Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76

advertisement
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
ISSN 2338-2236
ANALISIS PERPINDAHAN PANAS DAN EFISIENSI EFEKTIF HIGH
PRESSURE HEATER (HPH) DI PLTU ASAM-ASAM
1
Ahmad Budiman, Akhmad Syarief, Hajar Isworo
1
Program Studi Tenik Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
JL. Akhmad Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan selatan, 70714
Telp. 0511- 4772646, Fax 0511-4772646
E-mail : [email protected]
Abstrak: Penukar panas sangat luas dipakai dalam dunia industri seperti, pembangkit listrik, kilang
minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, dan lain sebagainya. Salah satu
contoh dari alat penukar panas yang terdapat pada industri pembangkit listrik adalah High Pressure
Heater (HPH), dimana uap panas hasil buangan turbin dimanfaatkan sebagai pemanas air umpan
sebelum masuk ke boiler. Beberapa tipe penukar panas yang sering digunakan yaitu : Shell and Tube
Heat Exchanger, dan Double Pipe Heat Exchanger. Dari hasil penelitian diketahui pada bagian shell
koefisien perpindahan panas shell tertinggi yaitu sebesar 441,8 Btu/jam.ft2.oF pada suhu 588,2 oF, dan
koefisien perpindahan panas shell terendah yaitu sebesar 431,38 Btu/jam.ft2.oF pada suhu 568,4 oF. Pada
bagian tube, diketahui koefisien perpindahan panas tube tertinggi yaitu sebesar 7.319,05 Btu/jam.ft2.oF
pada suhu 360,5 oF, dan koefisien perpindahan panas tube terendah yaitu sebesar 7113,22 Btu/jam.ft 2.oF
pada suhu 386,6 oF. Pada bulan Juli 2013 efisiensi efektif tertinggi yang dicapai heat exchanger yaitu
sebesar 53,92 %, dan efisiensi efektif terendah yaitu sebesar 42,59 % dengan rata-rata efisiensi 47,77 %
dalam sebulannya.
Kata Kunci : High pressure Heater, boiler, heat exchanger, koefisien perpindahan panas,
efisiensi efektif
Abstract: The heat exchanger is widely used in industries such as power plants, oil refineries, chemical
and petrochemical plants, natural gas industry, refrigeration, and so forth. One example of a heat
exchanger located in the power generation industry is High Pressure Heater (HPH), where hot steam
turbine waste products used as feed water heater before entering the boiler. Several types of heat
exchangers are commonly used, namely: Shell and Tube Heat Exchangers, and Double Pipe Heat
Exchanger. The survey results revealed on the highest shell side heat transfer coefficient that is equal to
441.8 Btu/jam.ft2.oF at temperature 588.2 oF and the lowest shell heat transfer coefficient that is equal to
431,38 Btu/jam.ft2.oF at a temperature 568.4 oF. On the part known tube, the highest tube heat transfer
coefficient that is equal to 7319.05 Btu/jam.ft2.oF at temperature 360.5 oF, and the lowest tube heat
transfer coefficient that is equal to 386 Btu/jam.ft2.oF at temperature of 7113.22, 6 oF. In July 2013 the
highest effective efficiency heat exchanger is equal to 53.92%, and the lowest effective efficiency is equal
to 42.59% with an average efficiency of 47.77% in a month.
Keyword : High pressure Heater, boiler, heat exchanger, heat transfer coefficient, efficiency, Effective
I. PENDAHULUAN
Penukar panas atau dalam dunia industri
dikenal dengan istilah Heat Exchanger (HE),
adalah suatu alat yang memungkinkan terjadinya
perpindahan panas dan dapat berfungsi sebagai
pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas memakai uap panas (super
heated steam) sebagai pemanas, dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam dunia industri
seperti, pembangkit listrik, kilang minyak, pabrik
kimia maupun petrokimia, industri gas alam,
refrigerasi, dan lain sebagainya. Salah satu contoh
dari alat penukar panas yang terdapat pada industri
pembangkit listrik adalah High Pressure Heater
(HPH), dimana uap panas hasil buangan turbin
dimanfaatkan sebagai pemanas air umpan sebelum
masuk ke boiler. Beberapa tipe penukar panas
yang sering digunakan yaitu : Shell and Tube Heat
Exchanger, dan Double Pipe Heat Exchanger.
