PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Pengarah: Dirjen DIKTI Dirjen PP dan PL Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktur PPML Kepala Subdit Pembelajaran Kepala Subdit Tuberkulosis Editor: Ning Rintiswati Riris Andono Ahmad Yodi Mahendradhata Tim Penyusun: Abdul Rohman Diah Asri Wulandari Diah Handayani Didik Dwi Sanyoto Hari Basuki Ika Trisnawati Irvan Medison Muh. Nasrum Massi Nadjwa Zamalek Regina Satya Wiraharja Siti Nur Anisah Soedarsono \ Kontributor: Adi Utarini Gandes Retno Rahayu Mora Claramita Reviewer: Anwar Jusuf Ardiansyah Bahar Darmawan Budi Setyanto Erlina Burhan Fathiyah Isbaniah Sudijanto Kamso Tridjoko Hadianto PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Kata Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan AssaIamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Pendidikan kedokteran sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan dokter yang profesional melalui proses yang terstandarisasi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan dokter, dalam rnengembangkan kurikulum harus menerapkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang menurut SKDI 2012 harus dapat dikelola secara mandiri oleh setiap lulusan pendidikan dokter di Indonesia. Dalam rangka mengupayakan penguasaan kompetensi tata laksana Tuberkulosis oleh lulusan pendidikan dokter, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI dan Fakultas Kedokteran se-Indonesia pada tahun 2005 telah menerbitkan buku Tuberkulosis dalam kurikulum pendidikan dokter berbasis kompetensi. Hasil evaluasi implementasi atas buku tersebut menunjukkan bahwa diperlukan pengembangan pedoman penyusunan modul tuberkulosis sebagai acuan Fakultas Kedokteran untuk menerjemahkan arahan buku yang sebelumnya dalam bentuk modul pembelajaran. Dari dasar itulah maka kami mendukung upaya penulisan pedoman penyusunan modul tuberkulosis. PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Tim penyusun pedoman telah bekerja keras dan tekun, dengan meminta rnasukan dari berbagai pihak. Penyajiaan persepsi dan penyatuan pendapat melalui penapisan berbagai masukan yang berlangsung intensif, sehingga hasil akhir dari proses penyusunan ini dapat mewakili berbagai komponen terkait. membantu dan ikut serta menyusun Pedoman Penyusunan Modul Tuberkulosis untuk Pendidikan Dokter di Indonesia. Kami menyadari sepenuhnya bahwa pedoman ini masih jauh dari sempuma, oleh karena itu akan selalu disempurnakan secara bertahap berdasarkan masukan yang diberikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga Pedoman Penyusunan Modul Tuberkulosis untuk Pendidikan Dokter di Indonesia ini mampu menjawab tantangan bagi kebutuhan peningkatan kualitas tata laksana Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Jakarta, 19 Juli 2013 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso 4 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Kata Sambutan Direktur Jenderal PP dan PL Indonesia merupakan salah satu dari 22 negara di dunia dengan beban Tuberkulosis (TB) yang tinggi. Indonesia sampai dengan saat ini telah menunjukkan kemajuan dalam upaya pengendalian TB dengan tercapaianya beberapa indikator utama dalam MDG’s yaitu penurunan angka prevalensi TB, penemuan kasus TB dan kesembuhan pasien TB. Selain tercapainya indikator tersebut, keberhasilan lain juga ditunjukkan dengan akses pelayanan TB yang semakin meningkat, peningkatan pendanaan, peningkatan dukungan pemerintah pusat dan daerah serta peran serta masyarakat dan swasta. Pengendalian TB dengan strategi DOTS telah dimulai sejak tahun 1995 di Indonesia, dalam perjalanannya banyak kemajuan yang telah didapat, diantaranya adalah sampai dengan saat ini telah 2,5 juta pasien TB telah diobati dan 2,1 juta pasien berhasil disembuhkan. Sejak tahun 2010 angka kesembuhan selalu di atas 85%, hal ini juga menunjukkan suatu prestasi yang sangat baik, karena dibutuhkan upaya yang keras untuk mencapai hal ini. Upaya lain juga ditunjukkan dengan adanya beberapa inovasi dan terobosan yang diinisiasi baik dalam skala nasional maupun lokal. Beberapa tehnologi baru dilakukan untuk mempersingkat waktu diagnosis dan pengobatan TB, semua upaya tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh pasien TB mendapatkan penanganan yang berkualitas. PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Walaupun telah diperoleh kemajuan dan keberhasilan yang sangat signifikan dalam Program Pengendalian TB, beberapa hal yang harus kita waspadai terkait permasalahan TB, diantaranya adalah TB akan menghambat pencapaian target MDG’s yang lain dengan adanya hubungan antara TB dengan kemiskinan. Selain itu TB akan tetap menjadi masalah yang besar karena adanya keterkaitan antara TB dengan diabetes melitus, TB dengan rokok, peningkatan prevalensi HIV serta TB resistan obat. Untuk menangani tantangan ke depat telah dibuat rencana untuk strategi pengendalian TB pasca 2015, yang bertujuan untuk menghilangkan TB sebagai masalah kesehatan masyarakat di dunia dengan target yang sangat ambisius yaitu mengurangi 95% tingkat kematian akibat TB dari angka tahun 2015 pada tahun 2035 dan menurunkan angka insidensTB menjadi 10/100.000 penduduk pada tahun 2035. Prinsip dari Strategi TB pasca 2015 adalah Pelayanan TB yang inovatif dan berpihak pada pasien (innovative TB Care); Kebijakan yang lebih berani (agresif) dan didukung oleh sistem yang jelas (Bold Polices and supportive system); Intensifikasi penelitian dan Inovasi untuk diagnosa cepat, vaksinasi pasca paparan pengobatan yang lebih singkat, dll (Intensified research and Innovation). Langkah ke depan untuk melaksanakan strategi pasca 2015 memerlukan kesiapan yang sangat matang terutama dalam segi pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan kapasitas SDM untuk Pengendalian TB ditujukan untuk pemenuhan tenaga yang terampil dalam program TB, baik di tingkatan administrasi dan layanan. Program Pengendalian TB di Indonesia saat ini mengacu pada penerapan Strategi DOTS dan International Standard for PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA TB Care (ISTC) sebaga standar untuk pelayanan pasien TB di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes). Sesuai dengan amanah undang-undang, maka kedua hal tersebut telah ditransformasikan menjadi satu dokumen Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang harus dipakai sebagai acuan oleh semua unit pemberi palayanan TB. Seperti kita ketahui bahwa dokter adalah tokoh kunci dalam Implementasi Program Pengendalian Tuberkulosis di Fasyankes, hal ini terkait erat dengan peran dokter dalam tatalaksana TB. Situasi yang berkembang saat ini, adanya tuntutan masyarakat akan layanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat termasuk untuk TB. Di sisi lain, serangkaian peraturan dan regulasi pemerintan mengharuskan para dokter dalam menjalankan praktek kedokterannya harus mengikuti Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis dalam upaya meningkatkan keberhasilan pengobatan, memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pengobatan TB yang sub standar dan menghindarkan kemungkinan terjadinya resistensi terhadap obat anti TB yang meluas. Semua hal tersebut menuntut semua dokter termasuk yang baru lulus untuk memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam tatalaksana TB yang berkualitas dan sesuai standar. Salah satu upaya strategis dan berkesinambungan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah sejak masa pendidikan. Para dokter harus memiliki kompetensi dasar mengenai tatalaksana TB yang standar di Indonesia. Kompetensi tersebut bisa dibangun dengan baik apabila sejak awal telah tersedia satu kurikulum yang mampu memadukan antara konsep ilmiah terkini dengan konteks sistem kesehatan setempat PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA yang juga seimbang antara aspek kesehatan perorangan dengan aspek kesehatan publik. Langkah nyata yang ditempuh adalah melalui pengembangan pembelajaran TB dalam kurikulum pendidikan dokter. Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menerbitkan Pedoman Penyusunan Modul Tuberkulosis Pendidikan Dokter di Indonesia. Kami sangat menghargai dan membuka pintu selebar-lebarnya untuk komunikasi terkait pengembangan pembelajaran TB dalam Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi di Indonesia. Semoga Buku ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai acuan untuk menyusun modul pengajaran TB di Fakultas Kedokteran di Indonesia. Akhirnya dengan penerbitan Pedoman Penyusunan Modul Tuberkulosis Pendidikan Dokter di Indonesia, mudah mudahan dapat merespon kebutuhan yang ada, terutama dari para akademisi untuk pengembangan pembelajaran TB dalam kurikulum pendidikan dokter. Jakarta, 24 Juli 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA DAFTAR ISI Tim Penyusun.........................................................................................................................2 Kata Sambutan Dirjen Pendidikan Tinggi..............................................................................3 Kata Sambutan Dirjen PP dan PL............................................................................................5 Daftar Isi.................................................................................................................................9 Daftar Singkatan dan Istilah..................................................................................................10 