studi aspek geologi di perairan delta bodri, kabupaten kendal

advertisement
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
ISSN 0216-0188
STUDI ASPEK GEOLOGI DI PERAIRAN DELTA BODRI,
KABUPATEN KENDAL
Aries Dwi Siswanto
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo
Abstract
The condition of Bodri waters of Kendal Regency has changed significantly as other areas of
northern coastal areas of Central Java. The positive impact of the changes is the increase of land
area while the negative impact is the degradation of coastal land. One of rivers in Kendal
Regency is Bodri river that flows to Java Sea. This river brings sediment and waste that will be
sedimented in its estuarin area as a result of inluence of high tide and water current.
The objective of this study was to examine the geologycal aspect especially the texture of sediment
in Bodri waters, Kendal Regency. The research was carried out at Bodri waters from September to
October in 2003. sediment sampels and hydro oceanography aspects were sampled at 12 sampling
points for four weeks. The samples were then analysed at the laboratory of Marine science, Fishery
Faculty, Diponegoro University at Teluk Awur Campus, Jepara. The method applied was case
study with sample survey method.
The result showed that the sediment was dominated by sand and slightly varied by and clay.
Sediment was originally from rock decomposition at the area of Bodri river. Hydro-oceanography
parameter of the location significantly influenced sediment accumulation in the river.
Kata kunci : pantai, delta, sedimen, parameter hidro-oseanografi
PENDAHULUAN
Dinamika pantai di daerah
Kabupaten
Kendal
mengalami
perkembangan
cukup
signifikan
sebagaimana daerah pesisir pantai utara
pada
umumnya.
Dinamika
ini
menimbulkan
perubahan,
sehingga
berdampak positif (penambahan luas
daratan)
dan
berdampak
negatif
(tererosinya sebagian daratan yang
mengakibatkan kemunduran garis pantai).
Sungai Bodri bermuara di laut
Jawa. Aliran sungai Bodri membawa
material sedimen, sampah maupun limbah
yang terendapkan di sekitar muara akibat
pengaruh pasang, arus dan gelombang.
Sungai, selain mengalirkan air juga
mengangkut sedimen (Sosrodarsono dan
Takeda, 1993) sehingga menjadi salah satu
sumber sedimen di daerah muara sungai
dan
pantai.
Penelitian
mengenai
karakteristik sedimen di sekitar delta
Bodri, Kabupaten Kendal menjadi penting
untuk dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang aspek
geologi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pantai
Menurut Priyono (1996) pantai
didefinisikan sebagai wilayah yang
terbentang
dari
tempat
terjadinya
perubahan fisiografi seperti tebing pantai
dune (tempat dimana tumbuh tumbuhan
permanen) sampai ke suatu tempat di
perairan (laut) dimana sedimen dasar tidak
dipengaruhi oleh gelombang permukaan.
Kennet (1982) menyebut pantai
sebagai daerah paling dinamis dari semua
lingkungan laut yang terpengaruh oleh
proses gelombang yang secara konstan
memungkinkan terjadinya perubahan. Bird
(1984) menjelaskan bahwa pantai yang
merupakan garis pertemuan antara daratan
dan lautan mendapatkan pengaruh dari laut
dan darat, dimana, pengaruh dari laut
berupa gelombang, arus, pasang, angin,
bathimetri dan keterdapatan karang pantai,
pasokan dan jenis sedimen dari sungai dan
vegetasi; sedangkan pengaruh darat
terhadap
pantai
berupa
morfologi
(kemiringan atau topografi) dan litologi
114
Studi Aspek Geologi di Perairan …..
114 – 123
(batuan penyusun). Triatmodjo (1999)
menjelaskan bahwa pantai merupakan
daerah yang berada di tepi perairan yang
masih mendapatkan pengaruh laut berupa
air pasang tertinggi dan air surut terendah.
Garis pantai merupakan garis batas
pertemuan antara daratan dan air laut
dimana posisinya tidak tetap dan dapat
berpindah sesuai dengan kondisi pasang
air laut dan erosi pantai yang terjadi.
air laut, sehingga tiga (3) kondisi dapat
terjadi, yaitu: homopiknal, hiperpiknal dan
hipopiknal. Berdasarkan karakteristik
geomorfologinya,
menurut
Priyono
(1996), delta dibedakan menjadi dua, yaitu
delta front dan delta plain.
Karakter delta dipengaruhi oleh
kekasaran sedimen (Elliot, 1979 dalam
Kennet, 1982). Sedimen kasar cenderung
terakumulasi
dekat
muara
sungai,
sedangkan sedimen yang lebih halus yang
terdistribusi secara luas akan terdispersi.
Sedimen
Pethick (1984) mendefinisikan
sedimen sebagai sekumpulan rombakan
material (batuan, mineral dan bahan
organik) dengan ukuran butir tertentu.