High Pressure Heater (HPH) memiliki
peranan yang sangat penting untuk menjaga suhu
air umpan yang masuk ke dalam boiler, oleh
76 |
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
karena itu performa dan efisiensinya harus terjaga
dengan baik. Apabila terjadi kerusakan pada alat
tersebut, maka harus secepatnya ditangani untuk
menghindari penurunan kinerja (derating) yang
berujung pada trip atau kegagalan operasi pada
boiler.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
dalam Tugas Akhir ini, akan dilakukan analisis
perpindahan panas dan efisiensi efektif pada High
Pressure Heater (HPH) bertipe Shell and Tube
Heat Exchanger di PLTU Sektor Asam-asam.
Jenis-jenis Heat Exchanger
Jenis-jenis heat exchanger dapat dibedakan
atas :
 Jenis Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak
digunakan dalam industri perminyakan. Alat ini
terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar)
dimana didalamnya terdapat suatu bundle (berkas)
pipa dengan diameter yang relatif kecil. Satu jenis
fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan
fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi
masih didalam shell.
Gambar 1. Fixed head 1-2 exchanger
 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa
mempunyai
shell
sendiri-sendiri.
Untuk
menghindari tempat yang terlalu panjang, heat
exchanger ini dibentuk menjadi U.
Gambar 2. Double Pipe Exchanger
 Koil Pipa
Heat exchanger ini mempunyai pipa berbentuk
koil yang dibenamkan didalam sebuah box berisi
air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan
untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir di
dalam pipa.
ISSN 2338-2236
Gambar 3. Pipa Coil Heat Exchanger
 Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak
ditempatkan lagi didalam shell, tetapi dibiarkan di
udara. Pendinginan dilakukan dengan mengalirkan
air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu
biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan
dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi
sirip-sirip
untuk
memperluas
permukaan
perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipe,
perpindahan panas yang terjadi cukup lamban
dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell
and tube.
 Jenis spiral
Jenis ini mempunyai bidang perpindahan
panas yang melingkar. Karena alirannya yang
melingkar maka sistem ini dapat melakukan “Self
Cleaning” dan mempunyai efisiensi perpindahan
panas yang baik, akan tetapi konstruksi seperti ini
tidak dapat dioperasikan pada tekanan tinggi.
 Jenis lamella
Biasanya digunakan untuk memindahkan
panas dari gas ke gas pada tekanan rendah. Jenis
ini memiliki koefisien perpindahan panas yang
baik/ tinggi.
 Gasketter plate exchanger
Mempunyai bidang perpindahan panas
yang terbentuk dari lembaran plat yang dibuat
beralur. Laluan fluida (biasanya untuk cairan)
terdapat diantara lembaran pelat yang dipisahkan
gasket yang dirancang khusus sehingga dapat
memisahkan
aliran
dari
kedua
cairan.
Perawatannya mudah dan mempunyai efisiensi
perpindahan panas yang baik.
Konstruksi High Pressure Heater (HPH)
High Pressure Heater adalah pemanas air
pengisi bertekanan tinggi yang dipasang setelah
Boiler Feed Pump (BFP), media panasnya adalah
uap yang diambil dari turbin uap. High Pressure
Heater (HPH) memiliki peran sebagai alat
pemanas awal feed water sebelum masuk ke boiler,
oleh sebab itu peralatan ini berfungsi juga untuk
menaikan efisiensi sistem secara keseluruhan.
Berikut adalah gambar konstruksi HPH.
77 |
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
ISSN 2338-2236
Q = W.Cp (t2 – t1)
Dimana :
W : Laju aliran massa (lb/jam)
Cp : Panas jenis (Btu/lboF)
3. Menentukan LMTD dan True Temperature
Different (Δt)
Gambar 4. Konstruksi dan Bagian-bagian HPH
Analisis Kinerja Heat Exchanger
Menurut D.Q Kern (1950), urutan analisis
perpindahan panas Shell and Tube Heat Exchanger
tersebut sebagai berikut.