Cara Menggunakan Buku......................................................................................................11 Pendahuluan.........................................................................................................................12 Bagian I. Pedoman Penyusunan Modul Bagi Pendidikan Sarjana.........................................15 Matriks Struktur Modul...........................................................................................16 Stuktur Modul..........................................................................................................35 Bagian II. Pedoman Penyusunan Modul Bagi Pendidikan Profesi.........................................60 Matriks Struktur Modul...........................................................................................61 Struktur Modul........................................................................................................71 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Daftar Singkatan dan Istilah AIDS DOTS Fasyankes HIV/AIDS IDAI ISTC KODEKI MCQ MDR/XDR OAT OSCE OSPA DOPS PAPDI PDPI PMO PPM RI TB WHO 10 : Acquired Immune Deficienscy Syndrome : Directly Observed Treatment Short Course : Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Human Immunodeficiency Virus : Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia : International Standard of Tuberculosis Care : Kode Etik Dokter Indonesia : Multiple Choice Question : Multi Drug Resistance/extensively Drugs Resistance : Obat Anti Tuberkulosis : Objectively Structured Clinical Evaluation : Objectively Structured Performance Assesment : Direct Observation of Procedural Skills : Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia : Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia : Pengawas Minum Obat : Public Private Mix : Republik Indonesia : Tuberkulosis : World Health Organization PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA CARA PENGGUNAAN BUKU Buku ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penyusunan modul pengajaran TB di Fakultas Kedokteran. Bentuk modul pengajaran TB yang dibuat oleh Fakultas Kedokteran dapat merupakan modul pengajaran TB yang bersifat khusus, dan atau berupa modul yang berisi materi TB (yang mengacu pada buku ini) yang tersebar dalam modul-modul lain yang ada di masing-masing fakultas. Pembuatan modul pengajaran TB di Fakultas Kedokteran, disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing Fakultas Kedokteran, tetapi diharapkan mencapai sasaran pembelajaran yang terdapat dalam buku ini. Pada tahap pendidikan profesi dokter, buku acuan ini dapat digunakan untuk pembuatan modul khusus TB di salah satu departemen, atau dimasukkan dalam materi dalam modul-modul yang tersebar di berbagai departemen. Pengajaran materi TB di setiap departemen diharapkan merupakan integrasi dengan departemen lainnya agar peserta studi mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang utuh dalam melakukan manajemen pasien TB dewasa dan anak, pada level individu dan masyarakat. Buku ini akan didampingi oleh kumpulan referensi dari berbagai panduan yang dikeluarkan oleh WHO, Kementrian Kesehatan, kelompok profesi, buku ajar dan lain lain, yang dapat digunakan sebagai daftar rujukan yang masih bisa ditambahkan sesuai kebutuhan masing masing fakultas. 11 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA PENDAHULUAN TB merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan. Prevalensi TB nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. Menurut laporan WHO 2012, Indonesia merupakan penyumbang penderita TB terbesar nomorempat di dunia setelah India, Cina dan Afrika selatan. Untuk menanggulangi masalah TB di Indonesia, ISTC dan Strategi DOTS yang direkomendasikan oleh WHO harus sungguh-sungguh dilaksanakan. Pada awal pelaksanaan strategi ini difokuskan pada Puskesmas, kemudian secara bertahap diekspansi ke berbagai fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Salah satu masalah yang dihadapi program TB nasional dalam melakukan akselerasi dan ekspansi program adalah kurangnya sumber daya manusia, baik kualitas maupun kuantitas. Sumber daya manusia menjadi isu pokok dan prioritas sebagai upaya investasi yang tepat dan efektif untuk mencapai target global. Fakultas Kedokteran sebagai penghasil tenaga profesional dokter, memiliki potensi kontribusi yang sangat besar terutama dalam menjamin keberlangsungan Program Penanggulangan TB Nasional. Mereka perlu mendapat cukup bekal untuk menangani TB secara komprehensif dimana kelak sebagian besar mereka bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka memasukkan 12 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA materi Program Penanggulangan TB Nasional didalam kurikulum kedokteran dinilai cukup strategis. Untuk itu disusunlah modul TB dalam kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi dibangun oleh pondasi yaitu profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan. Pedoman penyusunan modul ini diharapkan bermanfaat dalam penyusunan pengajaran materi TB di Fakultas Kedokteran, sebagai upaya perguruan tinggi dalam mempersiapkan tenaga potensial untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat kita. Buku ini terbagi dalam 2 bagian, bagian I adalah Panduan Penyusunan Modul bagi Pendidikan Sarjana Kedokteran, sedangkan Bagian II adalah Panduan Penyusunan Modul bagi Pendidikan Profesi Dokter. Pada Bagian I, diuraikan tentang struktur modul yang digunakan sebagai dasar penyusunan modul untuk dilaksanakan pada pendidikan di Program Pendidikan Sarjana Kedokteran. Pada modul ini mahasiswa akan belajar tentang tuberkulosis meliputi konsep bioetik dalam pengelolaan TB, patofisiologi proses penyakit, proses pemeriksaan untuk penegakan diagnosis penyakit mulai anamnesis hingga pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan aspek-aspek yang berhubungan dengan prevensi dan promosi penyakit TB.Selain pemahaman terhadap materi-materi terkait, 13 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA juga diperlukan pembelajaran keterampilan tentang keterampilan komunikasi termasuk edukasi, keterampilan laboratorium berupa teknik pemeriksaan sputum, keterampilan pemeriksaan fisik paru dan membaca rontgen. Pada Bagian II, diuraikan pedoman penyusunan modul untuk pengajaran pendidikan profesi yang meliputi matriks modul, penjabaran kompetensi klinik yang harus dicapai, strategi pembelajaran yang digunakan, departemen yang terlibat, dan alokasi waktu yang diperlukan. 14 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA BAGIAN I PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL BAGI PENDIDIKAN SARJANA 15 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •International Standard for Tuberculosis Care (ISTC), 2009 •Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2011 •PDPI, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.2002 •IDAI, Pedoman Penatalaksanan TB Anak, 2009 •Pamali TB Indonesia. Piagam Hak dan Kewajiban 16 AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI Pasien TB di Indonesia.2010. http://. pamalitbina@ yahoo.com •UndangUndang Praktek Kedokteran No 29 th 2004 17 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI 18 SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Kemenkes RI, Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2011 •WHO. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC), 2009 •WHO, TB module for medical students.2008 •PDPI, Pedoman Penatalaksanaan TB. 2002 •IDAI, Pedoman Nasional TB Anak. 2005 •Undang Undang Praktek Kedokteran No 29, th 2004 •Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Manajerial Pelayanan TB di Rumah Sakit. 2010 19 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI •Kementerian Kesehatan RI, Rencana Aksi Nasional Public Private Mix.20112014. Th 2011 20 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA • Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. • Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional. 2011 • WHO-Stop TB Partnership. Advocacy, Communication and Social Mobilization (ACSM) for Tuberculosis Control: A Handbook for Country Programm es.2007International Training in Tuberculosis Control, The Reseach Institute of Tuberculosis (RIT), Tokyo, Japan. (2005) Module 1 (Hand out) Introduction to Advocacy, Communication & Social Mobilisation. • Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Promosi Pengendalian TB.1999/2000. • Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention Division of Tuberculosis 21 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN REFERENSI METODE ASSESSMEN • • • • • 22 Elimination, Effective TB Interviewing for Contact Investigation: Self-Study Modules, Atlanta, Georgia., 2006 Washington State Department of Health, Patient education, Washington, June 2012 Konsil Kedokteran Indonesia, Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Jakarta, 2006Effendy, Onong Uchyana. Komunikasi, Teori dan Praktek.2005 Kevin Hogan. The Art of Communication, pengalih Bahasa Meidia Kusumawati, Mengungkap Rahasia Berkomunikasi, PT Buana Ilmu Populer.2005 Mohamed A.I, M.Pharm, Yousif M.A, PhD (Pharm), Ottoa P, FSMSB and Bayoumi A, MBBS, DPH, FFPHM, FACTM. Knowledge of Tuberculosis: A Survey among Tuberculosis Patients in Omdurman, Sudan, Sudanese Journal of Public Health: January 2007, Vol.2 (1) Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Promosi Pengendalian Tuberkulosis. 