Menurut Pipkin et. al. (1977)
sedimen didefinisikan sebagai pecahan
dari batuan, mineral, atau materi organik
yang ditransportasikan dari berbagai
tempat dan didepositkan oleh angin, air,
dan es. Sedimen yang dimaksud diatas
mengalami siklus dalam beberapa
tingkatan yang dibedakan dalam fase
pelapukan, erosi, transportasi, deposisi,
lithifikasi, uplift (penaikan) dan pelapukan
kembali (Selley, 1988). Sedimen pantai,
berasal dari erosi sungai, erosi pantai, dan
erosi dasar laut. Faktanya, sungai
memberikan suplai relatif besar (kurang
lebih 90%) terhadap transport sedimen
pantai (Pethick, 1984)
Klasifikasi Sedimen
Umumnya
sedimen
diklasifikasikan
berdasarkan
ukuran
butir
(Skala
Wenwoth) (Tabel 1) (Selley, 1988).
Gambar 1. Definisi dan Batasan Pantai
(Sumber: Triatmodjo, 1999)
Gambar 2. Profil Pantai (Sumber: Komar,
1998; Triatmodjo, 1999)
Delta
Delta pada umumnya berkembang
pada daerah yang mempunyai sistem
drainase dimana alur sungai utama tiba di
pantai dan menyuplai sedimen pada
kawasan
yang
bersangkutan
dan
merupakan suatu penonjolan keluar garis
pantai yang disebabkan karena aliran
sungai masuk ke dalam laut atau danau,
suplai sedimen lebih cepat daripada proses
pendistribusian
oleh
tenaga
marin
(Priyono, 1996). Menurut Priyono (1996),
deposisi muatan dasar terjadi dengan cepat
tetapi lingkungan pengendapan sangat
bergantung pada densitas air sungai dan
(Aries D. S.)
Tabel 1. Klasifikasi Sedimen berdasarkan
Ukuran Butir
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama
Kerakal
Kerikil
Gravel
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Pasir sangat halus
Lanau
Lempung
Sumber: Selley, 1988.
115
Diameter (mm)
> 0.6400
4.0000 – 64.000
2.0000 – 4.0000
1.0000 – 2.0000
0.5000 – 1.0000
0.2500 – 0.5000
0.1250 – 0.2500
0.0625 – 0.1250
0.0039 – 0.0625
< 0.0039
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
Koesoemadinata
(1980)
mengklasifikasikan sedimen berdasarkan
kecepatan pengendapannya (Tabel 2).
Tabel
2.
Tabel 3. Klasifikasi Pemilahan Sedimen
Klasifikasi Ukuran Butir
Berdasarkan
Kecepatan
Pengendapan
No.
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
Pasir sangat halus
Lanau kasar
Lanau sedang
Lanau halus
Lanau sangat halus
Lempung kasar
Lempung sedang
Lempung halus
Kecepatan
Pengendapan
(mikron/detik)
> 3.840
960 – 3.840
240 – 960
60 – 240
15 – 60
3.75 – 15
0.9375 – 3.75
< 0.9375
Sumber: Koesoemadinata (1980).
Distribusi Sedimen
Distribusi sedimen meliptui ratarata
(mean),
pemilahan
(sortasi),
kepencengan (skewness), dan keruncingan
(kurtosis) (Pethick, 1984).
Rata-rata (Mean)
Koesoemadinata (1979) dalam
Sitorus (2001) mendefinisikan rata-rata
(mean) sebagai nilai rata-rata dari ukuran
butir. Nilai ini menunjukkan nilai energi
yang disebabkan angin atau air yang
menggerakkan sedimen tersebut (Pethick,
1984).
Pemilahan (Sortasi)
Koesoemadinata (1979) dalam
Sitorus (2001) menyebutkan pemilahan
atau disebut keseragaman ukuran butir
dapat
dijadikan
dasar
untuk
mendeskripsikan tipe, karakter arus, dan
kecepatan pengendapan. Hal tersebut
menandakan
kisaran
energi
yang
menghasilkan sedimen (Pethick, 1984),
sehingga makin besar harga pemilahan
yang berarti terpilah jelek maka hanya
sedikit seleksi dari butiran yang tinggal
selama
transportasi
atau
deposisi.
Sebaliknya, pemilahan yang baik adalah
yang memiliki nilai pemilahan yang
rendah yang berarti dihasilkan oleh aksi
yang selektif dari angin atau gelombang
yang mentransport dan mendeposisikan
ukuran butir dengan kisaran yang pendek.
Klasifikasi pemilahan disajikan dalam
Tabel 3 berikut.
ISSN 0216-0188
No.