1. Mengetahui spesifikasi desain Heat
Exchanger
Spesifikasi pada Shell (fluida panas) :
Diameter luar (ODs)
: 42,83 in
Diameter dalam (IDs)
: 41,34 in
Jumlah baffle (N)
: 8
Fluida yang digunakan
: Uap (steam)
Jarak antar baffle (B)
: 940 mm
Jumlah passes (n)
: 1 passes
Temperatur fluida masuk (T1) : 699,8 oF
Temperatur fluida keluar (T2) : 442,4 oF
Temperatur fluida rata-rata
: 571,1 oF
Laju aliran massa
: 14,7 ton/jam
Densitas sampel
: 2,858 lb/ft3
Densitas air
: 61.951 lb/ft3
Spesific Gravity (SGsteam)
: 0,046
Spesifikasi pada Tube (fluida dingin) :
Diameter luar (ODt)
: 0,62 in
Diameter dalam (IDt)
: 0.51 in
BWG (Birmingham Wire Gage): 11
Pitch (Pt)
: 20,64 mm
Jumlah tube (Nt)
: 549
Jarak antar tube (c)
: 0,015 ft
Panjang tube (L)
: 14,24 m
Temperatur fluida masuk (t1) : 312,8 oF
Temperatur fluida keluar (t2) : 419 oF
Temperatur fluida rata-rata
: 365,9 oF
Jumlah passes (n)
: 2 passes
Fluida yang digunakan
: Air (water)
Laju aliran massa
: 37,7 ton/jam
Densitas sampel
: 55,002 lb/ft3
Densitas air (ρair)
: 61.951 lb/ft3
Spesific Gravity (SGwater)
: 0,887
2. Menentukan neraca panas / Heat Balance
(Q)
Neraca panas pada Shell
Tmax adalah selisih temperatur fluida
tinggi antara shell dan tube, dan Tmin adalah
selisih temperatur fluida rendah antara shell
dan tube.
4. Menentukan temperatur kalorik
Temperatur kalorik untuk sisi shell
TC = T2 + FC (T1 – T2)
Temperatur kalorik untuk sisi tube
tC = t2 + FC (t2 – t1)
Dimana :
FC : Caloric temperature factor
5. Menentukan bilangan Reynold
Bilangan Reynold pada shell dapat diperoleh
sebagai berikut.
Dimana :
De : Diameter ekuivalen (ft)
µ : Viskositas fluida (lb/ft.jam)
Gs : Kecepatan aliran massa pada shell
Bilangan Reynold pada tube dapat diperoleh
sebagai berikut.
Dimana:
IDt : Diameter dalam tube (ft)
Gt : Kecepatan aliran massa pada tube
µ : Viskositas fluida (lb/ft.jam)
Q = W.Cp (T1 - T2)
Neraca panas pada Tube
78 |
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
6. Mencari faktor perpindahan panas
Faktor perpindahan panas pada shell dapat
diperoleh dengan menggunakan grafik Shell
Side Heat Transfer Curve For Segmental
Baffles.
Faktor perpindahan panas pada tube dapat
diperoleh dengan menggunakan grafik Tube
Side Heat Transfer.
7. Menentukan bilangan Prandtl
Harga bilangan Prandtl pada shell dapat
diperoleh dengan menggunakan software steam
table atau dengan perhitungan sebagai berikut:
Dimana :
cps : Panas spesifik fluida pada shell / tube
µ : Viskositas fluida pada shell (lb/ft.jam)
ks : Konduktivitas termal (Btu/(jam.ft.oF)
8. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas.
Koefisien perpindahan panas pada shell dapat
diperoleh sebagai berikut:
Dimana :
JHs : Faktor perpindahan panas
De : Diameter ekuivalen pada shell (ft)
Ks : Konduktivitas termal pada shell
Prs : Bilangan Prandtl pada shell
ISSN 2338-2236
Dimana :
µ : viskositas dari steam pada Tav,in
µw : viskositas dari steam pada Tw
10. Menentukan Overall Heat Tranfer
Coefficient
Clean Overall Heat Tranfer Coefficient (Uc)
dapat diperoleh sebagai berikut :
Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud)
dapat diperoleh sebagai berikut :
11. Menghitung Faktor Pengotor
Faktor Pengotoran (Rd) adalah hambatan
perpindahan panas akibat adanya endapan atau
kotoran pada dinding perpindahan panas dan
dapat diperoleh sebagai berikut:
12. Menghitung Pressure Drop
Pressure drop pada shell dapat diperoleh
sebagai berikut :
Koefisien perpindahan panas pada tube dapat
diperoleh sebagai berikut.
