BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
2.1.1
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management, yang
dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata
manage itu sendiri berasal dari bahasa Italia maneggio, yang di adopsi dari bahasa
latin managiare, yang berasal dari kata manus, yang artinya tangan. Konsep
manajemen tidak mudah untuk didefinisikan. Sampai sekarang belum ditemukan
definisi manajemen yang benar-benar dapat di terima secara universal.
Menurut Hasibuan Malayu S.P (2006). Mengemukakan bahwa manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan
pelaksanaan
fungsi-fungsi
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau pegawai (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controling).
Manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber
daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Selain sebagai seni, manajemen juga bisa
sebagai proses untuk mencapainya diperlukan perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang konsisten, dan pengendalian yang kontinyu agar tujuan yang
diinginkan dapat tercapai dengan efesien dan efektif.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Manajemen sumber daya manusia (human resources manajemen) adalah
suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan,
penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi
atau perusahaan bisnis Hasibuan Malayu S.P (2006).
Sedangkan menurut Rivai (2008), mengemukakan bahwa manajemen
sumber daya manusia merupakan salah satu bidang yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Menurut Mangkunegara (2009), manajemen sumber daya manusia adalah
suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,
pengintregasian, pemeliharaan dan pemisah tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan pula sebagai suatu
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai),
pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal didalam
dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan individu
pegawai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen sebagai ilmu dan
seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia lainnya secara efisien,
efektif dan produktif dalam mengelola, merencanakan, mengorganisasian serta
pegawasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2.1.2
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi
produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau perusahaan
dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial.
Empat tujuan sumber daya manusia menurut Sadili (2006) adalah sebagai
berikut :
a. Tujuan Sosial
Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar organisasi atau
perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya.
b. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu
organisasi
mencapai
tujuannya.
Departemen
sumber
daya
manusia
meningkatkan efektivitas organisasional dengan cara :
1) Menyediakan tenaga kerja yang terlatih dan bermotivasi tinggi.
2) Mendayagunakan tenaga kerja secara efisien dan efektif
3) Mengembangkan kualitas kerja dengan membuka kesempatan bagi
terwujudnya aktualitas diri karyawan.
4) Menyediakan kesempatan kerja yang sama bagi setiap orang,lingkungan
kerja yang sehat dan aman,dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak
karyawan.
5) Mensosialisasikan kebijakan sumber daya manusia kepada semua
karyawan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
c. Tujuan fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen
sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d. Tujuan Individual
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atas
perusahaan yang hendak di capai melalui aktivitasnya dalam organisasi.
Menurut
Rivai
(2008),
menyatakan
tujuan
manajemen
adalah
“meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan
melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial”.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan yang ingin di capai manajemen
sumber daya manusia pada dasarnya, menurut Rivai (2008) adalah :
1) Peningkatan efisensi
2) Peningkatan efektifitas
3) Peningkatan produktifitas
4) Rendahnya tingkat perpindahan pegawai
5) Rendahnya tingkat absensi
6) Tinggi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi-fungsi manajemen SDM menurut Rivai (2008), yaitu :
a. Fungsi Manajerial
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi,
membuat
strategi
untuk
mencapai
tujuan
itu,
dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi dan untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman yang harus dilakukan.
Sedangkan perencanaan sumber daya manusia ( human resources planing )
adalah proses analisis dan identifikasi yang dilakukan organisasi terhadap
kebutuhan akan sumber daya manusia, sehingga organisasi tersebut dapat
menentukan langkah yang harus diambil guna mencapai tujuannya.
2) Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian berasal dari kata organisasi yang diberi awalan
peng- dan akhiran –an yang memiliki makna sebuah kelompok, kumpulan
orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Organisasi berasal dari
bahasa Yunani ( opyavov, organon : alat ) jadi pengorganisasian adalah
cara, aturan dalam sebuah kelompok, kumpulan orang yang memiliki
tujuan bersama dimana hasilnya dapat dinikmati bersama-sama.
3) Pengarahan (directing)
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan anggota
dalam kelompok atau organisasi, agar dapat bekerja sama secara efektif
serta efesien dalam membantu tercapainya tujuan yang diinginkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
4) Pengendalian ( controling )
Pengendalian (controling) adalah suatu cara untuk mengontrol,
memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu system didalam kelompok
atau organisasi untuk tujuan yang telah ditentukan.
b. Fungsi Oprasional
1) Pengadaan tenaga kerja (SDM)
Pengadaan tenaga kerja (SDM) adalah proses penarikan, seleksi,
penempatan, orientasi, dan induksi untuk memperoleh karyawan yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2) Pengembangan
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak
langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang
diberikan kepada perusahaan.
4) Pengintegrasian
Pengintegrasian
adalah
kegiatan
untuk
mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
5) Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau
bekerja sama sampai pensiun.
6) Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia
yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa disiplin yang
baik sulit terwujud tujuan yang maksimal.
7) Pemberhentian
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari satu
perusahaan.
Terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia manurut
Mangkunegara (2009), sebagai berikut :
a. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari :
1) Perencanaan sumber daya manusia
2) Analisis jabatan
3) Penarikan pegawai
4) Penempatan kerja
5) Orientasi kerja (job orientation)
b. Pengembangan tenaga kerja mencakup :
1) Pendidikan dan pelatihan (training and development)
2) Pengembangan (karier)
3) Penilaian prestasi kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
c. Pemberian balas jasa mencakup:
1) Balas jasa langsung terdiri dari : gaji/upah dan insentif
2) Balas jasa tak langsung terdiri dari : keuntungan ( benefit) dan pelayanan
(service ).
d. Integritas
1. Kebutuhan Karyawan
2. Motivasi kerja
3. Kepuasan kerja disiplin kerja
4. Partisipasi kerja.
2.2
Kompensasi
2.2.1 Pengertian Kompensasi
Mondy, et. All, (2005) menjelaskan arti kompensasi sebagai keseluruhan
reward yang diberikan untuk karyawan sebagai imbalan atas pekerjaan mereka.
Kompensasi terdiri dari finansial dan non finansial. Selanjutnya Ivancevich (2006)
menyatakan bahwa kompensasi adalah fungsi manajemen sumber daya manusia
yang berhubungan dengan tiap jenis reward yang diterima individu karena
melakukan tugas-tugas organisasi. Kompensasi merupakan biaya utama dalam
menjalankan suatu bisnis untuk banyak organisasi pada permulaan abad 21.
Kompensasi juga merupakan alasan utama mengapa individu mencari pekerjaan.
Hal itu merupakan hubungan yang saling terkait. Karyawan memberikan tenaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
dan loyalitas untuk kompensasi finansial dan nonfinansial (gaji, benefit,
pelayanan dan pengakuan).
Menurut Hasibuan (2007) kompensasi adalah semua pendapat yang
berbentuk uang, barang, langsung dan tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Kompensasi
berbentuk uang, artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada
karyawan bersangkutan. Kompensasi berbentuk barang, artinya kompensasi
dibayar dengan barang. Misalnya kompensasi dibayar 10% dari produksi yang
dihasilkan. Di Jawa Barat penuai padi upahnya 10% dari hasil padi yang
dituainya. Sedangkan menurut Sitohang (2007), kompensasi adalah pengaturan
keseluruhan pemberian balas jasa bagai pegawai dan para manajer baik berupa
finansial maupun barang dan jasa pelayanan yang diterima oleh setiap orang
karyawan.
2.2.2 Jenis – jenis Kompensasi
Menurut Triton (2010), berdasarkan sifat penerimaannya Jenis-jenis
kompensasi ada dua jenis yaitu :
1.
Kompensasi yang bersifat financial. Adalah kompensasi yang diterima oleh
karyawan dalam bentuk uang atau bernilai uang/ missal, gaji atau upah,
bonus, premi, asuransi dan lain-lain sebagai yang dibayarkan oleh organisasi
atau perusahaan.
2.
Kompensasi yang bersifat nonfinancial. Diberikan oleh organisasi atau
perusahaan terutama dengan maksud untuk mempertahankan karyawan dalam
jangka panjang. Misalnya penyelanggaraan program-program pelayanan bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
karyawan yang berupaya untuk menciptakan kondisi dan lingkungan kerja
yang menyenangkan seperti program wisata, penyediaan fasilitas kantin atau
cafeteria, penyediaan tempat beribadat di tempat kerja, lapangan olahraga dan
lain-lain.
Sedangkan menurut Triton (2010), berdasarkan mekanisme penerimaanya,
kompensasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.
Kompensasi langsung
Kompensasi langsung yaitu, Kompensasi yang peneriamannya secara
langsung berkaitan dengan prestasi kerja.
2.
Kompensasi pelengkap atau Kompensasi tidak langsung
Kompensasi pelengkap atau kompensasi tidak langsung yaitu, Kompensasi
yang penerimaannya tidak secara langsung berkaitan dengan prestasi kerja.
2.2.3
Tujuan Kompensasi
Menurut Hasibuan (2007), tujuan pemberian kompensasi (balas jasa)
antara lain adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif,
motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan
pemerintah.
a.
Ikatan kerja sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal
antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugastugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha wajib membayar kompensasi
sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
b.
Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh
kepuasan kerja dari jabatannya.
c.
Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan
yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d.
Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
e.
Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turnover relatif kecil.
f.
Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan
yang berlaku.
g.
Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
h.
Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan
yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat
dihindarkan.
Program kompensasi atau balas jasa umumnya bertujuan untuk
kepentingan perusahaan, karyawan, dan pemerintah/masyarakat. Supaya tujuan
tercapai dan memberikan kepuasan bagi semua pihak hendaknya program
kompensasi ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, undang-undang
perburuhan, serta memperhatikan internal dan eksternal konsistensi. Program
kompensasi harus dapat menjawab pertanyaan apa yang mendorong seseorang
bekerja dan mengapa ada orang yang bekerja keras, sedangkan orang lain
bekerjanya sedang-sedang saja.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Mangkunegara (2007), ada enam faktor yang mempengaruhi
kebijakan kompensasi yaitu:
a.
Faktor Pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji
minimal,
pajak
penghasilan,
penetapan
harga
bahan
baku,
biaya
