makalah kolokium

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas 1
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Ipa Sada Hanami/I34100130
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Sylsilia T Sembiring/I34100080
Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si/19700816 199702 1 001
Pengaruh Modal Sosial terhadap Partisipasi Masyarakat dalam
Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Kasus Program
Tanggungjawab Sosial “Kampung Sehat” PT Tirta Investama,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
3 Maret 2014, 09.00-10.00 WIB
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam melimpah.
Sumber daya alam tersebut dikelola agar pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dilakukan baik oleh pemerintah maupun
perusahaan. Sayangnya pengelolaan sumber daya ini rentan dengan isu kerusakan lingkungan
dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam tersebut. Jumlah
perusahaan yang ada di Indonesia pun cederung bertambah. Menurut data BPS (2007),
berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006, seluruh perusahaan di Indonesia tercatat sebanyak 22.7
juta (43.03%); terdiri dari 9.8 juta (56.97%) perusahaan tidak permanen dan 12.9 juta perusahaan
permanen. Bila dibandingkan dengan Sensus Ekonomi tahun 1996, data ini meningkat sebanyak
6.2 juta (3.32%) per tahunnya. Menurut data Jumlah Perusahaan menurut Subsektor yang
dikeluarkan oleh BPS (2009), bila kita membandingkan data pada tahun 2001 dan 2009, jelas
terlihat adanya peningkatan jumlah perusahaan di Indonesia. Peningkatan jumlah ini tentunya
membuat isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat semakin menguat.
Seiring dengan semakin pesatnya dunia usaha yang ada di Indonesia, saat ini perusahaan
tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line),
melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut
triple bottom line. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan
dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor
usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Perusahaan juga berlomba
lomba untuk lebih meningkatkan kualitasnya, baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun
fasilitas yang ada untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang semakin modern dan persaingan yang
ketat antar perusahaan yang terjadi di Indonesia. Maka dari itu, CSR sudah dijadikan strategi
perusahaan untuk mendapatkan citra yang baik di mata masyarakat.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang
secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan
stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan;
serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Bank Dunia adalah komitmen perusahaan
untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan melalui
kerjasama dengan segenap pemangku kepentingan yang terkait untuk memperbaiki hidup mereka
dengan cara-cara yang baik bagi kepentingan bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan, dan
masyarakat pada umumnya. Apabila hal tersebut dianut dengan benar, perusahaan dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan, yang bermanfaat baik bagi
perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini sejalan
dengan komponen dasar beroperasinya perusahaan yang dikenal dengan triple bottom line yakni
keuntungan, masyarakat, dan lingkungan (profit, people, planet).
2
Meskipun isu tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) sudah cukup
lama muncul di negara-negara maju, namun di Indonesia, isu tersebut baru akhir-akhir ini
mengalami perhatian yang cukup intens dari berbagai kalangan (perusahaan,pemerintah,
akademisi, dan NGOs). Respons pemerintah terhadap pentingnya CSR ini misalnya terlihat dari
dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah melalui Kepmen. BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang
mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan
masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang
implementasinya ditindak lanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN, SE No. 433/MBU/2003
yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas. Lebih
lanjut respons pemerintah tersebut terlihat dari dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang di dalamnya memuat kewajiban perusahaan khususnya perusahaan
yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan CSR.
Terbitnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dalam
salah satu pasalnya memuat kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, untuk melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan (TJSL), ditanggapi dengan beragam sikap oleh berbagai pihak.
Dimasukkannya CSR sebagai kewajiban perseroan dalam undang-undang No.40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT), telah menimbulkan pro-dan kontra antara pengusaha dan
pemerintah. Dengan kata lain sebahagian besar perusahaan saat ini melihat praktek CSR hanya
sebagai kegiatan philantrophy perusahaan, yang menyerap biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan dan memberatkan, tanpa berusaha menyadari pentingnya tumbuh bersama dengan
komunitas stakeholdernya (Direktur Eksekutif Asian Forum On Corporate Social responsibility
dalam Handayani, 2007). Sebagian pihak menanggapinya dengan penuh pengharapan kewajiban
ini dapat dipenuhi dan perseroan dapat turut berperan dalam mengurangi permasalahan sosial
dan kerusakan lingkungan.
Di Indonesia, tampaknya pertimbangan profit perusahaan juga masih dominan mengalahkan
kesejahteraan masyarakat. Penelitian Chambers dkk (dalam Wibisono, 2007), di antara tujuh
Negara (India, Korsel, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia), yang diteliti dengan
sampel 50 perusahaan yang berada pada peringkat atas berdasarkan pendapatan operasional
pada tahun 2002, menunjukkan Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah penetrasi
pelaksanaan CSR dan derajat keterlibatan komunitasnya dibandingkan enam negara lainnya.
Menurut Tanudjaja (2009) perbedaan dalam memaknai CSR oleh perusahaan akan menyebabkan
perbedaan implementasi CSR antar perusahaan pula, tergantung bagaimana perusahaan tersebut
memaknai CSR. Praktik CSR yang selama ini dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia
belum menunjukkan hasil yang signifikan, khususnya bila dikaitkan dengan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Hal ini paling tidak dapat dilihat dari indikator makro, dimana jumlah
penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan dari 16,66% pada tahun 2004 meningkat
menjadi 17,75% pada tahun 2006. Padahal bila pemanfaatan dana CSR dapat dioptimalkan
dandilakukan dengan model (pola) yang baik, niscaya akan berkontribusi sangat besar bagi
pemberdayaan ekonomi (pengurangan angka kemiskinan) dalam masyarakat.
Pola community development merupakan bentuk CSR yang saat ini banyak dipraktikkan oleh
perusahaan besar. Implementasi community development merupakan modal sosial (social capital)
dapat dimanfaatkan dan didayagunakan. Suharto (2005) menjelaskan bahwa modal “sosial adalah
sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas,
sehingga timbul kepercayaan, serta saling pengertian”. Kegiatan bersama antar warga masyarakat
dapat terbangun bila terpenuhi ketersediaan elemen-elemen modal sosial.
PT Tirta Investama atau PT TI adalah salah satu produsen pelopor Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1973. Aqua berasal dari sumber mata air
pegunungan pilihan yang diproses secara terpadu dengan teknologi yang menghasilkan kualitas
air putih terbaik. Aqua kini telah mengoperasikan 16 pabrik dan 15 Distribution Center (DC) yang
tersebar diseluruh Indonesia serta menjalin kerjasama bisnis dengan perusahaan AMDK yang
berada di Brunei, Malaysia. Aqua juga bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber mata air
dengan secara aktif melibatkan berbagai pihak secara bersama-sama untuk berperan serta
menjaga dan melindungi lingkungan. Wujud dari ajakan ini adalah terselenggaranya berbagai
3
kegiatan perusahaan yang dikenal dengan payung “AQUA Lestari” sebagai bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan yang dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR).