1999/2000 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes, 2013 •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional.2011 23 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Pengendalian TB. 2011 • WHO. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC).2009 • WHO, TB Module for Medical Students. 2008 • Majelis Kehormatan Etik Indonesia IDI. Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI) dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kesehatan.2002 • Kemenkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 364/MENKES/ SK/V/2009 tentang pedoman penanggulanan TB (TB) tanggal 13 Mei 2009 • WHO, Guidelines 24 AREA DAN KOMPETENSI INTI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI for workplace TB control activities, the contribution of workplace TB control activities to TB control in the community, 2003 • Detels,R.,Beaglehole, R., Lansang, M.A, Gulliford, M.,Oxford Text book of Publict Health 5eds, USA 2011 • Kementerian kesehatan, Pedoman manajerial TB HIV, tahun 2012 • Davis B.D,Microbyology 3rd ed.Harper &Row,Maryland,1980 • PDPI, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan TB.2002 • Sutton D.,A.Textbook of radiology and Imaging,1993 • Melmon & Morell’is, Clinical Pharmacology Basic Principles in Therapeutics 3rd,Mc Grow Hill,1992 25 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI 26 SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Kemenkes. Pedoman Nasional penatalasanan TB.2011 •PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, 2002 •IDAI. Pedoman penatalaksanan TB Anak, 2005 •WHO. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC).2009 •WHO. TB for medical students, 2008 27 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI 28 SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan TB bagi Pengelola Program TB di Fasyankes, 2013 •Kementerian Kesehatan RI, Buku Pedoman Nasional TB, 2011 29 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI 30 SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI 31 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI 32 SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI AREA DAN KOMPETENSI INTI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI 33 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI 34 SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DEPARTEMEN METODE PEMBELAJARAN METODE ASSESSMEN REFERENSI PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA STRUKTUR MODUL A.TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Umum Setelah mempelajarimodul ini, mahasiswa mampu: Secara profesional memahami prinsip biomedis, klinis dan Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam mengelola masalah TB pada individu dan komunitas secara komprehensif dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang TB. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan dari modul ini adalah diharapkan pada akhir modul mahasiswa mampu mencapai: Area kompetensi 1 (profesionalitas yang luhur): • Menjelaskan etika moral dan profesionalisme dalam menanggulangi TB • Menjelaskan konsep kerahasiaan, peraturan perundangan, negosisasi dan pengambilan keputusan pada pengelolaan pasien TB 35 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Area kompetensi 2 (mawas diri dan pengembangan diri): • Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan terkait TB • Memahami tindak lanjut penderita TB pada kondisi khusus (DM, gangguan hepar, gangguan ginjal dan kehamilan) • Memahami sistem rujukan kasus TB Area kompetensi 3 (komunikasi efektif): • Menjelaskan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada pengendalian infeksi TB • Memahami cara edukasi pada pasien terkait preventif dan promotif Area kompetensi 4 (pengelolaan informasi): • Menjelaskan sistem pencatatan dan pelaporan pada kasus TB, serta sistem rujukan pada kasus dengan kecurigaan resistensi OAT Area kompetensi 5 (landasan ilmiah ilmu kedokteran): • Memahami landasan ilmiah TB paru dan ekstra paru pada pasien dewasa dan anak • Menjelaskan epidemiologi, etiologi, patofisiologis, imunopatogenesis pada TB • Menjelaskan diagnosis penunjang ( laboratorium dan Radiologis) pada kasus TB • Menjelaskan klasifikasi pasien TB • Menjelaskan TB primer pada anak 36 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA • Menjelaskan TB dengan penyulit • Menjelaskan patomekanisme terjadinya resistensi terhadap OAT Area kompetensi 6 (ketrampilan klinis): • Memahami alur diagnosis klinis TB (anamnesis dan pemeriksaan fisik) • Menjelaskan terapi TB (regimen, dosis, cara pemberian, efek samping, farmakokinetik, farmakodinamik dan penulisan resep OAT) • Memahami penulisan resep OAT • Menjelaskan penatalaksanaan TB pada penderita HIV/AIDS • Menjelaskan penatalaksanaan nutrisi pada pasien TB Area kompetensi 7 (pengelolaan masalah kesehatan): • Menjelaskan strategi DOTS dan kelima komponennya • Melakukan penapisan dan modifikasi perilaku yang diperlukan untuk promosi pencegahan TB • Menjelaskan pemantauan hasil pengobatan 37 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA B.PENJABARAN KOMPETENSI Kompetensi 1. Profesionalitas Yang Luhur 1. Area dan kompetensi inti • Mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan, dalam pengendalian TB secara individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik moral dan peraturan perundang-undangan. 2. Sasaran pembelajaran •Menerapkan prinsip etika,moral dan peraturan perudang undangan dalam pelayanan pasien TB •Memecahkan permasalahan pelayan TB terkait etik moral dan perundang –undangan. •Memahami hak dan kewajiban pasien TB 3.Materi Bahasan: •Pencegahan SARA dalam penatalaksanaan Pasien TB •Stigmatisasi pada pasien TB •Aspek medikolegal TB terkait pekerjaan •Peraturan dan perundangan terkait pengendalian TB •Pemahaman Etika Batuk 38 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Etika Kesehatan Masyarakat •Informed consent 4. Departemen •Kedokteran Forensik dan Medikolegal •Pulmonologi •Interna •IKM 5. Metode Pembelajaran •Kuliah •Diskusi Kasus 6. Metode assessment •MCQ 7.Referensi •International Standard for Tuberculosis Care (ISTC), 2009 •Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2011 •PDPI, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.2002 39 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •IDAI, Pedoman Penatalaksanan TB Anak, 2009 •Pamali TB Indonesia. Piagam Hak dan Kewajiban Pasien TB di Indonesia.2010. http://[email protected] •Undang- Undang Praktek Kedokteran No 29 th 2004 Kompetensi 2. Mawas diri dan Pengembangan diri 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya sendiri dalam penangan TB, melakukan rujukan bagi kasus TB, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan. 2. Sasaran pembelajaran •Menerapkanprinsip mawas diri dalam pengendalian TB meliputi mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri sendiri dan tanggap terhadap tantangan profesinya •Memahami kewenangan klinis dokter dalam memberikan pelayanan TB di fasyankes primer dan mampu melakukan rujukan sesuai sistem pelayanan kesehatan nasional. •Mempraktikkan belajar sepanjang hayat dalam pengembangan pengetahuan TB untuk peningkatan profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajar terkait pengembangan TB 40 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Mengembangkan pengetahuan baru melalui pengkajian ilmiah yang berkaitan dengan masalah TB pada individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya 3. Materi Bahasan •Perkembangan terkini terkait TB termasuk TB HIV, MDR dan XDR •TB dengan kondisi khusus (DM, gangguan hepar, gangguan ginjal dan kehamilan) •Sistem rujukan kasus TB •Kewenangan klinis dokter umum dalam penatalaksanaan TB •Program pengendalian TB nasional 4. Departemen •Pulmonologi •Interna •Mikrobiologi •IKM •Patologi Klinik 5. Metode Pembelajaran •Kuliah •Diskusi Kasus 41 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA 6. Assessment •MCQ 7. Referensi •Kemenkes RI, Pedoman Nasional Pengendalian TB, 2011 •WHO. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC), 2009 •WHO, TB module for medical students.2008 •PDPI, Pedoman Penatalaksanaan TB. 2002 •IDAI, Pedoman Nasional TB Anak. 2005 •Undang Undang Praktek Kedokteran No 29, th 2004 •Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Manajerial Pelayanan TB di Rumah Sakit. 2010 •Kementerian Kesehatan RI, Rencana Aksi Nasional Public Private Mix.2011-2014. Th 2011 Kompetensi 3. Komunikasi Efektif 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian TB. 2. Sasaran Pembelajaran •Melakukan komunikasi efektif pada TB terhadap individu, keluarga, masyarakat, maupun masyarakat 42 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Memilih dan menerapkan tehnik penyampaian informasi dan edukasi yang baik dan mudah dimengerti 3. Materi Bahasan •Konsep dasar komunikasi yang efektif •KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terhadap pasien TB terkait kuratif •KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terhadap keluarga, masyarakat terkait usaha promotif dan preventif •KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kasus TB pada kolega dan profesi lain •Informed consent 4. Departemen •Pulmonologi •Interna •IKA •IKM •Psikologi 5. Metode Pengajaran •Kuliah •Diskusi Kasus 43 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Skill Lab •Role Play 6. Assesment •MCQ •OSCE 7. Referensi •Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional. 