Keperawatan Sistem Reproduksi 2 Pertemuan 3

advertisement
Lilis Komariah, SKp, M.Kes, Sp.Mat
 Kehamilan trimester I (abortus, hiperemesis
gravidarum, mola hidatidosa, KET)
 Kehamilan trimester II (kelainan plasenta/uterus,
kelainan serviks/vagina, hamil dengan penyakit)
 Kehamilan trimester III (PEB, ancaman lahir
prematur)
Abortus :
Pengeluaran hasil konsepsi/perdarahan pervagina berasal
dari kanalis servikalis dengan usia kehamilan <22 minggu
atau berat <500 gr.
Abortus Imminens :
Perdarahan keluar dari kanalis servikalis tanpa pembukaan
serviks dan tanpa disertai pengeluaran jaringan dari kanalis
servikalis. Besar rahim sesuai dengan usia kehamilan.
Penanganan :
- Untuk menilai kelangsungan kehamilan, lakukan test
kehamilan
- Pemeriksaan USG untuk evaluasi viabilitas kehamilan dini
- Bedrest total
- Bila pasien gelisah, beri penenang (mis : luminal 3X30 mg)
- Dilarang cuci vagina dan koitus
- Prognosis akan membaik bila perdarahan yang tadinya
merah menjadi coklat dan kemudian berhenti
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rongga rahim.
Perdarahan keluar dari kanalis servikalis tanpa pembukaan
serviks (serviks telah menutup), tidak tampak jaringan
keluar dari kanalis servikalis dan besar rahim lebih kecil
dari usia kehamilan.
Penanganan :
- Tidak perlu evakuasi lagi
- Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
- Pantau kondisi ibu
- Bila kondisi baik, beri ergometrin tablet 3X1
- Bila pasien anemia, beri SF atau transfusi sesuai kadar Hb.
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rongga rahim
melalui kanalis servikalis. Tampak perdarahan dan sebagian
jaringan hasil konsepsi keluar dari kanalis servikalis, serviks
terbuka, dan besar rahim lebih kecil dari usia kehamilan.
Penanganan :
- Pasang IVFD
- Dilakukan kuretase bila tidak syok/syok teratasi
- Pemberian uterotonika
- Pemberian SF atau transfusi bila anemia, tergantung Hb.
Proses abortus sedang berlangsung yang ditandai dengan
mulas dan serviks yang membuka, tetapi seluruh hasil
konsepsi masih ada di dalam rongga rahim. Tampak
perdarahan keluar dari kanalis servikalis, serviks membuka,
teraba ketuban, janin mungkin masih hidup atau sudah
mati, dan besar rahim sesuai dengan usia kehamilan.
Umumnya >12 minggu.
Penanganan :
- Percepat proses abortus dg pemberian infus oksitosin
bertahap sampai komplit
- Kuretase
Abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Umumnya pada abortus tidak komplit disertai demam,
nadi cepat, perdarahan dari kanalis servikalis yang
berbau, nyeri tekan pada rahim, dan jumlah leukosit
darah meningkat.
Penanganan :
-Pemberian antibiotik
- Pemberian ATS bila ada riwayat abortus buatan
- Kuretase bila kondisi stabil
adalah abortus di mana hasil konsepsi telah meninggal
tertanam dalam uterus selama 2 bulan atau lebih.
Tanda & Gejala :

Rahim tidak membesar, tetapi mengecil

Payudara mengecil

Amenorrhoe berlangung terus
Komplikasi :

Perdarahan

Perforasi akibat kuretase

Infeksi

Syok : terjadi akibat syok hemoragik
dan infeksi berat
Penatalaksanaan :

Evakuasi hasil konsepsi

Suport mental

Mual muntah dg intensitas sedang merupakan keluhan yg
sering timbul pd kehamilan bulan ke 2-4

Hyperemesis gravidarum adalah Sindroma mual, muntah
yg berat sehingga menyebabkan penurunan BB, dehidrasi,
asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat kurang asam
hidroklorida dalam muntahan dan hypokalemia
Etiologi

Belum jelas

Kemungkinan HCG ( kadar tinggi saat muntah)

