Renungan Bulan Agustus Minggu II

advertisement
Nah. 1:15;2:2;3:1-3,6-7
Jumat, 8 Agustus 2014
Mat. 16:24-28
----------------------------Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti
nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikatmalaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati
sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."
Renungan
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah
yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Memang benar apa gunanya kita memperoleh seluruh dunia yang berarti memperoleh harta
kekayaan, kepopuleran, kedudukan, kekuasaan, martabat dan hal-hal duniawi lainnya bila kita
tidak memperoleh kebahagiaan abadi di sorga? Yang duniawi hanya sementara saja. Waktunya
tidak lama. Sedangkan hidup setelah kematian jasmani abadi sifatnya. Haruskah kita
mengalahkan kehidupan abadi untuk kehidupan duniawi yang sesaat saja?
Suster, ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, pengakuan akan hak
milik menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan kita. Maka ketika memiliki tanah kita perlu
mencatatkan di dinas pertanahan agar kita memiliki sertifikat. Sepeda motor atau mobil perlu
disertai dengan BPKB. Bahkan penemuan-penemuan yang kita lakukan pun perlu di hak
patenkan. Manakala bukti hukum kepemilikan yang sah sudah kita miliki, maka kita menjadi
tenang.
Kesadaran bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Allah sangatlah penting.
Injil hari ini mengatakan, Tuhanlah pemilik semuanya, juga nyawa kita. Segala sesuatu yang kita
punya datangnya dari Tuhan; kita hanya mengelola, dan seharusnya menggunakan dengan
bijaksana. Hal ini nampak jelas dari ungkapan yang Yesus sabdakan, “Barang siapa mau
menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya.” Yesus setia dan taat sampai mati untuk melaksanakan
kehendak Allah Bapa, maka Ia memperolehnya kembali. Dengan demikian kalau kita ingin
memperoleh hidup, maka kita pun harus mengikuti Yesus. Syarat mengikuti Dia adalah selalu
bersatu dengan-Nya. Ditandai dengan menyangkal diri, sehati, sepikir dengan-Nya untuk
keselamatan sesama manusia.
Orientasi Yesus adalah keselamatan umat manusia. Dengan demikian kita diminta untuk
berani mengalami penderitaan dan kesulitan hidup sebagaimana yang dialami Yesus. Kita mesti
berani berkorban untuk keselamatan orang lain. Disinilah makna kemuridan kita akan diuji dan
terus diasah. Baik kalau kita belajar dari teladan Ibu Magdalena Daemen.
Wejangan Ibu Magdalena Daemen: Cinta Sejati ikut merasakan kebahagiaan dan
kemalangan orang lain. Orang yang dijiwai oleh kasih sayang ini bergembira atas kebaikan yang
ia lakukan dan berdoa bagi kesejahteraan sesama, baik rohani maupun jasmani mereka.
Hab 1: 12-24
Sabtu, 9 Agustus 2014
Mat. 17: 14-20
-------------------Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang
mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya, “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan
sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah
membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” Maka
kata Yesus, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus
sabar terhadapa kamu? Bawalah anak itu kemari!” Dengan keras Yesus menegor dia, lalu
keluarlah setan itu dari padanya dan anak itu pun sembuh seketika itu juga. Kemudian muridmurid yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, “mengapa
kami tidak dapat mengusir setan itu?” Ia berkata kepada mereka, “karena kamu kurang percaya.
Sebab aku berkata kepadamu, sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji
sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: pindah dari tempat ini ke sana,--maka
gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Renungan
“Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap
kamu?” Hardikan Yesus ini kiranya juga ditujukan kepada kita saat ini. Seringkali kita tidak yakin
dengan kuasa Yesus yang sanggup melakukan segalanya. Tidak jarang kita meragukan kuasa Yesus
yang memang sangat besar. Dan bahkan kita juga terlalu sering berkata “Ah itu mustahil.” Hal-hal
seperti itu yang menghambat karya penyelamatan Tuhan dalam kehidupan umat manusia. Kita perlu
menyadari dan menyakini bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tuhan sanggup melakukan
segala perkara, baik yang besar maupun yang kecil, Tuhan sanggup menyelesaikan segala persoalan
yang kita alami. Kita harus belajar lebih yakin kepada kuasa dan kebesaran Tuhan. Kita tentu tidak
ingin kalau berkat bagi kita akan terhambat karena kurangnya keyakinan kita. Tidak jarang kita
kurang teguh, kita kurang percaya. Kuasa Tuhan sangat besar, melebihi kuasa roh-roh jahat.
Padahal dunia kita sekarang ini dipenuhi banyak roh jahat yang bergentayangan di sekitar kita.
Mereka sangat cerdik. Tidak jarang ini menumpang ataupun menyusup dalam hal-hal yang
sebenarnya baik. Dunia internet misalnya. Para pelajar, juga kita semua dapat belajar banyak hal.
Kepada Eyang Google dan Tante Yahoo kita dapat bertanya apa saja. Dunia pengetahuan terbuka
lebar di sana. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran dunia maya ini dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia. Hanya saja roh jahat pun ikut nimbrung. Banyak situs-situs yang justru dapat
menghancurkan nilai-nilai kemanusiawian kita. Secara sistematis nilai-nilai kasih, patuh dan hormat
kepada guru atau kepada orang tua, etika profesi juga ikut dijungkir balikan, dihancurkan.
Dengan demikian dalam menghadapi dunia yang semacam ini, kita membutuhkan sensor yang akan
selalu mengingatkan kita untuk dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk hidup
kita. Sensor itu adalah iman yang teguh. Iman yang teguh hanya dapat dibangun lewat kehidupan doa
yang selalu dikembangkan. Marilah kita merubah keragu-raguan kita terhadap Tuhan dengan
keyakinan yang penuh. Agar karya penyelamatan Tuhan dalam hidup kita semakin nyata. Karya
penyelamatan Tuhan tidak akan terhambat lagi oleh keragu-raguan yang timbul dari hati kita.
Marilah Berdoa :
“Tuhan, berikanlah kepada kami keyakinan yang teguh atas kuasaMU, dengan terang Roh Kudus
MU iman dan keyakinan kami akan semakin teguh, Amin.”
Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok
Why. 11:19a
Luk. 1:39-56
-----------------
Minggu , 10 Agustus 2014
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota
di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet
mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh
Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab
sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak
kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan,
akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah,
Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari
sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas
orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan menceraiberaikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya
dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia
mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan
keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan
Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Renungan
Ada suatu kisah yang layak kita renungkan bersama,
Seorang pemuda tersesat di sebuah hutan dan terpisah dari rombongannya. Pada waktu berjalan, ia
terperosok ke jurang yang sangat terjal. Beruntung ia masih sempat memegang sebuah akar pohon yang
sangat besar. Hari mulai gelap, pemuda itu lalu berdoa, “Tuhan kirimkan malaikat untuk menolong
saya.” Sayangnya, yang muncul bukan malaikat melainkan Roh Kudus yang berbicara dalam hatinya;
“Beriman dan berserahlah, lepaskan peganganmu.” Akan tetapi ia berpikir tidak mau mati konyol, maka
ia tetap bergantung pada akar pohon itu dan tidak melepaskan pegangannya hingga matahari terbit.
Ketika hari sudah terang, ia bisa melihat ke atas, dan ia sangat bersyukur kepada Tuhan..., ratusan meter
jauhnya! Kemudian ia melihat ke bawah, ia lebih terkejut lagi. Ternyata, jarak kakinya dengan tanah
kurang lebih hanya 50 cm.
Dari cerita di atas kita dapat menangkap suatu pesan, betapa pentingnya belajar beriman; artinya
berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala keadaan dan situasi hidup kita. Seringkali dalam
keadaan sedih, gundah atau susah kita memberondong Tuhan dengan permohonan, dan berharap supaya
segera dikabulkan. Tidak jarang karena terpaku dengan permohonan kita maka kita tidak mengetahui
bahwa Tuhan telah memberikan pertolongan dalam bentuk lain yang lebih baik.
Belajar dari Ibu Maria, Ibu Yesus dan Bunda Gereja; beriman memang merupakan suatu proses.
Namun kiranya tidak terlalu lama jika kita belajar taat, tetap bertekun dan setia dengan keterbukaan hati.
Maria sudah mengambil bagian yang tepat dalam hal ini. Ia berdoa dan rajin bekerja mengambil peran
sebagai Ibu Penebus, sebagai bentuk persembahan hidupnya kepada Allah. Oleh karena itu, Maria dapat
mengungkapkan rasa syukurnya dalam madah pujian kepada Allah. Marilah kita belajar dari padanya.
Tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau berusaha.
Pesan Ibu Magdalena : BERSYUKUR adalah persembahan paling jitu, karena dengan demikian kita
mengakui KETERGANTUNGAN KITA KEPADA KEBAIKAN DAN KERAHIMAN ALLAH.
Yeh. 1:2-5;24-2:1
Mat 17:22-27
Senin, 11 Agustus 2014.
Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka:
"Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan
pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Ketika
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada
Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang
membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan:
"Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari
rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus
kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi
mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan
bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya.
Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."
Renungan
Membaca dan merenungkan Injil hari ini, kita diingatkan makna mendalam akan
kehadiran Yesus di dunia. Teristimewa dalam hidup kita secara pribadi. Sebagai pengikut, murid
atau rasul Yesus kita diingatkan bahwa kita tidak lepas dari salib. Pada dasarnya salib dapat
dimaknai berbeda oleh setiap orang, termasuk bagaimana cara memanggulnya. Ada yang
memanggulnya dengan tenang,dan ringanlah salib yang panggulnya. Tetapi ada juga yang
memanggul dengan penolakan dan amarah. Akibatnya salib yang dipanggulnya semakin terasa
berat.Satu hal yang pasti, bahwa apa yang harus kita tanggung dalam hidup ini tidak akan
melebihi batas kemampuan kita. Tuhan sungguh mengerti dan mengenal kita masing-masing.
Sekarang tinggal kita sendiri. Sudah sungguh terbukakah hati kita akan kehadiran, pemeliharaan
dan penyelenggaraan kasihNya?
Dunia yang kita diami ini menawarkan aneka kesenangan dan kenyamanan yang bisa
diperoleh secara instan. Hal ini seolah-olah mengabaikan nilai dari kerja keras dan jerih payah.
Mental enak, cari gampang, lekas putus asa, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa
yang diingini, korupsi, merampok, mencuri semakin menjadi-jadi. Dalam injil tadi Yesus
tidak langsung saja memberikan empat dirham kepada Petrus agar membayar pajak bagi
mereka, padahal Yesus dengan kuasa Ilahi-Nya bisa melakukan itu secara ajaib.
Yesus tetap menghargai nilai usaha, proses manusia dan jerih payah untuk mendapatkan
hasil, sehingga ia menyuruh Petrus memancing ikan sebagaimana pekerjaannya sebagai nelayan.
Tuhan akan menyempurnakannya dengan berkat yang tak terduga empat dirham pun didapat dari
sana. Hanya dengan kuasaa Allah sajalah kita mampu melakukan itu.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita menghargai proses, usaha keras dan pekerjaan
harian kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan? Ataukah bermental enak, lekas
menyerah dan suka mencari jalan pintas yang tidak kristiani dan tidak ilahi sifatnya?
Marilah berdoa:
Tuhan, berikanlah aku kekuatan agar mampu menanggung penderitaan dalam mengikuti Engkau
dan dalam menjalani hidup di dunia ini. Amin.
Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok
Yeh 2:8 - 3:4
Selasa, 12 Agustus 2014
Mat 18:1-5,10,12-14
------------------------Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar
dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di
tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar
dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena
Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku
yang di sorga. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan
seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika
ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang
kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak
menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."
Renungan
Apa sih yang paling menonjol dari sikap seorang anak? Benar kepolosan dan
ketulusannya.Apa yang dilakukan, apa yang dikatakan seorang anak, itulah yang ada dihatinya.
Sikap yang keluar dari hati yang tulus pastilah akan menyentuh dan sangat mengesan. Sikap
seorang anak juga menunjukkan keterbukaan hatinya untuk kehadiran orang yang lebih dewasa.