Harga Pemilahan
1
2
3
4
5
6
7
< 0.35
0.35 – 0.50
0.50 – 0.80
0.80 – 1.40
1.40 – 2.00
2.00 – 2.60
> 2.60
Klasifikasi
Pemilahan
Terpilah sangat baik
Terpilah baik
Terpilah cukup baik
Terpilah sedang
Terpilah jelek
Terpilah sangat jelek
Terpilah sangat jelek
sekali
Sumber: Richard (1992) dalam Shobirin
(1999).
Kepencengan (Skewness)
Folk
(1980)
mendefinisikan
kepencengan
(skewness)
sebagai
penyimpangan distribusi ukuran butir
terhadap
distribusi
normal
yang
merupakan distribusi ukuran butir dimana
bagian tengah dari sampel mempunyai
jumlah butir paling banyak, butiran yang
lebih kasar dan lebih halus tersebar disisi
kanan dan kiri dalam jumlah yang sama.
Kepencengan (skewness) bernilai positif
menandakan lebih banyak butiran halus
yang disebabkan oleh penambahan butiran
halus pada deposit atau perpindahan
selektif butiran kasar, dapat juga
disebabkan oleh keduanya. Klasifikasi
kepencengan (skewness) dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Kepencengan
(skewness)
No.
Tingkat
kepencengan
(skewness)
1
2
3
4
5
Menceng sangat kasar
Menceng kasar
Menceng simetris
Menceng halus
Menceng sangat halus
Harga
Kepencengan
(skewness)
(-)1.00 – (-)0.30
(-)0.30 – (-)0.10
(-)0.10– (+)0.10
(+)0.10– (+)0.30
(+)0.30– (+)1.00
Sumber: Folk, (1980).
Keruncingan (Kurtosis)
Menurut Folk (1980) keruncingan
dapat dihitung melalui grafik keruncingan
yang menggambarkan hubungan antara
bagian tengah kurva dengan bagian
bawah. Klasifikasi keruncingan sedimen
dapat dilihat pada Tabel 5.
116
Studi Aspek Geologi di Perairan …..
114 – 123
(Aries D. S.)
Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Keruncingan
(Kurtosis)
No.
1
2
3
4
5
6
Tingkat Keruncingan
(Kurtosis)
Puncak sangat tumpul
Puncak tumpul
Puncak cukup
Puncak runcing
Puncak sangat runcing
Puncak sangat runcing
sekali
Harga Keruncingan
(Kurtosis)
< 0.67
0.67 – 0.90
0.90 – 1.11
1.11 – 1.50
1.50 – 3.00
> 3.00
Sumber: Folk, (1980).
Kondisi Hidro-Oseanografi
Arus merupakan gerakan air yang
mengakibatkan perpindahan massa air
(Hutabarat dan Evans, 1984). Arus laut
terbentuk oleh angin yang bertiup dalam
selang waktu yang lama, dapat pula terjadi
karena gelombang yang membentur pantai
secara miring. Arus laut mampu membawa
sedimen yang melayang maupun sedimen
yang terdapat di dasar laut (Dahuri et al.,
1996).
Menurut
Romimohtarto
dan
Juwana (1999) gelombang laut yang
timbul diakibatkan angin di atas
permukaan laut dan bisa juga oleh tekanan
tangensial pada partikel air. Menurut
Dahuri et al., (1996) gelombang di
permukaan laut umumnya terbentuk
karena adanya proses aliran energi dari
angin ke permukaan laut atau pada saat
tertentu yang disebabkan oleh gempa di
dasar laut. Gelombang dapat merambat ke
segala arah membawa energi, kemudian
dilepaskan ke pantai dalam bentuk
hempasan ombak. Gelombang yang
mendekati pantai mengalami refraction
dan
convergence
jika
mendekati
semenanjung, atau divergence jika
menemui cekungan. Gelombang yang
menuju perairan dangkal mengalami
spilling, plunging, collapsing atau surging.
(Gambar 3) (Komar, 1976; 1998;
Sorensen,
1978;
Kennet,
1982;
Triatmodjo, 1999).
Gambar
3.
Karakteristik
(Sumber:
1999)
Gelombang
Triatmodjo,
Pasang merupakan satu fenomena
alam yang terjadi di wilayah lautan secara
periodik.
Open
University
(1989)
mendefinisikan pasang sebagai gelombang
di perairan dangkal yang digerakkan oleh
gaya gravitasi akibat posisi bulan dan
matahari yang bervariasi terhadap lautan.
Respon yang diberikan oleh perairan
dangkal
terhadap
gaya
gravitasi
menyebabkan massa air bergerak secara
vertikal dan horisontal (Ingmanson et al.,
1989) dengan periode tertentu (Gross,
1993).
Pasang merupakan komponen
penting dalam dinamika pantai yang
menghasilkan arus dan perpindahan
sedimen.
Proses
pasang
sangat
berpengaruh pada daerah dengan energi
gelombang yang relatif lemah, lagoon,
teluk dan estuarin (Viles and Spencer,
1994).
