial (Studi Kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Samosir, Partogi Saoloan. 2011. Analisis Kebijakan Corporate Social Responsibility berkelanjutan pada Industri Otomotif di Indomobil Group. Disertasi. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. Tersedia dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52234/analisis%20kebijakan.pdf?sequen ce=2 Santosa, R. Ery Wibowo. 2012. Corporate Social Responsibility: Dimensi dan Perspektif dalam Penelitian-Penelitian Empiris. Jurnal Value Added. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 08(2). Tersedia dari http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/718/772 Siregar, Chairil N. 2007. Analisis Sosiologis terhadap Implementasi Corporate Sosial Responsibility pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 12(6). Tersedia dari http://journal.fsrd.itb.ac.id/jurnaldesain/pdf_dir/issue_3_6_12_3.pdf 17 Slamet Y. 1994. Pembangunan masyarakat berwawasan partisipasi. Surakarta (ID): Sebelas Maret University Press. Solihin, Ismail. 2009. Corporate Sosial Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta : Salemba Suharto E. 2006. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. [pdf]. [internet]. [diunduh 9 Februari 2014]. Dapat diunduh dari http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/MODAL_SOSIAL_DAN_KEBIJAKAN_SOSIAL.pd f Wicaksono MA. 2010. Analisis tingkat partisipasi warga dalam tanggung jawab sosial perusahaan (Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu). Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Yulianti, Devi. 2012. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (PERSERO) Lampung (Suatu Evaluasi Atas Program CSR). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 03(1). Tersedia dari http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112-353-1-PB.pdf 18 Lampiran 1. KUESIONER Nomor Kuesioner Tanggal I. KARAKTERISTIK INDIVIDU KET Karakteristik Individu Responden 1 Nama ………………………………………………………... 2 Tempat/Tanggal Lahir ……………………………………………………...... 3 Alamat Lengkap Jl…………………………………………………....... RT:……...…..... RW:………..... No:.................. Kelurahan:……………………................................ Kecamatan:…………............................................. Kabupaten/Kota:……………….............................. Kode Pos:…………............................................... 4 Nomor Telpon/HP ……………………………………………………...... 5 Status dalam Keluarga [ [ [ Karakteristik Individu Peserta Program 7 Umur ] Suami ] Istri ] Anak .............................................................................. .................... [ ] Laki-laki [ ] Perempuan [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Cerai Hidup [ ] Cerai Mati 8 Jenis Kelamin 9 Status Pernikahan 10 Pendidikan Terakhir [ [ [ 11 Pekerjaan diluar sebagai peserta program CSR [ ] Bidang Industri, sebutkan:.......................................... [ ] Bidang Perdagangan dan Jasa, sebutkan:................ [ ] Bidang Pertanian, sebutkan:...................................... 12 Status Pekerjaan 13 Pengalaman Berkelompok [ [ ] Tidak Sekolah/Tamat SD ] Tamat SMP ] Tamat SMA/PT ] Pemilik/Pengusaha ] Pegawai/Pekerja/Buruh [ ] Tidak Ada [ ] Ikut 1-3 Kelompok, sebutkan:............................................... [ ] Lebih dari 3 Kelompok, sebutkan: .............................................. 19 II. No TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA MASING-MASING TAHAPAN Pertanyaan Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan 14 Apakah Anda hadir saat rapat perencanaan program CSR Kampung Sehat? Skala 1. Ya 2. Tidak (Jika tidak, langsung pada pertanyaan no 20) 15 Berapa kali anda pernah hadir dalam rapat perencanaan program CSR tersebut? 1 2 3 4 ..... 