Faktor emosi dapat menambah berat muntah
Manajemen

Koreksi kekurangan cairan & elektrolit serta asidosis dan
alkalosis dg Na, K, CL, Laktat, Bicarbonat, Glukosa, & air
dalam jml yg memadai  parenteral sampai mual.muntah dpt
dikendalikan

Temukan penyakit lain spt Gastritis, Cholesistitis, hepatitis,
ulkus peptikum dan pielonefritis

Beri dorongan psikologis yang efektif
Diagnosa keperawatan
Risiko kurang volume cairan b.d pengeluaran cairan berlebih
(muntah)
Intervensi

Kaji faktor pencetus

Monitor intake-output

Monitor tanda vital

Observasi tanda dehidrasi

Anjurkan minum manis sedikit2 tapi sering

Monitor status mental, disritmia jantung
Kolaborasi

Beri antiemetik sesuai indikasi

Beri cairan intravena

Monitor hasil lab : Ht, aceton
Diagnosa keperawatan
Risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d kurang asupan makanan
Intervensi mandiri

Ukur asupan makanan setiap hari

Ukur BB, bandingkan dg BB ideal

Ukur lingkar lengan atas

Anjurkan menanbah makanan ringan dlm porsi kecil
tapi sering

Beri makanan tinggi kalori, tinggi protein
dg bentuk dan rasa bervariasi
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik, berupa gelembung-gelembung putih,
tembus pandang, berisi cairan jernih.
Ditemukan tanda-tanda kehamilan, rahim lebih besar dari
usia kehamilan, tdk ditemukan balotemen & djj, sering
disertai perdarahan.
Insiden

1/1200 kehamilan

sosek rendah, hamil pada masa perimenopause
Karakteristik

Patologis proliferasi sel-sel tropoblas &
mengalami perubahan hidropic

Ovum kosong yg dibuahi sperma

Gestational tropoblastic neoplasma

Parsial/komplet

Jinak/ganas
Tanda dan gejala

Perdarahan pervaginam pada mg ke 4 – trimester 2

Anemia

USG  Hydropic vesicles

Pembesaran uterus > usia kehamilan

DJJ negatif

Serum HCG  hyperemesis gravidarum
Penatalaksanaan

Perbaikan keadaan umum

Pengeluaran jaringan mola dg kuretase/histerectomi (bila
dicurigai ada keganasan)