MATERI DAN METODA
PENELITIAN
Materi dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer berupa sampel sedimen,
gelombang (tinggi, sudut datang dan
periode) dan arus (kecepatan dan arah).
Sedangkan data sekunder berupa peta
rupa bumi. Alat dan bahan yang
digunakan disajikan pada Tabel 6.
Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juli-Oktober 2003 dengan lokasi di
perairan delta Bodri, Kabupaten Kendal.
117
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
Tahap pertama berupa survey lapangan
(Juli-Agustus 2003). Tahap kedua yaitu
penelitian lapangan (September-Oktober
2003). Tahap ketiga berupa analisa
sampel di laboratorium jurusan Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro, Teluk
Awur, Jepara (Oktober-November 2003).
Tabel 6. Alat dan Bahan yang digunakan
dalam penelitian di perairan
Delta Bodri, Kabupaten Kendal.
No
Kegunaan
Ketelitian
Mengukur arus
Mengukur
kedalaman
Menghitung
Tempat sampel
0,05 m/dt
1 cm
Mengukur
kecerahan
Sampel
sedimen
Alat
bantu
renang
Menimbang
sampel
Wadah
mengeringkan
sampel
Tempat
pemipetan
Mengeringkan
sampel
Melakukan
pemipetan
1 cm
Alat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bola duga
Tongkat
berskala
Kalkulator
Kantong
plastik
Secchi disk
Core
sampler
Masker dan
snorkel
Timbangan
elektrik
Petridisk
Gelas ukur
1000 ml
Oven
Pipet
volume 50
ml
Stop watch
Sieve
shaker
Vacuum
pump
19
Kertas
Whatman
Alat tulis
Alumunium
foil
Kompas
20
GPS
21
Piknometer
17
18
-
0,0001 gr
-
Max
250oC
1 ml
Menentukan
waktu
pemipetan
Mengayak
sedimen
Mempercepat
penyaringan
air
Menyaring air
0,1 dt
Mencatat data
Tempat sampel
sedimen
Menentukan
arah arus
Menentukan
posisi
sampling
Mengukur
-
ISSN 0216-0188
berat jenis
Sumber: hasil penelitian, 2003
Metoda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus.Menurut
Hadi (1993), studi kasus adalah penelitian
terhadap suatu kasus secara mendalam
yang hanya berlaku pada waktu, tempat,
dan populasi yang terbatas, sehingga
memberikan gambaran tentang situasi dan
kondisi secara lokal dan hasilnya tidak
dapat digeneralisasikan untuk tempat dan
waktu yang berbeda.
Pengukuran parameter hidrooseanografi
sesuai
dengan
lokasi
pengambilan sampel sedimen. Sampel
sedimen permukaan diambil menggunakan
grap
sampler,
kemudian
sample
dimasukkan dalam kantong plastik untuk
analisa ukuran butir. Sedimen yang telah
dikeringkan kemudian dipisahkan antara
yang mudah terurai dengan yang
menggumpal. Sampel yang mudah terurai
diayak dengan sieve shaker, sedangkan
sampel yang menggumpal direndam
dengan air kemudian dilakukan pemipetan.
Sampel
sedimen
dianalisis
menggunakan metode Buchanan (1984)
dalam Holme and Mc Intyre (1984). Hasil
analisa diplot pada kertas semilog untuk
dilakukan analisa statistik, antara lain:
rata-rata, pemilahan, kepencengan, dan
keruncingan. Rumus yang digunakan
menurut Richard (1992) dalam Winarto
(2002) sebagai berikut:
Q25 + Q50 + Q84
3
Q − Q16
Pemilahan: S = 84
2
Q16 + Q84 − 2Q50
Kepencengan: Sk =
Q84 − Q16
Q95 − Q5
Keruncingan: K =
2.44(Q75 − Q25 )
Rata-rata: M =
-
-
0,1o
-
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
118
Studi Aspek Geologi di Perairan …..
114 – 123
Sungai Bodri mempunyai panjang 87 km
dan luas DAS 549.90 km2 sehingga
menjadikannya sebagai sungai terpanjang
di Kabupaten Kendal (Dinas Pengairan,
2002) dengan alur sungai berkelok-kelok
dan rawan longsor pada bagian hulunya.
Sebagian besar sungai di daerah
Kabupaten Kendal bermuara di pantai
utara pulau Jawa, termasuk sungai Bodri.
Kabupaten Kendal terletak pada 1090 40’ –
1100 18” BT dan 60 32’ – 70 24” LS.
Berdasarkan Tabel 8, diketahui
nilai sortasi, skewness maupun kurtosis
dari sampel sedimen permukaan relatif
bervariasi. Masing-masing dengan kisaran
0.104 sampai dengan 0.211 untuk nilai
mean, 0.055 sampai dengan 0.242 untuk
nilai sortasi, (-)0.286 sampai dengan 1.194
untuk nilai skewness dan 1.332 sampai
dengan 22.755 untuk nilai kurtosis.