2011 •WHO-Stop TB Partnership. Advocacy, Communication and Social Mobilization (ACSM) for Tuberculosis Control: A Handbook for Country Programmes.2007International Training in Tuberculosis Control, The Reseach Institute of Tuberculosis (RIT), Tokyo, Japan. (2005) Module 1 (Hand out) Introduction to Advocacy, Communication & Social Mobilisation. •Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Promosi Pengendalian TB.1999/2000. •Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention Division of Tuberculosis Elimination, Effective TB Interviewing for Contact Investigation: Self-Study Modules, Atlanta, Georgia., 2006 44 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Washington State Department of Health, Patient education, Washington, June 2012 •Konsil Kedokteran Indonesia, Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Jakarta, 2006 Effendy, Onong Uchyana.Komunikasi, Teori dan Praktek.2005 •Kevin Hogan. The Art of Communication, pengalih Bahasa Meidia Kusumawati, Mengungkap Rahasia Berkomunikasi, PT Buana Ilmu Populer.2005 •Mohamed A.I, M.Pharm, Yousif M.A, PhD (Pharm), Ottoa P, FSMSB and Bayoumi A, MBBS, DPH, FFPHM, FACTM. Knowledge of Tuberculosis: A Survey among Tuberculosis Patients in Omdurman, Sudan, Sudanese Journal of Public Health: January 2007, Vol.2 (1) •Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Promosi Pengendalian Tuberkulosis. 1999/2000 Kompetensi 4. Pengelolaan Informasi 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran. 2. Sasaran Pembelajaran •Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan terkini untuk berbagai tujuan seperti meningkatkan mutu pelayanan TB dan belajar sepanjang hayat. •Melakukan diseminasi informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional 45 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan 3. Materi Bahasan •Konsep EBM pada kasus TB •Sumber-sumber informasi terkini terkait TB •Sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB sesuai dengan program penanggulangan TB Nasional •Peneilitian Ilmiah terkait TB (skripsi) 4. Departemen •IKM •Pulmonologi •Interna •Mikrobiologi •Patologi Klinik •Patologi Anatomi 5. Metode Pengajaran •Kuliah 46 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Skill Lab 6. Assesment •MCQ •OSCE 7. Referensi •Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes, 2013 •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional.2011 Kompetensi 5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pengendalian TB secara holistic dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum 2.Sasaran pembelajaran •Menerapkan ilmu kedokteran dasar dan klinik yang berhubungan dengan promosi 47 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA kesehatan, prevensi masalah TB, di individu, keluarga dan masyarakat •Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah TB di komunitas berdasarkan dasar epidemiologi, statistik dan ilmu kesehatan masyarakat •Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik tentang TB •Menerapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik TB yang berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan •Menerapkan ilmu humaniora, kesehatan masyarakat, kedokteran komunitas dan kedokteran keluarga pada pengelolaan masalah TB secara holistik dan komprehensif tentang TB 3. Materi Bahasan •Epidemiologi , etiologi, patofisiologi, imunopatogenesis, keluhan dan gejala pada TB paru dan TB ekstra paru •Diagnosis penunjang: Laboratorium, radiologis dan patologi •Klasifikasi pasien TB •Kolaborasi TB HIV •TB primer anak •TB MDR dan XDR •Pencegahan dan pengendalian infeksi TB (PPI TB) •Imunisasi BCG dan profilaksis TB 48 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA 4. Departemen •Pulmonologi •Interna •IKM •Mikrobiologi •Patologi Klinik •Patologi Anatomi •Radiologi •Farmakologi •Bedah •Kulit dan Kelamin 5.Metode Pengajaran •Kuliah •Praktikum •Skill lab •Diskusi Kasus 6. Assessment •MCQ •OSCE 49 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •OSPA 7. Referensi •Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Pengendalian TB. 2011 •WHO. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC).2009 •WHO, TB Module for Medical Students. 2008 •Majelis Kehormatan Etik Indonesia IDI. Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI) dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kesehatan.2002 •Kemenkes RI, Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 364/MENKES/SK/V/2009 tentang pedoman penanggulanan TB (TB) tanggal 13 Mei 2009 •WHO, Guidelines for workplace TB control activities, the contribution of workplace TB control activities to TB control in the community, 2003 •Detels,R.,Beaglehole, R., Lansang, M.A, Gulliford, M.,Oxford Text book of Publict Health 5eds, USA 2011 •Kementerian kesehatan, Pedoman manajerial TB HIV, tahun 2012 •Davis B.D,Microbyology 3rd ed.Harper &Row,Maryland,1980 •PDPI, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan TB.2002 •Sutton D.,A.Textbook of radiology and Imaging,1993 •Melmon & Morell’is, Clinical Pharmacology Basic Principles in Therapeutics 3rd,Mc Grow Hill,1992 50 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Kompetensi 6.Keterampilan Klinis 1. Area dan kompetensi inti Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah TB dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain 2. Sasaran Pembelajaran •Melakukan anamnesis / alloanamnesis secara sistematis pada pasien TB anak dan dewasa •Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematik pada anak dan dewasa •Merencanankan pemeriksaan penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis TB paru dan ekstra paru pada penderita anak dan dewasa •Melakukan prosedur tatalaksana TB sesuai program pengendalian TB nasional yang mengacu pada standar kompetensi dokter Indonesia, yang berlaku pada anak dan dewasa •Menentukan paduan terapi TB serta menuliskan resep terkait dengan pengobatan pasien TB anak dan dewasa •Mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk pasien TB -HIV •Mengidentifikasi, dan merujuk pasien suspek TB MDR dan XDR •Mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk pasien TB pada kondisi khusus •Menatalaksana kedaruratan TB dengan memperhatikan keselamatan pasien. •Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. 51 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Melakukan pencatatan pelaporan dan monitoring serta evaluasi pengobatan TB sesuai program nasional •Mengidentifikasi dan menatalaksana TB dengan efek samping OAT •Menulis resep obat TB secara bijak dan rasional 3.Materi Bahasan •Diagnosis klinis TB (anamnesis dan pemeriksaan fisis) •Terapi TB: Paduan, dosis, cara pemberian, efek samping, farmakokinetik dan farmakodinamik OAT •Penulisan resep OAT •Tatalaksana TB pada Penderita HIV/AIDS •Tatalaksana nutrisi pada pasien TB 4. Departemen •Pulmonologi •Interna •Farmakologi •Ahli gizi klinik 5. Metode Pengajaran •Kuliah •Skill Lab 52 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Diskusi Kasus 6. Assessment: •MCQ •OSCE 7. Referensi •Kemenkes.Pedoman Nasional penatalasanan TB.2011 •PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, 2002 •IDAI. Pedoman penatalaksanan TB Anak, 2005 •WHO. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC).2009 •WHO. TB for medical students, 2008 Kompetensi 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan 1. Kompetensi Inti Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer. 53 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA 2. Sasaran Pembelajaran •Melaksanakan promosi pengendalian TB pada individu, keluarga maupun masyarakat •Melakukan deteksi dini TB pada individu, keluarga dan masyarakat •Melakukan diagnosis komunitas dan merencanakan program pencegahan dan pengendalian TB •Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian, laporan kejadian luar biasa, laporan medikolegal serta keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenasah •Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam menyelesaikan masalah TB (jejaring pelayanan TB dan Public private mixed) 3. Materi Bahasan •Strategi DOTS dan kelima komponennya •Melakukan penapisan dan modifikasi perilaku yang diperlukan untuk promosi pencegahan TB •Pemantauan hasil pengobatan TB 4. Departemen •Pulmonologi •Interna 54 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •IKM 5. Metode Pengajaran •Kuliah •Mandiri 6. Assessment •MCQ 7. Referensi •Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan TB bagi Pengelola Program TB di Fasyankes, 2013 •Kementerian Kesehatan RI, Buku Pedoman Nasional TB, 2011 55 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA C.STRATEGI PEMBELAJARAN Kuliah Kuliah akan diberikan oleh masing-masing dosen yang berkompeten. Pada saat kuliah diharapkan terjadi pembicaraan 2 arah antara mahasiswa dan dosen. Dosen diharapkan menggunakan metode-metode perkuliahan efektif. Praktikum Pada blok ini akan dilakukan kegiatan praktikum yang bertujuan untuk memperkuat teori yang diberikan. Praktikum akan dilangsungkan di laboratorium terkait dengan waktu maksimal 3 x 50 menit/kali praktikum melalui praktek langsung maupun hanya demonstrasi. Materi praktikum yang harus diikuti mahasiswa adalah • Praktikum mikrobiologi tentang tehnik pewarnaan gram dan ZN(Modul/Panduan praktikum pewarnaan gram dan ZN) Praktek Keterampilan medis (skill lab) Praktek keterampilan meliputi komunikasi, keterampilan pemeriksaan