16 Apakah motif Anda menghadiri rapat perencanaan program tersebut? 1. Keinginan sendiri 2. Dorongan orang lain 3. Motif Ekonomi 4. ........................ 17 Ketika Anda hadir, apakah Anda bertanya? 18 Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan pendapat? Ketika Anda memberikan pendapat, apakah pendapat Anda diperhitungkan oleh perusahaan? 19 20 Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada kesepakatan dalam pengambilan keputusan? Tahap Pelaksanaan 21 Apakah Anda mengikuti kegiatan yang ada pada program “Kampung Sehat”? 22 Kegiatan apa saja yang Anda ikuti pada program “Kampung Sehat”? 1. 2. 1. 2. 1. 2. Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. pembersihan sungai dan lingkungan, pembuatan lubang biopori, dll (semua kegiatan) 2. pembersihan sungai dan lingkungan, pembuatan lubang biopori, pembuatan sumur resapan, penanaman, dll (2-3 kegiatan) 3. Hanya 1 Ket 20 23 Berapa kali Anda hadir pada kegiatan tersebut dalam 3 bulan terakhir? 1. 2. 3. 24 Jika terdapat masalah dalam pelaksanaan program, apakah Anda menyampaikannya? 1. 2. 25 Apakah Anda pernah menerima keluhan atau pendapat tentang program dari masyarakat sekitar? kegiatan atau tidak sama sekali. > 3 kali < 3 kali Tidak pernah hadir Ya Tidak 1. Ya 2. Tidak 26 Jika ya, apakah Anda menyampaikannya pada 1. Ya pihak/divisi lain di perusahaan? 2. Tidak Tahap Menikmati Hasil 27 Apakah anda merasakan ada manfaat dari program “kampung sehat”? 28 Jika ya, manfaat itu dirasakan oleh siapa? 29 Sebesar sering anda membersihkan lingkungan? Tahap Evaluasi 30 Apakah Anda hadir saat rapat evaluasi program penguatan lingkungan dan penyehatan lingkungan yang diprakarsai oleh CSR PT TI? 31 Apakah alasan Anda menghadiri rapat evaluasi tersebut atas keinginan sendiri? 1. Ya (Lanjut no 28) 2. Tidak 1. Perusahaan dan diri sendiri 2. Perusahaan/diri sendiri 3. Tidak ada manfaat/pertany aan terlewat 1.Tidak Pernah 2.Jarang 3.Kadang-Kadang 4.Sering 1. 2. Ya Tidak 1. Keinginan sendiri 2. Dorongan orang lain 3. Motif Ekonomi 4. ................ 32 Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan penilaian? 1. Ya 2. Tidak 33 Ketika Anda memberikan pendapat, apakah penilaian Anda diperhitungkan oleh perusahaan? Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap berwenang penuh mengambil keputusan? 1. Ya 2. Tidak 34 1. Ya 2. Tidak 21 35 Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada kesepakatan dalam pengambilan keputusan? 1. Ya 2. Tidak 36 Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan? 1. Ya 2. Tidak 37 Apakah Anda pernah membuat laporan (lisan/tulisan) terhadap apa yang telah dilakukan dalam mengikuti kegiatan ” Kampung Sehat”? 1. Ya 2. Tidak III. PENGUATAN MODAL SOSIAL Beri tanda centang () pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya, BUKAN harapan anda! No Pertanyaan Penguatan Modal Sosial Skala Tingkat Kepercayaan antar Sesama Masyarakat 38 Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil masyarakat Desa Ciherang Pondok? 2.Kecil 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar 39 Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil pemerintahan Desa Ciherang Pondok? 2.Kecil 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar 39 Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil perusahaan (PT.Tirta Investama)? 2.Kecil 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil perusahaan (PT.Tirta Investama) ikut 2.Kecil serta dalam melestarikan lingkungan? 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar Seberapa besar anda percaya kepada diri 1.Sangat Kecil sendiri ketika anda ikut bertanggungjawab 2.Kecil terhadap kegiatan pelestarian 3.Sedang lingkungan? 4.Besar 5.Sangat Besar 40 41 42 Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil kelompok (suku, ras dan agama) yang 2.Kecil sama dengan anda? 