Melalui AQUA Lestari ini, Aqua merancang inisiatif-inisiatif sosial dan lingkungan yang
berkelanjutan. AQUA Lestari direalisasikan dengan jangkauan wilayah sub-Daerah Aliran Sungai
(DAS) secara terintegrasi dari wilayah hulu, tengah sampai hilir. Pelaksanaannya bertumpu pada
konteks kebutuhan lokal, mengedepankan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat, serta
bersinergi dengan para pemangku kepentingan. Memberikan perhatian terhadap ekspektasi para
pemangku kepentingan berdasarkan hasil pemetaan pemangku kepentingan nasional serta
bersinergi dengan mereka dipandang penting dalam AQUA Lestari.
Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, pelestarian lingkungan, maupun
operasional perusahaan secara keseluruhan, Grup AQUA tidak menerima bantuan keuangan
apapun dari pemerintah. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dilaksanakan secara mandiri dan tidak
memihak kepada partai politik, politisi dan kegiatan politik apapun. Aqua Lestari merupakan salah
satu payung dari berbagai kegiatan yang menjadi wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial
Danone Aqua. Terdapat empat program yang menjadi fokus utama pelaksanaan program CSR,
yaitu:
1.Konservasi
2.Akses Air Bersih dan Penyehatan Linkungan atau Water Access Sanitation and Hygiene
(WASH)
3.Pengelolaan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat
4.Pertanian Berkelanjutan
Program-program tersebut dirancang oleh Aqua untuk bisa berkontribusi bagi pembangunan
berkelanjutan, meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif perusahaan, serta
mengurangi tekanan dari masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Aqua selalu
berupaya untuk melibatkan semua pihak didalam pengimplementasian program-program CSR
nya.
Program Kampung Sehat merupakan salah satu program CSR berbasis lingkungan yang
dilaksanakan di Desa Ciherang Pondok dan di Desa Ciderum, Kecamatan Caringin Kabupaten
Bogor. Program Kampung Sehat ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 bekerjasama dengan
Yayasan Tangkap Alam. Program Kampung Sehat ini pada intinya bertujuan untuk mengubah
perilaku masyarakat akan pentingnya merawat lingkungan agar bersih dan sehat. Ada beberapa
kegiatan yang dilakukan, yaitu: pembersihan sungai dan lingkungan, pembuatan lubang biopori,
pembuatan sumur resapan, penanaman dan pengelolaan sampah. Selain itu, ada juga kegiatan
penguatan kelembagaan organisasi masyarakat dan sekolah lapang yang memanfaatkan
masyarakat desa tersebut. Ketika CSR diimplementasikan melalui model alternatif yang berbasis
pemanfaatan modal sosial, maka akan lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat, baik
ekonomi, sosial, maupun budaya secara berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut
pengaruh modal sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan
masyarakat.
MASALAH PENELITIAN
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan yang sering
disalah artikan oleh perusahaan, merujuk pada tiga prinsip dasar Triple Bottom Line yang
diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994 memuat tiga hal yaitu profit, people, dan
planet. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan dan cara pandangnya masing-masing
dalam mengimplementasikan program CSR nya. Pelaksanaan CSR yang efektif tentunya akan
memberi manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi salah
satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program CSR. Oleh karena
itu perlu dikaji karakteristik individu peserta program CSR (umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pengalaman berkelompok).
Implementasi CSR tidak hanya memberikan manfaat bagi pihak penerima bantuan dalam hal
ini masyarakat, tetapi juga bagi perusahaan. Perusahaan bertanggungjawab untuk menjamin
kesehatan lingkungan dan kualitas hidup mereka. Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat
4
akan selaras dengan penciptaan kepercayaaan terhadap perusahaan. Kepercayaan merupakan
modal sosial yang berarti untuk membangun kemitraan berbasis nilai kekeluargaan yang akhirnya
akan menumbuhkan rasa ikut memiliki masyarakat terhadap perusahaan. Masyarakat sebagai
peserta sekaligus penerima manfaat program tentu memiliki pengetahuannya masing-masing
tentang program yang telah diimplementasikan di lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu,
perlu diketahui sampai sejauh mana modal sosial masyarakat, dilihat dari tingkat
kepercayaan, tingkat kepatuhan terhadap norma, dan tingkat kekuatan jaringan.
Suatu program pengembangan masyarakat berbasis partisipasi masyarakat lokal secara aktif
melalui konsep triple bottom line secara komprehensif serta penguatan modal sosial masyarakat
lokal, dibutuhkan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan sudah
seharusnya melibatkan masyarakat dalam pengimplementasian program CSR nya. Program CSR
akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat benar-benar turut berperan aktif didalamnya.
Proses pelibatan masyarakat tersebut akan mampu menumbuhkan rasa memiliki masyarakat
terhadap program yang telah diimplementasikan.. Oleh karena itu perlu dikaji sampai sejauh
mana tingkat partisipasi partisipasi peserta program pada program CSR dan hubungannya
dengan karakateristik individu peserta program CSR.
Modal sosial dapat dipergunakan sebagai alat assesment terutama untuk mengetahui apakah
kepercayaan dan partisipasi di dalam komunitas itu besar atau kecil. Jika tingkat kepercayaan dan
partisipasi warga masyarakat itu besar, maka kebijakan sosial, terutama bagi penanggulangan
kemiskinan dapat dilaksanakandan dapat diperkirakan program itu berhasil. Tetapi jika ternyata
tingkat kepercayaan dan partisipasi warga dalam komunitas itu rendah, maka perlu dilakukan
intervensi sosial atau program sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan sosial. Oleh karena
itu, perlu dikaji sampai sejauhmana hubungan antara modal sosial masyarakat dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penulisan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Pengaruh Program
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
Modal Sosial Perusahaan terhadap
Pemberdayaan Masyarakat” dan secara khusus bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik individu peserta program CSR (umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pengalaman berkelompok).
2. Mengkaji sejauh mana modal sosial masyarakat, dilihat dari tingkat kepercayaan, tingkat
kepatuhan terhadap norma, tingkat kekuatan jaringan.
3. Mengkaji sampai sejauh mana tingkat partisipasi peserta program pada program CSR dan
hubungannya dengan karakateristik individu peserta program CSR.
4. Mengkaji hubungan antara modal sosial masyarakat dengan tingkat partisipasi peserta
program CSR
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun
yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :
1. Bagi Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu
memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika
dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan
pengetahuan mengenai CSR.
2. Bagi Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan
pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah
dilaksanakan yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
3. Bagi Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi
dalam program CSR.
4. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai
CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
5
PENDEKATAN TEORITIS
TINJAUAN PUSTAKA
Corporate Social Responsibility
Munculnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dilatar belakangi oleh eksploitasi
sumber daya alam dan rusaknya lingkungan karena operasi perusahaan atau industri yang
berlomba-lomba mencari laba sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan dampak sosial yang
dapat terjadi sehingga terjadi krisis lingkungan. Tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam
menguasai industri menjadi parameter kualitas kehidupan manusia. Masalahnya bagaimana
mengelola perbedaan di antara dua kepentingan yaitu kepentingan industri dan kepentingan
lingkungan. (Wibisono dalam Indarti, 2012). Konsep tanggungjawab sosial perusahaan telah mulai
dikenal sejak tahun 1979 yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek
yang berhubungan dengan stakeholder, nilai – nilai pemenuhan hukum, penghargaan masyarakat
terhadap lingkungan serta komitmen dunia usaha (Sustainable, 2009). Pada tahun 1997, terdapat
suatu keluaran yang cukup berpengaruh dalam konteks CSR yang dikemukakan oleh John
Elkington dalam Wibosono (2007) melalui bukunya yang berjudul “Canibals with Forks, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business”. John Elkington mengemukakan konsep “3P” yaitu
profit, people dan planet. Dalam konsep 3P terdapat makna yang terkandung bahwa perusahaan
sebaiknya tidak hanya memburu keuntungan (profit), tetapi juga harus memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Konsep 3P inilah yang kemudian diimplementasikan oleh berbagai perusahaan bahkan
dicantumkan pula dalam agenda-agenda perusahaan dalam upaya melakukan tanggung jawab
sosialnya.
Dari definisi CSR di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa tanggungjawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen moril perusahaan
dalam mengintegrasikan kepedulian social masing-masing stakeholder untuk mencapai tujuan
dalam menciptakan kesejahteraan di wilayah kerja perusahaan tersebut dengan mengakomodir
kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. CSR memiliki kaitan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan yang didefinisikan sebagai pembangunan atau perkembangan yang memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya. Sejak istilah pembangunan berkelanjutan mulai populer, banyak
dilakukan konferensi yang menunjukkan kepedulian masyarakat dunia akibat kecenderungan
semakin menurunnya kualitas lingkungan. Adapun tahap-tahap dalam penerapan CSR yang
dilakukan oleh perusahaan pada umumnya (Wibisono, 2007) yaitu:
1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR
Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk
membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen.
CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkahlangkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan
CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, perencanaan merupakan inti
dalam memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi konsumen perusahaan. Pedoman ini
diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak
seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan
efisien.
2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti
pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas,
pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah
utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi dilakukan untuk
memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait
dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Menurut
Wibisono (2007) tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang akan
diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga
6
3.
4.
dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dialami oleh unit penyelenggara.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan roadmap yang
telah disusun. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja, proses
produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya. Melalui upaya ini dapat dinyatakan bahwa
penerapan CSR bukan sekedar kosmetik namun telah menjadi strategi perusahaan, bukan
lagi sebagai upaya untuk compliance, tapi sudah beyond compliance.
Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dapat berguna untuk
mengetahui kegagalan dan keberhasilan suatu program dan dapat pula dilakukan untuk
pengambilan keputusan. Evaluasi dapat dilakukan dengan meminta pihak independen untuk
melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang dilakukan.
Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun system informasi, baik untuk
keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan.
Karakteristik Individu
Menurut Pangestu (1995) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat terhadap program, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor
yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan,
jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Faktor eksternal yaitu
faktor yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat
mempengaruhi partisipasi. Selain itu, menurut Murray dan Lappin yang dikutip Matrizal dalam
Wicaksono (2010), faktor lain yang mempengaruhi partisipasi seseorang adalah lama tinggal.
Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai
bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara
lingkungan dimana dia tinggal.
Silaen dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka
penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam
golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit
menerima hal-hal yang bersifat baru. Tamarli dalam Febriana (2008) juga menyatakan bahwa
umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang
kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal baru
yang ada di sekitarnya. Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota
dalam keluarga. Semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi
dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah
demi memenuhi kebutuhan keluarga (Ajiswarman dalam Wicaksono 2010).
Namun, hasil penelitian yang berbeda diungkapkan oleh Nurlaela dalam Wicaksono (2010)
bahwa tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi partisipasi orang tersebut dalam suatu
kegiatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan rendah dan seseorang yang memiliki
tingkat pendapatan tinggi menunjukkan jumlah presentase partisipasi yang relatif sama. Menurut
Slamet (1994), faktor-faktor internal berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu
individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau
ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan
penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi,
seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya
pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada
partisipasi.
7
Modal Sosial
Modal dipandang sebagai aset sosial berdasarkan hubungan aktor dan akses ke sumberdaya
dalam jaringan atau kelompok dimana mereka merupakan anggota (Lin 2004). Definisi lain modal
sosial adalah sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan
ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik
(reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange),
kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang
melengkapi modal-modal lainnya (fisik,manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadnya
tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dalam Nasdian 2005).
Sementara menurut Ife (2008), modla sosial dapat dilihat sebagai sebuah ‘perekat’ yang
menyatukan masyarakat - hubungan-hubungan antar manusia, orang melakukan apa yang
dilakukannya terhadap sesamanya karena adanya kewajiban sosial dan timbal balik, solidaritas
dan komunitas.
Uphoff (2000) dalam Lenggono (2004) membagi komponen modal sosial ke dalam dua
kategori, yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi
sosial dan kedua, kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang
berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen modal sosial tersebut diantaranya:
1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang
melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling
menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk pada kategori struktural.
2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama.
3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilai-nilai
untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga dikembangkan keyakinan
bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertindak sama. Komponen ini termasuk dalam
kategori kognitif.
4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi biaya
bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok
dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya. Komponen ini termasuk dalam
kategori struktural
5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap
kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk
kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan menguntungkan. Komponen ini
termasuk dalam kategori kognitif.
Menurut Serageldin diacu dalam Cullen (2001) modal sosial juga dapat memfasilitasi
pertemuan antara tujuan ekonomi, sosial dan ekologi serta pengaruhnya antar mereka. Semakin
tinggi modal sosial yang ada maka akan semakin kuat juga terhadap pertumbuhan nilai ekonomi,
sosial dan ekologinya, demikian juga sebaiknya. Portes dan Sensebrenner diacu dalam Wafa
(2003) menjelaskan mengenai sumber-sumber social capital :
1. Value introjection, merupakan tanggung jawab individu yang memaksa individu untuk berprilaku
sesuai dengan prilaku kolektif yang dirujuk. Kelompok mempunyai pengaruh yang sangat besar
untuk mengatur anggota kelompoknya.
2. The dinamic of group affiliation, berbeda dengan tipe pertama, tipe ini individu tidak diharapkan
berprilaku sesuai dengan moralitas kelompok tetapi lebih bersifat sukarela atau melalui pertukaran
timbale balik individu. Individu bertindak karena adanya prakarsa yang setara dan adil sehingga
menimbulkan saling ketergantungan atau saling membutuhkan.
3. Bounded solidarity, yakni berbagai keadaan situasional yang melandasi orientasi perilaku
anggota kelompok atau merupakan reaksi situasional sekelompok orang atas kondisi yang
dihadapi mereka. Kondisi yang memaksa individu untuk berperilaku yang menimbulkan rasa
kebersamaan atau solidaritas diantara individu.