klinik, dan keterampilan menganalisis hasil penelusuran pustaka. Praktek keterampilan ini dilakukan di laboratorium keterampilan (Skill Lab) dengan waktu maksimal 3 x 50 menit/kali praktek. Materi keterampilan yang harus dikuasai mahasiswa pada blok ini meliputi: 56 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA a.Materi 1 (keterampilan komunikasi terkait keluhan Batuk dan pemeriksaan fisik paru) (Modul Skill Lab keterampilan Komunikasi dan Pemeriksaan Fisik) b.Materi 2 (keterampilan interpretasi foto thoraks) (Modul Skill Lab interpretasi foto thoraks) c. Materi 3 (keterampilan pengambilan, transport dan pembuatan slide mikroskop sputum serta interpretasinya) (Modul Skill Lab pembuatan slide mikroskop sputum) d.Materi 4 (keterampilan edukasi pada pasien TB dan Bad news) (Modul edukasi pada pasien TB dan Bad news) Tutorial Pada blok ini akan dilakukan tutorial setiap minggu untuk membahas 1 skenario/minggu. Tutorial ditujukan untuk melatih mahasiswa menganalisa permasalahan dan membahas permasalahan tersebut berdasarkan teori-teori yang dapat diperoleh dari kuliah, buku teks, dan jurnal-jurnal ilmiah. Mahasiswa akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan 1 orang tutor/kelompok. Satu skenario akan didiskusikan dalam 2 kali tutorial/minggu. Metode yang digunakan dalam tutorial adalah seven jumps yaitu tutorial pertama untuk langkah 1-5 dan tutorial kedua untuk langkah ke 7. Di antara tutorial 1 dengan 2 ada jeda waktu yang digunakan mahasiswa untuk belajar mandiri mencari penjelasan terkait sasaran belajar yang telah ditetapkan pada tutorial pertama. 57 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Topik-topik yang bisa dijadikan kasus untuk tutorial : Topik 1: TB pada orang dewasa Topik 2: TB pada anak Topik 3: TB dengan HIV Topik 4: TB MDR Mandiri Strategi belajar penting lainnya yang digunakan pada blok ini adalah belajar mandiri. Tujuan dari belajar mandiri adalah memperdalam materi yang diberikan pada saat perkuliahan, mencari penjelasan untuk menjawab sasaran belajar yang ditetapkan pada saat tutorial, mempelajari materi-materi yang tidak diberikan pada saat perkuliahan namun terkait dengan tujuan modul serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Untuk belajar mandiri disediakan waktu 50150 menit per kegiatan dan harus benar-benar digunakan oleh mahasiswa. Belajar mandiri dapat dilakukan di perpustakaan, di ruang internet, di rumah dan tempat lain baik secara perorangan maupun kelompok. D.SISTEM PENILAIAN Bentuk ujian Ujian teori dalam bentuk ujian tulis (MCQ) sedangkan praktek keterampilan Skill lab dalam bentuk OSCE. 58 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Bentuk soal Soal ujian teori dibuat dengan tipe Multiple Choice Question (MCQ). Soal dibuat berdasarkan cetak biru yang telah ditetapkan dengan mengacu pada standar pembuatan soal (soal bentuk vignette). 59 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA BAGIAN II PANDUAN PENYUSUNAN MODUL BAGI PENDIDIKAN PROFESI 60 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Matriks Struktur Modul 61 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN DAFTAR RUJUKAN MATERI BAHASAN KOMPETENSI 1. PROFESIONALITAS YANG LUHUR Mengidentifikasi dan 1.Menerapkan prinsip menyelesaikan etika,moral dan peraturan permasalahan dalam pengendalian perundangan dalam TB secara individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari pelayanan pasien TB 2. Memecahkan nilai agama, etik moral dan permasalahan pelayan peraturan perundangan TB terkait etik moral dan x Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) x Prinsip etika kedokteran dalam pelayanan TB x Peraturan perundang-undang tentang pelayanan TB x ISTC x Hak dan kewajiban pasien TB x x x x x perundang-undangan. x x 3. Memahami hak dan kewajiban pasien TB x WHO. International Standard for Tuberculosis Care. 2009. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2011. PDPI. Tuberkolosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.2002 IDAI. Pedoman Nasional TB Anak.2005 Pamali TB IndonesiaPiagam Hak dan Kewajiban Pasien TB di Indonesia. 2010. http://[email protected] WHO, Toman’s Tuberculosis . 2004 Undang- undang Praktek Kedokteran Indonesia No 29.2004 WHO. Patient’sCharter.2013 KOMPETENSI 2. MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI Mahasiswa mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis , sosial dan budaya sendiri dalam penangan TB, melakukan rujukan bagi kasus TB, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan. x Menerapkan prinsip mawas diri dalam pengendalian TB meliputi mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri sendiri dan tanggap terhadap tantangan profesinya x Memahami kewenangan klinis dokter dalam memberikan pelayanan TB di fasilitase pelayanan kesehatan (fasyankes) primer dan mampu 62 x Kewenangan klinis dokter umum pada pengendalian TB di pelayanan primer x Standar Pelayanan Medis pengendalian TB di fasyankes x Program nasional pengendalian TB x ISTC x Jejaring pelayanan TB S is t em K es e hat an Nasional dengan penekanan pada sistem rujukan pelayanan TB di Indonesia x Epidemiologi dan statistik kedokteran x x x x x x x x Kementerian Kesehatan RI.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis,2011 WHO. International Standard for Tuberculosis Care.2009 WHO. TB Module For Medical Students. CDC.Self Study Module on TB.2008 PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan TB di Indonesia.2002 IDAI. Pedoman Nasional TB Anak.2005 Undang Undang Praktek Kedokteran RI No 29.th 2004 Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2013. PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN DAFTAR RUJUKAN MATERI BAHASAN melakukan rujukan sesuai sistem pelayanan kesehatan nasional. Kementerian Kesehatan RI.,Rencana Aksi Nasional Public Private Mix (PPM).2011-2014. Th 2011 x x Mempraktikkan belajar sepanjang hayat dalam pengembangan pengetahuan TB untuk peningkatan profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajar terkait pengembangan TB x Mengembangkan pengetahuan Baru melalui pengkajian ilmiah yang berkaitan dengan masalah TB pada individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya KOMPETENSI 3. KOMUNIKASI EFEKTIF Mahasiswa mampu melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian TB_ x Melakukan komunikasi efektif pada TB terhadap individu, keluarga, masyarakat, maupun masyarakat x Memilih dan menerapkan tehnik penyampaian informasi dan edukasi yang baik dan mudah dimengerti x Teknik komunikasi dalam bentuk dukungan psikososial pasien TB x Komunikasi efektif dalam melakukan anamnesis untuk penegakan diagnosis x Komunikasi efektif dalam penelusuran kontak x Komunikasi efektif dalam pengobatan dan kepatuhan pengobatan x Komunikasi efektif dalam pencegahan penularan TB x Komunikasi dan informasi efektif untuk memilih dan menyiapkan PMO x Komunikasi, informasi dan edukasi keluarga dan masyarakat x Komunikasi dengan petugas di x x x x x x Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional.2011 WHO-Stop TB Partnership. Advocacy, Communication and Social Mobilization (ACSM) for Tuberculosis Control: A Handbook for Country Programmes..2007 International Training in Tuberculosis Control, The Reseach Institute of Tuberculosis (RIT), Tokyo, Japan.Module 1 (Hand out) Introduction to Advocacy, Communication & Social Mobilisation.2005 Effendy, Uchyana, O.,Komunikasi, Teori dan Praktek.2005 Hogan,K.,The Art of Communication, pengalih Bahasa Meidia Kusumawati, Mengungkap Rahasia 63 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN DAFTAR RUJUKAN MATERI BAHASAN fasilitas layanan kesehatan Berkomunikasi, PT Buana Ilmu Populer.2005 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Promosi Pengendalian Tuberkulosis. 1999/2000 Kraig, K.,Generating Politically Influential Media Coverage In The Global TB Epidemic 2008 x x Kompetensi 4. Pengelolaan Informasi Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran. x Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan terkini untuk berbagai tujuan seperti meningkatkan mutu pelayanan TB dan belajar sepanjang hayat. x Melakukan diseminasi informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan x Perencanaan, monitoring dan evaluasi program pengendalian TB di rumah sakit dan puskesmas x Perencanaan, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan TB (termasuk imunisasi) dalam berbagai tingkat pelayanan x Metode riset dan aplikasi statistik yang terkait dengan TB x Pencatatan dan pelaporan (termasuk rekam medis) sesuai format pencatatan dan pelaporan TB nasional x Tulisan dan presentasi ilmiah x Tinjauan kritis literatur mengenai TB x x x x x x x x x 64 Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional. 2011 Kementerian Kesehatan RI. Pemantauan Wilayah Setempat KIA-KB. WHO SEARO. Health Program Evaluation. Detels, R., Beaglehole, R., Lansang, M A., Gulliford M.,Text book of Publict Health 5eds. Oxford University. 2011. Glasziou,P.,Evidence Based Practice, Using Research in Practice. Centre for Evidence Based Medicine. University of Oxford. 2005. Sastroasmoro S. Evidence Based Medicine. University of Indonesia. EBM Course. February. 