BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepintas pengorganisasian adalah biasa dan lumrah dibicarakan. Yang tidak biasa adalah kenyataan sukarnya kualitas sempurna pengorganisasian dicapai. Hal tersebut, karena salah satu unsur yang termasuk sumber daya tidak lain manusia bahkan manusia dalam keberadaannya sangat vital. Unsur manusia jugalah penyebab kalang kabutnya kondisi negara kita dimana sebagian orang berteriak keras " Ubah sistem ..ubah sistem ". Apa yakin dengan merubah sistem itu efisien? dan kalau pun sistemnya dirubah, manusia jualah yang menjalankan. Sayangnya yang berjuluk manusia itu rakus sebagaimana ilmu ekonomi menyebut homo economicus. Kerakusan yang menjadi penyebab inti bekerjasama di dominasi kepentingan pribadi. Berbeda dengan ilmu ekonomi, manusia dijuluki ilmu manajemen sebagai homo oeconomicus yang senang bekerjasama. Kiranya dieklektikan, optimalisasi kualitas pengorganisasian dapat kita tempuh dengan cara mengelola manusia rakus sedemikian rupa hingga bekerjasama mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal inilah yang melatarbelakangi disusunnya makalah ini. B. BATASAN MASALAH Hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Proses Pengorganisasian 2. Desain Organisasi dan Pembagian Pekerjaan dan Departementasi 3. Organisasi Formal dan Informal 4. Rentang Kendali dan Wewenang 5. Delegasi Wewenang, Sentralisasi dan Desentralisasi 1 BAB II PEMBAHASAN A. PENGORGANISASIAN 1. Pengertian Proses Pengorganisasian Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada suatu lembaga (institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita mengacu pada perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan olahraga. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi manajemen. Pengorganisasian (organizing) merupakan suatu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di antara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien (Stoner, 1996). Sedangkan Hani Handoko (1999) memberikan pengertian pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya. Menurut Syani, secara metodologis pengorganisasian adalah suatu cara manajerial yang berhubungan dengan usaha-usaha kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan pembagian kerja. Dalam usaha-usaha ini para anggota kelompok melaksanakan pekerjaannya disertai pengetahuan dan metode ilmiah berdasarkan perspektif umum yang perlu memelihara dan menjaga yang relevansi responsive dengan tujuan organisasi. Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan. 2. Prinsip dan Unsur Pengorganisasian Prinsip-prinsip organisasi adalah : 1. Tujuan yang tegas dan jelas 2. Departementasi 3. Pembagian tugas pekerjaan 4. Adanya koordinasi 5. Kesatuan komando 2 6. Delegasi wewenang 7. Luas jenjang pengawasan yang jelas 8. Seimbang dan fleksibel. Unsur organisasi adalah: 1. struktur organisasi 2. tugas, orang 3. keputusan dan imbalan 4. situasi informal 5. budaya. Kecocokan diantara lima unsur demikian sangat diperlukan agar saling memperkuat dan menopang konsistensi. Setiap unsur konstruksi organisasi diserap kuat kualitas sempurna prinsip-prinsip pengorganisasian. Dengan demikian keberadaan organisasi menjadi patut dipertimbangkan oleh organisasi lain. Kualitas sempurna pengorganisasian merupakan sebuah dimensi penopang kehebatan organisasi. 3. Proses Pengorganisasian Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses pengorganisasian terdiri dari lima langkah: 1. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi 2. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang. 3. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan efisien 4. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis 5. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas. Menurut T Hani Handoko (1999) proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur sebagai berikut: 3 1. Pemerincian seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja ini sebaiknya tidak terlalu berat juga tidak terlalu ringan. 3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. 4. Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah: 1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. 2. Teknologi yang digunakan 3. Anggota dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi 4. Ukuran organisasi Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari: 1. Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dalam organisasi. 2. Standarisasi kegiatan yang digunakan organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan 3. Koordinasi kegiatan yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja organisasi 4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan 5. Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja. Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemendepartemen, atau posisi-posisi organisasi dan menunjukkan hubungan di antaranya. Bagan organisasi memperlihatkan lima aspek utama suatu struktur organisasi. 1. Pembagian kerja. 2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah. 4 3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan 4. Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan 5. Tingkatan manajemen B. DESAIN ORGANISASI, PEMBAGIAN PEKERJAAN DAN DEPARTEMENTASI 1. Definisi Desain Organisasi Desain organisasi menekankan pada sisi manajemen dari teori organisasi dengan mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Desain organisasi didefinisikan atau dinyatakan sebagai proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manajer untuk memilih struktur organisasi yang sesuai dengan strategi untuk organisasi dan lingkungan tempat anggota organisasi melaksanakan strategi tersebut. Desain organisasi menuntut manajer untuk melihat secara bersamaan ke dalam organisasi dan ke luar organisasi. Ada empat bagian untuk membangun desain organisasi, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan koordinasi. Dalam pengembangan desain organisasi ada dua hal yang penting; pertama perubahan stratgei dan lingkungan berlangsung dengan berlalunya waktu, desain organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Kedua, perubahan dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan berbuat salah dalam rangka mensyusun desain organisasi. Manajer hendaknya memandang desain organisasi sebagai pemecahan masalah dan mengikuti tujuan organisasi dengan gaya situasional atau kontingensi,yaitu struktur yang ada didesain untuk menyesuaikan keadaan organisasi atau sub unitnya yang unik. 2. Pembagian Kerja Tiang dasar pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja (division labor) yang memungkinkan synergy terjadi. Jika hal itu dilaksanakan secara ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan, monoton, dan kehilangan motifasi yang dapat menghasilkan ketidak efisienan dan bukan efiseinsi. 3. Departementasi Departementasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan-kegiatan dikelompokkan. Dasar pembentukan departementasi: 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Fungsi Produk/jasa Wilayah Langganan Proses/peralatan Waktu Pelayanan Alpha-numerical Proyek dan matriks a. Departementalisasi Fungsional Mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Kebaikan pendekatan fungsional : Menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui specialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinan pengawasan manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsifungsi. Cocok untuk lingkungan yang stabil serta memerlukan koordinasi internal yang minimum, butuh lebih sedikit ketrampilan dasar pribadi dan meminimumkan duplikasi personalia dan peralatan dari segi biaya. Kelemahan struktur fungsional Menciptakan konfik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan, memberikan tanggapan lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebahkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif. b. Departementalisasi Devisional Organisasi devisional dapat mengikuti pembagian devisi-devisi atas dasar produk, wilayah, (geografis), langganan dan proses atau peralatan 1. Struktur organisasi divisional atas dasar produk 2. Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah 3. Struktur organisasi divisional atas dasar langganan Kebaikan Struktur organisasi divisional : 1. Meletakan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat. 2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas. 6 3. Merumuskan tanggung jawab secara jelas dan memusatkan perhatian pada pertanggung jawaban atas prestasi kerja, yang biasanya diukur dengan laba atau rugi divisi. 4. Membebeskan para kepala eksekutif untuk pembuatan keputusan strategic lebih luas dan memungkinkan konsentrasi penuh pada tugas-tugas. 5. Cocok untuk lingkungan yang cepat berubah. 6. Mempertahankan spesialisasi fungsional dalam setiap divisi 7. Tempat latihan yang baik bagi para manajer strategic Kelemahan struktur organisasi divisional : 1. Menyebabkan berkembangnya persaingan “dysfunctional” potensiar antar sumber daya-sumber daya perusahaan dan konflik antara tugas dan prioritas. 2. Masalah seberapa besar delegasi wewenang yang diberikan kepada manjer divisi 3. Masalah kebijaksanaan dalam aloksi sumber daya dan distribusi biaya Overhead perusahaan 4. Dapat menimbulkan ketidak konsistennya kebijaksanaan antar divisi 5. Masalah dupliksi sumber daya dan peralatan yang tidak perlu C. TIPE-TIPE ORGANISASI Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna. 1. Organisasi Formal Organisasi formal ialah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur (bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab antara pejabat dalam suatu organisasi). Atau organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur organisasi yang akan dibuat. Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanismemekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsifungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, atau pun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam 7 organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Unsur dan Tiang Dasar Organisasi Formal Ada 3 Unsur pokok organisasi formal, yaitu : 1. Sistem kegiatan terkoordinasi 2. Kelompok orang 3. Kerjasama mencapai tujuan Tiang dasar teori organisasi formal: 1. Pembagian kerja 2. Proses skalar (hirarki) dan fungsional (horizontal) 3. Struktur 4. Rentang kendali Ciri-Ciri Organisasi Formal 1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatanjabatan. Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan-jabatan. 2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas; tugas-tugas organisasi disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi 3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan. Yakni, satu-satunya saat bahwa seseorang diberi kewenangan untuk melakukan tugastugas jabatan adalah ketika ia secara sah menduduki jabatannya. 4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis. Hierarkinya mengambil bentuk umum suatu piramida, yang menunjukkan setiap pegawai bertanggung jawab kepada atasannya atas keputusan-keputusan bawahannya serta keputusan-keputusannya sendiri. 5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi. 6. Proesedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal – yakni, peraturanperaturan organisasi berlaku bagi setiap orang. Jabatan diharapkan memiliki orientasi yang impersonal dalam hubungan mereka dengan langganan dan pejabat lainnya. 8 7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi. 8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi. 9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya. 10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja. Ciri-ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi jabatan. Hubungan dibentuk antara jabatan-jabatan, bukan antara orang-orang. Keseluruhan organisasi terdiri dari jaringan jabatan. Ada pun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi formal adalah sebagai berikut : 1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya Strategi menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara para pimpinan dan bawahan. Menurut Chandler, pengubahan strategi mengakibatkan perubahan desain organisasional. Peningkatan kompleksitas menyebabkan struktur tersentralisasi menjadi tidak efisien. Perusahaan-perusahaan harus mengubah strukturnya menjadi struktur yang desentralisasi. 2. Lingkungan yang melingkupinya Dalam hal ini perlu dibedakan tiga tipe lingkungan sebagai berikut : o Lingkungan stabil, yaitu lingkungan dengan sedikit atau tanpa perubahan yang tidak diperkirakan atau secara tiba-tiba. o Lingkungan berubah (changing environment), yaitu lingkungan di mana inovasi (perubahan) mungkin terjadi dalam setiap atau seluruh bidang. o Lingkungan bergejolak (turbulent environment), yaitu lingkungan di mana sering terjadi perubahan secara drastis. 3. Teknologi yang digunakan Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang- barang atau jasa akan membedakan struktur organisasi. Semakin kompleks teknologi, semakin besar jumlah manajer dan tingkatan manajemen. Perusahaan yang ingin sukses harus memiliki struktur yang sesuai dengan tingkat teknologinya. 9 4. Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan kerjanya yang sangat mempengaruhi struktur organisasi. Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks dan harus dipilih struktur yang tepat. 5. Anggota (pegawai/karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi. Kebutuhan manajer dalam pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan diantara satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Para manajer organisasi, terutama para manajer puncak, akan mempengaruhi pemilihan strategi, dan pemilihan strategi ini akan mempengaruhi tipe struktur yang digunakan dalam organisasi. Model- model struktur organisasi Formal 1. Model tradisional o Dirancang terutama untuk lingkungan yang stabil dan pengubahan yang terjadi di dalamnya dapat diperkirakan. o Cenderung tidak efisien dalam lingkungan yang sangat bergejolak. Pada model ini terdapat beberapa tingkatan yaitu : Manajemen Puncak, pelaksananya adalah Direktur Pelaksana dan Manajer Umum. Manajemen Menengah, pelaksananya adalah Manajer Departemen Fungsional/ Divisi dan Kepala Bagian. Manajemen Lini pertama, pelaksananya adalah penyelia/ Supervisor/ Mandor/ Kepala Tukang dan Pengawas Tingkat pertama. 2. Karyawan Operasional. Model hubungan manusiawi Dalam model ini juga diterima konsep speialisasi, rutinitas, dan pemisahan perencanaan dari pelaksanaan sebagai ciri utama organisasi yang efektif. Model ini secara eksplisit mengakui bahwa orang tidaklah selalu 10 bertindak persis segaris dengan posisi menurut struktur formalnya. Hal ini mengandung perhatian manajemen akan adanya ”struktur informal” yang ada di seluruh elemen-elemen organisasi. Model hubungan manusiawi lebih mengusulkan bermacam-macam penyesuaian, teknik-teknik, dan perilakuperilaku struktur offline: Kepemimpinannya dapat mengurangi friksi- friksi di antara orang-orang dan jabatan – jabatan mereka dalam organisasi, serta menghubungkan kerja sama yang baik antar para anggota organisasi. Menyarankan manajer memanfaatkan organisasi informal dalam departemennya. Ditunjukkan sejumlah teknik atau program yang biasanya di bawah yurisdiksi kewenangan departemen personalia. 