Kuretase kedua berjarak 10 hari dari yang pertama

Terapi chemotherapy  metastase tropoblas sel

Monitor hCG selama 1 tahun/bulan  minimal kontrol
setiap 8 minggu

Pemeriksaan fhoto thorax untuk menilai metastase

Dukungan emosi pada klien & keluarga

Tunda kehamilan dg kontrasepsi
Penyebab utama kematian ibu :
perdarahan
infeksi & sepsis
pre eklampsi/eklampsi
Kehamilan resiko tinggi yang banyak
mengakibatkan kematian/kesakitan
PRE EKLAMPSIA/EKLAMPSIA
Timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dengan / tanpa edema setelah kehamilan
20 minggu
Suatu kondisi pre eklampsia disertai
kejang yang tercetus dari hipertensi
kehamilan
Hipertensi 140/90 mmhg atau
sistolik > 30 mmhg dan
diastolik > 15 mmhg
Edema dan bb naik 1,5 kg/bulan
atau 0,5 kg/mg pada trimester iii
Proteinuri positif 2
Tekanan darah 160/100 mmhg atau lebih
Edema umum dan BB naik 1 kg/mg
Albuminuria positif 3 atau positif 4
Penglihatan ganda
Oligouri,
ureum kreatinin
HIPERTENSI - VASOKONSTRIKSI
perubahan
perfusi
jaringan
Perpindahan cairan
intravaskuler ke
extravaskuler
Penumpukan
platelet & fibrin
dlm intravaskuler
aliran
darah
ginjal
proteinuri,
oligouri,
ureum
kreatinin
aliran
darah
plasenta
IUGR
kontraksi
uterine
spasme
arteriola
retina
pandangan
kabur
Edema otak &
Rangsangan ssp
Cairan interstitial
di paru
Sakit kepala, mual,
Muntah, kejang,
Hiper refleksia
Dispnoe,
Edema paru
Penumpukan platelet & fibrin
dalam intra vaskuler
DIC
jumlah platelet
> waktu pembekuan
a) Awal kunjungan
tekanan darah dasar
b) setiap kunjungan :
Pengukuran tekanan darah
Pengkajian tanda2 pre eklampsia ;
urine, edema, nyeri kepala, nyeri ulu
hati, gangg. penglihatan
Refleks patela
PENGKAJIAN PEB
Tanda2 vital < 2-4 jam, djj 2-4 jam
Output urine, bj urine, proteinuri,
pemeriksaan darah
Edema, bb
Usia kehamilan
Perdarahan & kontraksi uterus
Sakit kepala, gangg. penglihatan,
kesadaran
INTERVENSI PADA PER
Diet
Istirahat
Kesehatan mental & support
Pengawasan medis
jelaskan tanda2 bahaya
INTERVENSI PADA PEB
Tirah baring, ruangan tenang
Diet
Keseimbangan cairan
Kolaborasi :
- sedatif
- anti hipertensi
- anti konvulsan
Dukungan & penkes
Plasenta Previa :
Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian /
seluruh pembukaan jalan lahir (Normal  plasenta
terletak di bagian atas uterus).
Klasifikasi :
1. Plasenta previa totalis.
Osteum uteri internum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis.
Osteum uteri internum tertutup sebagian oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir
osteum uteri internum.
Insiden :
0,4 - 0,6% dari keseluruhan persalinan.
80% kasus terjadi pada multipara.
Riwayat plasenta previa 1 : 12.
Riwayat Abortus, SC dan mola.
Etilogi :
Belum jelas.
Faktor yg mempengaruhi :
- multiparitas, karena atrofi desidua atau peradangan
pada kehamilan sebelumnya.
- akibat jaringan parut pada bekas kuretase
sebelumnya.
Tanda dan gejala :
- perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
- dapat terjadi pada saat klien tidur atau bekerja biasa
- perdarahan pertama sedikit, perdarahan berikutnya
lebih banyak
- perdarahan mulai pada usia kehamilan 20 minggu,
lebih sering pada triwulan III
- darah berwarna merah segar
- sumber perdarahan : sinus uterus yang robek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta.
Patofisiologi :
Atrofi endometrium