2005 Tridjaja B. Developing Answerable Clinical Questions. University of Indonesia. EBM Course. February 2005. Glasziou, P.,Vandenbroucke, J.,Chalmers.I.,Education and debate. Assessing the quality of research. Inflexible use of evidence hierarchies confuses practitioners and irritates researchers. So how can we improve the way weassess research?.BMJ:328 ( 3) JANUARY 2004.http://www. bmj.com PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DAFTAR RUJUKAN Kompetensi 5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pengendalian TB secara holistik dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum x Menerapkan ilmu kedokteran dasar dan klinisyang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan masalah TB, di individu, keluarga dan masyarakat x Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah TB di komunitas berdasarkan dasar epidemiologi, statistik dan ilmu kesehatan masyarakat x Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsipprinsip ilmu kedokteran dasar dan klinis tentang TB x Menerapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik TB yang berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan x Menerapkan ilmu humaniora, kesehatan masyarakat, kedokteran komunitas dan kedokteran keluarga pada pengelolaan masalah TB secara holistik dan komprehensif tentang TB x Intepretasi temuan klinis TB berdasarkan perdekatan patofisiologi, mikrobiologi dan farmakologi x Pemilihan paduan dan strategi pengobatan TB berdasarkan pendekatanpatofisiologi, mikrobiologi dan farmakologi x Tindakan pencegahan TB pada individu dan masyarakat berdasarkan pendekatan patofisiologi, mikrobiologi, farmakologi dan ilmu kesehatan masyarakat/kedokteran komunitas. x Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.2011 x WHO. International standard for Tuberculosis care.2009 x WHO. TB Module For Medical Students.2009 x Majelis. Kehormatan Etik IDI. Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI) dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2002 x Kementerian Kesehatan RI.Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 364/MENKES/SK/V/2009 tentang pedoman penanggulanan Tuberkulosis (TB) tanggal 13 Mei 2009 x WHO. Guidelines for workplace TB control activities, the contribution of workplace TB control activities to TB control in the community. 2003 x Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Manajerial Pelayanan TB di Rumah Sakit.2010 x Kemenkes. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 2011 x Undang-undang Praktek Kedokteran RI. No 29 th 2004 x Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2013. x Public Health Leadership Society. Public health ethics, Principles of the Ethical Practice of Public Health version 2.2. 2002. x Detels,R., Beaglehole,R., Lansang, M.A,GullifordM.,.Text book of Publict Health 5eds. Oxford University. 2011. x Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Manajerial TB HIV.2012 65 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DAFTAR RUJUKAN Manajemen TB dewasa Manajemen TB anak Manajemen TB HIV Manajemen TB pada kondisi khusus x Manajemen TB dewasa x Manajemen awal komplikasi TB x Tatalaksana awal efek samping pengobatan TB x Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkolosis.2011 x IDAI. Pedoman Nasional TB Anak.2005 x PDPI. Tuberkulosis,Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2002 x WHO. International Standard of Tuberculosis Care.2009 x WHO. Toman’s Tuberculosis Case Detection, Treatment, And Monitoring. Questions and Answers.2005 x WHO, TB for Medical Students.2009 Kompetensi 6. Keterampilan Klinis Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah TB dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain 66 x Melakukan anamnesis / alloanamnesis secara sistematis pada pasien TB anak dan dewasa x Melakukan pemeriksaan fisis secara sistematik pada anak dan dewasa x Menentukan diagnosis TB anak menggunakan Sistem Skoring diagnosis TB anak x Merencanankan pemeriksaan penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis TB paru dan ekstra paru pada penderita anak dan dewasa x Melakukan prosedur tatalaksana TB sesuai program pengendalian TB nasional yang mengacu padaStandar Kompetensi Dokter Indonesia, yang berlaku pada anak dan dewasa x Menentukan paduan terapi TB serta menuliskan resep terkait dengan pengobatan pasien TB anak dan dewasa x Mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk pasien TB -HIV x x x x PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DAFTAR RUJUKAN x Mengidentifikasi, dan merujuk pasien suspek TB MDR x Mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk pasien TB pada kondisi khusus x Menatalaksana kedaruratan TB dengan memperhatikan keselamatan pasien. x Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. x Melakukan pencatatan pelaporan dan monitoring serta evaluasi pengobatan TB sesuai program nasional x Mengidentifikasi dan menatalaksana TB dengan efek simpang OAT x Melakukan universal precaution untuk pengendalian dan pencegahan TB x Memilih dan menyiapkan PMO x Melakukan penelusuran kontakdan evaluasi lanjutan penanganan pasien TB x Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian, laporan medisolegal serta keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenasah x Pemilihan dan penerapan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti (evidencebased medicine). 67 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN DAFTAR RUJUKAN x Pengelolaan masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan tingkat kewenangannya (lihat lampiran Daftar Materi Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien x Instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca x Pembuatan resep TB secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca. x Identifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan tepat. Kompetensi 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer. 68 x Melaksanakan promosi pengendalian TB pada individu, keluarga maupun masyarakat x Melakukan deteksi dini TB pada individu, keluarga dan masyarakat a. Promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat Identifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya. Perencanakan dan pelaksanaan x Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan TB bagi Pengelola Program TB di Fasyankes, 2013 x Kementerian Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB, 2011 x Detels, R., Beaglehole,R., Lansang,M.A.,GullifordM.,Text book of Publict Health 5eds. Oxford University. 2011. x WHO-Stop TB Partnership. Advocacy, Communication and Social Mobilization (ACSM) for Tuberculosis Control: A Handbook for Country Programmes..2007 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN x Melakukan diagnosis komunitas dan merencanakan program pencegahan dan pengendalian TB x Mengelola sumber daya secara efektif, efiseien dan berkesinambungan dalam menyelesaikan masalah TB (jejaring pelayanan TB dan Public Private Mixed) MATERI BAHASAN pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. DAFTAR RUJUKAN x Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. b. Pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat Pencegahan timbulnya masalah kesehatan Kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah dan memperlambat timbulnya penyakit Pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya komplikasi penyakit dan atau kecacatan c. Penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat Interpretasi data kesehatan keluarga dan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan Prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat. Rehabilitasi medis dasar dan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga dan masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan dokter keluarga secara komprehensif, holistik dan berkesinambungan dalam mengelola masalah kesehatan. Tatalaksana pada keadaan 69 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA AREA DAN KOMPETENSI INTI SASARAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASAN wabah dan bencana mulai dari identifikasi masalah hingga rehabilitasi komunitas d. Pemberdayaan dan kolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan Pemberdayaan dan kolaborasi dengan individu dan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan aktual yang terjadi serta mengatasinya bersama-sama. Kerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam mengatasi masalah kesehatan e. Pengelolaan sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana secara efektif dan efisien. Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan 70 DAFTAR RUJUKAN PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Struktur Modul A. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Mampu mengendalikan permasalahan TB pada level individu dan masyarakat, secara komprehentif dan holistik, sesuai dengan Program Nasional Pengendalian TB di Indonesiadengan ISTC dan Strategi DOTS 2. Tujuan Instruksional Khusus Kompetensi 1: •Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan etika dalam pengendalian TB secara individual, masyarakat maupun pihak terkait. Kompetensi 2: •Mahasiswa mampu melakukan pengendalian TB dan melakukan rujukan bagi kasus TB, sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia yang berlaku. 