3. Model sumber daya manusia Implikasi model sumber daya manusia pada struktur organisasi, walaupun abstrak adalah jelas. Model ini berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari pengarahan dan pengendalian diri lebih kreatif dari pada pekerjaannya sekarang, dan bahwa tugas manajer adalah menciptakan suatu lingkungan di mana mereka dapat meningkatkan sumbangan kapasitasnya pada organisasi. Konsep model sumber daya manusia mencoba memaksimumkan fleksibilitas baik di dalam maupun di antara posisi – posisi yang berinteraksi. Hal tersebut mengharuskan anggota – anggota organisasi mempunyai hal – hal sebagai berikut : Suatu tujuan tingkat operasional yang telah disetujui bersama Jalur untuk memperoleh sumber informasi vertikal dan horisontal yang relevan Kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap informasi dengan Keputusan dan perilaku yang mengarahkan pencapaian tujuan dengan efisien. Adapun mengenai tujuan organisasi model sumber daya manusia ditetapkan bersama oleh manajer dan bawahannya, sehingga tujuan bersama tersebut jelas merubah hubungan atasan dan bawahan yang diatur oleh model tradisional dan hubungan manusiawi. 11 Dimensi- dimensi dasar struktur organisasi formal 1. Pembagian kerja Relatif dapat menurunkan keterlibatan kerja, maupun kerja karyawan Menimbulkan kebosanan karena pekerjaan menjadi monoton Mengakibatkan tingkat komitmen karyawan lebih rendah dan kehilangan motivasi. 2. Dapat mempengaruhi tingkat prestasi organisasi. Wewenang Hak melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu. 3. Kekuasaan Kemampuan untuk melakukan hak yang terjadi dalam wewenang 4. Tanggung jawab Kewajiban untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan tugas atau fungsi organisasi atau kewajiban seorang bawahan yang diberi tugas atasannya untuk melakukan sesuatu yang diinginkan atasan tersebut. 5. Rentang kendali Berapa orang jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. 6. Struktur tall Mempunyai rentang kendali sedikit / sempit Hanya sedikit jumlah karyawan yang berada di bawah kendali seorang atasan sehingga memungkinkan pengawasan dan disiplin yang ketat. 7. Diterapkan dalam struktur klasik Struktur flat Mempunyai rentang kendali melebar / banyak dalam hal rentang kendali dan tingkatan manajemen. 8. Hubungan lini dan staff 9. Komunikasi dalam organisasi 12 10. Sentralisasi dan desentralisasi Sentralisasi wewenang terjadi bila wewenang dipegang atau dipusatkan pada seseorang atau beberapa orang. Desentralisasi wewenang terjadi bila wewenang didelegasikan atau dilimpahkan meluas dalam suatu organisasi. 11. Rantai wewenang scalar Berhubungan dengan jumlah tingkatan dalam suatu organisasi dan secara otomatis ada kapan saja seorang individu dijadikan bawahan pada seorang atasan. Untuk membedakan tingkatan wewenang dalam organisasi adalah semakin tinggi tingkatan semakin besar wewenang. 12. Kesatuan perintah Bertujuan untuk memudahkan koordinasi. 2. Organisasi informal Organisasi Informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks: Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon 13 karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya. Organisasi Informal memiliki ciri-ciri : 1. Lepas 2. Fleksibel 3. Tidak terumuskan 4. Spontan Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar, maupun tidak sadar. Kerapkali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan-hubungan antara para anggota, bahkan tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh Organisasi Informal : 1. Arisan ibu-ibu 2. Orang-orang di kendaraan umum 3. Sekumpulan penonton yang menyaksikan sepak bola. 3. Organisasi berdasarkan sasaran pokok mereka Organisasi yang didirikan tentu memiliki sasaran yang ingin dicapai secara maksimal. Oleh karenanya suatu organisasi menentukan sasaran pokok mereka berdasarka kriteria-kriteria organisasi tertentu. Adapun sasaran yang ingin dicapai umumnya menurut J Winardi adalah: 1. Organisasi berorientasi pada pelayanan (service organizations), yaitu organisasi yang berupaya memberikan pelayanan yang profesional kepada anggotanya maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari penerima servis. 2. Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic organizations), yaitu organisasi yang menyediakan barang dan jasa sebagai imbalan dalam pembayaran dalam bentuk tertentu. 3. Organisasi yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations) 4. Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations) 5. Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations) 6. Organisasi-organisasi sosial (social organizations) 14 D. RENTANG KENDALI DAN WEWENANG 1. Rentang Kendali Dua aspek penting dalam proses pengorganisasian, selain pembagian kerja dan departementasi adalah koordinasi dan rentang manajemen/rentang kendali. Apabila kegiatan kerja dibagi-bagi dan didepartemenkan, maka para manajer perlu mengkoordinasikan kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan manajer untuk melakukan koordinasi secara efektif sebagian besar tergantung pada jumlah bawahan yang dipimpinnya yang dikenal sebagai rentang manajemen atau rentang kendali. Rentang manajemen yang dipilih sangat berpengaruh terhadap produktivitas, biaya, dan efisiensi organisasi. Rentang yang terlalu lebar dapat mengakibatkan perhatian manajer terceraiberai dan para bawahannya kurang mendapat bimbingan dan pengendalian. Akan tetapi bila rentang terlalu sempit dapat menyebabkan kemampuan manajer tidak tercurah seutuhnya. 