Ia sadar bahwa ia memerlukan kehadiran orang lain untuk hidupnya. Ia tidak dapat
mengandalkan kemampuannya sendiri. Maka Yesus menunjuk anak kecil sebagai yang empunya
Kerajaan Surga.
Suster, ibu, bapak, dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, pada jaman
sekarang ini, ukuran Apakah yang biasanya dipakai unutk menilai kebesaran atau kehormatan
seseorang? Pada umumnya kehormatan atau kebesaran seseorang diukur dari jabatannya. Sebab
jabatan menunjukkan kekuasaan yang dimilikinya. Maka tidak heran kalau orang getol unutk
meraih jabatan yang akan menaikkan gengsinya. Tidak jarang jabatan itu dicapai dengan
berbagai cara yang kadang menghancurkan kehidupan sesamanya atau bahkan dirinya sendiri.
Yesus mengajarkan nilai-nilai universal tentang bagaimana menjadi orang “besar”. Bukan
dengan kekuasaan atau jabatannya, melainkan dengan melayani tanpa pamrih, sikap mau
mendengarkan orang lain dan menyadari diri sebagai orang berdosa. Seperti seorang anak kecil
yang rendah hati, yang hatinya terbuka pada kasih dan kebaikan Tuhan dan sesamanya. Orangorang seperti inilah, menurut Yesus, akan memiliki Kerajaan Allah. Sebaliknya, orang-orang
yang sombong, bermental boss, merasa diri hebat karena posisi atau jabatannya, yang tidak
menyadari kesalahan dan dosanya tetapi suka mengungkit-ungkit kelemahan orang lain, suka
mencari kambing hitam dan mencari-cari kesalahan orang lain, adalah tipe dasar orang yang
tidak akan memiliki Kerajaan Allah. Semoga kita bisa menjadi seperti anak kecil dengan sikap
rendah hati dan mau terbuka untuk saling berbagi kasih kepada yang lain.
Marilah berdoa :Tuhan Yesus, semoga aku diberi rahmat seperti anak kecil, memiliki kerendahan
hati, mau mendengarkan orang lain, dan setia melayani sesama. Amin.
Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok
Yeh. 9:1-7;10:18-22
Rabu 13 Agustus 2014
Mat. 18:15-20
--------------------------"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan
jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak
mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang
kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini
sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di
sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengahtengah mereka."
Renungan
Suster Ibu bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu bertemu bahkan bekerja sama dengan banyak orang. Entah itu teman
sepekerjaan, teman sekelas, tetangga dan tentu saja anggota keluarga kita sendiri. Dalam hidup
bersama ini tentu saja kita akan berusaha dapat berkata dan berbuat yang baik dan benar, yang
dapat diterima oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Dalam pergaulan kita akan selalu
berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan, menyejukkan hingga tercapai kedamaian.
Itulah yang selalu terus kita upayakan. Meski begitu ternyata tidak selalu berjalan seperti yang
kita harapkan. Sering terjadi pertengkaran atau kesalahpahaman. Sangat mungkin disebabkan
diluar kesengajaan, meski ada juga yang disengaja dan dengan sadar dilakukan. Pertengkaran
dan kesalahpahaman ini menyebabkan rusaknya hubungan kita dengan mereka.
Dalam injil hari ini, Yesus menjelaskan cara-cara yang harus ditempuh untuk
memperbaiki hubungan yang rusak dengan orang lain. Berhadapan dengan orang yang bersalah
bukan berarti berhadapan dengan orang yang siap kita hakimi. Berhadapan dengan orang yang
bersalah bukan berarti berhadapan dengan orang yang layak kita permalukan. Menyelesaikan di
bawah empat mata lebih menunjukkan sikap tetap menghormati orang yang bersalah sekalipun.
Bicara dari hati ke hati secara pribadi akan menjauhkan dia dari perasaan malu yang kadang
justru jadi penghabat pertobatan. Bicara dari hati ke hati akan lebih membuka peluang bagi
kesadaran yang tumbuh dari dalam hatinya. Cara terbaik untuk memperbaikinya adalah dengan
memberikan contoh yang baik yakni kesediaan untuk tetap menghargai orang lain. Maka marilah
kita meneladan Yesus untuk menciptakan kerukunan, kedamaian dan berkomunikasi yang baik.
Mengampuni kesalahan sesama kita seperti apa yang tertulis dalam doa “Bapa Kami” yaitu
Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada
kamimerupakan cara jitu untuk meningkatkan kualitas hidup kita. meski berat mari terus
mengupayakannya bersama-sama.
Marilah berdoa:
Tuhan, bantulah aku agar mampu mengampuni orang yang bersalah kepadaku sebagaimana telah
Engkau ajarkan aku dalam doa “Bapa Kami”. Amin.
Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok
Yeh. 12:1-12
Kamis 14 Agustus 2014
Mat 18: 21-19:1
--------------------Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus
mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata
kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh
puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak
mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan
itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang
itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak
isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah
dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu
oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus
dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu. Maka
sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan
kulunaskan.Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai
dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu
menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu
dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena
engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti
aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojoalgojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat
demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu
dengan segenap hatimu." Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari
Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.
Renungan.
Hari ini bangsa Indonesia memperingati hari Pramuka. Pramuka adalah salah satu aktivitas yang baik
dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan antara lain bagaimana menghormati, bekerja sama, saling
menolong, serta memaafkan kesalahan orang lain.
Perumpamaan Yesus hari ini mengajak kita untuk selalu mengampuni/memaafkan kesalahan
sesama kita, sama seperti Kerahiman dan belas kasih Allah kepada kita. Hal pengampunan, diibaratkan
oleh Yesus seperti seorang pelepas hutang. Pelunasan hutang hanya terjadi karena si peminjam dengan
terbuka dan rendah hati mau memohon kepada si empunya. Melalui bacaan ini kita juga belajar bahwa
sesulit-sulitnya minta maaf masih lebih berat memaafkan. Orang hanya bisa memaafkan kesalahan orang
lain kalau dia sudah mampu berdamai dengan dirinya sendiri.
Saat ini sering kita dengar terjadinya tawuran antar pelajar, perang antar suku, bahkan antar negara.
Sikap saling membenci, egois, ingin menguasai, dendam nampaknya sudah meracuni hati dan pikiran
kita. Tak ada lagi kasih sayang dan pikiran jernih ketika kuasa-kuasa kegelapan mulai bekerja dalam diri
kita. Hari ini Yesus mengajak kita agar berani melakukan perubahan. Sebagai murid-murid-Nya kita
diajak untuk selalu memberikan kasih sayang, pelayanan, dan pengampunan kepada sesama.
Marilah berdoa :
Tuhan, berilah kami kerahiman Ilahi-Mu dan belas kasih-Mu agar kami mampu mengampuni kesalahan
sesama dengan setulus hati.
Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok
Yeh. 16:59-63
Mat. 19:3-12
----------------------
Jumat, 15 Agustus 2014
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah
diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca,
bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika
demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan
isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan
isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan
isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu
berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka
yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim
ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya
demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah
ia mengerti."
Renungan
Ada rupa-rupa karunia, juga panggilan hidup yang bisa kita pilih. Ada yang memilih untuk menikah
dan membangun hidup berkeluarga. Ada yang memilih tidak menikah atau menghayati hidup selibat
dengan menjadi imam, biarawan/biarawati. Namun ada juga yang tidak memilih keduanya. Setiap pilihan
hidup memuat hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Setiap pilihan pastilah memiliki
konsekuensi logis.
Ada dua kata yang mendasari perjalanan panggilan agar dapat berjalan dengan baik, yaitu Dua kata
BERTEKUN dan SETIA. Dengan bertekun dan setia kita akan dimampukan untuk menanggung dan
menjalani konsekuensi dari setiap pilihan yang sudah kita ambil. Dengan bertekun dan setia kita akan
dimampukan untuk melewati setiap kesulitan yang muncul. Dengan bertekun dan setia kita akan
dimampukan untuk memiliki satu keyakinan bahwa Allah Yang Maha Kasih tidak akan pernah
meninggalkan kita. Allah akan selalu membuka jalan dan menemani perjalanan hidup kita dengan segala
perjuangan dan tantangannya.
Suster, ibu, bapak dan saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus, sekarang ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa jumlah perceraian semakin meningkat. Bahkan ada beberapa pasangan yang merasa
bangga setelah berhasil menyelesaikan perkawinannya. Orang menganggap bahwa perkawinan yang
dulunya begitu sakral, telah bergeser dari nilai ”kesatuan” menjadi ”kecocokan” belaka. Maka ketika
tidak ada lagi kecocokan, pisahlah jalan keluarnya. Mereka lupa atau sengaja mengabaikan akibatnya.
Dimanapun dan kapanpun yang menjadi korban akibat perceraian orang tua adalah anak-anak mereka.
Yesus mengajarkan bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa sakral dimana Allah hadir dalam
seluruh kehidupan manusia. Melalui bacaan hari ini Tuhan ingin mengembalikan nilai-nilai luhur
perkawinan yang harus dihidupkan kembali dan diamalkan oleh keluarga kristiani. Nilai-nilai luhur
perkawinan itu adalah kesatuan cinta yang tidak terputuskan oleh siapa pun kecuali maut. Demikianlah
mereka bukan lagi dua melainkan satu karena itu apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh
diputuskan oleh manusia.
Marilah berdoa :
Tuhan berikan kekuatan bagi keluarga kristiani agar tetap menghayati perkawinan sebagai persekutuan
cinta seumur hidup dalam suka dan duka sampai akhir hidup memisahkan mereka. Dan berikan kekuatan
iman kepada teman-teman yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Amin.
Sumbangan dari SD Tunas Keluarga Mulia Tanjung Priok
Yeh. 18:1-10; 13b;30-32
Sabtu 16 Agustus 2014
Mat. 19:13-15
------------------------Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas
mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi
Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Lalu Ia meletakkan
tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.
Renunga
Mengapa seorang anak kecil? Ada apa dengan sifat seorang anak kecil sehingga disebut si
mpunya Kerajaan Sorga? Apa istimewanya seorang anak kecil? Bukankah usia mereka masih
didominasi dengan “kenakalan” yang menjengkelkan? Begitulah barangkali pertanyaanpertanyaan yang berkecamuk dalam benak kita. Hanya saja manakala kita mengenali
kesederhanaan, kepolosan dan keceriaan seorang anak kecil kiranya kita pun dapat
memahaminya. Mata anak kecil yang berbinar-binar selalu melihat dengan peterpesonaan dan
terbuka untuk segala sesuatu di sekitarnya. Mata kecil itu selalu jernih memandang sekitarnya.
Inilah keistimewaannya. Namun seiring dengan bertambahnya usia dan pergaulan dengan
lingkungannya. Iapun mulai belajar berbohong, belajar tidak jujur, belajar egois, serakah,
sombong dan iri hati. Itulah sebabnya kita diminta bertobat dan kembali seperti anak kecil
dengan sifat asalinya.
Tapi mau menunjukkan bahwa aslinya anak kecil itu hatinya masih murni, bersih, jujur dan
penuh kepolosan. Jika ada yang tidak, berarti itu sudah terkontaminasi dengan pengaruh luar;
entah anak melihat sendiri, meniru atau memang diajarkan demikian. Kehadiran seorang anak
merupakan hadiah bagi dunia, sebagai awal baru sejarah kehidupan. Maka Yesus mengatakan:
“Jangan menghalangi anak-anak itu datang padaKu..” Maksud Yesus kiranya ingin
menyampaikan betapa cinta Bapa kepada mereka, sehingga anak-anak sungguh dapat menikmati
masa kecilnya. Dimana mereka merasakan gembira, nyaman, aman, suka cita, suka damai;
karena Tuhan selalu menjaga dan melindungi mereka. Berkaitan dengan hal ini, peran orangtua
dalam keluarga maupun guru di sekolah sangat penting. Menjadi tugas mereka dalam
menanamkan nilai-nilai luhur dan mulia demi pembentukan karakter anak.
Warisan Ibu Magdalena :
Tergerak oleh kasih Allah, Ibu Magdalena mengumpulkan anak-anak untuk diajari pelajaran
Agama dan keterampilan. Semua dikerjakan Ibu Magdalena untuk menghindari agar anak-anak
tidak hanya bermain sepangjang hari di pinggir jalan.
Download