Adanya perbedaan untuk nilai kurtosis
yang demikian besar kemungkinan erat
kaitannya dengan parameter hirdooseanografi pada lokasi penelitian.
Tabel 8. Hasil Analisa Statistik Sedimen
Perairan Delta Bodri, Kabupaten
Kendal
Hasil
Sedimen
Hasil analisa sedimen berdasarkan
skala ASTM disajikan dalam Tabel 7
berikut.
Lokasi
Tabel 7. Jenis Sedimen Dasar Perairan
Delta Bodri, Kabupaten Kendal
(Aries D. S.)
Statistik sedimen
Mean
Sortasi
Skewness
Kurtosis
1
0,125
0,147
-0,219
1,905
2
0,152
0,143
-0,153
1,332
3
0,177
0,242
-0,006
1,868
4
0,126
0,177
-0,254
1,910
2,336
Jenis Sedimen
Pasir
Lokasi
Lanau
Berat
(gr)
%
Lempung
Berat
(gr)
%
5
0,115
0,218
-0,214
6
0,126
0,177
-0,254
1,979
Berat
(gr)
%
1
24,558
98,232
0,370
1,480
0,060
0,240
7
0,211
0,055
1,194
22,755
2
24,396
97,584
0,375
1,500
0,080
0,320
8
0,104
0,184
-0,431
1,919
3
24,008
96,032
0,805
3,220
0,185
0,740
9
0,117
0,205
-0,286
1,863
4
24,437
97,748
0,460
1,840
0,100
0,400
10
0,150
0,207
-0,123
1,624
5
24,230
96,920
0,645
2,580
0,120
0,480
11
0,152
0,143
-0,153
1,407
6
24,659
98,636
0,280
1,120
0,060
0,240
12
0,140
0,191
-0,214
1,760
7
24,676
98,704
0,270
1,080
0,050
0,200
8
24,465
97,860
0,440
1,760
0,090
0,360
9
24,200
96,800
0,665
2,660
0,130
0,520
10
24,401
97,604
0,505
2,020
0,090
0,360
11
24,360
97,440
0,540
2,160
0,095
0,380
12
24,570
98,280
0,375
1,500
0,050
0,200
Sumber: hasil penelitian, 2003
Sumber: hasil penelitian, 2003
Berdasarkan Tabel 7 diketahui
sampel sedimen permukaan yang ada di
lokasi penelitian semuanya dari jenis pasir
dengan persentase lebih dari 95 %,
kandungan lanau dan lempung cukup
bervariasi dengan kisaran 0.060 % sampai
dengan 3.220 %. Selanjutnya, sampel
sedimen permukaan dianalisa statistik dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Parameter Hidro-Oseanografi
Pengukuran arus (Tabel 9)
menunjukka minggu pertama kecepatan
arus terendah di lokasi 4 dan lokasi 9
sebesar 0.11 m/detik yang berbeda pada
arahnya (360 dilokasi 4 dan 380 dilokasi 9)
dan tertinggi sebesar 0.27 m/detik arah 300
di lokasi 5. Minggu ke dua, kecepatan arus
terendah sebesar 0.15 m/detik arah 440
dilokasi 3 dan tertinggi sebesar 0.25
m/detik arah 280 di lokasi 5.
119
DESEMBER 2007
Tabel 9. Kecepatan dan Arah Arus
Perairan
Delta
Bodri,
Kabupaten Kendal.
Kecepatan arus (V)
(m/dtk)
Lokasi
Arah (derajat)
Minggu Ke
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1
0.16
0.16
0.13
0.18
36
40
36
35
2
0.14
0.15
0.14
0.18
34
42
28
36
3
0.12
0.11
0.14
0.10
30
44
35
38
4
0.11
0.14
0.13
0.11
36
40
37
43
5
0.27
0.25
0.28
0.20
30
28
39
37
6
0.13
0.21
0.13
0.21
33
25
38
23
7
0.14
0.15
0.14
0.15
33
33
38
32
8
0.23
0.23
0.19
0.34
29
32
40
27
9
0.11
0.15
0.14
0.12
38
35
35
34
10
0.12
0.15
0.14
0.16
37
43
41
41
11
0.14
0.16
0.13
0.16
42
41
37
34
12
0.15
0.15
0.15
0.18
31
32
40
40
Sumber: hasil penelitian, 2003
0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Penelitian
Minggu ke 2
Minggu ke 3
Minggu ke 1
11
12
Minggu ke 4
Gambar 5. Grafik tinggi gelombang pecah
(Hb) di perairan Delta Bodri,
Kabupaten Kendal (Sumber:
hasil penelitian, 2003).