71 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Kompetensi 3: •Mahasiswa mampu melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada level individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian TB. Kompetensi 4: •Mahasiswa mampu memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah dari data di lapangan, untuk melakukan pengendalian TB. Kompetensi 5: •Mahasiswa mampu menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam pengendalian TB. Kompetensi 6: •Mahasiswa mampu menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, transmisi dan patogenesis TB. •Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis TB paru dan ekstra paru pada pasien dewasa dan anak •Mahasiswa mampu melakukan prosedur tatalaksana TB sesuai Program Pengendalian TB 72 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Nasional sesuai standar kompetensi dokter Indonesia, yang meliputi: –Menentukan paduan terapi TB –Monitoring dan evaluasi pengobatan dan efek samping –Pencatatan dan pelaporan –TB pada kondisi khusus –TB HIV –Kedaruratan dan keselamatan pasien •Mahasiswa mampu mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk TB MDR •Mahasiswa mampu melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Kompetensi 7: •Mahasiswa melakukan penelusuran kontak, imunisasi dan pemberian profilaksis. •Mampu mengidentifikasi faktor risiko penularan TB di masyarakat untuk promosi kesehatan. B. PENJABARAN KOMPETENSI Kompetensi 1. Profesionalitas Yang Luhur 1. Area dan Kompetensi Inti •Mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan, dalam pengendalian TB secara 73 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik moral dan peraturan perundangan. 2. Sasaran Pembelajaran •Menerapkan prinsip etika,moral dan peraturan perundangan dalam pelayanan pasien TB •Memecahkan permasalahan pelayan TB terkait etik moral dan perundangan yang berlaku. •Memahami hak dan kewajiban pasien TB 3. Materi Bahasan: •Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) •Prinsip etika kedokteran dalam pelayanan TB •Peraturan perundang undang tentang pelayanan TB •ISTC •Hak dan kewajiban pasien TB 4. Daftar Rujukan •WHO. International Standard for Tuberculosis Care. 2009. •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2011. •PDPI. Tuberkolosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.2002 •IDAI. Pedoman Nasional TB Anak.2005 74 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Pamali TB Indonesia Piagam Hak dan Kewajiban Pasien TB di Indonesia. 2010. http://[email protected] •WHO, Toman’s Tuberculosis . 2004 •Undang- undang Praktek Kedokteran Indonesia No 29.2004 •WHO. Patient’sCharter.2013 Kompetensi 2. Mawas diri dan Pengembangan diri 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya sendiri dalam penanganan TB, melakukan rujukan bagi kasus TB, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan. 2. Sasaran Pembelajaran •Menerapkanprinsip mawas diri dalam pengendalian TB meliputi mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri sendiri dan tanggap terhadap tantangan profesinya •Memahami kewenangan klinis dokter dalam memberikan pelayanan TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) primer dan mampu melakukan rujukan sesuai sistem pelayanan kesehatan nasional. •Mempraktikkan belajar sepanjang hayat dalam pengembangan pengetahuan TB 75 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA untuk peningkatan profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajar terkait pengembangan TB •Mengembangkan pengetahuan baru melalui pengkajian ilmiah yang berkaitan dengan masalah TB pada individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya 3. Materi Bahasan •Kewenangan klinis dokter umum pada pengendalian TB di pelayanan primer •Standar Pelayanan Medis pengendalian TB di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) primer •Program nasional pengendalian Tuberkulosis Kementerian Kesehatan RI. •ISTC •Jejaring pelayanan TB •Sistem Kesehatan Nasional dengan penekanan pada sistem rujukan pelayanan TB di Indonesia •Epidemiologi dan statistik kedokteran 4. Daftar Rujukan •Kementerian Kesehatan RI.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis,2011 •WHO. International Standard for Tuberculosis Care.2009 •WHO. TB Module For Medical Students. 76 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •CDC. Self Study Module on TB.2008 •PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan TB di Indonesia.2002 •IDAI. Pedoman Nasional TB Anak. 2005 •Undang Undang Praktek Kedokteran RI No 29.th 2004 •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2013. •Kementerian Kesehatan RI.,Rencana Aksi Nasional Public Private Mix (PPM).2011-2014. Th 2011 Kompetensi 3. Komunikasi Efektif 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian TB. 2. Sasaran Pembelajaran •Melakukan komunikasi efektif pada TB terhadap individu, keluarga, masyarakat, maupun masyarakat •Memilih dan menerapkan tehnik penyampaian informasi dan edukasi yang baik dan mudah dimengerti 77 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA 3. Materi Bahasan •Teknik komunikasi dalam bentuk dukungan psikososial pasien TB •Komunikasi efektif dalam melakukan anamnesis untuk penegakan diagnosis •Komunikasi efektif dalam penelusuran kontak •Komunikasi efektif dalam pengobatan dan kepatuhan pengobatan •Komunikasi efektif dalam pencegahan penularan TB •Komunikasi dan informasi efektif untuk memilih dan menyiapkan PMO •Komunikasi, informasi dan edukasi keluarga dan masyarakat •Komunikasi dengan petugas di fasilitas layanan kesehatan 4. Daftar Rujukan •Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional.2011 •WHO-Stop TB Partnership. Advocacy, Communication and Social Mobilization (ACSM) for Tuberculosis Control: A Handbook for Country Programmes. 2007 •International Training in Tuberculosis Control, The Reseach Institute of Tuberculosis (RIT), Tokyo, Japan.Module 1 (Hand out) Introduction to Advocacy, Communication & Social Mobilisation.2005 •Effendy, Uchyana, O.,Komunikasi, Teori dan Praktek.2005 78 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Hogan,K.,The Art of Communication, pengalih Bahasa Meidia Kusumawati, Mengungkap Rahasia Berkomunikasi, PT Buana Ilmu Populer.2005 •Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Promosi Pengendalian Tuberkulosis. 1999/2000 •Kraig, K.,Generating Politically Influential Media Coverage In The Global TB Epidemic 2008 Kompetensi 4. Pengelolaan Informasi 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran. 2. Sasaran Pembelajaran •Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan terkini untuk berbagai tujuan seperti meningkatkan mutu pelayanan TB dan belajar sepanjang hayat. •Melakukan diseminasi informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan 3. Materi Bahasan •Perencanaan, monitoring dan evaluasi program pengendalian TB di rumah sakit dan puskesmas 79 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Perencanaan, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan TB (termasuk imunisasi) dalam berbagai tingkat pelayanan •Metode riset dan aplikasi statistik yang terkait dengan TB •Pencatatan dan pelaporan (termasuk rekam medis) sesuai format pencatatan dan pelaporan TB nasional •Tulisan dan presentasi ilmiah •Tinjauan kritis literatur mengenai TB 4. Daftar Rujukan •Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian TB Nasional. 2011 •Kementerian Kesehatan RI. Pemantauan Wilayah Setempat KIA-KB. •WHO SEARO. Health Program Evaluation. •Detels, R., Beaglehole, R., Lansang, M A., Gulliford M.,Text book of Publict Health 5eds. Oxford University. 2011. •Glasziou,P.,Evidence Based Practice, Using Research in Practice. Centre for Evidence Based Medicine. University of Oxford. 2005. •Sastroasmoro S. Evidence Based Medicine. University of Indonesia. EBM Course. February. 2005 80 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Tridjaja B. Developing Answerable Clinical Questions. University of Indonesia. EBM Course. February 2005. •Glasziou, P.,Vandenbroucke, J.,Chalmers.I.,Education and debate. Assessing the quality of research. Inflexible use of evidence hierarchies confuses practitioners and irritates researchers. So how can we improve the way weassess research?.BMJ:328 ( 3) JANUARY 2004.http://www. bmj.com Kompetensi 5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 1. Kompetensi Inti •Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pengendalian TB secara holistik dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimum 2.Sasaran pembelajaran •Menerapkan ilmu kedokteran dasar dan klinisyang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan masalah TB, di individu, keluarga dan masyarakat •Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah TB di komunitas berdasarkan dasar epidemiologi, statistik dan ilmu kesehatan masyarakat •Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu kedokteran 81 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA dasar dan klinis tentang TB •Menerapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik TB yang berhubungan dengan kepentingan hukum dan peradilan •Menerapkan ilmu humaniora, kesehatan masyarakat, kedokteran komunitas dan kedokteran keluarga pada pengelolaan masalah TB secara holistik dan komprehensif tentang TB 3. Materi Bahasan •Intepretasi temuan klinis TB berdasarkan perdekatan patofisiologi, mikrobiologi dan farmakologi •Pemilihan paduan dan strategi pengobatan TB berdasarkan pendekatanpatofisiologi, mikrobiologi dan farmakologi •Tindakan pencegahan TB pada individu dan masyarakat berdasarkan pendekatan patofisiologi, mikrobiologi, farmakologi dan ilmu kesehatan masyarakat/kedokteran komunitas. 4. Daftar Rujukan •Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.2011 •WHO. International standard for Tuberculosis care.2009 •WHO. TB Module For Medical Students.2009 82 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Majelis. Kehormatan Etik IDI. Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI) dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2002 •Kementerian Kesehatan RI.Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 364/MENKES/SK/V/2009 tentang pedoman penanggulanan Tuberkulosis (TB) tanggal 13 Mei 2009 •WHO. Guidelines for workplace TB control activities, the contribution of workplace TB control activities to TB control in the community. 2003 •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Manajerial Pelayanan TB di Rumah Sakit.2010 •Kemenkes. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 2011 •Undang-undang Praktek Kedokteran RI. No 29 th 2004 •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2013. •Public Health Leadership Society. Public health ethics, Principles of the Ethical Practice of Public Health version 2.2. 2002. • Detels,R., Beaglehole,R., Lansang, M.A,GullifordM.,.Text book of Publict Health 5eds. Oxford University. 2011. •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Manajerial TB HIV.2012 83 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Kompetensi 6.Keterampilan Klinis 1. Area dan kompetensi inti Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah TB dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain 2. Sasaran Pembelajaran •Melakukan anamnesis / alloanamnesis secara sistematis pada pasien TB anak dan dewasa •Melakukan pemeriksaan fisis secara sistematik pada anak dan dewasa •Menentukan diagnosis TB anak menggunakan Sistem Skoring diagnosis TB anak •Merencanankan pemeriksaan penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis TB paru dan ekstra paru pada penderita anak dan dewasa •Melakukan prosedur tatalaksana TB sesuai program pengendalian TB nasional yang mengacu padaStandar Kompetensi Dokter Indonesia, yang berlaku pada anak dan dewasa •Menentukan paduan terapi TB serta menuliskan resep terkait dengan pengobatan pasien TB anak dan dewasa •Mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk pasien TB -HIV •Mengidentifikasi, dan merujuk pasien suspek TB MDR •Mengidentifikasi, mendiagnosis dan merujuk pasien TB pada kondisi khusus •Menatalaksana kedaruratan TB dengan memperhatikan keselamatan pasien. •Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. 84 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Melakukan pencatatan pelaporan dan monitoring serta evaluasi pengobatan TB sesuai program nasional •Mengidentifikasi dan menatalaksana TB dengan efek simpang OAT •Melakukan universal precaution untuk pengendalian dan pencegahan TB •Memilih dan menyiapkan PMO •Melakukan penelusuran kontakdan evaluasi lanjutan penanganan pasien TB •Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian, laporan medisolegal serta keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenasah •Pemilihan dan penerapan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti (evidence-based medicine). •Pengelolaan masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan tingkat kewenangannya (lihat lampiran Daftar Materi Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien •Instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca •Pembuatan resep TB secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca. •Identifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan tepat. 85 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA 3.Materi Bahasan •Manajemen TB dewasa •Manajemen TB anak •Manajemen TB HIV •Manajemen TB pada kondisi khusus •Manajemen TB dewasa •Manajemen awal komplikasi TB •Tatalaksana awal efek samping pengobatan TB 4. Daftar Rujukan •Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkolosis.2011 •IDAI. Pedoman Nasional TB Anak.2005 •PDPI. Tuberkulosis,Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2002 •WHO. International Standard of Tuberculosis Care.2009 •WHO. Toman’s Tuberculosis Case Detection, Treatment, And Monitoring. Questions and Answers.2005 •WHO, TB for Medical Students.2009 86 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Kompetensi 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan 1. Kompetensi Inti Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer. 2. Sasaran Pembelajaran •Melaksanakan promosi pengendalian TB pada individu, keluarga maupun masyarakat •Melakukan deteksi dini TB pada individu, keluarga dan masyarakat •Melakukan diagnosis komunitas dan merencanakan program pencegahan dan pengendalian TB •Mengelola sumber daya secara efektif, efiseien dan berkesinambungan dalam menyelesaikan masalah TB (jejaring pelayanan TB dan Public Private Mixed) 3. Materi Bahasan a. Promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat Identifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya. 87 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Perencanakan dan pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. b. Pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat Pencegahan timbulnya masalah kesehatan Kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah dan memperlambat timbulnya penyakit Pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya komplikasi penyakit dan atau kecacatan c. Penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat Interpretasi data kesehatan keluarga dan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan Prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat. Rehabilitasi medis dasar dan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga dan masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan dokter keluarga secara komprehensif, holistik dan berkesinambungan dalam mengelola masalah kesehatan. Tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari identifikasi masalah hingga rehabilitasi komunitas d.Pemberdayaan dan kolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan 88 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Pemberdayaan dan kolaborasi dengan individu dan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan aktual yang terjadi serta mengatasinya bersama-sama. Kerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam mengatasi masalah kesehatan e.Pengelolaan sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana secara efektif dan efisien. Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan 4. Daftar Rujukan •Kementerian Kesehatan RI, Modul Pelatihan TB bagi Pengelola Program TB di Fasyankes, 2013 •Kementerian Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB, 2011 •Detels, R., Beaglehole,R., Lansang,M.A.,GullifordM.,Text book of Publict Health 5eds. Oxford University. 2011. •WHO-Stop TB Partnership. Advocacy, Communication and Social Mobilization (ACSM) for Tuberculosis Control: A Handbook for Country Programmes..2007 89 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA •Kementerian Kesehatan RI. Modul Pelatihan TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasyankes.2013. C.STRATEGI PEMBELAJARAN Metode Pembelajaran Proses pembelajaran TB di tingkat profesi kedokteran dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran dengan menekankan pada aspek praktek klinis • Bed site teaching • Kerja mandiri di poli/ruangan • Praktek kerja lapangan (misalnya penyuluhan kelompok di masyarakat) o Pembuatan rekam medis o Penyuluhan o Pencatatan dan pelapor • Perceptor /tutorial • Seminar • Studi kasus • Tinjauan pustaka • Journal reading 90 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA • Kuliah pakar • Role play Metode pembelajaran ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri atau kombinasi.Pemilihan metode pembelajaran juga dapat disesuaikan dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang tersedia di masing-masing fakultas. Alokasi Waktu Level pencapaian kompetensi untuk TB, dalam SKDI 2012, secara umum berada pada level 4.Oleh karena itu alokasi waktu untuk metode pembelajaran yang paling memfasilitasi kemampuan dalam level 4, harus diutamakan.Hal ini diserahkan kembali kepada fakultas agar dapat disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia. Contoh: metode pembelajaran dan alokasi waktu untuk mencapai area kompetensi 3 (komunikasi efektif) di Fakultas KedokteranA , di departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut: • Tutorial teori dan tehnik komunikasi : 4-6 jam • Role play dan response : 4-6 jam • Kerja Mandiri di Poli dan ruang rawat puskesmas: selama pelayanan di rumah sakit maupun puskesmas • Penyuluhan kelompok masyarakat : 2-6 jam 91 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA Departemen • Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi • Ilmu Penyakit dalam • Ilmu Kesehatan Anak • Mikrobiologi • Patologi klinik • Radiologi • Ilmu Kedokteran Komunitas/Kesehatan Masyarakat • Neurologi • Bedah • Obsterti and ginekologi • Psikiatri • Farmakologi dan Farmasi • Ilmu Penyakit THT • Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin • Ilmu Penyakit Mata • Kardiologi dan Vaskuler • Farmakologi • Farmasi • Gizi 92 PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL TUBERKULOSIS UNTUK PENDIDIKAN DOKTER \DI INDONESIA • Medikolegal/Forensik • Patologi Klinik Sarana Penunjang • Poli klinik dan ruang rawat rumah sakit dan puskesmas/balai kesehatan masyarakat (yang menggunakan Strategi DOTS) • Ruang diskusi dan seminar • Audio visual aid • Rekam medis mahasiswa Assessment • MCQ • Mini CEx • Long case • OSCE • Porto folio • DOPS • Daftar tilik 93