pendapatan - DistroDoc

advertisement
A. DISTRIBUSI PENDAPATAN
Distribusi
pendapatan
nasional
merupakan
unsur
penting
untuk
mengetahui tinggi atau rendahnya kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara.
Distribusi pendapatan yang merata kepada masyarakat akan mampu menciptakan
perubahan dan perbaikan suatu negara seperti peningkatan pembangunan
ekonomi, pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan sebagainya.
Sebaliknya, jika distribusi pendapatan nasional tidak merata, maka perubahan atau
perbaikan suatu negara tidak akan tercapai, hal seperti ini yang akan menunjukkan
adanya ketimpangan distribusi pendapatan.
Untuk mengetahui tingkat pemerataan distribusi pendapatan suatu negara,
dapat diketahui dari grafik yang dinamakan Kurva Lorenz, artinya kurva yang
menggambarkan hubungan antara distribusi jumlah penduduk dengan distribusi
pendapatan. Sedangkan indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan adalah Koefisien Gini atau Indeks Gini. Semakin tinggi atau besar
Indeks Gini, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya (distribusi pendapatannya
tidak merata) dan semakin kecil Indeks Gini semakin rendah tingkat
ketidakmerataannya (distribusi pendapatannya semakin merata).
ο‚·
Kurva Lorenz dan Koefisien Gini
Kurva Lorenz dan Koefisien Gini dipergunakan untuk mengukur dan
membandingkan inequality dari perusahaan-perusahaan di dalam industri. Kurva
Lorenz dan Koefisien Gini mengindikasikan tingkat kompetisi dalam suatu pasar
dengan mengukur inequality dalam distribusi ukuran dari perusahaan-perusahaan
(Hart and Prais 1956).
Koefisien Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz,
yang terkait dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel (output,
revenue, jumlah pekerja, dsb.) terhadap angka atau persentase dari perusahaan-
1
perusahaan yang ada dalam suatu industri yang diurutkan meningkat sesuai
ukurannya.
Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki ukuran yang
sama, dan industri dapat dipandang sebagai completely unconcentrated,
mengindikasikan tingkat kompetisi yang tinggi di pasar. Secara umum,
perusahaan-perusahaan tidak mempunyai ukuran yang sama dalam suatu industri,
dan semakin besar deviasi dari garis diagonal terhadap Kurva Lorenz, semakin
besar inequality dari ukuran perusahaan dan semakin besar konsentrasi pasar.
Sebaliknya, semakin dekat kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan
perusahaan-perusahaan semakin tidak terkonsentrasi.
2
Koefisien Gini didefinisikan sebagai sebagai rasio dari luasan yang
terletak di antara garis diagonal dan Kurva Lorenz dibagi dengan luasan segitiga
di bawah garis diagonal. Nilai maksimum dan minimum adalah satu dan nol,
berturut-turut mewakili total inequality dan total equality.
Jika luasan di antara garis diagonal (perfect equality) dan Kurva Lorenz adalah A,
dan luasan di bawah Kurva Lorenz adalah B, maka Koefisien Gini adalah:
𝐺=
𝐴
= 1 (1 = 𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 π‘€π΄πΎπ‘†πΌπ‘€π‘ˆπ‘€, 0 = 𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 π‘€πΌπ‘πΌπ‘€π‘ˆπ‘€)
𝐴+𝐡
Jika Kurva Lorenz merupakan fungsi Y = L(X), nilai dari Koefisien Gini dapat
dicari dengan fungsi integral, sehingga:
1
𝐺 = 1 − 2 ∫ 𝐿(𝑋) 𝑑π‘₯
0
Kurva Lorenz dapat dituliskan sebagai fungsi L(X), dalam hal mana X adalah
sumbu horizontal, dan L adalah sumbu vertikal.
3
Dalam
distribusi
pendapatan
baik
antarkelompok
berpendapatan,
antardaerah perkotaan dan daerah pedesaan, atau antarkawasan dan propinsi dan
kemiskinan merupakan dua masalah yang masih mewarnai perekonomian
Indonesia.
Pada awal pemerintahan orde baru, perencanaan pembangunan ekonomi di
Indonesia masih sangat percaya bahwa apa yang dimaksud dengan trickle down
effect akan terjadi. Oleh karena itu, strategi pembangunan diterapkan oleh
pemerintah pada awal periode orde baru hingga akhir tahun 1970-an terpusatkan
pada pembangunan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
pusat pembangunan dimulai di Pulau Jawa, khususnya Propinsi Jawa Barat,
karena fasilitas seperti infrastruktur lebih tersedia dibandingkan dipropinsi lainnya
di Indonesia dan di beberapa propinsi hanya dibeberapa sektor saja yang bisa
dengan cepat memberi pembangunan misalnya sektor primer dan industri berat.
Setelah sepuluh tahun pelita I dimulai, mulai kelihatan bahwa efek yang
dimaksud itu mungkin tidak dapat dikatakan sama sekali tidak ada, tetapi proses
mengalir kebawahnya sangat lamban. Sebagai akibatnya, Indonesia menikmati
laju pembangunan yang relatif tinggi, tetapi pada waktu yang bersamaan tingkat
kesenjangan semakin membesar dan jumlah orang miskin semakin banyak.
Tepatnya setelah pelita III, strategi pembangunan mulai diubah. Tidak hanya
pembangunan tetapi juga kesejahteraan masyarakat, tidak hanya dijawa, tetapi
juga diluar jawa, menjadi kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan
mengembangkan industri yang padat karya dan sektor pertanian. Hingga saat ini
sudah banyak program pemerintah yang berorientasi mengurangi kemiskinan,
seperti inpres pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi.
Masalah kesenjangan ekonomi (pendapatan) dan kemiskinan di Indonesia
akan dibahas. Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan dan kemiskinan tetap
ada ditanah air walaupun pembangunan ekonomi berjalan terus dan Indonesia
memiliki laju pembangunan yang relatif tinggi.
4
Masalah kemiskinan merupakan dilema bagi Indonesia, terutama melihat
kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin berdasarkan garis
kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dari pada lajupembangunan ekonomi
dalam kurun waktu sejak pelita I dimulai hingga saat ini (Repelita VI). Karena
kemiskinan merupakan salah satu masalah ekonomi Indonesia yang serius maka
tidak mengherankan kalau banya studi telah dilakukan mengenai kemiskinan
tanah air. Sayangnya, pendekatan yang dipakai antarstudi yang ada pada
umumnya berbeda dan batas miskin yang digunakan juga beragam sehingga hasil
atau gambaran mengenai kemiskinan di Indonesia juga berbeda. Kemiskinan
relatif dapat diukur dengan kurva Lorentz dan atau koefesien gini. Sedangkan
kemiskinan absolute lebih sulit untuk di ukur, terutama pada waktu
membandingkan tingkat kemiskinan antarpropinsi atau daerah.
Faktor penyebab kemiskinan, faktor yang berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap perubahan kemiskinan. Sebagai contoh sering dikatakan bahwa
salah satu penyebab kemiskinan adalah tingkat pendidikan yang rendah.
Seseorang dengan tingkat pendidikan hanya SD, misalnya sangat sulit
mendapatkan pekerjaan terutama dalam sektor modern , (formal) dengan
pendapatan yang baik. Berarti penyebab kemiskinan bukan hanya pendidikan
yang rendah, tetapi tingkat gaji/upah yang berbeda.
Kalau diuraikan satu persatu, jumlah faktor yang dapat dipengaruhi,
langsung maupun tidak langsung, tingkat kemiskinan cukup banyak, mulai dari
tingkat dan laju pembangunan output (atau produktifitas), tingkat upah neto,
distribusi pendapatan, kesempatan kerja, jenis pekerjaan yang tersedia, inflasi,
pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas sumber daya alam, penggunaan
teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam disuatu wilayah,
etos kerja dan motivasi pekerja, kultur/budaya atau tradisi, hingga politik, bencana
alam, dan peperangan. Kalau diamati, sebagian besar faktor tersebut juga saling
mempengaruhi satu sama lain. Misalnya dari pekerja yang bersangkutan sehingga
produktivitasnya
menurun.
Produktifitas
menurun
selanjutnya
dapat
mengakibatkan tingkat upah netonya berkurang, dan seterusnya. Jadi, dalam kasus
ini, tidak mudah untukmemastikan apakah karena pajak naik atau produktifitasnya
5
yang turun membuat pekerja tersebut menjadi miskin karena upah netonya
menjadi rendah.
B. MENGANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN
Sudah merupakan suatu fakta umum dibanyak negara berkembang,
terutama Negara-negara proses pembangunan ekonomi yang sangat pesat seperti
indonesi, laju pembangunan ekonomi yang tinggi dibarengi dengan tingkat
kesenjangan ekonomi atau kemiskinan yang tinggi pula.
Sebagai dasar dari kerangka pemikiran untuk menganalisis masalah trade-off
antara pembangunan dan kemiskinan atau kesenjangan ekonomi adalaha salah
satu metode statik yang umum digunakan untuk mengetimasi sejauh mana
pencapaian tingkat kemerataan dalam distribusi pendapatan atau pengurangan
kesenjangan ekonomi dalam suatu proses pembangunan ekonomi adalah
mengukur nilai koefesien atau rasio gini.
Selain koefesien gini, pengukuran pemerataan pendapatan juga sering dilakukan
berdasarkan kriteria bank dunia : penduduk dikelompokan menjadi tiga
kelompok; yaitu penduduk dengan pendapatan rendah yang merupan 40% dari
jumlah penduduk, penduduk dengan berpendapatan menengah yang merupakan
40% dari jumlah penduduk, dan penduduk yang berpendapatan tinggi yang
merupakan 20% dari jumlah penduduk. Selanjutnya ketidak merataan pendapatan
disuatu ekonomi diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40%
penduduk dengan pendapatan rendah.
6
C. PERUBAHAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
Perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia menggunakan data survei
sosial ekonomi nasional (susenas) pada tahun 1984, 1987, 1990, 1993. data
pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dikumpulakan oleh susenas digunakan
sebagai pendekatan (proxy) untuk mengukur distribusi pendapatan penduduk di
Indonesia. Karena pengertian pengeluaran konsumsi tidak sama dengan
pengertian kekayaan, perbedaan konsep ini menjadi kendala serius dalam
mengukur secara akurat tingkat dan distribusi kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Karena bisa saja seseorang tidak punya pekerjaan (pendapatan), tetapi
sangat kaya karena ada warisan keluarga. Banyak pengusaha muda dari tingkat
pendapatanya tidak terlalu berlebihan, tetapi mereka sangat kaya karena
perusahaan tempat mereka bekerja adalah milik mereka (orang tuanya).
Penggunaan data pengeluaran konsumsi rumah tangga akan menghasilkandata
pendapatan yang underestimate karena jumlah pendapatan bia lebih besar, sama,
atau lebih kecil dari pada jumlah pengeluaran konsumsi. Misalnya pendapatan
lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsi juga besar. Dalam hal ini,
berarti ada tabungan. Dalam hal ini belum tentu juga bila pendapatan rendah tidak
selalu jumlah konsumsi juga rendah. Banyak rumah tangga memakai kredit untuk
membiayai pengeluran konsumsi tertentu, misalnya untuk membeli rumah dan
mobil untuk biaya sekolah anak, atau bahkan untuk liburan.
Keberhasilan pembangunan di Indonesia tidak hanya di ukur dari
peningkatan pendapatan penduduk secara agregat atau per capital, tetapi juga
(justru lebih penting lagi) di lihat dari distribusi peningkatan pendapatan tersebut
terhadap semua anggota masyarakat. Sekarang ini, tingkat pendapatan per kapital
di Indonesia sudah lebih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 30 tahun yang
lalu, yakni sekitar US$880. namun, apa artinya jika 10% saja dari jumlah
penduduk di tanah air yang manikmati 90% dari jumlah pendapatan nasional,
sedangkan sisanya (90%) hanya menikmati 10% dari pendapatan nasional selama
ini hanya di nikmati oleh kelompok 10% tersebut, sedangkan pendapatan
kelompok 90% tidak mengalami perbaikan yang berarti. Jadi dalam kata lain,
7
pembangunan ekonomi di Indonesia akan dikatakan berhasil sepenuhnya bila
tingkat kesenjangan ekonomi antara kelompok masyarakat miskin dan kelompok
masyarakat kaya bisa diperkecil
Sejak akhir tahun 1970-an, pemerintah maulai memperliatkan kesugguhan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk ditanah air. Sejak itu aspek
pemerataan dalam triologi pembangunan semakin ditekankan dan didefinisikan
dalam delapan jalur pemerataan. Sudah banyak program pemerintahan hingga saat
ini yang mecerminkan upaya tersebut, seperti program serta kebijakan yang
mendukung pembangunan industri kecil dan rumah tangga serta koperasi,
khususnya dipedesaan, inpres desa tertinggal (IDT), program keluarga sejahtera,
program keluarga berencana (KB), program maka tambahan bagi anak sekolah
dasar, program transmigrasi, peningkatan upah minimum regional (UMR), dan
masih banyak lagi.
Menurut kriteria Bank Dunia, secara umum tingkat kesenjangan dalam
distibusi pendapatan di Indonesia selama kurun waktu 1984-1993 tergolong
rendah, baik didaerah pedesaan maupun daerah perkotaan yang ditunjukan oleh
besarnyapersentase pendapatan yang dinikmati oleh kelompok penduduk 40%
berpenghasilan rendah. Bagi kelompok penduduk 20% berpendapatan tinggi,
besar pendapatanya yang diterima justru mengalami penurunan. Penurunan
pangsa pendapatan ini karena laju pembangunan pendapatan kelompok penduduk
40% berpendapat rendah dan 40% berpendapat menengah lebih besar dari pada
laju pembangunan pendapatan kelompok penduduk 20% berpendapat tinggi.
Tingkat pemerataan pendapatan di daerah pedesaan yang relatif lebih baik dari
pada didaerah perkotaan juga terjadi hamper disemua propinsi di Indonesia.
Semakin buruknya distribusi pendapatan di daerah perkotaan dibandingkan
didaerah pedesaan terutama disebabkan oleh pola perekonmian dan jumlah serta
kondisi sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi sangat berbeda antara
pedesaan dan perkotaan. Di kota Jakarta misalnya persaingan dalam dunia usaha
dan dalam mendapatkan pekerjaan semakin keras. Jumlah manusia dijakarta
semakin keras. Jumlah manusia dijakarta semakin banyaki, diperkirakan sekita
sepuluh juta orang, yang sebagian disebabkan oleh orang-orang yang terus datang
8
ke Jakarta terutama yang berasal dari Jawa dan Sumatra. Sementara kemanapun
ekonomi Jakarta untuk memberi pekerjaan bagi pencari kerja yang bertambah
jumlahnya setiap tahun terbatas. Terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari
desa ke kota. Mereka tidak bisa ditampung disektor formal akhirnya masuk ke
sektor informal yang pada umumnya merupakan kegiatan ekonomi dengan tingkat
produktivitas dan pendapatan rendah. Karena terlalu banyak orang yang mau
bekerja disektor formal, sedangkan daya tamping sektor tersebut terbatas maka
semakin berat seleksi penerimaan pekerja. Pendidikan atau keterampilan khusus
menjadi salah satu kriteria utama dalam seleksi tenaga kerja disektor formal.
Jumlah penganggruan, terutama setengah pengangguran, semakin tinggi, dan
kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mempunyai kesempatan bekerja
disektor formal dan kelompok masyarakat yang hanya bisa bekerja disektor
informal atau yang tidak memiliki pekerjaan semakin besar.
9
D. PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pembangunan ekonomi (economic
growth); pembangunan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi, dan
sebaliknya, pembangunan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pembangunan ekonomi
apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pembangunan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pembangunan ekonomi keberhasilannya lebih
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahanperubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.
Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi.
10
ο‚·
Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan merupakan suatu
tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh,
manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa
harus melalui tahapan-tahapan pembangunan. Demikian pula, setiap bangsa harus
menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur,
dan sejahtera.
ο‚·
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan
semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
ο‚·
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak
berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus.
Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik,
maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran.
Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara
tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
11
E. FAKTOR PEMBANGUNAN EKONOMI
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pembangunan dan pembangunan
ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pembangunan dan pembangunan ekonomi
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal,
dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
memengaruhi pembangunan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan
bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan
untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai
lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan
nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar
merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara
kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah
bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk
menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi
karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di
masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan
berlaku.
12
F. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PEMBANGUNAN EKONOMI
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi
ο‚·
Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan
berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pembangunan
ekonomi.
ο‚·
Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pengangguran.
ο‚·
Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi
secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
ο‚·
Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur
perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi
industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan
semakin beragam dan dinamis.
ο‚·
Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga
dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi
ο‚·
Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
ο‚·
Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
ο‚·
hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani
13
G. HUBUNGAN
DISTRIBUSI
PENDAPATAN
DENGAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi akan meningkatkan pendapatan rata-rata di suatu
negara. Namun, menurut Maskin dan Basu, pembangunan ekonomi tidak selalu
menjamin kesejahteraan penduduk karana adanya globalisasi. Globalisasi adalah
salah satu penyebab ketimpangan kesejahteraan, terutama di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Globalisasi dapat menaikkan pendapatan rata-rata, tetapi
menimbulkan
masalah
yaitu
distribusi
pendapatan.
Globalisasi
hanya
menguntungkan tenaga kerja yang terlatih dan terdidik. Mereka yang tidak terlatih
akan tertinggal dan bahkan pendapatan mereka akan turun.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kesejahteraan dapat
diukur melalui pendidikan, kesehatan, pemeliharaan penghasilan, pelayanan kerja,
perumahan, dan pelayanan sosial. Faktor-faktor tersebut tidak akan terpenuhi
tanpa adanya pemerataan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan merupakan
masalah perbedaan pendapat antara individu yang paling kaya dengan individu
yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi
dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara
kelompok kaya dan kelompok miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar
menggambarkan pembangunan yang tidak merata.
Pemerintah harus menyelaraskan antara pembangunan ekonomi dengan
kesejahteraan sosial serta distribusi pendapatan, sehingga ketika pembangunan
ekonomi
meningkat,
maka
kesejahteraan
masyarakat
serta
pendapatanpun juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.
14
distribusi
Download