BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Dalam teori umum, penulis menyajikan teori-teori umum yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 2.1.1 Definisi Sistem Informasi Menurut Connolly & Begg (2010:312), sistem informasi adalah sumber yang memungkinkan pengumpulan, pengaturan, pengendalian dan penyebaran informasi melalui sebuah organisasi. Menurut Laudon & Laudon (2010:46), sistem informasi adalah sebuah satu kesatuan dari komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mengumpulkan atau mengambil, memproses, menyimpan, dan mendistribusi informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian didalam sebuah organisasi. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan sistem informasi adalah kesatuan komponen yang saling berhubungan untuk memperoleh informasi dan informasi tersebut akan digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan dan bisa juga digunakan untuk keperluan lain didalam organisasi tersebut. 2.1.2 Pemasaran Menurut Kotler & Armstrong (2010:29), pemasaran merupakan proses dimana perusahaan membuat nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dalam rangka untuk mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Memahami pasar dan kebutuhan palanggan sebagai pemasar kita harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dan pasar dimana mereka beroperasi. Berikut merupakan 5 konsep inti pelanggan dan pasar : 1. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan. 2. Penawaran pemasaran (produk, jasa, dan pengalaman). 3. Nilai dan kepuasan. 9 10 4. Pertukaran dan hubungan. 5. Pasar. 2.1.2.1 Definisi Pemasaran Menurut Chaffey (2011:386), pemasaran merupakan proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memuaskan pelanggan yang dibutuhkan untuk keuntungan. Menurut Hanafie (2010:205), pemasaran (tata niaga = distribusi marketing) merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses sosial dan manajerial yang dalam hal ini individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah sebuah usaha dan proses bagaimana memuaskan kebutuhan konsumen agar dapat memaksimalkan laba bagi pemegang saham dan menciptakan keunggulan kompetitif. 2.1.2.2 Strategi Pemasaran Kotler & Armstrong (2010:72), menuliskan bahwa strategi pemasaran merupakan logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang saling menguntungkan. Perusahaan memutuskan pelanggan mana yang akan dilayani oleh perusahaan (segmentasi dan penargetan) dan bagaimana perusahaan akan melayani pelanggan (diferensiasi dan penempatan posisi). 1. Segmentasi Pasar (Market Segmentation) Dalam hal ini, perusahaan membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang berbeda-beda yang 11 memiliki kebutuhan, karakteristik, tingkah laku yang berbeda dan mungkin membutuhkan produk atau program pemasaran yang terpisah. Segmentasi pasar terdiri dari pelanggan yang menanggapi dengan cara yang sama untuk memberikan serangkaian usaha pemasaran. 2. Penargetan Pasar (Market Targeting) Setelah perusahaan mendefinisikan segmen pasarnya, perusahaan tersebut dapat masuk kesatu atau banyak segmen tersebut. Penargetan pasar melibatkan evaluasi ketertarikan dari tiap segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki. Perusahaan harus menargetkan segmennya dimana menghasilkan segmen keuntungan tersebut nilai dapat pelanggan terbaiknya dan kelangsungannya dari waktu ke waktu. 3. Diferensiasi dan Penempatan Pasar (Market Differentiation and Positioning) Setelah perusahaan menentukan segmen pasar mana yang mau dimasuki, perusahaan harus memutuskan bagaimana perusahaan akan mendiferensiasikan penawaran pasar mereka untuk setiap target segmen posisi apa yang diinginkan oleh perusahaan didalam segmen tersebut. Penempatan pasar adalah mengatur produk menempati tempat yang jelas, khas, dan diharapkan untuk berkompetisi didalam pikiran dari pelanggan yang ditargetkan. Penempatan pasar yang efektif dimulai dengan diferensiasi. Diferensiasi yang dimaksud adalah pembedaan penawaran pasar perusahaan sehingga memberikan nilai konsumen yang lebih. 12 2.1.2.3 Bauran Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2010:51), pengertian bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan respon dalam target pasar. Ada empat variabel dalam kegiatan bauran pemasaran yaitu sebagai berikut: 1. Produk merupakan kombinasi barang dan jasa perusahaan yang ditawarkan ke target pasar. 