Presentación de PowerPoint

advertisement
Lesson 6 for
November 5, 2016
Mari kita mempelajari tanggapan dari Elifas
terhadap penderitaan Ayub (Ayub 4, 5).
Apakah teologi Elifas benar? Apakah alasan
yang diberikannya menghibur Ayub atau bagi
siapa pun dalam situasi nya?
1. Penderitaan produktif.
2. Pandangan Elifas terhadap penderitaan:
 Orang tidak bersalah tidak menderita. Ayub 4:1-11.
 Karakter Allah yang tulus. Ayub 4:12-21.
 Kejatuhan orang bodoh. Ayub 5.
3. “Jangan menghakimi sebelum waktunya.”
“Sebelum aku tertindas, aku menyimpang,
tetapi sekarang aku berpegang pada
janji-Mu.” (Mazmur 119:67)
Kita belajar dari dua pasal pertama kitab Ayub bahwa
penderitaan manusia mungkin kadang kala tanpa tujuan,
karena biasanya merupakan bagian dari kerangka yang lebih
besar melampaui dunia kita; Pertentangan Besar.
Namun demikian, Alkitab juga menceritakan kepada kita
tentang penderitaan “produktif.” Kadang kala Allah
menggunakan penderitaan untuk membuat kita berpikir
tentang kondisi dosa kita sehingga kita kembali kepada-Nya.
Allah tidak pernah menyebabkan penderitaan, namun
kadang kala Dia menggunakan penderitaan untuk
memanggil mereka yang patah hati sehingga mereka dapat
menerima solusi yang Allah sediakan.
“Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di
manakah orang yang jujur dipunahkan?” (Ayub 4:7)
Teman-teman Ayub datang untuk menghiburnya,
dan mereka tetap diam selama tujuh hari.
Kemudian Ayub memecah kesunyian, namun
teman-temannya marah terhadap keluhannya.
Teman Ayub telah menghiburnya dengan
tindakan diam mereka, namun sekarang katakata mereka menunjukkan bagaimana mereka
tidak dapat merasakan penderitaannya.
Elifas pada dasarnya mengatakan kepada Ayub
bahwa ia adalah seorang pendosa besar dan
itulah sebabnya ia menderita, karena orang tak
bersalah tidak menderita.
Hal itu tidaklah benar. Namun demikian,
jikalaupun itu benar, itu bukanlah saat yang tepat
untuk menunjuk kesalahan, tapi untuk
bersimpati dengan orang yang menderita.
“Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah,
mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?” (Ayub
4:17)
Perkataan Elifas membuktikan bahwa
mereka sangat mengenal Allah, lebih dari
sekedar mengetahui tentang Abraham dan
keturunannya. Elifas mengerti karakter
Allah yang benar (Ayub 4:17),
pemberontakan di Surga (Ayub 4:18) dan
kesia-siaan dalam hidup ini (Ayub 4: 19-21).
Dia menjelaskan karakter Allah dengan
benar. Masalahnya adalah bahwa ia tidak
benar-benar mengerti keluhan Ayub,
karena Ayub tidak mengklaim bahwa dia
lebih saleh dari Allah.
Kita mungkin mengetahui kebenaran dengan
baik, dan kita mungkin dapat
mempertahankannya. Namun hal itu sia-sia jika
kita tidak dapat memahami masalah orang di
sekitar kita dan kita tidak dapat menunjukkan
kasih kita yang sebenarnya.