Pengolahan data pasang dapat
dilihat dalam Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Data pasang perairan Delta
Bodri, Kabupaten Kendal.
Minggu
MSL
Ketinggian Pasang
ke
(cm)
(cm)
Tertinggi
Terendah
Tertinggi
Terendah
I
58.65
100
37
05.00
13.00
0.400
II
99.44
130
79
09.00
13.00
0.350
III
77.75
108
58
09.00
13.00
0.300
IV
102.07
136
73
09.00
22.00
Parameter gelombang disajikan
pada Gambar 4-5.
0.450
T in g g i G e lo m b a n g (m )
ISSN 0216-0188
0.400
T in g g i G e lo m b a n g P e c a h (m )
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
0.250
Jam Kejadian Pasang
Sumber: hasil penelitian, 2003
0.200
0.150
Tabel 11. Pengolahan data pengamatan
pasang daerah Semarang dan
sekitarnya
0.100
0.050
0.000
1
2
Minggu ke 1
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Penelitian
Minggu ke 2
Minggu ke 3
10
11
12
Minggu ke 4
Bulan
Gambar 4. Grafik tinggi gelombang di
perairan
Delta
Bodri,
Kabupaten Kendal (Sumber:
hasil penelitian, 2003).
Sedangkan
untuk
tinggi
gelombang pecah (Hb) secara umum
mempunyai kecenderungan yang sama
dengan tinggi gelombang (H).
MSL
Ketinggian Pasang
(cm)
(Cm)
Jam Kejadian Pasang
Tertinggi
Terendah
Tertinggi
September
142.97
201
118
07.00
00.00
Oktober
145.54
207
113
07.00
13.00
Sumber: PT. Pelindo III Tanjung Emas
Semarang, 2003
Pembahasan
Berdasarkan pada Tabel 7, jenis
sedimen di perairan Delta Bodri,
Kabupaten Kendal pada umumnya berupa
pasir dengan persentase lebih dari 90%,
terutama yang berada di daerah pantai
120
Terendah
Studi Aspek Geologi di Perairan …..
114 – 123
(Aries D. S.)
pada sisi kiri dan sisi kanan muara.
Sebaliknya, sedimen yang ada di daerah
muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal
berupa jenis pasir lanauan.
Sebaran sedimen berupa pasir di
daerah pantai berkaitan erat dengan
kondisi parameter fisika (Komar, 1998) di
daerah tersebut. Gelombang di perairan
Delta Bodri, Kabupaten Kendal selama
penelitian berlangsung mempunyai kisaran
tinggi gelombang yang relatif kecil. Hal
ini mengakibatkan sedimen yang ada di
perairan tidak memungkinkan untuk
dipindahkan oleh tenaga gelombang
dengan rentang jarak yang panjang.
Sementara itu, dari parameter arus yang
terukur selama penelitian berlangsung
diketahui bahwa arus dilokasi penelitian
juga tidak terlalu besar. Akan tetapi, sudut
datang gelombang pecah yang terbentuk
memberikan
pengaruh
terhadap
pergerakan sedimen. Ini dapat di lihat dari
sebaran, dimana pada daerah muara %
makin menurun, kemudian bertambah dan
cenderung stabil pada kedua sisi muara.
Dengan demikian, (Komar, 1998; Komar,
1976 dalam Triatmodjo, 1999) pergerakan
sedimen sangat dipengaruhi oleh tinggi
gelombang pecah dan sudut datang
gelombang pecah.
Berdasarkan (Tabel 8) analisa
sedimen diperoleh harga rata-rata (mean)
dan pemilahan (sortasi) mempunyai nilai
yang hampir sama, sementara harga
kepencengan (skewness) dan keruncingan
(kurtosis)
mempunyai
nilai
yang
bervariasi. Shobirin (1999), dalam
penelitiannya menyatakan bahwa harga
rata-rata (mean) yang relatif besar pada
lokasi-lokasi yang berada di dekat muara
sungai menandakan pengendapan sedimen
yang lebih besar terjadi lebih awal,
sedangkan harga rata-rata (mean) yang
relatif kecil menunjukkan bahwa sedimen
yang memungkinkan terbawa sampai pada
lokasi - yang umumnya jauh dari muara
sungai – berukuran halus dan mengendap
jika arus yang ada di lokasi yang
bersangkutan lemah. Pemilahan (sortasi)
yang cenderung dikategorikan sangat baik
menunjukkan bahwa penyebaran ukuran
butir sedimen terhadap rentang nilai ratarata mempunyai nilai yang pendek,
sehingga
(Friedman,
1979
dalam
Kusumadinata, 1980) endapan pantai yang
ada merupakan endapan yang secara
kontinyu terombang-ambingkan oleh
gelombang dan ini ditemukan pada hampir
semua endapan pantai. Nilai kepencengan
(skewness) sebagian besar bernilai negatif
(-), hanya pada lokasi 7 yang bernilai
positif (+). Dengan demikian, (Folk, 1974)
kepencengan (skewness) bernilai negatif () berarti menceng simetris sampai
menceng kasar yang menunjukkan bahwa
jumlah sedimen yang berukuran kasar
sampai dengan kerakal lebih banyak.