Pressure drop pada tube dapat diperoleh
sebagai berikut :
Dimana :
JHt = Faktor perpindahan panas
IDt = Diameter dalam pada tube (ft)
Kt = Konduktivitas termal pada tube
Prt = Bilangan Prandtl pada tube
9. Menentukan Rasio Viskositas dan Koefisien
Dinding Tube
Rasio viskositas dari steam pada dinding shell:
13. Menghitung Efisiensi Efektif dari Heat
Exchanger
Efisiensi efektif heat exchanger dapat dihitung
sebagai berikut :
Rasio viskositas dari air pada dinding tube
dapat diperoleh sebagai berikut:
79 |
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
II. METODOLOGI PENELITIAN
ISSN 2338-2236
Dari tabel hasil perhitungan dapat dilihat
koefisien perpindahan panas shell tertinggi yaitu
sebesar 441,8 Btu/jam.ft2.oF pada suhu 588,2 oF,
dan koefisien perpindahan panas shell terendah
yaitu sebesar 431,38 pada suhu 568,4 oF.
Berdasarkan grafik hasil analisis koefisien
perpindahan panas pada bagian shell terhadap
temperatur rata-rata fluida shell (Gambar 6), dapat
dilihat bahwa semakin rendah suhu rata-rata fluida
di dalam shell (steam), maka semakin rendah pula
koefisien perpindahan panasnya. Artinya jika suhu
uap ekstraksi pada heat exchanger rendah, maka
panas yang akan diserap oleh fluida pada bagian
tube akan sedikit
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan sesuai dengan metodologi yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil yang akan
diuraikan dan dibahas dalam bagian ini.
Analisis koefisien perpindahan panas pada
bagian Shell dan Tube High Pressure Heater
(HPH)
Berdasarkan data hasil perhitungan dan
pengamatan, dapat dibuat grafik hubungan
koefisien perpindahan panas pada bagian shell
terhadap temperatur rata-rata fluida shell dan
grafik hasil analisis koefisien perpindahan panas
pada bagian tube terhadap temperatur rata-rata
fluida tube.
Gambar 6. Grafik Hubungan Temperatur Rata-rata
Fluida Shell terhadap Koefisien Perpindahan Panas
Shell
Gambar 7. Grafik Hubungan Temperatur Rata-rata
Fluida Tube terhadap Koefisien Perpindahan Panas
Tube
Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa
semakin tinggi suhu rata-rata fluida di dalam tube
(air), maka koefisien perpindahan panasnya akan
rendah, artinya jika suhu air pada bagian tube
tinggi , maka panas yang akan diserap oleh fluida
pada bagian tube akan sedikit, hal ini karena
koefisien perpindahan panas fluida tube yang
rendah akibat suhu fluida yang sudah panas /
tinggi. Sedangkan jika suhu fluida rendah maka
panas yang dapat diserap akan lebih banyak.
Analisis nilai laju perpindahan panas pada
Heat Exchanger
Berikut adalah grafik hasil analisis antara
laju perpindahan panas aktual (qact) terhadap panas
jenis fluida dingin (Cc) pada heat exchanger.
Gambar 8. Grafik Hubungan Laju Perpindahan
Panas Aktual (qact) terhadap Panas Jenis Fluida
Dingin (Cc)
80 |
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
Berdasarkan grafik hasil analisis antara
laju perpindahan panas aktual (qact) terhadap panas
jenis fluida dingin (Cc) pada heat exchanger
(Gambar 7), dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan tidak terdapat penurunan dan juga
kenaikan yang signifikan pada laju perpindahan
panas aktual terhadap panas jenis fluida dingin
pada bagian tube. Dengan kata lain laju
perpindahan panas aktual yang terjadi pada heat
exchanger dalam keadaan normal.