2. Harga adalah jumlah dari uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk mendapatkan barang. 3. Tempat meliputi menyediakan kegiatan produk perusahaan untuk yang menargetkan pelanggan. 4. Promosi adalah aktivitas mengkomunikasikan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Gambar 2.1 Rincian Bauran Pemasaran (Sumber: Kotler & Amstrong, 2010:52) 13 Dari uraian definisi di atas, semua pengertian bauran pemasaran akan berkaitan dengan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan dimana alat pemasaran yang dimaksud adalah 4P yakni product, place, price, dan promotion. Dengan menggunakan keempat unsur bauran pemasaran tersebut maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dari pesaing karena dengan penerapan bauran pemasaran yang efektif dan efisien maka keputusan pembelian konsumen pun akan lebih memilih kepada produk perusahaan. 2.1.3 Marketing Menurut Kotler & Keller (2009:5), marketing (pemasaran) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. 2.1.4 E-Marketing Menurut penggunaan Strauss teknologi & Frost (2009:6), informasi dalam e-Marketing proses adalah membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai (value) kepada pelanggan e-Marketing mempengaruhi pemasaran tradisional dalam dua cara. Pertama, e-Marketing meningkatkan efisiensi dalam fungsi pemasaran tradisional. Kedua, teknologi dari e-Marketing merubah banyak strategi pemasaran. Hasil perubahan dalam model bisnis baru ini dapat menambah nilai (value) pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Menurut Chaffey (2011:388), e-Marketing adalah suatu proses pemasaran yang menggunakan media elektronik seperti internet yang digunakan untuk mencapai tujuan, perlu adanya perencanaan e-Marketing yang merupakan sebuah rencana untuk mencapai tujuan pemasaran dari strategi e-business. 14 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-Marketing adalah suatu proses penawaran barang atau jasa, baik dalam proses pemberian informasi, promosi, maupun pemasaran, yang seluruhnya dilakukan melalui media internet. 2.2 Teori-Teori Khusus 2.2.1 Metode Penelitian Menurut Sekaran (2010:1), penelitian adalah proses dari pencarian solusi untuk suatu masalah setelah melalui studi dan analisis faktor-faktor situasional. Menurut Sugiyono (2013:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. 2.2.1.1 Jenis-Jenis Penelitian Menurut Sekaran (2010:5), penelitian dapat didasarkan pada dua tujuan yang berbeda, yaitu : 1. Applied research adalah penelitian untuk memecahkan sebuah masalah yang dihadapi oleh manager dalam lingkungan kerja, dan mecari solusi sesuai dengan tepat waktu. 2. Basic research menghasilkan adalah pengetahuan penelitian dengan untuk mencoba memahami bagaimana beberapa masalah yang terjadi di organisasi dapat dipecahkan. 15 2.2.1.2 Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Menurut Sugiyono (2013:7), terdapat dua metode yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. a. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidahkaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. b. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat positifisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan. 2.2.2 Variabel Penelitian Menurut Sekaran (2010:69), variabel penelitian adalah apa saja yang dapat menyebabkan perbedaan atau nilai yang berbeda-beda. Nilai dapat berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Menurut Sekaran (2010:70), ada 4 macam-macam variabel penelitian, yaitu : 1. Dependent variable Dependent variable adalah variabel dari ketertarikan dasar untuk peneliti. Tujuan para peneliti adalah mengerti dan 16 mendeskripsikan variable dependen atau untuk menjelaskan variabilitas atau memprediksikannya. 2. Independent variable Independent variable adalah suatu yang mempengaruhi dependent variable baik pada cara positif atau negatif. 3. Moderating variable Moderating variable adalah suatu yang memperkuat hubungan antara independent variable dan dependent variable. 4. Mediating variable Mediating variable atau intervening variable adalah suatu yang timbul diantara waktu dari independent variable mulai beroperasi untuk mempengaruhi dependent variable. Menurut Sugiyono (2013:38), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam–macam variabel dalam penelitan dapat dibedakan menjadi: 1. Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (terikat). 2. Variabel Dependen Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, consistent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 17 3. Variabel Moderator Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen ke dependen. Variabel disebut juga variabel independen kedua. Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut mencapuri. Disini anak adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar yang sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar. 4. Variabel Intervening Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel indpenden dan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variable dependen. 5. Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak di teliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan, melaui penelitian eksperimen. Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut yang mempunyai variasi tertentu yang menyebabkan nilai yang berbeda. 18 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut yang mempunyai variasi tertentu yang menyebabkan nilai yang berbeda. 2.2.3 Populasi dan Sampel Menurut Sekaran (2010:262), populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau hal-hal yang menarik para peneliti berkeinginan untuk menyelidiki. Menurut Sugiyono (2013:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sekaran (2010:263), sampel adalah bagian dari populasi. Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi. Menurut Sugiyono (2013:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). 2.2.4 Proses Sampling Menurut Sekaran (2010:266), sampling adalah proses memilih jumlah yang cukup dari elemen yang tepat dari populasi, dengan mempelajari sampel dan pemahaman tentang sifat-sifat atau karakteristik memungkinkan bagi kita untuk mengeneralisasi sifat-sifat atau karakteristik dari elemen populasi. Langkah-langkah dalam sampling, yaitu: Mendefinisikan populasi Menentukan kerangka sampel Menentukan desain sampling Menentukan ukuran sampel yang sesuai 19 Menjalankan proses sampling Dan dapat disimpulkan pula bahwa sampling adalah proses memilih sampel untuk mendapatkan data yang akurat dalam sebuah penelitian. 2.2.5 Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2013:81), teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara ini juga sering disebut dengan Random Sampling. Ada beberapa teknik probability sampling antara lain : a. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. b. Proportionate Stratified Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional. c. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. d. Cluster Sampling Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal peduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. 2. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdapat beberapa teknik sampel yaitu : 20 a. Sampling Sistematis Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. b. Sampling Kuota Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. c. Sampling Insidental Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. d. Sampling Purposive Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. e. Sampling Jenuh Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. f. Snowball Sampling Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. 2.2.6 Menentukan Ukuran Sampel Menurut Sugiyono (2013:86), bahwa untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut: 21 Gambar 2.2 Menghitung ukuran sampel dari populasi (Sumber: Sugiyono, 2013:87) 2.2.7 Kuesioner Menurut Sugiyono (2013:142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Prinsip penulisan kuesioner menyangkut beberapa faktor antara lain: 1. Isi dan tujuan pertanyaan yang dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. 2. Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. 3. Tipe dan bentuk pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (kalau dalam wawancara: terstruktur dan tidak terstrukur). Dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Contoh: Bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di TV saat ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan berbentuk data 22 nominal, interval, ratio, adalah bentuk pernyataan tertutup. Pernyataan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. 