4. Enforceable trust, yakni sumber social capital yang terkait dengan pembedaan klasik antara
rasional dan formal dalam transaksi pasar dengan kata lain bahwa individu akan cenderung
memenuhi ekspektasi kelompok jika dianggap bermanfaat baginya.
Merujuk pada Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga komponen atau parameter
kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks).
Ketiganya dijelaskan sebagai berikut:
8
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh
adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) dalam Suharto
(2006) menyebutkan bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturanaturan sosial yang cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.
Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Kapital
sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam 1995 dalam Suharto 2006). Rasa
percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubunganhubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu
seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam sutu pola tindakan yang saling
mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Robert
2002 dalam Suharto 2006)
2. Norma
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan yang
diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari
agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional.
Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan
diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam 1993 dalam Suharto 2006). Norma-norma
dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
3. Jaringan
Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia
(Putnam 1993 dalam Suharto (2006). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan
interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang
sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Jaringan-jaringan sosial yang erat
akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya
itu.
Partisipasi
Partisipasi merupakan kunci bagi suatu pembangunan. Banyak program-program
pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat, namun terdapat kritik dimana program
pembangunan yang telah dibuat hanya sekedar paket pelaksana, bersifat top down, dan bersifat
semu. Hal-hal tersebut menyebabkan masyarakat tidak merasa memiliki program, hasilnya tidak
relevan dengan masyarakat, nilai terapannya kurang, dan kurang menjamin keberlanjutan
program. Perubahan dalam pembangunan perlu dilakukan dengan menerapkan partisipasi secara
keseluruhan.
Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masayarakat
dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Slamet
dalam Sumodiningrat (1999) mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan
masyarakat dalam pembangunan, baik itu pada prosesnya maupun dalam menikmati hasil
pembangunan. Menurut Sajogyo (1998) partisipasi adalah peluang untuk ikut menentukan
kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai hasil pembangunan. Pengertian
partisipasi lainnya didefinisikan oleh Nasdian (2006) yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh
masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan
proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif.
Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari
pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar
pada hidup mereka sendiri (Nasdian 2006).
Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam
rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan suatu
kegiatan.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti dari
pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan
9
menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi,
dan bentuk tindakan sebagai anggota program.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada
tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat
sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti
program tersebut berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan
umpan balik yang dapat memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program
selanjutnya.
Menurut Asia Development Bank (ADB) seperti dikutip Soegijoko dalam Huraerah (2008),
tingkatan partisipasi (dari yang terendah sampai tertinggi) adalah sebagai berikut:
1. Berbagi informasi bersama (sosialisasi)
Pemerintah hanya menyebarluaskan informasi tentang program yang akan direncanakan atau
sekadar memberikan informasi mengenai keputusan yang dibuat dan mengajak warga untuk
melaksanakan keputusan tersebut.
2. Mendapatkan umpan balik (konsultasi)
Pemerintah meminta saran dan kritik dari masyarakat sebelum suatu keputusan ditetapkan.
3. Pembuatan keputusan bersama (kolaborasi)
Masyarakat bukan sebagai penggagas kolaborasi tetapi masyarakat dilibatkan untuk
merancang dan mengmbil keputusan bersama sehingaa peran masyarakat secara signifikan
dapat mempengaruhi hasil atau keputusan.
4. Pemberdayaan (kendali)
Masyarakat memiliki kekuasaan adalam mengawasi secara langsung keputusan yang sudah
diambil dan menolak pelaksanaan keputusan yang bertentangan dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan prosedur dan indikator kinerja yang mereka tetapkan
bersama.
Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan
masyarakat (citizen participation is citizen power) yaitu mendefinisikan strategi partisipasi yang
didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Arnstein juga
menjelaskan ada delapan tangga atau tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu:
1. Manipulation (Manipulasi)
Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ‘stempel karet’ dalam
badan penasihat.Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk
dimanfaatkan dukungannya.Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena
telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa.
2. Therapy (Terapi)
Pada tingkat terapi atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan
jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental.Dengan berpura-pura
mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap
masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan.Meskipun masyarakat
dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk
menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab luka.
3. Informing (Menginformasikan)
Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan
mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat.
Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu
arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki
kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan,
masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu
arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitahuan, pamflet, dan poster.
4. Concultation (Konsultasi)
Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh.
Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa
pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak
pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan
10
masyrakat, maka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi palsu. Masyarakat pada dasarnya hanya
dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran
dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak dari
kuesioner dijawab. Dengan demikian, pemegang kekuasaan telah memiliki bukti bahwa mereka
telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat.
5. Placation (Menenangkan)
Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal
pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan
untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah
yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat
miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung
jawab dan jika pemegang kekuasaan memiliki mayoritas kursi, maka mereka akan dengan mudah
dikalahkan dan diakali.
6. Partnership (Kemitraan)
Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan
masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga
diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan dapat berjalan efektif bila
dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggungjawab, masyarakat
mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk
menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian masyarakat benarbenar memiliki posisi tawar menawar yang tinggi sehingga akan mampu mempengaruhi suatu
perencanaan.
7. Delegated Power (Kekuasaan didelegasikan)
Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya
dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini
masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu
keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas
program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya
akan tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar.
8. Citizen Control (Kontrol warga negara)
Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk
mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh
terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada
pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat
berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman
tanpa melewati pihak ketiga. Berdasarkan kedelapan tangga tersebut, Arnstein (1969)
mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Nonpartispasi, (2) Tokenisme, dan (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama
(Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada
partisipasi.Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke
dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada
tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen Control) termasuk ke
dalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki keuasaan
Menurut Pangestu (1995) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat terhadap program, diantaranya ialah:
1.
Faktor internal, yaitu faktor yang mencakup karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu
mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman
berkelompok.
2.
Faktor eksternal, yaitu faktor yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola
proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Sasaran akan dengan sukarela terlibat
dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu,
bila didukung dengan pelayanan pengelolaan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran,
maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.
11
KERANGKA PEMIKIRAN
Bagi perusahaan CSR tidak terpisahkan dari bisnis. Menurut Wibisono (2007) CSR dapat
didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk
berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup
aspek ekonomi sosial dan lingkungan (tripple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Bentuk aktualisasi CSR suatu perusahaan dapat diwujudkan melalui
program yang berbasis masyarakat. Program tersebut diharapkan mampu menciptakan
kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri.
Kampung Sehat adalah salah satu program CSR PT TI yang berada dibawah payung
besar Aqua Lestari. Program tersebut bertujuan untuk memberikan penyediaan sarana dan
prasarana air bersih, memfasilitasi kelembagaan pengguna air, serta membangun perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat di sekitar PT TI Caringin. Kurangnya kesadaran masyarakat akan
perilaku hidup bersih dan sehat dan kesulitan yang dihadapi untuk mengakses air bersih ketika
musim kemarau menjadi alasan yang kuat bagi PT TI Caringin untuk melaksanakan program
Kampung Sehat di wilayah tersebut.