Pada tabel hasil perhitungan dapat dilihat
qact tertinggi yaitu sebesar 9.878.463,44 Btu/jam
dengan Cc sebesar 88.516,69 Btu/jam. oF, dan qact
terendah yaitu sebesar 8.003.904,2 Btu/jam dengan
Cc sebesar 88.932,26 Btu/jam. oF.
Gambar 9. Grafik Hubungan Laju Perpindahan
Panas Maksimal (qmax)
terhadap Panas Jenis Fluida Panas (Ch)
Laju perpindahan panas maksimal adalah
laju perpindahan panas tertinggi yang terjadi pada
heat exchanger. Dari grafik (Gambar 8), dapat
dilihat bahwa semakin kecil panas jenis fluida
maka akan semakin kecil pula laju perpindahan
panas maksimal yang terjadi, begitu pula
sebaliknya jika semakin besar panas jenis fluida
maka semakin besar pula laju perpindahan panas
maksimal yang terjadi.
Dari tabel hasil perhitungan didapat qmax
tertinggi yaitu 21.013.185,1482 Btu/jam dengan Ch
53.797,197 Btu/jam. oF, dan qmax terendah yaitu
17.990.301,204 Btu/jam dengan Ch 47.273,058
Btu/jam. oF.
ISSN 2338-2236
Gambar 10. Grafik efisiensi efektif heat exchanger
selama 30 hari penelitian di unit 2 PLTU Asamasam bulan Juli 2013
Bersasarkan grafik hasil analisis efisiensi
efektif heat exchanger (ηeff) (Gambar 4.8) selama
30 hari penelitian di PLTU Asam-asam bulan Juli
2013, dapat dilihat bahwa pada bulan Juli 2013
efisiensi efektif tertinggi yang dicapai yaitu
sebesar 53,92 %, dan efisiensi efektif terendah
yaitu sebesar 42,59 % dengan rata-rata efisiensi
47,77 % dalam sebulannya.
Dari garis trend line terlihat jelas terjadi
penurunan performa yang mungkin disebabkan
oleh kondisi alat yang sudah lama dan
keterlambatan maintenance / perawatan yang harus
dilakukan secara berkala.
Analisis laju perpindahan panas terhadap
efisiensi efektif High Pressure Heater (HPH)
Dari data-data sebelumnya telah diketahui
terdapat dua macam laju perpindahan panas, yaitu
laju perpindahan panas actual (qact) dan laju
perpindahan panas maksimal (qmax). Berikut adalah
grafik hubungan laju perpindahan panas aktual dan
maksimal terhadap efisiensi efektif (ηeff) High
Pressure Heater (HPH).
Analisis laju perpindahan panas terhadap
efisiensi efektif High Pressure Heater (HPH)
Dari data-data sebelumnya telah diketahui terdapat
dua macam laju perpindahan panas, yaitu laju
perpindahan panas actual (qact) dan laju
perpindahan panas maksimal (qmax). Berikut adalah
grafik hubungan laju perpindahan panas aktual dan
maksimal terhadap efisiensi efektif (ηeff) High
Pressure Heater (HPH).
Analisis nilai efisiensi efektif High Pressure
Heater (HPH)
Berikut adalah grafik hasil analisis
efisiensi efektif heat exchanger (ηeff) selama 30
hari penelitian di PLTU Asam-asam bulan Juli
2013.
Gambar 10. Grafik Hubungan laju perpindahan
panas aktual (qact) dan maksimal (qmax) terhadap
efisiensi efektif HPH (ηeff)
81 |
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 76-82, 2014
ISSN 2338-2236
Kondisi yang mempengaruhi tinggi dan
rendahnya efifiensi efektif heat exchanger adalah
selisih nilai antara laju perpindahan panas aktual
(qact) dan laju perpindahan panas maksimal (q max).
Semakin besar selisih nilainya maka semakin kecil
efisiensi efektif, dan jika semakin kecil selisih
nilainya maka semakin besar efisiensi efektifnya.
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut : pada
efisiensi efektif 53,92% diketahui qact sebesar
9.700.881,49
Btu/jam
dan
qmax
sebesar
17.990.301,2 Btu/jam, dari data tersebut didapat
selisih nilai (qmax - qact) 8.289.419,71 Btu/jam.