2. Wewenang Wewenang secara umum didefinisikan sebagai hak membuat keputusan tanpa sebuah persetujuan seorang manajer tingkatan lebih tinggi dan diberikan secara organisional. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para penulis, wewenang (authority) dapat didefinisikan sebagai dasar untuk bertindak, berbuat dan melakukan kegiatan/aktifitas dalam suatu perusahaan. Jenis-jenis wewenang terdiri dari : a. Wewenang lini, wewenang dimana atasan melakukan kepada bawahan langsung yang tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan kebawah melalui tingkatan organisasi. Wewenang lini didasarkan pada kekuasaan yang sah. b. Wewenang staf, hak yang dimiliki oleh para spesialis untuk menyarankan memberi rekomendasi atau konsultasi kepada personalia lini. Staf tidak berwenang memerintah lini mengerjakan suatu kegiatan, staf dapat menawarkan saran perencanaan melalui sebuah penelitian, analisis dan pengembangan pilihan kepada manajer lini. c. Wewenang fungsional, bila dilimpahi wewenang fungsional oleh manajemen puncak, seorang sfat spesialisasi mempunyai hak memerintah satuan lini sesuai 15 kegiatan fungsional yang mana hal tersebut merupakan spesialisasi staf yang bersangkutan. E. DELEGASI WEWENAG, SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI 1. Delegasi Wewenang Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegitan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan wewenang kebawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Alasan-alasan pendelegasian : a. Pendelegasian memungkin manajer mendapat lebih dari bila mereka menangani tugas sendiri, sehingga organisasi dapat berfungsi lebih efisien. b. Memungkinkan manajer untuk memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting. c. Delegasi memungkinkan bahawan untuk tumbuh dan berkembang dan dapat digunakan sebagai alat untuk belajar dari kesalahan. d. Delegasi dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Persyaratan utama untuk delegasi yang efektif adalah kesediaan manajemen untuk memberikan kepada bawahan kebebasan sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya. Kemudian, pengembangan komunikasi antara manajer dan bawahan akan meningkatkan saling pengertian dan membuat delegasi efektif. Beberapa teknik khusus untuk membuat delegasi dengan efektif : a. Tetepkan tujuan b. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang c. Berikan motivasi kepada bawahan d. Meminta penyelesaian kerja e. Berikan latihan f. Adakan pengawasan yang memadai 16 2. Sentralisasi dan Desentralisasi Faktor penting lainnya yang berpengaruh efektivitasnya organisasi adalah derajat sentralisasi dan desentralisai wewenang. Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan pada tingkatan atas suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pengambilan keputusan pada tingkatantingkatan organisasi yang lebih rendah. Keuntungan desentralisasi adalah mengurangi beban manajer puncak, memperbaiki pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan permasalahan, meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen bawah, pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan fleksibel. 17 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah ini adalah : 1. Pengorganisasian (organizing) merupakan suatu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di antara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien (Stoner, 1996). Sedangkan T Hani Handoko (1999) memberikan pengertian pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya. 2. Prinsip pengorganisasian adalah tujuan yang tegas dan jelas, departementasi, pembagian tugas pekerjaan, adanya koordinasi, kesatuan komando, delegasi wewenang, luas jenjang pengawasan yang jelas, seimbang dan fleksibel. Unsur pengorganisasian adalah struktur organisasi, tugas, orang, keputusan dan imbalan, situasi informal dan budaya 3. Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses pengorganisasian terdiri dari lima langkah sedangkan menurut Hani Handoko pengorganisasian terdiri atas tiga langkah. 4. Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. B. SARAN Mengingat pentingnya pengorganisasian maka perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan dipahami sebaik-baiknya. Setelah mamahami pengorganisasian maka sebaiknya diterapkan dalam bentuk actual di lapangan. 18 DAFTAR PUSTAKA Syani, Abdul. 2009. Pengorganisasian. Google doc Bowo Arief, 2008. Pengorganisasian. Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu buana : Jakarta http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:4WiCFMcMAb8J:pksm.mercubua na.ac.id/new/elearning/files_modul/930216248379751709.doc+pengorganisasian&cd =4&hl=en&ct=clnk www. Unila. Ac. Id Bakar Armi, 2009. Manajemen. Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana : Jakarta Putranto Hartri, 2011. Dasar Bisnis dan Manajemen. Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana : Jakarta 19