Suatu program CSR mustahil akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat tidak
dilibatkan dalam program. Istilah dari proses pelibatan masyarakat disebut partisipasi. Menurut
Nasdian (2006) partisipasi yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri,
dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga
dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Arnstein (1969) juga
menjelaskan terdapat delapan tangga atau tingkatan partisipasi masyarakat. Diduga terdapat
hubungan antara penguatan modal sosial dengan tingkat partisipasi program Kampung Sehat PT
TI Caringin.
Tidak hanya melalui tingkat partisipasi masyarakatnya saja suatu program CSR akan
dikatakan berhasil. Disisi lain tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR juga diduga
berhubungan dengan karakteristik individu yang dapat diukur melalui variabel usia, jenis kelamin,
pekerjaan, dan pendidikan. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan
pengutan modal sosial dalm masyarakat. Untuk menilai keberhasilan program CSR suatu
perusahaanpun tidak hanya dinilai oleh pihak perusahaan, tetapi oleh masyarakat dan pemegang
kepentingan lainnya yang berada diluar perusahaan tersebut.
Karakteristik Individu:
1. Tingkat Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Pernikahan
4. Tingkat Pendidikan
5. Jenis Pekerjaan
6. Pengalaman Berkelompok
Ket :
: berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Penguatan Modal Sosial :
1. Tingkat Kepercayaan
2. Tingkat Kepatuhan terhadap Norma
3. Tingkat Kekuatan Jaringan
Tingkat Partisipasi Peserta Program :
1. Frekuensi keikutsertaan dalam
perencanaan kegiatan
2. Frekuensi keikutsertaan dalam
pelaksanaan kegiatan
3. Frekuensi keikutsertaan dalam
menikmati hasil kegiatan
4. Frekuensi keikutsertaan dalam
evaluasi kegiatan
12
Hipotesis Penelitian
1.
2.
Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya:
Terdapat hubungan antara karakteristik individu peserta program dengan tingkat partisipasi
peserta program
Terdapat hubungan antara penguatan modal sosial terhadap tingkat partisipasi peserta
program
Definisi Operasional
Karakteristik Individu
Variabel
Tingkat Umur
Jenis Kelamin
Status
Pernikahan
Definisi Operasional
Lama hidup responden dari
sejak lahir hingga pada saat
diwawancarai
Perbedaan
antara
perempuan dengan laki-laki
secara biologis sejak lahir
Hukum antar pribadi yang
membentuk
hubungan
kekerabatan (keluarga)
Tingkat
Pendidikan
Jenjang terakhir sekolah
formal yang pernah diikuti
responden
Jenis Pekerjaan
Aktivitas
utama
yang
dilakukan oleh manusia yang
menghasilkan uang
Pengalaman
Berkelompok
Pengalaman yang dimiliki
seseorang dalam mengikuti
suatu kelompok di lingkungan
tempat tinggalnya
Indikator
Jenis Data
Ordinal
Laki-laki=1
Perempuan=2
Nominal
Belum Menikah = 1
Nominal
Menikah = 2
Cerai Hidup = 3
Cerai Mati =4
Tidak
Sekolah/Tamat Ordinal
SD=1 (rendah)
Tamat SMP=2
(menengah)
Tamat SMA/PT = 3
(tinggi)
Buruh Industri =1
Nominal
Wiraswasta =2
Lainnya (Pertanian dan
Ibu Rumah Tangga)=3
Ordinal
Tingkat Partisipasi Peserta Program
Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Partisipasi
ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila
berada pada kriteria dibawah ini:
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Jenis Data
Tahap
pengambilan
keputusan
(perencanaan)
Tahap
Pelaksanaan
Keikutsertaan
responden
dalam
mengikuti rapat penyusunan rencana
program. Pada tahap perencanaan yang
dinilai adalah kehadiran responden
dalam rapat perencanaan program dan
keaktifan dalam rapat tersebut.
Keikutsertaan dan keaktifan pada
pelaksanaan kegiatan CSR. Partisipasi
Nominal
Nominal
13
Tahap
menikmati
hasil
Tahap
evaluasi
pada
tahap
pelaksanaan
diukur
berdasarkan banyaknya kegiatan yang
diikuti responden pada CSR PT
Indocement serta kehadiran/keaktifan
dalam tiap-tiap kegiatan tersebut
Keikutsertaan
responden
dalam
merasakan manfaat dari program CSR.
Partisipasi pada tahap menikmati hasil
diukur dari manfaat/keterampilan yang
didapat oleh responden dari adanya
kegiatan CSR serta bagaimana dia
menerapkan
keterampilan
tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Keikutsertaan
responden
dalam
mengevaluasi
kegiatan.
Menilai/mengevaluasi pelaksanaan atau
hasil suatu kegiatan
Nominal
Nominal
Penguatan Modal Sosial
Variabel
Definisi Operasional
Tingkat
Kepercayaan
Meliputi kepercayaan pada keluarga;
pada tetangga; pada orang dari kelas
yang berbeda; pada pemilik usaha;
pada aparat pemerintah; pada
penegak hukum, seperti jaksa, hakim,
dan polisi; pada aparat pemerintah
daerah
Tingkat
Kepatuhan
terhadap Norma
Meliputi kesediaan menolong orang
lain; kepedulian pada orang lain;
keterbukaan pada orang lain.
Tingkat
Kekuatan
Jaringan
Hubungan-hubungan yang terjalin
antara sesama masyarakat dengan
perusahaan.
Dilihat
dari
aspek
hubungan
pertetanggaan, pertemanan, kerja,
maupun hubungan dengan pemangku
desa
Indikator
Jenis Data
Nominal
Nominal
Nominal
14
PENDEKATAN LAPANG
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yang
akan dilakukan merupakan penelitian survei. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian
kuesioner (Lampiran 1). Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana
pengaruh modal sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat..
Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini menyoroti pihak perusahaan dan
pemerintah. Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel
untuk menguji hipotesa
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Ciderum dan Desa Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Tirta Investama. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara purposive (Sengaja). Berdasarkan hasil membaca literatur dan
informasi terkait dengan keberadaan perusahaan, PT Tirta Investama adalah salah satu produsen
pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1973. Keberadaan
perusahaan ditengah-tengah masyarakat selain sebagai produsen pelopor air minum, juga
bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber mata air dengan secara aktif melibatkan berbagai
pihak secara bersama-sama untuk berperan serta menjaga dan melindungi lingkungan, sehingga
menjadi relevan terhadap penelitian pengaruh program CSR khususnya dalam bentuk
pemberdayaan terhadap kelompok masyarakat sekitar perusahaan khususnya masyarakat Desa
Ciderum, dan Ciherang Pondok. Waktu penelitian direncanakan seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Penyusunan proposal
skripsi
Kolokium
Perbaikan proposal skripsi
Pengambilan data
lapangan
Pengolahan dan analisis
data
Penulisan draft skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
Februari
Maret
April
Mei
Juni
TEKNIK PENENTUAN INFORMAN DAN RESPONDEN
Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan
mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian
ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi
penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pemerintah desa, pelaksana
program dan pihak perusahaan PT. Tirta Investama.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Ciderum dan Ciherang Pondok,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pemilihan responden di wilayah ini dilakukan secara
purposive (Sengaja) yaitu masyarakat desa Ciderum dan Ciherang Pondok (kader) yang mengikuti
program Kampung Sehat. Sehingga populasi sampel dalam penelitian ini adalah individu yang
mengikuti kegiatan program Kampung Sehat di Desa Ciderum dan Ciherang Pondok. Dalam hal
15
ini, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian
yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan
kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan
infromasi yang spesifik (Usman & Akbar, 2008). Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian
ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana
respondennya adalah 40 orang yang menjadi peserta program CSR Kampung Sehat PT TI
Ciherang di yaitu RT 3/11 Desa Ciderum dan RT 7/01 Desa Ciherang Pondok.
Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data
kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam.
Hasil dari pengamatan dan wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan
bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi
tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus
penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, , modal sosial dan kegiatan-kegiatan
dalam implementasi program CSR. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang
berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan
literatur-literatur lainnya yang terkait.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Rank
Spearman untuk melihat hubungan pengaruh antara variabel dengan data yang berbentuk ordinal,
yaitu mengukur pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat, dan
karakteristik individu terhadap tingkat keberhasilan program. Pengolahan data ini menggunakan
program komputer SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007 untuk mempermudah dalam
proses pengolahan data. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan perlakuan yang
berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap
analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Seluruh hasil
penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi (Lampiran 2).
16
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Siti Kusumawati. 2007. Norma Hukum dan Bisnis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Jurnal Sosioteknologi. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 12(6). Tersedia dari
http://journal.fsrd.itb.ac.id/jurnal-desain/pdf_dir/issue_3_6_12_4.pdf
Febriana YD. 2008. Partisipasi masyarakat dalam program corporate social responsibility
“Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet,
Jakarta Selatan). Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Harmoni, Ati. 2008. Penilaian Konsumen terhadap Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 13(1). Tersedia dari
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/download/324/265
IfeJ, Tesoriero F. 2008. Community Development. Penerjemah Sastrawan Manullang, dkk. Jakarta
[ID]: Pustaka Pelajar.
Indarti, Sri. 2012. Trade Off Corporate Social Responsibility BUMN dan Pengembangan UMKM di
Provinsi Riau (Studi Kasus PT. Jasa Raharja Cabang Provinsi Riau). Jurnal Sosial Ekonomi
Pembangunan. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 02(6). Tersedia dari
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JSEP/article/view/864
Indrawati, Novita. 2009. 1. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual
Report serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance. Pekbis Jurnal. [Internet].
[diacu
2013
September
20].
01(1).
Tersedia
dari
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/download/324/265
Kennedy, John E. 2009. Era Bisnis Ramah Lingkungan: Strategi Marketing Communication Masa
Depan. Jakarta : Buana Ilmu Populer
Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akutansi. Jakarta :
Erlangga
Lenggono PS. 2004. Modal Sosial dalam Pengelolaan Tambak. [tesis]. Bogor [ID]: Institut
Pertanian Bogor.
Marnelly, T. Romi. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di
Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. [Internet]. [diacu 2013 September 19]. 02(2). Tersedia dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCgQFjAA&url=
http%3A%2F%2Fejournal.unri.ac.id%2Findex.php%2FJAB%2Farticle%2Fdownload%2F910%2
F903&ei=SFNCUuLuCsmsrAe-tYHwCg&usg=AFQjCNHnLCo02AKx6Js8R-zEsvfw7fwOQ&bvm=bv.53077864,d.bmk
Maygarinda, Putranti Budi. 2012. Analisis Alokasi Dana Corporate Social Responsibility serta
Pelaporan Sustainability Report berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI G3) di PT.
Pembangkitan Jawa Bali. The Indonesian Accounting Review. [Internet]. [diacu 2013 September
20]. 02(2). Tersedia dari
http://academicjournalonline.com/index.php/accounting/article/view/94/71
Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan. Bogor [ID]: Institut
Pertanian Bogor.
Pangestu MHT. 1995. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan perhutanan sosial
(Studi Kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samosir, Partogi Saoloan. 2011. Analisis Kebijakan Corporate Social Responsibility berkelanjutan
pada Industri Otomotif di Indomobil Group. Disertasi. [Internet]. [diacu 2013 September 20].
Tersedia dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52234/analisis%20kebijakan.pdf?sequen
ce=2
Santosa, R. Ery Wibowo. 2012. Corporate Social Responsibility: Dimensi dan Perspektif dalam
Penelitian-Penelitian Empiris. Jurnal Value Added. [Internet]. [diacu 2013 September 20]. 08(2).
Tersedia dari http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/718/772
Siregar, Chairil N. 2007. Analisis Sosiologis terhadap Implementasi Corporate Sosial
Responsibility pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi. [Internet]. [diacu 2013
September
20].
12(6).
Tersedia
dari
http://journal.fsrd.itb.ac.id/jurnaldesain/pdf_dir/issue_3_6_12_3.pdf
17
Slamet Y. 1994. Pembangunan masyarakat berwawasan partisipasi. Surakarta (ID): Sebelas
Maret University Press.
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Sosial Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta :
Salemba
Suharto E. 2006. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. [pdf]. [internet]. [diunduh 9 Februari 2014].
Dapat diunduh dari
http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/MODAL_SOSIAL_DAN_KEBIJAKAN_SOSIAL.pd
f
Wicaksono MA. 2010. Analisis tingkat partisipasi warga dalam tanggung jawab sosial perusahaan
(Studi Kasus PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu). Bogor (ID):Institut
Pertanian Bogor.
Yulianti, Devi. 2012. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (PERSERO) Lampung (Suatu
Evaluasi Atas Program CSR). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. [Internet].
[diacu
2013
September
20].
03(1).
Tersedia
dari
http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112-353-1-PB.pdf
18
Lampiran 1. KUESIONER
Nomor Kuesioner
Tanggal
I.
KARAKTERISTIK INDIVIDU
KET
Karakteristik Individu Responden
1
Nama
………………………………………………………...
2
Tempat/Tanggal Lahir
……………………………………………………......
3
Alamat Lengkap
Jl………………………………………………….......
RT:……...…..... RW:………..... No:..................
Kelurahan:……………………................................
Kecamatan:………….............................................
Kabupaten/Kota:………………..............................
Kode Pos:…………...............................................
4
Nomor Telpon/HP
……………………………………………………......
5
Status dalam Keluarga
[
[
[
Karakteristik Individu Peserta Program
7
Umur
] Suami
] Istri
] Anak
..............................................................................
....................
[ ] Laki-laki
[ ] Perempuan
[ ] Belum Menikah
[ ] Menikah
[ ] Cerai Hidup
[ ] Cerai Mati
8
Jenis Kelamin
9
Status Pernikahan
10
Pendidikan Terakhir
[
[
[
11
Pekerjaan diluar sebagai peserta
program CSR
[ ] Bidang Industri,
sebutkan:..........................................