Selanjutnya pada efisiensi efektif 42,59%
diketahui qact sebesar 8.003.904,2 Btu/jam dan qmax
sebesar 18.794.848,007 Btu/jam, dari data tersebut
didapat selisih nilai (qmax - qact) 10.790.943,81
Btu/jam.
terendah yaitu sebesar 42,59 % dengan ratarata efisiensi 47,77 % dalam sebulannya.
- Terjadi penurunan performa pada heat
exchanger yang mungkin disebabkan oleh
kondisi alat yang sudah lama dan
keterlambatan maintenance / perawatan yang
harus dilakukan secara berkala.
4. Pengaruh laju perpindahan panas terhadap
efisiensi efektif High Pressure Heater
- Kondisi yang mempengaruhi tinggi dan
rendahnya efifiensi efektif heat exchanger
adalah selisih nilai antara laju perpindahan
panas aktual (qact) dan laju perpindahan panas
maksimal (qmax). Semakin besar selisih
nilainya maka semakin kecil efisiensi efektif,
dan jika semakin kecil selisih nilainya maka
semakin besar efisiensi efektifnya.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan perhitungan, dapat
ditarik beberapa kesimpulan mengenai koefisien
perpindahan panas, laju perpindahan panas, dan
efisiensi efektif High Pressure Heater (HPH) unit
2 di PLTU Asam-asam sebagai berikut :
1. Koefisien perpindahan panas
- Semakin rendah suhu rata-rata fluida di
dalam shell (steam), maka semakin rendah
pula koefisien perpindahan panasnya, dan
jika suhu rata-rata fluidanya tinggi maka
semakin tinggi koefisien perpindahan
panasnya.
- Semakin tinggi suhu rata-rata fluida di dalam
tube (air), maka koefisien perpindahan
panasnya akan rendah. Sedangkan jika suhu
rata-rata fluida rendah maka koefisien
perpindahan panasnya tinggi.
2. Laju perpindahan panas
- Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa
secara keseluruhan tidak terdapat penurunan
dan juga kenaikan yang signifikan pada laju
perpindahan panas aktual terhadap panas
jenis fluida dingin pada bagian tube. Dengan
kata lain laju perpindahan panas aktual yang
terjadi pada heat exchanger dalam keadaan
normal.
- Semakin kecil panas jenis fluida panas (Ch)
maka akan semakin kecil pula laju
perpindahan panas maksimal (qmax) yang
terjadi, begitu pula sebaliknya jika semakin
besar panas jenis fluida maka semakin besar
pula laju perpindahan panas maksimal yang
terjadi.
3. Efisiensi efektif High Pressure Heater
- Berdasarkan grafik hasil perhitungan dapat
dilihat bahwa pada bulan Juli 2013 efisiensi
efektif tertinggi yang dicapai heat exchanger
yaitu sebesar 53,92 %, dan efisiensi efektif
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Banjarmasin Steam Power Plant Unit 1 & 2
(2 x 65 MW) Manufacturing Data Reports.
High Pressure Heater Unit 2. PT. Boma
Bisma Indra Quality Assurance Dept.
[2]. Departemen Pertambangan dan Energi
Pemerintah Republik Indonesia PT. PLN
Persero. Pedoman Desain, Operasi, dan
Pemeliharaan PLTU Asam-asam Unit 1 & 2.
Mitsui Engineering & Shipbuilding CO.
LTD.
[3]. Holman. J.P. 1997. Perpindahan Kalor.
Erlangga: Jakarta.
[4]. Kreith, F dan Prijono, A. 1994. Prinsip
Perpindahan Panas. Erlangga: Jakarta.
[5]. Kern, D. Q. 1950. Procces Heat Transfer
McGraw-Hill Book Company.
[6]. Operating Manual Steam Power Plant Unit 1
& 2 (2 x 65 MW) Turbine Generator And
Auxiliaries. PLTU Asam-asam.
[7]. Sitompul, T.M. 1993. Alat Penukar Kalor.
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Utara.
[8]. Sugiyanto. 2006. Analisis Alat Penukar Kalor
Tipe Shell and Tube dan Aplikasi
Perhitungan Dengan Microsoft Visual Basic
6.0. Teknik Mesin Fakultas Teknologi
Industri: Universitas Gunadarma.
[9]. http://www.seo-koatsu.co.jp/product
82 |
Download