pertumbuhan meluas

pergerakan plasenta dg dinding rahim

plasenta lepas

perdarahan
Anamnesis :
1. Perdarahan terjadi pada kehamilan lebih dari 28 minggu
atau berat janin lebih dari 1000 gram.
2. Tanpa nyeri, tanpa alasan, waktu tidur maupun bekerja.
3. Darah merah segar.
Pemeriksaan fisik :
Kelainan letak janin :
- belum masuk pintu atas panggul
- mengolak kesamping
- menonjol diatas simfisis.
- bagian bawah janin sukar ditentukan
- letak lintang
- letak sungsang
Pemeriksaan penunjang :
- USG
- pemeriksaan dengan spekulum
- PDMO
Penanganan :
Tergantung pada saat kehamilan atau persalinan, masa
gestasi, taksiran berat janin dan presentasinya, banyaknya
perdarahan, paritas dan keadaan umum pasien.
PENANGANAN EKSPEKTATIF
Kriteria :
1. Masa gestasi kurang dari 36 minggu.
2. Perdarahan sedikit.
3. Belum ada tanda-tanda persalinan.
4. Relaksasi uterus baik.
5. Bunyi jantung janin teratur.
6. Keadaan umum klien baik (Hb > 9 gr%)
Penanganan :
1. Observasi perdarahan terus menerus, tekanan darah,
nadi, pernafasan dan bunyi jantung janin.
2. Persiapan darah minimal 1000 cc.
3. Istirahat baring.
4. Infus dextrose 5% dan elektrolit, puasa dalam 24 jam
pertama untuk antisipasi SC.
5. USG. Bila tampak tanda-tanda plasenta previa,
dilarang keras periksa dalam kecuali PDMO.
6. Bila dalam perawatan terjadi perdarahan berulang
banyak  transfusi dan penanganan aktif.
7. Bila tdk ada tanda-tanda plasenta previa, tdk ada
perdarahan setelah 10 hari perawatan  pulang,
bila perdarahan kembali ke RS.
8. Bila ada tanda-tanda plasenta previa, klien dirawat
sampai usia kehamilan 37 - 39 minggu, kemudian
penanganan aktif.
PENANGANAN AKTIF
Kriteria :
1. Masa gestasi  37 minggu atau besar janin sesuai
dengan masa gestasi.
2. Keadaan umum klien jelek.
3. Perdarahan banyak.
4. Ada tanda-tanda persalinan.
5. Bunyi jantung janin tidak teratur atau  120X/mnt
dan > 160X/mnt.
6. Relaksasi uterus jelek.
Penanganan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perhatikan keadaan umum klien.
Infus NaCl atau dextrose 5%.
Periksa djj setiap 15’
Persiapan darah 1000 - 2000 cc
Periksa Hb, Ht, BT, CT, fibrinogen kuantitatif & kualitatif
Urinalisis.
Catat intake dan output cairan dan perdarahan.
Observas vital sign dan TD setiap 15;
Therapi atrofin 4 mg atau 2 mg IV
10. Siapkan kamar operasi.
11. PDMO.
12. Bila :
- plasenta previa totalis  SC
- plasenta previa marginalis/parsialis + primigravida  SC
- plasenta previa marginalis/parsialis + multigravida,
pembukaan osteum > 4 cm, keadaan umum baik,
tdk ada perdarahan  amniotomi dan induksi
persalinan.
- perdarahan banyak  SC
ASPEK LEGAL
Kelalaian dan malpraktek :
1. Pelaksanaan periksa dalam (vaginal toucher atau rectal
toucher) sebelum ada diagnosa penyebab perdarahan.
2. Tidak ada penjelasan kepada klien dan keluarga
mengenai plasenta previa, penyebab, pengobatan dan
perawatan serta hasil yang diharapkan.
3. Tidak ada penjelasan mengenai prosedur yang akan
dilakukan, alasan dan keuntungan yang diharapkan.
4. Kelalaian dalam observasi tanda-tanda vital, perdarahan
dan kondisi fisik dan psikis ibu.
5. Tidak ada penjelasan mengenai pembatasan aktifitas/
mobilitas klien.
6. Kelalaian dalam persiapan operasi, fasilitas standar
dan prasarana.
Solusio Plasenta
adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
di korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio Plasenta selalu menimbulkan perdarahan,
biasanya dalam triwulan ketiga.
Sifat perdarahan pada solusio plasenta :
Lebih sering terjadi dalam trimester III
Disertai rasa nyeri/sakit perut terus menerus
Perdarahan mungkin banyak atau hanya sedikit
Darah berwarna kehitam-hitaman
Kasus solusio plasenta sering mengalami syok yang tidak sesuai
dengan banyaknya perdarahan pervaginam. Rahim tegang terus
menerus dan nyeri tekan. Pada umumnya denyut jantung tidak
terdengar karena janin sudah mati.
PENANGANAN
Penanganan ditempat pelayanan kesehatan tingkat
dasar ialah mengatasi syok/presyok dan
mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan
secepat-cepatnya.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah perdarahan
banyak dan syok berat, atonia uteri, kelainan
pembekuan darah dan oliguria.
Apabila merujuk kasus belum memungkinkan, penanganan
yang dapat dilakukan ialah :
1) Mengatasi syok/presyok
2) Transfusi darah
3) Ketuban dipecahkan dilanjutkan dengan infus oksitosin 5
unit dalam 500 ml Dextrose 5% dimulai dengan 8 tts/mnt.
Dosis tetesan dapat dinaikkan tiap 30 mnt. Tindakan ini
hanya boleh dilakukan setelah diyakini bahwa janin dapat
lahir pervaginam.
4) Apabila persalinan tidak selesai dalam 6 jam atau
diharapkan tidak akan selesai dalam 6 jam, sebaiknya
dilakukan seksio sesarea.
5) Kelainan hipofibrinogenemia diatasi dengan pemberian
fibrinogen, jika tidak ada dapat diberi transfusi darah segar.
Download