Sebaliknya, jika kepencengan (skewness)
bernilai positif (+) yang berarti menceng
simetris
sampai
menceng
halus
menunjukkan bahwa jumlah sedimen yang
berukuran halus lebih banyak. Sementara
itu, nilai keruncingan (kurtosis) cukup
bervariasi dengan rentang yang besar,
yaitu ada pada kisaran 1.332 sampai
dengan 22.755.
Parameter Hidro-Oseanografi
Pengukuran arus yang dilakukan
di lokasi penelitian dengan mengambil
bagian sisi kiri dan sisi kanan muara
sungai
Bodri,
Kabupaten
Kendal
menunjukkan perbedaan (Tabel 9),
dimana, pada sisi kiri muara yaitu lokasi 1
sampai dengan lokasi 3 dan lokasi 10
sampai dengan lokasi 12 mempunyai
kecepatan arus yang relatif kecil
dibandingkan dengan kecepatan arus pada
sisi kanan muara yang meliputi lokasi 4
sampai dengan lokasi 9. Perbedaan ini
dipengaruhi oleh besar sudut yang
dibentuk antara gelombang datang dengan
garis pantai yang mengakibatkan arus akan
mengalir sepanjang pantai dan menjauhi
pantai maupun perpaduan keduanya
(Komar, 1998). Kecepatan arus di sisi kiri
muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal ini
mempunyai kisaran antara 0.11 m/detik
sampai dengan 0.16 m/detik. Lokasi
penelitian di sisi kiri muara (lokasi 1,
121
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
T in g g i a ir la u t ( c m )
lokasi 2, lokasi 3, lokasi 10, lokasi 11 dan
lokasi 12) mempunyai sudut datang
gelombang antara 3150 sampai dengan
3430. Kecepatan arus ini di lokasi 1, lokasi
12, lokasi 2 dan lokasi 10 memperoleh
pengaruh dari aliran air yang masuk dari
sungai kecil disekitarnya sehingga
kecepatan arus relatif besar tetapi masih
lebih kecil bila dibandingkan dengan
kecepatan arus pada lokasi-lokasi di sisi
kanan muara sungai Bodri. Berdasarkan
peta rupa bumi tahun 1999 (Bakosurtanal,
2003) diketahui ada gosong yang
terbentuk di bagian muara sungai kecil dan
posisinya
memanjang
pantai
memungkinkan
pembelokan
arus,
sehingga ada arus yang berbelok ke kanan
menuju muara sungai Bodri bertambah
kecepatannya dan ada sebagian arus yang
menuju laut lepas.
Kecepatan arus di sisi kanan
muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal
(lokasi 4 sampai dengan lokasi 9) yang
lebih besar dibandingkan kecepatan arus di
sisi kiri muara dipengaruhi aliran air dari
sungai Bodri, selain aliran arus dari sisi
kiri muara, dengan arah menjauhi pantai.
Kisaran kecepatan arus pada lokasi-lokasi
di sisi kanan muara ini 0.11 m/detik
sampai dengan 0.34 m/detik dengan sudut
datang gelombang 380 sampai dengan 430.
Kecenderungan tinggi gelombang
pada masing-masing lokasi selama empat 160
minggu penelitian pada umumnya
140
berfluktuasi naik turun dengan kisaran
120
yang relatif kecil.
100
Gelombang yang terukur selama
penelitian di perairan Delta Bodri, 80
Kabupaten Kendal pada umumnya 60
mempunyai sudut datang yang bervariasi, 40
terutama jika membandingkannya antara 20
sudut datang gelombang di lokasi-lokasi 0
yang berada di sisi kiri dan sisi kanan
muara sungai Bodri. Berdasarkan Gambar
28, lokasi-lokasi yang berada di sisi kiri
muara sungai Bodri (lokasi 1, lokasi 2,
lokasi 3, lokasi 10, lokasi 11 dan lokasi
12) mempunyai sudut datang gelombang
pada kisaran 3150 sampai dengan 3400,
sedangkan lokasi di sisi kanan muara
ISSN 0216-0188
Sungai Bodri (lokasi 4, lokasi 5, lokasi 6,
lokasi 7,lokasi 8 dan lokasi 9) mempunyai
sudut datang gelombang pada kisaran 370
sampai dengan 450. Sudut datang
gelombang ini akan berpengaruh terhadap
tinggi gelombang pecah dan pola arus
yang ada di lokasi yang bersangkutan
(Komar, 1998; Triatmodjo, 1999).