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar Ket 22 43 Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil kelompok (suku, ras dan agama) yang 2.Kecil berbeda dengan anda? 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar Tingkat Kepatuhan terhadap Norma 44 Secara umum, anda akan mengatakan bahwa tidak terlalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang-orang, atau bahwa kebanyakan orang bisa dipercaya 45 Secara umum, anda akan mengatakan bahwa kebanyakan orang hanya melihat diri mereka sendiri, atau mereka mencoba membantu orang lain 46 Menurut anda, apakah kebanyakan orang akan mengambil keuntungan dari anda jika mereka mempunyai kesempatan, atau mereka mencoba adil Tingkat Kekuatan Jaringan 50 51 1.Tidak terlalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang-orang 2. 3. 4.Kebanyakan orang bisa dipercaya 1.Melihat diri mereka sendiri 2. 3. 4.Mencoba membantu orang lain 1.Mengambil keuntungan dari anda 2. 3. 4.Mereka mencoba adil Seberapa besar anda mengenal 1.Sangat Kecil masyarakat Desa Ciherang Pondok? 2.Kecil 3.Sedang 4.Besar 5.Sangat Besar Seberapa sering anda berinteraksi dengan 1.Tidak Pernah masyarakat disekitar? 2.Jarang 3.Kadang-Kadang 4.Sering 52 Apakah anda pernah mengikuti kegiatan 1. Ya gotong-royong di desa? 2. Tidak 53 Apakah Anda tersebut dari....? 53 mengetahui kegiatan 1. 2. 3. 4. Apakah anda mengenal pemerintah desa? 1. Keluarga Tetangga Perangkat Desa ............................... Ya 2. Tidak 54 55 56 Seberapa sering anda berinteraksi dengan 1.Tidak Pernah pemerintah desa? 2.Jarang 3.Kadang-Kadang 4.Sering Apakah anda pernah mengikuti 1. Ya rapat/kegiatan di kantor desa? 2. Tidak Seberapa sering anda berdiskusi dengan 1.Tidak Pernah pemerintah desa? 2.Jarang 3.Kadang-Kadang 4.Sering 23 57 58 59 60 Apakah anda perusahaan? mengenal pihak 1. Ya 2. Tidak Seberapa sering anda berinteraksi dengan 1.Tidak Pernah pihak perusahaan? 2.Jarang 3.Kadang-Kadang 4.Sering Seberapa sering anda mengikuti kegiatan 1.Tidak Pernah bersama pihak perusahaan? 2.Jarang 3.Kadang-Kadang 4.Sering Apakah Anda mengetahui kegiatan 1. Keluarga tersebut dari....? 2. Tetangga 3. Perangkat Desa 4. ............................... 24 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TIRTA INVESTAMA Tujuan Informan : Memahami kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT. Tirta Investama : Koordinator Departemen CSR PT Tirta Investama Caringin Hari/tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana sejarah dan latar belakang perusahaan memulai menyelenggarakan CSR? 2. Sejak kapan CSR mulai dilaksanakan? 3. Bagaimana kondisi pengorganisasian CSR PT TI? Apa peran dan fungsi dari masing-masing posisi? 4. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap UU CSR? 5. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai CSR? 6. Siapa yang merumuskan kebijakan tersebut? 7. Bagaimana implementasi CSR tersebut di perusahaan Bapak/Ibu? Apa yang menjadi alasan pengimplementasian CSR di perusahaan? 8. Apa saja program utama CSR di perusahaan Bapak/Ibu? Apa alasan dikembangkannya program Kampung Sehat ? 9. Bagaimana tahapan pelaksanaan program CSR Kampung Sehat yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan Bapak/Ibu? 10. Apa saja kegiatan dari pelaksanaan program CSR Kampung Sehat? Berapa peserta program yang terlibat dan bagaimana cara memilih peserta program tersebut? 11. Berapa persen dana yang teralokasi untuk program CSR KAMPUNG SEHAT? Bagaimana cara perusahaan dalam menentukan alokasi pendanaan tersebut? 12. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan CSR? Berapa persen dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan program CSR? 13. Apakah setiap tahunnya sama atau tidak? 14. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakannya CSR oleh perusahaan? 15. Bagaimana mekanisme survey dalam pelaksanaan CSR untuk suatu tempat dan sasaran? Berapa lama? Dibantu oleh siapa? 16. Cara apa saja yang biasa digunakan dalam mencari mencari kebutuhan masyarakat? 17. Kendala apa yang dialami saat hendak melaksanakan CSR disuatu tempat? 18. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya? 19. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa? 20. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR? Siapa dan mengapa? 21. Apakah masyarakat dilibatkan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan CSR?Sampai sejauh mana? Mengapa? 22. Apakah program tersebut masih berjalan sampai saat ini? 23. Apa saja dampak yang dirasakan perusahaan setelah menjalankan CSR? 24. Bagaimana perusahaan menilai tingkat keberhasilan program CSR? 25. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan program CSR tersebut? 26. Penghargaan apa saja yang sudah perusahaan raih setelah menjalankan CSR? 25 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TIRTA INVESTAMA Tujuan Informan : Memahami kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT. Tirta Investama : Pihak Pemerintah Desa Ciherang Pondok Hari/ Tanggal wawancara Lokasi Wawancara Nama Informan Umur Jabatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. : : : : : Bagaimana sejarah program CSR Kampung Sehat sampai di Desa Bapak/Ibu? Apa yang Bapak/Ibu paham tentang program Kampung Sehat? Bagaimana tahapan implementasi CSR Kampung Sehat di Desa ini? Apa dan bagaimana peran pemerintah Desa dalam pelaksanaan program CSR Kampung Sehat? Menurut Bapak/Ibu, apakah program CSR Kampung Sehat tersebut sudah berhasil? Jelaskan! Apa kendala pelaksanaan program CSR Kampung Sehat dari sisi pemerintah Desa dan masyarakat? 26 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TIRTA INVESTAMA Tujuan Informan : Menggali informasi terkait dengan kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT. Indonesia Power : Tokoh Masyarakat Hari/tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : Pertanyaan Penelitian 1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai program yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan/CSR? Dari mana dan apa saja? 2) Apakah Bapak/Ibu turut aktif berperan serta dalam kegiatan CSR yang diselenggarakan PT. Tirta Investama? 3) Mengapa Bapak/Ibu tertarik untuk berperan serta? 4) Siapa saja menurut Bapak/Ibu yang terkait dengan kegiatan ini selama pelaksanaannya? 5) Bagaimana menurut anda mengenai kegiatan CSR PT. Tirta Investama? 6) Sejauh ini apakah manfaat yang anda rasakan dari kegiatan CSR PT. Tirta Investama? 7) Berupa apa saja manfaat yang anda rasakan tersebut? 8) Menurut Bapak/Ibu apakah program CSR PT. Tirta Investama tersebut sudahsesuai dengan kebutuhan penerima program? 9) Apakah harapan Bapak/Ibu bagi kegiatan CSR PT. Tirta Investama? 27 Lampiran 2. Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Penelitian 2.4 Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Teknik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Desa Ciherang Pondok 4.1.1 Karakteristik Penduduk 4.1.2 Kondisi Geografis 4.1.3 Kondisi Ekonomi 4.1.4 Kondisi Sosial 4.2 Profil PT Tirta Investama 5. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU MASYARAKAT PADA PROGRAM CSR DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TI CARINGIN 5.1 Karakteristik individu 5.2 Tingkat partisipasi peserta 5.3 Ikhtisar 6. HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TI CARINGIN 6.1 Hubungan tingkat kepercayaan dengan tingkat partisipasi 6.2 Hubungan kekuatan norma dengan tingkat partisipasi 6.3 Hubungan tingkat jaringan dengan tingkat partisipaso 7. PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran