Nah. 1:15;2:2;3:1-3,6-7 Jumat, 8 Agustus 2014 Mat. 16:24-28 ----------------------------Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikatmalaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya." Renungan Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Memang benar apa gunanya kita memperoleh seluruh dunia yang berarti memperoleh harta kekayaan, kepopuleran, kedudukan, kekuasaan, martabat dan hal-hal duniawi lainnya bila kita tidak memperoleh kebahagiaan abadi di sorga? Yang duniawi hanya sementara saja. Waktunya tidak lama. Sedangkan hidup setelah kematian jasmani abadi sifatnya. Haruskah kita mengalahkan kehidupan abadi untuk kehidupan duniawi yang sesaat saja? Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, pengakuan akan hak milik menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan kita. Maka ketika memiliki tanah kita perlu mencatatkan di dinas pertanahan agar kita memiliki sertifikat. Sepeda motor atau mobil perlu disertai dengan BPKB. Bahkan penemuan-penemuan yang kita lakukan pun perlu di hak patenkan. Manakala bukti hukum kepemilikan yang sah sudah kita miliki, maka kita menjadi tenang. Kesadaran bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Allah sangatlah penting. Injil hari ini mengatakan, Tuhanlah pemilik semuanya, juga nyawa kita. Segala sesuatu yang kita punya datangnya dari Tuhan; kita hanya mengelola, dan seharusnya menggunakan dengan bijaksana. Hal ini nampak jelas dari ungkapan yang Yesus sabdakan, “Barang siapa mau menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Yesus setia dan taat sampai mati untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa, maka Ia memperolehnya kembali. Dengan demikian kalau kita ingin memperoleh hidup, maka kita pun harus mengikuti Yesus. Syarat mengikuti Dia adalah selalu bersatu dengan-Nya. Ditandai dengan menyangkal diri, sehati, sepikir dengan-Nya untuk keselamatan sesama manusia. Orientasi Yesus adalah keselamatan umat manusia. Dengan demikian kita diminta untuk berani mengalami penderitaan dan kesulitan hidup sebagaimana yang dialami Yesus. Kita mesti berani berkorban untuk keselamatan orang lain. Disinilah makna kemuridan kita akan diuji dan terus diasah. Baik kalau kita belajar dari teladan Ibu Magdalena Daemen. Wejangan Ibu Magdalena Daemen: Cinta Sejati ikut merasakan kebahagiaan dan kemalangan orang lain. Orang yang dijiwai oleh kasih sayang ini bergembira atas kebaikan yang ia lakukan dan berdoa bagi kesejahteraan sesama, baik rohani maupun jasmani mereka. Hab 1: 12-24 Sabtu, 9 Agustus 2014 Mat. 17: 14-20 -------------------Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya, “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” Maka kata Yesus, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus sabar terhadapa kamu? Bawalah anak itu kemari!” Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga. Kemudian muridmurid yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, “mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?” Ia berkata kepada mereka, “karena kamu kurang percaya. Sebab aku berkata kepadamu, sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: pindah dari tempat ini ke sana,--maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Renungan “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” Hardikan Yesus ini kiranya juga ditujukan kepada kita saat ini. Seringkali kita tidak yakin dengan kuasa Yesus yang sanggup melakukan segalanya. Tidak jarang kita meragukan kuasa Yesus yang memang sangat besar. Dan bahkan kita juga terlalu sering berkata “Ah itu mustahil.” Hal-hal seperti itu yang menghambat karya penyelamatan Tuhan dalam kehidupan umat manusia. Kita perlu menyadari dan menyakini bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tuhan sanggup melakukan segala perkara, baik yang besar maupun yang kecil, Tuhan sanggup menyelesaikan segala persoalan yang kita alami. Kita harus belajar lebih yakin kepada kuasa dan kebesaran Tuhan. Kita tentu tidak ingin kalau berkat bagi kita akan terhambat karena kurangnya keyakinan kita. Tidak jarang kita kurang teguh, kita kurang percaya. Kuasa Tuhan sangat besar, melebihi kuasa roh-roh jahat. Padahal dunia kita sekarang ini dipenuhi banyak roh jahat yang bergentayangan di sekitar kita. Mereka sangat cerdik. Tidak jarang ini menumpang ataupun menyusup dalam hal-hal yang sebenarnya baik. Dunia internet misalnya. Para pelajar, juga kita semua dapat belajar banyak hal. Kepada Eyang Google dan Tante Yahoo kita dapat bertanya apa saja. Dunia pengetahuan terbuka lebar di sana. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran dunia maya ini dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Hanya saja roh jahat pun ikut nimbrung. Banyak situs-situs yang justru dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiawian kita. Secara sistematis nilai-nilai kasih, patuh dan hormat kepada guru atau kepada orang tua, etika profesi juga ikut dijungkir balikan, dihancurkan. Dengan demikian dalam menghadapi dunia yang semacam ini, kita membutuhkan sensor yang akan selalu mengingatkan kita untuk dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk hidup kita. Sensor itu adalah iman yang teguh. Iman yang teguh hanya dapat dibangun lewat kehidupan doa yang selalu dikembangkan. Marilah kita merubah keragu-raguan kita terhadap Tuhan dengan keyakinan yang penuh. Agar karya penyelamatan Tuhan dalam hidup kita semakin nyata. Karya penyelamatan Tuhan tidak akan terhambat lagi oleh keragu-raguan yang timbul dari hati kita. Marilah Berdoa : “Tuhan, berikanlah kepada kami keyakinan yang teguh atas kuasaMU, dengan terang Roh Kudus MU iman dan keyakinan kami akan semakin teguh, Amin.” Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok Why. 11:19a Luk. 1:39-56 ----------------- Minggu , 10 Agustus 2014 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan menceraiberaikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. Renungan Ada suatu kisah yang layak kita renungkan bersama, Seorang pemuda tersesat di sebuah hutan dan terpisah dari rombongannya. Pada waktu berjalan, ia terperosok ke jurang yang sangat terjal. Beruntung ia masih sempat memegang sebuah akar pohon yang sangat besar. Hari mulai gelap, pemuda itu lalu berdoa, “Tuhan kirimkan malaikat untuk menolong saya.” Sayangnya, yang muncul bukan malaikat melainkan Roh Kudus yang berbicara dalam hatinya; “Beriman dan berserahlah, lepaskan peganganmu.” Akan tetapi ia berpikir tidak mau mati konyol, maka ia tetap bergantung pada akar pohon itu dan tidak melepaskan pegangannya hingga matahari terbit. Ketika hari sudah terang, ia bisa melihat ke atas, dan ia sangat bersyukur kepada Tuhan..., ratusan meter jauhnya! Kemudian ia melihat ke bawah, ia lebih terkejut lagi. Ternyata, jarak kakinya dengan tanah kurang lebih hanya 50 cm. Dari cerita di atas kita dapat menangkap suatu pesan, betapa pentingnya belajar beriman; artinya berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala keadaan dan situasi hidup kita. Seringkali dalam keadaan sedih, gundah atau susah kita memberondong Tuhan dengan permohonan, dan berharap supaya segera dikabulkan. Tidak jarang karena terpaku dengan permohonan kita maka kita tidak mengetahui bahwa Tuhan telah memberikan pertolongan dalam bentuk lain yang lebih baik. Belajar dari Ibu Maria, Ibu Yesus dan Bunda Gereja; beriman memang merupakan suatu proses. Namun kiranya tidak terlalu lama jika kita belajar taat, tetap bertekun dan setia dengan keterbukaan hati. Maria sudah mengambil bagian yang tepat dalam hal ini. Ia berdoa dan rajin bekerja mengambil peran sebagai Ibu Penebus, sebagai bentuk persembahan hidupnya kepada Allah. Oleh karena itu, Maria dapat mengungkapkan rasa syukurnya dalam madah pujian kepada Allah. Marilah kita belajar dari padanya. Tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau berusaha. Pesan Ibu Magdalena : BERSYUKUR adalah persembahan paling jitu, karena dengan demikian kita mengakui KETERGANTUNGAN KITA KEPADA KEBAIKAN DAN KERAHIMAN ALLAH. Yeh. 1:2-5;24-2:1 Mat 17:22-27 Senin, 11 Agustus 2014. Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga." Renungan Membaca dan merenungkan Injil hari ini, kita diingatkan makna mendalam akan kehadiran Yesus di dunia. Teristimewa dalam hidup kita secara pribadi. Sebagai pengikut, murid atau rasul Yesus kita diingatkan bahwa kita tidak lepas dari salib. Pada dasarnya salib dapat dimaknai berbeda oleh setiap orang, termasuk bagaimana cara memanggulnya. Ada yang memanggulnya dengan tenang,dan ringanlah salib yang panggulnya. Tetapi ada juga yang memanggul dengan penolakan dan amarah. Akibatnya salib yang dipanggulnya semakin terasa berat.Satu hal yang pasti, bahwa apa yang harus kita tanggung dalam hidup ini tidak akan melebihi batas kemampuan kita. Tuhan sungguh mengerti dan mengenal kita masing-masing. Sekarang tinggal kita sendiri. Sudah sungguh terbukakah hati kita akan kehadiran, pemeliharaan dan penyelenggaraan kasihNya? Dunia yang kita diami ini menawarkan aneka kesenangan dan kenyamanan yang bisa diperoleh secara instan. Hal ini seolah-olah mengabaikan nilai dari kerja keras dan jerih payah. Mental enak, cari gampang, lekas putus asa, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diingini, korupsi, merampok, mencuri semakin menjadi-jadi. Dalam injil tadi Yesus tidak langsung saja memberikan empat dirham kepada Petrus agar membayar pajak bagi mereka, padahal Yesus dengan kuasa Ilahi-Nya bisa melakukan itu secara ajaib. Yesus tetap menghargai nilai usaha, proses manusia dan jerih payah untuk mendapatkan hasil, sehingga ia menyuruh Petrus memancing ikan sebagaimana pekerjaannya sebagai nelayan. Tuhan akan menyempurnakannya dengan berkat yang tak terduga empat dirham pun didapat dari sana. Hanya dengan kuasaa Allah sajalah kita mampu melakukan itu. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menghargai proses, usaha keras dan pekerjaan harian kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan? Ataukah bermental enak, lekas menyerah dan suka mencari jalan pintas yang tidak kristiani dan tidak ilahi sifatnya? Marilah berdoa: Tuhan, berikanlah aku kekuatan agar mampu menanggung penderitaan dalam mengikuti Engkau dan dalam menjalani hidup di dunia ini. Amin. Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok Yeh 2:8 - 3:4 Selasa, 12 Agustus 2014 Mat 18:1-5,10,12-14 ------------------------Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." Renungan Apa sih yang paling menonjol dari sikap seorang anak? Benar kepolosan dan ketulusannya.Apa yang dilakukan, apa yang dikatakan seorang anak, itulah yang ada dihatinya. Sikap yang keluar dari hati yang tulus pastilah akan menyentuh dan sangat mengesan. Sikap seorang anak juga menunjukkan keterbukaan hatinya untuk kehadiran orang yang lebih dewasa. Ia sadar bahwa ia memerlukan kehadiran orang lain untuk hidupnya. Ia tidak dapat mengandalkan kemampuannya sendiri. Maka Yesus menunjuk anak kecil sebagai yang empunya Kerajaan Surga. Suster, ibu, bapak, dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, pada jaman sekarang ini, ukuran Apakah yang biasanya dipakai unutk menilai kebesaran atau kehormatan seseorang? Pada umumnya kehormatan atau kebesaran seseorang diukur dari jabatannya. Sebab jabatan menunjukkan kekuasaan yang dimilikinya. Maka tidak heran kalau orang getol unutk meraih jabatan yang akan menaikkan gengsinya. Tidak jarang jabatan itu dicapai dengan berbagai cara yang kadang menghancurkan kehidupan sesamanya atau bahkan dirinya sendiri. Yesus mengajarkan nilai-nilai universal tentang bagaimana menjadi orang “besar”. Bukan dengan kekuasaan atau jabatannya, melainkan dengan melayani tanpa pamrih, sikap mau mendengarkan orang lain dan menyadari diri sebagai orang berdosa. Seperti seorang anak kecil yang rendah hati, yang hatinya terbuka pada kasih dan kebaikan Tuhan dan sesamanya. Orangorang seperti inilah, menurut Yesus, akan memiliki Kerajaan Allah. Sebaliknya, orang-orang yang sombong, bermental boss, merasa diri hebat karena posisi atau jabatannya, yang tidak menyadari kesalahan dan dosanya tetapi suka mengungkit-ungkit kelemahan orang lain, suka mencari kambing hitam dan mencari-cari kesalahan orang lain, adalah tipe dasar orang yang tidak akan memiliki Kerajaan Allah. Semoga kita bisa menjadi seperti anak kecil dengan sikap rendah hati dan mau terbuka untuk saling berbagi kasih kepada yang lain. Marilah berdoa :Tuhan Yesus, semoga aku diberi rahmat seperti anak kecil, memiliki kerendahan hati, mau mendengarkan orang lain, dan setia melayani sesama. Amin. Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok Yeh. 9:1-7;10:18-22 Rabu 13 Agustus 2014 Mat. 18:15-20 --------------------------"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengahtengah mereka." Renungan Suster Ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu bertemu bahkan bekerja sama dengan banyak orang. Entah itu teman sepekerjaan, teman sekelas, tetangga dan tentu saja anggota keluarga kita sendiri. Dalam hidup bersama ini tentu saja kita akan berusaha dapat berkata dan berbuat yang baik dan benar, yang dapat diterima oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Dalam pergaulan kita akan selalu berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan, menyejukkan hingga tercapai kedamaian. Itulah yang selalu terus kita upayakan. Meski begitu ternyata tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan. Sering terjadi pertengkaran atau kesalahpahaman. Sangat mungkin disebabkan diluar kesengajaan, meski ada juga yang disengaja dan dengan sadar dilakukan. Pertengkaran dan kesalahpahaman ini menyebabkan rusaknya hubungan kita dengan mereka. Dalam injil hari ini, Yesus menjelaskan cara-cara yang harus ditempuh untuk memperbaiki hubungan yang rusak dengan orang lain. Berhadapan dengan orang yang bersalah bukan berarti berhadapan dengan orang yang siap kita hakimi. Berhadapan dengan orang yang bersalah bukan berarti berhadapan dengan orang yang layak kita permalukan. Menyelesaikan di bawah empat mata lebih menunjukkan sikap tetap menghormati orang yang bersalah sekalipun. Bicara dari hati ke hati secara pribadi akan menjauhkan dia dari perasaan malu yang kadang justru jadi penghabat pertobatan. Bicara dari hati ke hati akan lebih membuka peluang bagi kesadaran yang tumbuh dari dalam hatinya. Cara terbaik untuk memperbaikinya adalah dengan memberikan contoh yang baik yakni kesediaan untuk tetap menghargai orang lain. Maka marilah kita meneladan Yesus untuk menciptakan kerukunan, kedamaian dan berkomunikasi yang baik. Mengampuni kesalahan sesama kita seperti apa yang tertulis dalam doa “Bapa Kami” yaitu Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kamimerupakan cara jitu untuk meningkatkan kualitas hidup kita. meski berat mari terus mengupayakannya bersama-sama. Marilah berdoa: Tuhan, bantulah aku agar mampu mengampuni orang yang bersalah kepadaku sebagaimana telah Engkau ajarkan aku dalam doa “Bapa Kami”. Amin. Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok Yeh. 12:1-12 Kamis 14 Agustus 2014 Mat 18: 21-19:1 --------------------Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu. Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojoalgojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. Renungan. Hari ini bangsa Indonesia memperingati hari Pramuka. Pramuka adalah salah satu aktivitas yang baik dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan antara lain bagaimana menghormati, bekerja sama, saling menolong, serta memaafkan kesalahan orang lain. Perumpamaan Yesus hari ini mengajak kita untuk selalu mengampuni/memaafkan kesalahan sesama kita, sama seperti Kerahiman dan belas kasih Allah kepada kita. Hal pengampunan, diibaratkan oleh Yesus seperti seorang pelepas hutang. Pelunasan hutang hanya terjadi karena si peminjam dengan terbuka dan rendah hati mau memohon kepada si empunya. Melalui bacaan ini kita juga belajar bahwa sesulit-sulitnya minta maaf masih lebih berat memaafkan. Orang hanya bisa memaafkan kesalahan orang lain kalau dia sudah mampu berdamai dengan dirinya sendiri. Saat ini sering kita dengar terjadinya tawuran antar pelajar, perang antar suku, bahkan antar negara. Sikap saling membenci, egois, ingin menguasai, dendam nampaknya sudah meracuni hati dan pikiran kita. Tak ada lagi kasih sayang dan pikiran jernih ketika kuasa-kuasa kegelapan mulai bekerja dalam diri kita. Hari ini Yesus mengajak kita agar berani melakukan perubahan. Sebagai murid-murid-Nya kita diajak untuk selalu memberikan kasih sayang, pelayanan, dan pengampunan kepada sesama. Marilah berdoa : Tuhan, berilah kami kerahiman Ilahi-Mu dan belas kasih-Mu agar kami mampu mengampuni kesalahan sesama dengan setulus hati. Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok Yeh. 16:59-63 Mat. 19:3-12 ---------------------- Jumat, 15 Agustus 2014 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." Renungan Ada rupa-rupa karunia, juga panggilan hidup yang bisa kita pilih. Ada yang memilih untuk menikah dan membangun hidup berkeluarga. Ada yang memilih tidak menikah atau menghayati hidup selibat dengan menjadi imam, biarawan/biarawati. Namun ada juga yang tidak memilih keduanya. Setiap pilihan hidup memuat hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Setiap pilihan pastilah memiliki konsekuensi logis. Ada dua kata yang mendasari perjalanan panggilan agar dapat berjalan dengan baik, yaitu Dua kata BERTEKUN dan SETIA. Dengan bertekun dan setia kita akan dimampukan untuk menanggung dan menjalani konsekuensi dari setiap pilihan yang sudah kita ambil. Dengan bertekun dan setia kita akan dimampukan untuk melewati setiap kesulitan yang muncul. Dengan bertekun dan setia kita akan dimampukan untuk memiliki satu keyakinan bahwa Allah Yang Maha Kasih tidak akan pernah meninggalkan kita. Allah akan selalu membuka jalan dan menemani perjalanan hidup kita dengan segala perjuangan dan tantangannya. Suster, ibu, bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah perceraian semakin meningkat. Bahkan ada beberapa pasangan yang merasa bangga setelah berhasil menyelesaikan perkawinannya. Orang menganggap bahwa perkawinan yang dulunya begitu sakral, telah bergeser dari nilai ”kesatuan” menjadi ”kecocokan” belaka. Maka ketika tidak ada lagi kecocokan, pisahlah jalan keluarnya. Mereka lupa atau sengaja mengabaikan akibatnya. Dimanapun dan kapanpun yang menjadi korban akibat perceraian orang tua adalah anak-anak mereka. Yesus mengajarkan bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa sakral dimana Allah hadir dalam seluruh kehidupan manusia. Melalui bacaan hari ini Tuhan ingin mengembalikan nilai-nilai luhur perkawinan yang harus dihidupkan kembali dan diamalkan oleh keluarga kristiani. Nilai-nilai luhur perkawinan itu adalah kesatuan cinta yang tidak terputuskan oleh siapa pun kecuali maut. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu karena itu apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diputuskan oleh manusia. Marilah berdoa : Tuhan berikan kekuatan bagi keluarga kristiani agar tetap menghayati perkawinan sebagai persekutuan cinta seumur hidup dalam suka dan duka sampai akhir hidup memisahkan mereka. Dan berikan kekuatan iman kepada teman-teman yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Amin. Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok Yeh. 18:1-10; 13b;30-32 Sabtu 16 Agustus 2014 Mat. 19:13-15 ------------------------Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ. Renunga Mengapa seorang anak kecil? Ada apa dengan sifat seorang anak kecil sehingga disebut si mpunya Kerajaan Sorga? Apa istimewanya seorang anak kecil? Bukankah usia mereka masih didominasi dengan “kenakalan” yang menjengkelkan? Begitulah barangkali pertanyaanpertanyaan yang berkecamuk dalam benak kita. Hanya saja manakala kita mengenali kesederhanaan, kepolosan dan keceriaan seorang anak kecil kiranya kita pun dapat memahaminya. Mata anak kecil yang berbinar-binar selalu melihat dengan peterpesonaan dan terbuka untuk segala sesuatu di sekitarnya. Mata kecil itu selalu jernih memandang sekitarnya. Inilah keistimewaannya. Namun seiring dengan bertambahnya usia dan pergaulan dengan lingkungannya. Iapun mulai belajar berbohong, belajar tidak jujur, belajar egois, serakah, sombong dan iri hati. Itulah sebabnya kita diminta bertobat dan kembali seperti anak kecil dengan sifat asalinya. Tapi mau menunjukkan bahwa aslinya anak kecil itu hatinya masih murni, bersih, jujur dan penuh kepolosan. Jika ada yang tidak, berarti itu sudah terkontaminasi dengan pengaruh luar; entah anak melihat sendiri, meniru atau memang diajarkan demikian. Kehadiran seorang anak merupakan hadiah bagi dunia, sebagai awal baru sejarah kehidupan. Maka Yesus mengatakan: “Jangan menghalangi anak-anak itu datang padaKu..” Maksud Yesus kiranya ingin menyampaikan betapa cinta Bapa kepada mereka, sehingga anak-anak sungguh dapat menikmati masa kecilnya. Dimana mereka merasakan gembira, nyaman, aman, suka cita, suka damai; karena Tuhan selalu menjaga dan melindungi mereka. Berkaitan dengan hal ini, peran orangtua dalam keluarga maupun guru di sekolah sangat penting. Menjadi tugas mereka dalam menanamkan nilai-nilai luhur dan mulia demi pembentukan karakter anak. Warisan Ibu Magdalena : Tergerak oleh kasih Allah, Ibu Magdalena mengumpulkan anak-anak untuk diajari pelajaran Agama dan keterampilan. Semua dikerjakan Ibu Magdalena untuk menghindari agar anak-anak tidak hanya bermain sepangjang hari di pinggir jalan.