4. Pertanyaan tidak mendua, setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan kecepatan pelayanan KTP? Ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan kecepatan. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu: Bagaimanakah kualitas pelayanan KTP? Bagaimana kecepatan pelayanan? 5. Tidak menanyakan yang sudah lupa, setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa. Contoh: Bagaimanakah kinerja para penguasa indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban. 6. Pertanyaan tidak menggiring, pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja. 7. Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. 8. Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. 9. Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. 23 10. Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. 2.2.8 Skala Pengukuran 2.2.8.1 Pengertian Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2013:92), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. 2.2.8.2 Macam-Macam Skala Pengukuran Menurut Sekaran (2010:141), ada 4 tipe dari skala pengukuran yaitu: Nominal Skala nominal adalah suatu pengukuran yang memungkinkan peneliti untuk mengkelompokkan berdasarkan kategori atau grup. Misalnya variabel dari jenis kelamin, responden dapat dikelompokkan kedalam 2 kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua grup ini dapat di berikan nomor kode 1. Ordinal Skala ordinal tidak hanya mengkategorikan variabel, juga membuat urutan dari kategori, misalnya urutan dari paling baik ke paling buruk, serta nomor 1, 2, 3, dan seterusnya. Interval Skala interval tidak hanya membuat urutan, juga menyediakan informasi dari beberapa variabel yang berbeda, misalnya kepuasan seseorang terhadap pelayanan suatu jasa dapat diberi skala interval 1-23-4-5, dimana nilai : o 1: sangat tidak puas 24 o 2: tidak puas o 3: biasa o 4: puas o 5: sangat puas Ratio Skala ratio yaitu skala yang dapat memberi arti perbandingan/perkalian. Misalnya berat badan Karina 40 kg dan berat badan Rony 60 kg, maka berat badan Rony adalah 3/2 x berat Karina, jadi nilai 3/2 memiliki arti. Menurut Sugiyono (2013:93), terdapat beberapa macam skala pengukuran: 1. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. 2. Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benarsalah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif”; dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternative). 3. Semantic Differensial Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positif” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya 25 skala ini digunakan untuk mengukur sikap / karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. 4. Rating Scale Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. 2.2.9 Uji Validitas Menurut Sugiyono (2013:267), validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data "yang tidak berbeda" antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal: a. Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja pengawai, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja pengawai. Penelitian jadi tidak valid, apabila yang ditemukan adalah motivasi kerja pengawai. b. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, insturmen penelitian valid dan reliabel, cara menggumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi. Uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 26 Gambar 2.3 Rumus Uji Validitas (Sumber, Sugiyono, 2013:183) Keterangan: r : Nilai Korelasi. ∑x : Jumlah skor keseluruhan item pertanyaan x. ∑y : Jumlan skor keseluruhan untuk item pertanyaan y. ∑ x y : Jumlah skor hasil kali item pertanyaan x dan item pertanyaan y. ∑ x² : Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan x yang telah dikuadratkan. ∑ y² : Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan y yang telah dikuadratkan. 2.2.10 Uji Reabilitas Menurut Saifuddin (2012:110), reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsisten atau tidak berubah-ubah. Instrumen yang diuji reliabilitasnya adalah instrumen yang dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini instrumen tersebut adalah instrumen komponen konteks, masukan, proses dan hasil. Reliabilitas ditentukan atas dasar proporsi varian total yang merupakan varian total sebenarnya. Makin besar proporsi tersebut berarti makin tinggi reliabilitasnya. Untuk menguji reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan rumus koefisien Alpha karena skor pada butir-butir instrument merupakan skor bertingkat yaitu antara 1 sampai 4 atau 1 sampai 5. Menurut Arikunto (2010:164), Instrumen yang berbentuk multiple choice (pilihan ganda) maupun skala bertingkat maka reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan rumus Alpha. 27 Rumus tersebut adalah : Gambar 2.4 Rumus Uji Reabilitas (Sumber: Suharsimi Arikunto, 2010:238) 2.2.11 Teknik Pengumpulan Data Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013:137), pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview(wawancara), kuesioner(angket), observasi (pengamatan), dan penggabungan ketiganya. a. Wawancara Menurut Sugiyono (2013:137), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peniliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang 28 harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. b. Kuesioner Menurut Sugiyono (2013:142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. c. Obeservasi Menurut Sugiyono (2013:145), observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. 2.2.12 Teknik Analisa Data Sugiyono (2013:147), teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat beberapa dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial. 2.2.12.1 Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2013:147), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 29 2.2.12.2 Statistik Inferensial Menurut Sugiyono (2013:148), statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. 2.2.13 Hipotesis Menurut Sugiyono (2013:64), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. 2.2.14 Uji Hipotesis Menurut Sugiyono (2013:159), yang dimaksud dengan hipotesis adalah sebagai berikut: “Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Pengujian signifikansi hipotesis, selain dapat menggunakan table, juga dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya adalah: Gambar 2.5 Rumus Uji Hipotesis (Sumber: Sugiyono, 2013:159 ) Dimana: r = Koefisien korelasi t = Uji statistik Kriteria pengujian hipotesis melalui uji t : a. Ho diterima, jika t hitung < tabel b. Ha ditolak, jika t hitung > tabel Kriteria pengujian hipotesis berdasar signifikan : a. Ho diterima, jika signifikansi > 0,05 b. Ha ditolak, jika signifikansi < 0,05 30 2.2.15 Teknik Regresi Ganda Menurut Sugiyono (2013:188), regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel indenpenden dimanipulasi (diubah-ubah). Persamaan regresi untuk n predictor adalah: Gambar 2.6 Rumus Teknik Regresi Ganda (Sumber: Sugiyono, 2013:192) 2.2.16 Teknik Korelasi Product Moment Menurut Sugiyono (2013:182), korelasi product moment digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen. Bentuk rumus koefisiensi korelasi sederhana product moment: Gambar 2.7 Rumus Koefisiensi Korelasi Sederhana Product Moment (Sumber: Sugiyono, 2013:183) 31 Uji signifikansi korelasi product moment ditunjukan pada rumus di bawah ini: Gambar 2.8 Rumus Uji Signifikansi Korelasi Product Moment (Sumber: Sugiyono, 2013:184) Keterangan: r = Koefisien korelasi xi = Jumlah variabel X yi = Jumlah variabel Y n = Jumlah Sampel Uji signifikansi korelasi product moment secara praktis, yang tidak perlu dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment Tabel 2.1 Tabel Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi 2.2.17 SPSS Menurut Wijaya (2011:9), SPSS mulai dikembangkan pada tahun 1960 sebagai salah satu perangkat lunak untuk alat bantu perhitungan secara statistik oleh Norman H.Nie, C.Hadlay, serta Date Bent dari Stanford University. Pada tahun 1984, kemudian dikenalkan SPSS/PC+ 32 untuk personal computer (PC). Versi window baru dirilis pada tahun 1992 sampai sekarang. 