transportasi/angkutan, inflasi maupun devaluasi sangat mempengaruhi
perusahaan dalam mentukan kebijakan kompensasi pegawai.
b.
Penawaran Bersama antara Perusahaan dan pegawai
Kebijakan dalam mentukan kompensasi dapat dipengaruhi pula pada saat
terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang harus diberikan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
perusahaan dalam merekrut pegawai yang mempunyai keahlian dalam bidang
tertentu yang sangat dibutuhkan diperusahaan.
c.
Stndarad Biaya Hidup Pegawai
Kebijakan kompensasi perlu dipertimbangkan standard biaya hidup
minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai harus terpenuhi.
Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pegawai dan keluarganya, maka
pegawai akan merasa aman. Terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman
pegawai akan memungkinkan pegawai dapat bekerja dengan penuh motivasi
untuk mencapai tujuan perusahaan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
ada korelasi tinggi antara motivasi kerja pegawai dan prestasi kerjanya, ada
korelasi positif antara motivasi kerja dan pencapain tujuan perusahaan.
d.
Ukuran Perbandingan Upah
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi oleh ukuran besar
kecilnya perusahaan, tingkat pendidikan pegawai, masa kerja pegawai.
Artinya perbandingan tingkat upah pegawai perlu memperhatikan tingkat
pendidikan, masa kerja, dan ukuran perusahaan.
e.
Permintaan dan Persediaan
Dalam
menentukan
kebijakan
kompensasi
pegawai
perlu
mempertimbangkan tingkat persediaan dan permintaan pasar. Artinya,
kondisi pasar pada saat ini perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentukan tingkat upah pegawai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
f.
Kemampuan Membayar
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada
kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai. Artinya jangan
sampai menentukan kebijakan kompensasi diluar batas kemampuan yang ada
pada parusahaan.
Sedangkan menurut Martoyo (2007) menjelaskan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kompensasi yaitu:
a.
Kebenaran dan keadilan.
Hal ini mengandung pengertian bahwa pemberian kompensasi kepada
masing-masing karyawan atau kelompok karyawan harus sesuai dengan
kemampuan, kecakapan, pendidikan dan jasa yang telah ditunjukkan kepada
organisasi. Dengan demikian tiap karyawan merasakan bahwa organisasi
sesuai dengan pandangannya.
b.
Dana Organisasi.
Kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan kompensasi baik
berupa finansial maupun nonfinansial amat tergantung kepada dana yang
terhimpun untuk keperluan tersebut. Terhimpunnya dana tersebut tentunya
juga sebagai akibat prestasi-prestasi kerja yang telah ditunjukkan oleh
karyawan-karyawannya. Makin besar prestasi kerja, makin besar keuntungan
organisasi/perusahaan, makin besar dana yang terhimpun untuk kompensasi,
maka makin baik pelaksanaan kompensasi dan sebaliknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
c.
Serikat Karyawan
Para karyawan yang tergabung dalam suatu serikat karyawan dapat juga
mempengaruhi pelaksanaan ataupun penetapan kompensasi dalam organisasi,
sebab suatu serikat karyawan dapat merupakan “ simbol kekuatan” karyawan
dalam menuntut perbaikan nasib, yang perlu mendapatkan perhatian atau
perlu diperhitungkan oleh pihak manajemen/pimpinan organisasi.
d.
Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor yang mempengaruhi
penilaian atas prestasi kerja karyawan. Sedangkan prestasi kerja karyawan
merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi. Karena
itu produktifitas kerja karyawan, ikut mempengaruhi pelaksanaan pemberian
kompensasi termasud.
e.
Biaya Hidup
Penyesuaian besarnya kompensasi, terutama yang berupa upah/gaji,
dengan biaya hidup karyawan beserta keluarganya sehari-hari, harus
mendapatkan perhatian pimpinan organisasi/perusahaan. Namun demikian
cukup sulit pula dalam pelaksanaannya, karena biaya hidup seseorang seharihari sangat relatif sifatnya, karena tak ada ukuran yang pasti seberapa besar “
hidup yang layak” itu.
f.
Pemerintah
Fungsi pemerintah untuk melindungi warganya dan tidak sewenangwenang pimpinan organisasi ataupun perusahaan dalam pemberian balas jasa
karyawan jelas berpengaruh terhadap penetapan kompensasi. Karena itu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
pemerintahlah yang ikut menentukan upah minimum ataupun jumlah jam
kerja karyawan pria ataupun wanita, dewasa ataupun anak-anak pada batas
umur tertentu.
2.2.5
Tahapan Menetapkan Kompensasi
Veithzal Rivai (2007), menyatakan tujuan manajemen kompensasi
bukanlah membuat berbagai aturan dan hanya memberikan petunjuk saja. Namun
semakin banyak tujuan perusahaan dan tujuan pemberian kompensasi juga harus
diikuti dengan semakin efektif administrasi penggajian dan pengupahan. Untuk
memenuhi tujuan-tujuan tersebut perlu diikuti tahapan-tahapan menejemen
kompensasi seperti berikut ini :
Tahap 1 : Mengavaluasi tiap pekerjaan, dengan menggunakan informasi analisis
pekerjaan, untuk menjamin keadilan internal yang didasarkan pada
nilai relatif setiap pekerjaan .
Tahap 2 : Melakukan survei upah dan gaji untuk menentukan keadilan eksternal
yang didasarkan pada upah pembayaran di pasar kerja.
Tahap 3 : Menilai harga tiap pekerjaan untuk menentukan pembayaran upah
yang didasarkan pada keadilan internal dan eksternal.
a.
Evaluasi dan Analisis Pekerjaan
Veithzal Rivai (2007), menjelaskan evaluasi dan analisis pekerjaan sebagai
berikut :
Analisis pekerjaan meliputi pengumpulan informasi tentang melalui survei,
observasi, dan diskusi di antara para pekerja untuk menghasilkan deskripsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
pekerjaan dan posisi. Dengan informasi dari analisis pekerjaan, sebagai bagian
dari sistem informasi SDM, para analisis kompensasi memiliki informasi
maksimum yang dibutuhkan untuk melakukan evaluasi pekerjaan. Evaluasi
pekerjaan pekerjaan merupakan prosedur sistematis untuk menentukan nilai relatif
dari pekerjaan. Metode yang umumnya digunakan adalah penyusunan tingkatan
pekerjaan, penilaian kelas pekerjaan, perbandingan faktor, dan sistem penilaian
angka.