[ ] Bidang Perdagangan dan Jasa,
sebutkan:................
[ ] Bidang Pertanian,
sebutkan:......................................
12
Status Pekerjaan
13
Pengalaman Berkelompok
[
[
] Tidak Sekolah/Tamat SD
] Tamat SMP
] Tamat SMA/PT
] Pemilik/Pengusaha
] Pegawai/Pekerja/Buruh
[ ] Tidak Ada
[ ] Ikut 1-3 Kelompok,
sebutkan:...............................................
[ ] Lebih dari 3 Kelompok,
sebutkan: ..............................................
19
II.
No
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA MASING-MASING TAHAPAN
Pertanyaan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tahap Perencanaan
14
Apakah Anda hadir saat rapat perencanaan
program CSR Kampung Sehat?
Skala
1. Ya
2. Tidak
(Jika tidak,
langsung pada
pertanyaan no 20)
15
Berapa kali anda pernah hadir dalam rapat
perencanaan program CSR tersebut?
1 2 3 4 .....
16
Apakah motif Anda menghadiri rapat
perencanaan program tersebut?
1. Keinginan
sendiri
2. Dorongan orang
lain
3. Motif Ekonomi
4. ........................
17
Ketika Anda hadir, apakah Anda bertanya?
18
Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan
pendapat?
Ketika Anda memberikan pendapat, apakah
pendapat Anda diperhitungkan oleh
perusahaan?
19
20
Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah
selanjutnya ada kesepakatan dalam
pengambilan keputusan?
Tahap Pelaksanaan
21
Apakah Anda mengikuti kegiatan yang ada
pada program “Kampung Sehat”?
22
Kegiatan apa saja yang Anda ikuti pada
program “Kampung Sehat”?
1.
2.
1.
2.
1.
2.
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. pembersihan
sungai dan
lingkungan,
pembuatan
lubang biopori,
dll (semua
kegiatan)
2. pembersihan
sungai dan
lingkungan,
pembuatan
lubang biopori,
pembuatan
sumur resapan,
penanaman, dll
(2-3 kegiatan)
3. Hanya 1
Ket
20
23
Berapa kali Anda hadir pada kegiatan tersebut
dalam 3 bulan terakhir?
1.
2.
3.
24
Jika terdapat masalah dalam pelaksanaan
program, apakah Anda menyampaikannya?
1.
2.
25
Apakah Anda pernah menerima keluhan atau
pendapat tentang program dari masyarakat
sekitar?
kegiatan atau
tidak sama
sekali.
> 3 kali
< 3 kali
Tidak pernah
hadir
Ya
Tidak
1. Ya
2. Tidak
26
Jika ya, apakah Anda menyampaikannya pada 1. Ya
pihak/divisi lain di perusahaan?
2. Tidak
Tahap Menikmati Hasil
27
Apakah anda merasakan ada manfaat dari
program “kampung sehat”?
28
Jika ya, manfaat itu dirasakan oleh siapa?
29
Sebesar sering anda membersihkan
lingkungan?
Tahap Evaluasi
30
Apakah Anda hadir saat rapat evaluasi
program penguatan lingkungan dan
penyehatan lingkungan yang diprakarsai oleh
CSR PT TI?
31 Apakah alasan Anda menghadiri rapat
evaluasi tersebut atas keinginan sendiri?
1. Ya (Lanjut no
28)
2. Tidak
1. Perusahaan dan
diri sendiri
2. Perusahaan/diri
sendiri
3. Tidak ada
manfaat/pertany
aan terlewat
1.Tidak Pernah
2.Jarang
3.Kadang-Kadang
4.Sering
1.
2.
Ya
Tidak
1. Keinginan
sendiri
2. Dorongan orang
lain
3. Motif Ekonomi
4. ................
32
Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan
penilaian?
1. Ya
2. Tidak
33
Ketika Anda memberikan pendapat, apakah
penilaian Anda diperhitungkan oleh
perusahaan?
Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah
perusahaan tetap berwenang penuh
mengambil keputusan?
1. Ya
2. Tidak
34
1. Ya
2. Tidak
21
35
Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah
selanjutnya ada kesepakatan dalam
pengambilan keputusan?
1. Ya
2. Tidak
36
Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda
memiliki wewenang yang lebih besar
dibanding perusahaan dalam pengambilan
keputusan?
1. Ya
2. Tidak
37
Apakah Anda pernah membuat laporan
(lisan/tulisan) terhadap apa yang telah
dilakukan dalam mengikuti kegiatan ”
Kampung Sehat”?
1. Ya
2. Tidak
III.
PENGUATAN MODAL SOSIAL
Beri tanda centang () pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang
menunjukkan keadaan yang sebenarnya, BUKAN harapan anda!
No
Pertanyaan Penguatan Modal Sosial
Skala
Tingkat Kepercayaan antar Sesama Masyarakat
38
Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil
masyarakat Desa Ciherang Pondok?
2.Kecil
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
39
Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil
pemerintahan Desa Ciherang Pondok?
2.Kecil
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
39
Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil
perusahaan (PT.Tirta Investama)?
2.Kecil
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil
perusahaan (PT.Tirta Investama) ikut 2.Kecil
serta dalam melestarikan lingkungan?
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
Seberapa besar anda percaya kepada diri 1.Sangat Kecil
sendiri ketika anda ikut bertanggungjawab 2.Kecil
terhadap
kegiatan
pelestarian 3.Sedang
lingkungan?
4.Besar
5.Sangat Besar
40
41
42
Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil
kelompok (suku, ras dan agama) yang 2.Kecil
sama dengan anda?
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
Ket
22
43
Seberapa besar anda percaya kepada 1.Sangat Kecil
kelompok (suku, ras dan agama) yang 2.Kecil
berbeda dengan anda?
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
Tingkat Kepatuhan terhadap Norma
44
Secara umum, anda akan mengatakan
bahwa tidak terlalu berhati-hati dalam
berurusan dengan orang-orang, atau
bahwa kebanyakan orang bisa dipercaya
45
Secara umum, anda akan mengatakan
bahwa kebanyakan orang hanya melihat
diri mereka sendiri, atau mereka mencoba
membantu orang lain
46
Menurut anda, apakah kebanyakan orang
akan mengambil keuntungan dari anda
jika mereka mempunyai kesempatan, atau
mereka mencoba adil
Tingkat Kekuatan Jaringan
50
51
1.Tidak terlalu berhati-hati dalam
berurusan dengan orang-orang
2.
3.
4.Kebanyakan orang bisa dipercaya
1.Melihat diri mereka sendiri
2.
3.
4.Mencoba membantu orang lain
1.Mengambil keuntungan dari anda
2.
3.
4.Mereka mencoba adil
Seberapa
besar
anda
mengenal 1.Sangat Kecil
masyarakat Desa Ciherang Pondok?
2.Kecil
3.Sedang
4.Besar
5.Sangat Besar
Seberapa sering anda berinteraksi dengan 1.Tidak Pernah
masyarakat disekitar?
2.Jarang
3.Kadang-Kadang
4.Sering
52
Apakah anda pernah mengikuti kegiatan 1. Ya
gotong-royong di desa?