2.2.18 Model Citra Brand Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Menurut Thakur & Singh (2012:40), berdasarkan ulasan singkat berhubungan dengan persoalan yang diajukan, dapat disimpulkan bahwa citra atau persepsi dari produk kosmetik dapat dipertahankan dengan mudah dengan adanya kepercayaan dari pelanggan terhadap produk kosmetik tersebut. Ini menunjukkan bahwa manfaat citra merek yang berbeda seperti functional, symbolic, social, experiential appearance enhances meningkat seluruhnya oleh citra atau persepsi merek tersebut. Berbagai manfaat yang didapat dari persepsi atau citra terhadap merek tersebut dapat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan begitu juga dengan kesetiaan pelanggan terhadap produk tersebut. Model ini dibuat menyerupai struktur sikap tradisional yang dikembangkan oleh Oliver (1999). Kerangka teori yang diusulkan dalam penelitian ini telah dibahas dan dirancang, begitu juga dengan pengembangan hipotesa. Gambar 2.9 Model Penelitian (Sumber: Thakur & Singh, 2012:40) 2.2.18.1 Brand Image Menurut Rangkuti (2009:90), citra merek (brand image) adalah persepsi merek yang dihubungkan dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan konsumen. 33 Menurut Ardianto (2011:123), brand image memiliki dua elemen, yaitu: 1. Brand Association (Asosiasi Brand) Asosiasi merupakan karakteristik produk atau jasa yang dilekatkan oleh konsumen pada brand tersebut, termasuk persepsi konsumen mengenai janji-janji yang dibuat oleh brand tersebut, positif maupun negatif, dan harapan mengenai usaha-usaha untuk mempertahankan kepuasaan konsumen dari brand tersebut. 2. Brand Personality (Kepribadian Brand) Brand personality merupakan karakteristik manusia yang oleh konsumen diasosiasikan dengan brand tersebut. Brand personality menjelaskan mengapa orang menyukai brand tertentu dibandingkan dengan brand yang lain. Brand image dibagi menjadi 5 sub variabel antara lain: a. Functional Menurut Thakur & Singh (2012:38), selain faktor lingkungan, peningkatan kompetisi, masuknya produk baru serta layanan pelanggan juga memberikan pilihan alternatif dan peluang. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk fokus pada diferensiasi Park, Jaworski, produk dari kompetitornya. Menurut & Maclnnis (1986:136), motivasi dalam mencari produk yang dapat memecahkan masalah terkait dengan konsumsi (misalnya: memecahkan masalah saat ini, mencegah masalah yang berpotensi muncul, menyelesaikan konflik, merestrukturisasi situasi yang membuat frustasi). 34 Menurut Keller (1993:4), manfaat fungsional adalah keuntungan intrinsik dari konsumsi produk atau layanan dan biasanya sesuai dengan atribut produk yang terkait. Menurut Hsieh, Pan, & Setiono (2004:253), sebuah merek dengan manfaat fungsional merupakan salah satu yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan. b. Symbolic Nilai simbolis diasosiasikan dengan brand image, telah menjadi perbedaan produk. Pada fakta saat ini banyak perusahaan yang mengerti beberapa pelanggan tidak setia kepada satu merek (Thakur & Singh, 2012:37; Bennet & Rundle-Thiele, 2004; Kapferer, 2005). Menurut (1986:136), Park, kebutuhan Jaworski, simbolis & Maclnnis didefinisikan sebagai keinginan akan produk yang memenuhi kebutuhan internal untuk peningkatan diri, posisi peran, keanggotaan kelompok atau identifikasi ego. Menurut Keller (1993:4), manfaat simbolis adalah keuntungan yang lebih ekstrinsik dari konsumsi produk atau layanan. Menurut Hsieh, Pan, & Setiono (2004:253), merek dengan keuntungan simbolis (atau sosial) adalah salah satu yang dirancang untuk memenuhi keinginan pelanggan untuk peningkatan diri, posisi peran, keanggotaan kelompok, atau identifikasi ego. c. Social Pada saat sekarang ini semua perusahaan lebih memperhatikan terhadap 4 Ps, yaitu: product, place, price, and promotion dan penambahan penerapan yang akan datang adalah 3Ps, yaitu: physical layout, process, and people untuk pelayanan pemasaran 35 (Thakur & Singh, 2012:37; Kotler, Amstrong, Saunders & Weng, 1999). Pengukuran berdasarkan pada atribut merek dilakukan yaitu berdasarkan dasar, keuntungan dan nilai merek, dan juga berdasarkan pengukuran skala brand image. Pada penjelasan di atas, pemasar dapat mengidentifikasi dengan mudah kelemahan dan kekuatan merek utama mereka dan juga membantu memahami persepsi pelanggan tentang produk atau jasa (Thakur & Singh, 2012:38; Koo, 2003; Kandampully & Suhartanto, 2000; Hsieh, Pan & Setiono, 2004; Bhat & Reddy, 1998; Malhotra, 1981). Menurut Keller (1993:10), meskipun menunda identifikasi merek sampai akhir iklan televisi dapat meningkatkan tingkat perhatian selama paparan komersial, hal ini menghasilkan banyak efek komunikasi yang tersimpan dalam memori (misalnya, eksekusi iklan dan informasi klaim merek, sama baiknya dengan respon afektif dan kognitif terhadap informasi itu). Hal ini juga dapat menghasilkan hubungan yang lemah dari efek ini untuk merek. Akhirnya, word-of-mouth dan pengaruh sosial lain juga memainkan peran penting, terutama bagi pengguna dan pencitraan penggunaan atribut. Menurut Hsieh, Pan, & Setiono (2004:255), variabel segmentasi utama meliputi variabel sosiodemografi, variabel psikografis (misalnya, sistem nilai, gaya hidup), dan variabel perilaku (misalnya, merek pilihan atau penggunaan data yang dikumpulkan pada titik penjualan). 