Penyusunan Peringkat Pekerjaan
Penyusunan peringkat pekerjaan adalah metode evaluasi pekerjaan yang
paling sederhana. Para spesialis me-review informasi analisis pekerjaan dan
kemudian membuat susunan peringkat tiap pekerjaan secara subjektif sesuai
dengan kepentingan relatif ketika membandingkan faktor-faktor individual,
seperti tanggung jawab, keahlian, upaya, dan syarat-syarat yang terdapat
dalam pekerjaan.

Penilaian Kelas Pekerjaan
Kelas pekerjaan atau klasifikasi pekerjaan agak lebih memuaskan dari
pada penentuan peringkat pekerjaan, walaupun masih tidak tepat sekali.
Deskripsi standar yang digunakan hampir sepadan dengan deskripsi pekerjaan
yang menentukan nilai relatif yang diekspresikan sebagai kelas pekerjaan.
Semakin penting sebuah pekerjaan semakin besar pembayarannya. Namun
jika ukuran presisinya kurang, seperti halnya dengan penentuan peringkat
pekerjaan, klasifikasi pekerjaanpun akan menghadapi ketidak akuratan dalam
penentuan tingkat pekerjaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24

Perbandingan Faktor
Dengan
metode perbandingan
faktor,
komite evaluasi pekerjaan
membandingakan antara faktor-faktor pekerjaan yang saling terikat. Faktorfaktor ini meliputi unsur-unsur yang umum untuk semua pekerjaan yang
dievaluasi, seperti tanggung jawab, keahlian/keterampilan, mental dan fisik,
dan syarat-syarat pekerjaan lainnya. Tiap faktor diperbandingkan, pada suatu
waktu, dengan faktor yang sama terhadap pekerjaan kunci yang lain dan
kemudian evaluasi yang terpisah dikombinasikan oleh komite untuk
menentukan kepentingan relatif dari setiap pekerjaan.

Sistem Pemberian Angka
Penelitian menunjukkan bahwa sistem pemberian angka lebih banyak
digunakan dari pada metode lainnya, sistem ini mengevaluasi faktor-faktor
penyeimbangan tiap pekerjaan dengan menggunakan angka-angka. Meskipun
pada awalnya lebih sulit untuk mengembangkannya angka-angka. Meskipun
pada awalnya lebih sulit untuk mengembangkannya, sistem poin ternyata
lebih tepat dari pada metode pembandingan faktor karena sistem posin ini
dapat mengatasi faktor-faktor pengimbangan soal penting lebih rinci lagi.
b. Survei Upah dan Gaji
Veithzal Rivai (2007), memberikan penjelasan survei upah dan gaji
sebagai berikut :

Sumber Data Kompensasi
Data survei tentang upah dan gaji merupakan data dasar dalam penerapan
tinggi
rendahnya
upah/gaji
yang
dilakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
para
analisis
untuk
25
membandingkan level/tingkatan kompensasi. Salah satu sumber data adalah
dari Departemen Tenaga kerja dan atau Badan Pusat Statistik yang secara
periodik melakukan survei pasar kerja. Kadang-kadang survei ini sudah tidak
sesuai lagi dalam menghadapi perubahaan pasar yang cepat. Oleh karena itu,
sumber data lain dapat digunakan. Sementara sumber data lain berasal dari
asosiasi profesional, yang secara khusus data ini untuk jenis pekerjaan
spesialisasi tinggi.

Prosedur Survei
Untuk mengatasi keterbatasan hasil survei yang dipublikasikan, beberapa
departemen SDM melakukan survei upah dan gaji sendiri. Namun survei ini
biayanya mahal, biasanya hanya untuk pekerjaan-pekerjaan kunci saja yang
digunakan. Sebuah contoh dari beberapa perusahaan dari pasar kerja
diseleksi, dan mereka dikontak melalui telepon atau surat untuk mempelajari
berapa yang mereka bayarkan untuk pekerjaan kunci mereka. Kebanyakan
perusahaan
berkeinginan untuk bekerja sama karena
mereka
juga
membutuhkan informasi ini. Asosiasi profesional dapat membantu proses ini.
Sebagai sebuah hasil dari proses evaluasi pekerjaan, semua pekerjaan diurut
sesuai dengan nilai relatif dari pekerjaan. Melalui survei, tingkat untuk
pekerjaan-pekerjaan kunci di pasar kerja juga diketahui.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
c.
Menentukan Nilai Pekerjaan
Dalam menentukan nilai pekerjaan, nilai evaluasi pekerjaan disepadankan
dengan nialai yang ada di pasar kerja. Ada dua kegiatan yang terkait dalam hal ini,
yaitu :
1. Mengembangkan tingkat pembayaran yang tepat untuk tiap pekerjaan
2. Mengelompokkan tingkat pembayaran yang berbeda ke dalam sebuah
struktur yang dapat dikelola secara efektif.
2.3
Motivasi
2.3.1 Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Menurut Hasibuan (2006), motivasi adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah
perubahan energi diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Pada dasarnya, manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja
sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya
tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang. Jika harapan itu dapat
menjadi kenyataan, seseorang akan cenderung meningkatkan semangat kerjanya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
tetapi sebaliknya jika harapan itu tidak tercapai, seseorang cenderung menjadi
malas. Berdasarkan pembahasan tentang pengertian yang diketahui oleh para ahli,
motivasi kerja mencakup beberapa kompenen berikut :
1) Kebutuhan. Hal ini terjadi bila seseorang individu merasa tidak ada
keseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan.
2) Dorongan. Komponen ini merupakan kekuatan mental untuk melakukan
perbuatan atau kegiatan tertentu.
3) Tujuan. Komponen ini merupakan hal yang ingin dicapai oleh individu.
Seseorang yang dimiliki tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan,
maka ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan antusias dan penuh semangat,
termasuk dalam pencapaian cita-cita yang diinginkan. Dengan demikian, terdapat
hubungan yang erat antara minat dan motivasi karena motivasi merupakan
dorongan atau penggerak bagi seseorang dalam pencapaian sesuatu yang
diinginkan dan berhubungan langsung dengan sesuatu yang menjadi minatnya.
Motivasi yang tinggi akan membangkitkan individu untuk melakukan
aktifitas tertentu yang lebih fokus dan lebih intensif dalam proses pengerjaan dan
sebaliknya sehingga tinggi-rendahnya motivasi terhadap diri individu mampu
membangkitkan seberapa besar keinginan dalam bertingkah laku atau cepat
lambatnya terhadap suatu pekerjaan. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan,
motivasi kerja dapat disimpulkan sebagai keseluruhan daya penggerak atau tenaga
pendorong baik yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik)
yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau
aktifitas dalam menjalankan tugas sebagai seorang karyawan. Motivasi itu dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri
seseorang.
2.3.2 Jenis-jenis Motivasi
Jenis – jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut
Hasibuan (2006), antara lain sebagai berikut :
1) Motivasi Positif (insentif positif). Manajer memotivasi bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berpartisipasi baik. Dengan
motivasi positif ini, semangat kerja bawahan meningkat karena manusia
pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2) Motivasi negative (insentif negatif). Manajer memotivasi bawahan dengan
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaanya kurang baik
(prestasi rendah). Dengan motivasi negatif ini, semangat kerja bawahan
dalam waktu pendek akan meningkat karena takut sanksi atau hukuman.
Penggunaan kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan kepada siapapun
dan kapanpun agar dapat berjalan efektif merangsang gairah bawahan
dalam bekerja.
2.3.3
Fungsi Motivasi
Menurut Sudirman (2007) terdapat dua fungsi motivasi yaitu :
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
2.3.4
Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang
agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan
motivasi, maka setiap orang yang akan memberi motivasi harus mengenal dan
memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian
yang akan dimotivasi (purwanto, 2007).
2.3.5
Metode Motivasi
Menurut Hasibuan (2006), terdapat dua metode motivasi antara lain
sebagai berikut :
1) Motivasi langsung (direct motivation). Motivasi langsung adalah motivasi
(material dan nonmaterial) yang diberikan secara langsung kepada setiap
individu untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Motivasi ini
bersifat khusus seprti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya dan
sebagainya.
2) Motivasi tidak langsung (indirect motivation). Motivasi tidak langsung
adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang
mendukung serta menunjang gairah kerja sehingga lebih bersemangat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
dalam bekerja seperti mesin-mesin yang baik, ruang kerja yang nyaman,
kursi yang empuk dan sebagainya.
2.3.6
Teori Motivasi
Motivasi menurut Hasibuan (2006), teori motivasi dapat di kelompokkan
sebagai berikut :
1)
Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori ini merupakan teori yang berdasarkan atas faktor-faktor kebutuhan
dan kepuasan individu yang menyebabkan seseorang bertindak dan berperilaku
dengan cara tertentu. Teori ini memutuskan perhatian pada faktor-faktor dalam
diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan ,menghentikan
perilakunya. Jika kebutuhannya semakin terpenuhi, semangat pekerjaan seseorang
akan semakin baik.
Terdapat beberapa teori kepuasan antara lain sebagai berikut :
a. Teori Motivasi Klasik
F.W Taylor mengemukakan teori motivasi klasik atau teori motivasi
kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa manusia mau bekerja giat
untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik berbentuk uang atau barang dari
hasil pekerjaannya. Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja giat
bilamana ia mendapat imbalan materi yang mempunyai kaitan dengan
tugas-tugasnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
b. Teori Maslow
Hierkaki kebutuhan Maslow mengikuti teori jamak yaitu seseorang
berprilaku atau bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang
diinginkan manusia berjenjang.
Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat
tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas
dan sebagainya.
2) Kebutuhan Keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan akan
kebiasaan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman dan kecelakaan
dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
3) Kebutuhan sosial adalah kebutuhan teman, interaksi, dicintai dan
mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerjaan dan
masyarakat lingkungannya.
4) Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan akan pengakuan dan
penghargaan diri dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
5) Aktualisasi Diri adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk
mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.
c. Teori Herzbeg
menurut Herzbeg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan,
yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
1) Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan (maintenance
factors). Faktor kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus
menerus karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, supervise,
macam-macam tunjangan.
2) Faktor pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.
Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi instrinsik, kepuasan pekerjaan
yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingakat motivasi
yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi yang baik.
d. Teori x dan Teori Y-Mc. Gregor
Menurut teori X, motivasi karyawan harus dilakukan dengan cara
pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mau bekerja
sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung motivasi
negative yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas, sedangkan
menurut teori Y, motivasi karyawan dilakukan dengan cara peningkatan
partisipasi, kerja sama, dan keterkaitan pada keputusan.
e. Teori Mc Clelland
Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan
energy potensial. Energi yang dilepaskan dan digunakan tergantung
kepada kekuatan, dorongan, motivasi seseorang dan situasi serta peluang
yang tersedia. Hal-hal yang memotivasi seseorang adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
1) Kebutuhan Prestasi.
Kebutuhan akan prestasi adalah dorongan untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk
sukses. Ciri-ciri individu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain
bersedia menerima resiko yang relative tinggi, keinginan untuk
mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja, dan keinginan
mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.
2) Kebutuhan Kekuasaan.
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat
orang lain berprilaku dalam suatu cara ketika orang-orang itu tanpa
dipaksa tidak akan berprilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari
individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Mc
Clelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat
berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
kepemimpinan.
3) Kebutuhan Afiliasi.
Kebutuhan akan afiliasi atau bersahabat adalah hasrat untuk
berhubungan antara pribadi yang ramah dan akrab. Individu
merefleksikan keinganan untuk mempunyai hubungan yang erat,
kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu
yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil
pada pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Karakteristik dan sikap motivasi prestasi menurut Mc Clelland
adalah :
1) Pencapaian adalah lebih penting dari pada materi.
2) Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasaan pribadi yang
lebih besar dari pada menerima pujian atau pengakuan.
3) Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses
(umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan factual).
f. Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan
yang berhubungan dengan tempt dan suasana di lingkungan ia bekerja,
yaitu :
1) Upah yang adil dan layak
2) Kesempatan untuk maju
3) Pengakuan sebagai individu
4) Keamanan kerja
5) Tempat kerja yang baik
6) Penerimaan oleh kelompok
7) Perlakuan yang wajar
8) Pengakuan atas prestasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
2)
Teori Proses
Teori proses mengenai motivasi berusaha menjawab cara menguatkan,
mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu. Teori yang
tergolong ke dalam teori proses diantaranya sebagai berikut :
a) Teori Harapan (Expectancy)
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan
teorinya pada tiga konsep penting sebagai berikut :
1) Harapan (Expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan
menjadi karena perilaku.
2) Nilai (Value) adalah akibat dari perilaku tertentu yang mempunyai
nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap
individu tertentu.
3) Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil
dari tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
b) Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat
kerja seseorang. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan
harus dilakukan secara objektif.
c) Teori Pengukuhan
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku
dengan pemberian kompensasi, misalnya promosi tergantung dari
prestasi yang selalu dapat dipertahankan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.3.7 Indikator Motivasi
Menurut
Mc
Clelland,
dimensi
dan
indikator
motivasi
dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Dimensi Kebutuhan Prestasi. Dimensi ini memiliki tiga indikator sebagai
berikut :
a) Dorongan atau hasrat untuk mengungguli orang lain.
b) Dorongan atau hasrat untuk mencapai kesuksesan.
c) Hasrat untuk mendapatkan umpan balik atau pujian.
2) Dimensi Kebutuhan Kekuasaan. Dimensi ini diukur dengan dua indikator
berikut :
a) Hasrat atau keinginan untuk mempengaruhi orang lain
b) Hasrat untuk mencapai suatu posisi atau kekuasaan.
3) Dimensi Kebutuhan Afiliasi. Kebutuhan akan berfiliasi memiliki tiga
indikator sebagai berikut :
a) Jalinan kerjasama dengan rekan kerja (team work)
b) Jalinan keakraban dan keramahan dengan rekan kerja
c) Sikap koperatif dan persahabatan dengan pihak lain.
2.3.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Siagian (2006), memotivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik, yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal
antara lain sebagai berikut :
1) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
2) Harapan diri
3) Harapan pribadi
4) Kebutuhan
5) Keinginan
6) Kepuasan kerja
7) Prestasi yang dihasilkan
Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang antara lain
sebagai berikut :
1) Jenis dan sifat pekerjaan
2) Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
3) Organisasi tempat orang bekerja
4) Situasi lingkungan dan Gaji
Dari pihak pemimpin, ada beberapa unsur yang sangat berpengaruh
terhadap motivasi, seperti :
1) Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya prosedur
kerja, berbagai rencana dan program kerja.
2) Persyaratan kerja yang perlu dipenuhi oleh bawahan.
3) Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan didalam
mendukung pelaksanaan kerja, termasuk didalamnya kondisi tempat para
bawahan kerja.
4) Gaya kepemimpinan atasan dalam arti sifat-sifat dan perilaku atasan terhadap
bawahan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Menurut Uno (2008), seseorang yang memiliki motivasi kerja akan tampak
melalui hal-hal berikut :
1) Tanggung jawab dalam melakukan kerja meliputi :
a. Kerja keras
b. Tanggung jawab
c. Pencapaian tujuan
d. Menyatu dengan tugas
2) Prestasi yang dicapainya, meliputi :
a. Dorongan untuk sukses
b. Umpan balik
c. Unggul
3) Pengembangan diri, meliputi :
a. Peningkatan keterampilan
b. Dorongan untuk maju
4) Kemandirian dalam bertindak, meliputi :
a. Mandiri dalam bekerja
b. Suka pada tantangan
Berdasarkan teori pokok diatas, motivasi kerja dirumuskan sebagai daya
dorongan atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada
suatu perbuatan atau pekerjaan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, secara implisif, motivasi kerja tampak melalui :
a. Tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan
b. Prestasi yang dicapainya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
c. Pengembangan diri
d. Kemandirian dalam betindak.
2.4
Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Jumingan (2006), kinerja merupakan gambaran prestasi yang
dicapai perusahaan dalam kegiatan oprasional baik menyangkut aspek keuangan,
aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana penyaluran dana, aspek teknologi,
maupun aspek sumber daya manusianya.
Sementara itu, Fahmi (2006), memberikan definisi sebagai berikut :
“ Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapain pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi strategic planning”.
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah suatu bentuk
prestasi pencapaian perusahaan dalam kegiatan oprasional di berbagai aspek
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumya.
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Darma (2005) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf meliputi :
Mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara
karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja,
atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan). Menurut model patner-lawyer yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
dikemukakan oleh Donnelly, Gibson dan Ivancevich ( Veithzal Rivai, dkk, 2008)
kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor :

Harapan mengenai imbalan

Imbalan, dorongan

Kemampuan

Kebutuhan dan sifat

Persepsi terhadap tugas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Wibowo,(2009) yaitu:

Personal factor, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.

Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan
dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

Team factor, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja .

System factor, ditunjukkan oleh adanya system kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.

Contextual/situasional factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan
perubahan lingkungan internal dan eksternal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
2.4.3 Penilaian Kinerja
Menurut Mangkunegara (2005) “ Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja
karyawan”.
Menurut pendapat Robert L. mathis dan John H. Jackson (2006), penilaian
kinerja (performance appraisal) adalah proses mengevaluasi seberapa baik
karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat
standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut pada karyawan.
Manfaat utama dari dilakukannya penilaian kinerja adalah untuk
memaksimumkan tingkat motivasi karyawan sehingga sasaran organisasi dapat
tercapai.
2.4.4 Cara-cara Meningkatkan Kinerja
Ada 10 hal praktis untuk meningkatkan kinerja karyawan, yaitu :
1. Membuat pola piker yang modern
Tinggalkan
mengancam,
cara
lama
membujuk,
dalam
menyelesaikan
mengintimidasi,
pekerjaan,
menyalahkan,
seperti
menyerang
kepribadian dan sikap karyawan. Gunakan pola pikir modern agar
keberhasilan karyawan lebih obtimal dengan memberikan panutan dalam
waktu dan usaha, membagi tanggung jawab dengan komunikasi dua arah
dan
menemukan
kebijaksanaan
karyawan
pengetahuan, keahlian dan pengalamannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
memanfaatkan
42
2. Mengenali manfaat
Manajer biasanya melompati proses manajemen kinerja karena belum
mengerti manfaatnya. Padahal manajemen kinerja dapat digunakan untuk
memastikan bahwa setiap pekerjaan karyawan berkontribusi bagi sasaran
kelompok kerja, sehingga dapat mengurangi pengawasan, meningkatkan
produktivitas
dan
tindakan
mendokumentasikan
masalah
maupun
penyelesaiannya.
3. Mengelola kinerja
Penting sekali untuk merencakan kinerja dan mengkomunikasikannya
berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang dimiliki termasuk
rintangan dan hambatan yang telah dan akan dihadapi.
4. Bekerja bersama karyawan
Jangan biarkan karyawan merasa diperintah dalam bekerja. Anggaplah
karyawan sebagai contributor sejajar dalam proses manajemen kinerja
karena mereka adalah peserta aktif dan antusias dalam menjalankan proses
kerja sesuai dengan ketentuab yang diinformasikan kepadanya.
5. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas
Perencanaan yang tepat dan jelas akan membantu karyawan dalam
memahami prioritas pekerjaan penting dan kurang penting
6. Satukan sasaran dengan karyawan
Akan sia-sia seluruh proses manajemen kinerja apabila misi kelompok
tidak dihubungkan dengan tanggung jawab karyawan. Sebaliknya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
pencapain misi kelompok akan memotivasi karyawan merasakan kepuasan
dalam bekerja.
7. Tentukan insentif kinerja
Insentif yang berbeda kepada tiap performa karyawan yang berbeda dapat
memacu kinerja karyawan menjadi lebih baik. Bentuk insentif dapat
berupa bonus, kesempatan mendapat pelatihan, promosi, kenaikan upah
dan lain-lain.
8. Jadilah orang yang mudah ditemui
Komunikasi dua arah dapat mengurangi masalah dan membantu
penyelesaian masalah dengan lebih cepat dan tepat sasaran.
9. Fokuslah pada komunikasi
Selain itu, komunikasi membantu dalam membangun relasi dan motivasi
bagi karyawan untuk menciptakan kerja sama yang harmonis
10. Lakukan tatap muka
Perkembangan
teknologi
informasi
memang
bermanfaat
untuk
mempercepat dan mempermudah proses pekerjaan, namun jangan sampai
interaksi dengan karyawan menjadi berkurang apalagi hilang.
2.4.5 Indikator-indikator Kinerja
1. Kuantitas
Merupakan jumlah keluaran atau output yang harus dihasilkan oleh
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
2. Kualitas
Merupakan mutu output yang harus dihasilkan oleh karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
3. Ketepatan waktu
Merupakan kesesuaian waktu yang dihasilkan oleh karyawan
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No
Peneliti
Judul yang Diteliti
Metode Analisis
1.
Irnawati
Pengaruh Kompensasi terhadap Analisis regresi
(2011)
kinerja karyawan PT.ARGO linier sederhana
PANTES Tbk. Tangerang.
Hasil
Penelitian ini
menunjukan bahwa
variabel
kompensasi(X)
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan (Y).
2.
Ninik
Ariani
(2012)
Pengaruh Kompensasi terhadap Analisis regresi
Kinerja karyawan Bagian linier sederhana
dan
uji
(t)
Produksi PT. Esitas Pasific
dengan
SPSS
Indonesia.
17.0
Penelitian ini
menunjukan bahwa
variabel kompensasi
(X) berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan (Y).
3.
Nunki
Budiyani
(2012)
Pengaruh Motivasi terhadap Analisis regresi
Kinerja Karyawan Bagian linier sederhana,