2. Tidak
53
Apakah Anda
tersebut dari....?
53
mengetahui
kegiatan 1.
2.
3.
4.
Apakah anda mengenal pemerintah desa? 1.
Keluarga
Tetangga
Perangkat Desa
...............................
Ya
2. Tidak
54
55
56
Seberapa sering anda berinteraksi dengan 1.Tidak Pernah
pemerintah desa?
2.Jarang
3.Kadang-Kadang
4.Sering
Apakah
anda
pernah
mengikuti 1. Ya
rapat/kegiatan di kantor desa?
2. Tidak
Seberapa sering anda berdiskusi dengan 1.Tidak Pernah
pemerintah desa?
2.Jarang
3.Kadang-Kadang
4.Sering
23
57
58
59
60
Apakah
anda
perusahaan?
mengenal
pihak 1. Ya
2. Tidak
Seberapa sering anda berinteraksi dengan 1.Tidak Pernah
pihak perusahaan?
2.Jarang
3.Kadang-Kadang
4.Sering
Seberapa sering anda mengikuti kegiatan 1.Tidak Pernah
bersama pihak perusahaan?
2.Jarang
3.Kadang-Kadang
4.Sering
Apakah Anda mengetahui kegiatan 1. Keluarga
tersebut dari....?
2. Tetangga
3. Perangkat Desa
4. ...............................
24
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT
PT TIRTA INVESTAMA
Tujuan
Informan
: Memahami kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT. Tirta Investama
: Koordinator Departemen CSR PT Tirta Investama Caringin
Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang perusahaan memulai menyelenggarakan CSR?
2. Sejak kapan CSR mulai dilaksanakan?
3. Bagaimana kondisi pengorganisasian CSR PT TI? Apa peran dan fungsi dari masing-masing
posisi?
4. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap UU CSR?
5. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai CSR?
6. Siapa yang merumuskan kebijakan tersebut?
7. Bagaimana implementasi CSR tersebut di perusahaan Bapak/Ibu? Apa yang menjadi alasan
pengimplementasian CSR di perusahaan?
8. Apa saja program utama CSR di perusahaan Bapak/Ibu? Apa alasan dikembangkannya
program Kampung Sehat ?
9. Bagaimana tahapan pelaksanaan program CSR Kampung Sehat yang sudah dilaksanakan
oleh perusahaan Bapak/Ibu?
10. Apa saja kegiatan dari pelaksanaan program CSR Kampung Sehat? Berapa peserta
program yang terlibat dan bagaimana cara memilih peserta program tersebut?
11. Berapa persen dana yang teralokasi untuk program CSR KAMPUNG SEHAT? Bagaimana
cara perusahaan dalam menentukan alokasi pendanaan tersebut?
12. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan CSR? Berapa persen dana yang dialokasikan
untuk penyelenggaraan program CSR?
13. Apakah setiap tahunnya sama atau tidak?
14. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakannya CSR oleh perusahaan?
15. Bagaimana mekanisme survey dalam pelaksanaan CSR untuk suatu tempat dan sasaran?
Berapa lama? Dibantu oleh siapa?
16. Cara apa saja yang biasa digunakan dalam mencari mencari kebutuhan masyarakat?
17. Kendala apa yang dialami saat hendak melaksanakan CSR disuatu tempat?
18. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya?
19. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam
menjalankan CSR? Mengapa?
20. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR? Siapa dan
mengapa?
21. Apakah masyarakat dilibatkan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan CSR?Sampai sejauh
mana? Mengapa?
22. Apakah program tersebut masih berjalan sampai saat ini?
23. Apa saja dampak yang dirasakan perusahaan setelah menjalankan CSR?
24. Bagaimana perusahaan menilai tingkat keberhasilan program CSR?
25. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan program CSR tersebut?
26. Penghargaan apa saja yang sudah perusahaan raih setelah menjalankan CSR?
25
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT
PT TIRTA INVESTAMA
Tujuan
Informan
: Memahami kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT. Tirta Investama
: Pihak Pemerintah Desa Ciherang Pondok
Hari/ Tanggal wawancara
Lokasi Wawancara
Nama Informan
Umur
Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
:
:
:
:
:
Bagaimana sejarah program CSR Kampung Sehat sampai di Desa Bapak/Ibu?
Apa yang Bapak/Ibu paham tentang program Kampung Sehat?
Bagaimana tahapan implementasi CSR Kampung Sehat di Desa ini?
Apa dan bagaimana peran pemerintah Desa dalam pelaksanaan program CSR Kampung
Sehat?
Menurut Bapak/Ibu, apakah program CSR Kampung Sehat tersebut sudah berhasil? Jelaskan!
Apa kendala pelaksanaan program CSR Kampung Sehat dari sisi pemerintah Desa dan
masyarakat?
26
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT
PT TIRTA INVESTAMA
Tujuan
Informan
: Menggali informasi terkait dengan kebijakan dan penyelenggaraan program CSR
PT. Indonesia Power
: Tokoh Masyarakat
Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai program yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan/CSR? Dari mana dan apa saja?
2) Apakah Bapak/Ibu turut aktif berperan serta dalam kegiatan CSR yang diselenggarakan PT.
Tirta Investama?
3) Mengapa Bapak/Ibu tertarik untuk berperan serta?
4) Siapa saja menurut Bapak/Ibu yang terkait dengan kegiatan ini selama pelaksanaannya?
5) Bagaimana menurut anda mengenai kegiatan CSR PT. Tirta Investama?
6) Sejauh ini apakah manfaat yang anda rasakan dari kegiatan CSR PT. Tirta Investama?
7) Berupa apa saja manfaat yang anda rasakan tersebut?
8) Menurut Bapak/Ibu apakah program CSR PT. Tirta Investama tersebut sudahsesuai dengan
kebutuhan penerima program?
9) Apakah harapan Bapak/Ibu bagi kegiatan CSR PT. Tirta Investama?
27
Lampiran 2. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Masalah Penelitian
1.3
Tujuan Penelitian
1.4
Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.2
Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis Penelitian
2.4
Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2
Teknik Sampling
3.3
Teknik Pengumpulan Data
3.4
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM
4.1
Profil Desa Ciherang Pondok
4.1.1
Karakteristik Penduduk
4.1.2
Kondisi Geografis
4.1.3
Kondisi Ekonomi
4.1.4
Kondisi Sosial
4.2
Profil PT Tirta Investama
5. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU MASYARAKAT PADA PROGRAM
CSR DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TI
CARINGIN
5.1
Karakteristik individu
5.2
Tingkat partisipasi peserta
5.3
Ikhtisar
6. HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PROGRAM
CSR KAMPUNG SEHAT PT TI CARINGIN
6.1
Hubungan tingkat kepercayaan dengan tingkat partisipasi
6.2
Hubungan kekuatan norma dengan tingkat partisipasi
6.3
Hubungan tingkat jaringan dengan tingkat partisipaso
7. PENUTUP
7.1
Kesimpulan
7.2
Saran
Download