36 d. Experiential Brand image adalah serangkaian keyakinan, ide, dan kesan bahwa orang terus dikaitkan dengan objek, pada pengertian lain brand image adalah serangkaian persepsi merek yang dicerminkan oleh asosiasi merek dalam ingatan (Thakur & Singh, 2012:38; Keller, 1993). Menurut Park, Jaworski, & Maclnnis (1986:136), kebutuhan experiential didefiniskan sebagai keinginan untuk produk yang memberikan sensory pleasure, variasi, dan/atau stimulasi kognitif. Menurut Keller (1993:4), manfaat experiential berhubungan dengan apa yang disukai dalam penggunaan produk atau layanan dan juga biasanya sesuai dengan atribut yang berkaitan dengan produk. Menurut Kandampully & Suhartanto (2000:347), image dianggap mempengaruhi pikiran pelanggan melalui efek gabungan dari iklan, hubungan masyarakat, citra fisik, word-of-mouth, dan pengalaman nyata mereka dengan barang dan jasa. e. Appearance Enchances Merek membantu adalah simbol pelanggan untuk atau tanda yang mengidentifikasi produk, sebuah perusahaan yang memiliki produk dengan brand image yang baik dimata masyarakat akan mendapatkan posisi yang lebih baik dalam pasar juga (Thakur & Singh, 2012:38; Park, Jaworski, & Maclnnis, 1986). Brand image yang baik selalu membantu untuk menuju kepuasan pelanggan, disamping untuk mencapai kesetiaan pelanggan (Thakur & 37 Singh, 2012:38; Koo, 2003; Kandampully & Suhartanto, 2000; Nguyen & LeBlanc, 2001). Menurut Keller (1993:5), asosiasi dapat dicirikan juga oleh kekuatan koneksi pada simpul merek. Kekuatan asosiasi tergantung pada bagaimana informasi memasuki memori pelanggan (encoding) dan bagaimana hal itu dipertahankan sebagai bagian dari citra merek (storage). Menurut Hsieh, Pan, & Setiono (2004:252), asosiasi merek diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama yang terhubung dengan tingkat abstraksi (atribut, manfaat, dan sikap merek secara keseluruhan). Atribut (attribute) mengacu pada fitur deskriptif yang menjadi ciri produk atau layanan, manfaat (benefit) adalah nilai pribadi pelanggan yang melekat pada produk atau layanan, dan sikap merek (brand attitude) adalah evaluasi keseluruhan pelanggan terhadap merek. Menurut Park, Jaworski, & Maclnnis (1986:138), meningkatkan nilai merek dianggap penting sebagai menjadi lebih lingkungan kompleks, kompetitif misalnya, yang adanya peningkatan jumlah pesaing yang meniru posisi merek yang dapat menurunkan kemampuan pelanggan untuk membedakan di antara merek. 2.2.18.2 Customer Satisfaction Menurut Tunggal (2010:20), pelanggan yang senang atau puas berprilaku dengan positif. Mereka akan membeli banyak dari anda dan akan memberikan anda sebagian besar usaha mereka. Kepuasan merupakan fungsi kesan kinerja dan harapan. 38 Menurut Thakur & Singh (2012), Andreassen & Lindestad (1998), kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai ekspektasi sebelum pembelian dan persepsi tentang kinerja setelah pembelian. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pengalaman dan harapan dengan kinerja layanan (Thakur & Singh, 2012:38; Yi, 1990). Paradigma expetasi diskonfirmasi menunjukkan bahwa pelanggan merasa puas jika produk berperforma lebih baik dari yang diharapkan (diskonfirmasi positif), tidak puas ketika expetasi pelanggan melebihi kinerja nyata produk (diskonfirmasi negatif), dan kepuasan netral ketika expetasi sesuai dengan kinerja produk (nol diskonfirmasi / konfirmasi) (Thakur & Singh, 2012:38; Oliver, 1980; Churchill & Surprenant, 1982; Bearden & Teel, 1983). Menurut Oliver (1999:34), kepuasan didefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan yang menyenangkan. Bahwa, perasaan pelanggan merupakan kebutuhan mengkonsumsi beberapa kebutuhan, keinginan, tujuan, atau seterusnya dan pemenuhan ini menyenangkan. Demikian, kepuasan adalah perasaan pelanggan untuk konsumsi yang menyediakan hasil akhir terhadap standar dari kesenangan dan ketidak-senangan. Untuk kepuasan yang mempengaruhi loyalitas, dibutuhkan kepuasan yang sering atau secara kumulatif sehingga kepuasan individu menjadi kumpulan atau campuran. Seperti yang akan dibahas di sini, ketika kebutuhan yang berlebihan akan menentukan terjadinya loyalitas. Pelanggan memerlukan pergerakan untuk konsep yang berbeda dalam 39 segala kemungkinan, salah satunya adalah melebihi kepuasan. 