uji
(t)
dan
Oprasional PT. Bank Bukopin
koefesien
Tbk. Caban S. Parman Jakarta. determinasi.
Penelitian ini
menunjukan bahwa
variabel motivasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
4.
Prima
Widianto
(2012)
Pengaruh Motivasi terhadap Analisis regresi
Kinerja karyawan PT. WOM linier sederhana.
FINANCE,Tbk
2.6
Penelitian ini
menunjukan terdapat
pengaruh yang positif
secara signifikan dari
motivasi terhadap
kinerja karyawa.
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah kompensasi dan motivasi.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan.
1. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
Kompensasi biasanya diberikan kepada karyawan karena kondisi-kondisi
yang di luar kendali seperti sakit, hamil, kecelakaan, atau ada anggota keluarga
karyawan yang meninggal dunia. Dengan adanya kondisi seperti ini tentu akan
membawa pengaruh kepada hal yang positif dan hal yang negative. Hal yang
positive ini misalnya kepercayaan karyawaan pada pimpinan kerja, termasuk
loyalitas karyawan dimasa yang akan datang. Hal negative juga tidak dapat
dihindarkan seperti lalai bekerja dengan berbagai alasan, serta merugikan pihak
perusahaan. Kompensasi tentu harus dilakukan berdasarkan mekanisme yang
tepat. Aturan main untuk kompensasi dibuat agar kedua belah pihak tidak saling
dirugikan. Oleh karena sebab itu kompensasi sangat berpengaruh terhadap kinerja
karyawan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
2. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, karena
apabila motivasi kerja dari seseorang itu tinggi maka kinerja individu tersebut
juga
akan
baik.
Motivasi
kondisi
yang
berpengaruh
membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan
kerja. Pada hakikatnya saat karyawan bekerja mereka membawa serta keinginan,
kebutuhan, pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja mereka.
Adanya motivasi terutama motivasi untuk berpartisipasi akan mendorong
seseorang mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya demi mencapai
prestasi kerja yang lebih baik. Biasanya seseorang yang memiliki motivasi kuat
akan mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Oleh karena itu, motivasi sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan demi
mencapai visi dan misi sebuah perusahaan.
3. Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Keryawan
Menurut Robbins (2007) motivasi merupakan proses yang berperan pada
intensitas,arah,dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapain
sasaran. Sehinga apabila seorang karyawan menganggap bahwa kompensasi yang
diberikan oleh perusahaan sesuai dengan yang karyawan harapkan,maka akan
dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Sedangkan Menurut Robbins (2007) motivasi merupakan proses yang
berperan pada intensitas,arah,dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah
pencapaian sasaran. Sehingga apabila seorang karyawan menganggap bahwa
kompensasi yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan yang karyawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
harapkan,maka akan dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja
karyawan.
Kompensasi dapat meningkatkan kinerja karyawan dan memotivasi
karyawan. Oleh karena itu,pehatian organisasi atau perusahaan terhadap
pengaturan kompensasi secara rasional dan adil sangat diperlukan. Bila karyawan
memandang pemberian kompensasi tidak memadai,prestasi kerja,motivasi
maupun kepuasan kerja mereka cenderung akan menurun.
Menurut Dessler ( 2007 ) menyatakan “kompensasi adalah setiap bentuk
pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari
pekerjaanya karyawan itu”.
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian
literatur, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini harus digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
KOMPENSASI
1
(X1)
H3
3
Kinerja karyawan
333
2
Motivasi Pimpinan
(X2)
(Y)
Y
H2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
2.7
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi. Menurut Sugiono (2006) mengemukakan bahwa, hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitin. Hipotesis
perlu dibuktikan kebenarannya lewat data-data dari penelitian lapangan, kemudian
di uji dengan pengujian hipotesis yang dimaksud dengan data lapangan.
Penguji hipotesis digunakan untuk pembuktian signifikan kausal
(pengaruh) antara kompensasi dan motivasi pimpinan terhadap kinerja karyawan
pada
PT.Rimbawood
Arsilestari
sebagai
jawaban
sementara
terhadap
permasalahan yang diteliti, maka penulisan melakukan perumusan hipotesis
sebagai berikut :
Ho1
: Tidak terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan
Ha1
: Terdapat
Ho2
:
Tidak terdapat pengaruh motivasi pimpinan terhadap kinerja karyawan
Ha2
:
Terdapat pengaruh motivasi pimpinan terhadap kinerja karyawan.
Ho3
:
Tidak terdapat pengaruh kompensasi dan motivasi pimpinan berpengaruh
pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan
terhadap kinerja karyawan.
Ha3
:
Terdapat pengaruh kompensasi dan motivasi pimpinan terhadap kinerja
karyawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download