Kisaran sudut datang gelombang
tersebut
mengakibatkan
pola
arus
sepanjang pantai yang memungkinkan
sedimen berpindah sepanjang pantai dan
akan terendapkan pada daerah dimana
kecepatan arusnya tidak memungkinkan
lagi untuk memindahkan sedimen (Komar,
1998; Komar, 1976 dalam Triatmodjo,
1999).
Gelombang dengan sudut datang
tersebut (Triatmodjo, 1999) dalam
pergerakannya menuju pantai akan
mengalami perubahan bentuk sebagai
akibat adanya perubahan kedalaman (lihat
Gambar 20) berupa refraksi. Sedangkan
gelombang pecah yang terbentuk (Komar,
1998; Triatmodjo, 1999) dipengaruhi oleh
perbandingan
tinggi
dan
panjang
gelombang.
Kondisi pasang surut pada lokasi
penelitian (Gambar 6) menunjukkan
bahwa kisaran pasang surut yang ada tidak
signifikan untuk mempengaruhi jenis dan
sebaran sedimen.
129
136
102
130
107
108
98
83
79
77
55
73
50
131
62
58
48
38
37
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Urutan Jam Pengamatan
19 - 20 Sept 2003
26 - 27 Sept 2003
3 - 4 Okt 2003
10 - 11 Okt 2003
Gambar 6. Grafik pasang Perairan Delta
Bodri, Kabupaten Kendal.
(Sumber: hasil penelitian,
2003)
122
Studi Aspek Geologi di Perairan …..
114 – 123
KESIMPULAN DAN SARAN
Koesoemadinata, R.P. 1980. PrinsipPrinsip
Sedimentasi.
Institut
Teknologi Bandung. 470 hlm.
Komar, P.D. 1976. Beach Processes and
Sedimentation. Printice Hall. New
Jersey. 450 hlm.
Komar, P.D. 1998. Beach Processes and
Sedimentation. Second Edition.
Printice Hall. New Jersey. 539 hlm.
Pethick, J. 1984. An Introduction
Geomorphology. Chapman and Hall.
USA. 245 hlm.
Pipkin, B.W., D.S. Gorsline, R.E. Casey
and
D.E.
Hammond.
1987.
Laboratory
Exercises
in
Oceanography. Second Edition.
W.H. Treeman and Company. New
York. 257 hlm.
Priyono, K.D. 1996. Geomorfologi Pantai
dan Pengelolaan Wilayah Pesisir.
Fakultas
Geografi.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta. 79 hlm.
Romimohtarto dan Sri Juwana. 1999.
Biologi Laut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Oseanologi-LIPI.
Jakarta. 517 hlm.
Selley,
R.C.
1988.
Applied
Sedimentology. Academic Press.
San Diego. 446 hlm.
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal
Engineering. John Willey and Sons.
Singapore. 227 hlm.
Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1999.
Hidrologi untuk Pengairan. P.T.
Pradnya Paramitha. Jakarta. 226
hlm.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta
offshet. Yogyakarta. 397 hlm.
Winarto, W.T. 2002. Laju Sedimentasi dan
Pengaruhnya Terhadap Perubahan
Garis Pantai disekitar Muara Sungai
Pekalongan, Kotamadia Pekalongan.
Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Jurusan Ilmu kelautan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
101 hlm.
Kesimpulan
Jenis sedimen pada lokasi penelitian
adalah berpasir dengan variasi kandungan
lempung dan lanau yang sangat kecil.
Saran
Untuk
memperoleh
tingkat
validitas data yang baik, dalam perlu
didukung data sekunder yang memadai
dan software yang relevan. Perlu juga
dilakukan penelitian untuk memetakan
sediment agar diketahui sebaran sehingga
dapat diperkirakan asalnya dan pola
sedimentasi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. P.T.
Pemuda Cipta. Jakarta.
Bird, E. F. 1984. Coast and Introduction to
Coastal Geomorphology. Third
Edition. Basil Blackwell, Inc. USA.
360 hlm.
Dahuri, R., Jacub Rais, Sapta Putra
Ginting dan M.J. Sitepu. 1996.
Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
P.T. Pradnya Paramitha. Jakarta.
305 hlm.
Folk, F.J. 1980. Sedimentology of Rock.
Hemphill University. USA. 200 hlm.
Hadi, S. 1993. Metodologi Riset. Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Yogyakarta.
Holme, N.A. and A.D. McIntyre. 1984.
Methods for the Study of Marine
Benthos. Second Edition. Blackwell
Scientific Publication. Oxford. 387
hlm.
Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1985.
Pengantar Oseanografi. UI Press.
Jakarta. 159 hlm.
Kennet, J.P. 1982. Marine Geology.
Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.
New Jersey. 752 hlm.
123
(Aries D. S.)
Download