2.2.18.3 Loyalty Intention Loyalitas menurut Kotler & Keller (2009:138), komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih. Loyalitas menurut Fandy (2011:481), perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali (bisa dikarenakan memang hanya satu-satunya merek yang tersedia, merek termurah, dan sebagainya). Loyalitas menurut Thakur & Singh (2012:39), perilaku diukur sebagai frekuensi pembelian berulang dari pelanggan, sementara loyalitas sikap mengacu pada kinerja yang dinyatakan pada komitmen atau niat loyalitas pelanggan untuk membeli. Menurut Oliver (1999:34) kerangka mengikuti pengertian ini mempengaruhi pola konasi tetapi berbeda dengan argumentasinya bahwa pelanggan dapat menjadi setia pada masing-masing fase sikap yang berhubungan dengan elemen yang berbeda dari struktur pengembangan sikap. Secara rinci, pertama pelanggan dapat beranggapan untuk menjadi setia dalam perasaan yang kognitif, kemudian dalam perasaan afektif tetap kemudian dalam masalah konatif dan akhirnya masalah kebiasaan dimana dideskripsikan sebagai action inertia. Menurut Oliver, Loyalty dibagi berdasarkan 4 fase, yaitu : 40 a. Cognitive Loyalty Pada bagian pertama fase loyalitas, ketersediaan informasi atribut suatu merek untuk pelanggan mengidentifikasi sebagai alternatif. Tahap ini mengarah sebagai Cognitive Loyalty atau loyalitas yang berdasarkan hanya kepada kepercayaan suatu merek. Kognitif dapat didasarkan pada pengetahuan pada pengalaman orang lain atau informasi pengalaman yang terakhir. Loyalitas pada fase ini diarahkan pada merek karena informasi ini (tingkat performa atribut). Keadaaan pelanggan ini bagaimanapun bersifat dangkal. Jika transaksi dilakukan rutin maka sering kepuasaan tersebut tidak diproses contohnya pengangkatan sampah dan perlengkapan kebutuhan.Pada dasarnya bagian loyalitas tidak begitu berbeda dari kepuasan kinerja. Jika kepuasan adalah proses, maka itu dapat menjadi bagian dari pengalaman pelanggan dan memulai keadaan afektif. b. Affective Loyalty Pada tahap kedua pembangunan loyalitas, keinginan atau sikap terhadap merek tersebut telah dikembangkan atas dasar kumulatif memuaskan kesempatan penggunaan. Hal ini mencerminkan difinisi dimensi pemenuhan kepuasan yang dijelaskan sebelumnya. Komitmen pada tahap ini disebut sebagai loyalitas afektif dan dikodekan dalam pemikiran konsumen sebagai kognisi dan pengaruh. Sedangkan kognisi bertujuan untuk mengatasi argumentasi dan pengaruh yang sulit lepas. Loyalitas merek ini menunjukkan pada tingkat pengaruh untuk merek. Loyalitas ini mirip dengan loyalitas kognitif, namun, bentuk loyalitas ini sering berahli, seperti yang dibuktikan oleh data yang menunjukkan bahwa besarnya persentase pembelot merek yang mengaku sebelumnya telah puas dengan merek sebelumnya yang mereka gunakan. Dengan demikian, sangat diinginkan jika konsumen lebih berkomitmen dalam loyalitas merek. 41 c. Conative Loyalty Tahap berikutnya pembangunan loyalitas adalah tahap konatif yang dipengaruhi oleh peristiwa berulang dari pengaruh positif terhadap merek. Definisi konatif adalah menyiratkan komitmen brand spesifik untuk membeli kembali. Loyalitas konatif adalah sebuah keadaan loyalitas yang mengandung komitmen yang dipegang teguh untuk membeli. Namun komitmen pembelian kembali ini lebih cenderung kearah motivasi. Akibatnya, keinginan konsumen untuk membeli kembali cenderung dengan "niat baik", keinginan ini mungkin merupakan tindakan yang diantisipasi tetapi belum direalisasi. d. Action Loyalty Sebuah pembelajaran berubah menjadi tindakan diartikan sebagai action control. Dalam urutan action control tersebut, keinginan termotivasi dari kesetiaan sebelum berubah menjadi kesiapan untuk bertindak. Dalam paradigma action control ada keingianan yang lebih besar untuk melewati hambatan-hambatan yang dapat menghentikan tindakan itu. Tindakan itu dirasakan sebagai hasil kesetiaan dan keinginan menhadapi hambatan. Jika tindakan ini terjadi berulang-ulang maka akan terjadi pembelian yang berulang juga. 42