“Sebagaimana embun dan titik hujan menyirami tanaman yang layu,
hendaknya begitulah perkataanmu keluar dengan lemah lembut untuk
menyelamatkan orang dari kesalahan. Rencana Allah pertama-tama
adalah untuk menjangkau hati. Kita harus membicarakan kebenaran
itu dalam kasih, berharap kepada-Nya untuk memberikan kuasa
untuk mengubah hidup manusia. Roh Kudus akan memasukkan ke
dalam jiwa kata-kata yang diucapkan dalam kasih.…
Keteladanan Kristus yang luar biasa, kelemahlembutan yang tiada
taranya dengan apa yang Ia menyelami perasaan orang lain, menangis
dengan mereka yang menangis, bergembira dengan orang yang
bergembira, hal ini tentu sangat mempengaruhi tabiat semua orang
yang mau mengikut Dia dengan tulus. Dengan kata-kata dan tindakan
yang lemah lembut mereka akan berusaha menjadikan jalan itu mudah
bagi kaki yang letih.…
Di sekitar kita terdapat jiwa-jiwa yang menderita. Di sana-sini dan di
mana-mana kita bisa menemukan mereka. Marilah kita mencari orangorang yang menderita ini dan mengucapkan sepatah kata yang sesuai
untuk menghibur hati mereka. Biarlah kita senantiasa menjadi saluran
melalui mana mengalir air belas kasihan yang menyegarkan.”
E.G.W. (The Ministry of Healing, cp. 9, p. 157-158)
“Aku sendiri pernah melihat orang
bodoh berakar, tetapi sertamerta kukutuki tempat
kediamannya.” (Ayub 5:3)
Perkataan Elifas tidak berlaku untuk situasi Ayub, namun perkataannya
mengandung kebenaran besar yang dapat ditemukan di seluruh Alkitab.
“Aku sendiri pernah melihat orang bodoh
berakar, tetapi serta-merta kukutuki
tempat kediamannya.” (Ayub 5:3)
Perkataan Elifas tidak berlaku untuk situasi Ayub, namun perkataannya
mengandung kebenaran besar yang dapat ditemukan di seluruh Alkitab.
Ayub 5:3
• “Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau
memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi.” (Mazmur 37:10)
Ayub 5:6
• “Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang,
demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena.” (Amsal 26:2)
Ayub 5:11-12
Ayub 5:15
• “Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan
meninggikan orang-orang yang rendah.” (Lukas 1:52)
• “Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada
tertulis: "Ia yang menangkap orang berhikmat dalam
kecerdikannya.’”(1 Korintus 3:19)
• “Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia
menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.” (Mazmur 34:7)
Ayub 5:17
• “…Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan
janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya.” (Ibrani 12:5)
Ayub 5:18
• “Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang
akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.” (Hosea 6:1)
Ayub 5:20
• “Untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara
hidup mereka pada masa kelaparan.” (Mazmur 33:19)
Ayub 5:13
“Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan
datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia
akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap
orang akan menerima pujian dari Allah.” (1 Korintus 4:5)
Elifas lebih terfokus untuk membela Allah dengan
cara yang ia mengerti tentang Allah dari pada
menunjukkan belas kasihan bagi jiwa yang jatuh.
Kita hidup dalam kerangka Pertentangan Besar
seperti halnya Ayub, dan kita juga menderita
konsekuensinya. Oleh karena itu, kita perlu belas
kasihan dan simpati, tidak untuk diceramahi.
Penilaian kita akan salah jika kita tidak
menggunakan belas kasihan, meskipun penilaian
kita itu benar. Jika kita menilai tanpa belas
kasihan, konsekuensi yang serius akan datang
kepada kita. “Sebab penghakiman yang tak
berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang
tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan
menang atas penghakiman.” (Yakobus 2:13)
“Tentu saja, Allah itu adil. Tetapi tidak berarti bahwa
secara otomatis kita akan melihat keadilan-Nya
dinyatakan di dalam setiap keadaan yang terjadi di
dunia yang berdosa ini. Faktanya adalah tidak.
Keadilan dan penghakiman akan muncul, tetapi
belum tentu sekarang (Why 20:120). Bagian dari apa
yang dimaksud dengan hidup oleh iman adalah
mempercayai Allah bahwa keadilan begitu sangat
kurang di dunia ini bahwa pada suatu hari nanti akan
terungkap dan nyata.”
(Clifford Goldstein, Sabbath School Quarterly, November 4, 2016)
Download