ASUHAN KEBIDANAN PADA PADA BAYI NY”S” USIA 5 HARI DENGAN IKTERUS NEONATORUM DI RSU DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YUNITA OKTAVIA NIM.1211010042 SUBJECT: Asuhan Kebidanan, Bayi Ikterus Neonatorum DISCRIPTION Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatus terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan. Pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh.Tujuan penelitian ini memberikan asuhan kebidanan selama masa neonatus pada bayi ikterus. Jenis penelitian observasional dengan responden 1 bayi yang mengalami Ikterus Neonatorum. Penelitian dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 15 juni 2015-18 juni 2015.Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik. Manajemen asuhan dilakukan dengan langkah-langkah, pengkajian, penentuan diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil penelitian di ruang perinatal RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo berdasarkan tingkat Ikterus neonatorum terdapat 1 bayi yang mengalami Ikterus neonatorum. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari icterus berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit meningkat, mukosa bibir lembab, BAB dan BAK lancar, bayi sudah boleh pulang , dan ibu bersedia untuk memberikan bayinya ASI sesering mungkin serta bersedia menjemur anaknya pada pagi hari selama 20 menit. Asuhan kebidanan masa neonatus diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis pada bayi. Menjelaskan kepada orang tua bayi tentang sebab-sebab serta manfaat pemberian terapi sinar blue light incubator dan manfaat dari sinar matahari pagi, melibatkan orang tua dalam perawatan bayi dan memberi kesempatan pada bayi untuk menetek serta membina hubungan ibu dan bayinya, memberikan konseling tentang perawatan bayi, pentingnya gizi/ nutrisi untuk perkembangan bayinya, termasuk frekuensi menyusui kapanpun bayi ingin menyusu harus diberikan. ABSTRACT: Jaundice is a problem that often arises in the neonatal period caused by excessive accumulation of bilirubin in the blood and tissues. On the second day to the third day and disappeared on the tenth day. The purpose of this study was to provide midwifery care during the neonatal period in infants jaundice. Observational research with1 respondent of infant with neonatal jaundice. The study was conducted at RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto on 15 June 2015-18 June 2015. Collecting data used interview and physical examination. Midwifery care management was done by steps of assessment, determination of midwifery diagnosis, planning, implementation, and evaluation. The results of research in the perinatal room of RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo based neonatal jaundice level there was a baby who suffered from neonatal jaundice. After midwifery care during the 4 days the jaundice was reduced, vital signs within normal limits, skin turgor increased, mucous of lips was moist, bowel and bladder was smooth, the baby was allowed to go home, and a mother willing to breasfeed their babies as often as possible and willing to sunbathe their babies the morning for 20 minutes. Midwifery care during neonatal period is required in this period, because it is a critical period in infants. Explain to the parents about the causes as well as the benefits of blue light therapy incubator and benefits from the morning sunshine, involve parents in baby care and allow the baby to suckle and build the relationship between mother and baby, give counseling on infant care, the importance of nutrition for the development of the baby, including breastfeeding frequency whenever the baby wants the breastfeed should be given. Keywords: Midwifery Care, Baby, Neonatal jaundice. Contributor : 1. Sari Priyanti,S.SiT.,S.KM.,M.Kes 2. Zulfa Rufaida, S.Keb.Bd.,M.Sc Date : 02 juli 2015 Type Material : LaporannPeneletian Edentifer : Right : Open Document Summary : Latar Belakang Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatus terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan (William, 2008). Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dl pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dl, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonjugasi <2 mg/dl. Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi. Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf (Ananta, 2012) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat data rekam medik di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tercatat mulai bulan Januari sampai Februari 2014 dengan data sebagai berikut, pada bulan Januari dari 88 kelahiran hidup, terdapat 15 bayi yang mengalami ikterus dengan prosentase 17%, 5 bayi mengalami BBLR dengan prosentase 5%, dan 17 bayi mengalami asfiksia dengan prosentase 19%. Pada bulan Februari dari 107 kelahiran hidup, terdapat 20 bayi yang mengalami ikterus dengan prosentase 19%, 4 bayi mengalami BBLR dengan prosentase 4%, dan 16 bayi mengalami asfiksia dengan prosentase 15%. Bcrdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Maret 2015 dengan melihat rekam medik jumlah persalinan tercatat selama bulan Januari 2014 - Januari 2015 sebanyak 673 persalinan. Kejadian ikterkus tercatat sebanyak 111 bayi (Rekam Medik, 2015) Faktor yang mempengaruhi ikterus pada bayi baru lahir antara lain faktor neonatus diantarantnya jenis kelamin, masa gestasi dan berat lahir, perinatal diantaranya jenis persalinan dan komplikasi, dan faktor maternal diantaranya frekuensi pemberian ASI. Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahaya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus cukup bulan, kadar bilirubinnya tidak melebihi 10 mg/dl dan bayi kurang bulan, kurang dari 12 mg/dl. Ikterus fisiologis baru dapat dinyatakan sesudah diobservasi dalam minggu pertama sesudah diobservasi dalam minggu pertama sesudah kelahiran (Surasmi, 2010). Masalah yang didapatkan pasien ikterus adalah kurangnya masukan cairan dan nutrisi karena bayi malas minum, resiko terjadi kernikterus, gangguan rasa aman dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua/ ibu mengenai penyebab dan bahaya ikterus (Ngastiyah,2009). Cara pengendalian hiperbilirubinemia yang dapat dilakukan adalah menstimulasi konjugasi bilirubin, misalnya dengan glukosa atau pemberian albumin, menambahkan zat-zat yang kurang dari transportasi dan metabolisme bilirubin misalnya albumin dan glukosa, melakukan fotoisomerisasi dengan terapi sinar, membatasi siklus enterohepatik, misalnya dengan memberikan minuman oral secara dini, pemberian kolesteramin (questran), mengeluarkan bilirubin secara mekanis dengan tranfusi tukar, serta mengatasi penyebab bila mungkin Metode Penelitian Jenis penelitian observasional dengan responden 1 bayi yang mengalami Ikterus Neonatorum. Penelitian dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 15 juni 2015-18 juni 2015. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik.Manajemen asuhan dilakukan dengan langkah-langkah, pengkajian, penentuan diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian di ruang perinatal RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo berdasarkan tingkat Ikterus neonatorum terdapat 1 bayi yang mengalami Ikterus neonatorum. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari icterus berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit meningkat, mukosa bibir lembab, BAB dan BAK lancar, bayi sudah boleh pulang , dan ibu bersedia untuk memberikan bayinya ASI sesering mungkin serta bersedia menjemur anaknya pada pagi hari selama 20 menit. Pada kasus ini pengkajian dimulai pada tanggal 15 Juni 2015 diperoleh data subyektif yaitu ibu adalah pasien nifas di ruang perinatal RSU Dr. Wahidin Soediro Husodo sejak tanggal 15 Juni 2015, melahirkan anak ke-2 pada tanggal 10 juni 2015 secara operasi SC dengan berat lahir sebesar 3200 gram, panjang badan 50 cm, LK 32cm, jenis kelamin laki-laki, lahir pada jam 09.30 WIB, dan Apgar Score 7-8. Keluhan utama ibu mengatakan telah melahirkan anak ke-2 dan setelah 5 hari bayi terlihat kuning, hanya minum ASI, BAB sedikit, bayi malas minum, sering tidur, konsistensi lunak, lengan sampai pergelangan tangan tungkai bawah sampai pergelangan kaki berwarna kuning. Pada data obyektif, dari pemeriksaan tanda-tanda vital , suhu 36,40C, nadi 120x/menit, respirasi 52x/menit, Berat badan 3000gram, Panjang badan 51 cm, Apgar score 7-8, Lingkar kepala 32 cm, Lingkar dada 31 cm, Lingkar lengan 9,5 cm, BAB kurang lebih 2x/hari (seperti dempul), BAK kurang lebih 7x/hari. Saat pemeriksaan fisik, muka pucat, sclera ikterus, pada hidung terdapat secret, mukosa bibir kering, kedua testis menurun kedalam skrotum, pada lengan sampai pergelangan tangan tungkai bawah berwarna kuning. Dari data penunjang pada tanggal 15 dan 16 juni 2015 hasil laboratoriumWBC : 5,3 x10^3/uL, Hgb: 13,5 g/d, PLT : 354 %x10^3/uL, dan pada tanggal 17 juni 2015 hasil laboratorium WBC : 7,8x10^3/uL, Hgb: 17,7 g/d, PLT : 396 % x10^3/uL, dan kremer 4 dengan golongan darah O. Pada kasus ini dari pengkajian yang telah ditegakkan diagnose kebidanan yaitu bayi Ny “S” usia 5 hari dengan icterus neonatorum..Masalah yang timbul pada bayi Ny. S adalah icterus kuning yang terjadi pada lengan sampai tungkai dan disertai dengan tidak mau minum ASI, BAB sedikit, bayi malas minum, sering tidur, konsistensi lunak. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat. Pada kasus bayi Ny. S usia 5 hari dengan icterus neonatorum ini rencana tindakan yang diberikan adalah tindakan yang sesuai dengan diagnose dan prioritas masalah yang ditemukan Untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang lebih buruk. Dimana perencanaan yang dilakukan pada bayi Ny. S usia 5 hari dengan icterus neonatorum yaitu melakukan pendekatan terapeutik pada pasien dengan komunikasi terapeutik, menjelaskan kondisi bayi pada keluarga pasien, melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengobservasi tanda –tanda vital tiap 2 jam, mengkaji hidrasi, ubun-ubun, turgor, murkosa bibir, mengkaji pemasukan dan pengeluaran cairan, melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi sinar. Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa yang sudah direncanakan sehingga diharapkan post partum blues teratasi dengan baik. Didalam teori bidan melaksanakan proses kebidanan sesuai dengan kewenangannya. Dalam praktek lapangan bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai apa yang sudah direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang dari rencana sebelumnya. Setelah dilakukan Asuhan kebidanan selama 4 hari pada tanggal 15 Juni 2015 sampai 18 Juni 2015 pada bayi Ny. S usia 5 hari dengan icterus neonatorum di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, maka hasil asuhan yang didapat yaitu icterus berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit meningkat, mukosa bibir lembab, BAB dan BAK lancar, bayi sudah boleh pulang ,dan ibu bersedia untuk memberikan bayinya ASI sesering mungkin serta bersedia menjemur anaknya pada pagi hari selama 20 menit. Simpulan Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny. S usia 5 hari dengan ikterus neonatorum di ruang perinatal RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, maka dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul pada bayiNy. S adalah icterus kuning yang terjadi pada lengan sampai tungkai dan disertai dengan tidak mau minum ASI, BAB sedikit, bayi malas minum, sering tidur, konsistensi lunak. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat.tindakan yang diberikan adalah tindakan yang sesuai dengan diagnosa dan prioritas masalah yang ditemukan untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang lebih buruk. Dimana perencanaan yang dilakukan pada bayiNy. S usia 5 hari dengan ikterus neonatorum yaitu melakukan pendekatan terapeutik pada pasien dengan komunikasi terapeutik, menjelaskan kondisi bayi pada keluarga pasien, melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengobservasi tanda –tanda vital tiap 2 jam, mengkaji hidrasi, ubun-ubun, turgor, murkosa bibir, mengkaji pemasukan dan pengeluaran cairan, melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi sinar.Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan pada kasus bayiNy. S usia 5 hari dengan ikterus neonatorum dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan.Dalam evaluasi pada bayi Ny. S selama 4 hari hasil evaluasi yang penulis dapatkan yaitu ikterus berkurang, tandatanda vital dalam batas normal, turgor kulit meningkat, mukosa bibir lembab, BAB dan BAK lancar, bayi sudah boleh pulang , dan ibu bersedia untuk memberikan bayinya ASI sesering mungkin serta bersedia menjemur anaknya pada pagi hari selama 20 menit. Rekomendasi Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya melakukan penyuluhan tentang ikterus pada kelompok sasaran seperti masyarakat agar masyarakat dapat mengenali tanda-tanda serta mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi icterus neonatorum. Agar peneliti selanjutnya lebih paham tentang ikterus neonatorum sehingga mereka bisa memotivasi masyarakat agar tidak menyepelekan bahaya seperti ikterus neonatorum disarankan bagi responden sebaiknya dapat memahami dan mengerti tentang icterus neonatorum yang terjadi pada masa neonates dan mengenali tandatanda serta mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi icterus neonatorum. Alamat Correspondensi : - Alamat - E-mail No. HP : Dusun sukun RT.002/ RW.002 DesaKarangrenKecamatanKrejenganKabupatenProbolinggo : [email protected] : 082298968006