i. pendahuluan

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup,
merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Dalam mencapai misi tersebut
perusahaan secara umum melaksanakan tiga langkah strategis yaitu
differentiation, leadership dan respon yang cepat. Ketiga strategi tersebut
memberikan peluang bagi para pimpinan perusahaan untuk meraih
keunggulan bersaing yang akan digunakan untuk menciptakan nilai
pelanggan dengan cara yang efisien dan berkelanjutan.
Implementasi
strategi mengharuskan pengelola perusahaan mengenali tugas-tugas
yang penting untuk meraih keberhasilan.
Dalam kaitannya dengan
operasional perusahaan pimpinan perusahaan harus mencari faktor
penentu efisiensi
agar dapat menciptakan keunggulan bersaing atau
mencari teknologi baru untuk menciptakan efisiensi (Kotler, 2003).
Perkembangan teknologi informasi terutama Internet berjalan
sangat pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Pengguna internet semakin
meningkat disamping perorangan juga semakin banyak perusahaan
menggunakan media ini sebagai pendukung bisnisnya. Procurement
sebagai salah satu denyut nadi perekonomian yang sangat vital, dapat
pula memanfaatkan teknologi ini sebagai sarana pendukungnya. Dengan
teknologi ini, maka akan terjadi redefinisi bagaimana proses procurement
dan perubahan yang cukup besar dalam hubungan kolaborasi antara
pembeli dan penjual (supplier).
Transaksi e-commerce yang bersifat business to business lebih
sering pula dikenal dengan sebutan e-procurement.
e-procurement
sendiri sering diartikan sebagai business to business purchase and sale of
supplies and services over the internet. Pada prinsipnya e-procurement ini
adalah transaksi perdagangan dalam rangka pengadaan barang dan/atau
jasa dari suatu perusahaan melalui web-site perusahaan dimaksud atau
melalui jasa pemilik nama domain tertentu yang bertindak sebagai
penyedia layanan electronic marketplace.
Di Indonesia, fenomena e-procurement ini mulai mendapat
perhatian setelah terbitnya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government pada tanggal 9 Juni
2003 dan terbitnya Keppres No. 61 tahun 2004 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah, yang memungkinkan untuk dilakukan
secara elektronik. Adanya Keppres tersebut merupakan langkah penting
dilihat dari sisi hukum, yaitu untuk memastikan status hukum dari eProcurement beserta dokumen-dokumen yang terkait.
Sementara itu di
kalangan BUMN, fenomena e-Procurement tersebut telah mulai meluas
sejak dicanangkannya program e-Auction pada tanggal 22 Oktober 2003
oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Pelaksanaan e-Auction
sebagai bagian dari e-Procurement pada BUMN tersebut merupakan
salah satu wujud dari keinginan Pemerintah, agar BUMN di Indonesia
benar-benar melaksanakan secara nyata implementasi prinsip-prinsip
2
good corporate governance (GCG).
Salah satu tujuan utama dari
pelaksanaan e-Procurement tersebut adalah dalam rangka meningkatkan
efisiensi serta mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam proses
pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN.
Kementerian BUMN bahkan mewajibkan kepada seluruh direksi
BUMN untuk mensosialisasikan pemahaman e-Procurement tersebut
kepada seluruh jajaran manajemen dan karyawan BUMN, walaupun
masih belum ada kewajiban untuk pelaksanaannya.
Procurement tersebut
Penerapan e-
masih dalam taraf dianjurkan oleh Kementerian
BUMN, khususnya pada pengadaan barang dan/atau jasa yang nilainya
mencapai milyaran rupiah.
Sebagaimana diketahui bahwa pengadaan barang/jasa untuk
investasi pada BUMN yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya
dibebankan pada APBN menggunakan Keppres 80 Tahun 2003
sebagaimana telah diubah dengan Keppres No 61 Tahun 2004 sebagai
dasar
hukumnya.
Dalam
Keppres
tersebut
telah
menyinggung
kemungkinan pengadaan barang dan jasa secara elektronik atau eProcurement namun tidak secara rinci menjelaskan ketentuan dan
prosedurnya.
Namun demikian hal ini tidak menjadi penghambat
beberapa BUMN untuk melaksanakan e-Procurement dalam proses
pengadaan barang dan jasa yang diperlukan.
Beberapa BUMN yang telah menerapkan e-Procurement tersebut
diantaranya adalah PT. Telkom, Tbk., PT. Garuda Indonesia Airways, PT
(Persero) PAL, PT (Persero) Pupuk Sriwidjaja, Perum Perumnas,
3
PT
(Persero) Angkasa Pura II, PT (Persero) Wijaya Karya, dan PT (Persero)
Industri Gelas. Dalam laporannya, beberapa BUMN menyatakan bahwa
penerapan e-Procurement dalam proses pengadaan barang dan jasa
tersebut telah menekan biaya pengadaan barang dan jasa dalam jumlah
yang cukup signifikan, karena telah memotong jalur pengadaan (supply
chain) di samping meningkatkan akuntabilitas dan aspek fairness.
Sebagaimana dikemukakan oleh Direktur Utama PT Garuda Indonesia,
bahwa sepanjang tahun 2002, PT Garuda Indonesia telah menghemat Rp
77
milyar
sejak
menggunakan
sistem
e-procurement,
langkah
penghematan tersebut akan meningkat lagi dengan diluncurkannya
produk baru e-Auction.
Transaksi B2B e-Commerce di Eropa diperkirakan meningkat 25
kali lipat selama 1998 – 2003 dan memangkas biaya logistik dan waktu
penyerahan barang.
Menurut studi konsultan A.T. Kearney, lonjakan
transaksi itu akan mengubah secara dramatis cara perusahaan mengelola
jaringan pasokan atau supply chain (Indrajit, 2005). Studi yang dilakukan
terhadap 200 perusahaan di 18 negara di Eropa menunjukkan bahwa
inovasi yang berkaitan dengan internet akan memangkas waktu
penyerahan barang. Diperkirakan pada tahun 2003 penyerahan barang
yang bisa dilakukan pada hari yang sama dengan masuknya pemesanan
akan meningkat dua kali lipat. Penerapan teknologi informasi pada sistem
pengadaan
komprehensif
atau
e-Procurement
tersebut
memiliki
pendekatan
dalam pengelolaan belanja modal perusahaan.
Secara
khusus, e-Procurement terdiri dari kapabilitas registrasi dan pengelolaan
4
pemasok, kebutuhan dan katalog material, pengelolaan proses tender
termasuk di dalamnya lelang on-line (e-Auction), manajemen kontrak
dengan pemasok, pengelolaan pesanan ke/dari pemasok dan terakhir
pembayaran kepada pemasok.
besar
dalam
meningkatkan
Manfaat penerapan sistem ini sangat
kualitas
perencanaan
pembelanjaan,
pengelolaan arus kas, penurunan biaya dan yang paling sulit adalah
transparansi sebagai implementasi good corporate governance (GCG) di
tengah nuansa KKN.
Pemilihan obyek penelitian di PT (Persero) Pupuk Sriwidjaja
disebabkan karena PT (Pupuk) Sriwidjaja merupakan perusahaan holding
pupuk dengan 4 anak perusahaan pupuk dengan skala besar, diharapkan
dapat memberikan efek percontohan bagi anak perusahaannya dan juga
untuk kasus perusahaan industri.
PT (Persero) Angkasa Pura II
mempunyai wilayah operasi di kota besar Indonesia bagian barat,
diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan para vendors dalam mensuplai
kebutuhan akan barang dan jasa di wilayah operasinya dan juga sebagai
kasus untuk perusahaan jasa.
PT (Persero) Industri Gelas pada saat
implementasi e-procurement sedang mengadakan restrukturisasi secara
menyeluruh. Hal tersebut terkait dengan adanya praktek tidak sehat dan
inefisiensi operasional p erusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Tuntutan untuk melaksanakan prinsip-prinsip good corporate
governance yaitu transparansi, akuntabilitas, kemandirian dan keadilan
khususnya dalam hal pengadaan barang dan jasa adalah dengan
5
implementasi e-procurement, namun sampai saat ini belum semua BUMN
mengimplementasikan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa,
hal ini terutama disebabkan karena kesiapan mengadopsi teknologi baru
yang masih lemah, kesiapan aspek administrasi dan kesiapan system dan
SDM untuk menunjang tekhnologi masih lemah serta hal lain yang
menjadi pertimbangan karena belum diketahuinya
efisiensi dari implementasi e-procurement.
berapa ekspektasi
Masih banyak BUMN yang
masih kesulitan dalam mengidentifikasi potensi manfaat apa saja yang
dapat diperoleh dari implementasi tersebut serta bagaimana metode yang
tepat untuk digunakan dalam mengukur potensi manfaat tersebut kedalam
perhitungan ekonomis perusahaan.
Untuk mengimplementasikan e-procurerement ini perusahaan
memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi dan kesiapan SDM,
sehingga diperlukan suatu justifikasi yang tepat bagi manajemen untuk
dijadikan
dasar
dalam
proses
pengambilan
keputusan
investasi.
Disamping hal tersebut di atas aspek hukum juga masih menjadi
pertimbangan disamping juga hambatan aspek mental baik dari internal
maupun
eksternal
perusahaan
karena
dengan
implementasi
e-
procurement kemungkinan melakukan KKN menjadi lebih sulit.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a. Bagaimana efisiensi dan efektifitas penggunaan modal kerja setelah
implementasi e-procurement?
6
b. Apa saja manfaat implementasi e-procurement dan bagaimana
perhitungan ekonomisnya?
c. Apa saja factor-faktor penghambat dari implementasi e-procurement?
d. Bagaimana kelayakan implementasi e-procurement?
e. Bagaimana legalitas transaksi melalui e-procurement?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang muncul tersebut di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
a. Memberikan gambaran efisiensi dan efektifitas penggunaan modal
kerja perusahaan dari penurunan biaya transaksi, penurunan harga
dan kecepatan transksi bila implementasi e-procurement dilakukan
pada perusahaan BUMN.
b. Melakukan identifikasi dan analisis potensi manfaat apa saja yang
diperoleh
dari
implementasi
e-procurement
dan
bagaimana
perhitungan ekonomisnya.
c. Melakukan analisis dari faktor-faktor yang menghambat dan faktorfaktor yang dapat menyebabkan kegagalan dari implementasi
e-
Procurement pada perusahaan BUMN.
d. Melakukan
analisis
kelayakan
implementasi
e-procurement.
Perusahaan BUMN yang dipilih sebagai pengambilan data adalah PT.
Angkasa Pura II (Persero), PT. Industri Gelas (Persero), PT. Pupuk
Sriwidjaja (Persero).
e. Mengkaji aspek hukum implementasi e-procurement.
7
UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI
PERPUSTAKAAN MB IPB
8
Download